PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
penyebab yang beragam. Pada kasus restriksi paru menjadi kaku,daya tarik
pleura yang disebakan karena adanya trauma atau benturan. Pada penderita
pernafasan.
dari gerakan normal, proses kontrol gerak dan motor learning, serta
pasien hematopneumothoraks.
tersebut.
B. Identifikasi Masalah
b) Sesak
c) Gangguan inspirasi
d) Penurunan endurance
2. Pembatasan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Jakarta Timur.
2. Tujuan Khusus
hematopneumothoraks.
1. Bagi Pendidikan
kasus ini.
3. Bagi Pasien
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
1. Restriksi
2. Pneumothoraks
akibat adanya udara yang masuk ke dalam rongga pleura akibat dari
3. Hemopneumothoraks
perdarahan pada rongga pleura (antara pleura iseralis dan pleura parietalis).
pernafasan.
2) Takipnea
3) Penurunan HR
5) Anxietas ringan
1) Takipnea
2) Takikardi
4) Oliguria
(agitasi)
1) Takikardi
5) Penurunan kesadaran
7) Kematian
kembali secara normal. Water seal terdiri dari katup satu arah yang
melalui tabung yang berada di thoraks, water seal menjaga agar udara
disusun mirip dengan segel botol dalam air. Pada sistem ini,
pernafasan dan paru – paru. Fungsi pernafasan yang utama adalah untuk
b. Faring
c. Laring
Sumber : http://blog.microscopeworld.com/2012_09_01_archive.html
Gambar 2.1 struktur saluran pernafasan (Anon., 2012)
ikat, lapisan tengah yang terbentuk atas otot polos dan cincin
berbentuk huruf C.
10 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Bronkheolus adalah percabangan dari bronkus, saluran ini
11 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
paling ujung), yang merupakan tempat pertukaran gas oksigen
pulmonary kapiler.
12 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Tulang dada (sternum) berfungsi melindungi paru-
13 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
akan memperbesar ruang yang tersedia dalam rongga
dada.
dada (mediastinum) sebelah kiri dan kanan. Paru kanan memiliki 3 lobus
yaitu lobus superior pulmonis dextra, lobus medialis, dan lobus inferior
(Lippert, 2006)
Sumber : http://www.studyblue.com/notes/noten/1010-mediastinum-
lungs/deck/8777083.
Gambar 2.6. Paru-Paru (Jhonson, 2013)
14 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Pleura adalah pembungkus paru yang berupa membrane serosa..
Pleura memiliki 2 lapisan yatu pleura visceral yaitu selaput paru yang
lobus satu dari yang lain, dan pleura parietal yaitu selaput paru yang
seluruh iga (thorax). Diantara kedua pleura terdapat cairan pleura seperti
satu sama lain selama respirasi, dan mencegah perleketan dada dengan
Sumber :http://www.knowyourbody.net-pleura.html
Gambar 2.7 struktur pleura (Roy, 2012)
a. Kapasitas Paru-paru
15 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
sehingga bejana lain ( yang terletak terbalik dalam bejana lain
16 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Rongga dada dibentuk oleh (Djojodibroto, 2007):
M. subklavius.
5. Fisiologi Respirasi
17 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
a. Ventilasi
masuk.
b. Perfusi
18 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
c. Difusi
d. Transportasi
6. Pernafasan dada
a. Inspirasi
paru.
19 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
b. Ekspirasi
dioksida keluar.
Sumber : hhttp://www.aktifbelajar.com/2015/09/jenis-jenis-pernafasan-yang-
perlu-sobat.html
Gambar 2.9. pernafasan dada (Anon., 2104)
7. Pernafasan perut
dan rongga dada. Mekanisme dapat dibedakan pada saat inspirasi dan
ekspirasi.
