Anda di halaman 1dari 31

DETEKSI DINI, KOMPLIKASI,

DAN PENYULIT PADA


KEHAMILAN TRIMESTER II
NAMA : DEVINA RAMADANTY
NIM : P07124118178
Prinsip Deteksi Dini Terhadap Kelainan,
Komplikasi Dan Penyulit Pada Ibu Hamil

Kehamilan melibatkan perubahan fisik  maupun


emosional dari ibu serta perubahan sosial di dalam
keluarga. Seorang ahli medis menghadapi suatu
tugas yang tidak biasa dalam memberikan
dukungan pada ibu dan keluarganya dalam
merencanakan penyambutan anggota keluarga yang
baru, memantau perubahan-perubahan fisik yang
normal yang dialami ibu serta tumbuh kembang
janin, juga mendeteksi serta menatalaksana setiap
kondisi yang tidak normal.
Kebijakan teknis yang dilaksanakan adalah :
1. Mengupayakan kehamilan yang sehat
2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan
penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan
3. Persiapan persalinan yang bersih dan aman
4. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi komplikasi.
Komplikasi Dan Penyulit Pada Masa Kehamilan
Trimester II

1. Anemia
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel
darah merah berada dibawah normal.
Tingkat pada anemia
Kadar Hb 10 gram – 11 gram disebut anemia ringan
Kadar Hb 7 gram – 10 gram disebut anemia sedang.
Kadar Hb kurang dari 7 gram disebut anemia berat.Sel darah
merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan
mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan
mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
a. Penyebab anemia umumnya adalah:
1) Kurang gizi (malnutrisi)
2) Kurang zat besi dalam diet
3) Malabsorpsi
4) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-
lain.
5) Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan lain-
lain.
b. Gejala
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak
mencukupi kebutuhan ini, bervariasi. Anemia bisa menyebabkan
kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika
anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung.
c. Diagnosa
1) Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan
adanya anemia.
2) Persentase rel darah merah dalam volume
darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin
dalam suatu contoh darah bisa ditentukan.
3) Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari
hitung jenis darah komplit (CBC).
d) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas:
a)  Keguguran
b)  Partus prematurus
c)   Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
d)  Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
e)  Syok
f)   Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
g)  Infeksi intrapartum dan dalam nifas
h) Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah
jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan
persalinan. Bahkan basa fatal.
2. Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan
bahkan membahayakan hidupnya.
a. Etiologi
Penyebab hiperemesisi gravidarrum belum diketahui secara
pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara
lain:
1) Faktor Predisposisi, sering terjadi pada primigravida,
mola hidatidosa, kehamilan ganda karena peningkatan kadar
HCG
2) Faktor Organik, karena masuknya Vili khorialis dalam
sirkulasi maternal, perubahan matabolik akibat hamil
dan resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan
salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak
3)Faktor psikologik, memegang peranan yang sangat
penting, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan
pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
4) Faktor endokrin lain, diabetes, hipertiroid
b. Gejala Dan Tingkat
Menurut berat dan ringannya dibagi menjadi 3:
1)  Tingkat I : Ringan
   Mual muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada
nafsu makan, berat badan turun, nyeri epigastrium nadi sekitar 100x/mnt,
tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata
cekung.
2)  Tingkat II : Sedang
  Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih
parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi
kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan
turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi,
dapat pula terjadi asotonuria, dari nafas berbau aseton
3)  Tingkat III : Berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai
koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi
turun sekali, ikterus. Dapat terjadi ensekalopati wernicke.
c. . Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus
ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga
mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan
kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli
dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan
kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin,
sehingga pengobatan perlu segera diberikan.
d. Patofisiologis
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi
mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus
menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping
pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum
kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan
gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami
emesis gravidarum yang lebih berat.
e. Pencegahan
1)  Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik
2) Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan
gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4
bulan.
3) Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah
kecil tapi sering
4)  Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur,
erlebih dahulu makan makanan yang bervariasi seperti roti kering atau biskuit
dengan dengan teh hangat.
5)  Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6)  Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan hangat.
7)  Defekasi teratur
8) Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.
f. Penatalaksanaan
   Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka
diperlukan :
1)   Obat – obatan
a)   Sedativa : phenobarbital
b)   Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c)   Anti histamin : Dramamin, avomin
d) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau
khlorpromasin
   Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit.
3. Abortus
Perdarahan dari uterus yang disertai dengan keluarnya
sebagian atau seluruh hasil konsepsi sebelum pada usia
kehamilan < 20 minggu dan atau berat janin < 500 gr
a. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua
basalis + nekrosis jaringan sekitarnya hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya (benda
asing dalam uterus)  uterus berkontraksi untuk
mengeluarkannya.
b. Etiologi
Beberapa taktor penyebab abortus, yaitu :
1) Faktor janin
Yang paling sering dijumpai adalah pertumbuhanzigot, embrio, janin,dan
plasenta.kelainan tersebut biasanyameneyebabkan abortus padaTM I
2) Faktor ibu
Kelainan endokrin,misalnya kekurangan tyroid, kencing manisFaktor
kekebalan,misalnya penyakit lupusInfeksi,misalnya karena beberapa virus
seperti :cacarair,campak,toksoplasma,herpes dllKelainan bentuk rahim
3) Faktor bapak
Kelainan kromosom dan infeksi sperma diduga dapat menyebabkan abortus
c. Macam – macam abortus :
1) Abortus iminens
Peristiwa teriadinya perdarahan dari uterus padakehamilan
sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsimasih dalam
uterus, dan tanpa adanva dilatasi serviks.
a) Gejala dan tanda
Perdarahan pervaginam pada umur kehamilan < 20 mingqu
 mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali PPV
 Ostium uteri masih tertutup
 Besarnya uterus masih sesuai denaan umur kehadan tes kehamilan
urin masih (+)
b) Penatalaksanaan :
 Tirah baring sampai perdarahan berhenti

