Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

DAMPAK EKSTASI DAN SABU-SABU

TERHADAP PERUBAHAN MENTAL DAN PERILAKU

Pembimbing :

dr. Lasmijan Simanjuntak,S.Kep,NS,M.Biomed

Disusun Oleh:

Yemima Chalebrina Sibarani 17.081.111.006

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

JURUSAN S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS DARMA AGUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Dampak Ekstasi
dan Sabu-sabu terhadap perubahan mental dan perilaku“ dengan baik dan lancar. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas individu yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Keperawatan Penyakit Tropis dr. Lasmijan Simanjuntak , S.Kep,
NS, M.Biomed
Makalah tentang pemeriksaan pemeriksaan penunjang ini disajikan dalam konsep dan
bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini.
Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami dampak ekstasi dan sabu-sabu
terhadap perubahan mental dan perilaku dan penjelasannya yang dapat dilakukan untuk klien
dengan gangguan tertentu .
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati,
saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan
pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.

Medan,05 Mei 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Narkotika dan psikotropika merupakan obat atau bahan yang bermanfaat dibidang
pengobatan, pelayanan kesehatan, dan pengembangan ilmu pengetahuan, dan pada sisi lain
dapat menimbulkan ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanpa
pengendalian pengawasan yang ketat dan seksama. Zat-zat narkotika yang semula
ditunjukkan untuk kepentingan pengobatan, namun dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, jenis-jenis narkotika dapat diolah sedemikian banyak serta dapat pula
disalahgunakan fungsinya.
Bahaya penyalahgunaan narkoba dikalangan generasi muda merupakan suatu gejala
sosial didalam masyarakat yang membawa dampak disegala aspek kehidupan. Terdapat juga
dampak pada aspek kesehatan fisik, dan juga kesehatan mental.

1.1. Rumusan Masalah


1.1.1. Apa itu pengertian Sabu-sabu dan Ekstasi?
1.1.2. Bagaimana dampak sabu-sabu dan ekstasi terhadap perubahan perilaku mental?
1.2. Tujuan Pembahasan
1.2.1. Untuk mengetahui pengertian dari Sabu-sabu dan Ekstasi.
1.2.2. Untuk mengetahui dampak sabu-sabu dan ekstasi terhadap perubahan perilaku
mental.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI NARKOBA

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat-obatan terlarang. Istilah
lain disebut dengan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun
2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan sebagaimana tertuang dalam lampiran 1
undang-undang tersebut. Yang termasuk jenis narkotika adalah:

 Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing, jicingko), opium obat,
morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja, dan damar ganja.
 Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran-campuran
dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan
perubahan pada aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Terdapat empat
golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, tetapi setelah diundangkannya UU
No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke
dalam golongan narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah psikotropika
hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat
yang termasuk psikotropika antara lain:

 Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax, Amfetamine, Fensiklidin,


Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic
Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.
Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi sintetis maupun
sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau kokaina yang dapat mengganggu
sistem saraf pusat, seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan pelarut) berupa zat organik
(karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang
beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton, ether dan
sebagainya.
SABU-SABU TERHADAP PERUBAHAN MENTAL DAN PERILAKU

Metafetamin atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, merupakan


salah satu dari banyak obat-obatan terlarang. Efek kuat yang dihasilkan oleh zat ini membuat
banyak orang menyalahgunakannya.

Metafetamin dikenal sebagai obat stimulan yang memiliki efek adiktif yang tinggi.
Menurut Drug Abuse, zat ini sebetulnya dilegalkan oleh lembaga pengawas obat-obatan
Amerika, FDA. Metafetamin diigunakan untuk membuat obat terapeutik yang biasa diresepkan
untuk penderita ADHD, narkolepsi, dan obesitas. Metafetamin akhirnya menjadi obat-obatan
terlarang setelah banyaknya kasus penyalahgunaan melampaui dosis yang seharusnya. Zat ini
hanya bisa digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan dokter. Catatan sejarah
menyebutkan saat Perang Dunia II, ada banyak tentara yang menggunakan metafetamin untuk
mendapatkan efek stimulannya. Zat ini digunakan para tentara untuk tetap terjaga dan fokus pada
perang yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Pilot Kamikaze, Jepang bahkan diberikan
metafetamin untuk setiap misinya. Saat ini sabu-sabu yang beredar, secara ilegal tentunya,
berbentuk serbuk, pil, atau kristal. Sabu biasa dikonsumsi dengan dihirup, dihisap, atau disuntik.
Dilansir laman resmi Yayasan untuk Dunia Bebas Narkoba, narkoba jenis ini dapat
menyebabkan kecanduan sejak pertama kali digunakan. Bahkan, pengguna sabu-sabu adalah
salah satu pengguna paling sulit direhabilitasi.

 Efek samping penggunaan Sabu-sabu yang dibuat secara ilegal biasanya


mengandung kafein tinggi, talk, dan racun lainnya. Studi mengatakan,
penggunaan sabu-sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional
pada otak yang menyebabkan gangguan emosi dan memori. Sabu-sabu
memberikan efek menyenangkan pada penggunanya. Ini bisa terjadi karena saat
mengonsumsi sabu-sabu, tubuh akan melepaskan neurotransmiter dopamin dalam
jumlah yang besar. Dopamin merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan
motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik. Zat ini akan bekerja pada bagian
otak yang menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk mengonsumsi lebih
banyak sabu-sabu. Dalam banyak kasus 'pesta sabu', para penggunanya akan
berpesta dengan hanya mengonsumsi sabu-sabu selama beberapa hari tanpa
makan makanan apa pun. Efek dari menggunakan sabu-sabu adalah meningkatnya
perhatian, meningkatnya aktivitas, cara bicara yang cepat, penurunan nafsu
makan, berkurangnya rasa lelah, kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia.
Secara fisik, orang yang menggunakan sabu-sabu akan bernapas lebih cepat,
jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, suhu tubuh meningkat, dan tekanan
darah tinggi. Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu biasanya akan
mengalami gejala psikis seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada
penglihatan maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi.
Sabu-sabu juga bisa menyebabkan efek neurologis yang tidak hilang
meskipun seseorang berhenti menggunakannya. Peneliti mengatakan efek jangka
panjang dari penggunaanya adalah dapat menyebabkan penyakit parkinson, yakni
kondisi gangguan saraf yang memengaruhi saraf gerak sabu-sabu