20 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
a. Inspirasi
paru lebih kecil daripada tekanan udara luar sehingga udara luar
b. Ekspirasi
Sumber : http;//www.aktifbelajar.com/2015/09/jenis-jenis-pernafasan-yang-perlu-
sobat.html
Gambar 2.10. pernafasan perut (Anon., 2104)
21 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Pada keadaan normal, volume udara paru-paru manusia
metabolic
22 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
C. Mekanisme Pernafasan
dalam sebuah bejana pompa dengan leher balon terbuka terhadap udara.
mengembangkannya.
yang bertekanan rendah. Udara yang mengalir masuk dan keluar paru
23 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
atmosfer yang berbalik arah secara bergantian dan ditimbulkan oleh
atmosfer.
a. Mekanisme Inspirasi
keadaaan rileks tidak ada udara yang mengalir dan tekanan intra
24 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
vertical ( keatas dan kebawah) . dinding abdomen, jika melemas,
diafragma.
intercostal).
terus masuk ke paru smapai tidak ada lagi gradient yaitu sampai
25 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
tekanan intra alveolus sertara dengan tekanan atmosfir. Karena itu
26 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
c. Mekanisme Ekspirasi
27 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
kontraksi otot atau pengeluaran energi. Sebaliknya, inspirasi
dicapai oleh relaksasi biasa otot inspirasi dan recoil elastic paru.
rongga toraks dan paru. Otot ekpirasi yang paling penting adalah
28 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Sumber : (camridge community limited, 1999)
Gambar 2.12. gerakan torak saat diafragma berkontraksi.
atas.
atas.
sternum.
29 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Sumber : Netter’s Atlas of Human Physiology.
Gambar 2.13 Otot-otot pernafasan saat inspirasi dan
ekspirasi
30 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
rongga perut sehingga mendorong diafragma keatas
(Tortora, 2010).
Sumber : www.slideshare.net
Gambar 2.14 Pergerakan Inspirasi
31 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
D. Epidemiologi
primer semakin jarang terjadi yaitu 2% - 7,3%. 5,6 kasus dilaporkan berasal
dewasa muda dengan kesehatan yang baik, usia rata-rata yaitu 17-44 tahun,
E. Etiologi
yaitu :
1. Trauma
32 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
melapisi atau menutupi thorax dan paru-paru. Pecahnya
2. Nontraumatik / spontan
membawa darah dari kiri ventrikel dari jantung. Bila ukuran dari
33 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
pneumothoraks akan memiliki hemothoraks yaitu memiliki
udara dan gas atau udara dalam darah. Dari beberapa kasus
sekitar enam kali lebih tinggi dari sirkulasi arteri paru (Patrini,
et al., 2014).
pleura robek antara parietal dan pleura viseral sebagai akibat dari
34 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Daerah yang sering terkena hematopneumothoraks
c. Gejala klinis
kehilangan darah.
d. Pengobatan
F. Patofisiologi
1. Patofisiologis restriktif
sulit untuk mengembang. (Anand, et al., 2008) Hal tersebut dapat terjadi
karena:
35 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
b. Kelainan pleura seperti efusi pleura, pneumothoraks,
myasthenia gravis.
tidak fleksibel.
al., 2008).
2. Patofisiologi Pneumothoraks
pleura karena tidak ada komunikasi antara rongga pleura dan atmosfer
atau alveolus. Namun, jika dinding dada tertusuk (misalnya oleh luka
tusuk atau iga yang patah), udara mengalir menuruni gradient tekanan,
36 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
dari tekanan atmosfer yang lebih tinggi ke dalam ruang pleura. Keadaan
gradient tekanan transmural tidak lagi ada baik di dinding paru maupun
dinding dada. Tanpa gaya yang meregangkan paru maka paru akan
kolaps keadaan tak teregangnya (daya rekat cairan intra pleura tidak
pneumotoraks dan kolaps paru dapat terjadi jika udara masuk ke rongga
kecil dari tekanan atmosfer agar udara mengalir masuk ke dalam paru
besar dari tekanan atmosfer agar udara mengalir ke luar paru sewaktu
paru sesuai dengan hukum Boyle. Hukum Boyle menyatakan bahwa pada
37 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
tekanan yang ditimbulkan oleh gas berkurang secara proporsional
serupa pada volume paru karena dinding toraks dan dinding paru
berhubungan melalui daya rekat cairan intra pleura dan gradient tekanan
3. Patofisiologi Hematopneumothoraks
antara dinding dada dan paru-paru pada rongga pleura. Penyebab paling
38 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
komplikasi antikoagulan, emboli paru dengan infark, robekan
paru
Sumber:http://findlaw.doereport.com/generateexhibit.php?ID=31
1&ExhibitKeywordsRaw=&TL=&A=42409
Gambar 2.15 hematopneumothorax (Anon., n.d.)
