Anda di halaman 1dari 30

Pendahuluan

Anatomi gigi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan/struktur dan


bentuk/konfigurasi gigi,hubungan antara gigi yang satu dengan gigi yang lain dan hubungan
antara gigi dengan jaringan disekitarnya.1Manusia merupakan makhluk dyphyodont,
dyphyodont artinya memiliki dua set gigi yaitu gigi susu dan gigi permanent. Bentuk gigi susu
manusia hampir sama dengan gigi tetap nya, hanya saja gigi susu tidak memiliki gigi premolar.
Gigi susu biasanya dapat dijumpai pada anak-anak yang berusia sekitar 0-6 tahun. Jumlah gigi
susu sebanyak 20 buah yang terdiri dari 8 buah gigi insisifus, 4 buah gigi caninus dan 8 buah
gigi molar. Setelah usia menginjak 6-14 tahun terjadi periode gigi bercampur dimana secara
perlahan-lahan gigi permanent naik kepermukaan untuk menggantikan posisi gigi
susu.Sedangkan gigi permanent biasanya dijumpai pada orang dewasa berusia 14 tahun keatas
dimana gigi-gigi susu sudah erupsi dan sudah tergantikan oleh gigi permanent. Jumlah gigi
permanent lebih banyak dibandingkan jumlah gigi susu. Gigi permanent berjumlah sebanyak
32 buah yang terdiri dari 8 buah gigi insisivus, 4buah gigi caninus, 8 buah gigi premolar dan
12 buah gigi molar.2,3

Setelah mengetahuiberbagai mcam jenis gigi. Maka dapat diketahui begitu banyak gigi
didalam dimulut kita. Setiap gigi memiliki penulisan nama yang berbeda pula. Sesuai dengan
letak gigi tersebut didalam rongga mulut. Sistem penulisan nama gigi mengikuti sebuah
penamaan yang baku untuk mempermudah orang, dan dokter gigi dalam menyebutkan gigi
yang sama. Sistem penulisan nama tersebut sudah disepakati oleh beberapa pihak. Ada
beberapa cara dalam sistem penulisan gigi yaitu cara Zgismondy, cara Palmer’s, cara Amerika,
cara Applegate, cara Haderup, cara G.B Denton, cara FDI ( International Dental Federation),
cara Utrech.3,4
A. Anatomi Gigi4

Anatomi Gigi

Bagian-bagian gigi Susunan gigi

Mahkota servikal akar apeks Jaringan lunak Jaringan keras

pulpa
Tepi Tepi tunggal Ganda : bifurkasi email semen dentin
insisal oklusal dan trifurkasi

Tanduk Kamar pulpa Saluran akar Foramen


pulpa apikal

Gambar 1 Anatomi Gigi5 Gambar 2 Anatomi Gigi6


Dilihat secara makroskopis dan mikroskopis bagian-bagian gigi terdiri dari :

1. Mahkota/korona ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan enamel/email dan normal terletak
di luar jaringan gusi/gingiva

Mahkota dibagi atas :

a. Mahkota klinis : ialah bagian dari gigi yang sudah tidak diliputi oleh epitel dan
menonjol dalam rongga mulut (tidak tetap)

b. Mahkota anatomis : ialah bagian dari gigi yang diliputi jaringan enamel

2. Akar/radix ialah bagian gigi yang dilapisi jaringan sementum dan ditopang oleh tulang
alveolar dari maksila dan mandibula.

Akar dibagi menjadi :

- Menurut jaringan yang melapisi nya :

a. Akar klinis ialah bagian dari akar gigi yang masih diliputi oleh jaringan periodonsium.

b. Akar anatomis ialah bagian dari gigi yang diliputi oleh jaringan sementum.

- Berdasarkan jumlah akarnya:

a. Akar tunggal dengan satu apeks.

b. Akar ganda dengan bifurkasi ialah tempat di mana 2 akar bertemu sedangkan trifurkasi
ialah tempat di mana 3 akar bertemu.
Gambar 3 : mahkota dan akar gigi7

3. Garis servikal/semento-enamel junction ialah batas/pertemuan antara jaringan sementum


dan enamel, yang merupakan pertemuan antara mahkota anatomis dan akar anatomis gigi.

