2. Definisi
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum merupakan kondisi yang disebabkan oleh trauma yang
berulang meskipun ringan dan dalam waktu relatif lama, proses
degenerasi akan mempercepat terjadinya injury. Pasien biasanya
mengeluh nyeri dan gerak terbatas saat melakukan abduksi dan
fleksi shoulder.
3. Gambaran Klinis
a. Tendinitis Supraspinatus
- Adanya nyeri tekan
- Nyeri menjalar dari acromion sampai insertio deltoid
- Painful arc saat melakukan gerak abduksi 600-1200 , yang
merupakan gambaran klasik bahwa adanya inflamasi tendon
yang tertekan antara acromion dan humerus
- Gerak shoulder atau arm full (tapi ada painful arc)
- Resisted abduksi pada out range kadang nyeri
b. Tendinitis Biceps Caput Longum
- Nyeri pada bagian depan caput humeri
- Fleksi lengan secara aktif maupun pasif dapat memprovokasi
nyeri
4. Patologi
Tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum dapat terjadi karena kecelakaan (contoh jatuh pada sisi
bahu), latihan yang berlebihan (contoh aerobic) atau minor
stresses oleh trauma yang berulang meskipun ringan tapi dalam
waktu relatif lama.
Tendinitis supraspinatus disebabkan oleh kerusakan akibat
gesekan atau penekanan yang berulang dan berkepanjangan oleh
tendon biceps dalam melakukan gerakan fleksi lengan.Tendon
otot supraspinatus dan tendon otot biceps betumpang tindih
dalam melewati terowongan yang dibentuk oleh caput humeri
yang dibungkus oleh capsul sendi sebagai lantainya dan ligamen
coracoacromial serta acromion sebagai atapnya.
Cidera teringan adalah jenis gesekan yang dapat
menyebabkan reaksi radang lokal atau tendinitis. Penyakit ini
biasanya sembuh sendiri tetapi bila disertai impingiment yang
lebih lama dan terutama pada orang tua dapat terjadi robekan
kecil dan ini dapat diikuti dengan pembentukan jaringan parut,
metaplasia fibrokartilageinous atau pengapuran tendon. Tendon
biceps caput longum yang terletak bersebelahan dengan
supraspinatus juga dapat terlibat dansering robek
Pada pemeriksaan X-ray sering ditemui pengapuran,
penyebabnya tidak diketahui tetapi diperkirakan bahwa iskemik
lokal mengakibatkan metaplasia fibrokartilageinous dan
peluruhan kristal aktif oleh chondrosit.
A. Asuhan fisioterapi pada Penderita Tendinitis
Supraspinatus dan Tendinitis Biceps Caput Longum
Untuk menentukan problem pada penderita Tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum terlebih dahulu
kita harus melakukan pemeriksaan yang tercantum dalam asuhan
fisioterapi yang terdiri atas
1. Assesment
a. Anamnesa
Anamnesa adalah metode pengumpulan data dengan wawancara
baik langsung pada pasien maupun pada keluarga pasien.
Anamnesa umum mencakup identitas pasien, keluhan utama,
riwayat penyakit, serta tindakan medis yang pernah dilakukan
sedangkan anamnesis khusus yaitu mengenai jenis, ketepatan
waktu dan durasi nyeri; lokasi dan distribusi nyeri; provokasi
sikap posisi dan gerak yang menimbulkan nyeri. Pada penderita
tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum
biasanya pasien mengeluh nyeri saat melakukan gerakan dan
ketika melakukan aktivitas fungsional seperti mengancingkan dan
membuka BRA.
b. Pemeriksaan
1) Pemeriksaan Umum
Dilakukan untuk melihat keadaan umum pasien seperti tekanan
darah, nadi, pernapasan dan suhu.
2) Pemeriksaan Khusus
a). Inspeksi
Meliputi pemeriksaan secara visual tentang kondisi serta
kemampuan gerak dan fungsinya. Inspeksi dimulai saat pertama
pasien masuk ruangan.
b). Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan terhadap anggota gerak dengan
menggunakan tangan dan membedakan antara kedua anggota
gerak yang kanan dan kiri. Dilakukan untuk mengetahui
temperatur, oedem, spasme, dan lain sebagainya.
c). Pemeriksaan fungsi gerak dasar
Dalam hal ini meliputi fungsi gerak aktif dan gerak pasif. Pada
pasien tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum umumnya ditemukan adanya rasa nyeri dan keterbatasan
gerak
d). ROM
Diperiksa seberapa jauh keterbatasan anggota gerak yang
dicapai. Pemeriksaan ROM dilakukan dengan menggunakan
goniometer.
2. Problem Fisioterapi
Asuhan pelayanan fisioterapi yang diberikan pada penderita
tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum
dilakukan secara bertahap sesuai dengan problem yang
ditemukan pada saat dilakukan assessment.
- Adanya rasa nyeri
- Keterbatasan gerak abduksi dan fleksi shoulder
- Spasme otot upper trapezius dan rotator cuff.
- Gangguan aktivitas fungsional.