 Kerusakan otak

Penggunaan sabu yang berulang kali dan jangka panjang dapat mengubah struktur otak.
Perubahan struktur ini, dapat memicu munculnya gangguan koordinasi, kesulitan
memahami sesuatu, serta masalah berbicara. Sistem pertahanan dalam otak pengguna
sabu juga akan menyerang sel-sel sehat di organ tersebut.

Pengguna sabu secara berlebihan berisiko untuk menderita  penyakit Parkinson . Selain itu,
penggunaan sabu dalam jangka panjang juga dapat memicu kondisi stroke, karena sabu
membuat pembuluh darah mengeras

EKSTASI TERHADAP PERUBAHAN MENTAL DAN PERILAKU

Dalam dunia medis, esktasi memiliki nama lengkap Methylene Dioxy Meth Amphetamin
(MDMA). Obat ini dilarang penggunaanya, karena sifatnya yang mampu menyebabkan para
pemakainya mengalami halusinasi serta mengubah suasana hati pemakainya menjadi gembira
dan selalu bahagia. Oleh karena itulah obat ini sering kali dikonsumsi oleh orang-orang yang
memiliki tingkat stress dan depresi yang tinggi.

Namun, efek ekstasi akan membuat para penggunanya menjadi ketergantungan atau
kecanduan. Karena itu, sering ditemukan kasus overdosis pengguna ekstasi. Obat yang hadir
dalam berbagai bentuk dan warna ini juga terkadang dicampur dengan narkotika jenis lain agar
efek yang didapatkan lebih terasa. Di Indonesia, ekstasi termasuk dalam kategori obat-obatan
terlarang kelas I.

ADAM, Clarity, Inex atau Essence. Itulah sebutan lain dari ekstasi yang umum
digunakan. Cara mengonsumsinya pun beragam, mulai dari hisapan dari hidung setelah
dihaluskan, suntikan langsung ke pembuluh darah, atau ditelan layaknya minum obat.

DAMPAK NEGATIF KONSUMSI EKSTASI

 Timbulnya sensasi bahagia yang semu


Efek ekstasi yang paling terasa adalah setelah kamu mengonsumsinya. Kamu
akan merasakan adanya perubahan emosi, seperti hilangnya rasa sedih, cemas,
dan khawatir. Stress dan depresi tidak lagi mengganggu karena pemakai akan
berhalusinasi seolah-olah mereka merasa senang, bahagia dan selalu ingin
tertawa. Namun, semua perasaan bahagia dan menyenangkan ini sifatnya semu
dan tidak menyelesaikan masalah.
 Kerusakan otak secara permanen
Konsumsi ekstasi dalam jumlah berlebih dan jangka panjang akan mengakibatkan
kerusakan otak. Tanda-tanda yang terlihat adalah tubuh mengalami stroke, dan
menurunnya daya ingat akibat kelumpuhan otak. Dalam beberapa kasus juga
dapat menyebabkan kematian.

EFEK JANGKA PANJANG PADA OTAK


- Efek ekstasi pada otak adalah menyebabkan kekurangan serotonin di otak, pembuluh
transportasi yang membawa serotonin didalam otak akan menjadi kecil (atrofi).
Penelitian telah menunjukkan bahwa ekstasi dapat menyebabkan kerusakan otak,
termasuk menyusutnya volume otak, dan perununan volume hippocampus (bagian otak
besar), hippocampus menjadi bengkak dan berhenti berkembang dan mengakibatkan
penurunan daya ingat juga menyebabkan Alzheimer dan ini bersifat permanen.

EFEK JANGKA PANJANG PADA KESEHATAN MENTAL

- Adalah kerusakan emosional dan psikologis, seperti reaksi emosional yang kuat,
kecemasan yang sangat berlebihan, depresi, dan paranoid. Pengguna juga akan
mengalami gangguan tidur dan insomnia, berpikir tidak teratur, delusi, dan serangan
panik.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat-obatan terlarang. Istilah
lain disebut dengan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Salah satunya adalah sabu-
sabu dan ekstasi.

Efek dari menggunakan sabu-sabu adalah meningkatnya perhatian, meningkatnya


aktivitas, cara bicara yang cepat, penurunan nafsu makan, berkurangnya rasa lelah,
kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia. Secara fisik, orang yang menggunakan sabu-
sabu akan bernapas lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, suhu tubuh
meningkat, dan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu biasanya
akan mengalami gejala psikis seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada penglihatan
maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi.

Sedangkan ekstasi ini dilarang penggunaanya, karena sifatnya yang mampu


menyebabkan para pemakainya mengalami halusinasi serta mengubah suasana hati
pemakainya menjadi gembira dan selalu bahagia. Oleh karena itulah obat ini sering kali
dikonsumsi oleh orang-orang yang memiliki tingkat stress dan depresi yang tinggi.

Anda mungkin juga menyukai