4. Ujung akar/apeks ialah titik yang terujung dari suatu benda yang runcing atau yang
berbentuk kerucut seperti akar gigi.

5. Tepi insisal (insisal edge)ialah suatu tonjolan kecil dan panjang pada bagian korona dari
gigi insisivus dan yang digunakan untuk memotong/mengiris makanan

6. Tonjolan/cusp ialah tonjolan yang terletak di permukaan oklusal molar dan premolar, serta
tepi insisal kaninus. Pada kaninus lereng mesial lebih pendek disbanding lereng distal

Gambar 4 : bagian cups dari gigi premolar, molar dan kaninus6

7. Jaringan Keras ialah jaringan yang mengandung bahan kapur yang terdiri dari jaringan
email, jaringan dentin, jaringan sementum.

a) Email ialah bagian/lapisan terluar gigi yang melindungi dentin bagian mahkota yang
menutupi seluruh mahkota gigi dan merupakan bagian tubuh yang paling keras dan
dibentuk oleh sel-sel yang disebut ameloblast.

b) Sementum ialah struktur terkalsifikasi yang menutupi akar anatomis gigi, terdiri atas
matriks terkalsifikasi yang mengandung serabut kolagen.

c) Dentin merupakan bentuk pokok dari gigi, pada satu pihak diliputi oleh jaringan email
(korona) dan pada pihak lain diliputi oleh jaringan sementum(akar), merupakan bagian
terbesar dari gigi dan merupakan dinding yang membatasi dan melindungi rongga yang
berisi jaringan pulpa.

8. Jaringan lunak yaitu jaringan pulpa ialah jaringan yang terdapat dalam rongga pulpa
sampai foramen apikal, umumnya mengandung bahan dasar (ground substance), sel syaraf
yang peka sekali terhadap berbagai rangsangan, jaringan limfe, pembuluh darah, dan
jaringan ikat.

9. Rongga pulpa, terdiri dari:

a. Tanduk pulpa/pulp horn yaitu bagian atap dari ruang pulpa

b. Kamar pulpa/pulp chamber yaitu rongga yang terletak pada bagian tengah korona gigi dan
selalu tunggal

c. Saluran pulpa/pulp canal yaitu rongga pulpa yang terdapat pada bagian akar gigi

d. Foramen apical yaitu ujung dari saluran pulpa yang terdapat pada bagian apeks gigi,
tempat masuknya jaringan pulpa ke rongga pulpa
Gambar 4 : bagian-bagian dari rongga pulpa5

10. Singulum ialah suatu tonjolan kecil pada bagian sepertiga servikal dari permukaan palatal
atau lingual dari suatu gigi yang merupakan palatal/lingual lobe dari gigi-gigi depan atau
sebagai tonjolan rudimenter/tidak berkembang
11. Ridge/edge ialah suatu tonjolan kecil dan panjang pada permukaan suatu gigi dan
dinamakan menurut letak dan bentuknya.
a. Marginal ridge ialah tepi bulat dari enamel yang membentuk tepi-tepi mesial dan distal
dari ppermukaan oklusal dari gigi premolar dan molar dan tepi-tepi mesial dan distal dari
permukaan palatal/lingual dari gigi insisivus dan kaninus

Gambar 5 : marginal ridge6

b. Triangular ridge ialah ridge yang berjalan turun dari puncak cusp gigi molar dan premolar
menuju kebagian sentral dari permukaan oklusal, disebut demikian karena lereng-lereng
sisi kiri dan kanan dari ridge tersebut merupakan dua sisi dari suatu segitiga.
c. Transversal ridge ialah ridge yang terbentuk oleh persatuan antara suatu triangular ridge
bukal dengan suatu triangular ridge palata/lingual yang berjalan transversal pada
permukaan oklusal dari gigi belakang
d. Oblique ridge ialah ridge yang terbentuk oleh persatuan antara suatu triangular ridge
distobukal dengan suatu triangular ridge mesiopalatal yang berjalan miring pada
permukaan oklusal dari gigi molar atas.
e. Cusp ridge ialah ridge yang membentuk tepi-tepi labial/bukal dan tepi-tepi palatal/lingual
dari cusp pada permukaan oklusal dari gigi geligi belakang dan kaninus
f. , Insisal ridge ialah insisal edge

Gambar 6 : pembagian ridge6


12. Groove ialah suatu lekukan/depresi dangkal, sempit dan panjang yang terdapat pada suatu
permukaan gigi.
a. Developmental groove ialah groove yang dangkal dimana bagian-bagian utama dari korona
dan akar bertemu.
b. Supplemental groove ialah ialah cabang dari developmental groove dan biasanya tidak
menunjukkan suatu pertemuan utama.
c. Groove bukal/lingual ialah developmental groove yang terdapat pada permukaan
bukal/lingual dari gigi-gigi belakang.

