SKENARIO 4
IKGD 7
Aldriyety Merdiarsy
Anindita Prima Dewi P.
Azmi Salma
Cynthia Pratiwi
Destri Shofura Gusliana
Gery Gilbert
Jocelin Tania
Larissa Permata
Shany Raudha Wardina
Risa Febriani
Saint Fabia Chantic
1506690321
1506739375
1506668864
1506739476
1506669021
1506737994
1506726145
1506669091
1506669085
1506669135
1506732021
FAKULTASKEDOKTERANGIGI
UNIVERSITASINDONESIA
2016
I.
1. Enamel
Enamel memliki sifat:
Keras
Dari gambar di atas terlihat bahwa perbedaan antara rod dan interod adalah
pada arahnya. Rod dan interod memiliki struktur yang relatif sama.
2. Dentin
Keras
Pada radiograf tampak lebih radiolucent dari enamel, namun lebih radioopaque dari
pulpa.
Secara umum: 70% zat anorganik (Kristal Hidroksiapatit), 20% zat organic (serat
kolagen dan sedikit protein lain), 10% air.
Berat terdiri dari: 70% mineral, 20% matriks organik, dan 10% air.
Volume terdiri dari: 50% mineral, 30% matriks organik, dan 20% air
Matriks organik terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3), fluoride (F), magnesium
(Mg), seng (Zn), kolagen, elastin, glikoprotein, osteokalsin, dan vitamin K.
Histologi Dentin
Dentin dilapisi email pada mahkota gigi dan cementum pada akarnya serta
menutupi pulpa yaitu jaringan gigi yang terdalam. Dentin merupakan sebagian besar dari
jaringan gigi dan melindungi pulpa. Dentin yang terexpose (tanpa dilapisi email dan
cementum) memperlihatkan variasi warna kuning-putih. Dentin dewasa terdiri atas
beberapa komponen, seperti tubulus dentin beserta isinya. Seperti email, dentin bersifat
avascular. Di dalam tubulus dentin terdapat ruang dengan beragam ukuran yang berisi
dentinal fluid, odontoblastic process, dan kemungkinan akson aferen.
1. Tubulus dentin adalah pipa-pipa panjang pada dentin yang memanjang dari DEJ
pada mahkota gigi atau dentinocemental junction (DCJ) pada daerah akar hingga
dinding luar pulpa.
2. Dentinal fluid di dalam tubulus dentin adalah cairan pada jaringan (ekstraselueler)
yang mengelilingi membran sel dari odontoblas.
dentin. Akson-akson
bermielin
ini
tidak
memanjang
melebihi
odontoblastic process sehingga tidak dapat ditemukan pada sepanjang DEJ atau
DCJ. Badan sel saraf terdapat pada pulpa bersama dengan sel odontoblas akson
ini hanya berperan dalam menerima rangsang rasa sakit.
Arah tubulus dentin memperlihatkan pathway odontoblas ketika aposisi. Ada dua
macam lengkungan yang dihasilkan oleh arah tubulus ini:
1. Primary curvature: keseluruhan lengkungan
tubulus yang berbentuk huruf S.
2. Secondary
curvature:
lengkungan-
Hal
ini
memperlihatkan
TIPE DENTIN
Dentin berbeda antara dentin di satu bagian dengan dentin pada bagian
yang lain. Tipe-tipe dentin dapat dilihat dari hubungannya dengan tubulus
dentin.
1. Peritubular dentin: dentin yang merupakan dinding tubulus dentin dan sangat
termineralisasi.
2. Intertubular
dentin:
di
antara
dentin
dibandingkan
kolagennya
paralel
dengan
DEJ
(berbeda
dengan
mantle
dentin).
Pulpa gigi adalah jaringan lunak atau jaringan ikat longgar yang terletak di tengahtengah gigi.
Jaringan ini adalah jaringan pembentuk, penyokong, dan merupakan bagian integral
dari dentin yang mengelilinginya.
