Anda di halaman 1dari 14

Cedera Tendo yang Terjadi Pada Saat

Berolahraga

Christin 102009010
Joseph Nelson Leo 102011009
Lusy Diana Jacob 102012058
Ineke Pania Mexi 102012124
Nicky Andrean 102012167
Lucia A Eka Wara 102012209
Herkuliana Puspita Sari 102012228
Jener Tanggu Dendo 102012348
Anestesya Monica 102012410

Kelompok : D6

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen


Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510

1
Skenario XV
Seorang laki-laki 25 tahun dibawa oleh keluarganya ke UGD RS dengan
keluhan nyeri pada tumit kanannya sejak 2 jam yang lalu saat sedang bermain
bulutangkis. Menurut pasien, saat mendarat setelah melompat tinggi sewaktu bermain
bulutangkis, tiba-tiba tumit kanannya terasa sangat nyeri, seakan-akan telar terbentur
sesuatu. Pasien tidak dapat menggunakan tungkai kanannya untuk berdiri. Pada
pemeriksaan fisik region calcaneus , terdapat gap sign (+), nyeri tekan (+).

Pendahuluan
Tubuh manusia terdiri dari otot dan tulang. Tulang dibungkus oleh otot agar
dapat bergerak. Selain otot terdapat juga ligamen dan tendo. Pada tungkai bawah
terdapat tendo yang paling kuat, yaitu tendo achilles. Walaupun tendo ini kuat, tendo
ini juga bisa mengalami cedera yang menimbulkan rasa nyeri yang sangat bagi
penderita yaitu Ruptur tendo achilles. Ruptur memiliki arti yaitu putus atau robek,
jadi ruptur tendo achilles adalah putusnya tendo pada bagian tendo achilles. Ruptur ini
bisa disebabkan oleh banyak faktor salah satunya olahraga. Pada skenario yang saya
dapat adalah tentang seorang laki-laki yang mengalami rasa nyeri di tumit sebelah
kanan saat mendarat setelah melompat tinggi saat bermain bulutangkis. Penulisan
makalah ini bertujuan untuk mengetahui ruptur tendo achilles, faktor yang
mempengaruhi, dan hal-hal yang berhubungan dengan ruptur tendo achilles ini.
Metode yang digunakan termasuk metode kepustakaan dimana buku-buku tersebut
didapat dari perpustakaan. Buku-buku tersebut berhubungan dengan ruptur dan tendo
yang khususnya ruptur tendo achilles.

Isi
Tungkai Bawah

Tungkai bawah terdiri dari tulang-tulang besar seperti tulang kering (tibia), tulang
betis (fibulla) dan terdapat tulang-tulang kaki (ossa pedis).1
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding
dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di mana
keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur. Terdapat juga
facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki
tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi
dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding
dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan di
bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi dengan
tulang-tulang tarsal.
Tulang-tulang kaki (ossa pedis) yang terdiri dari tarsal, metatarsal, dan jari-jari
kaki (digiti). Tarsal yang terdiri dari talus, calcaneus, Os naviculare, os cuboideum,
dan tiga Ossa cuneiforme. Metatarsal terdiri dari ossa metarsi, dan jari kaki (digiti)
yang terdiri dari beberapa phalanges.
Di bagian anteror tulang ini terdapat m. Tibialis anterior, m. Extensor digitorum
longum, dan m. Extensor hallucis longus dan pada bagian posterior terdapat m. Soleus
dan m. Gastronemius caput lateral dan medial. Pada bagian bawah m. Gastronemius
terdapat tendon calcaneus atau tendon achilles.1

2
Tendon
Tendon adalah jaringan fibrosa yang melekat otot ke tulang dalam tubuh
manusia. Pasukan diterapkan pada tendon mungkin lebih dari 5 kali berat badan
Anda. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, tendon dapat snap atau pecah.
Kondisi yang membuat pecah lebih mungkin termasuk suntikan steroid ke dalam
tendon, penyakit tertentu (seperti gout atau hiperparatiroidisme, dan memiliki
golongan darah O). Meskipun terbilang jarang, robek atau pecah tendon bisa menjadi
masalah serius dan dapat mengakibatkan sakit yang parah dan cacat permanen jika
tidak diobati. Setiap jenis pecah atau robek tendon memiliki tanda-tanda dan gejala
sendiri dan bisa diobati baik operasi atau medis tergantung pada beratnya pecah.
Fungsi tendon adalah membawa kekuatan tarik tendon dari otot ke tulang,
membawa pasukan kompresi ketika membungkus tulang seperti katrol, menekuk dan
meregangkan semua sendi dan otot untuk menahan tulang. Tanpa tendon, otot-otot
hanya akan menjadi sekumpulan besar di satu bidang dan tidak akan bisa bergerak.
Tendon yang menghubungkan otot dengan tulang. Ketika otot gastrocnemius (di
betis) kontraksi (lebih pendek), tendon yang melekat dari otot ke tulang tumit
(kalkaneus) bergerak. Memperpendek otot, tendon bergerak ketitik ke bawah kaki. Ini
adalah tindakan yang memungkinkan seseorang untuk berdiri, berlari, melompat,
berjalan normal, dan untuk naik dan turun tangga.2
Tendon mengandung kolagen tipe I, tendon mengandung matriks
proteoglycan, tendon mengandung fibroblast yang tersusun secara parallel.
Tendon bertindak sebagai transduser dari gaya yang dihasilkan oleh kontraksi
otot terhadap tulang. Kolagen merupakan 70% dari berat kering tendon, sekitar 95%
dari kolagen tersebut merupakan kolagen tipe I, dengan jumlah elastin yang kecil.
Serat elastin dapat menjalani tekanan sebesar 200% sebelum rusak. Fibril kolagen
terikat ke fasikula, mengandung pembuluh darah dan pembuluh limfatik serta saraf.
Fasikula-fasikula tersebut secara bersamaan di kelilingi oleh epitenon dan membentuk
struktur kasar dari tendon, yang kemudian tertutup oleh paratenon, terpisah dari
epitenon oleh lapisan tipis cairan untuk memungkinkan pergerakan tendon dengan
mengurangi pergesekan.3
Struktur dari tendon Kolagen (70% dari berat kering tendon), Glycine (33%),
Proline (15%), Hydroxyproline (15%).
Blood Supply dari pembuluh darah di perimysium (meliputi tendon), pada periosteol
insertion, jaringan sekitarnya.2

