SKENARIO 3
Disusun oleh:
Ana Mardlianah
(1506669160)
Bernike Davitaswasti
(1506729462)
Claritasha Adienda
(1506668662)
(1506669021)
(1506668605)
Fatin Fadillah
(1506739463)
(1506736202)
(1506739513)
(1506727942)
(1506669186)
(1506731422)
IKGK I - KELOMPOK 7
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan HinayahNya yang sudah Ia anugerahkan
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai hasil dari
diskusi kami, dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Kami berterima
kasih kepada dosen, pembimbing, serta fasilitator kami untuk bimbingannya selama
kami berdiskusi dan dalam proses pembelajaran kami.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan, untuk juga dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah ini karena pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena
itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan baik pendapat,
kritik, maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Depok, 19 September 2016
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasien perempuan 20 tahun dating ke klinik RSGM karena merasanya giginya
berlubang. Pasien merasa gigi sebelah kanan bawah mlai terasa ngilu bila
makanan manis. Pada gigi belakang terlihat warna kehitaman pada permukaan
gigi. Pada pemeriksaan intra oral terlihat gigi 46 terdapat karies pada permukaan
oklusal. Pada seluruh gigi belakang bawah terlihat pit fissure yang halus. Terlihat
plak pada region 3,4 dan kalkulus pada region 3,4 anterior. Pemeriksaan resiko
karies yaitu hidrasi lebih dari 60 detik dengan pH saliva dan plak 6, Minum
memakai gula lebih dari 2 kali, menyikat gigi 1 kali sehari dan OHIS 2,4.
Pasien ini membawa keponakannya yang berusia 6 tahun. Keponakannya
sering mengeluh bila makan pada permukaan giginya banyak kemasukan
makanan, sehingga pasien jadi malas makan karena sisa makanan tidak bisa
dibersihkan hanya dengan kumur-kumur tapi harus selalu disikat giginya. Namun
saat ini tidak ada giginya yang sakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perawatan invasive dan non invasive?
2. Apa yang dimaksud dengan pulp capping?
3. Bagaimana rencana perawatan karies pada gigi posterior anterior site 1?
(liner/basis)
4. Apa saja material perawatan untuk kasus ini beserta indikasinya? (sealant,
restorasi)
5. Bagaimana pemeriksaan risiko karies? (mekanisme pH, makanan, OHIS)
6. Megapa gigi anak yang berlubang tidak terasa sakit?
7. Bagaimana proses remineralisasi interna dan eksterna? (bahan dan proses)
1.3 Sasaran Belajar
1.Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan klinis untuk menjelaskan macammacam upaya perawatan karies gigi sesuai konsep intervensi minimal serta
menentukan prognosisnya
2. Analisis kasus sesuai dengan hasil identifikasi factor risiko karies untuk
menentukan diagnosis dan rencana perawatan invasive dan non invasive
3. Menjelaskan dan melakukan manajemen perawatan karies gigi yaitu dengan
perawatan non invasive dan invasive sesuai konsep intervensi minimal
4. Menjelaskan analisis dan melakukan perawatan non ivasif yaitu
menghilangkan plak, control diet, perbaikan fungsi saliva, penggunaan fluor,
penggunaan anti bakteri, penggunaan pit and fissure sealant
5. Memilih material restorasi sesuai indikasi dan menjelaskan alas an pemilihan
tersebut serta penatalaksanaan
6. Menjelaskan macam, komposisi, sifat dan cara pemakaian material restorasi
anterior, posterior site I sesuai dengan intervensi minimal (preparasi minimal)
BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan Non Invasif
Perawatan non invasif merupakan tindakan atau upaya operator tanpa menghilangkan
atau membuang jaringan gigi pasien. Perawatan non invasif bersifat preventif atau
menghentikan progres terjadinya karies. Perawatan non invasif pada gigi dapat berupa
penambalan
topical
application
untuk
membantu
proses
remineralisasi,
pengaplikasian pit and fissure sealant untuk mencegah bakteri melekat pada
permukaan pit dan fisur. Serta mencegah kolonisasi bakteri yang berlebihan dalam
rongga mulut dengan klorheksidin.
Perawatan Invasif
Manajemen
kemungkinan
karies
baru
pada
pasien
atau
dalam
Caranya adalah dengan sikat gigi pagi dan malam, menggunakan pasta gigi
berfluoride, mouth rinse, dan dental floss.
2. Mengedukasi pasien
Menjelaskan penyebab karies agar pasien sadar untuk ikut serta mencegah
karies dan jelaskan juga arti pencegahan. Caranya dengan menjelaskan
etiologi karies, pengaturan diet, dan mengukur Oral Hygiene.