Umumnya, garis luar jaringan pulpa mengikuti garis luar bentuk gigi.
Pulpa berasal dari jaringan mesenkim dan mempunyai berbagai fungsi, yaitu sebagai
pembentuk, sebagai penahan, mengandung zat- zat makanan, mengandung sel-sel
saraf/sensorik serta pembuluh darah.
Total volume pulpa pada gigi permanen sekitar 0,38 cc, sedangkan volume rata-rata
pulpa pada gigi manusia yaitu sekitar 0,02 cc.
Umumnya, pulpa pada gigi molar sekitar empat kali lebih besar dari gigi insisivum
Ada dua bentuk jaringan pulpa yaitu coronal pulp (jaringan pulpa yang terdapat
dibagian mahkota) dan radicular pulp (jaringan pulpa yang mengarah pada akar gigi).
Karena pulpa merupakan jaringan ikat, maka komponennya:
Substansi interseluler
Sel
Sistem limfatik
Pembuluh darah
Saraf
Serabut
1.
2.
1. Fibroblas merupakan kelompok sel terbanyak dalam pulpa dan odontoblas kedua
terbanyak (hanya badan selnya dan hanya dapat ditemukan sepanjang dinding terluar
pulpa. Pulpa juga mengandung sel-sel mesenkim yang belum berdiferensiasi. Sel-sel
ini dapat berubah menjadi fibroblas dan odontoblas jika di antara keduanya berkurang
ketika terjadi infeksi dan semacamnya. Pulpa juga mengandung sel-sel darah putih
pada jaringannya dan pada pembuluh darah. Sel darah merah terdapat pada
extensive vascular supply.
2. Serabut pada pulpa sebagian besar tersusun atas serabut kolagen dan serabut
retikuler, namun tidak memiliki serabut elastis. Juga terdapat extensive vasculat
supply dan rudimentary lymphatics.
3. Saraf yang berkaitan dengan pulpa ada dua macam:
a. Saraf bermyelin: akson dari neuron aferen yang terdapat pada tubulus dentin, badan
selnya berada di antara lapisan odontoblastik pulpa.
b. Saraf tanpa myelin: berkaitan dengan pembuluh darah.
4. Pulp Stones (denticles): terkadang terlihat pada jaringan pulpa. Merupakan massa dentin
yang terkalsifikasi lengkap dengan tubulus dan process. Pulp stones bisa tidak melekat
pada dinding luar pulpa atau melekat pada pertemuan dentin-pulpa.
6.
II.
Bentuk dan Ukuran Gigi-geligi Anterior Permanen Dilihat dari Lima Aspek
A. Rahang Atas
a. Gigi Insisivus 1
7. Ciri Umum:
8.
9. GAMBAR
10. KETERANGAN
A
11.
12.
L
14. - Panjang (dari garis
tertinggi pada cervical
line sampai titik
terendah pada incisal
ege): 10 to 11 mm
15. - Lebar (Mesiodistal;
jarak antara titik
kontak): 8-9 mm
13.
Meskipun umumnya
permukaan labial cembung
pada cervical
third,beberapagigi memiliki
bagian middle dan incisal yang
rata.
16.
17.
Terdapat 4 tonjolan:
19. 1. Mesial marginal
ridge
20. 2. Distal marginalridge
21. 3. Incisal ridge
22. 4. Cingulum yang
cukup menonjol di
daerah cervical
18.
Terkadang terdapat
linguogingival groove yang
memisahkan cingulum dengan
lingual fossa.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
mesial dengan
perbedaan:
31.
32.
Outline: triangular.
I
mesio-distal
33.
Ukuran mesio-distal
permukaan lingual lebih sempit
dari permukaan labial
34.
35.
36.
37.
b. Gigi Insisivus 2
38.
Umum:
Mahkota insisiv lateral memiliki sudut yang lebih besar dari gigi
permanen yang lain
Insisiv lateral maksila memiliki akar yang lebih kerucut dan relatif
halus dan lurus tetapi lebih mengarah ke distal
39.
40.