Tendo Achilles
Tendo Achilles adalah tendo pada bagian tungkai bawah. Tendon Achilles
adalah tendon tertebal dan terkuat pada badan manusia. Panjangnya sekitar 15 cm,
dimulai dari pertengahan tungkai bawah. Kemudian strukturnya kian mengumpul dan
melekat pada bagian tengah-belakang tulang calcaneus. Tendon Achilles berasal
gabungan dari tiga otot yaitu gastrocnemius, soleus, dan otot plantaris kaki. Ia
berfungsi untuk melekatkan otot Gastrocnemius dengan otot soleus ke salah satu
tulang penyusun pergelangan kaki, yaitu Calcaneus.3
Gerak sendi:
Fleksi Dorsalis : M. tibialis anterior, M. extensor digitorum longus, M.
proneus tertius dan M. extensor hallucis longus.
Fleksi Plantar : M. gastrocnemius, M. soleus, M. plantaris, M. flexor hallucis
longus, M.peroneus longus dan brevis M. tibialis posterior
Definisi ruptur dan ruptur tendo Achilles

3
Ruptur adalah putusnya suatu organ atau jaringan. Ruptur tendo Achilles
adalah putusnya tendo Achilles atau cedera yang mempengaruhi bagian bawah
belakang kaki. Dorsofleksi yang tiba-tiba secara pasif pada keadaan kontraksi yang
maksimal total betis, dapat menyebabkan ruptur tendo achilles. Ruptur pada tendo
achilles bisa terjadi secara total (sobek total), ruptur aponeurosis yaitu sobeknya
bagian m. Gastroknemius dan tendon achilles, dan ruptur tendo parsial seperti ada
celah pada bagian tendon.4

Anamnesis
Anamnesis adalah wawancara antara dokter dengan pasien untuk mendapatkan
infomasi tentang penyakit pasien.
Identitas
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat lengkap.
Keluhan Utama
Riwayat penyakit sekarang
Lokasi sakit, dan adanya nyeri saat ditekan dibagian edema pergelangan kaki
bagian belakang.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit Keluarga
Faktor lingkungan
Pemeriksaan Fisik
Disamping memeriksa daerah yang sakit, memperhitungkan berbagai faktor-
faktor yang menyebabkannya seperti keketatan betis, kekakuan tulang sendi pada
pergelangan kaki atau sendi subtalar dan tungkai biomekanik yang lebih rendah.
Menurut Brukner P dan Khan K perlu adanya pemeriksaaan pada daerah dimaksud
dengan cara pengamatan dan perlakuan. Pengamatan seperti berdiri, berjalandan
tengkurap. Gerakan aktif juga perlu diketahui seperti penegangan/pelenturan
(plantarfleksi), penegangan/pelenturan saraf punggung kaki (dorsifleksi). Gerakan
pasif seperti plantarfleksi dengan tekanan lebih, dorsifleksi, tulang sendi subtalar,
peregangan otot dari gastrocnemius dan soleus. Pengujian secara fungsional
contohnya sperti mengangkat betis, meloncat, dan menjatuhkan tumit secara tiba-tiba.
Palpasi/pijatan tendo Achilles, bursa retrocalacaneal, talus, dan otot betis. Penilaian
secara biomekanik seperti berikut:
a. Pengamatan tengkurap, amati pembengkakan, penebalan pada tendo otot betis
melemah (mengecil).
b. Gerakan pasif plantarfleksi, biasanya menyakitkan jika ada kelainan pada bagian
belakang tendo (posterior impingement). Tambahan penekanan dapat dilakukan.