3. Remineralisasi lesi nonkavitas
Lesi white-spot pada enamel dan pada dentin (non-kavitas) masih dapat
berhenti ataupun dikembalikan lagi (reversible).
4. Intervensi operatif minimal lesi berkavitas
Tindakan operatif hanya boleh dilakukan ketika lesi sudah tidak dapat
dihentikan dan bersifat irreversible (udah berbentuk kavitas), atau saat ingin
mengembalikan fungsi dan estetik gigi.
5. Memperbaiki restorasi yang rusak
Restorasi yang rusak tidak dibongkar secara keseluruhan, hanya diperbaiki
bagian yang rusak saja.
Prinsip MID
1. Recognition
Identifikasi dini dan penilaian potensi faktor risiko karies melalui analisis
lifestyle, penilaian/pengujian saliva, dan tes diagnostik plak.
2. Reduction
Meinimalisasi faktor risiko karies.
3. Regeneration
Menghentikan atau mengembalikan lesi.
4. Repair
Tindakan operatif untuk perbaikan sebagai pilihan terakhir.
Strategi menjaga gigi bebas dari karies terdiri atas: a) deteksi dini karies dan
evaluasi risiko; b) remineralisasi email dan dentin yang terdemineralisasi; c) tindakan
preventif karies yang optimal; d) intervensi infasif minimal dan; e) memperbaiki
tumpatan, bukan menggantinya.
1.
2.
3.
4.
2) Konsistensi dari saliva yang tidak terstimulasi (melihat penampakan floor of the
mouth pasien- kepala posisi menunduk
4) Laju aliran saliva terstimulasi (pasien mengunyah wax 5 menit, mengambil sample
saliva selama 30 detik dalam cup- bisa untuk bacteria count dan tingkat buffering
saliva)
Diet
Fluoride
Oral Biofilm
Perbedaan warna staining-komposisi plak (menggunakan disclosing gel)
Komposisi plak (bakteri dikultur dan diberi natrium bikarbonat selama 48 jam)
Riwayat Medis
Ketidakmampuan (cacat)
2. Bersihkan plak pada permukaan oklusal menggunakan sikat gigi atau floss jika
diperlukan.
3. Letakan cotton roll pada bukal vestibulum
4. Bersihkan kelebihan/buih saliva bisa menggunakan air spray
5. Pemeriksaan visual pada permukaan basah
6. Keringkan permukaan selama 5 detik
7. Pemeriksaan visual pada permukaan kering
Kode Karies menurut ICDAS
D0 = Permukaan gigi normal, Tidak ada bukti karies setelah pengeringan permukaan
gigi selama 5 detik, apabila ada Mulitiple stains, berarti ada kebiasaan seperti minum
kopi atau teh terus-menerus. Tidak ada cacat pada area kontak dengan gigi
sebelahnya.
D1 = Perubahan visual awal pada enamel. Pada keadaan basah tidak terlihat apa-apa,
namun ketika kering terlihat diskolorasi enamel (lesi kering) terbatas pada pit dan
fissure
D2 = Perubahan yang jelas terlihat pada enamel. Pada keadaan basah/kering terlihat
diskolorasi enamel, white spot lesion, atau diskolorisasi seperti brown spot yang leb
ih luas dari pit & fissure dan tidak konsisten dengan kondisi enamel. Menunjukkan
demineralisasi dengan kedalaman kavitas <0,1 mm (lesi basah)
D3 = Kerusakan awal pada enamel dan tidak melibatkan dentin, dan dalam keadaan
basah, lesi coklat/putih lebih luas dari fissure, ketika kering tampak struktur gigi
sedikit hilang namun dentin belum terekspos. Menunjukkan demineralisasi dan
kedalaman kavitas <0,5 mm.
D4 = Enamel tidak meng alami kavitasi, namun terdapat bayangan yang berasal dari
dentin. Bayangan dapat berwarna abu-abu, biru, atau coklat. Kavitas lebih dalam dari
kode 3, namun tidak ada dentin terekspos
D5 = Kavitas terlihat jelas dan telah mencapai dentin, dan dapat terlihat pada area
antara restorasi dengan struktur gigi. Luas regangan kavitas >0,5 mm.
D6 = Kavitas jelas dan ekstensif serta dentin terekspos dan mencapai pulpa, terdapat
struktur gigi yang hilang. Dapat melibatkan setengah permukaan gigi dan mungkin
melibatkan pulpa.
.