41.
42.
43.
44.
As
45. Gambar
46. Keterangan
47.
59.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
La
63.
62.
Li
65.
Di
66.
68.
75.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
Ins
77.
c. Gigi Caninus
78.
Ciri Umum:
Eye teeth
79.
80.
A
82.
sentral incisor
84.
85.
86.
87.
88.
90.
91.
92.
DI
93.
94.
IN
95.
96.
97.
B. Rahang Bawah
a. Gigi Insisivus 1
98.
Ciri Umum:
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
b. Gigi Insisivus 2
147.
Ciri umum :
149.
151.
Ciri
Aspe
k
150.
152.
LAB
Titik kontak mesial berada di 1/3 incisal sedangkan distal di 1/3 incisal
A
L
153.
154.
155.
156.
158.
157.
LIN
Akar sempit
159.
160.
161.
162.
Outline lingual dari titik pertemuan korona dan akar cembung, cekung,
cembung, sehingga korona terlihat langsing pada bagian 1/3 tengah dan
MES
1/3 insisal.
I
A
Edge membundar dan terletak lingual dari poros gigi. Hal ini yang
membedakan I2 bawah dengan gigi anterior atas kecuali hawk bill
insicor.
Outline akar pada 1/3 servikal dan tengah servikal ke bawah lurus. Pada
1/3 apikal, outline meruncing ke bawah dengan apeks bundar pada
poros gigi.
163.
164.
165.
167.
Hampir sama dengan mesial, hanya saja garis servikal lebih mendatar
166.
Dista
l
168.
169.
Insis
al
170.
Tampak asimetris
Tepi insisal tidak tepat bersudut dengan garis pembagi dua mahkota dan
akar labiolingual
Poros akar labiolingual dari gigi insisivus central dan lateral mandibula
tetap hampir sejajar dalam processus alveolar, meskipun insisal ridge
tidak segaris
171.
172.
173.
174.
distoincisal angle lebih bundar, dan kurva cementoenamel junction sisi mesial
lebih jelas.
175.
176.
c. Gigi Caninus
177.
Aspek labial :
o Permukaan labial pada caninus mandibulae lebih halus dan
cembung
o Lebih tidak terlihatnya labial ridge di caninus mandibulae
daripada pada caninus maksila
o Pada 1/3 insisal, permukaan mahkota tampak cembung, namun
lebih rata mesial daripada labial ridge, dan bahkan lebih rata
distal daripada ridge.
o Mahkota terlihat lebih panjang dan sempit dibanding caninus
maksila.
o Sisi distal mahkota tampak sedikit cekung pada cervical third
dan cembung padabagian tengah.
o Cusp ridge pada caninus mandibula membentuk sudut yang
lebih tumpul
o Mesial cusp ridge tampak hampir horizontal dibandingkan
dengan distal cusp ridgenya yang lebih panjang.
o Area kontak mesial dari caninus mandibula posisinya lebih
insisal dibanding dari caninus maksila, sesuai dengan mesial
cusp ridgenya yang lebih horizontal.
Aspek lingual :
o Pada oklusi nomal, lingual ridge dan fossa cenderung tidak
terlalu terlihat
o Cingulum biasanya rendah, tidak terlalu menonjol, dan tidak
terlalu jelas dibandingkan maksila
o Cingulum terletak secara distal dari garis axis pada akar
o Marginal ridge dan lingual ridge tidak terlalu jelas, dan banyak
dari permukaan lingualnya terlihat lebih halus daripada caninus
maksila
o Akar biasanya cembung pada permukaan lingualnya dan lebih
sempit di bagian mesiodistal pada separuh permukaan lingual
daripada permukaan labial
Aspek mesial :
o Bagian incisal mahkota lebih lebih pipih secara labiolingual
sehingga cusp tampak lebih tajam dan cusp ridge tampak lebih
ramping
o Cusp tip mendekati sejajar garis tengah akar
Aspek distal :
o Mirip seperti mesial namun dimensinya terlihat lebih kecil
o Kontak area lebih ke arah servical pada incisal junction
Aspek insisal :
o Dimensi labiolingual dari caninus mandibula biasanya lebih
besar daripada mesiodistal.
o Cusp tip dari caninus mandibula terletak di dekat pusat
labiolingual, atau pusat dari lingual.
o Tinggi kontur cingulum berada di tengah atau sedikit ke distal
dari garis tengah
o Outline mahkota lebih simetris dari maksila, tetapi mahkota
labial sisi mesial lebih cembung sedangkan distal lebih datar
Diastema adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi yang
182.
