Anda di halaman 1dari 17

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS OBSTETRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF OBSTETRI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG

Nama Mahasiswa : Anestesya Monica Tanda Tangan


NIM : 112015411
Dr. Pembimbing : dr. Yusuf Manga, Sp. OG .............................
.........................

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 25 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta Pendidikan : SMA
Alamat : Kp. Bali Kalideres nomor 37 Tanggal Masuk RS : 01 Januari 2017

IDENTITAS SUAMI
Nama Lengkap : Tn. S Jenis Kelamin : Laki – laki
Tempat / tanggal lahir : 28 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Kp. Bali Kalideres nomor 37

A. ANAMNESIS
Datang ke IGD RSUD Cengkareng tgl 01 Januari 2017 pk. 19.00 WIB
Diambil dari : Autoanamnesis dan Alloanamnesis, Tanggal 07 Januari 2017 Pukul
14.00 WIB
Keluhan Utama :
Mual muntah sejak tiga hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Nyeri ulu hati disertai rasa panas di dada sejak 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
Tiga hari smrs, pasien mengatakan mual dan muntah yang terjadi tanpa sebab.
Pasien sebelumnya mengatakan bahwa sedang hamil 10 minggu. Mual dan muntah
terjadi sering dan lebih dari 3 kali. Mual dirasakan tanpa sebab, bisa datang sewaktu-
waktu dan dirasakan seppanjang hari. Mual terasa memberat saat pasien mencium
aroma atau wangi-wangian. Muntah terjadi saat pasien sedang makan atau minum dan
hasil yang dikeluarkan sama seperti apa yang dimakan oleh pasien. Keluhan nyeri ulu
hati dirasakan oleh pasien dan juga adanya rasa panas di dada. Nafsu makan pasien
semakin berkurang, dan minum pasien juga semakin berkurang, tidak ditemukan
adanya demam.
Dua hari smrs, pasien mengatakan keluhannya semakin memberat, mual
dirasakan semakin memberat sepanjang hari dan mengganggu aktivitas pasien.
Muntah juga dirasakan semakin memberat, pasien mengatakan muntah bisa terjadi
sewaktu-waktu tanpa pemicu seperti makan dan minum. Muntah pasien sama seperti
apa yang dikonsumsi pasien saat itu juga.
Saat satu hari smrs, keluhan mual muntah semakin memberat dan lemas. Mual
dan muntah dirasakan bersamaan, muntah yang di alami pasien tanpa penyebab dan
muntah dialami lebih dari 4 kali dalam sehari. Muntah yang di keluarkan sama seperti
yang di konsumsi pasien, muntah tersebut berlangsung 10 detik setelah pasien
makana ataupun minum. Kadang pasien juga muntah warna hitam dan rasanya sangat
pahit. Nyeri ulu hati dirasakan makin memberat dan juga adanya rasa panas pada dada
pasien. Demam dirasakan oleh suami pasien, dan juga nampak pada kedua mata
berwarna kuning dan suami pasien mengatakan bahwa pasien sempat berbicara kacau
dan juga terdapat bau tidak sedap pada mulut pasien seperti bau aseton. Penyakit
Asma, Hipertensi, Diabetes Melitus, alergi, TB paru disangkal oleh pasien. Pasien
mengatkan ini adalah kehamilan yang kedua dan tidak pernah mengalami keguguran,
pasien juga pernah mengalami kejadian seperti ini saat kehamilan pertamanya. Pasien
mengatakan sudah dua kali memeriksakan kandungannya ke bidan. Tidak ditemukana
adanya kejang-kejang ada pasien, tidak adanya sesak nafas, dan jantung berdebar-
debar. Pasien tidak mengkonsumsi obat apaun untuk mual dan muntahmya sehingga
keadaan pasien semakin memburuk.
Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pertama umur 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, tidak nyeri,
lamanya kira-kira 7 hari. Dalam sehari kira-kira pasien berganti pembalut 3-4 kali.
Menarche : 14 tahun
Siklus : Teratur/ 28 hari
Lama : 7 Hari
HPHT : 23 November 2016
Taksiran Persalinan : 30 Agustus 2017

Riwayat Perkawinan
Merupakan perkawinan pertama, pasien menikah pada saat usia 22 tahun,
pasien berhubungan seksual dengan suami kira-kira 2 kali seminggu.