3. Diagnosa Fisioterapi
Diagnosa fisioterapi ditegakkan dari pemeriksaan dan evaluasi
yang menyatakan hasil dari proses pemikiran klinis yang dapat
menunjukkan adanya disfungsi gerak dan dapat mencakup
gangguan/ kelemahan, limitasi fungsi, ketidakmampuan dalam
melakukan aktivitas fungsional sehari hari, sindroma
4. Perencanaan
Harus ditentukan terlebih dahulu tujuan yang akan dicapai, yang
mencakup tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Adapun penentuan tujuan dilakukan berdasarkan problematic
fisioterapi yang ditemukan dalam proses assessment.
Perencanaan jangka pendek penderita tendinitis supraspinatus
dan tendinitis biceps caput longum meliputi pengurangan rasa
nyeri, spasme dan menambah ROM. Perencanaan jangka panjang
yaitu untuk mengembalikan aktifitas fungsional pasien.
5. Intervensi Fisioterapi
Intervensi diimplementasikan dan dimodifikasikan untuk
mencapai tujuan yang disepakati dan dapat termsauk
penanganan secara manual, peningkatan gerakkan, peralatan
mekanis, pelatihan fungsional, penentuan bantuan dan peralatan
Bantu.
Adapun berbagai intervensi fisioterapi yang dapat dilakukan pada
penderita tendinitis supraspinatus dan tendinitis biceps caput
longum
a. MWD (Microwave Diathermy)
Adalah suatu aplikasi terapeutik dengan menggunakan
gelombang mikrodlm bentuk radiasi elektromagnetik yang akan
di konversi dalam bentuk panas, dengan frekuansi 2456 MHz dan
915 MHz, dengan panjang gelombang 12,25.
Kontra indikasi
- Adanya logam TBC, DM
- Alat elektromagnetik Gangguan
sensibilitas
- Gangguan pembuluh darah Kemahilan
- Pakaian nylon CA
- Jaringan yang banyak cairan Saat menstruasi
- Gangguan sensibilitas
Indikasi
- Selektif pemanasan otot
- Jaringan kolagen, spasme otot, nodus myofibrositik
- Efektif untuk sendi IP, MCP dan pergelangan tangan
- Kelaian tulang, sendi, otot (RA, OA, spasme)
- Kelainan saraf perifer
Tujuan
- Relaksasi otot
- Melancarkan sirkulasi darah
- Perbaikan sistem metabolisme
- Mengurangi proses kontraktur jaringan
- Perbaikan konduktifitas jaringan syaraf
c. US (Ultrasound)
Pengertian
Adalah terapi dengan menggunakan gelombang suara tinggi
dengan frekuensi > 20.000 Hz.
Indikasi
- kondisi/ penyakit pada otot (spasme), tulang, sendi
- oedema
- RA
- Gangguan neurologis, : neuropati, HNP
- Jaringan parut
- Kontraindikasi
- Adanya gangguan sensibilitas
- Adanya protese
- Post laminektomi
Tujuan
- Meningkatkan sirkulasi darah
- Relaksasi otot
- Pengurangan rasa nyeri
- Peningkatan kemampuan regenerasi jaringan.
d. Massage dan friction
Massage adalah upaya pengobatan dengan menggunakan
manipulasi tangan atau alat (vibrator).
Indikasi
- Kondisi sehabis trauma atau segabis operasi sub akut dan
kronik pada sistem muskuloskeletal.
- Kondisi kekakuan sendi serta pengerasan, ketegangan,
perlengketan dan pemendekan jariangan otot dan jaringan lunak
yang lain.
- Kondisi keluhan nyeri, penekanan atau penyempitan urat saraf
- Kondisi kurang lancarnya peredaran darah dan limfe
Kontraindikasi
- Kondisi peradangan akut, trauma dan sehabis operasi yang
masih baru
- Kulit yang terkuak
- Kondisi cidera sistem muskuloskeletal (fractur, ruptur) belum
direposisi dn pulih secara baik dan kuat.
- Penderita panas tinggi
Tujuan
- Meningkatkan arus pengembalian cairan venous dan atau
lymphatic
- Memperoleh penurunan tonus atau spasme otot
- Peregangan otot,tendon, ligamen
- Melepaskan perlekatan fibrous
- Merangsang kontraksi otot
Massage dilakukan pada daerah leher dan bahu pasien. Friction
dilakukan pada tendon supraspinatus dengan posisi bahu ekstensi-
adduksi-internal rotasi penuh sedangkan pada tendon biceps caput longum
friction dilakukan pada sulcus bicipitalis. Dengan adanya efek mekanik
yang dihasilkan dari transvere friction maka akan merangsang serabut
afferen Aδ dan C yang akan memicu pelepasan sistem analgesik endogen
sehingga akan terjadi modulasi nyeri pada level supraspinal sehingga nyeri
akan menurun. Adanya vasodilatasi akibat aplikasi transvere friction maka
akan meningkatkan aliran darah yang mengalami kerusakan sehingga
akan membersihkan area ini dari iritan kimia yang dihasilkan dari proses
radang, menghilangkan jaringan fibrous, melemaskan dan melepaskan
perlengketan pada jaringan lunak sehingga dapat menyebabkan terjadinya
sedative efek yang menurunkan nyeri. Serta vasodilatasi yang terjadi juga
akan meningkatkan transportasi endogenous opiatesehingga dari proses
ini akan menghasilkan penurunan nyeri.