 Spasmolitik  agar uterus tidak berkontraksi

 Hormonal : Progesteron atau derivatnya untuk


mencegah terjadinya abortus
 Os boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan

dengan pesan tidak boleh berhubungan seksual


sampai ± 2 minggu
2) Abortus insipiens
Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum
20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang
meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus
dan dalam proses pengeluaran
a) Gejala dan tanda :
 Mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahan bertambah sesuai dengan pembukaan
serviks dan umur kehamilan
 Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dan
tes urin kehamilan masih (+)
b) Penatalaksanaan :
 Perhatikan KU dan perubahan hemodinamik
 Segera lakukan tindakan evakuasi konsepsi disusul
kuretase bila perdarahan banyak
 Pasca tindakan : perbaikan KU, pemberian uterotonika,
dan antibiotika profilaksis
3) Abortus incomplete
 Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari cavum uteri.
 Pada kehamilan> 10 minggu, keluarnya janin dan plasenta
tidak terjadi secara bersamaan dan sebagian masih tertahan
didalam uterus. (abortus incompletus) yang biasanya disertai
rasa nyeri akibat kontraksi uterus dalam usaha untuk
mengeluarkan hasil konsespsi.
 Perdarahan umumnya persisten dan seringkali sangat banyak.
4) Abortus completus
Ditandai dengan keluarnya seluruh hasil konsepsi.
Perdarahan pervaginam ringan terus berlanjut sampai
beberapa waktu lamanya.
Umumnya pasien datang dengan rasa nyeri abdomen yang
sudah hilang.
5) Abortus habitualis
 Abortus berulang (recurrent abortion) adalah abortus

yang terjadi 3 kali secara berturut-turut.


 Angka kejadian 0.4 – 1%.

 Resiko berulangnya abortus setelah abortus I adalah

20% ; resiko setelah abortus II adalah 25% dan resiko


setelah abortus III adalah 30%
6) Missed abortion
 Kematian janin < 20 Mg, tapi tidak dikeluarkan selama

> 8 Mg.
 Etiologi , diduga Hormon progesteron
7) Abortus infeksiosus/ Abortus septik
 Abortus infeksiosus : abortus yang disertai infeksi traktus Genitalia.
 Abortus septik : abortus infeksiosus berat disertai penyebaran
kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
a) Gejala :
Terjadi abortus disertai tanda infeksi : demam, takikardi,
perdarahan pervaginam berbau, uterus membesar, lembek, nyeri
tekan, lekositosis. Bila sepsis  demam ↑, menggigil, Tekanan
Darah ↓.
b) Penanganan : infus  transfusi, Antibiotik. Kuretase dilakukan
dalam 6 jam
4. Kehamilan ektopik terganggu
kehamilan ektopik terganggu adalah kehamilan yang terjadi bila sel telur
dibuahi berimplementasi dan tumbuh diluatendometriun kevun uteri.
a. Epidemiologi
lebih dari 60% kehamilan ektopik terjadi pd wanita 20-30thn dengan
sosialekonomi rendah.
b. Etiologi
kehamilan ektopik terganggutelah banyak diselidiki, tetapiwsebagian
beras penyebabnya tidak diketahui.
c. Klasifikasi
klasifikasi kehamilan ektopik berdasarkan lokasinya antara lain pd: tuba
fallopiii, pars-intrestisialis, ampula,infundibulum, fimbrae, uterus,
ovarium, abdominal, primer,skunder, kombinasi kehamilan dalam dan
luar uterus.
d. Gejala
Pada wanita yang mengalami KET gejala yg terlihat menyerupai
eppendiksitis dengan gejala antara lain: nyeri perut bagian bawah,
amenore, perdarahan pervaginam, syok karena hipovolemi,
pembesaran uterus, tumor dalam rongga panggul, dll.
e. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada ummunya adalah laparotomi.
Beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan kondisi
penderita pdaa saat ini, apabila kondisi penderita buruk, misalnya
dalam keadaan syok,lebih baik dilakukan salpingoktomuia.
f. Prognisis
kematian ibu yg disebabkan oleh kehamilan ektopik terganggu turun
sejalan dengan ditegakkannya diagnosis dini dan persediaan darah
yang cukup. Kehamilan ektopik terganggu pada umumnya bersifat
bilateral.
KASUS
 Pengkajian
Hari/Tanggal : 25 Maret 2019
Pukul : 18.40 WITA
 Identitas

