Anda di halaman 1dari 14

Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal

Yohana Anggreini Inangele


102011380
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
email : renysayangpapa@yahoo.com

ABSTRACT
Fracture is a loss of continuity of bone, either total or partial, is usually caused by trauma.
Overall incidence of fractures was 11.3 in 1,000 per year, in males was 11.67 in 1000 per
year, whereas in 10.65 in 1,000 women per year. The classic symptom is a history of trauma
fracture, pain and swelling in the broken bones, deformity, musculoskeletal dysfunction,
breaking the continuity of the bone, and neurovascular disorders. Principles of fracture
treatment is to restore the position of the fracture to its original position (reposition) and held
that position during the healing of fractures (immobilization). Special in open fractures, must
be considered the danger of infection, either general or local infection.
Keywords: fracture, repositioning, immobilization, infection

ABSTRAK
Fraktur merupakan hilangnya kontinuitas tulang, baik yang bersifat total maupun sebagian,
biasanya disebabkan oleh trauma. Insiden fraktur secara keseluruhan adalah 11,3 dalam
1.000 per tahun, pada laki-laki adalah 11.67 dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada
perempuan 10,65 dalam 1.000 per tahun. Gejala klasik fraktur adalah adanya riwayat
trauma, rasa nyeri dan bengkak di bagian tulang yang patah, deformitas, gangguan fungsi
muskuloskeletal, putusnya kontinuitas tulang, dan gangguan neurovaskuler. Prinsip
penanganan fraktur adalah mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi)
dan mempertahankan posisi itu selama masa penyembuhan patah tulang (imobilisasi).
Khusus pada fraktur terbuka, harus diperhatikan bahaya terjadi infeksi, baik infeksi umum
maupun lokal.
Kata kunci: fraktur, reposisi, imobilisasi

1. Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan pada pasien yang datang dengan keluhan pada ekstremitasnya
adalah:
-

Riwayat penyebab, seperti jatuh, ditabrak, atau riwayat penyakit


Kapan terjadi trauma
Dimana letak trauma
Arah trauma
Berat/ringan trauma
Lokasi yang dirasa nyeri
Keluhan apa saja yang dirasakan pasien
Gerakan apa saja yang dapat dan tidak dapat dilakukan setelah trauma terjadi
Gejala yang muncul seperti demam, bengkak, dan lain-lain
Dan lain-lain

Gejala Klinis
Pada Fraktur tertutup antebrachii, gejala yang harus diperhatikan :
1. Deformitas di daerah yang fraktur: angulasi, rotasi (pronasi atau supinasi) atau
shorthening
2. Nyeri
3. Bengkak.3

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan terbagi dua, yaitu pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1) Pemeriksaan fisik
Inspeksi (look)
Lihat apakah ada deformitas seperti penonjolan abnormal, angulasi, rotasi, dan
pemendekan. Cari functio lesa (hilangnya fungsi), bandingkan antara sinistra dan
dextra apakah ada kelainan atau tidak seperti panjang pendek kedua ekstermitas .
Tampak adanya edema dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,
pemendekan) pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, hal yang penting adalah apakah
kulit itu utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera
terbuka.

Palpasi (feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, teraba adanya penonjolan tulang, tetapi perlu juga
memeriksa bagian distal dari fraktur untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi.

Cedera pembuluh darah adalah keadaan darurat yang memerlukan pembedahan.


Pemeriksaan Gerak (movement)
2

Menguji kemampuan gerak ekstremitas dengan tes gerak sendi normal. Pada
ekstremitas normal, tidak akan menemukan kesulitan untuk melakukannya.
Perhatikan adanya krepitasi atau tidak, nyeri saat digerakkan, serta seberapa jauh
gangguan-gangguan fungsi gerak yang ditimbulkan oleh fraktur (range of motion)
-

serta kekuatan ekstremitas sendiri.