Pada trauma tumpul dada, tulang rusuk dapat menyayat
di daerah pleura. Jika trauma tertusuk benda tajam pada dada yang
39 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Hematopneumotoraks umumnya tidak menimbulkan nyeri
selain dari luka yang berdarah pada dinding dada. Luka pada pleura
G. Manifestasi Klinis
Hussey, 2005) :
a. Gejala
1) Takipnue
3) Sianosis
4) Clubbing finger
5) Hiperinflasi
6) Odem perifer
b. Simptom
2) Dispnue
3) Wheezing
4) Sputum
5) Ortopnue
40 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
2. Gambaran Klinis pada Retriksi
41 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
c. Pneumothoraks tension menyebabkan dispnea yang berat,sianosis,
hipotensi.
suara napas di sisi yang terkena, dan enfisema subkutan (Mick, et al.,
(Aehlert, 2011).
H. Prognosis
pasisen pada kasus ini terumtama Tn.TF memiliki prognosa kearah yang
I. Teknologi Fisioterapi
42 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
1. Segmental Breathing
distribusi dan ventilasi. Jenis latihan ini juga merupakan bagian dari DIB
a. Instruksi:
- Musculoscaletal
- Neurologis (GBS)
- Diagfraghma
- Thorakotomi / lowbacktomi
- Dll/
2. Breathing Exercise
43 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
a. Tujuan:
b. Tekhnik:
c. Indikasi:
- Latihan kesegaran
3. Chest mobility
adanya gerakan tulang belakang dada dan tulang rusuk. Teknik ini
44 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
dibagi menjadi dua jenis yaitu chest mobility aktif dan pasif. yang dapat
ventilator, dapat dilakukan dengan teknik yang dikenal " Passive Chest
terapis. Pada kasus pasien dengan kondisi pemulihan yang baik dapat
dada di bagian atas, tengah maupun bawah. Selanjutnya, teknik ini harus
(Leelarungrayub, 2012)
saat melakukannya. Untuk indikasi dari teknik ini, belum ada penelitian
(Leelarungrayub, 2012)
45 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
a. Fraktur rib yang tidak stabil dan berat
c. Tuberculosis spondylitis
e. Herniasi
4. Static cycle
46 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
transport oksigen yaitu sistem sirkulasi, respirasi dan jaringan tubuh.
jangka tertentu kadar asam laktat darah akan menurun (Abidin, et al.,
n.d.).
J. Penatalaksaan Fisioterapi
yang baik dan akurat antara fisioterapi dan pasien. Langkah – langkah
(hariandja, 2015).
47 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
kesehatan lain dengan cara pengambilan perjalanan penyakit (history
diagnosa fisioterapi
a. Subjective history
1) Berbunyi (Wheeze)
48 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
2) Sesak nafas ( shorteness of breath)
3) Batuk (cough)
4) Sputum
sputum.
49 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan Umum
b. Inspeksi
1) Inspeksi Statis
lordosis.
shoulder girdle
bernafas.
atau tidak.
50 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
2) Inspeksi Dinamis
a) pergerakan thoraks
c. Palpasi
2) Palpasi thoraks
d. Auskultasi
napas atau bahkan hilangnya suara napas pada sisi yang terkena
(Muttaqin, 2008).
3. Pemeriksaan Khusus
a) Fremitus
b) Ekspansi thoraks
51 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
inspirasi maksimal dan ekpirasi maksimal. Serta dapat
4. Pemeriksaan Penunjang
laboratorium.