Gambar 7 : macam-macam groove6


13. Fosa ialah suatu lekukan/konkafitet/depressi yang bundar, lebar, dangkal dan tak rata yang
terdapat pada permukaan gigi.
Fosa terdiri dari :
a. fosa palatal/lingual ialah fosa yang terdapat pada permukaan palatal/lingual dari gusi
insisivus dan caninus
b. fosa sentral ialah fosa yang terdapat pada permukaan oklusal dari gigi molar dimana
terdapat pertemuan antara beberapa developmental groove dan merupakan suatu
depresi sentral
c. triangular fosa ialah suatu segitiga yang terdapa pada permukaan oklusal dari gigi
molar dan premolar dan letak mesial atau distal dari marginal ridge dan terdapat pada
permukaan palatal atau lingual dari gigi insisivus yang letak nya diujung dari fosa
palatal dimana marginal ridge dan singulum bertemu.
14.Pit ialah depresi yang kecil, besarnya seujung jarung yang terdapat pada permukaan
oklusal dari gigi molar, dimana developmental groove bersama atau saling melintang. Pit
juga terdapat pada gigi insisivus daerah lingual

Gambar 8 : macam-macam fosa7 Gambar 9 : lingual pit dan lingual fossa


pada gigi insisivus6
Gambar 10 : fossa dan pit6
15. Fisure ialah suatu celah yang dalam dan memanjang pada permukaan gigi, biasanya
terdapat pada permukaan oklusal atau fasial/proksimal dan merupakan dasar dari
developmental groove
16. Mamelon ialah tonjolan yang terdapat pada edge insisal dari gigi insisivus yang baru
tumbuh/erupsi atau pada edge insisal dari gigi yang belum pernah digunakan untuk
mengunyah.

Gambar 11 : mamelon6

Permukaan-permukaan gigi6:
1. Labial ialah bagian gigi yang menghadap ke arah bibir
2. Lingual ialah bagian gigi yang menghadap ke arah lidah
3. Fasial ialah bagian gigi yang menghadap ke arah wajah
4. Palatal ialah bagian gigi yang menghadap ke arah palatum
5. Sisi mesial ialah bagian gigi yang mendekati garis median
6. Sisi distal ialah bagian gigi yang menjauhi garis median
7. Permukaan oklusal ialah bagian gigi yang menghadap ke arah garis kunyah/oklusi
8. Permukaan insisal ialah permukaan gigi yang digunakan untuk memotong dan yang
menghadap kerah garis kunyah dimana terdapat tepi insisal
9. Gigi posterior ialah gigi yang letak nya di belakang
10. Gigi anterior ialah gigi yang letaknya di depan

Gambar 12 : permukaan-permukaan gigi6

Sudut garis (line angle) ialah sebuah sudut garis yang dibentuk oleh persimpangan dua
permukaan. Dan disebut kombinasi dari dua permukaan yang bergabung, misalnya
persimpangan dinding mesial dan bukal dari gigi disebut sudut garis mesiobuccal7.

Line angles on anterior teeth Line angles on posterior teeth

Mesiolabial Mesiobuccal

Mesiolingual Distobuccal

Labioincisal Mesiolingual

Distolabial Distolingual

Distolingual Mesio-occlusal

Linguoincisal Disto-occlusal

Bucco-occlusal

Linguo-occlusal
Point angle (sudut titik) ialah sebuah sudut titik yang terbentuk dari tiga permukaani bertemu
di mahkota, dan nama ini berasal dari yang sama7.