Riwayat Kehamilan
Merupakan kehamilan kedua, tidak terdapat riwayat keguguran sebelumnya.
Tahun Jenis Umur Jenis
Penolo Hidup / Berat Nifas
Anak ke Persali Kelami Keham Persali
ng Mati bayi Ibu
n n ilan n
Laki- pervagi
1 2015 38mgg bidan hidup 3000 gr Baik
laki nam

Riwayat KB
Pasien menggunakan kontrasepsi pil kb

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien mengatakan pernah mengalami penyakit yang sama seperti ini ada saat
kehamilan pertama. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes, TB Paru, tidak
ada alergi terhadap makanan amupun obat.

Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat asma, alergi, DM, hipertensi dan
penyakit jantung pada keluarganya. Tidak ada riwayat kelahiran kembar dalam
keluarga.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi badan : 166 cm
Berat badan : 46 kg
Tanda vital
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 70 kali/menit
Nafas : 20 kali/menit,
Suhu : 36,5 0C
Mata : Konjungtiva anemis -/- , Sklera ikterik +/+
Jantung : BJ I-II regular murni, Gallop - , Murmur -
Paru-paru : Suara nafas vesikuler, Ronkhi -/- , Wheezing -/-
Abdomen : Abdomen tampak membuncit, tampak
linea nigra dan tidak tampak striae gravidarum.
Ekstremitas : Varices -/-, edema --/--, akral hangat + +/+ +

STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Abdomen tampak membuncit, tampak linea nigra dan striae
gravidarum
Palpasi : TFU 2 jari di atas simfisis
His : tidak ada kontraksi
Auskultasi : Pemeriksaan DJJ tidak dilakukan
Taksiran Berat Janin : Tidak dilakukan pemeriksaan USG

Pemeriksaan Genital
Anogenital
Inspeksi : vulva dan vagina tenang, lender dan darah tidak ada, edema -, varises -,
anus tidak membuka, perineum tidak menonjol.
Pemeriksaan dalam (VT)
Tidak dilakukan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 01 Januari 2017 pk. 20.00 WIB
Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium : 138 mmol/L
Kalium : 3,1 mmol/L
Chlorida : 100 mmol/L
Hematologi
Hema I
Hemoglobin : 15,3 g/dl
Hematokrit : 43 Vol%
Leukosit : 17,1 ribu/uL
Trombosit : 389 ribu/uL
Kimia Darah
Diabetes
Glukosa : 126 mg/dl

Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 02 Januari 2017 pk. 17.00 WIB


Elektrolit (Na, K, Cl)
Natrium : 133 mmol/L
Kalium : 3,1 mmol/L
Chlorida : 100 mmol/L

RINGKASAN (RESUME)
Pasien peremuan 25 tahun dengan G2P1A0, usia kehamilan 10 minggu
dengan kesadaran delirium, keadaan umum tampak sakit sedang, keluhan mual
muntah hebat, disertai nyeri ulu hati dan rasa panas di dada, adanya ikterik pada
kedua mata, nafas berbau aseton. Pada pemeriksaan dalam batas normal. Pada
pemeriksaan abdomen berbentuk buncit, striae gravidarum (+). Pada palpasi abdomen
TFU 18 cm, Pada pemeriksaan penunjang adanya hipokalemia, hiperglikemia, dan
leukositosis.