5. Diagnosa Fisioterapi
atau kelompok
6. Tujuan Fisioterapi
52 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
tetapi bukan masalah utama. Pada masalah respirasi tujuan yang akan
7. Perencanaan Fisioterapi
8. Intervensi Fisioterapi
umur,kelompok,masyarakat.
Intervensi yang akan diberikan pada kasus ini yaitu deep inspirasi
thoraks.
53 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
9. Evaluasi / re evaluasi fisioterapi
rujukan
54 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
K. Kerangka Berfikir Kasus
1. Segmental Breathing
2. Breathing excercise
3. Chest Mobility
4. Mobility trunk
5. Ergocycle (Rencana)
55 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
BAB III
STATUS KLINIS
A. IDENTITAS KLIEN
1. NRM : 2229640
2. Nama : Tn. TF
6. Agama : Islam
B. ASSESMENT PEMERIKSAAN
1. Anamnesis
56 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
keras.Kemudian pasien merasa nyeri pada bagian dada sebelah kiri
RSUP Persahabatn.
2. Pemeriksaan Umum
c. Saturasi O2 : 98%
57 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
d. Denyut Nadi : 95 x/ menit
e. Pernafasan : 18 x / menit
g. Berat Badan : 50 kg
a. Inspeksi :
1) Depan :
pernafasan
f) Clavicula : Menonjol
58 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
l) Body arm distance : Kanan 3 jari
2) Samping
c) Vertebra : skoliosis
3) Belakang
a) Cervical : normal
b) Vertebra : Skoliosis
b. Palpasi
1. Suhu : Normal
Middle : simetris
59 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
c. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1) Regio Shoulder
2) MMT
60 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
d. Tes Khusus
1. VAS :4
e. Pemeriksaan Penunjang
kiri
f. Pemeriksaaan Fungsional
C. PROBLEMATIKA FISIOTERAPI
3. Gangguan postur
4. Low endurance.
61 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
D. DIAGNOSA FISIOTERAPI
1. Problematika Fisioterapi
2) Mudah lelah
3) Gangguan postur
4) Low Endurance
Adanya nyeri pada sekitar WSD karena gangguan kembang paru terkait
kerjanya.
E. PERENCANAAN FISIOTERAPI
a. Meningkatkan endurance
62 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
2. Tujuan jangka pendek
a. Mengurangi nyeri
c. Memperbaiki postur .
F. INTERVENSI FISIOTERAPI
1. Breathing Exercise
Dosis
Time : disesuaikan
2. Segmental breathing
Dosis
Time : Disesuaikan.
3. Koreksi Postur
Dosis
63 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Time :Toleransi
4. Mobility Thoraks
Dosis
5. Static cycle
Dosis
Intensitas : 20 watt
Time : 15 menit.
Repetisi : 30 – 40 rpm.
64 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
G. INTERVENSI FISIOTERAPI (URAIAN)
1. Breathing Exercise
instruksikan pasien untuk menarik nafas dan tahan nafas lalu tiup.
2. Segmental Breathing
mid axilla pada iga costa 7 – 9 pasien. Pasien diminta rileks dan
dana dalam atau ,middle. Gerakan ini tidak dapat dipaksakan pada
3. Chest Mobility
65 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Posisi terapis : menginstruksikan pasien dengan berdiri
Prosedur :
repetisi.
4. Koreksi Postur
66 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Prosedur : pasangkan saturasi pada pasien lalu aturlah static
(0,006 𝑥 (𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘)
Dosis : ( + 7,38) : 3,5
0,3048
(0,006 𝑥 (286)
( + 7,38) : 3,5
0,3048
= 3.7 mets
Beban untuk 3,7 mets dengan jenis kelamin laki-laki adalah 18 watt.
H. EDUKASI/HOME PROGRAM
sehari – hari.