Point angles on anterior teeth Line angles on posterior teeth

Mesiolabioincisal Mesiobucco-occlusal

Distolabioincisal Distobucco-occlusal

Mesiolinguoincisal Mesiolinguo-occlusal

Distolinguoincisal Distolinguo-occlusal

Gambar 13 : line angel dan point angel7

B. Notasi Gigi

Dalam praktek klinis, beberapa "singkatan" dalam sistem notasi gigi diperlukan untuk
merekam data. Ada beberapa sistem yang digunakan di seluruh dunia, tetapi hanya sedikit yang
dipertimbangkan di sini. pada tahun 1947, sebuah komite American Debtal Association (ADA)
merekomendasikan sistem simbolik (Zsigmondy / Palmer) sebagai pilihan dalam metode
penomoran . Namun, karena kesulitan dengan notasi keyboard dari sistem notasi simbolik,
pada tahun 1968 American Dfental Association (ADA) merekomendasikan sistem penomoran
"universal". Karena beberapa keterbatasan dan kurangnya digunakan secara luas secara
internasional. 8

1. System Universal5,9

Sistem ini diperkenalkan dari American Dental Association pada tahun 1968. Sistem ini
sangat populer di Amerika. Sistem penomoran ini menggunakan huruf unik atau nomor untuk
setiap gigi.

Untuk gigi pemenen, gigi 1 adalah gigimolar tiga rahang atas kanan, penomoran
selanjutnya diikuti semua gigi di rahang atas sampai dengan gigi molar ketiga rahang atas kiri.
Untuk penomoran gigi ke 16 dimulai dari gigi molar ketiga rahang bawah kiri selanjutnya
diikuti semua gigi di rahang bawah hingga gigi molar ketiga rahang bawah kanan.

Pada sistem ini, gigi yang masih ada ataupun tidak ada akan tetap diberi nomor. Jika
molar ketiga hilang penomoran pertama adalah 2 bukan 1. Hal tersebut menyatakan bahwa ada
gigi yang hilang. Jika ada gigi yang rusak atau hilang, maka gigi tersebut akan tetap diberi
nomor.

Untuk gigi susu penomoran dimulai dari dari gigi molar dua rahang atas kanan yang
dimulai dari huruf A dan selanjutnya diikuti semua gigi di rahang atas kanan, gigi K dimulai
dari gigi molar dua rahang bawah kiri dan selanjutnya diikuti semua gigi di rahang bawah.
Akan tetapi pada buku yang berjudul Textbook of Operative Dentistry karangan Nisha Garg
dan Amit Garg untuk gigi susu memakai metode penomoran yang sama dengan penomoran
gigi permanent tetapi ditambahkan huruf “d” dibelakang nya menjadi 1d sampai 20d.

Adapun formula dalam system Universal sebagai berikut :


Gambar 14 : penomoran gigi menurut sistem Universal5

Contoh penulisan untuk gigi susu :

Molar 1 atas kiri =14

Insisivus sentral bawah kanan =25

Contoh penulisan untuk gigi permanen

Premolar 1 atas kiri = 12

2. Sistem Zsigmondy dan Palmer

Sistem Zsigmondy dan Palmer untuk gigi permanen adalah sistem simbolik empat kuadran di
mana dimulai dengan gigi insisivus sentral, gigi diberi nomor 1 sampai 8 di setiap rahang.
Untuk penomoran gigi susu menurut sistem Zsigmondy penomoran dimulai dari gigi insisivus
sentral dengan menggunak angka romawi I-V. Sedangkan pada sistem Palmer penomoran gigi
susu dimulai dari gigi insivus sentral dengan menggunakan huruf A-E9. Adapun formula dari
sistem Zsigmondy dan palmer adalah sebagai berikut :
Gambar 15 penomoran gigi menurut sistem Zsigmondy dan Palmer5

Contoh penulisan untuk gigi susu :

Molar 1 bawah kanan = IV (cara Zsigmondy)

Molar 1 bawah kanan = D ( cara Palmer)

Contoh penulisan untuk gigi permanen :

Molar 1 bawah kiri = 6

3. Sistem Federation Dentaire Internasionale (FDI)9

Sistem dua digit ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1971 dan kemudian diadopsi
oleh American Dental Association(1996). Sistem ini umumnya digunakan di negara Eropa dan
di Kanada serta populer di India. Sistem ini dikenal sebagai sistem dua digit. Kedua angka
harus diucapkan secara terpisah dalam pengucapan nya. Misalnya, gigi molar dua bawah kiri
adalah gigi 37, namun pengucapan nya tidak “tiga puluh 7” melainkan “tiga tujuh”.