Pemeriksaan Khusus
Menguji gerakan sendi dengan gerakan yang khusus dapat dilakukan oleh ekstremitas
yang tanpa mengalami gangguan/masalah.
2) Pemeriksaan penunjang
Dalam ilmu kedokteran, sinar-X dapat digunakan untuk melihat kondisi
tulang, gigi serta organ tubuh lain tanpa melakukan pembedahan langsung
pada tubuh pasien. Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto
yang dikenal sebagai radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan manusia
tetapi diserap oleh tulang. Gambar foto sinar-X digunakan untuk melihat
kecacatan tulang, kepatahan tulang, dan menyiasat keadaan organ-organ dalam
badan. Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanker, yang
disebut radioterapi. Pemeriksaan penunjang yang lain ialah MRI dan CT scan.
MRI jarang dipakai untuk deteksi awal penyakit tetapi sangat berguna
menunjukkan kondisi penyakit karena ia memperlihatkan jaringan lunak di
sekitar sendi. Bagi pasien yang ada kontraindikasi dengan MRI,CT scan
diguna sebagai ganti

Diagnosis kerja :
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang,didapatkan diagnosa pasti kondisi
pasien yaitu adanya Fraktur Tertutup Antebrachii Dextra 1/3 Distal. Fraktur tulang
adalah putusnya kesinambungan suatu tulang. Fraktur dapat terjadi pada semua
bagian tubuh salah satunya adalah fraktur antebrachii 1/3 distal yaitu suatu patahan
yang mengenai 1/3 bagian bawah tulang tangan..2
Tetapi trauma yang cukup untuk menyebabkan fraktur, hampir tak dapat dielakkan
menimbulkan cedera jaringan lunak. Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
tekanan yang berlebihan.
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada lengan bawah sebelah kanan dan setelah
pemeriksaan fisik dilakukan didapatkan tanda-tanda vital dalam batas normal, tampak
3

adanya edema dan deformitas pada regio antebrachii dextra 1/3 distal, teraba adanya
penonjolan fragmen tulang, nyeri tekan (+), dan tidak dapat digerakkan. Fraktur ini
dikatakan tertutup karena kulit pemalut tulangnya masih utuh dan bila terdapat luka
pada kulit diatasnya disebut fraktur terbuka.

Petanda tulang
a) Procollagen type 1 amino-terminal propeptide (P1NP)
Lebih dari 90 % matriks organik tulang berisi type 1 collagen yang
dibentuk menjadi tulang. P1NP dilepas selama pmbtukan type 1
collagen dan akan masuk aliran darah. Serta merupakan indikator
spesifik dan alat prediktor menilai pembentukan tulang.
b) Cross Lap
Merupakan hasil pemecahan protein collagen type 1 yang spesifik
tulang. Perombakan tulang oleh osteoklas akan menghancurkan
kolagen type 1 dan terbentuk type dan (disebut Cross Lap). Dapat
diukur dengan darah dan urine. Dan juga merupakan parameter proses
resorpsi tulang untuk mengetahui fungsi osteoclast. Lebih sensitif
dalam menilai perbaikan metabolisme tulang dibanding BMD

Diagnosis Banding :
Fraktur Os Radius/Ulna
Klasifikasi Fraktur Antebrachii
1. Fraktur Colles.
Deformitas pada fraktur ini seperti sendok makan (dinner fork deformity). Pasien
terjatuh dalam keadaan tangan terbuka dan pronasi, tubuh beserta lengan berputar ke
dalam (endorotasi). Tangan terbuka terfiksasi di tanah berputar keluar (eksorotasi,
supinasi). Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidennya
yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoporosis pasca menopause. Karena
itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang.
2. Fraktur Smith.
Fraktur dislokasi ke anterior (volar), karena itu sering disebut reverse collesfracture.
Fraktur ini biasa terjadi pada orang muda. Pasien jatuh dengan tangan menahan badan
sedang posisi tangan dalam keadaan volar fleksi pada pergelangan tangan dan pronasi.
3. Fraktur Monteggia.
4

Fraktur sepertiga proximal ulna disertai dislokasi sendi radius ulna proximal.
Monteggia mempublikasikan fraktur ini sebagai fraktur sepertiga proksimal ulna
disertai dislokasi ke anterior dari kapitulum radius. Ternyata kemudian terbukti bahwa
dislokasi ini dapat terjadi ke lateral dan juga posterior.
Penyebabnya biasanya trauma langsung terhadap ulna, misalnya sewaktu melindungi
kepala pada pukulan, sehingga disebut patah tulang tangkis. Pada umumnya
menyerupai fraktur pada lengan bawah dan apabila terdapat dislokasi ke anterior,
kapitulum radius akan dapat diraba pada fossa cubitus. Pergelangan tangan dan tangan
harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya tanda-tanda cedera pada saraf radialis.
Terdapat 2 tipe yaitu tipe ekstensi (sering) dan tipe fleksi. Pada tipe ekstensi gaya
yang terjadi mendorong ulna kearah hiperekstensi dan pronasi. Sedangkan
pada tipe fleksi, gaya mendorong dari depan kearah fleksi yang menyebabkan
fragmen ulna mengadakan angulasi ke posterior. Gambaran radiologis jelas
memperlihatkan adanya fraktur ulna yang disertai dislokasi sendi radio-humeral.
Pengobatan
Dengan cara konservatif biasanya berhasil pada anak, tetapi metode operatif sering
menjadi pilihan pada fraktur Monteggia pada orang dewasa. Petunjuk untuk
keberhasilan terapi adalah memulihkan panjangnya ulna yang mengalami fraktur
hanya setelah itu sendi yang berdislokasi dapat sepenuhnya direduksi. Pada anak-anak
kadang dapat dilakukan manipulasi, tetapi pada orang dewasa lebih baik dilakukan
reduksi terbuka dan pemasangan flat.
Kalau caput radius dapat direduksi secara tertutup, begitu lebih baik dan bila tidak,
harus di terapi dengan operasi. Lengan diimobilisasi dalam gips dengan siku yang di
fleksi selama 6 minggu. Setelahi itu dianjurkan gerakan aktif
4. Fraktur Galleazzi.
Fraktur radius distal disertai dislokasi sendi radius ulna distal. Saat pasien jatuh
dengan tangan terbuka yang menahan badan, terrjadi pula rotasi lengan bawah dalam
posisi pronasi waktu menahan berat badan yang memberi gaya supinasi. Jauh lebih
sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol
merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf
ulnaris yang sering terjadi. Gambaran klinisnya bergantung pada derajat dislokasi
fragmen fraktur. Bila ringan, nyeri dan tegang dirasakan pada daerah fraktur; bila
5

berat, biasanya terjadi pemendekan lengan bawah. Tampak tangan bagian distal dalam
posisi angulasi ke dorsal. Pada pergelangan tangan dapat diraba tonjolan ujung distal
ulna.
Gambaran radiologisnya pada fraktur ini yaitu fraktur melintang atau oblique yang
pendek ditemukan pada sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau
tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi.3,4
Pengobatan
Dilakukan reposisi dan imobilisasi dengan gips di atas siku, posisi netral untuk
dislokasi radius ulna distal, deviasi ulnar, dan fleksi. Secara konservatif mungkin
kurang memuaskan dan bila demikian, terapi bedah menjadi pilihan.

Epidemologi
Fraktur radius/ulna sering terjadi pada usia muda dengan insidens sebanyak 8-9% dan sering
juga pada wanita yang berusia 75 tahun atau lebih. Fraktur pada 1/3 distal dari diafisis adalah
sebanyak 79%. Untuk fraktur femur yang terbagi dalam beberapa klasifikasi misalnya saja
pada fraktur collum, fraktur subtrochanter femur ini banyak terjadi pada wanita tua dengan
usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik. Trauma yang dialami
oleh wanita tua ini biasanya ringan (jatuh terpeleset di kamar mandi) sedangkan pada
penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan.5
Etiologi
Sebagian besar patah tulang merupakan akibat dari cedera (trauma), seperti kecelakan mobil,
olah raga atau karena jatuh. Patah tulang terjadi jika tenaga yang melawan tulang lebih besar
daripada kekuatan tulang. Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba
dan berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau
terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Jenis dan beratnya patah tulang
dipengaruhi oleh:
1.
2.
3.
4.

Arah, kecepatan dan kekuatan dari tenaga yang melawan tulang.


Usia penderita
Kelenturan tulang
Jenis tulang.

Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan
lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan
fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya sedangkan penghancuran kemungkinan
akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila
terkena kekuatan tak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari
tempat yang terkena kekuatan itu jadi kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin
tidak ada.
Tekanan yang berulang-ulang atau trauma ringan (fraktur kelelahan) pada tulang
menyebabkan tulang menjadi retak, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan
berulang-ulang. Kelemahan abnormal pada tulang (Fraktur patologik). Fraktur dapat terjadi
oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu
sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget ). Dengan tenaga yang sangat ringan, tulang yang
rapuh karena kelainan seperti osteoporosis,osteomyelitis atau tumor seperti ewings sarcoma
atau metastase myeloma bisa mengalami patah tulang. Berdasarkan kasus,fraktur terjadi
karena jatuh di kamar mandi dan posisi tangan menahan berat tubuh sehingga pasien tidak
dapat menggerakkan tangannya
Manifestasi klinik

Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi.
Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang

untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.


Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada eksremitas. Deformitas dapat
di ketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas tidak
dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas

tulang tempat melengketnya obat.


Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah tempat

fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5 sampai 5,5 cm
Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik

tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau
beberapa hari setelah cedera.2,3,4

Patofisiologi
7

Sewaktu tulang patah ( fraktur ) mengakibatkan terpajannya sum-sum tulang atau


pengaktifan saraf simpatis yang mengakibatkan tekanan dalam sum-sum tulang,
sehingga merangsang pengeluaran katekolamin yang yang akan merangsang
pembebasan asam lemak kedalam sirkulasi yang menyuplai organ, terutama organ
paru sehingga paru akan terjadi penyumbatan oleh lemak tersebut maka akan terjadi
emboli dan menimbulkan distress atau kegagalan pernafasan. Trauma yang
menyebabkan fraktur ( terbuka atau tertutup ) yang mengakibatkan perdarahan terjadi
disekitar tulang yang patah dan kedalam jaringan lunak disekitar tulang tersebut dan
terjadi perdarahan masif yang bila tidak segera ditangani akan menyebabkan

perdarahan hebat, terutama pada fraktur terbuka ( shock hypopolemik ).


Perdarahan masif ini ( pada fraktur tertutup ) akan meningkatkan tekanan dalam suatu
ruang diantara tepi tulang yang yang fraktur dibawah jaringan tulang yang membatasi
jaringan tulang yang fraktur tersebut, menyebabkan oedema sehingga akan menekan
pembuluh darah dan saraf disekitar tulang yang fraktur tersebut maka akan terjadi
sindrom kompartemen ( warna jaringan pucat, sianosis, nadi lemah, mati ras dan nyeri
hebat) dan akan mengakibatkan terjadinya kerusakan neuro muskuler (4-6 jam
kerusakan yang irreversible, 24-48 jam akan mengakibatkan organ tubuh tidak
berfungsi lagi).
Perdarahan masif juga dapat menyebabkan terjadinya hematoma pada tulang yang
fraktur yang akan menjadi bekuan fibrin yang berfungsi sebagai jala untuk
melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas segera terangsang dan terbentuk tulang
baru imatur yang disebut kalus. Bekuan fibrin direabsorbsi sel-sel tulang baru secara
perlahan mengalami remodeling (membentuk tulang sejati) tulang sejati ini akan
menggantikan kalus dan secara perlahan mengalami kalsifikasi ( jadi tulang yang

matur ).
Namun secara fisiologis, tulang mempunyai kemampuan untuk menyambung sendiri
setelah patah tulang. Proses penyambungan tulang pada setiap individu berbeda-beda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyambungan tulang adalah (1) usia pasien, (2)
jenis fraktur, (3) lokasi fraktur, (4) suplai darah, (5) kondisi medis yang
menyertainya.5

Penatalaksanaan
1. Fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit bergeser), fraktur dibungkus dalam slab gips
yang dibalutkan sekitar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut
kuat dalam posisinya.
8

2. Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips;
untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang
mentransfiksi radius dan pen distal, sebaiknya mentransfiksi dasar-dasar metakarpal
kedua dn sepertiga.
3. Fraktur yang bergeser harus direduksi di bawah anestesi. Tangan dipegang dengan
erat dan traksi diterapkan di sepanjang tulang itu (kadang-kadang dengan ekstensi
pergelangan tangan untuk melepaskan fragmen); fragmen distal kemudian didorong
ketempatnya dengan menekan kuat-kuat pada dorsum sambil memanipulasi
pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudia
diperiksa dengan sinar-X. kalau posisi memuaskan, dipasang slabgips dorsal,
membentang dari tepat di bawah siku sampai leher metakarpal dan 2/3 keliling dari
pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain
krep. Posisi deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada
tiap arah.
Pembebatan
1.
2.
3.