Diagnosis kerja
G2P1A0 hamil 10 minggu, janin tunggal hidup, intrauterin, disertai dengan
Hiperemesis Gravidarum.
Pemeriksaan yang Dianjurkan
 Urinalisis untuk memeriksan keton dan specific gravity: keton merupakan
tanda tubuh terhadap kelaparan dan dapat berbahaya bagi janin. Spesifik
gravity yang tinggi terjadi pada kekurangan cairan
 Elektrolit dan keton darah: untuk mengetahui keadaan asidosis, alkalosis atau
hiperkloremik,
 SGOT dan SGPT serta bilirubin: dapat meningkat pada 50% pasien dengan
hiperemesis gravidarum. Bila meningkat secara signifikat merupakan tanda
terdapat infeksi
 TSH dan kadar tiroksin bebas: hiperemesis gravidarum sering dikaitkan
dengan transien hipertiroidism dan TSH yang tersupresi pada 50-60% kasus.
 Kultur urine: infeksi saluran kemih sering terjadi pada kehamilan dan dapat
dikaitkan dengan mual dan muntah.
 Hematocrit level: dapat meningkat karena kurangnya cairan.

Rencana Pengelolaan
IVFD RL 500 mL
Ondancentron 3 x 8 mg drip dalam waktu ½ jam
Pantoprazole 2 x 1 amp drip dalam waktu ½ jam
Ranitidine 2 x 1 amp IV

Edukasi Pasien
• Memberitahukan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keadaan pasien
dan tindakan yang akan dilakukan serta resiko yang dapat terjadi selama
kehamilan.
• Meminta keluarga pasien untuk menandatangani surat informed consent
berkaitan dengan tindakan pengobatan yang akan dilakukan.
• Makan dalam jumlah sedikit namun sering sehingga di setiap saat pasien
merasa tidak terlalu lapar dan dan tidak terlalu kenyang.
• Hindari makanan pedas dan berlemak serta bebau menyengat.
• Makan makanan dengan yang mengandung karbohidrat simple seperti nasi
putih, cracker, kentang, roti.
• Kombinasikan makanan yang mengandung karbohidrat simple dengan protein.
• Sedia cracker di samping tempat tidur untuk mencegah mual dipagi hari.
TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan

Mual dan muntah termasuk dalam tanda presumtif kehamilan. Sekitar 50-90%
kehamilan diikuti dengan mual dan muntah yang sering ditemukan pada wanita
dengan kehamilan trimester I. Berdasarkan penelitian pada lebih dari 360 wanita
hamil, 2% mengalami mual hanya pada pagi hari, 80% lainnya mengalami mual
sepanjang hari. Puncaknya sekitar pada minggu 9 kehamilan dan akan berhenti
dengan sendirinya. Sekitar 20 minggu kehamilan, gejala ini mereda. Namun, pada
sekitar 20% kasus, mual dan muntah dalam kehamilan berlanjut sampai saat
persalinan.1,2
Kondisi mual dan muntah selama kehamilan disebut nausea and vomiting
during pregnancy (NVP) atau emesis gravidarum. Kondisi ini dianggap wajar selama
wanita yang bersangkutan masih merasa baik-baik saja dan tidak mempengaruhi
kegiatan rutinnya sehari-hari. Sebuah studi prospektif pada lebih dari 9000 wanita
hamil menunjukkan bahwa emesis gravidarum lebih sering terjadi pada primigravida,
wanita dengan tingkat pendidikan rendah, wanita yang muda, tidak merokok, dan
yang obesitas. Insiden emesis gravidarum juga lebih tinggi pada wanita yang
memiliki riwayat mual muntah pada kehamilan sebelumnya. Emesis gravidarum
dibagi menjadi beberapa tingkatan, mulai dari yang ringan yang biasa disebut dengan
morning sickness sampai yang paling berat yaitu hiperemesis gravidarun (HEG).1
HEG merupakan bentuk emesis gravidarum hebat yang disertai dengan
penurunan berat badan lebih dari 5%. Keluhan ini disertai dengan dehidrasi, asidosis,
alkalosis, hipokalemi, ketosis, asetonuria, dan ptialism.2 Angka kejadian HEG
berkisar 0,5-2% dari seluruh kehamilan. HEG dapat mengancam jiwa dan harus
ditangani dengan segera.1