Pada gigi permanen gigi "1" adalah gigi insisivus sentral "2" adalah gigi insisvus
lateral "3" gigi kaninus "4" dan "5" gigi premolar 1 dan gigi premolar dua dan "6" "7" dan "8"
gigi molar 1, 2 dan 3. Kuadranyang ditunjuk 1-4, sehingga "1" adalah kanan atas, "2" adalah
kiri atas, "3" adalah kiri bawah dan "4" adalah kanan bawah, dengan identifikasi gigi yang
dihasilkan kombinasi dua digit yaitu kuadran dan gigi, misalnya kaninus kanan atas adalah '13'
(satu tiga) dan kaninus kiri atas adalah '23' (dua tiga).
Pada gigi susu penomoran gigi hampir sama dengan penomoran gigi permanent, akan tetapi
kuadran menjadi 5 sampai 8 serta gigi diberi nomorhanya 1 sampai 5. Contoh nya gigi 51
merupakan gigi insisivus sentral kanan atas.

Ganbar 16 : penomoran gigi menurut sistem FDI5

Contoh penulisan untuk gigi susu :

Insisivus sentral atas kir = 71

Molar 1 atas kanan = 54

Contoh penulisan untuk gigi permanen :

Caninus kiri bawah = 33

Molar 1 kanan bawah = 46


Gambar 17 penomoran gigi menggunakan sistem FDI, Universal,Zygosmondy dan Palmer
pada gigi permanen5

C. Perbedaan Gigi Susu dan Gigi Tetap7

Gigi susu Gigi permanen

Jumlah 20 buah 32 buah

Jenis-jenis gigi 2 gigi insisivus, 1 caninus, 2 molar di masing- 2 gigi insisivus, 1 caninus, 2
masing kuadran (premolar dan molar 3 tidak ada di premola dan
gigi susu) 3 molar di setiap kuadran

Rumus gigi I 2/2 C 1/1 M 2/2 (212) 2/2 C 1/1 PM 2/2 M 3/3 (2123)

Durasi gigi Periode gigi susu berlangsung dari 6 bulan sampai 12 tahun dan seterusnya
6 tahun
Erupsi Gigi susu mulai erupsi pada 6 bulan. Pada umur 2 Erupsi gigi permanen dimulai
sampai 3 tahun, susunan gigi akan lengkap pada pada 6 tahun dan akan lengkap
gigi susu pada umur 12-13 tahun kecuali
untuk molar 3

Urutan erupsi AB D C E Maxillary teeth


A B D CE 6 1 2 4 3 5 7 or 6 1 2 4 5 3 7
Mandibular teeth
6123457

Mahkota

Bentuk Mesio-distal > Cervico-incisial .Cervico-incisial >

Penyempitan Gigi susu lebih sempit pada bagian serviks dari Mahkota gigi permanen tidak
serviks bagian mahkota, yaitu sempit di bagian begitu sempit di bagian lehernya
Leher

Servikal Servikal ridge pada bagian bukal mahkota lebih Servikal ridge pada mahkota
ridge menonjol (terutama pada molar 1) permanen datar

Ukuran Gigi susu lebih kecil dalam keseluruhan dimensi Gigi permanen lebih besar
ukuran dan mahkota bila dibandingkan dengan dalam dimensi keseluruhan
mahkota gigi permanen

Warna Gigi susu berwarna lebih putih seperti susu Gigi permanen lebih gelap,
berwarna kekuningan, putih atau
keabu-abuan,

Mamelon Gigi insisivus tidak memiliki mamelon Memiliki mamelon


Lebar mahkota Ukuran mesio-distal mahkota gigi susu lebih lebar Ukuran mesio-distal korona gigi
daripada ukuran serviko-insisalnya, kecuali permanen lebih sempit daripada
incisivus sentral, lateral, kaninus bawah, dan ukuran serviko-insisalnya
incisivus lateral atas

Kaninus Kaninus cenderung lebih berbentuk kerucut dan Kaninus kurang berbentuk
tip puncak lebih runcing dan tajam kerucut katup tip nya kurang
runcing

Premolar Tidak ada premolar di gigi susu Ada dua premolar di setiap
kuadran

Molar Hanya ada 2 gigi molar di setiap kuadran. Tidak Ada 3 molar di setiap kuadran
ada gigi molar 3 di gigi susu yaitu molar 1,2 dan 3

Ukuran Mahkota molar 2 lebih besar dari mahkota molar 1 Molar 1 gigi permanen lebih
besar dari molar 2 dan 3.
Ukuran mahkota secara
bertahap menurun dari molar 1
sampai molar 3

Bentuk Molar gigi susu lebih bulat, berbentuk lonceng dan Molar gigi permanen sedikit
ditandai dengan penyempitan serviks. Serviks mengalami penyempitan leher
ridge lebih jelas terutama pada bagian bukal molar
1. Serviks ridge telah direproduksi selama
restorasi / prostesis mahkota.

Bidang oklusal Bidang oklusal relatif datar Bidang oklusal memiliki kontur
lebih lengkung dan
desain lebih rumit

Daerah kontak Daerah kontak antara molar gigi susu lebih luas, Daerah kontak antara molar gigi
datar dan terletak digingiva. permanen lebih sempit dan
terletak di bagian oklusal
Molar 1 atas Memiliki 3 cusp (menyerupai premolar a) Memiliki 4 katup + 1 aksesori
puncak

Molar 2 atas 4 cusp + satu aksesori puncak (menyerupai molar 1 Memili 4 cusp
permanen atas)

Molar 1 bawah cusp(tidak menyerupai apapun gigi permanen) Memili 5 cusp

Molar 2 bawah 5 cusp (menyerupai molar 1 permanen bawah) Memiliki 4 cusp

Akar

Ukuran Akar gigi susu lebih ramping dibandingkan akar Akar gigi permanen lebih kuat
gigi permanen dan lebih besar

Lebar Akar nya sempit di bagian mesiodistall Akar nya lebih luas dibagian
mesiodistall

Resorpsi Akar gigi susu mengalami resorpsi fisiologis Resorpsi fisiologis tidak ada

Pulpa

Ruang pulpa Ruang pulpa gigi susu lebih besar Ruang pulpa lebih kecil bila
bila dibandingkan dengan ukuran mahkota dibandingkan dengan ukuran
mahkota
Garis pulpa Garis pulpa gigi susu yang mengikuti DEJ lebih Garis pulpa yang mengikuti DEJ
terlihat dibandingkan gigi permanen kurang terlihat

Tanduk pulpa Lebih tinggi Lebih pendek

Saluran akar Saluran akar lebih sempit, dan bercabang. Saluran akar gigi permanen
yang terdefinisi
dan kurang bercabang

Kanal aksesori Dinding ruang pulpa lebih berpori dan memiliki Dinding ruang pulpa tidak
banyak kanal aksesori memiliki banyak
kanal aksesori

Foramen apical Bagian kanal apikal jauh lebih terbatas Bagian apikal kanal terbatas dan
dibandingkan gigi permanen dan foramen apikal apikal foramen lebih kecil /
lebih lebar sempit.

Enamel

Ketebalan Enamel gigi susu lebih tipis sekitar 1 mml tetapi Enamel gigi permanen
ketebalan nya seragam. tebalnyasekitar 2-3 mm dan
ketebalan nya tidak seragam

Arah akar Enamel pada ketiga serviks mahkota utama Enamel pada serviks diarahkan
diarahkan ke oklusal bukan ke gingiva seperti yang ke apikal
terlihat di gigi permanen

Dentin
Ketebalan Ketebalan dentin gigi susu adalah setengah dari Ketebalan dentin gigi permanen
dentini gigi permanen. lebih besar dibandingkan dentin
gigi susu

Tubulus dentin Tubulus dentin yang kurang teratur Tubulus dentin yang lebih
teratur

Pulpa

Suplai darah Suplay darah berlimpah Suplay darang kurang berlimpah

Supplay saraf Pulpa gigi susu sedikit dipersarafi. Pulpa gigi permanen banyak
dipersarafi