4
(a) dan (b)

Gambar 1. Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427)

c. Gerakan pasif sendi subtalar (subtalar joint), gerakan tertahan pada sendi subtalar
adalah penyebab potensial dari rasa sakit pada tendo Achilles dan juga turut
mengakibatkan kelainan pada biomekanik.
d. Gerakan pasif peregangan otot (gastrocnemius) dilakukan dengan berdiri dan
memanfaatkan berat badan sebagai tekanan. Lutut diregangkan dan tumit tetap di
atas permukaan tanah. Kaki tetap di posisi netral dengan tempurung lutut sejajar
dengan tulang telapak kaki. Bandingkan peregangan pada kedua sisi.

( c) dan (d)
Gambar 2. Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427)

e. Gerakan pasif peregangan otot (soleus), dilakukan dengan cara pasien berdiri
tegak dengan lutut dilenturkan. Pastikan kaki dalam posisi normal.
f. Pengujian secara fungsional, dapat digunakan untuk menimbulkan rasa sakit
kembali jika memang dibutuhkan. Pengujian meliputi mengangkat lutut secara
bersamaan ataupun sendiri-sendiri, melompat, menjatuhkan tumit secara tiba-tiba
dan menerjang.

(e) dan (f)


Gambar 3. Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427)

g. Palpasi (pijatan) tiarap, pijat tendo dan para tendo selama pergerakan tendo untuk
menentukan bagian mana yang tergabung. Pijat bagian gastrocnemius, soleus

5
(telapak kaki) dan bursa retrocalcaneal.
h. Tes khusus tes Thompson untuk putusnya tendo Achilles, tes dilakukan dengan
meremas bagian tengah otot betis. Hasil tes positif jika tidak terjadi plantarfleksi
pada kaki.

(g) dan (h)


Gambar 4. Pemeriksaan Pasien Dengan Rasa Sakit Pada Daerah Tendo Achilles
(dikutip dari Brukner, P., dan Khan, K., 1993: 426-427):

Robek Sebagian Robek Total


Gambar 5. Tendo Achilles Robek/Strain (dikutip dari Peterson Lars, dan Renstrom
Per., 1986:332-333)

Pada pemeriksaan pasien yang mengalami ruptur tendon achilles, dari pergerakan
tumit dan otot. Apabila pergerakannya lemah atau tidak ada pergerakan maka
dicurigai tendo achilles mengalami ruptur dan saat kita meraba bagian tendo achille
terdapat celah (gap sign), juga bisa melakukan tes-tes eperti berikut.3

Thompson test : Posisi pasien tengkurap, kemudian betis pasien diremas. Apabila
tendo achilles normal, maka akan terjadi plantar fleksi tendo Achilles. Namun
apabila terjadi ruptur, maka tidak ada pergerakan.
Obriens Test : Posisi pasien tengkurap, kemudian pada daerah midline 10 cm
proksimal dari calcaneus masukkan jarum berukuran 25. Lakukan gerak dorso
fleksi secara pasif, apabila gerak jarum seperti plantar fleksi pertanda bahwa tendo
achilles tidak mengalami cedera. Bila jarum tidak bergerak, menandakan tendo
achilles yang mangalami ruptur. Tidak disarankan untuk dilakukan pada pasien
dalam keadaan sadar.
Copeland Test : Posisi pasien tengkurap, kemudian pada betis dipasang torniket.
Pergelangan kaki dilakukan dorsofleksi secara pasif. Apabila tendo utuh, maka
tekanan akan naik sekitar 35-60 mmHg. Namun bila tendo mengalami ruptur,
tekanan hanya naik sedikit atau tidak bergerak sama sekali.

6
Pemeriksaan Penunjang
A. Foto Rotgen
Foto rotgen ini awalnya untuk memastikan ada tidaknya Calcaneous spur. Pada
penderita plantar fascitis dengan calcaneous sering tebal pada bagian fascianya
dua kali dari normal.

Gambar 6. Achilles Tendon Rupture5


B. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )
Magnetic Resonance Imaging (MRI) dapat digunakan untuk membedakan pecah
atau robekan tidak lengkap dari degenerasi tendon Achilles, dan MRI juga dapat
membedakan antara paratenonitis, tendinosis, dan bursitis. Teknik ini
menggunakan medan magnet yang kuat seragam untuk menyelaraskan jutaan
proton berjalan melalui tubuh. Proton ini kemudian dibombardir dengan
gelombang radio yang mengetuk beberapa dari mereka keluar dari keselarasan.
Ketika proton kembali mereka memancarkan gelombang radio mereka sendiri
yang unik yang dapat dianalisis oleh komputer dalam 3D untuk membuat
gambar yang tajam penampang silang dari area of interest. MRI dapat
memberikan kontras yang tak tertandingi dalam jaringan lunak untuk foto
berkualitas sangat tinggi sehingga untuk teknisi untuk menemukan air mata dan
cedera lainnya.6