Pada beberapa kasus satu atau lebih gigi insisif mengalami rotasi
183.
gigi insisif sentral. Diagnosa ditegakkan berdasarkan observasi dan atau dengan
cara pemeriksaan secara langsung yang disebut blanch test, caranya dengan
mengangkat bibir atas kearah depan atas dengan ibu jari dan telunjuk kedua
tangan. Bila normal, jaringan ikat frenulum tidak mengalami peregangan
sehingga
tidak ada
jaringan
yang
pucat,
tetapi
apabila
perlekatan frenulum rendah dan atau tempat insersi lebih lebar dari kondisi
normal, maka jaringan ikat frenulum yang tertarik akan meregang dan pucat.
Hal ini terjadi karena perlekatannya berada pada jaringan lunak diantara gigi
insisif sentral dan bahkan sampai ke palatum.
184.
185.
186.
Diagnosa pasti dari gigi supernumerer di median line yang disebut juga
atau oklusal, terkecuali apabila gigi supernumerer tersebut telah erupsi kedalam
rongga mulut. Lebih sering terjadi pada gigi rahang atas dibandingkan dengan
gigi rahang bawah, dan lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
5. Kehilangan gigi insisif lateral secara kongenital
196.
gigi yang tidak berkembang untuk mengalami dan keluar ke dalam rongga
mulut. Berdasarkan penelitian bahwa 4% dari seluruh populasi mengalami
kehilangan gigi secara kongenital. Gigi insisif lateral rahang atas berada pada
urutan kedua. Diagnosa ditentukan berdasarkan gambaran radiografis.
Pada saat insisif sentral permanen rahang atas erupsi biasanya selalu
199.
kegagalan pada saat pertumbuhan dan perkembangan, dimana terdapat sisa dari
jaringan efitelial yang membatasi kedua tulang palatum. Berdasarkan
pemeriksaan histologis terdapat jaringan ikat dan jaringan efitelial diantara
tulang palatum. Diagnosa ditentukan berdasarkan gambaran radiografi, dimana
septum tulang diantara gigi insisif sentral rahang atas berbentuk W.
200.
tercantum di atas faktor yang paling sering adalah perlekatan frenulum yang
abnormal. Sedangkan yang paling jarang terjadi yaitu penutupan median line
yang tidak sempurna.
201.
Diastema yang terjadi sebagai akibat dari gigi insisif lateral yang
203.
204.
205.
206.
207.
menghilangkan diastema yang terjadi. Hal ini dapat dilakukan dengan alat
ortodonti lepasan dengan memakai pegas terbuka (Z-spring) dan atau dengan
alat cekat. Selain itu dilakukan juga pemutusan jaringan periodontal
supracrestal untuk hasil yang lebih baik supaya tidak terjadi relaps. Dapat juga
dilakukan dengan over rotasi untuk
209.
pencegahan relaps.
3. Perlekatan frenulum yang abnormal.
210.
median line sampai mencapai kontak yang benar, diharapkan dengan kontaknya
gigi insisif sentral tersebut maka jaringan ikat frenulum akan teresobsi oleh
tekanan dari gigi insisif sentral, tetapi apabila alat ortodonti baik yang lepasan
ataupun yang cekat telah dilepas dan terjadi lagi relaps atau terdapat celah
kembali. Prosedurnya diulang kembali dan lalu kemudian dilakukan frenektomi
untuk memotong jaringan ikat frenulumnya. Jaringan scar (keloid) apabila ada
akan membantu sebagai retensi.