Pembahasan
Definisi
HEG adalah mual dan muntah hebat yang disertai dengan penurunan berat
badan lebih dari 5%. Keluhan muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan
dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum,
mengganggu pekerjaan, menyebabkan dehidrasi, asidosis, alkalosis, hipokalemi,
ketosis, asetonuria, dan ptialism. Puncaknya sekitar pada minggu 9 kehamilan dan
akan berhenti dengan sendirinya. Sekitar 20 minggu kehamilan, gejala ini mereda.
Namun, pada sekitar 20% kasus, mual dan muntah dalam kehamilan berlanjut sampai
saat persalinan1,2

Etiologi
Etiologi HEG masih belum diketahui secara jelas. Faktor biologis, fisiologis,
psikologis, dan sosiokultural diperkirakan menjadi faktor yang berperan dalam
timbulnya HEG. Menurut teori lain, mual dan muntah selama kehamilan merupakan
sebuah adaptasi tubuh untuk mencegah asupan makanan yang berpotensi berbahaya.
Zat yang merugikan itu dapat berupa mikroorganisme pathogen dan toksin pada
sayuran dan minuman yang berbau menyengat. Bagaimanapun, HEG merupakan
sindrom multifaktorial.1,3
1. Human Chorionic Gonadotropin (hCG)
HCG merupakan faktor endoktrin yang paling mungkin menjadi penyebab
HEG. Kesimpulan ini didasarkan pada hubungan antara peningkatan kadar hCG dan
fakta bahwa insiden HEG tertinggi adalah saat kadar hCG mencapai puncaknya saat
kehamilan (sekitar minggu ke-9) dan dihubungkan dengan kondisi dimana kadar hCG
meningkat seperti pada kehamilan mola dan kehamilan ganda.4
Belum jelas bagaimana hCG menyebabkan HEG, namun diduga hCG
merangsang proses sekretori yang berlebihan pada saluran cerna bagian atas. hCG
menyebabkan produksi cairan yang berlebihan pada saluran cerna bagian atas dengan
cara mempengaruhi transport ion yang diikuti dengan perpindahan cairan secara
pasif.1
Tidak semua wanita dengan kadar hCG yang tinggi mengalami mual dan
muntah. Interaksi hormone-reseptor hCG pada kelompok wanita tertentu dapat
menyebabkan HEG, namun belum tentu menyebabkan HEG kelompok wanita
lainnya. Hal ini mungkin disebabkan karena variasi aktivitas biologis dari isoform
hCG yang berbeda-beda serta perbedaan sensitivitas tiap individu terhadap stimulus
emetogenik.1
2. Infeksi Helicobacter pylori
Sebuah penelitian menggunakan biopsi mukosa telah dilakukan pada pasien
HEG. Pada studi ini didapatkan hasil bahwa pada pasien HEG 95% positif terdapat H.
pylori sedangkan pada kelompok kontrol 50%. Penelitian ini juga menemukan
densitas H. pylori yang tinggi pada antrum dan corpus gaster pasien HEG. Densitas
ini dapat dikaitkan dengan keparahan gejala yang dialami oleh pasien dan menjadi
penjelasan perbedaan antara morning sickness biasa dengan HEG.4
Infeksi H. pylori pada wanita hamil dapat disebabkan oleh perubahan pH
lambung atau perubahan sistem imun karena kehamilan. Perubahan pH lambung
disebabkan karena peningkatan akumulasi cairan di lambung oleh karena peningkatan
hormone steroid pada wanita hamil. Perubahan sistem imun humoral selama
kehamilan dapat menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi H. pylori.4
3. Disfungsi gastric
Selama kehamilan peningkatan progesterone dan estrogen menyebabkan
relaksasi sfingter esophagus menyebabkan mual dan muntah. Progesterone dan
estrogen juga menyebabkan pengosongan lambung lebih lambat, gerakan usus
berkurang, penumpukan cairan di saluran cerna yang menyebabkan mual dan
muntah.2,4
4. Defisiensi nutrisi
Sangat sedikit studi tentang defisiensi nutrisi sebagai penyebab HEG dalam
literature. Penelitian yang berkaitan dengan nutrisi terfokus pada elemen tambahan
khususnya zinc dan copper. Bagaimanapun hubungan antara HEG dan tingkat
defisiensi nutrisi belum ditemukan.2
5. Psikologis
Mual dan muntah selama kehamilan dianggap sebagai wujud konflik
psokologis. Mual muntah diyakini sebagai rasa penolakan terhadap kehamilan,
ketidaksiapan ibu dalam menerima kehamilan, kecemasan, dan ketakutan terhadap
kehamilan.4