C. Radiografi
Radiografi dapat juga digunakan untuk mengidentifikasi secara tidak langsung
mengenai tendo Achilles. Radiografi menggunakan sinar-X untuk menganalisis
titik cedera. Hal ini sangat tidak efektif dalam mengidentifikasi cedera pada
jaringan lunak. Sinar-X dibuat ketika elektron energi tinggi menghantam sumber
logam. Gambar sinar-X diperoleh dengan memanfaatkan karakteristik redaman
yang berbeda dari yang padat (misalnya kalsium dalam tulang) dan kurang padat
(otot misalnya) jaringan ketika sinar melewati jaringan dan ditangkap di film.
Sinar-X umumnya terkena dan mengoptimalkan visualisasi benda padat seperti
tulang, sementara jaringan lunak masih relatif tidak dibedakan di latar belakang.
Radiogrfi memiliki peran kecil dalam penilaian cedera tendon Achilles dan lebih
berguna untuk mengesampingkan cedera lain seperti patah tulang kalkanealis.6
Diagnosis Kerja
Dalam mendiagnosis ruptur tendo Achilles, ahli bedah kaki dan pergelangan
kaki akan mengajukan pertanyaan tentang bagaimana dan kapan cedra terjadi dan

7
apakah pasien sebelumnya cedera tendo atau gejala serupa juga dialami. Dokter bedah
akan memeriksa kaki dan pergelangan kaki, perasaan cacat pada tendon. Rentang
gerak dan kekuatan otot akan dievaluasi dan dibandingkan dengan kaki terluka
dan pergelangan kaki. Jika tendo Achilles pecah, pasien akan memiliki kekuatan yang
kurang dalam mendorong ke bawah (seperti pada pedal gas) dan akan mengalami
kesulitan naik pada jari kaki. Diagnosis ruptur tendo Achilles biasanya langsung dan
dapat dilakukan melalui pemeriksaan jenis ini. Dalam beberapa kasus, ahli bedah
dapat memesan tes pencitraan MRI atau lainnya.7

Diagnosis Banding

Ruptur tendon Achilles Yaitu putusnya tendon achilles secara paksa, karena terlalu
sering di beri tekanan, periode tendon achilles di dahului tahap tendonisitis yang
membuat tendo semakin lemah.
Tendo calcaneal bursitis
Bursa adalah kantung berisi cairan yang dirancang untuk membatasi gesekan.
Ketika bursa ini meradang disebut bursitis. Tendo calcaneal bursitis adalah
peradangan pada bursa di belakang tilang tumit. Bursa ini biasanya membatasi
gesekan. Dimana achilles tendon fibrosa tebal di belakang tumit meluncur turun
naik.
Achilles tendoncitis
Cedera ini biasanya terjadi saat kontraksi kuat dari otot seperti ketika berjalan/
berlari, achiles tendoncitis adalah sebuah tegangan kuat yang dapat membuat
trauma tendonachilles dan betis.
Achilles tendinopathy atau tendonosis
Kronis yang berlebihan bisa berpengaruh pada perubahan tendon achilles yang
juga menyebabkan degenerasi dan penebalan tendon.
Tenosinovitis
Beberapa tendon, seperti yang terdapat pada pergelangan tangan dan dan
pergelangan kaki, di kelilingi oleh sarung pelindung yang mengeluarkan cairan
sinoval untuk mengurangi gesekan. Sarung pelindung ini bias meradang keadaan
yang di kenal sebagai Tenosinovitis, Tenosinovitis sering timbul bersamaan
dengan tendinitis. Biasanya tenosinovitis merupakan akibat cidera, tapi dapat juga
menyerang penderita radang sendi rematik. Keadaan kaku pada tenosinovitis dapat
dihilangkan dengan gerakan menyentak yang tiba-tiba. Keadaan ini dikenal dengan
trigger finger Gejala dari tendintis maupun tenosynovitis meliputi bengkak,
sakit, dan terbatasnya gerakan pada area yang diserang. Mungkin akan muncul
bengkak lunak diatas tendon dan kadang kadang kulit bias terasa panas.
Rupture tendo musculus tibialis posterior berbeda letaknya dengan tendo Achilles .
m. tibialis posterior berinsersio di tuberositas ossis naviculare dan tulang tulang
di dekatnya . Ruptur menyebabkan telapak kaki terlihat datar (Flat foot).
Ruptur musculus soleus biasanya terasa sakit pada regio cruris. Musculus soleus
merupakan otot epeng dan lebar yang terletak di anterior musculus
gastrocnmeus.7,8
Etiologi
Ruptur Tendo Achilles dapat terjadi saat dorsofleksi pasif secara tiba tiba saat
kontraksi maksimal pada otot betis. Ruptur tendo dapat terjadi saat berlari, melompat,
bermain bulu tangkis, basket, tersandung dan jatuh dari ketinggian. Dalam beberapa
kasus putusnya tendo Achilles terjadi pada tendo yang kurang menerima aliran darah.

