Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 2

Bekty Eka Yuniavi P07124118174


Bella Riski Novelia P07124118176
Dewi Kurnia P07124118180
Roinda Khoirotun N. P07124118237
A. Pengertian Atresia Esofagus
Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh
kegagalan esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu :
esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk
sambungan dengan trakea (fistula trakeoesopagus) atau atresia
esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk
saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan
embrionik adapun pengertian lain yaitubila sebua segmen
esoofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya
(congenital) dan tetap sebaga bagian tipis tanpa lubang saluran.
B. Anatomi
Esophagus adalah sebuah saluran yang terdiri atas otot yang
menghubungkan faring dengan gaster. Pada pangkalnya
esophagus terletak pada linea mediana, ketika masuk
kedalam kavum thoraks tergeser sedikit ke sebelah kiri linea
mediana. Disebelah ventral esophagus terdapat trakea,
bronkus kiri, pericardium, dan diafragma. Disebelah dorsal
esophagus terdapat dataran ventral columna vertebralis,
arteri intercostale desktra, duktus torakikus, dan vena
hemiazigos.
C. Tipe Atresia Esofagus
 Tipe A  Tipe D (jarang)
(5% sampai 8%) kantong buntu Kedua segmen esophagus atas
disetiap ujung asofagus, terpisah
jauh dan tanpa hubungan ke dan bawah dihubungkan ke
trakea. trakea.
 Tipe B  Tipe E (jarang disbanding A
(jarang) kantong buntu disetiap
ujung esophagus dengan fistula atau C)
dari trakea ke segmen Sebaliknya trakea dan
esophagus bagian atas. esophagus nomal dihubungkan
 Tipe C dengan fistula umum.
(80% sampai 95%) segmen
esophagus proksimal berakhir
pada kantong buntu, dan segmen
distal dihbungkan ke trakea atau
bronkus primer dan fistula
pendek pada atau dekat
bifurkasi.
1. Atresia esophagus dengan fistula trakeoesofagus
distal
2. Atresia esophagus terisolasi tanpa fistula
3. Fistula trakeosofagus tanpa atresia
4. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus
proksimal
5. Atresia esofagus dengan fistula trakeoesofagus
distal dan proksimal
Atresia esofagus pertama kali dikemukakan oleh Hirschprung seorang
ahli anak dan Copenhagen pada abad 17 tepatnya pada tahun 1862
dengan adanya lebih kurang 14 kasus atresia esophagus. Kelainan ini
sudah diduga sebagai suatu malformasi dari traktus gastrointestinal.
Jenis kelamin laki-laki memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan untuk mendapatkan kelainan atresia esophagus. Rasio
kemungkinan untuk mendapatkan kelainan esophagus antara laki-laki
dan perempuan adalah sebesar 1,26:1. Atresia esophagus dan fistula
trakeoesofagus adalah kelainan kongenital pada neonatus yang dapat
didiagnosis pada waktu-waktu awal kehidupan. Beberapa penelitian
menemukan insiden atresia esophagus lebih tinggi pada ibu yang
usianya lebih muda dari 19 tahun dan usianya lebih tua dari 30 tahun,
dimana beberapa penelitian lainnya juga mengemukakan peningkatan
resiko atresia esophagus terhadap peningkatan umur ibu.
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan
terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar
2 % jika salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus
lebih berhubungan dengan sindroma trisomi 21,13 dan 18 dengan dugaan
penyebab genetik. Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus
menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik.
Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut.
Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi
memiliki kelainan kelahiran seperti :
1. Trisomi
2. Gangguan saluran pencernaan lain (seperti hernia diafragmatika, atresia
duodenal, dan anus imperforata).
3. Gangguan jantung (seperti ventricular septal defect, tetralogifallot, dan
patent ductus arteriosus).
4. Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau
horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
5. Gangguan Muskuloskeletal
6. Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac,
tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
7. Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki
kelainan lahir lai
G. Patofisologi
Kelainan notochord, disinkronisasi mesenkim esophagus
dan laju pertumbuhan epitel, keterlibatan sel neural, serta
pemisahan yang tidak sempurna dari septum trakeosofageal
dihasilkan dari gangguan proses apoptosis yang merupakan
salah satu teori penyebab embryogenesis atresia esophagus.
Sebagai tambahan bahwa insufisiensi vaskuler, faktor
genetik, defisiensi vitamin, obat-obatan dan penggunaan
alkohol serta paparan virus dan bahan kimia juga
berkontribusi pada perkembangan atresia esophagus.
H. Diferensial Diagnosis
Diagnosis dari atresia esofagus/fistula trakeoesofagus bisa
ditegakkan sebelum bayi lahir. Salah satu tanda awal dari
atresia esofagus diketahui dari pemeriksaan USG prenatal
yaitu polihidramnion, dimana terdapat jumlah cairan amnion
yang sangat banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti
tetapi jika ditemukan harus dipikirkan kemungkinan atresia
esofagus.
Akan tetapi untuk penentuan diagnosis yang terbaik akan dijelaskan
secara sistematik sebagai berikut:
1. Memasukkan selang nasogastrik
2. Rontgen esofagus menunjukkan adanya kantong udara dan adanya
udara di lambung serta usus.

Secara umum atresia esofagus harus dicurigai pada pasien dengan :


1. Kasus polihidramnion ibu,
2. Jika kateter yang digunakan untuk resusitasi pada waktu lahir tidak
bisa dimasukkan ke dalam lambung,
3. Jika bayi mengeluarkan sekresi mulut yang berlebihan,
4. Jika tersendak, sionosis, atau batu pada waktu berupaya menelan
makanan.
I. Diagnosis
Tanda awal dari atresia esofagus pada bayi yang berupa polihidramnion menyebabkan
atresia esofagus memiliki banyak diferensial diagnosis, antara lain :
1. Atresia intestinal
2. Hidrofetalis
3. Cacat batang otak
4. Hernia difragmatika
5. Lesi intrathorakal

Adapun komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia
esofagus dan fistula trakeoesofagus adalah sebagai berikut:
1. Dismotilitas Esofagus.
2. Gastrosofagus refluks.
3. Fistula trakeosofagus berulang.
4. Disfagia atau kesulitan menelan.
5. Kesulitan bernafas dan tersendak.
6. Batuk kronis batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan
atresia esophagus. Hal ini disebabkan oleh kelemahan dari trakea.
7. Meningkatkan infeksi saluran
Tanda dan Gejala-gejala kelainan ini bervariasi tergantung dari tipe
kelainan trakeoesofagus yang ada. Biasanya disertai hidramnion
(60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan frekuensi bayi
lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan
bahwa kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan
kateterisasi esofagus. Bila kateter terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka
di duga atresia esofagus.
K. Pengobatan
Pengobatan dilakukan dengan operasi. Pada penderita atresia
anus ini dapat diberikan pengobatan sebagai beriikut :
1. Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan
setelah 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus.
2. Eksisi membran anal.
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk
untuk mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung ke
dalam paru, cairan lambung harus sering diisap untuk
mencegah aspirasi.
Komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia
esofagus dan fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
1. Dismotilitas esophagus..
2. Gastroesofagus refluk.
3. Trakeo esogfagus fistula berulang.
4. Disfagia atau kesulitan menelan.
5. Kesulitan bernafas dan tersedak.
6. Batuk kronis.
7. Meningkatnya infeksi saluran pernafasan.

Anda mungkin juga menyukai