Penggunaan sarung tangan


Slab gips yang basah
Slab yang dibalutkan dan reduksi dipertahankan hingga gips mengeras.
Lengan tetap ditinggikan selama satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari
segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami
sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran ulang
sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,
sekalipun memanipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur
menyatu dalam 6 minggu dan sekalipun tak ada bukti penyatuan secara
radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut krep
sementara.
Fraktur colles, meskipun telah dirawat dengan baik, seringnya tetap
menyebabkan komplikasi jangka panjang. Karena itulah hanya fraktur Colles
tipe IA atau IB atau IIA yang boleh ditangani oleh dokter IGD. Selebihnya
harus dirujuk sbagai kasus darurat dan diserahkan pada ahlo ortopedik.

Mentosa :
9

Analgetik
Antibiotik
Vit K
Antibiotik TT ( Toksoid Tetanus )
Antitrombolitik

Non medika mentosa :


a

Recognition: mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis,


pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
lokasi, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan,

komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan.


Reduction: reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragment fraktur sehingga
didapat posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan
reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan
mencegah

komplikasi

seperti

kekakuan,

deformitas

serta

perubahan

osteoartritis dikemudian hari.


Posisi yang baik adalah:alignment yang sempurna dan aposisi yang sempurna.
Fraktur yang tidak memerlukan reduksi seperti fraktur klavikula, iga, fraktur
c

impaksi dari humerus, angulasi


Retention, immobilisasi fraktur: mempertahankan posisi reduksi dan
memfasilitasi union sehingga terjadi penyatuan, immobilisasi dapat dilakukan
dengan fiksasi eksterna meliputi pembalut gips, bidai, traksi,dan fiksasi interna

meliputi implan logam seperti screw.


Rehabilitation : mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin.

Non-operative:
a.

Penanganan tergantung usia dan status lokalis pasien. Terapi non-operatif


jarang dipakai pada orang dewasa.

b.

Traksi merupakan terapi paling efektif namun memerlukan waktu 2-3 bulan
untuk penyembuhan.

Operative :
a.

Kebanyakan fraktur ditangani dengan intramedullary rod dengan cara open


atau blind nailing.

10

b.

Jika fraktur adalah jenis cominutiva, interlocking nails diguna untuk


mempertahankan panjang tulang dengan meningkatkan fiksasi proksimal dan
distal.6

Komplikasi
1

Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh dalam posisi
yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring

Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.

Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.

Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang berlebihan


di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu tempat.

Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas


kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini biasanya terjadi pada
fraktur.

Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah. Faktor
resiko terjadinya emboli lemak ada fraktur meningkat pada laki-laki usia 20-40 tahun,
usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.

Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada individu yang
imobiil dalam waktu yang lama karena trauma atau ketidak mampuan lazimnya
komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma komplikasi paling fatal
bila terjadi pada bedah ortopedil

Infeksi, Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini biasanya
terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam
pembedahan seperti pin dan plat.

Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis iskemia.

11

10 Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem saraf
simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena nyeri,
perubahan tropik dan vasomotor instability.4,6
Pencegahan
Pencegahan tulang bisa diberikannya sumber-sumber kalsium pada tulang yang pernah hilang
seperti mengkonsumsi :

Kalsium, dapat membantu dalam memperkuat pembentukan tulang, membuat tulang


jadi padat dan tulang tetap sehat seiring kita bertambah usia. Kalsium adalah mineral

yang penting dalam hidup.