8
Tendo juga dapat melemah bergantung pada bertambahnya usia. Putusnya tendo
Achilles juga biasanya disebabkan oleh peningkatan mendadak jumlah tekanan pada
tendo Achilles. Biasanya ruptur tendo Achilles lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan pada wanita.
Penyebab lainnya juga bisa karena beberapa hal seperti penyakit tertentu,
seperti arthritis dan diabetes, Obat-obatan, seperti kortikosteroid dan beberapa
antibiotik yang dapat meningkatkan risiko pecah. Cedera dalam olah raga, seperti
melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak bola
ataupun olahraga berat lainnya, Trauma benda tajam atau tumpul pada bawah betis.
Obesitas.9

Epidemiologi
Bisa dialami oleh siapa saja, biasanya jika orang itu banyak aktivitas seperti
berolahraga dan olahraga yang biasanya dilakukan adalah bulu tangkis, jalan-jalan
kecil, sepak bola, bola basket, tenis, softball dan hoki. Rata-rata yang mengalami
adalah atlit yang masih muda dan muda untuk atlet setengah baya (30 - 40 tahun).
Pada 75% kasus terjadi selama kegiatan olahraga. Olahraga yang paling umum
menyebabkan akut Ruptur Achilles tendon bervariasi dari satu negara ke negara,
tergantung pada olahraga yang paling populer di daerah itu, di Indonesia olahraga
yang populer salah satunya adalah bulutangkis. Biasanya laki-laki yang banyak
mengalami dan juga cedera sisi kiri adalah lebih umum dari kanan (mungkin karena
kanan atlet dominan push-off dengan kaki kiri). Lebih umum di negara-negara
industri dan di antara prajurit akhir pekan.
Sejak pertama kali dijelaskan oleh Ambroise Pare pada tahun 1575 dan
dilaporkan dalam literatur pada tahun 1633, pecahnya tendon achilles telah menerima
peningkatan perhatian tentang pengobatan . Perhatian ini didasarkan pada kenyataan
bahwa pecahnya tendon achilles merupakan sebuah cedera serius dan salah satu lesi
tendon yang paling umum, mempengaruhi sekitar 18 dari 100.000 orang , laki-laki
biasanya antara 30 dan 50 tahun.9,10

Patofisiologi
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah,
kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi kontraksi, otot belum siap, terjadi
pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha), hamstring (otot paha bagian
bawah), dan otot guadriceps (rectus femoris). Fleksibilitas otot yang baik bisa
menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
Terjadinya ruptur pada tendon achilles membuat pasien merasakan nyeri dan
membuat pasien merasa sangat kesakitan sehingga memegang kakinya dalam posisi
kontraksi dan pada bagian proksimal tendon yang mengalami ruptur akan
membengkak dan biasanya sakit selama beberapa hari kemudian timbul tanda-tanda
seperti kulit hitam dan kebiruan akibat pendarahan dibawah kulit yang terletak diatas
tendon tersebut. Apabila terjadi ruptur pada tendon achilles maka kaki akan
dipertahankan pada posisi plantar fleksi untuk menghindari timbulnya rasa nyeri yang
hebat pada daerah ruptur tersebut. Jika posisi plantar berlangsung terus menerus maka
akan menyebabkan timbulnya kontraktur atau pemendekan pada tendon achilles, hal
ini terjadi karena adanya kecendurungan dalam posisi yang menetap untuk
menghindari adanya nyeri. Dalam posisi yang menetap ini maka elastitas jaringan
akan terganggu dan suplai darah akan berkurang sehingga dapat menyebabkan

9
terjadinya ischemia dan lama kelamaan jaringan kurang mendapatkan nutrisi sehingga
akan terjadi degenerasi yang mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous sehingga tendon
akan mengalami pengerasan dan memendek (kontraktur).
Saat istirahat, tendon memiliki konfigurasi bergelombang akibat batasan di
fibril kolagen. Stress tensil menyebabkan hilangnya konfigurasi bergelombang ini, hal
ini yang menyebabkan pada daerah jari kaki adanya kurva tegangan-regangan. Saat
serat kolagen rusak, tendon merespons secara linear untuk meningkatkan beban
tendon. Jika renggangan yang di tempatkan pada tendon tetap kurang dari 4 % yaitu
batas beban fisiologi secara umum serat kembali ke konfigurasi asli mereka pada
penghapusan beban. Pada tingkat ketegangan antara 4-8 %, serat kolagen mulai
meluncur melewati 1 sama lain karena jalinan antar molekul rusak. Pada tingkat
tegangan lebih besar dari 8 % terjadi rupture secara makroskopik karena kegagalan
tarikan oleh karena kegagalan pergeseran fibriller dan interfibriller.11

Gejala klinis
Penderita ruptur tendon achilles memiliki gejala atau manifestasi klinik yaitu
rasa sakit mendadak yang berat dirasakan pada bagian belakang pergelangan kaki atau
betis seperti adanya rasa sakit pada tendon achilles sekitar 1-3 inci di atas tumit.
Daerah ini paling sedikit menerima supplay darah dan mudah sekali mengalami
cedera meskipun oleh sebab yang sederhana, meskipun oleh sepatu yang
menyebabkan iritasi. Terlihat bengkak dan kaku serta tampak memar dan merasakan
adanya kelemahan yang luas pada serat-serat protein kolagen, yang mengakibatkan
robeknya sebagian serat atau seluruh serat tendon. Terlihat depresi di tendon 3-5 cm
diatas tumit. Tumit tidak bisa digerakan turun naik.11