4. Gigi sepernumerer di median line.
211.
212.
mesial menempati ruang yang tersedia untuk gigi insisif lateral. 2. membuka
ruang untuk gigi insisif lateral, yang selanjutnya dilakukan pembuatan protesa
untuk gigi insisif lateral. Kesemuanya itu tergantung dari : usia pasien, bentuk
gigi C, posisi gigi C, keinginan pasien, kedalaman gigitan, keserasian
hubungan gigi C dengan gigi insisif sentral.
6. Diastema pada saat pertumbuhan normal
213.
Bila hal ini terjadi pada saat usia pertumbuhan dan perkembangan
yaitu sekitar usia 8-11 tahun, hanya dilakukan observasi. Karena bila diastema
berkisar antara 2mm atau kurang nanti akan tertutup dengan sendirinya bila
gigi kaninus telah tumbuh. Perawatan penutupan celah disini hanya karena
orang tua pasien yang merasa penampilan anaknya kurang baik.
7. Penutupan median line yang tidak sempurna
214.
Tetapi disini jaringan ikat dan epitelial yang berada diantara celah dikeluarkan
sampai bersih. Bila tidak dikeluarkan secara bersih maka akan terjadi celah
kembali. apabila semua faktor penyebabnya telah diketahui secara pasti, baru
kemudian dilakukan penutupan diastema sentral dengan menggerakkan gigi
insisif sentral rahang atas ke median line baik mempergunakan alat cekat
berupa breket ataupun dengan mempergunakan alat lepasan berupa pegas koil.
Setelah itu baru dilanjutkan dengan perawatan liannya bila memang diperlukan,
misalnya bedah, konservasi dan atau prostodonti.
215.
IV.
air.
Membuat sifat radiopaque dengan penambahan heavy metals seperti
amin organic stabil dalam suhu ruangan selama tidak terpapar cahaya.
Dalam hal ini, initiatornya adalah DMAEMA(dimetilaminoetil
metakrilat) dan akseleratornya adalah amin organik.Self-cured
menggunakan reaksi kimia yang menginisiasi dan mengakselerasi.
Initiator
berupa
benzoyl
peroksida
dan
akselerator
berupa
amin organik.
B. Cara Polimerisasi
a. Self-cured
226. Terpolimerisiasi pada suhu rongga mulut. Biasa disediakan
dalam syringe atau tuba pasta dan dipisah dengan katalis.
Inisiator:benzoyl peroksida Akselerator: amin organic.
b. Light-cured
227. Terpolimerisasi pada paparan cahaya biru. Memiliki berbagai
warna dan disimpan dalam bentuk syringes, compules, atau spills.
Syringe terbuat dari plastik opaque untuk mencegah material terpapar
cahaya.
C. Klasifikasi Resin Komposit berdasarkan Ukuran, Bentuk, dan Distribusi
Filler
a. Macrofills
228. Merupakan komposit awal/tradisional. Filler berupa bentuk
spherical atau irregular yang besar dan berdiamter 20-30m. Hasilnya
komposit sedikit opaque dan tidak tahan terhadap wear.
b. Hybrid dan Microhybrid komposit
229. Hybrid komposit mengandung 2 macam filler yang digabung
menjadi satu:(1)Fine partikel dengan ukuran 2-4 m (2) 5- 15%
microfine partikel 0,04-0,2m. Microhybrid komposit mengandung
fine partikel (0,04-1m) yang dicampur dengan microfine silika. Fine
partikel didapatkan dengan grinding glass. Hybrid dan microhybrid
memiliki resistensi wear dan sifat mekanis yang cocok untuk menahan
stress. Namun ia akan kehilangan polish permukaannya seiring dengan
berjalannya waktu sehingga menjadi kasar dan kusam.
c. Nanokomposit
230. Nanoteknologi merupakan produksi material fungsional pada
range 1 - 100 nm dengan berbagai metode fisika dan kimia. Ada 2
jenis:
Nanofills
231.
