Anda di halaman 1dari 41

0

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anemia yakni suatu kondisi dimana jumlah dan ukuran sel darah merah
atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat
menggangu kapasitas darah untuk mengangkut oksigen kesekitar tubuh.
Anemia merupakan indikator untuk gizi buruk dan kesehatan yang buruk.
Anemia pada ibu hamil sangat terkait dengan mortalitas dan morbiditas pada
ibu dan bayi, termasuk resiko keguguran, lahir mati, prematuritas dan berat
bayi lahir rendah. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar
hemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I, II dan III atau kadar
hemoglobin < 10,5 gr% (world health organization 2014, proverawati 2011).

Anemia pada ibu hamil didefinisikan saat kadar Hb kurang dari 11 g/dl
atau 11,5 g/dl berdasarkan trimester kehamilan. Namun, kadar Hb yang
kurang dari 10 g/dl mengindikasikan anemia di setiap trimester kehamilan
yang harus segera diatasi karena akan menimbulkan efek yang berbahaya
bagi ibu dan janin (Capra dkk, 2013). Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester,
dimana trimester I berlangsung dalam 12 minggu, trimester II 15 minggu
(minggu ke-13 hingga minggu ke-27) dan trimester III 13 minggu (minggu
ke- 28 hingga minggu ke-40) (Waliyani, 2015).

Haemoglobin adalah suatu senyawa protein dengan besi (Fe) yang


dinamakan konjugasi protein. Sebagai intinya, besi (Fe) dengan rangka
protoporpyrin dan globulin (tetra phirin). Warna darah merah disebabkan
karena adanya besi (Fe). Oleh karena itu haemoglobin dinamakan juga zat
warna darah. Bersama-sama dengan eritrosit haemoglobin dengan
karbondioksida menjadi karboksihaemoglobin dan warnanya merah tua.
Darah arteri mengandung oksigen dan darah vena mengandung

1
karbondioksida. Haemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi.
Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu
membentuk oxihaemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui
fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn,
2009).

Pada ibu hamil dengan anemia dapat berakibat fatal dapat menyebabkan

keguguran, partus prematur, inersia uteri, partus lama, atonia uteri, dan

menyababkan perdarahan serta syok. Anemia juga dapat menyebabkan

terjadinya gangguan penyaluran oksigen dan zat makanan dari ibu ke

plasenta dan janin, yang mempengaruhi fungsi plasenta. Fungsi plasenta yang

menurun dapat mengakibatkan gangguan tumbuh kembang janin yang

meningkatkan resiko berat badan lahir rendah, prematuritas. Adapun faktor-

faktor yang menyebabkan anemia diantaranya gravid, umur, paritas, tingkat

pendidikan, status ekonomi, gizi, dan kepatuhan konsumsi tablet Fe

(proverawati 2011, Keisnawati, dkk,2015).

Kasus anemia pada ibu hamil sebagian besar disebabkan oleh

rendahnya asupan zat besi dalam tubuh yang disebabkan pola makan kurang

baik. Pola makan merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau

kelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam

konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan, jumlah makanan

dan frekuensi makan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial budaya

dimana mereka hidup (Almatsier 2011).

2
Djaswadi dan Imanudin (2005) menjelaskan bahwa faktor pola makan

ibu hamil sangat penting untuk mencukupi kebutuhan nutrisi ibu hamil dan

janinnya dan terdapat hubungan antara pola konsumsi dengan kejadian

anemia gizi pada ibu hamil. Adanya ibu hamil dengan tingkat konsumsi yang

baik tetapi masih menderita anemia, disebabkan karena protein yang

dikonsumsi ibu hamil mempunyai kualitas yang kurang baik. Dengan

konsumsi daging yang rendah dan konsumsi buah segar yang jarang maka ibu

akan mempunyai risiko kekurangan zat besi karena penyerapan zat gizi

dipengaruhi oleh heme dari daging dan vitamin C (Djaswandi, Imanudin,

2005)

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator

keberhasilan layanan kesehatan disuatu negara. Kematian ibu dapat terjadi

karena beberapa sebab, diantaranya karena anemia. Penelitian Chi Dkk

(2011) menunjukan bahwa angka kematian ibu adalah 70% untuk ibu-ibu

yang anemia dan 19,7% untuk mereka yang non anemia. Kematian ibu 15-

20% secara langsung atau tidak langsung berhubungan dengan anemia.

Anemia pada kehamilan juga berhubungan dengan meningkatnya angka

kesakitan ibu (Depkes, 2014).

Tingginya angka kejadian anemia di indonesia dikarenakan penaganan

Anemia dilakukan ketika ibu hamil bukan dimulai sebelum kehamilan. Secara

nasional cakupan ibu hamil mendapat tablet Fe tahun2015 sebesar 85,17%

tidak berbeda jauh dibanding tahun 2014 yang sebesar 85,1%. Provinsi

3
dengan cakupan Fe tertinggi yaitu DKI jakarta 97,12% dan Provinsi Sulawesi

Tengah merupakan urutan keempat dari yang terendah 63,42% (profil

Kesehatan Indonesia, 2015).

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kehamilan?


2. Apa saja tanda dan gejala kehamilan?
3. Bagaimana diagnosis kehamilan?
4. Apa saja perubahan pada masa hamil?
5. Apa saja kebutuhan dasar ibu hamil?
6. Apa yang dimaksud dengan pola makan?
7. Apa saja Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan?
8. Apa saja Konsumsi makanan untuk ibu hamil?
9. Apa yang dimaksud dengan anemia?
10. Apa saja Macam- macam Anemia Pada Kehamilan?
11. Apa saja Penyebab Anemia Dalam Kehamilan
12. Apa saja gejala anemia dalam kehamilan?
13. Bagaimana Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Pengetahuan Kadar
Hemoglobin?
14. Apa saja pencegahan dan penanganan anemia dalam kehamilan?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian kehamilan?


b. Untuk mengetahui tanda dan gejala kehamilan?
c. Untuk mengetahui diagnosis kehamilan?
d. Untuk mengetahui perubahan pada masa hamil?
e. Untuk mengetahui kebutuhan dasar ibu hamil?
f. Untuk mengetahui pengertian pola makan?