Penatalaksanaan
Pembedahan adalah pengobatan umum untuk ruptur lengkap Achilles tendon.
Prosedur ini umumnya melibatkan membuat sayatan di bagian belakang kaki bawah
dan jahitan robek tendon bersama-sama. Tergantung pada kondisi jaringan yang
robek, perbaikan dapat diperkuat dengan tendon lain. Setelah itu, Anda harus
menghabiskan waktu sekitar enam sampai delapan minggu dengan kaki Anda dalam
boot berjalan, cor, penjepit atau belat.
Non operasi. Dibalut gips dengan posisi fleksi plantar atau menggunakan
sepatu dengan hak tujuannya adalah untuk mendekatkan kedua ujung tendon sedekat-
dekatnya agar proses perbaikan dan penyatuan jaringan berjalan secara alami. Metode
ini bisa efektif, dan menghindari risiko, seperti infeksi, terkait dengan operasi.
Namun, kemungkinan pecah kembali lebih tinggi dengan pendekatan nonsurgical, dan
pemulihan dapat memakan waktu lebih lama. Jika kembali pecah terjadi, perbaikan
bedah mungkin lebih sulit.
Rehabilitasi. Setelah pengobatan, baik bedah atau nonsurgical, bisa juga
melalui program rehabilitasi yang melibatkan latihan terapi fisik untuk memperkuat
otot kaki dan Achilles tendon. Kebanyakan orang kembali ke level sebelumnya
aktivitas mereka dalam waktu empat sampai enam bulan.
Seorang individu yang mengalami ruptur tendon Achilles-nya harus mencari
pengobatan medis yang segera. Terapi fisik umumnya tidak ditunjukkan untuk fase
akut pengobatan, tetapi menjadi bagian penting dalam proses pemulihan total.
Imobilisasi langsung untuk ruptur tendon Achilles baik secara parsial, maupun
seluruhnya dengan cara latihan bergerak sangat penting dalam proses pemulihan
rupture tendo Achilles, pemakaian boot orthosis yang bisa dilepas dengan sisipan
untuk tumit agar ujung tendon dapat berdekatan bersama-sama. Kelebihan dari

10
pemakaian boot ini adalah pasien dapat bergerak. Pada robekan parsial dilakukan
pemasangan gips sirkuler di atas lutut selama 4-6 minggu dalam posisi fleksi 30-40
pada lutut dan fleksi plantar pada pergelangan kaki.
Fisioterapi. Pada sebuah studi yang dilakukan oleh Twaddle dan Poon yand
dipublikasian di American Journal of Sports Medicine pada tahun 2007, pasien dalam
kelompok bedah memperbaiki tendon Achilles dengan menjalani menggunakan
prosedur Krackow, diikuti oleh pemasangan gips equinus, sedangkan pasien non-
bedah yang ditempatkan langsung di cor. Setelah pelepasan gips, pasien dipakaikan
orthosis yang dapat dilepas dengan posisi pergelangan kaki pada 20 dari fleksi
plantar. Pasien melepas splint selama 5 menit setiap jam, dan duduk dengan kaki
menggantung, melatih dorsofleksi secara aktif dan fleksi plantar pasif, yang
memungkinkan kaki untuk jatuh secara nyaman. Pada minggu ke-4, orthosis dibawa
ke posisi netral, dengan protokol ROM yang sama seperti minggu sebelumnya. Pada 6
minggu, pasien diizinkan untuk menanggung berat badan yang ditoleransi sambil
mengenakan orthosis. Pada saat ini, mereka juga diperbolehkan untuk melepas
orthosis di malam hari. Pada minggu ke-8, pasien diperbolehkan melepas orthosis dan
kemudian mulai terapi fisik untuk peregangan dan penguatan. Ada 3 kasus reruptures,
2 di bedah dan 1 pada kelompok nonsurgical. Dari 2 reruptures bedah, 1 jatuh dari
tangga, dan yang lainnya ditabrak mobil saat mencoba menghentikan perampokan.
Pasien nonsurgical tergelincir dari tanggul di minggu ke-16. Semua reruptures dirawat
melalui pembedeahan. Lainnya, protokol konservatif yang lebih baru menggunakan
periode nonweightbearing-n casting, baik di atas atau di bawah lutut, dengan kaki di
equinus sekitar 2-4 minggu, dan kemudian seri casting atau dengan penurunan derajat
fleksi plantar ke netral pada interval 2 hingga 4 minggu.9
Percutaneous Surgery. Pada tindakan ini, dibuat sayatan kecil selebar 2-4 cm.
Melalui luka tusuk, jahitan melewati ujung distal dan proksimal, yang diperkirakan
ketika pergelangan kaki berada pada equinus maksimal. Jahitan itu kemudian
dipotong pendek, diikat menggunakan simpul, dan mendorong subkutan. Luka-luka
kecil dibersihkan dan dipasang perban kering dan steril setelah itu, pasien
menggunakan bantalan gips yang tanpa beban. Penggunaan gips dilakukan selama 4
minggu, diikuti oleh 4 minggu di bantalan berat dan pemakaian gips dengan elevasi
tumit rendah.9
Open Surgical Repair. Perbaikan terbuka dilakukan dengan menggunakan
pendekatan longitudinal medial. Insisi medial memiliki keuntungan visualisasi yang
lebih baik pada tendon plantaris, serta menghindari cedera pada saraf Sural. Insisi
garis tengah jarang digunakan karena tingginya tingkat komplikasi luka dan adesi.
Pada pendekatan ini, dibuat sayatan sepanjang 3-10 cm. setelah paratenon disayat
secara longitudinal, ujung tendon dapat dikenali dengan mudah dan didekatkan
dengan menggunakan jahitan tipe Kesler/Krackow/Bunnell dengan menggunakan
nonabsorbable suture. Selanjutnya, epitenon disambung dengan teknik cross-stitch.
Paratenon harus disambung kembali agar tidak terjadi adesi. Kemudian, penutupan
oleh kulit akan membatasi terjadinya komplikasi luka. Setelah operasi, pergelangan
kaki dipertahankan dalam fleksi saat pemasangan orthosis. Setelah periode
imobilisasi, kaki digerakkan secara netral ke plantar atau sedikit dalam orthosis kaku,
dan pasien diperbolehkan memakai bantalan berat parsial. Imobilisasi biasanya
dihentikan 4-6 minggu setelah perbaikan. Pada saat itu, jangkauan yang aktif dan
aktif-dibantu gerak, berenang, bersepeda stasioner, dan berjalan dalam sepatu
dilengkapi dengan mengangkat tumit dapat dimulai. Dalam kebanyakan kasus, pasien
dapat beraktivitas kembali dalam jangka waktu 4 bulan.9