Epidemiologi
Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada
kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 10 minggu
pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual
dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang
dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang,
diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum
dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis
gravidarum 4 : 1000 kehamilan.1

Patofisiologi
Ada yang menyatakan bahwa perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya
kadar estrogen, oleh karena keluhan ini terjadi pada trisemester pertama. Pengaruh
fisiologik hormon estrogen ini tidak jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat
akibat berkurangnya pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan
wanita hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-
bulan.
Hiperemesis geavidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada
hamil muda, bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
imbangnya elektrolit dengan alkolosis hipokloremik. Belum jelas mengapa gejala-
gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi faktor psikologik
merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas, wanita yang
sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan
dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat. Hiperemesis
gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai
untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksibutirik dan aseton
dalam darah. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah
menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium
dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan mengurang pula dan
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah
yang lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit
dipatahkan. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat
terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindrom Mallory-Weiss),
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri. Jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan
operatif.4
Manifestasi Klinis
Secara klinis, HEG dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu:5
 Tingkat I
Muntah terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman,
berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lender dan
sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100
kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering,
turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tapi masih normal.
 Tingkat II
Gejala lebih berat, segala apa yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah
sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton,
bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
 Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan
kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi
ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria.5

Diagnosis
Pemeriksaan fisik pada wanita dengan hiperemesis gravidarum biasanya tidak
jelas. Pemeriksaan fisik meliputi:
 Vital sign, termasuk tekanan darah saat berdiri dan berbaring dan nadi
 Volume status (cth: kondisi mukosa, turgor kulit, vena leher dan mental status)
 Keadaan umum (cth: nutrisi, berat badan)
 Evaluasi tiroid
 Pemeriksaan abdomen
 Pemeriksaan cardiovaskuler
 Pemeriksaan neurologis

Tes laboratorium
Evaluasi laboratorium digunakan untuk mengevaluasi ibu hamil dengan hiperemesis
gravidarum adalah:
 Urinalisis untuk memeriksan keton dan specific gravity: keton merupakan
tanda tubuh terhadap kelaparan dan dapat berbahaya bagi janin. Spesifik
gravity yang tinggi terjadi pada kekurangan cairan
 Elektrolit dan keton darah: untuk mengetahui keadaan asidosis, alkalosis atau
hiperkloremik.
 SGOT dan SGPT serta bilirubin: dapat meningkat pada 50% pasien dengan
hiperemesis gravidarum. Bila meningkat secara signifikat merupakan tanda
terdapat infeksi.
 TSH dan kadar tiroksin bebas: hiperemesis gravidarum sering dikaitkan
dengan transien hipertiroidism dan TSH yang tersupresi pada 50-60% kasus.
 Kultur urine: infeksi saluran kemih sering terjadi pada kehamilan dan dapat
dikaitkan dengan mual dan muntah.
 Hematocrit level: dapat meningkat karena kurangnya cairan.

Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan untuk memeriksan ibu hamil dengan
hiperemesis gravidarum:
 Obstetric ultrasonografi: untuk mengevaluasi gestasi multiple atau penyakit
trofoblastik
 Ultrasonografi upper abdomen: jika secara klinis dicurigai, digunakan untuk
menilai pancreas dan/atau traktus bilier
 CT scan abdomen atau MRI: jika dicurigai apendisitis yang dapat
menyebabkan mual dan muntah pada kehamilan.

Penatalaksanaan
Penanganan HEG harus didasarkan pada parahnya gejala. Tingkat keparahan
HEG dapat dinilai menggunakan banyak kuesioner. Dua yang paling banyak
digunakan adalah Pregnancy-Unique Quantification of Emesis and Nausea (PUQE)
scoring index, yang menilai mual dan muntah selama 12 jam, dan PUQE-24, sebuah
perpanjangan dari PUQE yang asli, yang menilai gejala mual dan mntah selama 24
jam. Baru-baru ini dikembangkan system scoring terbaru yaitu kuesioner
Hyperemesis Impact of Symptoms (HIS) yang terfokus tidak hanya pada faktor fisik
namun juga pada faktor psikologis untuk menilai dampak HEG secara menyeluruh.
Manajemen Awal
Untuk manajemen awal, perbaikan diet dan gaya hidup biasanya sudah cukup
untuk memperbaiki gejala dan meningkatkan kualitas hidup. Mual dan muntah yang
ringan dapat dikelola dengan makan dan minum dalam jumlah kecil namun sering
dibanding makan dan minum dalm jumlah banyak namun jarang. Makanan yang
dimakan harus kaya akan karbohidrat dan rendah lemak serta asam. Makanan ringan,
kacang-kacangan, produk susu, dan biscuit sering dianjurkan. Selain itu, minuman
pengganti elektrolit dan suplemen oral juga dianjurkan untuk memastikan
keseimbangan elektrolit dan intake kalori tetap terjaga. Perubahan gaya hidup
meliputi menghindari stress dan beristirahat ketika mual dan muntah muncul.
Dukungan emosional dan perawatan psikosomatik oleh psikolog mungkin dapat
membantu.
Medikamentosa
Jika gejala tidak dapat diatasi dengan perubahan diet dan gaya hidup, antiemetik
dosis rendah dapat diberikan. Semua intervensi farmakologis harus diketahui
keamanannya, efikasinya, serta efektif dalam biaya.
Dalam sebuah metaanalisis pada 28 percobaan acak dalam pengobatan HEG,
antiemetik mengurangi mual pada awal kehamilan dan lebih unggul dibandingkan
placebo.
- Untuk keluhan hiperemesis yang berat pasien dianjurkan untuk dirawat di
rumah sakit dan membatasi pengunjung.
- Stop makanan per oral 24-48 jam.
- Infus glukosa 10% atau 5% : RL = 2:1, 40 tetes per menit.
- Obat
o Vitamin B1, B2, dan B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infuse
o Vitamin B12 200 µg/hari/infus, vitamin C 200 µg/hari/infuse
o Fenobarbital 30 mg IM 2-3 kali per hari atau klorpomazin 25-50
mg/hari IM atau, atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali per
hari IM
o Antiemetik: prometazin 2-3 mg per hari per oral atau mediamer B6 3
kali 1 per hari per oral.
o Antasida: anatsida tablet atau sirup 3x1.
- Diet sebaiknya meminta advis ahli gizi
o Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemsis tinfkat III. Makanan
hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang
mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan
selama beberapa hari.
o Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi
tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini
rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
o Diet hiperemesis III diberikan pada penserita dengan hiperemesis
ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan
bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi, kecuali
kalsium.
- Rehidrasi dan suplemen vitamin
Pilihan cairan adalah normal salin (NaCl 0,9%). Cairan dextrose tidak
boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk
mengkoreksi hiponatremi. Suplemen potassium boleh diberikan secara
intravena sebagia tambahan. Suplemen tiaamin diberikan secara oral 50 atau
150 mg atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl. Urin output juga harus
dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstick untuk mengetahui
terjadinya ketonuria.
- Antiemesis
Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine
antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin,
prokloperazin), antikolinergik (disiklomin) atau antihistamin H1-reseptor
antagonis (prometazin, siklizin). Namun bila masih tetap tidak memebrikan
respon, dapat juga digunakan kombinasi kortikosteroid dengan reseptor
anatagonis 5-hidroksitriptamin (5-HT3) (ondansentron, cisaprid).