67 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
I. EVALUASI
19 O : sat O2 : 98 %
januari 2016
HR : 100 x/menit
RR : 20x/menit
Ekspansi thoraks : 2 – 3 - 2
VAS : 4
P : breathing exercise
Segmental breathing
68 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
2. Kamis S : nyeri sudah berkurang
22 januari
O : sat O2 : 98 %
2016
HR : 100
RR : 20x/menit
VAS : 3
P : breathing exercise
Segmental breathing
Mobility Thoraks
Koreksi postur
69 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
O : sat O2 : 98 %
HR : 97x/menit
RR : 18x/menit
VAS : 3
P : breathing exercise
Segmental breathing
Mobility Thoraks
Koreksi postur
2016
O : sat O2 : 98 %
70 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
HR : 92 x/menit
RR : 16 x/menit
VAS : 2
P : breathing exercise
Segmental breathing
Mobility Thoraks
Koreksi postur
71 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
BAB IV
PEMBAHASAN
sebanyak 4 kali pertemuan, hasil yang didapat adalah sudah tidak adanya nyeri
pada daerah sekitar WSD namun belum ada peningkatan yang signifikan dari
kembang paru kiri bagian bawah dan peningkatan endurance dikarenakan pasien
masih mudah lelah saat berjalan jauh dan melakukan latihan yang diberikan
fisioterapi.
Sedangkan pada gangguan postur yang dialami yaitu skolosis masih belum
ada perubahan yang signifikan, namun pasien selalu melakukan latihan rutin
B. Keterbatasan
adalah jumlah pertemuan yang begitu singkat sehingga masih terdapat beberapa
kekurangan pada beberapa pemeriksaan dan hasil yang belum begitu terlihat
72 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
menggangu beraktifirtas ialah tingkat kebugaran yang rendah hal ini dpaat terjadi
paru. Pada kasus Tn.TF inilah dapat kita lihat betapa pentingnya peran fisoterapi
latihan yang dapat memperbaiki dan meningktakan fungsional. Pada kasus ini
beberapa problematika fisioterapi yang sudah dapat diatasi namun masih ada tujuan
atau goal treatment yang belum tercapai optimal karena mebutuhkan waktu yang
B. Saran
73 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, A., Yunus, F., Wiyono, W. H. & Ratnawati, A., n.d. Manfaat
Rehabilitasi Paru dalam Meningkatkan atau Mempertahankan Kapasitas
Fungsional dan Kualitas Hidup. p. 11.
Aehlert, B., 2011. Paramedic Practice Today Above and Beyond
Volume 2. Burlington: Jones & Bartlett Learning LLC.
Aljehani, Y., Makhdom, F., Albuainain, H. & El-Ghoniemy, Y., 2014.
Primary Spontaneous Haemopneumothorax: An Overlooked
Emergency, Saudi Arabia: Department of Surgery.
Anand, D., Stevenson, C. J., West, C. R. & Pharoah, P. O. D., 2008.
Lung function and respiratory health. Archive of disease, pp. 135-138.
Anon., 2012. Microscope WOrld. [Online]
Available at:
http://blog.microscopeworld.com/2012_09_01_archive.html
[Accessed 23 Januari 2016].
Anon., 2104. Aktif Belajar. [Online]
Available at: http://www.aktifbelajar.com/2015/09/jenis-jenis-
pernapasan-yang-perlu-sobat.html
[Accessed 23 Januari 2016].
Anon., n.d. FindLaw. [Online]
Available at:
http://findlaw.doereport.com/generateexhibit.php?ID=311&ExhibitKe
ywordsRaw=&TL=&A=42409
[Accessed 23 January 2016].
Aviandari, G., Budiningsih, S. & Ikhsan, M., 2010. prevalensi gangguan
obstruksi paru dan faktor faktor yang berhubungan dengan pekerja.
respirasi jurnal.
c. c. l., 1999. Anatomi dan Fisiologi Modul Swa-Instruksional 4. Sistem
Pernapasan dan Sistem Kardiovaskula. 4 ed. jakarta: egc.
Davey, P., 2006. At a Glance Medicine. Erlangga: Jakarta.
Djojodibroto, D., 2007. Respirologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Frownfelter, D. & Dean, E., 2006. Cardiovaskuler and Pulmonary
Physical Therapy. 4 ed. United Stated: Elsevier.