11
Tindakan operasi untuk perbaikan ruptur Achilles tendon telah dilaporkan
memiliki tingkat yang lebih rendah dalam terjadinya rerupture; peningkatan kekuatan
otot pasca operasi dan daya tahan, dan membutuhkan waktu yang lebih singkat agar
dapat kembali beraktivitas normal jika dibandingkan dengan tindakan konservatif.
Namun, kemungkinan terjadinya komplikasi luka seperti infeksi, drainase,
pembentukan sinus, dan pengelupasan kulit lebih tinggi daripada tindakan non-
operasi.
Postoperative Course Latihan beban fungsional dan ROM dengan melakukan
ini, durasi waktu perawatan dapat menurun, pasien pun dapat lebih cepat berolahraga,
pemasangan gips, fisioterapi, pemakaian orthosis, tendon akan tersambung dalam 4-8
minggu taetapi pasien tidak berolahraga berat selama 6 bulan.
Pasien dengan diabetes, masalah penyembuhan luka, penyakit vaskular,
neuropati, atau komorbiditas sistemik yang serius dianjurkan untuk memilih
pengobatan nonoperative karena risiko yang signifikan dari pengobatan operasi
(misalnya, infeksi, luka rincian, dehiscence perbaikan, komplikasi perioperatif).
Gips kaki pendek dipasang pada kaki yang terkena, sementara pergelangan
kaki ditempatkan di plantar fleksi sedikit (equinus gravitasi). Dengan menjaga kaki
dalam posisi ini, ujung tendon secara teoritis lebih baik. Imobilisasi Cast dilanjutkan
selama sekitar 6-10 minggu. Dorsofleksi Paksa merupakan kontraindikasi.
Pergelangan kaki secara bertahap dapat dorsofleksi ke posisi yang lebih netral setelah
periode imobilisasi (~ 4-6 minggu). Posisi ini ditopang dengan casting serial atau
pergelangan kaki orthotics yang disesuaikan. Berjalan dengan menggunakan cor
diperbolehkan saat masa tersebut. Setelah pelepasan cor, tumit di sepatu diangkat
setinggi 2 cm dan dipakai selama 2-4 bulan. Selama waktu ini, program rehabilitasi
dimulai.
Keuntungan pengobatan nonoperatif termasuk komplikasi luka tidak ada
(misalnya, kerusakan kulit, infeksi, pembentukan bekas luka, cedera neurovaskular),
biaya rumah sakit menurun dan biaya dokter, morbiditas lebih rendah, dan tidak ada
paparan anestesi. Kekurangan pengobatan nonoperative termasuk insiden yang lebih
tinggi rerupture (hingga 40%) dan lebih sulit perbaikan reruptur bedah. Selain itu, tepi
tendon dapat menyembuhkan dalam posisi memanjang karena celah di ujung tendon
yang mengakibatkan penurunan daya fleksi plantar dan daya tahan. 9

Komplikasi
Komplikasi anastesi dan komplikasi operasi berupa infeksi dan jaringan parut.
Salah satu komplikasi yang dapat timbul pada penyembuhan tendon adalah
terbentuknya adhesi perintendinous di sekitar tendon yang dilakukan penjahitan.
Berbagai metode telah dikembangkan untuk menghambat adhesi peritendinous, baik
secara mekanik maupun secara biologi. Kebanyakan metode yang dikembangkan
adalah dengan menggunakan barier mekanik yang menyelubungi tendon sehingga
dapat menghambat adhesi tendon secara fisik dengan jaringan disekitarnya.7