2.7 Edukasi Pasien


Setiap wanita hamil dengan HEG memerlukan penanganan yang berbeda-beda
antara wanita satu dengan yang lain. Ada beberapa cara untuk mengurangi gejala-
gejala HEG yang bisa dilakukan pasien dirumah.6
1. Diet
 Makan dalam jumlah sedikit namun sering sehingga di setiap saat
pasien merasa tidak terlalu lapar dan dan tidak terlalu kenyang.
 Hindari makanan pedas dan berlemak serta bebau menyengat.
 Makan makanan dengan yang mengandung karbohidrat simple
seperti nasi putih, cracker, kentang, roti.
 Kombinasikan makanan yang mengandung karbohidrat simple
dengan protein.
 Sedia cracker di samping tempat tidur untuk mencegah mual dipagi
hari.
2. Suplemen
 Jika pasien merasa bahwa vitamin prenatalnya memperparah mual,
makanlah vitamin tersebut saat setelah makan, bukan saat perut
kosong. Vitamin kunyah terkadang lebih mudah diterima.
 Mengkonsumsi piridoxin (vitamin B6) terbukti dapat mengurangi
mual dan muntah.
3. Herbal
 Di Eropa, jahe sering digunakan untuk mengurangi mual saat
kehamilan. Dosisnya adalah 250 mg, 3 kali per hari. Belum ada
penelitian lebih lanjut mengenai efek jahe pada janin.

Prognosis
Dengan penanganan yang baik prognosis hiperemesis gravidarum sangat
memuaskan. HEG termasuk self limiting yang biasanya akan mereda pada minguu ke
20 kehamilan. Namun demikian pada tingkatan yang berat, penyakit ini dapat
mengancam jiwa ibu dan janin sehingga perlu penanganan segera.1

Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan selama
masa hamil yang dapat menyebabkan pekerjaan sehari-hari dan keadaan umum
menjadi terganggu. Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti
tetapi terdapat beberapa faktor predisposisi seperti primigravida, mola hidatidosa,
kehamilan ganda, masuknya vili khorialis kedalam sirkulasi maternal, resistensi ibu
yang menurun terhadap perubahan selama kehamilan, alergi dan faktor psikologik.
Mual dan muntah yang dialami mungkin karena meningkatnya kadar hormon
estrogen dan HCG, keadaan ini dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya
elektrolit dan alkolosis hipokloremik. Menurut berat ringannya hiperemesis
gravidarum dibagi dalam tiga tingkatan dari derajat ringan sampai yang menyebabkan
penurunan kesadaran. Pengelolan hiperemesis gravidarum adalah edukasi, mengubah
kebiasaan makan seahri-hari, obat-obatan, isolasi, cairan parenteral, terapi psikologik
sampai penghentian kehamilan. Dengan penanganan yang baik prognosis penyakit ini
sangat memuaskan namun demikian pada tingkat yang berat dapat mengancam jiwa
ibu dan janin.
Daftar Pustaka

1. Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing Hypermesis Gravidarum:


A Multimodal Challenge. 2010. Hal 1-9
2. Mesics S. Hyperemesis Gravidarum. 2008. Hal 2-8.
3. Fell DB, Dodds L, Josephs KS, Allen VM, Butler B. Risk Factors for
Hyperemsis Gravidarum Requirimg Hospital Admission During Pregnancy.
2006. 107:277-84.
4. Verberg MFG, Gillot DJ, Al-Fardan N, Grudzinskas JG. Hyperemesis
Gravidarum, a Literature Review. 2005. 11: 527-39.
5. Prawirohrdjo, S. Ilmu Kebidanan Edisi Ke-4. 2008. Jakarta: PT Bina
Pustaka Sarwono . Hal 815-819.

Anda mungkin juga menyukai