Fullerton, D. A. & Grover, F. L., 2005. Pathophysiology and initial
management of Thorac Injury In Thoracic Surgery. pp. 1523-1534.
74 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Goldhaber, S. & Elliot, C., 2003. Acute pulmonary embolism: Part II:
Risk stratification, treatment, and prevention. p. 108.
Goodman, C. C. & Fuller, K. S., 2009. Pathology Implication for the
Physical Therapist Third Editon. Missouri: Saunders Elsevier.
Gormley, J. & Hussey, J., 2005. Exercise therapy: prevention and
treatment of disease. Pondicherry: Blackwell Publishing.
Hamid, Q., Shannon, J. & Martin, J., 2005. Physiologic Basis of
Respiratory Disease. Hamilton: BC Decker.
hariandja, a. m. a., 2015. assesment dan diagnostik fisoterapi. 1 ed.
bekasi: s.n.
Holcomb, J. B., McManus, J. G., Kerr, S. & Pusateri, A. E., 2009.
Needle versus tube thoracostomy in a swine model of traumatic tension
hematopneumothorax. Taylor&francis online, pp. 18-27.
Hough, A., 2001. Physiotherapy in Respiratory Care: An evidance-
based aproach to respiratory and cardiac management third edition.
Cheltenham: Nelson Thornes.
Jhonson, 2013. Study Blue. [Online]
Available at: https://www.studyblue.com/notes/note/n/1010-
mediastinum--lungs/deck/8777083
[Accessed 23 Januari 23].
Kim, E.-S.et al., 2007. Year Experience of Spontaneous. Ann Thorac
Cardiovasc Surg, 6 august, pp. 150-151.
Leelarungrayub, D., 2012. Chest Mobilization Techniques for
Improving Ventilation and Gas Exchange in Chronic Lung Disease. p.
409.
Lippert, L. S., 2006. Clinical Kinesiology and Anatomy. Philadelpia:
F.A. Davis Company.
Liwe, N., Limpeleh, H. & Monoarfa, A., 2004. POLA TRAUMA
TUMPUL TORAKS DI INSTALASI RAWAT DARURAT BEDAH
RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO.
Mick, N. W. et al., 2006. Emergency Medicine. Philadelphia: Lippincot
Williams & Wilkins.
Muttaqin, A., 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
Ng, C. S. & Yim, A. P., 2006. CURRENT OPINION IN PULMONARY
MEDICINE. Spontaneous hemopneumothorax, p. 276.
75 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I
Patel, P. R., 2005. Lecture Note Radiologi Edisi Kedua. Jakarta:
Erlangga.
Patrini, D. et al., 2014. Etiologi and management of spontaneous
haemothorax. Department of Cardiothoracic Surger, 26 November, p.
520.
Pierce, E. C., 2011. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Prabowo, E., Bagiada, A. & Imron, M. A., n.d. PELATIHAN JALAN
INTESITAS SEDANG DENGAN PELATIHAN STATIC BICYCLE
INTESITAS SEDANG DALAM MENINGKATKAN ENDURANCE
KARDIORESPIRASI DILIHAT DARI PENINGKATAN Vo2 MAX,
PENURUNAN HEART RATE, DAN PENINGKATAN INSPIRASI
MAKSIMAL PADA LANSIA, Yogyakarta: s.n.
Pritz, M. B., 2003. Subaracnoid Hemorrage Due to Cerebral Aneurysms.
Neurological Therapeutics Principles and Practice Volume 1, p. 48.
Roy, S., 2012. Human Anatomy - Know Your Body. [Online]
Available at: http://www.knowyourbody.net/parietal-pleura.html
[Accessed 23 Januari 2016].
Somantri, I., 2007. Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.
subagyo, a., 2013. gangguan faal paru. jakarta: egc.
Tambayong, J., 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Zerwekh, J., 2013. Illustrated Study Guide for the NCLEX-RN® Exam
Eightth Edition. Missouri: Elsevier.
76 | P o l t e k k e s K e m e n k e s J a k a r t a I I I