Diagnosa ICDAS dan hubungannya dengan perawatan non-invasif
1. Jika kode karies 0, 1, 2 dan 3 maka tidak dibutukan perawatan tambahan,
pasien cukup dianjurkan untuk menjaga tetap menjaga dan mempertahakan
kebersihan mulutnya seperti rajin menggosok gigi, menggunakan mothwash,
pengaturan diet dan lifestyle, remineralisasi, penghentian demineralisasi,
penggunaan sealant dan flour.
2. Jika kode karies menunjukkan 4,5 dan 6 maka dibutuhkan pencegahan
tersier dengan minimal surgical, traditional surgical, perawatan saluran akar
bahkan ekstraksi.
Penanganan Karies berdasarkan ICDAS:
Ada beberapa tahapan untuk rencana perawatan yaitu:
1) Pemeriksaan subjektif berdasarkan faktor risiko karies pasien
2) Pemeriksaan objekif berdasarkan bukti klinis klinis pada pasien: penilaian
level dari proses dan aktivitas karies.
3) Pembuatan keputusan berdasarkan pilihan pasien, pengalaman dokter gigi dan
faktor lainnya.
4) Rencana perawatan:
Rencana preventif primer (non invasif)
demineralisasi.
Fluoride meningkatkan
resistensi
enamel
dari
keadaan
asam
dan
pada anak. Walaupun begitu, masih ada sedikit proporsi sepanjang umur yang akan
tetap memiliki risiko tinggi karies walaupun telah diberikan fluoride. Jumlah fluoride
pada gigi dapat ditingkatkan dengan aplikasi penggunaan obat kumur, gel, atau
varnish. Fluoride topical lebih efektif dalam menghambat karies pada permukaan
halus tetapi kurang efektif pada bagian fisura ataupun interproksimal karena sulitnya
pembuangan plak.
Efek utama dari fluoride dapat dirasakan ketika digunakan secara topical
Agar efeknya tahan lama makan pengeksposan fluoride harus dilakukan secara
kontinyu
Fluoride tidak menunjukan banyak pengaruh pada tahap inisiasi lesi karies tapi
dapat sangan menghambat laju perkembangannya.
Sumber fluoride dari makanan biasanya terdapat pada makanan laut dan teh.
Pada ikan, kulit dan tulangnya memiliki kadar fluoride yang tinggi. Konsumsi the
yang tidak ditambahkan gula akan memberikan efek. Di rumah, fluoride digunakan
dalam pasta gigi dan obat kumur. Dapat diaplikasikan oleh dokter gigi melalui
varnish, cairan topical dan gel.
Pemberian fluoride dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu sistemik dan topical.
1. Pemberian fluoride melalui sistemik yaitu diperoleh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi.
Contoh : fluoridasi air minum , pemberian fluor melalui makanan, pemberian fluor
dalam bentuk obat-obatan
Dengan cara ini disebut juga dengan efek pre-erupsi melalui penggabungan
kosentrasi tinggi fluoride dengan struktur apatit gigi berkembang.
Kebersihan intraoral
Kosentrasi ion fluoride
Waktu
Durasi: minimal 3 menit
Ion fluoride berasal dari permukaan glass powder dan ditahan oleh matriks
silica hydrogel. Ion fluoride bukan merupakan structural dari matriks dan kira-kira
ukuran dan mobilitasnya sama dengan ion hydroksil. Ini berarti bahwa pertukaran
fluoride dapat terjadi, tergantung nilai gradient dari ion fluoride yang tersedia di
lingkungan oral. Pelepasan fluoride normalnya terjadi dari matriks menuju lingkungan
yang membtuhkan tapi pada keadaan dimana kosentrasi fluoride tinggi dimulut,
seperti saat pengaplikasian fluoride topical, fluoride dapat diambil ke dalam semen
lagi. Oleh sebab itu, SIK disebut sebagai fluoride reservoir.
Anti Mikrobial
1. Chlorhexidine
Chlorhexidine
Adalah
cationic
polybiguanide
(C22H30Cl2N10 ).
Chlorhexidine telah terbukti menjadi bahan terapi yang paling efektif sebagai
agen kontrol plak karena dapat menempel pada permukaan gigi dan oral
mukosa pada konsentrasi tinggi selama berjam jam. Aspek negative pada
penggunaan rutin chlorhexidine adalah kecenderungan adanya stain dan plak
yang tersisa.
Chlorhexidine mempunyai efek bactersidal dengan cepat dan
2. Triclosan
Triclosan adalah C12H7Cl3O2.Triclosan mengandung bahan hidrofobik
dan hidrofilik. Agar triclosan mejadi bahan yang efektif, copolymer,
polyvinyl-methyl-ethyl maleic acid (PVM/MA), atau zinc sitrat digunakan
sebagai tambahan formula. Pada dosis tinggi bersifat bactericidal, pada dosis
rendah bersifat bakteriostatik dengan menekan produksi asam lemak bakteri.