Prognosis
Kebanyakan orang yang mengalami ruptur tendon Achilles, tendon akan
kembali normal. Jika operasi dilakukan, tendon mungkin menjadi lebih kuat dan kecil
kemungkinannya untuk ruptur lagi. Biasanya, kegiatan berat, seperti berjalan baru
bisa dilakukan kembali setelah 6 minggu. Atlet biasanya kembali berolahraga, setelah
4 sampai 6 minggu setelah cedera terjadi. Dengan pengobatan yang tepat dan
rehabilitasi, prognosis untuk rupture tendon achilles adalah baik. Kebanyakan atlet-
atlet yang mengalami rupture pada tendon achilles dapat kembali ke aktivitas semula,

12
dengan pengobatan bedah ataupun pengobatan konservatif. Namun orang yang
menjalani pengobatan konservatif cenderung mengalami kekambuhan. Tingkat
kekambuhan untuk pengobatan operasi adalah 0 5% dibandingkan dengan 40%
orang yang memilih pengobatan konservatif.

Pencegahan
Lakukan pemanasan dan peregangan sebelum melakukan kegiatan olahraga.
Biasakan latihan yang memperberat betis. Jangan memaksakan latihan jika kaki terasa
lelah. Jaga berat badan ideal agar tidak obesitas. Kenakan sepatu yang baik dengan
bantalan yang tepat. Pemanasan yang tepat adalah sebuah pemanasan yang diperlukan
untuk memulai setiap sesi pelatihan. Ini tidak hanya akan menjamin bahwa semua
otot tubuh tertekuk dan dikondisikan, juga akan memastikan bahwa Tendon Achilles
sampai ketegangan. Pelatihan Plyometric dengan murunkan kaki dan sendi
pergelangan kaki dapat dikondisikan oleh latihan yang melibatkan melompat,
melompat, melompat-ompat, melompat dan kegiatan serupa. Menyeimbangkan
Latihan, latihan ini sangat berkontribusi meningkatkan proprioception tubuh dan
kemampuan tubuh untuk mengetahui dimana anggota tubuh berada pada suatu titik
waktu tertentu, dengan melibatkan latihan yang melibatkan keseimbangan.
Peregangan adalah bagian yang sangat penting dari latihan untuk menjaga otot agar
dikondisikan. Peregangan tungkai bawah dan pergelangan kaki akan sangat
memberikan kontribusi untuk memperkuat tendon Achilles. Alas kaki untuk
melindungi tendon Achilles, tempat terpenting dalam mengenakan sepatu pas tepat
dan baik. Alas kaki yang baik harus memiliki bantalan yang cukup, meminjamkan
stabilitas untuk pergelangan kaki dan memberikan dukungan kepada kaki sambil
berjalan atau berlari.11

Kesimpulan
Rupture tendon Achilles adalah roben atau putusnya hubungan tendon
(jaringan penyambung) yang disebabkan oleh cidera dari perubahan posisi kaki secara
tiba-tiba atau mendadak dalam keadaan dorsifleksi pasif maksimal. Yang disebabkan
oleh Penyakit tertentu, obat-obatan, cedera dalam olah raga, trauma benda tajam atau
tumpul pada bawah betis, obesitas. Dilakukan pengobatan terapi fisik, dan operasi.

Daftar Pustaka
1. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC; 2004. h. 109-112.
2. Best TM, Garret WE. In: Orthopaedic Sports Medicine. DeLee JC, Drez D,
editors. Philadelphia: W.B. Saunders; 1994. Basic science of soft tissue:
muscle and tendon; pp.10.
3. Bressel E, McNair PJ. Biomechanical behavior of the plantar flexor muscle
tendon unit after an Achilles tendon rupture. Am J Sports Med.
2001;29(3):321326. [PubMed].
4. Pearce E.C. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: PT Gramedia;
2004. h. 81-7.
5. Achilles tendon rupture [artikel online] Maret 2013. Diunduh dari:
www.roentgenrayreader.com September 2010.
6. Ellison, dkk,. Athletic Training and Sports Medicine. Illinois: The Academy
of Orthopaedic Surgeon. 1986.

13
7. Mackay T.W. Diagnosis dan terapi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2004. h.
293-7.
8. Mofat D. At a glame anatomi. Jakarta: Erlangga; 2004. h. 115-8.
9. Gebauer M, Beil FT, Beckmann J, Srvry AM, Ueblacker P, Ruecker AH. et
al. Mechanical evaluation of different techniques for Achilles tendon repair.
Arch Orthop Trauma Surg. 2007;127:795799. [PubMed]
10. Sjamsuhidayat R. Buku ajar ilmu bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2005. h. 928-930.
11. Brasher V.L. Aplikasi klinis patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC;
2008. h. 280-6.

14

Anda mungkin juga menyukai