Mengandung partikel berukuran nanometer ( 1 100
nm) pada matriks resin. Ada 2 jenis:
232.
nanofilled
sejati.
Keuntungan
dan
fungsi
nanokomposit.
235.
1. Menciptakan material yang translusen
236.
2. Karena partikel filler kecil, makan dapat berikatan
molekul dengan resin matriks.
D. Reaksi Polimerisasi Resin Komposit
237.
Polimerisasi metakrilat komposit berupa reaksi adisi radikal
bebas. Ada 3 tahap dalam reaksi:
1. Inisiasi
238. Reaksi polimerisasi self-cured diinisiasi pada suhu rongga
mulut oleh inisiator peroksida dan akselerator amin. Sementara
pada lightcured komposit dipicu oleh cahaya biru. Menghasilkan
RADIKAL BEBAS.
2. Propagasi
239. Terjadi penambahan secara cepat, molekul monomer lainnya
pada active center yang berisi radikal bebas sehingga menghasilkan
rantai polimer yang meluas(makin panjang polimer).
3. Terminasi
240. Saat sudah mencapai massa molekul tertentu, radikal bebas
diterminasi dan reaksi berakhir.
E. Sifat Komposit
a. Working dan setting time
241. Working time diambil sebagai waktu ketika panas eksoterm
dari reaksi pencampuran material menyebabkan peningkatan suhu.
Working time biasanya sekitar 90 detik. Setting time diartikan sebagai
waktu untuk mencapai ujung temperatur pada reaksi setting eksoterm.
Setting time tidak lebih dari 5 menit. Untuk light-cured composite,
polimerisasi dimulai ketika komposit terpapar sinar. Pengerasan terjadi
beberapa detik setelah paparan sinar light-curing. Setting reaction
celah
kecil
yang
bisa
dilalui
saliva
atau
245.
kecil dari komposit dengan partikel mirkon karena volume gesek dari
polimer mirkon lebih kecil, sehingga komposit dengan partikel hibrid
menahan sedikit pemuaian ketika terkena air. Kualitas dan stabilitas
dari silane coupling agent penting dalam minimalisasi penurunan
ikatan antara filler dan polimer serta jumlah penyerapan air. Dalam
pengukuran higroskopik, pemuaian dimulai 15 menit setelah mulainya
polimerisasi, mayoritas resin membutuhkan 7 hari untuk mencapai
keseimbangan dan 4 hari untuk memperlihatkan pemuaian.
e. Kelarutan
246. Kelarutan air pada komposit beragam. Kurangnya intensitas
cahaya dan durasi bisa menghasilkan kurangnya polimerisasi terutama
pada bagian dalam. Kurangnya polimerisasi pada komposit memiliki
penyerapan dan kelarutan air yang lebih besar. Silikon larut dalam
jumlah besar ketika 30 hari pertama penyimpanan di air dan menurun
dengan waktu paparan. Komposit mikrofile menyerap silikon lebih
lambat dan memperlihatkan peningkatan jumlah selama 30hari kedua.
Boron, barium, dan strontioum yang ada pada glass filler, diserap
dalam berbagai derajat dari berbagai sistem resin-filler.
f. Warna dan Stabilitasnya
247. Komposit tahan terhadap perubahan warna karena oksidasi
tetapi rentan terhadap stain. Warna dan pencampuran shades penting
untuk kecocokan klinis pada restorasi estetik. Komposit moderen
terdiri dari beberapa opacity sehingga memungkinkan hasil estetik
lebih baik untuk membangun restorasi. Perubahan warna dan
kecocokan shades dengan struktur gigi adalah alasan untuk mengganti
restorasi. Perubahan warna juga bisa terjadi karena oksidasi dan hasil
perubahan air pada matriks polimer dan interaiksinya dengan polimer
sites yang tidak bereaksi dan tidak digunakannya initiator atau
akselerator. Komposit bisa berubah warna melalui 3 cara yaitu:
i. Marginal discoloration
248.