Triclosan biasa ditemukan pada pasta gigi (colgate) dengan konsentrasi 0.3%
3. Xylitol
Xylitol adalah C5H12O5 Xylitol adalah gula alkohol dengan 5 atom
karbon, dan pentitol. Xylitol bukanlah bahan asam sehingga bahan ini dapat
menjadi bahan anti karies.Xylitol adalah gula alcohol yang tidak dapat
terfermentasi yang mempunyai ligan tridentate (H-C-OH)3 yang dapat
berinteraksi dengan ca2+ membuat remineralisasi meningkat
Akibat bentuknya yang mirip dengan gula dengan enam karbon, xylitol
tetap dapat masuk ke sel mikroba, namun sel akan penuh tidak menyisakan
tempat untuk gula lain sehingga proses petumbuhan, reproduksi, dan produksi
asam oleh bakteri terhambat
Xylitol tersedia dalam bentuk permen, contoh Lotte Xylitol (>50% kandungan
4.
xylitol)
Pit and Fisure Sealant
Karies pada oklusal yang banyak terjadi pada anak-anak menjadi latar belakang
digunakannya pit and fissure sealant.(Permukaan oklusal gigi sulung 5 kali lebih
rentan terhadap karies dibandingkan proksimaldan 2 kali lebih rentan dibandingkan
permukaan facial/lingual)
Sealant memiliki 3 efek preventif :
Sealant mengisi pit dan fissure secara mekanis dengan resin yang tahan asam.
Karena pit dan fissure telah terisi, maka mencegah pertumbuhan S.Mutans dan
organisme kariogenik lainnya pada daerah oklusal
Mempermudah pembersihan gigi dengan sikat gigi
Fungsi sealant :
Kontraindikasi :
Tidak direkomendasikan untuk pasien tanpa tanda-tanda lesi karies yang
progresif
GIC Sealant
1. Memilih gigi dengan pit dalam dan
Resin Sealant
1. Pit dan fissure dibersihkan dengan
2. Pemberian disclosing
4. Pasien berkumur
3.Isolasi gigi
antibakteri.
gigi
atau belum
- Penyesuaian dilakukan bila terdapat yang dietsa hingga waktu etsa telah
cukup.
. Pembilasan dengan air selama 60 detik
7. Pengeringan dengan udara setelah
pengetsaan permukaan pit dan fisura
Cek keberhasilan pengetsaandengan
mengeringkannya dengan udara,
permukaan yang teretsa akan tampak
lebih putih
Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa
8. Aplikasi bahan sealant
Self curing: campurkan kedua bagian
komponen bahan, polimerisasi akan
terjadi selama 60-90 detik.
Light curing: aplikasi dengan alat
pabrikan (semacam syringe), aplikasi
penyinaran pada bahan, polimerisasi akan
terjadi dalam 20-30 detik.
9. Evaluasi permukaan oklusal
Cek oklusi dengan articulating paper
Penyesuaiandilakukan bila terdapat
kontak berlebih (spot grinding)
Semen Liners
Liners adalah lapisan tipis dari suatu bahan sebagai pelindung dentin terhadap
iritasi kimia. Selain sebagai isolator, liners juga berfungsi sebagai penutup tubuli
dentin dan bahan adhesif untuk tumpatan amalgam. Dari berbagai macam liners,
saat ini yang dianggap memberikan hasil terbaik adalah RMGIC untuk tumpatan
resin komposit dan GIC Konvensional untuk tumpatan amalgam.
Fungsi
Melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi
keluar dari restorasi atau cairan rongga mulut yang dapat menembus interface
gigi-restorasi
Perlindungan thermal
Medikasi pulpa
Sifat
Konsistensi
Konsistensi liners adalah cair. Liners lebih soluble dalam cairan rongga mulut
dibandingkan zincphospate dan adhesive cement. Liners dapat menyediakan
thermal insulator terhadappulpa jika lapisannya tebal, namun tidak disarankan
apabila ketebalannya lebih besar dari 0,5 m,
Strength
Compressive strength liners sangat rendah, yakni 6,5- 14,3 MPa setelah 10
menit, namun akan meningkat setelah 24 jam penambalan, yakni 9,8-26,8
MPa. Tensile strength liners sangat rendah, yakni 1,0 MPa
Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas liners adalah 0,4 GPa sehingga liners digunakan pada area
yang tidak critical untuk mendukung restorasi.
Kelarutan
Kelarutan cavity varnish cukup tinggi, yakni 0,4-7,8%.