4
g. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola makan?
h. Untuk mengetahui Konsumsi makanan untuk ibu hamil?
i. Untuk mengetahui pengertian anemia?
j. Untuk mengetahui Macam- macam Anemia Pada Kehamilan?
k. Untuk mengetahui Penyebab Anemia Dalam Kehamilan
l. Untuk mengetahui gejala anemia dalam kehamilan?
m. Untuk mengetahui Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Pengetahuan Kadar
Hemoglobin?
n. Untuk mengetahui pencegahan dan penanganan anemia dalam kehamilan?

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Tentang Kehamilan

1. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi internasional, kehamilan

didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat

fetilisasi hingga lahirnya bayi, hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

akan berlangsung dlam waktu 40 minggu atau 10 bulan luar atau 9 bulan

menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi selama 3 trimester,

dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15

minggu (minggu ke-13 hingga ke-279 dan trimester ke 13 minggu (minggu

ke-28 hingga ke-40) (Rukiyah, 2014).

2. Tanda dan gejala kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut pantiwati dan Saryono (2010)

yaitu:

a. Tanda pasti hamil

1) Adanya gerakan janin yang dirasakan

2) Terdengarnya Denyut Jantung janin (DJJ)

3) Dengan pemeriksaan USG terlihat gambaran janin

4) Tes laboraturium

b. Tanda mungkin hamil

6
1) Reaksi kehamilan positif

2) Tanda Hegar

3) Tanda Chadwick

4) Tanda Goodell’s

5) Tanda Piscaseek

6) Tanda Braxton Hick

c. Tanda kehamilan tidak pasti

1) Amenorhea (tidak haid)

2) Mual dan muntah

3) Mengidam

4) Perubahan pada payudara

5) Sering miksi

6) Perubahan berat badan

7) Konstipasi

8) Lelah

3. Dianosis Kehamilan

a. Uji Hormonal Kehamilan

Korionik gonadotropin (HCG) diproduksi oleh sel-sel

sinsisiotrofoblas pada awal kehamilan. Hormon ini diekresikan

melalui urine. Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) dapat

dideteksi sekitar 26 hari setelah konsepsi dan peningkatan ekskresinya

sebanding dengan meningkatnya usia kehamilan 30-60 hari. Pada usia

60-70 hari merupakan puncak produksi hormone HCG kemudian

7
menurun hingga akhir kehamilan dan menetap setelah selesai usia

kehamilan 100-130 hari.

b. Perubahan Anatomik dan Fisiologik

Perubahan anatomic yang paling terlihat pada ibu hamil adalah

pembesaran uterus. Peningkatan konsentrasi hormon estrogen dan

progesteron pada awal kehamilan akan menyebabkan hipertrofi

miometrium. Hipertrofi miometrium dan hipertrofi kelenjar serviks

disertai dengan peningkatan vaskularisasi menyebabkan perubahan

pada ibu hamil meliputi, tanda Chadwick dan tanda goodell

(Saifuddin, 2014).

4. Perubahan pada kehamilan

Kehamilan merupakan proses yang alami dan normal sehingga

sebagian besar wanita hamil akan mengalami proses perubahan bentuk

tubuh dan dapat dilihat dengan jelas dan diukur dengan bertambahnya

berat bada ibu selama kehamilan. Umumnya, penambahan berat badan

selama hamil bervariasi, yaitu diantara 6-12 kg tergantung berat badan ibu

selama hamil. Pada ibu hamil yang memiliki berat badan kurang dari 40 kg

sebaiknya menyesuaikan dengan berat badn normal kemudian

ditambahkan dengan penambahan ideal saat hamil yaitu 12-16 kg. namun

jika sebelum hamil sudah terjadi kelebihan berat badan, sebaiknya ibu

mengatur pola makan agar pertambahan berat badan selama hamil tidak

terlalu besar (Nurul Jannah, 2012).

8
Kehamilan dibagi 3 trimester, yaitu trimester I (usia kehamilan1-3

bulan atau 0-12 minggu), trimester II (usia kehamilan 4-6 bulan atau 13-24

minggu), trimester III (usia kehamilan 7-9 bulan atau 25-40 minggu)

(Astuti dkk., 2012).

a. Trimester I

Pada awal kehamilan, wanita terkadang merasa senang dan sedih.

Biasanya juga dipengaruhi oleh rasa lelah, mual dan sering kencing

pada saat masuk dibulan kedua payudara akan bertambah besar dan

vena halus terlihat dibbawah kulit dan putting susu bertambaj besar.

Terjadi penurunan minat terhadap hungan sekual dan muntah

merupakan tanda masa kehamilan (Nugroho dkk., 2011).

Pada bulan pertama, berat badan ibu biasanya belum bertamabah,

apalagi jika ibu mengalami mual dan muntah serta penurunan nafsu

makan (Padlia, 2014).

b. Trimester II

Selama trimester II berat badan ibu bertambah 1-2 kg selama

kehamilan. Pad saat ini, rahim dapat dengan mudah diraba dan mulai

tampak membesar. Tubuh ibu mulai mengalami perubahan bentuk

mulai kelihatan lebih gemuk dan bentuk pinggang mulai tidak terlihat.

Pada akhir bulan keempat dan awal bulan kelima, ibu mulai merasakan

pergerakan janin untuk pertama kalinya (Rukiyah, 2014).

9
Peningkatan ras memiliki dan mulai dapat kembali pda minat

semula, adanya gerakan anak menjadikan ibu semakin merasakan

kehamilannya. Trimester II dapat dibagi menjadi 2 fase yaitu

prequickening (sebelum ada pergerakkan janin yang dirasakan ibu) dan

posquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan ibu)

(Nugroho, 2011).

c. Trimester III

Trimester III sering disebut periode penentian dengan penuh

kewaspadaan, ibu akan kembali merasakan ketidaknyamaan fisik yang

semakin kuat menjelang akhir kehamilan (Icesmi sukarni, K-Margareth

ZH, 2013).

Akhir bulan ketujuh atau minggu ke-28, ibu biasa merasa sehat

namun kadang merasakan kesulitan seperti sembelit, bengkat pada kaki,

kelelahan, kadang ibu juga merasakan kontraksi rahim. Kontraksi rahim

yang tidak menyakitkan ini disebut dengan Braxton hicks.

Akhir bulan kesembilan, rahim ibu mulai mencapai tulang rusuk

dan ibu mungkin merasa tidak nyaman karena beban tubuh semakin

berat, tulang belakang semakin kearah depan yang menyebabkan ibu

kesulitan ketika memiringkan tubuhnya saat berbaring dan mulai capek

saat duduk lama. Keluhan laiinya adalah cepat lelah, kaki seram timbul

gatal-gatal pada daerah perut, suhu tubuh meningkat karena perubahan

10
metabolisme tubuh, dan asma sering dialami ibu karena perubahan

hormon (Icesmi Sukarni, K-Margareth ZH,2013).

5. Kebutuhan dasar ibu hamil

Kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan ibu semasa hamil TM I-III

(Rukiyah, 2014):

a. Oksigen

Seseorang ibu hamil sering mengeluh tentang rasa sesak dan

pendek nafas. Hal ini disebabkan karena diafragma tertekan akibat

membesarnya rahim. Kebuthan oksigen meningkat 20%. Ibu hamil

sebaiknya tidak berada ditempat-tempat yang terlalu ramai dan penuh

sesak, karena akan mengurangi masukan oksigen.

b. Nutrisi

Kebutuhan energi pada kehamilan trimester 1 memerlukan

tambahan 100 kkal/hari (menjadi 1900-2000 kkal/hari). Selanjutnya

pada trimester II dan III, tambahan energi yang dibutuhkan meningkat

menjadi kurang lebih 285 kkal/hari, atau sama dengan mengkonsumsi

tambahan 100gr daging ayam atau minum 2 gelas susu sapi cair dan

konsumsi protein lebih tinggi dari biasanya menjadia kurang lebih 2

g/kg BB. Idealnya kenaikan berat badan sekitar 500gr/minggu.

Kebutuhan makan ibu hamil sesuai dengan berat badan normal per hari.

Kecukupan gizi ibu hamil dan pertumbuhan kandungannya dapat

diukur berdasarkan kenaikan berat badan ibu turun stelah kehamilan

11
triwulan kedua harus waspada (Saryono, 2010).

c. Personal Hygiene

Sebaiknya ibu hamil mandi gosok gigi, perawatan rambut dan

ganti pakaian minimal 2x sehari, menjaga kebersihan alat genetalia dan

pakaian dalam, menjaga kebersihan payudara.

d. Pakaian

Longgar, nyaman, dan mudah di pergunakan, gunakan kutang/BH

dengan ukuran sesuai ukuran payudara dan mampu menyangga seluruh

payudara, tidak memakai sepatu tumit tinggi, sepatu berhak rendah,

baik untuk punggung dan postur tubuh dan dapat mengurangi tekanan

pada kaki.

e. Eliminasi

Ibu hamil akan sering ke kamar mandi terutama saat malam

hingga menggangu tidur, sebaiknya intake cairan sebelum tidur di

kurangi, gunakan pembalut untuk mencegah pakaian dalam yang basah

dan lembah sehingga memudahkan masuk kuman, setiap habis BAB

dan BAK cebok dengan baik.

f. Seksual

Pilih posisi yang nyaman dan tidak menyebabkan nyeri bagi

wanita hamil, sebaiknya menggunakan kondom karena prostatglandin

12
yang terdapat dalam semen bisa menyebabkan kontraksi, lakukanlah

dalam frekuensi yang wajar 2 sampai 3 kali seminggu.

g. Mobilisasi dan body mekanik

Melakukan latihan/senam hamil agar otot-otot tidak kaku, jangan

melakukan gerakan tiba-tiba atau spontan, jangan mengangkat secara

langsung benda-benda yang cukup berat, jongkokl ah terlebih dahulu

lalu kemudian mengangkat benda, apabila bangun tidur miring dulu

baru kemudian bangkit dari tempat tidur.

h. Istirahat atau tidur

Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup.

Kurang istirahat/tidur, ibu hamil akan terlihat pucat, lesu dan kurang

gairah. Usahakan tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang

kurang lebih 1 jam. Umumnya ibu mengeluh susdah tidur karena

rongga dadanya terdesak perut yang membesar atau posisi tidurnya jadi

tidak nyaman. Tidur yang cukup dapat membuat ibu menjadi relaks,

bugar dan sehat. Solusinya saat hamil tua, tidurlah dengan menganjal

kaki (dari tumit hingga betis) menggunakan bantal. Kemudian lutut

hingga pangkal paha diganjal dengan satu bantal. Bagian punggung

hingga pinggang juga perlu diganjal bantal. Nagian punggung hingga

pinggang juga perlu diganjal bantal. Letak bantal bisa disesuaikan, jika

ingin tidur miring ke kiri, bantal diletakkan demikian rupa sehingga ibu

13
nyaman tidur dengan posisi miring ke kiri. Begitu juga bila ibu ingin

tidur posisi ke kanan. Cobalah untuk tidak tidur terlentang sewaktu

tidurr karena dapat menempatkan rahim diatas pembuluh darah yang

penting (vena cava inferior) yang berjalan kebawah dibagian perut,

yang dapat menyebabkan peredaran darah ke bayi dan bagian tubuh

lainnya dapat berkurang.

i. Imunisasi

Vaksin adalah substansi yang diberikan untuk melindungi dari zat

asing (infeksi). Ada 4 macam vaksin yaitu:

1) Toksoid adalah preparat dari racun bakteri diubah

kimiawi/endotoksin yang dibuat oleh kimia.

2) Vaksin yang mati yang berisi mikroorganisme yang dibuat tidak

aktif dengan panas atau bahan kimia.

3) Vaksin virus hidup dibuat dari strain virus yang memberikan

perlindungan tetap tidak cukup kuat untuk menimbulkan penyakit.

4) Preparat imut globulin adalah protein yang terbuat dari darah

manusia yang dapat menhasilkan perlindungan antibody

pasif/temporer. Vaksin ini untuk melawan penyakit hepatitis B,

rabies, varisela.

Vaksin yang baik untuk ibu hamil adalah vaksin mati tidak

mempengaruhi janin. Satu-satunya imunisasi yang dianjurkan selama

hamil adalah tetanus.

14
B. Konsep Tentang Pola Makan

1. Pengertian pola makan

Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah

dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi

mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu

kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).