Marginal discoloration biasanya terjadi pada celah
margin antara restorasi dan jaringan gigi. Debris membuat celah
dan menyebabkan marginal stain. Jika margin pada enamel masih
bisa diperbaiki dengan penggunaan teknik acid-etch bounding ke
enamel. Ikatan antara acid-etched enamel dan komposit cukup kuat
strength
penting
karena
adanya
gaya
253.
257.
Etching enamel dan dentin dengan larutan asam fosfat 34%-37% atau
gel asam selama 30 detik lalu basuh asam dengan air dan keringkan.
Enamel akan terlihat lebih kusam.
Dispensing
o Light cured Composite: keluarkan sedikit komposit pada paper
pad. Pengaturan setting time dilakukan untuk memperhatikan
komposit
dengan
satu
restorasi
dan
menampung
penyusutan polimerasi.
o Self and Dual-Cured Composite: Syringe pertama berisi peroksida
atau katalis lain dan syringe lainnya berisi akselerator amina.
Campurkan kedua bahan selama 20-30 detik. Gunakan spatula
plastik/kayu karena metal spatula dapat menyebabkan abrasi dan
diskolorisasi komposit
Penumpatan
o Peletakkan komposit pada kavitas preparasi dapat dengan
berbagai cara:
Polimerasi
Light-cured composite: waktu pemaparan bergantung pada tipe lightcuring unit dan tipe,kedalaman, shade pada komposit. Durasi berkisar
20-60 detik untuk restorasi dengan ketebalan 2mm. Semakin gelap
restorasi semakin lama waktu pemaparan.
261.
Microfilled Composites
262. Komposit ini direkomendasikan untuk restorasi kelas 3 dan
kelas 5, dimana pulasan tinggi dan estetika penting. Komposit ini
terdiri dari dimethacrylate resins dengan 0,04 micrometer coloidal
silica fillers dan prepolymerized resins, yang terkadang terisi dengan
silika koloid. Total inorganic filler 32%-50% dari volume. Komposit
ini rendah dalam menyerap air dan lebih mudah memuai daripada
microhybrid composite atau nanocomposite. Berdasarkan jumlah
prepolymerized resin, penyusutan bisa lebih banyak daripada
mikrohibrid atau nanocomposite.
Packable Composites
263.
Packable
Flowable Composite
264. Komposit ini berciri viskositas rendah,modulus elastisitas
rendah, direkomendasikan untuk digunakan pada lesi di servikal,
restorasi gigi sulung, dan berbagai restorasi kecil lainnya. Komposisi
terdiri dari dimethacrylate resin dan inorganic fillers dengan ukuran
partikel 0.4-3.0 mikrometer dan filler loading 42%-53% dari volume.
Generasi terbaru flowable composit mengandung partikel nanofiller.
Laboratory Composite
Provisional Composite
267. Komposit ini menjaga posisi gigi yang sudah dipreparasi,
mengiolasi persiapan, melindungi margin, diagnosis dan perencanaan
pengobatan, serta membantu untuk evaluasi kebutuhan estetik.
Provisional inlays, crown, dan fixed partial dentures biasanya dibuat
dari akrilik atau komposit. Bahan komposit lebih keras, kaku, dan
warna lebih stabil.
Setting reaction dari material ini melibatkan reaksi yang bersifat asam
Dissolution
273. Ketika liquid dan bubuk dicampur, asam akan bereaksi dengan
gelas, terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan ion-ion pada
permukaan gelas (aluminium, kalsium, natrium, dan fluor) akan
terlepas, sehingga pada permukaan gelas hanya tersisa silica. Silica
tersebut bereaksi dengan ion hydrogen yang terlepas dari gugus
air.
Hardening
275. Konsentrasi ion aluminium mulai meningkat signifikan dan
terjadi pembentukan crosslink antara ion aluminium dan gugus
karboksil. Pada tahap ini, terjadi crosslink yang makin kuat akibat
terbentuknya aluminium salt bridges yang memberikan final strength
pada material GIC.