Setting time
Setting time liners adalah 2,5-5,5 menit.
pH
pH memiliki pH basa, yakni 9,2-11,7.
digunakan
liners
dan
sebagai
sebagai
bahan
kuat,
maka
dapat
terjadinya
Indikasi dari semen ini biasanya digunakan sebagai lining pada kavitas
yang dalam dibawah material silika dan resin. Tidak seperti semen
eugenol yang tidak memberi efek pada restorasi dan membentuk barrier
kimia yang efektif terhadap asam dan monomer.
Semen kalsium hidroksida ini juga dapat digunakan sebagai bahan pulp
capping direk karena semen ini biokompatibel untuk diaplikasikan dekat
pulpa dan mampu membunuh bakteria yang tersisa pada indirect pulpcapping. Selain itu, semen ini juga dapat menginisiasi kalsifikasi dan
pembentukan lapisan dentin sekunder pada dasar kavitas.
Manipulasi
Semen kalsium hidoksida memiliki dua komponen pasta. Kedua pasta
diletakkan bersebelahan dengan jumlah sedikit dan perbandingan sama di
atas paper pad atau glass slab, kemudian dicampur dengan gerakan
memutar. Campuran segera diambil dengan instrument berujung bulat lalu
diletakkan hanya pada permukaan dentin dekat pulpa secara merata
dengan ketebalan
0.5 mm.
Sifat-sifat
Dapat diaplikasikan di dekat pulpa
Mampu membunuh bakteri yang tersisa pada indirect pulp-capping
Dapat menginisiasi kalsifikasi dan pembentukan lapisan dentin
sekunder pada dasar kavitas
Glass ionomer cement merupakan material restorative berbasis air dan merekat
sendiri(self
Adhesive)
yang
fillernya
berupa
gelas
reaktif
yang
disebut
fluoroluminosilikat glass dan matriksnya berupa polimer atau kopolimer dari asam
karboksilat. Reaksi settingnya termasuk reaksi asam-basa.
Powder Calcium Fluroalumino silicate glass
Silica: 41.9%
Alumina : 28.6%
Aluminum fluoride : 1.6%
Calcium fluoride :15.7%
Sodium Fluoide : 9.3 %
Aluminum phosphate : 3.8 %
Strontium,barium or zinc oxide provide radio opacity
Liquid Asam poliakrilik, Asam tartaric,Air
Sifat-sifat GIC
a. Working dan Setting time
Dapat diatur dengan mengkombinasikan komposisi gelas, ukuran partikel, dan
penggunaan asam tartaric.
b. Sifat termal
GI memilki difusivitas termal dan koefisen ekspansi termal yang mendekati dentin.
Oleh karena itu,material ini cocok untuk memberikan insulasi dari thermal shock,
terutama untuk digunakan sebagai liners dan bases. Produk RMGI yang komposisi
resinnya lebih rendah memilki koefisien ekspansi termal yang ebih rendah.
c. Strength
Kurang kuat dibandingkan dengan resin komposit
d. Hardness
Kurang keras dibandingkan dengan resin komposit namun resin-modified glass
ionomer lebih tahan terhadap wear daripada resin komposit.
e. Fluoride ion release and uptake
Merupakan karakteristik yang menguntungkan dari GI, baik conventional maupun
resin modified adalah material ini bertindak sebagai reservoir (penampungan) ion
fluor. Fluor dilepaskan melalui mekanisme pertukaan ion dari material. Material ini
juga bertindak sebagai reservoir ion fluor pada lingkungan oral
dengan
Langkah Restorasi
Shade Selection
Sebelum melakukan preparasi ataupun isolas area kerja, dilakukan pemilihan
warna atau shade selection terlebih dahulu untuk menghasilkan estetis yang lebih
baik. Pemilihan warna setelah pemakaian rubber dam biasanya dapat merubah warna
warna gigi karena biasanya rubber dam dapat memantulkan warnanya pada gigi.
Material GIC dapat berubah warna ketika proses setting. Biasanya, warna GIC
pada saat fully set lebih tua sedikit dibandingkan dengan pada saat penumpatan.
Cavity Preparation
Preparasi kavitas pada restorasi menggunakan material GIC adalah dengan
menggunakan prinsip minimal intervention. Minimal intervention, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya merupakan teknik preparasi dengan membuang jaringan karies
saja tanpa membuang jaringan yang masih sehat sehingga dapat mempertahankan
struktur gigi yang maksimal. Pada dentin yang terkena karies, jaringan yang dibuang
hanya infected dentin saja tanpa harus mengekskavasi affected dentin karena
affectedd dentin masih dapat remineralisasi. Digunakan prinsip preparasi ini
dikarenakan material GIC tidak memerlukan retensi mekanik terhadap jaringan gigi
sehingga tidak harus membuang terlalu banyak jaringan.