Istri Suami
Nama Ny. K Tn. H
Umur 23 tahun 25 tahun
Agama Islam Islam
Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SLTA Perguruan Tinggi
Pekerjaan IRT PNS
Alamat Jalan merdeka, Banjarbaru
 Prolog
Ny. K G1P0A0 hamil 14 minggu datang ke BPM
untuk memeriksakan kehamilannya, HPHT :12
Desember 2018, HPL : 19 September 2019 . Selama
kehamilan, ibu baru 1 kali periksa hamil ke bidan dan
belum pernah di USG. Riwayat kesehatan yang lalu
ibu tidak ada mengalami penyakit seperti jantung,
asma, hipertensi dll. Ibu terakhir berhubungan seksual
dengan suami 2 hari yang lalu, Golongan darah B,
BB pemeriksaan sebelumnya 48 Kg, LILA : 28 cm.
 Data Subjektif
Ibu hamil 14 minggu mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah, mulas dan keluar darah beserta
gumpalan sejak pukul 19.00 WIB pada tanggal 24
Maret 2019
 Data Objektif
KU : Lemas, Kesadaran : Compos mentis
TD : 100/80 mmHg, N: 95 x/menit R: 20 x/menit, S
: 36,5oC DJJ : tidak terdengar (-), TB : 158 cm, BB
sebelum hamil : 47 kg, BB sekarang: 48 kg,
Mata : Sklera tidak ikterik, konjungtiva pucat, Mulut : mukosa kering
, tidak ada caries gigi, Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan limfe, tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis,
Payudara Bentuk simetris, puting susu menonjol, ada
hiperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan. ,Abdomen
: Tidak ada luka bekas operasi,, Palpasi : TFU : 3 jari diatas symfisis,
teraba ballotement, adanya nyeri tekan, Djj : (-), Genetalia :
bersih, tidak ada massa/benjolan, tidak ada pembengkakan kelenjar
skene dan bartolini, terlihat darah yang bergumpal keluar dari vagina,
Refleks kaki kanan/kaki (+)/(+), ekstremitas bawah tidak odema.
 Analisa

G1P0A0 hamil 14 minggu dengan abortus inkomplit.


 Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan , TD : 100/80
mmHg, N: 95 x/menit R: 20 x/menit, S : 36,5oC, Mata : Sklera
tidak ikterik, konjungtiva pucat, Mulut : mukosa kering , tidak
ada caries gigi, Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar
tiroid dan limfe, tidak ada peningkatan tekanan vena jugularis,
Payudara Bentuk simetris, puting susu menonjol, ada
hiperpigmentasi, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan.
,Abdomen : Tidak ada luka bekas operasi,, Palpasi : TFU : 3
jari diatas symfisis, teraba ballotement, adanya nyeri tekan,
Djj : (-), Genetalia :
bersih, tidak ada massa/benjolan, tidak ada pembengkakan
kelenjar skene dan bartolini, terlihat darah yang bergumpal
keluar dari vagina,
2. Memberitahukan ibu mengalami abortus inkomplit dan
memberitahukan kemungkinan adanya sisa kehamilan.
3. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa ibu harus
dirujuk ke Rumah Sakit untuk diberikan tindakan lebih
lanjut.
4. Menyiapkan surat rujukan dan informed content.
5. Memberikan cairan infus RL 20 tpm dan membawa obat-obat
yang diperlukan selama rujukan.
6. Menyiapkan transportasi.
7. Mengobservasi tanda-tanda vital selama rujukan
berlangsung.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai