Oleh: KELOMPOK 4
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2018
DENTIN
1. PEMBENTUKAN DENTIN
1. Diferensiasi Odontoblast
2. Dentinogenesis
Dentinogenesis merupakan proses pembentukan dan maturasi dentin.
Dentin merupakan jaringan ikat yang membentuk sebagian besar gigi. Dentin lebih
keras dibandingkan tulang, tidak sekuat enamel. Dentin juga memiliki sensitifitas tinggi
terhadap stimulus. Dentin merupakan tulang matriks dicirikan dengan adanya ikatan tubulus-
tubulus dentin yang melintasi seluruh pemukaannya dan mengandung ekstensi sitoplasma sel
odontoblas yang sewaktu-waktu sel tersebut akan membentuk dentin dan kemudian
mempertahankan strukturnya.
1. Tubulus Dentin
Prosesus odontoblast yang mirip seperti prosesus osteosit, ditemukan di
dalam kanal – kanal dentin. Kanal-kanal itu disebut juga sebagai tubulus
dentin.Didalam tubulus dentin juga ditemukan cairan tubulus dentin dan prossesuss
odontoblast .Cairan ini dihasilkan oleh odontoblast (protoplasma). Plexus Rashcow
juga ditemui didalam tubulus dentin. Plexus Rashcow merupakan saraf penerima rasa
sakit yang nantinya akan diteruskan ke otak.
Karena bentuk lengkung tubulus yang khas, tubulus dentin memiliki panjang yang
lebih dari ketebalan dentin. Ketebalan dentin adalah antara 3 sampai 10 mm. Diameter tubulus
dentin yang lebih besar ada di sisi pulpa (1,5 sampai 3 mikron) dibandingkan pada
dentinoenamel junction (satu mikron). Tubulus dentin semakin dekat dengan pulpa ukurannya
lebih besar sedangkan yang mendekati dentinoenamel junction lebih tipis. Di bagian korona
dentin, tubulus mengikuti S-shaped dari lapisan terluar dentin menuju pinggiran pulpa. Akan
tetapi, ketika mendekati sudut insisal dan cusp tubulus berubah menjadi hampir lurus.
Dentin peritubular merupakan silinder tipis yang mengelilingi rongga (lumen) tubulus
dentin. Berbeda dengan dentin intertubular, dentin peritubular memiliki mineral yang lebih banyak
sedangkan kolagennya lebih sedikit. Pembentukan dentin peritubular terjadi di dalam tubulus dentin
setelah terbentuknya dentin intertubular. Semakin bertambahnya usia, dentin peritubular dapat
melenyapkan tubulus dentin di sebelah perifer. Pelenyapan tubulus dentin mengakibatkan
terbentuknya dentin sklerotik. Dentin sklerotik ini dapat menurunkan permeabilitas dentin sehingga
pulpa terlindungi
3. Dentin Intertubular
Dentin intertubular adalah produk utama yang dihasilkan oleh odontoblast. Dentin
intertubular terletak di antara tubulus-tubulus dentin atau peritubuler dentin. Sekitar 75% dari
volume intertubuler dentin merupakan matriks organik, terutama kolagen-kolagen fibril yang
tersusun secara acak di sekitar tubulus dentin, kebanyakannya adalah kolagen tipe I. Dentin
intertubular ini terdiri dari fibril kolagen yang mengandung kristal apatit.
4. Dentin Interglobuler
Dentin interglobuler adalah daerah pada dentin yang tidak termineralisasi atau
hipomineralisasi. Dentin interglobuler terletak di antara mantle dan circumpulpal dentin.
Interglobular sering diperdebatkan kemiripannya dengan Tome’s granular layer (TGL),
Gambar 1. 5 Dentin Interglobuler
5. Dentin Sklerotik
Dentin sklerotik sering muncul pada gigi yang lebih tua dan dentin akan tampak
translusen, bahkan pada gigi yang tidak terlihat kerusakan, dentin sklerotik juga dapat
muncul. Dentin sklerotik biasanya pertama kali membentuk jalan tengah antara
permukaan pulpa dan amelodentinal junction.
Dentin memiliki berbagai lapisan, yang disusun secara bertahap. Lapis satu
dengan lapis lain pada dentin dipisahkan oleh jaringan yang kurang bermineral
disebut dengan garis inkremental atau Van Ebner, yang merupakan garis-garis
inkremental (tambahan) dentin yang sejajar dengan dentinoenamel junction.
8. Predentin
Predentin adalah suatu lapisan matrik organik yang belum termineralisasi yang
dibentuk oleh odontoblast. Lebarnya 10-20μm yang ditemukan diantara lapisan
odontoblas dan dentin yang termineralisasi. Ditemukan selama dan tetap ada dengan
lebar yang sama sepanjang hidup gigi, karena selama hidup terjadi deposisi dentin
yang lambat dan kontinu.
Gambar 1.9 Histologi Dentin
3. KARAKTERISTIK DENTIN
1. Sifat Optik
Dentin bersifat opaque / tidak tembus cahaya karena struktur dentin yang
padat sedangkan email bersifat translucent/ meneruskan cahaya.
2. Sifat Fisik
Warna
Dentin memiliki warna putih kekuningan tidak seperti enamel yang
berwarna mulai dari abu-abu ke putih. Hal ini dikarenakan dentin
memiliki ketebalan yang lebi tinggi dari email yang mana dengan
komposisi terbesarnya adalah material anorganik berupa kalsium
hidroxyapatite.
Kekerasan
Dentin memiliki nilai kekerasan lebih rendah dari pada email.
Kekerasan/ hardness value pada dentin yaitu sebesar (HV= 65,6 ±
3,9).
✓ Elastisitas
Dentin memiliki nilai elastisitas yang cukup tinggi. dentin yang
memiliki modulus elastisitas 1338,2 ± 307,9 MPa. Hal ini membuat
dentin lebih kuat (tahan banting) dan lebih elastis dibandingkan
enamel yang melapisinya.
4. KOMPOSISI DENTIN
2. Komponen organik dentin terdiri dari 90% serat kolagen yang melekat
pada substansi yang tidak beraturan dan sisanya protein nonkolagen serta
fraksi lemak, glikosaminoglikan dan protein kompleks yang masing-
masing sekitar 0,2%.
PULPA
1. PEMBENTUKAN PULPA
Pulpa terbentuk dari jaringan ikat yang longgar, dengan konsistensi seperti gel.
Didalam pulpa ini terdapat kolagen, serabut prakolagen, dan jaringan ikat saraf, serta
berbagai macam sel, seperti fibroblas, odontoblas, dan sel pertahanan tubuh.
Pada bagian perifer pulpa, terdapat pembentuk odontoblas yang pada gigi
dewasa, terlihat berupa pseudo-stratifikasi. Sel sel inilah yang mengubah bentuk rongga
pulpa. Sel-sel ini berbentuk tiang yang berdampingan dengan predentin, berisi inti sel,
serta mempunyai ekor tambahan yang mengisi masuk ke tubulus dentin. Sel inilah yang
disebut odontoblas. Pada saluran akar pulpa, bentuk odontoblas berubah menjadi kubus
atau prisma. Odontoblas tidak dijumpai lagi di daerah apikal.
Ke arah pulpa, di bawah odontoblas ini dijumpai daerah yangmiskin sel, disebut
zona weil. Di sini dijumpai jaringan jaringan yang sebagian berasal dari ekor tambahan
odontoblas.
Sebagian besar sel pulpa terdiri atas sel fibroblast, yang lebih sedikit
terdiferensiasi disbanding odontoblas. Selain itu, sering juga dijumpai histosit di dekat
jaringan pembuluh darah. Sel-sel ini masuk ke pulpa dari sumsum tulang yang termasuk
dalam system fagosit monuklear. Kalau terjadiperadangan, sel ini akan bersifat sebagai
makrofag. Seperti umumnya jaringan ikat yang normal, pada pulpa pun terdapat
monosit dan limfosit yang mempunyai peran fagosit terhadap sel atau jaringan nekrotik.
Namun pada keadaan normal pun pada gigi yang sehat kadang-kadang ditemui
juga sel makrofag dan sel plasma. Jaringan pulpa kaya akan fibril kolagen dan argirofil
serta jaringan yang saling berdesakan pada makhota gigi. Pada bagian apikal pada pulpa
ditemukan jaringan kolagen yang teratur, yang berhubungan dengan jaringan desmodant
(periodontal).
Bahan dasar pulpa terdiri atas 75% air dan 25% bahan organik, yaitu:
- Glukosamignoglikan
- Glikoprotein
- Proteoglikan
- Fibroblas sebagai sintesis dan kondroitin sulfat dan dermatan sulfat. Jaringan
pulpa bertekanan 20-30 mmHg.
2. STRUKTUR PULPA
Pulpa terdiri atas bagian tengah (central pulp) dan perifernya (peripheral area) ,
yang terdapat baik pada kamar pulpa maupun saluran akar.Zona tengahnya (central
pulp) mengandung arteri, vena, saraf-saraf yang memasuki pulpa melalui foramen
apikal dan terus berlanjut sampai ke kamar pulpa di bagian mahkota gigi.
Kumpulan pembuluh darah dan saraf tersebut dikelilingi oleh fibroblas dan serabut
kolagen yang terdapat pada matriks intraseluler.
Sedangkan pada bagian perifernya (peripheral area) terdapat zona odontogenik
(odontogeic zone), yaitu :
1. Odontoblastik Layer
Odontoblas merupakan sel yang paling utama dari jaringan pulpa.
Odontoblas membentuk suatu lapisan tunggal di daerah perifer dan mensintesis
matriks, yang akan termineralisasi dan disebut dentin. Sel odontoblas terdiri dari
dua komponen struktural dan fungsional utama, yakni badan sel dan prosesus
sitoplasmiknya. Badan sel terletak persis di bawah matriks dentin yang tidak
termineralisasi (predentin) dan membentuk daerah odontoblastik. Sedangkan
prosesus meluas ke dentin dan predentin melalui tubulus. Pada daerah odontoblas
ini, pembuluh kapiler dan saraf sensori tidak bermielin ditemukan di sekeliling
badan sel odontoblastik. Fungsi utama odontoblas selama hidup pulpa adalah
memproduksi dan mendeposisi dentin.
(Sumber : Chiego, Daniel J.. 2014. Essential of Oral Histology and Embryology : A
Clinical Approach 4rd Edition.USA: Saunders Elsevier)
Di bawah zona odontogenik ini terdapat pleksus Raschkow (parietal layer of nerves).
Pleksus ini terdiri atas cabang-cabang saraf, baik bermielin maupun tidak bermielin,
yang membentuk jala-jala padat saraf.
3. KARAKTERISTIK UMUM
Pulpa gigi menempati bagian tengah dari tiap gigi dan tersusun atas jaringan ikat
vaskuler. Pulpa gigi dibentuk oleh kamar pulpa di bagian mahkota gigi dan saluran akar
yang memanjang sepanjang gigi. Pulpa yang berada di mahkota gigi disebut coronal
pulp atau pulp chamber (kamar pulpa), sedangkan pulpa yang berada di akar disebut
radicular pulp atau root canal (saluran akar). Oleh karena itu, bentuk dari pulpa
mengikuti bentuk dari gigi yang ditempatinya.
4. KOMPOSISI PULPA
Mirip dengan jaringan ikat di lokasi lain, matriks ekstraseluler dari pulpa gigi
terdiri dari kolagen, non-collagenous protein, glikoprotein, proteoglycans, enzim, faktor
pertumbuhan, berbagai fosfolipid dan proteolipids, dan komponen berasal dari plasma.
Selain itu, beberapa komponen karakteristik tulang biasanya ada, sedangkan beberapa
komponen karakteristik dentin yang ada hanya dalam situasi tertentu, seperti selama
pembentukan kombinasi dentin.
Seperti fibroblas pulpa sel (atau pulpoblasts), dan pulpa sel induk.
Sel-sel berbentuk gelendong fibroblas-seperti bubur mensintesis dan
mengeluarkan collagenous dan non-collagenous protein. Fibril kolagen tipis dan
memuncak dengan proteoglycans. Pulpoblasts berisi banyak ribosom bebas dan
beberapa endoplasma cisternae. Sekresi vesikel mengisi sebagian besar sel-sel,
sedangkan yang lain tampaknya berisi sebagian besar elektron - padat Lisosom. Kedua-
dua struktur hadir secara bersamaan. Cytoskeletal protein ada pada seluruh sel. Banyak
sel muncul menjadi bersilia. Pulpoblasts terhubung oleh intercel-lular junction. Ini
berarti bahwa sel-sel pulpa yang terikat satu sama lain muncul di bagian tengah dari
mahkota, bermigrasi bersama-sama menuju sekeliling pulpa, dan menjalani apoptosis.
5. FUNGSI PULPA
Pulpa gigi dan dentin memiliki hubungan timbal balik yang membuat keduanya saling
bergantung satu sama lain. Dalam hal ini, fungsi pulpa terbagiatas 5 fungsi utama,
yaitu :
Fungsi Induktif
Peran utama dari pulpa adalah untuk berinteraksi dengan sel epitelrongga mulut
dan menyebabkan terjadinya diferensiasi dari dental laminayang berujung pada
pembentukan enamel organ. Jaringan pulpa berpartisipasi dalam memulai dan
perkembangandentin, yang bila terbentuk, akan mengarah pada pembentukan
enamel.Kejadian-kejadian ini merupakan kejadian yang saling bergantung dalamarti
bahwa epitel enamel akan menginduksi diferensiasi odontoblas, danodontoblas serta
dentin menginduksi pembentukan enamel. Interaksiepitel-mesenkim seperti itu adalah
esensi dari pembentukan gigi.
Fungsi Formatif
Odontoblas membentuk dentin. Sel yang sangat spesial ini berpartisipasi dalam
pembentukan dentin dalam tiga cara, yaitu :
1. Melalui sintesis dan sekresi matriks anorganik.
2. Melalui pengangkutan komponen anorganik ke matriks yang baruterbentuk di saat-
saat awalnya.
3. Melalui penciptaan lingkungan yang memungkinkan mineralisasi matriks.
Pada awal perkembangan gigi, dentinogenesis primer padaumumnya merupakan
proses yang berlangsung dengan cepat. Setelahterjadi maturasi gigi, pembentukan
dentin berlangsung dengan lebihlambat dan kurang simetris (dentinogenesis sekunder).
Odontoblas jugamampu membentuk dentin sebagai respon terhadap jejas, contohnya
yang terjadi pada karies, trauma, atau pemakaian restorasi.
Fungsi Nutritif
Jaringan pulpa memasok nutrien yang sangat penting bagi pembentukan dentin
(misalnya dentin prestubuler) dan hidrasi melalui tubulus dentin.Pembuluh darah
mentranspor nutrien dari aliran darah ke sel-sel pada pulpa dan odontoblas.
Pulpa gigi merupakan jaringan hidup dengan suplai darah danmenerima nutrien
dari aliran darah. Nutrien paling banyak masuk daritubulus dentin melalui
prosessusodontoblastik dan dapat dibawa hinggamencapai dentio-enamel junction dan
dentino-cemental junction.
Fungsi Defensif
Pertahanan dari gigi dan pulpa sendiri terjadi melalui pembentukandentin baru
ketika terpapar oleh iritan. Sistem pertahanan inimemiliki beberapa karakteristik
tertentu. Pertama, dentin baru yangterbentuk akan terlokalisir. Dentin baru ini terbentuk
dengan lebih cepatdibandingkan dengan pembentukan dentin primer dan sekunder yang
tidakterstimulasi. Secara mikroskopis, dentin baru ini juga memiliki strukturyang
berbeda dengan dentin sekunder pada umumnya, sehingga seringkalidikenal sebagai
dentin sekunder ireguler, dentin iritasi, dentin reparatif,dentin tersier, maupun
osteodentin.
Jumlah dan jenis dari dentin yang terbentuk sebagai respon pertahanan pulpa
dapat bervariasi tergantung berbagai faktor. Hal-hal yangmempengaruhinya, yaitu
seberapa merusak paparannya, jenis paparan(kimia, termal, bakteri), seberapa lama
iritan masuk, kedalaman jejas, luaswilayah yang terlibat, juga status pulpa saat itu.
Pada gigi dewasa, odontoblas dari pulpa akan membentuk dentin sebagai respon
terhadap jejas, khususnya apabila ketebalan dentin aslinya berkurang akibat karies,
atrisi, trauma, atau perawatan restorasi. Selain pada pembentukan dentin, pulpa
memiliki fungsi lain sebagai pertahanan, yaitu kemampuan untuk memproses
dan mengenali senyawaasing, seperti toksin dari bakteri karies. Pulpa kemudian dapat
memberikanrespon imun terhadap benda asing tersebut.
Sejumlah sel tertentu pada pulpa berperan dalam pertahanan,termasuk sel mast,
sel plasma, histiosit, dan makrofag. Histiosit berperan dalam eliminasi dari sel mati dan
penghapusan bakteri, sedangkan sel plasma berperan dalam pembentukan antibodi.
Selain itu, beberapa selyang berasal dari pembuluh darah seperti neutrofil, eosinofil,
basofil,limfosit, dan monosit juga ada pada pulpa. Sel-sel vaskuler ini masukmelalui
pembuluh darah dan membentuk respon terhadap inflamasi.
Fungsi Sensitif
Saraf-saraf pada pulpa dapat merespon terhadap stimulus yangmengenai pulpa
secara langsung, maupun melalui perantara enamel ataudentin. Stimulus fisiologis
hanya dapat memberikan sensasi rasa nyeri.Stimulasi dari saraf sensorik bermielin pada
pulpa menghasilkan rasanyeri yang tajam dan cepat. Aktivasi pada saraf tak bermielin
akanmenghasilkan rasa nyeri yang lebih lambat dan tidak tajam. Sensasi pada pulpa
yang diperantarai dentin dan enamel umumnya cepat dan tajam dandihantarkan oleh
sabut saraf bermielin.
Rasa nyeri dapat dihantarkan oleh 2 jenis serabut saraf yangmemiliki kecepatan
konduksi serta diameter yang berbeda: serabut A-deltadan A-Beta(bermielin) dan
serabut C (tak bermielin). Serabut saraf bermielin memiliki kecepatan konduksi
yangtinggi, garis ambang stimulus yang rendah, dan menghasilkan rasa nyeriyang tajam
serta superfisial. Karakteristik ini membuat saraf bermielinmenjadi serabut saraf
pertama yang bereaksi dan menghantarkan impulsnyeri. Stimulus yang dapat
mempengaruhinya adalah mekanik, kimia, dantermal (dingin).
Di sisi lain, serabut saraf C (tak bermielin) memiliki kecepatankonduksi yang rendah
dan garis ambang yang lebih tinggi. Serabut saraf initerletak pada daerah yang lebih
dalam dan dapat menyebabkan rasa nyeriyang lamban dan difus. Reaksi dari serabut
saraf C menunjukkan bahwa pulpa mengalami kerusakan yang bersifatirreversible.
DAFTAR PUSTAKA
th
Essentials of Oral Histology and Embryology: A Clinical Approach. 4 Ed.
Daniel J. Chiego. Elsevier. 2014, 8: 101-112
rd
Illustrated Dental Embryology, Histology and Anatomy. 3 Ed. Mary Bath
Balogh&Margaret J Fehrenbach. Elsevier. 2011, 13: 155-164
th
Orban’s Oral Histology and Embryology. 13 Ed. G S Kumar. Elsevier. 2011,
5: 114-140
th
Ten Cate’s Oral Histology: Development, Structure and Function. 8 Ed. Antonio
Nanci. Mosby. 2012, 8:165-204
th
Wheleer’s Dental Anatomy, Phisiology, Occlusion. 8 Ed. Ash. M. M& Stanley. J.N.
Elseviers.
Chiego, Daniel J.. 2014. Essential of Oral Histology and Embryology : A Clinical
Approach 4rd Edition.USA: Saunders Elsevier
Herijulianti, Eliza, Neneng Nurjannah, dan Megananda Hiranya Putri. 2009. Ilmu
Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta:
EGC