Pada ummnya, preparasi kavitas dengan material GIC tidak memerlukan
pembuatan undercuts, tetapi pada beberapa kasus seperti pada restorasi dengan stress
yang tinggi, pembuatan undercuts dapat menguntungkan. Selain itu, cavosurface
margin harus butt jointed dan tidak di-bevel.
Isolation
Walaupun material GIC bersifat hidrofilik, disarankan mengisolasi area
preparasi untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik karena kontaminasi dari darah
dan saliva dapat mengurangi ikatan dengan jaringan gigi dan mengurangi estetis.
Preparation of the Dentinal Surfaces
Proteksi Pulpa
Pada kavitas yang terlalu dalam sehingga terdapat mikroexposure terhadap
pulpa, direkomendasikan menggunaan kalsium hidroksida sebagai liner. Liner
aplikasikan pada pulpal ascpets pada kavitas yang sudah dipreparasi.
Dispensing, Mixing, and Insertion
Pada GIC dengan sistem powder-liquid, langkah pertama adalah mengetuk
botol bubuk dan liquid untuk memastikan bubuk tidak memadat dan idak ada
gelembung udara pada liquid. Bubuk lalu diambil dengan sendok takar dan dibuang
kelebihannya. Liquid diteteskan (sebanyak satu tetes) pada paper pad dengan posisi
tegak lurus dengan paper pad. Bubuk dibagi menjadi dua bagian dan dicampur secara
inkremental dengan waktu mixing 20 detik. Mixing dilakukan dengan gerakan melipat
searah. Setelah homogen, kumpulkan dengan spatula GIC dan tempatkan pada plastic
filling untuk ditumpatkan pada kavitas gigi.
Material tidak boleh terkena kontaminasi saliva pada saat penginsersian,
setting, dan finishing. Area penumpatan harus kering, tetapi tidak boleh terlalu kering.
Finishing and Polishing
Pada saat material masih belum set sepenuhnya dan ikatannya dengan gigi
masih lemah, dilakukan pembuangan kelebihan material. Kelebihan material yang
banyak dibuang menggunakan instrumen yang tajam. Pembuangan material ini
dilakukan dengan arah menuju ke gigi, dan tidak boleh sebaliknya. Instrumen yang
digunakan untuk finishing adalah stone putih atau flexible disc yang diberikan
petroleum jelly atau vaseline. Disarankan finishing dilakukan 24 jam setelah
penumpatakn karena material GIC masih belum set seutuhnya. Langkah terakhir
finishing adalah pembuangan material dengan fine diamond atau 12-bladed tungsten
carbide bur dan dilakukan dengan air.
Surface Protection
Restorasi GIC harus diberikan selapis varnish setelah penumpatan untuk
menghindari material dari dehidrasi dan kontaminasi saliva.
MACAM BAHAN PIT FISSUR SEALANT DAN APLIKASINYA
(TATALAKSANA) DAN MATERIAL PREVENTIF LAINNYA (CPP APP,
FLOURIDE)
PIT AND FISSURE SEALANT
Pit dan fissure adalahbagian di permukaan oklusalgigi yang rentanterkenakaries Hal
inidikarenakanbentuk pit fissure gigi yang dalamdantidakberarturanmemicumudahnya
debris
tersangkutdipermukaangigitersebutdanmenjadisubstratbagibakterikariogenikuntuktum
buhdanberkembangbiak.
Olehkarenaitu, saatiniduniakedokterangigimelakukanpenutupan pit fissure yang
merupakanmetodesangatefektifuntukpencegahankariesgigi, yang dikenaldenganPit &
Fissure Sealant.
Pit & fissure sealant memilikipengaruhpentingterhadappreventifkaries :
1. Sealant secaramekanismengisi pit & fissure denganbahan resin yang
tahanasam
2. Sealant menghambatmasuknya streptococcus mutandanorganismekariogenik
yang lain kedalam pit & fissure
3. Sealant
membuatdaerah
pit
&
fissure
lebihmudahdibersihkanolehsikatgigidannyamanuntukpengunyahan
Indikasi Pit Fissure Sealant
Etsa Enamel :
A. Enamel rods yang belum teretsa
B. Enamel rods teretsa, membentuk
sejumlah microundercut
C. Resin bonding agent berikatan
dengan
microundercuts,
membentuk resin tag untuk
perlekatan mekanik pada gigi
D. Material komposit berikatan secara
kimia dengan resin bonding agent.
b. Etsapada dentin
Mempersiapkan intertubulus yang mengandung serabut
kolagen yang akan berikatan dengan resin bonding
Etsa dentin pengeringan sebatas lembab berkisar 60-70%
sehingga kandungan airnya cukup.