Sementum Sementum gigi susu tipis Sementum gigi permanen tebal

Kandungan Enamel dan dentin kurang termineralisasi dan Enamel dan dentin yang lebih
mineral kurang padat. termineralisasi

Insisivus Sentral Maksila Desidui dan Insisivus Sentral Maksila Permanen

Insisivus Sentral Maksila Desidui Insisivus Sentral Maksila Permanen

Aspek labial : Aspek Labial

- Tidak ada mamellon - Ada mamelon di incisal ridge pada gigi baru
- Mesio incisal crown lancip erupsi
- Mesio insisal crown hampir siku-siku
Aspek palatal Aspek palatal

- Batas singulum tidak jelas - Batas singulum jelas

Aspek mesial dan distal Aspek mesial dan distal

- Central insisivus desidui lebih - Central insisivus desidui kurang menonjol


menonjol dibandingkan dengan gigi desidui
dibandingkan dengan gigi permanen

Insisivus Lateral Maksila Decidui dan Insisivus Lateral Maksila Permanen

Insisivus Lateral Maksila Decidui Insisivus Lateral Maksila Permanen


Secara umum hampir sama dengan gigi Secara umum hamper sama dengan gigi
insisivus sentral maksila decidui. insisivus sentral maksila permanen, ,
namun ukurannya lebih kecil.

Aspek palatal
Aspek palatal: Cingulum kurang
menonjol dibanding insisivus sentral Singulum lebih kecil nyaris tidak
desidui kelihatan

Radix bagian Mesial concaf sedangkan


distal convex

Insisivus Sentral Mandibula Decidui dan Insisivus Sentral Mandibula Permanen


Insisivus Sentral Mandibula Decidui Insisivus Sentral Mandibula Permanen

Aspek labial: Aspek labial:

Merupakan gigi terkecil dalam lengkung rahang. Permukaan halus dengan crown bentuk
Permukaan labial halus pahat Mesio facial line angle lebih panjang
dari disto facial line angle
Aspek lingual:
Aspek lingual :
Cingulum dan marginal ridge jelas.
Cingulum amat kecil
Radix pada bagian lingual lebih sempit dibanding
labia Radix nya lurus dan gepeng / pipih kalau
berbelok ke arah distal/labial

Potongan melintang berbentuk oval

Insisivus Lateral Mandibula Desidui Dan Insisivus Lateral Mandibula Permanen


Memiliki bentuk yang sama dengan incisivus centralis, tetapi sedikit lebih besar & tebal.
Kelihatan lebih besar dari incisivus centralis karena distal developmental lobe-nya lebih
besar dari distal lobe incisivus centralis bawah. Perbedaan insisivus lateral mandibula desidui
dengan permanen yang lebih spesifik adalah ukuran, bahwa gigi permanen lebih besar dari pada
desidui

Caninus Maksila Decidui dan Caninus Maksila Permanen


Caninus Maksila Decidui Caninus Maksila Permanen

Cupsnya lebih panjang dan tajam dari pada Cupsnya kurang tajam
gigi permanen

4.6 Caninus Mandibula Desidui dan Caninus Mandibula Permanen

Caninus Mandibula Desidui Caninus Mandibula Permanen

Aspek labial: Aspek Labial :


Per mukaan labial lebih datar Crown kelihatan panjang
Aspek lingual: Aspek Lingual :
Cingulum kurang jelas Kurang menonjol, cingulum relatif halus
Radix: Fossa, ridge kurang jelas
Akar pada bagian lingual lebih lebar Radix :
dibanding labial Lebih gepeng/pipih dibanding dengan
Runcing dan bulat di apex caninus atas.
Molar Pertama Maksila Decidui dan Molar Pertama Maksila Permanen

Molar Pertama Maksila Decidui Molar Pertama Maksila Permanen

Akar lebih ramping dan lebih mekar Akar lebih tebal dan lebih rapat
Aspek oklusal: Aspek oklusal :
Type I bercusps 4 ( 2 buccal dan 2 Bentuk belah ketupat/ jajaran genjang (rhomboidal)
palatal) dengan cusp terbesar adalah (rhomboidal)
cusp mesio palatal dan terkecil Mempunyai 4 tonjol, mesio buccal, disto buccal,
adalah cusp mesio palatal. Terdapat mesio palatinal, disto palatinal.
fossa mesial, central dan distal serta Fissura seperti huruf H (miring) (fissura berjalan
ada pit. dari f.buccal ke arah
Type II bercusps 3 (2 buccal dan 1 Urutan besar tonjol, mesio palatinalis, mesic buccal,
palatal). Terdapat fossa mesial, disto buccal, disto palatinal.
centraldan distal serta ada pit.