Aplikasi transvere friction massage akan membantu menyesuaikan
serabut kolagen ke arah linear dan akan membebaskan serabut afferen
Aδ dan C yang terjebak akibat tekanan jaringan fibrous sehingga nyeri
dapat berkurang. Deep transvere friction cukup efektif untuk digunakan
untuk menghilangkan jaringan ikat dancross link pada tendon m.
supraspinatus dengan tehnik tekanan kearah melintang dari serabut m.
supraspinatus yaitu lateral-medial, maka akan memprovokasi timbulnya
inflamasi baru yang steril.
Karena inflamasi merupakan bagian penting dari healing proses maka
dicoba untuk meningkatkan inflamasi ke tahap dimana proses inflamasi
telah sempurna dan dapat ditingkatkan ketahap selanjutnya dari healing
proses, dengan demikian setelah proses penyembuhan selesai maka hasil
yang diharapkan adalah nyeri pada kasus tendinitis supraspinatus kronik
dapat berkurang
d. Joint Mobilization
Osteokinematik adalah gerakan yang terjadi pada tulang. Pada
glenohumeral joint mempunyai 3 derajat kebebasan gerak yaitu
fleksi-ekstensi, abduksi-adduksi, internal-eksternal rotasi. Gerak
fisiologis dari fleksi dan ekstensi merupakan gerak
osteokinematik rotasi spin dalam bidang sagital dengan ROM
fleksi 1800 ekstensi 600dengan elastic end feel. Gerak fisiologis
abduksi merupakan gerak osteokinematik pendular abduksi
dalam bidang frontal dengan ROM 900 dan elastic end feel. Gerak
fisiologis internal rotasi memiliki gerak osteokinematik rotasi
putar dalam bidang transversal dengan ROM 700 dan elastic end
feel. Gerak fisiologis eksternal rotasi memiliki gerak
osteokinematik rotasi putar dalam bidang transversal dengan
ROM 800dan elastic end feel.
Arthrokinematiknya adalah gerakan yang terjadi pada permukaan
sendi, pada glenohumeral joint gerakan fleksi-ekstensi dan
abduksi-adduksi terjadi karena rool slide caput humeri pada fossa
glenoidalis. Gerak arthrokinematik dari fleksi dan ekstensi berupa
spin, abduksi berupa caudal translasi, internal rotasi berupa
dorsal translasi dan eksternal rotasi beupa ventral translasi.
Traksi adalah apabila geraka translasi tulang arahnya tegak lurus
dan menjauhi bidang terapi serta terjadi peregangan permukaan
sendi yang arahnya lateral serong ventrocranial. Pada saat
translasi glenohumeral kecaudal akan terajdi peregangan
permukan sendi sehingga akan meningkatkan lingkup gerak
abduksi
6. Home Program
Home program yang dapat disarankan pada pasien tendinitis
supraspinatus dan tendinitis biceps caput longum antara lain
- Menghindari aktivitas yang memperberat keluhan.
- Melakukan latiahn latihan secara mandiri sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh fisioterapi.
7. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah pasien mengalami
peningkatan setelah diberikan terapi atau terapi yang diberikan
berguna bagi penyembuhan pasien ataukah harus diubah.
Meliputi analisa dan sintesa.
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Assesment
1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. HY
Usia : 65 tahun
Jenis kelmin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komplek Timah no.56 Cilandak
Agama : Islam
a Medis : Kalsifikasi sela sendi bahu kiri-peritendinitis calcarea kiri
Tanggal Pemeriksaan : 14 Febuari 2006
b. Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Sakit pada bahu kiri saat digerakan , pasien tidak mampu
melakuan aktivitas fungsional sehari hari seperti mengkancingkan
dan membuka BRA.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak setahun lalu pasien merasakan pegal-pegal dan nyeri pada
kedua bahu dengan bahu kanan lebih ringan daripada bahu kiri
namun pada bahu kiri lama kelamaan nyerinya makin hebat.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien hyperaktivitas dalam melakukan aktivitas sehari hari
sebagai ibu rumah tangga (seperti memasak dan mencuci),
memiliki kolesterol yang tinggi dan mengidap penyakit bronchitis
kronik.
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 150/90 mmHg
HR : 72 x/menit
RR : 18 x/menit
b. Inspeksi
- Pasien datang secara mandiri
- Tampak kesakitan pada bahu ketika menggerakan lengan ke
atas
- Kontur bahu asimetris (bahu kiri lebih tinggi daripada bahu
kanan)
- Protaksi bahu
c. Palpasi
- Spasme pada otot upper trapezius dan rotator cuff kanan lebih
beat daripada bahu kiri.
- Nyeri tekan pada tendon m. supraspinatus dan tendon m.
biceps caput longum serta di muscle belly-nya.