Pengertian pola makan menurut Handajani adalah tingkah laku

menusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi makanan yang

meliputi sikap, kepercayaan, dan pilihan makanan, sedangkan menurut

Suhardjo pola makan diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok

orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsi makanan terhadap

pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan social.

Dan menurut seorang ahli mengatakan bahwa pola makan di

definisikan sebagai karakteristik dari kegiatan yang berulang kali makan

individu atau setiap orang makan dalam memenuhi kebutuhan makanan.

(Sulistyoningsih, 2011).

Secara umum pola makan memiliki 3 (tiga) komponen yang terdiri

15
dari:jenis, frekuensi, dan jumlah makanan:

a. Jenis makan

Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap

hari terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati, sayuran, dan

buah yang dikonsumsi setiap hari. Makanan pokok adalah sumber

makanan utama di Negara Indonesia yang di konsumsi setiap orang atau

sekelompok masyarakat yang terdiri dari beras, jagung, sagu, umbi-

umbian, dan tepung. (Sulistyoningsih,2011).

b. Frekuensi makan

Frekuensi makan adalah beberapa kali makan dalam sehari

meliputi makan pagi, makan siang, makan malam dan makan selingan

(Depkes, 2013). Sedangkan menurut Suhardjo (2009) frekuensi makan

merupakan berulang kali makan sehari dengan jumlah tiga kali makan

pagi, makan siang, makan malam.

c. Jumlah makan

Jumlah makan adalah banyaknya makanan yang duimakan dalam

setiap orang atau setiap individu dalam kelompok (Willy, 2011).

Tabel gizi pada ibu hamil:

Energi Protein Lemak KH

Trimester 1 180 kkal 20 gram 6 gram

16
25 gram

Trimester 1 300 kkal 20 gram 10 gram 40 gram

&2

(Almatsier, S., 2009)

2. Faktor Yang Mempengaruhi Pola Makan

Pola makan yang terbentuk gambaran sama dengan kebiasaan makan

seseorang. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola

makan adalah faktor ekonomi, social budaya, agama, pendidikan, dan

lingkungan (Sulistyoningsih, 2011).

a. Faktor ekonomi

Variable ekonomi mencakup dalam peningkatan peluang untuk

daya beli pangan dengan kuantitas dan kualitas dalam pendapatan

penurunan daya beli pangan secara kualitas maupun kuantitas

masyarakat.

Pendapatan yang tinggi dapat mencakup kurangnya daya beli

dengan kurangnya pola makan masyarakat segingga pemilihan suatu

bahan makanan lebih didasarkan dalam petimbangan selera

dibandingkan aspek gizi, kecendrungan untuk mengkonsumsi makanan

impor (Sulistyoningsih, 2011).

17
b. Faktor social budaya

Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat

dipengaruhi oleh faktor budaya social dalam kepercayaan budaya adat

daerah yang menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan disuatu

masyarakat memiliki cara mengkonsumsi pola makan dengan cara

sendiri.

Dalam budaya mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan

seperti:dimakan, bagaimana cara pengelohannya, persiapan dan

penyajian (Sulistyoningsih, 2011).

c. Agama

Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali

berdoa sebelum makan dengan diawali makan menggunakan tangan

kanan (Depkes RI, 2008).

d. Pendidikan

Dalam pendidikan pola makan ialah salah satu pengetahuan, yang

dipelajari dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan

penentuan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2011).

e. Lingkungan

Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap

pembentuk perilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya

18
promosi, media elektroni, dan media cetak (Sulistyoningsih, 2011).

f. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan ialah suatu cara seseorang yang mempunyai

kebiasaan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan

jenis makanan yang dimakan (Depkes, 2009).

Menurut Willy (2011) mengatakan bahwa suatu penduduk

mempunyai kebiasaan makan dalam tiga kali sehari adalah kebiasaan

makan dalam setiap waktu.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi

Kebutuhan gizi setiap golongan umur dapat dilihat pada angka

kecukupan gizi yang dianjurkan (AKG). Yang berdasarkan umur,

pekerjaan, jenis kelamin, dan kondisi tempat tinggal seperti yang

disebutkan (Sulistyoningsih, 2011).

a. Umur

Kebutuhan zat gizi pada orang dewasa berbeda dengan kebutuhan

gizi pada usia balita karena pada masa balita terjadi pertumbuhan dan

perkembangan sangat pesat. Semakin bertambah umur kebutuhan zat

gizi seseorang akan lebih rendah untuk tiap kilogram berat badan orang

dewasa.

b. Aktifitas

19
Aktifitas dalam angka kecukupan gizi ialah suatu kegiatan

seseorang yang beraktifitas dalam menjalankan pekerjaan setiap hari.

c. Jenis kelamin

Dalam angka kecukupan gizi pada jenis kelamin ialah untuk

mengetahui identitas seseorang individu maupun sekelompok

masyarakat.

d. Daerah tempat tinggal

Suatu penduduk yang bertinggal di perkotaan atau di pendesaan

membutuhkan pengetahuan tantang pola makan dengan cara yang benar

dan baik dalam tepat waktu makan teratur.

4. Pola makan seimbang

Pola makan seimbang adalah suatu cara pengaturan jumlah dan jenis

makan dalam bentuk susunan makanan sehari-hari yang mangandung zat

gizi yang terdiri dari enam zat yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin,

mineral, dan air. Dan keaneka ragam makanan.

Konsumsi pola makan seimbang merupakan susunan jumlah

makanan yang dikonsumsi dengan mengandung gizi seimbang dalam

tubuh dan mengandung dua zat ialah: zat pembangun dan zat pengatur.

Makan seimbang adalah makanan yang memiliki banyak kandungan

gizi dan asupan gizi yang terdapat pada makanan pokok, lauk hewani dan

lauk nabati, satur dan buah.

20
Jumlah daan jenis makanan sehari-hari ialah cara makan seseorang

individu atau sekelompok orang dengan menkonsumsi makanan yang

emngandung karobohidrat, protein, sayuran dan buah frekuensi tiga kali

sehari dengan makan selingan pagi dan siang. Dengan mencapai gizi tubuh

yang cukup dan pola makan yang berlebihan dapat mengakibatkan

kegemukan atau obesitas pada tubuh.

Menu simbang adalah makanan yang beraneka ragam yang

memenuhi kebuthab zat gizi dalam pedoman umum gizi seimbang (PUGs),

(Depkes RI, 2006). Dalam bentuk penyajian makanan danbbentuk

hidangan makanan yang disajikan seperti hidangan pagi, hidangan siang,

dan hidangan malam dan mengandung zat pembangun dan pengatur.

Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan

makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu, sedangkan dari

hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti

keju. Zat pembangun berperan untuk perkembangan kualitas tingkat

kecerdasan seseorang.

Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur dan buah

banyak mengandung vitamin dan mineral yang berperan untuk

melancarkan fungsi organ tubuh.

5. Konsumsi makanan

Konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan suatu

kebiasaan yang dimakan seseorang daalam jenis dan jumlah bahan

21
makanan stiap orang dalam hari yang dikonsumsi atau dimakan dengan

jangka waktu tertentu (Harap, VY. 2012).

Pengukuran konsumsi makanan survey konsumsi makanan

merupakan metode yang dapat digunakan untuk konsumsi makanan adalah

untuk pengukuran jumlah makanan yang dikonsumsi pada tingkat

kelompok, rumah tangga dan perorangan, sehingga diketahui kebiasaan

makan dan dapat dinilai kecukupan makanan yang dikonsumsi seseorang.

a. Kebiasaan makan

Kebiasaan makan adalah seseorang atau suatu kebiasaan individu

dalam keluarga maupun dimasyarakat yang mempunyai cara makan

dalam bentuk jenis makan, jumlah makan dan frekuensi makan

meliputi: karbohidrat, lauk hewani, lauk nabati, sayur, dan buah yang

dikonsumsi setiap hari. Menurut Sudirman (2010).

Kebiasaan sarapan pagi merupakan salah satu dasar dalam

Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). Bahwa kebiasaan sarapan

pagi suatu cara makan seseorang individu atau sekelompok masyarakat

yang baik karena sarapan pagi dapat menambah energy yang cukup dan

beraktifitas untuk meningkatkan produktifitas (Depkes, RI 2008).

b. Makanan sehat

Makanan sehat adalah suatu makanan yang seimbang dengan

beraneka ragam dengan mengandung zat gizi yang diperlukan oleh

tubuh dalam jumlah yang cukup energy. Makan sehat dapat

22
mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang berbagai jenis makanan

yang mengandung banyak jumlah kalori.

Hubungan makanan dan kesehatan adalah salah satu jenis

makanan yang banyak mengandung zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Makanan merupakan suatu kebutuhan yang utama di Indonesia yang

dikonsumsi sebagai makanan pokok mengandung zat gizi diantara lain:

lemak, protein, miberal, vitamin dan air.

C. Konsep Tentang Anemia kehamilan

1. Pengertian Anemia

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar

hemoglobin dibawah 11 mg% pada trimester I, II dan III. Anemia selama

kehamilan dapat terjadi karena peningkatan volume darah dalam tubuh

sekitar 20-30% karena akan dibagikan kepada janinnya sehingga

membutuhkan pasokan besi dan vitamin untuk membuat hemoglobin

sebagai pembawa oksigen ke sel-sel yang lain dalam tubuh (Proverawati,

2011).

Anemia adalah kondisi dimana sel darah merah menurun atau

menurunya hemoglobin, sehingga kapsitas daya angkut oksigen untuk

23
kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang.

Selama kehamilan, indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin

kurang 10,50 sampai dengan 11,00 gr/dl (proverawati, 2011).

Hemoglobin yaitu komponen sel darah merah yang berfungsi

menyalurkan oksigen keseluruh tubuh, jika HB berkurang, jaringan tubuh

kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses

metabolism. Zat besi merupakan bahan baku pembuat sel darah merah. Ibu

hamil mempunyai tingkat metabolisme yang tinggi misalnya misalnya

untuk membuat jaringan tubuh janin, membentuknya organ dan juga untuk

memproduksi energy agar ibu hamil bisa tetap beraktifitas normal sehari-

hari. Fungsi Hb merupakan komponen utama etrosit yang berfungsi

membawa oksigen dan karbondioksida. Warna merah pada darah

disebabkan oleh kandungan Hb yang merupakan susunan protein yang

komplek yang terdiri dari protein, globulin dan satu senyawa yang bukan

pprotein yang disebut heme. Heme tersusun dari satu senyawa lingkar

yang bernama porfirin yang bagian pusatnya ditempati oleh logam besi

(Fe). Jadi heme adalaha senyawa-senyawa porfirin-besi, sedangkan

hemoglobin adalah senyawa komplek antara globin dan heme (fadlun,

2013).

Awal kehamilan, wanita perlu diberikan obat profilaktik karena

hemodilusi berikutnya biasanya mengurangi kadar Hb untuk <10g / dl.

Meskipun hemodilusi, kapasitas pembawa hemodilusi, kapasitas

24
pembawa O2 tetap normal selama kehamilan, hct biasana meningkat

segera setalah melahirkan. Anemia terjadi pada 1/3 dari perempuan selama

trimester ketiga. Penyebab paling umum adalah defesiensi zat besi dan

folat. Selain itu, jika secara signifikan terjadi anemia selama dua trimester

pertama, maka berisiko lebih besar untuk memiliki bayi lahir prematur

atau berat bayi lahir rendah. Anemia pada ibu hamil juga meningkatkan

resiko kehilangan darah selama persalinan dan membuat ibu lebih sulit

untuk melawan infeksi (Proverawati, 2011).

2. Macam- macam Anemia Pada Kehamilan

Menurut Proverawati (2011) ada 4 macam anemia pada ibu hamil

yaitu:

a. Anemia defisiensi zat besi (kejadian 62,30%) adalah anemia dalam

kehamilan yang paling sering terjadi dalam kehamilanakibat

kekurangan zat besi, kekurangan ini disebabkan karena kurang

masuknya unsure zat besi dalam makanan

b. Anemia Megaloblastik (kejadian 29,00%); dalam kehamilan adalah

anemia yang disebabkan karena defisiensi asam folat

c. Anemia hipoplastik (kejadian (8,0%) pada wanita hamil adalah anmi

yang disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-

25
sel darah merah. Dimana etiologinya belum diketahui dengan pasti

kecuali sepsis, sinar rontgen, racun dan obat-obatan.

d. Anemia Hemolitik (kejadian 0,70%), yaitu anemia yang disebabkan

karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat, yaitu

penyakit malaria.

3. Penyebab Anemia Dalam Kehamilan

Penyebab anemia umumnya adalah kurang gizi, kurang zat besi,

kjehilangan darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit-penyakit kronik.

Dalam kehamilan penurunana kadar hemoglobin yang dijumpai selama

kehamilan disebabkan oleh karena dalam kehamilan keperluan zat

makanan bertambah dan terjaidnya perubahan-perubahan dalam darah:

penambahan volume plasma yang relatif lebih besar dari pada penambahan

massa hemoglobin dan volume sel darah merah. Darah bertambah banyak

dalam kehmilan yang lazim disebut hidremia atau hipervoleia. Namun

bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan

bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceraan darah (purmaningsih,

2012).

Pertambahan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah

18%, dan hemogloibin 19%. Pengenceran darah dianggap sebagai

penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi

wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan beban jantung yang

harus berkerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai akibat

26
hopervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat.

Kerja janutng ini elbih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi

perifer berkurang pula, sehingga tekanandarah tidak naik (Proverawati,

2011).

Selama hamil volume darah meningkat 50%dari 4 ke 6 L, volume

plasma meningkat sedikit sehingga terjadi hemodilusi (hd remia

kehamilan) menyebabkan penurunan konsentrasi Hb dan nilai hematokrit,

namun kapsitras pembawa oksigen tetap normal selama kehamilan.

Penurunan ini lebih kecil pada ibu hamil yang mengkomsumsi zat besi.

Kenaikan volume darah berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari

uteroplasenta. Ketidakseimbangan anatara kecepatan penambahan plasma

dan penambahan eritrosit kedalam sirkulasi ibu biasanya memuncak pada

trimester kedua penyebab paling umum yaitu defisiensi zat besi dan folat

(Proverawati, 2011).

Pola makan adalah pola komsumsi makan sehari-hari yang sesuai

dengan kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif.

Untuk dapat mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus

menkonsumsi minimal 1 jenis bahan makanan dan tiap golongan bahan

makanan yaitu karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayuran buah dan

susu. Seringnya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung zat

yang menghambat penyerapan zat besi seperti teh, kopi, kalsium

(Kusumah, 2009).

27
Wanita hamil cenderung terkena anemia pada triwulan III karena

pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri

sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir. Pada penelitan (Djamilus

dan herlina, 2008) menunjukkan adanya kecendrungan bahwa semakin

kurang baik pola makan, maka akan semakin tinggi angka kejadian

anemia.

Faktor umur merupakan faktor resiko kejadian anemia pada ibu

jamil. Umur seorang ibu berkaitan dengan alat-alat reproduksi wanita.

Kehamilan dibawah usia 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan

anemia karena pada kehamilan dibawah 20 tahun secara biologis belum

optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga

mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian

terhadap pemenuhan kebutuhan za-zat gizi selama kehamilannya.

Sedangkan pada usia diatas 35 tahun terkait dengan kemunduran dan

penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa

diusia ini. Hasil penelitian didapatkan bahwa umur ibu pada saat hamil

sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia (Amirudin dan Wahyuddin,

2004).

Ibu hamil yang kurang patuh mengkomsumsi tablet Fe mempunyai

resiko 2,429 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding yang

patuh komsumsi tablet Fe (Djamilus dan Herlina, 2008). Kepatuhan

mengkomsumsi tablet Fe diukur dari ketepatan jumlah tablet yang

28
dikomsumsi, ketepatan cara mengkomsumsi tablet Fe, frekuensi komsumsi

perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu

upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya

anemia kekurangan besi. Suplementasi besi merupakan cara efektif karena

kandungan besinya yang dilengkapi asam folat yang sekaligus dapat

mencegah anemia karena kekurangan asam folat (Depkes, 2009).

Konsumsi tablet besi sangat dipengaruhi oleh kesadaran dan

kepatuhan ibu hamil. Kesadaran merupakan pendukung bagi biu hamil

untuk patuh mengkomsumsi tablet Fe dengan baik. Tingkat kepatuhan

yang kurang sangat dipengaruhi oleh rendahnya kesadaran ibu hamil

dalam mengkomsumsi tablet besi, inipun besar kemungkinan mendapat

pengaruh melalui tingkat pengetahuan gizi dan kesehatan. Kepatuhan ibu

hamil mengkomsumsi tablet besi tidak hanya dipengaruhi oleh kesadaran

saja, namun ada beberapa faktor lain yaitu bentuk tablet, warna, rasa dan

efek samping seperti mual, konstipasi (Purmaningsih, 2012).

Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu

baik lahir hidup maupun mati. Seorang ibu yang sering melahirkan

mempunyai resiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila

tidak memperhatikan kebutuhan nutrisi. Karena selama hamil zat-zat gizi

akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya. Berdasarkan

hasil analisis didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara paritas

dengan kejadian anemia pada ibu hamil, ibu hamil dengan paritas tinggi

29
mempunyai resiko 1.454 lebih besar untuk mengalami anemia dibanding

yang paritas rendah (Djamilus dan Herlina, 2008).

Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinnya

anemia. Hal ini dikarenakan kondisi ibu masil belum pulih dan pemenuhan

kebutuhan zat gizi belum optimal, sudah hatus memenuhi kebutuhan

nutrisi janin yang dikandung ( Wiknjosastro, 2005). Jarak kelahiran

mempunyai resiko 1,146 kali lebih besar terhadap kejadian anemia

(Amirrudindan Wahyuddin, 2004).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian

ternyata tinddakan yang didasari oleh pengetahuan akan lebih teratur dari

pada tindakan yang tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan tentang gizi

dapat mengindarkan seseorang dari konsumsi yang salah. Dengan tingkat

pengetahuan yang baik, ibu hamil dapat mengetahui bahan pangan dan

hal-hal yang dapat menunjang kualitas kehamilannya terutama yang terkait

dalam mengonsumsi makanan, termasuk juga dengan o tablet besi yang

dibagikan oleh petugas kesehatan yang ditujukan untuk kesehatan selama

kehamilan (Indreswari Dkk, 2008). Pengetahuan ibu jamil tentang

pengertian, penyebab, akibat, dan penanggulangan anemia merupakan

predisposisi ibu untuk berprilaku sehat dalam hal menanggulangi anemia

pada diri sendiri (Silalahi, 2007).