Molar Pertama Mandibula Decidui dan Molar Pertama Mandibula Permanen

Molar Pertama Mandibula Decidui Molar Pertama Mandibula Permanen


-Mempunyai 4 cusp : 2 bukal (mesio- -Mempunyai 5 cusp : 2 cusp bukal (cusp
bukal dan disto-bukal) dan 2 lingual mesio-bukal dan cusp disto-bukal), disto
(mesio-lingual dan disto-lingual) cusp dan 2 cusp lingual (cusp mesio-
-cusp terbesar adalah mesio palatinal lingual dan disto-lingual)
dan yang terkecil adalah disto
-Cusp terbesar adalah cusp mesio buccal
palatinal.
dan yang terkecil dalah cusp distobuccal
-Akar mesial panjang dan ramping,
akar distal lebih pendek dan tipis. -Akar mesial lebih tebal dan besar
-akar lebih mekar

Molar Kedua Maksila Decidui dan Molar Kedua Maksila Permanen

Molar Kedua Maksila Decidui Molar Kedua Maksila Permanen


Aspek oklusal : Aspek oklusal
- Permukaan oklusal berbentuk
- Ukuran korona buko-palatal sama,
rhomboidal (belah ketupat) dengan 3
tetapi ukuran mesio-distal lebih
pit yaitu pit mesial, central dan distal.
kecil.
- Cusp mesio-bukal dan mesio-
Aspek bukal:
palatal sama, tetapi cusp disto
- Convex, makin oklusal makin datar
bukal dan disto palatal lebih kecil.
Aspek palatal:
- Ukuran buko-palatal pada cusp
- Ada cusp tambahan di mesio palatal
distal hanya lebih kecil daripada
buko-paltal pada cusp-cusp mesial.
Radix:
- Akar Palatal yang terpanjang,terbesar,
dan paling divergen .
- Akar lebih mekar jika dilihat dari bukal
- Akar lebih rapat dilihat dari bukal
dan lingual
dan lingual

Molar KeduaMandibula Decidui dan Molar Kedua Mandibula Permanen

Molar Kedua Mandibula Decidui Molar Kedua Mandibula Permanen


-Warna lebih putih -Warna lebih kuning
-kontak area lebih lebar -kontak area lebih kecil dari pada gigi
-akar lebih mekar dilihat dari lingual desidui
dan palatal serta lebih ramping -akar lebih rapat dibanding desidui serta
Radix: lebih tebal.
-Rongga pulpa besar, karena
dindingnya tipis.

DAFTAR PUSTAKA

1. Avery, James K., Chiego, Daniel J. 2006:97-136. Essentials of oral histology and
embryology a clinical approach. Philadelphia : Mosby Elsavier.
2. Ramadhan, Ardiyan Gilang. Serba-serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune.
2010. Hal 10
3. Maulani, Chaerita. Kiat Merawat Gigi Anak. Jakarta: Gramedia. 2005. Hal 1-18
4. Harshanur, Itjingningsih Wangidjaja. Anatomi Gigi. Jakarta: EGC. 2012. Hal 28-137
5. Nisha Garg, Amit Garg. Textbook of Operative Dentistry Edisi 2. New Delhi: Jaypee.
2013. Hal 9-18
6. Sheid, Ricke, Weis Gabriella. Woefel’s Dental Anatomy Eight Edition. USA : 2012. Hal
17-26
7. Rashmi, GS. Textbook of Dental Anatomy, Physiologi and Oclusion. India : Jaypee.
2104. Hal 8-17
8. Nelson, Stanley J. Wheeler’s Dental Anatomy, Physiology dan Oclusion Edisi 75.
China: Elsevier. 2015. Hal 2-4
9. Satish C, Shaleen G. Textbook of Operative Dentistry. New Delhi: Jaypee. 2007. Hal 9-
11

Anda mungkin juga menyukai