4-10 menit setelah mixing terjadi pembentukan rantai kalsium
yang mengakibatkan fragile &highly souble in water (water
loss&water in)
24 jam setelah mixing: alumunium terikat pada matriks semen
(rantai alumunium) menjadi strong&insoluble yang merupakan
physical properties
C. Reaksi Pengerasan Resin-modified Ionomer
1 Reaksi pengerasan dengan terjadinya reaksi asam-basa antara bubuk
2
semen.
Reaksi antara garam logam poliakrilat dengan resin hingga menbentuk
1
-
2
-
dapat diperpanjang dengan cara mengaduk GIC di atas slab yang dingin.
278.
Sifat Termal
Termal difusi dan koefisien termal ekspansi untuk GIC terbukti lebih dekat
3
-
bahan restorasi.
Paling kuat dibandingkan dengan semen yang menggunakan bubuk zinc
oxide, tetapi brittle, sehingga tidak dapat dipakai pada gigi posterior.
Bond strength lebih rendah dibandingkan dengan komposit, tetapi klinis
4
5
-
6
-
282.
Adhesion
GIC dapat berikatan langsung dengan dentin ataupun enamel. Sifat
adhesive terhadap enamel lebih bagus daripada dentin, yaitu enamel dua
7
-
Material preparation
a Powder dan liquid dikeluarkan dengan jumlah yang tepat pada
paper pad dan mixing slap. Lebih baik gunakan pad yang dingin
dan kaca slap yang kering tujuannya untuk menghambat reaksi
dan memperpanjang working time. Tetapi kaca slap tidak harus
lebih dingin dibandingkan titik embun.
Material placement
a Bahan dimasukkan sedikit demi sedikit ke bagian kavitas yang
terdalam terlebih dahulu dengan ujung instrumen yang kecil atau
dengan menggunakan syringe yang khusus lalu dikondensasikan.
b Restorasi dibentuk sesuai dengan anatomis gigi.
c Setelah restorasi ditempatkan dan diukur konturnya dengan
benar, permukaan harus dilindungi dari saliva dengan
menggunakan varnish agar tidak terjadi kontaminasi selama
pengerasan.
289.
Campuran glass ionomer yang disiapkan adalah
hygroscopic dimana campuran tersebut menyerap air dari sekitar
lingkungan. Setelah material placement, permukaan GIC harus
dilindungi dengan matix plastic selama sekitar 5 menit untuk
melindungi material dari kehilangannya air selama intial setting
time ( jangka waktu air ditambahkan dengan cement).
290.
291.
FIGURE 14-17 Two
powder-liquid type II
restorative GICs. A,
Twobottlesystem for
hand mixing. B,
Capsule for
trituration (GC Fuji
Triagecapsule).
292.
293.
294.
295.
296.
297.
B
Resin-Modified Glass
Ionomers / Hybrid
Ionomers
a Powder dan liquid dikeluarkan dengan jumlah yang tepat pada
b
paper pad
Bubuk dibagi menjadi 2 bagian dan salah satu bagian dicampur
dengan liquid untuk menghasilkan campuran seperti susu yang
f
g
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
DAFTAR PUSTAKA
313.
Ash, Nelson. Wheelers Dental Anatomy, Physiology and Occlusion: Ninth Edition.
K. Avery, James dan J. chiego, Daniel. 2006. Essentials of Oral Histology and
Embryology. United State of America: Elsevier.
Mary B, Margaret JF. 2011. Illustrated Dental Embryology, Histology, and Anatomy.
United State of America: Elsevier.
Rakosi T, et al. Color atlas of dental medicine: orthodontics diagnosis. Georg Thieme
Verlag, Stuttgart: Thieme Medical Publisher, Inc.; 1993.
Sakaguchi, Ronald L. and Powers, John M. Craigs Restorative Dental Material, 13th
ed. Mosby Elsevier.
314.
315.
316.
317.
318.