Tidak boleh terlalu kering di antara sabut kolagen
didapatkan air sehingga pengeringan lebih dari 15 detik
menyebabkan air akan menguap dan mengakibatkan :
serabut kolagen tidak dapat berdiri tegak (kolaps)
ikatan hidrogen terputus sehingga kolagen akan
kolaps, menyusut, gugus amino kolagen tertutup di
antara struktur sekunder kolagen
5. Washing
- Washing and drying of the etched tooth surface
- The etched enamel is dried using a compressed airstream that is free of oil
contaminants
- The dry etched enamel should exhibit the characteristic frosty appearance
- The use of a dentin-bonding agent is alsoadvantageous on the buccal
surfaces of molars, whichtraditionally have shown a lower retention rate
than the occlusal surfaces of teeth.
6. Aplikasi Sealant
- The manufacturer's instructions should be followed (chemical cured
sealant / visible light cure sealant).
- The sealant is applied tothe prepared surface in moderation and then
gentlyteased with a brush or probe into the pits and grooves
- Careful application will avoid incorporation of air bubbles.
- Care should also be takento avoid applying large amounts of the sealant
material.
7. Check of Occlusal Interferences
- Articulating paper should be used to check for occlusalinterferences and
the occlusion adjusted if necessary
- If a filled sealant has been used, it is essential to adjustthe occlusion before
the patient is dismissed.
8. Reevaluation
- It is important to recognize that sealed teeth should beobserved clinically
at periodic recall visits to determinethe effectiveness of the sealant.
- Periodic recall and reapplication of sealants is necessary, because it is
estimatedthat between 5% and 10% of sealants need to be repaired or
replaced yearly.
- If a sealant is partially orcompletely lost, any discolored or defective old
sealantshould be removed and the tooth reevaluated.
- A new sealant can be applied using the method previously described
Perawatan Invasif Karies Site 1
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, karies site 1 adalah karies yang
terletak pada bagian occlusal gigi posterior, khususnya pada bagian pit dan fissure.
Selain pada posterior, site 1 juga bisa digunakan untuk menggambarkan defek pada
permukaan enamel gigi ataupun pada pit cingulum gigi anterior. Karies site 1 ini dapat
disamakan pula dengan karies kelas 1 yang diklasifikasikan oleh Black.
Walaupun terletak di tempat yang sama, akan tetapi perawatan yang diberikan
akan berbeda-beda tergantung dari keadaan kariesnya. Oleh karena itu digunakan pula
ukuran size untuk bisa menggambarkan besar perluasan karies dan treatment apa yang
harus diberikan. Beberapa contoh penangan pada karies site 1 ini adalah:
Site 1, Size 0
Size 0 berarti belum adanya kavitas,
maksimal hanya berupa white spot. Oleh karena itu,
perawatan yang tepat dilakukan adalah bentuk
preventif supaya lesi yang ada tidak berkembang
menjadi karies.
Site 1, Size 1
Size 1 berarti sudah adanya lubang kecil
pada suatu bagian pit/fissure. Pertama-tama,
kavitas harus dipreparasi menggunakan highspeed bur fine tapered diamond point. Penetrasi
cukup dilakukan sampai kavitasnya terlihat saja.
Setelah itu, dinding kavitasnya dibersihkan dari
jaringan yang infected menggunakan small round
bur. Restorasi yang dilakukan dapat cukup
berupa sealant dengan material GIC setelah
sebelumnya diberi conditioner berupa asam
poliakrilat dengan kandungan 10%. GIC ini digunakan karena sifatnya adhesive dan
dapat melakukan fluoride release.
Site 1, Size 2
Kavitas yang ada sudah mengenai
seluruh fissure sehingga preparasinya harus
menggunakan small round bur untuk bisa
membuang semua jaringan yang infected.
Kavitas yang terjadi dapat juga disebabkan oleh
kerusakan pada restorasi yang lama. Jika
begitu, preparasinya adalah menggunakan highspeed tungsten carbide bur. Material restorasi
yang digunakan umumnya adalah GIC atau bisa juga dengan resin komposit.