4. Gejala Anemia Pada Ibu Hamil

30
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan

tekanan darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi.

Dan secara klinis dapat dilihat dari tubuh yang pucat dan tampak lemah

(malnutrisi). Guna memastikan seorang ibu menderita anemia atau tidak,

maka dikerjakan pemeriksaan kadar Hemoglobin dan pemeriksaan darah

tepi. Pemeriksan Hemoglobin dengan spektrofotometri merupakan standar

(Nirwana, 2012).

Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa

tahap, awalnya terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi dalam

bentuk fertin dihati, saat konsumsi zat besi dari makanan tidak cukup,

fertin inilah yang diambil. Daya serap zat besi dari makanan sangat

rendah, Zat besi pangan hewan lebih tinggi penyerapannya yaitu 20-30 %

sedangkan dari sumber nabati 1-6 %. Bila terjadi anemia, kerja jantung

akan dipacu lebih cepat untuk memnuhi kebutuhan O2 ke semua organ

tubuh, akibat penderita sering berdebar dan jantung cepat lelah. Gejala lain

adalah lemas, cepat lelah, letih, mata berkunang kunang, mengantuk,

selaput lendir, kelopak mata, dan kuku pucat (Sin sin, 2008).

5. Derajat Anemia Pada Ibu Hamil Dan Pengetahuan Kadar

Hemoglobin

Ibu hamil dikatakan anemia bila kadar hemoglobin atau darah

merahnnya kutrang dari 11,00 gr%. Menurut Word Helath Organzsation

(WHO) anemia pada ibu hamil adalah kondisi ibu dengan kadar Hb <11%.

31
Anemia pada ibu hamil di indonesia sangat bervariasi, yaitu: tidak anemia

HB 7-8,9 gr%, anemia berat : Hb<7 gr% (Shafa, 2010).

Pengukuran Hb yang disarankan oleh WHO ialah dengan cara

cyanmet, namun cara oxyhaemoglobin dapat pula dipakai asal distandarisir

terhadap cara cyanmet. Sampai saat ini baik di Puskesmas maupun di

rumah sakit masih menggunakan alat sahli. Dan pemeriksaan darah

dilakukan tiap trimester dan minimal dua kali hamil yaitu pada trimseter I

dan trimester III (Tarwoto, dan Wasnidar, 2012).

Metode Cyanmethemoglobin ini cukup teliti dan dianjurkan oleh

International Commitee for Standardization ini Hemathology (ISCH).

Menurut cara ini darah dicampurkan dengan larutan drapkin untuk

memecah hemoglobin menjadi cyanmethemoglobin, daya serapnnya

kemudian diukur pada 540 mm dalam kalorimeter fotoelektrit atau

spektrofotometer. Cara penentuan Hb yang banyak dipakai di indonesia

ialah sahli. Cara ini untuk dilapangan cukup sederhana tapi ketelitiannya

perlu dibandingkan dengan cara standar yang dianjurkan WHO

(Proverawati, 2011).

6. Pencengahan dan Penanganan Anemia Pada Ibu Hamil

Pencegahan anmia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain

dengan cara: meningkatkan komsumsi zat besi dari makanan,

mengkonsumsi pangan heani dalam jumlah cukup, namun karena harganya

cukup tinggi sehingga masyarakat sulit menjangkaunya. Untuk itu

32
diperlukan alternatif yang lain utnuk mencagah anemia gizi besi, memakan

beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling melengkapi

termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti

vitamin C (Proverawati, 2011).\

Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg

dapat meningkatkan peneyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-

buahan segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses

pemaksakan 50 – 8- vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi

makanan yang bisa menghambat penyerapan zat besi seperti: fitat, fosfat,

tannin (Fatmah, 2012).

Penanganan anemia didefisisensi besi adalah dengan preparat besiu

yang diminum (oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Tetapi oral

adalah dengan pemberian preparat besi: fero sulfat,fero gluconat, atau Na-

fero bisitrat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb

sebanyak 1 gr% per 19 bulan. Sedangkan pemberian preparat parenteral

adalah dengan ferum dextran sebanyak 1000 mg (20 ml) intreavena atau 2

kali 10 ml secara intramuskuler, dapat meningkatkan hemoglobin relatif

cepat yaitu 2gr%. Pemberian secara parenteral inni hanya berdasarkan

indikasi, dimana terdapat intoleransi besi pada traktus gastrointestinal,

anemia yang berat, dan kepatuhan pasien yang buruk. Pada daerah-daerah

dengan frekuensi kehamilan yang tinggi dan dengan tingkat pemenuhan

nutrisi yang minim, seperti di indonesia, aetiap wanita hamil haruslah

33
diberikan sulfas ferosus atau glukonas ferosus sebanyak satu tablet sehari

selama masa kehamilannya. Selain itu perlu juga dinasehatkan untuk

makan lebih banyak protein dan sayur-sayuran yang mengandung banyak,

mineral serta vitamin (Citrakesumasari,2012).

Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan

kebutuhan Fe atau Zat Besi. Jumlah fe pada bayi baru lahir kira-kira 300

mg dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat

meningkatnya volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang

ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih 1000 mg termaksud untuk

keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. kebijakan nasional

yang diterapkan diseluruh pusat kesehatan masyarakat adalah pemberian

satu tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada

awal kehamilan. Tiap tablet mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg)

dan asam folat 500 mg, minimal masing-masing 90 tablet. Menggangu

penyerapannnya (Depkes RI, 2009). Menurut Shafa (2010) kebutuhan Fe

selama 20 ibu hamil dapat diperhitungkan untuk peningkatan jumlah darah

ibu 500 mgr, pembentukan plasenta 300 mgr, pertumbuhan darah janin

100 mgr.

Mengkonsumsi makanan yang kaya vitamin C bersama dengan zat

besi akan meningkatkan oenyerapan besi. Makanan dengan vitamin C

seperti stoberi dan buah jeruk dapat membantu tubuh menyerap zat besi.