Vitamin K, berperan banyak dalam berbagai fungsi tubuh, tetapi penelitian ilmiah
telah menghubungkan nutrisi penting ini dengan kesehatan tulang. Studi yang
berlangsung saat ini mengindikasi bahwa vitamin K dapat mencegah penyerapan
kembali dan masuknya makanan secara cukup, dimana hal ini penting untuk

mencegah kerapuhan tulang.


Vitamin D, selalu memainkan peranan penting dalam membangun dan melindungi
tulang. Vitamin D membantu daya serap kalsium, dan memiliki kandungan vitamin D
rendah memiliki tingkat kepadatan tulang yang rendah. Mereka juga memiliki
kecenderungan akan tulang rapuh seiring bertambahnya umur.
Vitamin D secara alami bisa diperoleh di dalam makanan tertentu saja (misal minyak
ikan cod), tetapi juga dapat memperolehnya dari sinar matahari, dan banyak makanan

yang sudah diperkuat dengan nutrisi.


Magnesium, memiliki banyak fungsi bagi tubuh, dan salah satunya adalah untuk
membuat tulang tetap kuat (50% dari tubuh magnesium ditemukan dalam tulang).
Memakan berbagai makanan dapat membantu untuk menjamin magnesium masuk ke
tubuh secara cukup. Wanita diatas 30 tahun harus memenuhi sekitar 320mg
magnesium setiap hari, sedangkan pria sekitar 400-420mg. Jumlah tersebut mudah
didapatkan dengan mengkonsumsi, kacang-kacangan seperti almond, kacang kedelai,

gandum, dan sayuran yang berwarna gelap seperti bayam.


Berhati-hati dalam berdiri dan berjalan.6

Prognosis
Prognosis tergantung pada jenis dan lokasi fraktur antebrachii, usia dan status kesehatan
individu serta adanya cedera secara bersamaan. Pemulihan umumnya memang sudah
dijangka, namun, individu-individu di atas usia 60 dengan fraktur antebrachii tertutup

12

memiliki tingkat kematian 17%. Tingkat non-union adalah sekitar 1%. Masalah permanen
dengan gaya berjalan mungkin terjadi, dan kecacatan/deformitas dapat diakibatkan dari
cedera lain yang berkelanjutan pada saat fraktur.5,6

Kesimpulan
Fraktur adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
Fraktur tertutup atau simple adalah fraktur dengan kulit yang tidak mengalami perforasi
sehingga lokasi fraktur tidak terpajan lingkungan luar sedangkan fraktur terbuka atau fraktur
gabungan adalah fraktur dengan kulit yang tertembus pada ekstremitas yang terkena. Fraktur
tertutup terutama di tungkai bawah biasanya mempunyai resiko tinggi untuk mendapat
compartment syndrome karena pada patah tulang tertutup, darah tidak dapat keluar dan sering
menimbulkan peningkatan tekanan compartment otot. Justru, pemeriksaan neurovascular
distal terutama bila kulit terlihat tegang dan bengkak harus segera dilakukan karena jika
terlambat amputasi terpaksa dilakukan. Penanganan yang baik menghasilkan penyembuhan
dan prognosis yang membaik.

Daftar Pustaka
1. Skinner HB. Current diagnosis and treatment; orthopedics. 4th Ed, International Ed.
USA : McGraw-Hill. 2006. Pg 104-9.
2. Alatas A, Hassan R. Buku kuliah 3; ilmu kesehatan anak. Edisi 11. Jakarta :
Infomedika Jakarta. 2007. Hal. 955-61.
3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 4, Jilid I. Jakarta : Interna Publishing. 2009. Hal. 904-6.
13

4. Sjamsuhidat R, Karnadihardja W, Prasetyono TOH, Rudiman R. Buku ajar ilmu bedah


Sjamsuhidajat De Jong. Edisi ke-3. Jakarta: EGC; 2010.h.1039-40, 53-6
5. Rasjad C. Pengantar ilmu bedah ortropedi. Edisi ke-3. Cetakan ke-6. Jakarta: Yarsif
Watampone; 2009.h. 370-7, 92-5, 416- 20
6. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J. kedokteradn klinis. Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2003.h.201

14

Anda mungkin juga menyukai