Resin komposit ini biasanya digunakan jika gigi yang bersangkutan memiliki
beban oklusi yang besar. Penumpatannya pun tetap harus menggunakan teknik
incremental. Pertama-tama, kavitas dipreparasi sampai margin enamel baik dan
dibevel secukupnya. Setelah itu, diberikan etching asam selama 15 detik, bersihkan,
dan keringkan. Setelah kering, jangan lupa untuk mengaplikasikan enamel bonding
agent baru kemudian RK ditumpat secara incremental, yaitu teknik berlapis. Setelah
disesuaikan dengan anatomi aslinya, maka RK akan di light cure dan setelah itu
dicarving lagi dan dipoles. Jangan lupa untuk mengecek apakah oklusi yang terjadi
sudah baik atau belum.
Site 1, Size 3
Size 3 adalah sebutan
menggambarkan
karies
yang
mengenai satu cusp atau sudah
undermine. Preparasi yang dilakukan
menggunakan small round bur
membuka kavitas dan round bur
untuk
sudah
terjadi
adalah
untuk
untuk
membuang jaringan infected. Sama seperti size 2 diatas, bila terdapat kavitas baru di
tempat yang pernah ditambal, maka material tumpatan yang lama akan dibuang
dengan menggunakan tungsten carbid bur. Jika kavitasnya cukup dalam, maka
biasanya digunakan pula indirect pulp caping, yaitu material yang bisa membantu
melindungi pulpa.
Setelah kavtias dipreparasi, yang harus diaplikasikan pertama kali adalah
liner/basis, umumnya berbahan GIC. Dokter akan melihat perubahan pasien selama
kurang lebih 12 minggu dan dievaluasi. Setelah itu, barulah dilakukan penumpatan
dengan tumpatan yang sesungguhnya.
Dilihat dari kekuatannya, tentu saja amalgam paling baik digunakan.
Site 1, Size 4
Kavitas dikatakan size 4 apabila kavitas yang
ada sudah mengenai lebih dari 1 cusp. Gigi akan
dipreparasi terlebih dahulu, setelah itu baru ditumpat.
Selain menggunakan bahan tumpatan umum, karies
dengan ukuran sebesar ini dapat juga ditangani
dengan pembuatan inlay/crown.
Mekanisme Ngilu pada karies
Rangsang pada email diteruskan ke dentin bagian
luar,kemudiankanalikuli dentin sampai ke reseptor. Rangsang pada serabut saraf
berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh
serabut saraf
Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi rahang atas:
1. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi anterior.
2. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri gigi dari
gigi premolar dan akar mesiobukal molar pertama.
3. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi
molar kecuali akar mesiobukal molar pertama.Serabut saraf lebih banyak bercabang
pada kamar pulpa dibandingkan saluranakar, dengan perbandingan 1:3.
Percabangan serabut saraf semakin meningkat padaujung tanduk pulpa. Reseptor
sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis nosiseptor,yaitu ujung saraf bebas
bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini terletak di predentin,hubunganpulpadentin dan subodontoblas.Serabut saraf sensorik yang masuk ke dalam pulpa
merupakan sistem serabutsaraftrigeminal yaitu berasal dari ganglion trigeminalis
(ganglion semilunarisGasseri).
Serabut saraf bermielin ini masuk ke pulpa melalui foramen apikal. Serabut
saraf bermielin yang besar terdapat di daerah kamar pulpa akan bercabang menjadi se
rabutsaraf yang lebih kecil dan menyebar ke arah koronal dan perifer gigi. Serabut
saraf kemudian bercabang di daerah subodontoblas dan membentuk suatu sistem saraf
yangmenyerupai suatu anyaman yang disebut
plexus of Raschkow
. Pada daerah ini, serabutsaraf akan melepaskan selubung mielinnya dan berjalan
melalui
Zoneof Weil
. Serabutsaraf tersebut akan berjalan mengelilingi prosesus odontoblas dan berakhir
sebagaireseptor pada predentin
Bab IV.
Referensi
Frencken JE dkk. 2012. Minimal Intervention Dentistry (MID) for Maintaining
Dental CariesA Review. Int Dent J.
Mounts GJ, Hume WR. 2006. Preservation and Restoration of Tooth Structure.
Mosby.
Kidd. Essentials of Dental Caries 3rd Edition. 2005.
Anusavice, Kenneth J et al. Phillips' Science Of Dental Materials.
Noort R. Introduction To Dental Materials. Edinburgh: Mosby/Elsevier; 2007.
Sakaguchi RL, Powers JM. 2012. Craigs restorative dental materials. 13th ed.,
Philadelphia: Elsevier.,
Sturdevant, C.M. 2002. The Art and Science of Operative Dentistry. 4th ed. The C.V
Mosby Company. St.Louis.
McDonald, R.E. Avery, D.R., Dean, J.A. 2004. Dentistry for The Child and
Adolescent. 8th ed. The C.V Mosby Company. St. Louis