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya anemia

34
jika sedang hamil atau mencoba menajdi hamil. Makan makanan yang

tinggi kandungan zat besi (seperti sayuran berdaun hijau, daaging merah,

sereal, telur, dan kacang tanah). Dapat membantu memastikan bahwa

tubuh mendapat pasokan besi yang diperlukan untuk berfungsi dengan

baik (Proverawati, 2011).

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

umumnya kadar haemoglobin (Hb) yang kurang disebabkan oleh

kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau

hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Kadar Hb

yang tidak normal dapat mengakibatkan kematian janin dalam kandungan,

35
abortus, cacat bawaan, berat badan lahir rendah dan kadar Hb tidak normal

pada bayi yang dilahirkan. Hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas

ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi dan kemungkinan

bayi lahir dengan berat badan rendah serta premature juga lebih besar.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan bahwa konsep teori merupakan landasan

pelaksanaan praktek kebidanan, maka penulis mengajukan saran-saran

sebagai berikut :

1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan para petugas kesehatan khususnya

bidan lebih meningkatkan pelayanan pada ibu hamil yang mengalami

anemia serta mengadakan konseling dan penyuluhan-penyuluhan kepada

ibu hamil tentang pola makan yang baik.

2. Bagi pasien diharapkan klien melakukan pemeriksaan kehamilan atau

ANC secara teratur untuk mengetahui kondisi kesehatan ibu dan janin

serta mengetahui secara dini komplikasi yang terjadi selama kehamilan.

Serta menganjurkan ibu hamil untuk minum obat secara teratur dan

penuhi asupan nutrisi. Diharapkan klien dapat segera memeriksakan

dirinya ke tenaga kesehatan apabila terjadi komplikasi pada

kehamilannya.

36
DAFTAR PUSTAKA

Amirrudin, R., Wahyyudin 2007 Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap
Kejadian Anemia Ibu Hamil Di Puskesmas Bantimurung: Jurnal Medika
Nusantara
Astuti, Maya. 2010. Buku Pintar Kehamilan. Jakarta: EGC

Asyira S. 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu hamil
di wilayah kerja puskesmas Bajeng fakultas kesehatan masyarakat Depok.
Depok: (jurnal online). Diakses pada 11 February 2020.

Djaswandi, Imanudin 2005. faktor-faktor kebutuhan nutrisi pada ibu hamil.


jakarta: (jurnal online). Diakses pada 27 February 2020.

37
Almarsier, S., 2009. Gizi seimbang pada ibu hamil. Jakarta: Universitas
Brawijaya

Azwar, Prihartono. 2014, Metodologi Penelitian. Jakarta: Bina Rupa Aksara

Citrakesumasari. 2012. Anemia gizi, Masalah dan Pencegahannya. Yogyakarta:


kalika

Fadlun. 2013. Asuhan kebidanan Patologi. Jakarta:. Salemba medika

Fatmah, 2012. Gizi Dan Kesehatan Masyarakat. Departemen Gizi Dan kesehatan
Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Raja
Grafindo Persada: Jakarta

Herlina, N. dan Djamilus. 2006. Faktor Resiko Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil
di Wilayah Kerja Puskesmas Bogor, Bogor: Majalah pengembangan dan
pemberdayaan sumber daya kesehatan

Incesmi Sukarni,K-Margareth ZH. 2013. Kehamilan persalinan dan NIfas.


Yogyakarta: Nuha Medka.

Indreswari M. 2008. Hubungan Antara Intensitas pemeriksaan kehamilan,


fasilitas Pelayanan Kesehatan Dan konsumsi Tablet Besi Dengan Tingkat
keluhan Selama Kehamilan. Jurnal Gizi Dan Pangan.

Kusmiati, Wahyuningsih, Sujiyantini. 2008. Perawatan ibu hamil. Yogyakarta:


Fitramaya

Kusumah, 2009, “Kadar Hemoglobin ibu hamil triwulan II-III dan faktor-faktor
Yang Mempegaruhinya di RSUP H Adamalik Medan”. Sumatra:
Universitas Sumatra

Notoatmodjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Mubarak, Wahit. 2011. Promosi Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta : Salemba


Medika.

Nora, Safarina. 2012. Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Anemia


Defisiensi besi Dengan Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi
di Bidan Prakktek Swasta Cut Maryamah Triggadeng

Notoatmodjo S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notodmodjo S. 2010. Promosi Kesehatan Dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, Taufan. 2011. Obstetri Kebidanan . Yogyakarta: Nuha Medika

38
Nurul Jannah. 2012. Asuhan Kebidanan kehamilan. Yogyakarta: Andi Offset

Pantiwati, Saryono, 2010. Asuhan kebidanan 1 (kehamilan). Yogyakarta: Nuha


Medika

Prapitasari, Erwin. 2013. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Anemia dan


Sikap Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Fe Dengan kejadian
Anemia di Wilayah Kerja Kabupaten Karanganyar

Proverawati. 2011. Anemia dan Anemia Kehamilan. Yogyakarta: Nuhan Media

Puskesmas Mabelopura Palu. Tahun 2019. Data tentang Jumlah Ibu hamil dan
Anemia pada ibu hamil.

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan petologi Kebidanan. Jakarta


Timur: CV. Trans Info Media

Saryono, 2010. Asuhan kebidanan 1 (kehamilan). Yogyakarta: Nuha Medika

Shafa, 2010, Anemia pada Ibu Hamil, Available from: Simanjuntak, S., 2004,
“Hubungan Faktor Risiko dengan kejadian Anemia”

Silalahi M. 2007. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Anemia Ibu Hamil
Di Kabupaten Dairi Tahun 2006. Universitas Sumatra Utara

Sin-sin, 2008, Masa Kehamilan dan Persalinan, Jakarta: PT Alex media

Tarwoto, Wasnidar. 2012. Anemia Pada Ibu Hamil. Jakarta: Trans Info Media

WIknjosastro, 2005, Ilmu Kebidanan edisi ketiga Cetakan ke 7. Jakarta: EGC


Yeyeh Ai, Yulianti rukiah, Lia, Maemunah, Susilawati Lilik. 2009. Asuhan
kebidanan I (kehamilan). Jakarta: CV Trans Info Media

39
40

Anda mungkin juga menyukai