Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH ILMU KEDOKTERAN GIGI KLINIK I

SKENARIO 3

Disusun oleh:
Ana Mardlianah

(1506669160)

Bernike Davitaswasti

(1506729462)

Claritasha Adienda

(1506668662)

Destri Shofura Gusliana

(1506669021)

Dhira Rama Haidar Prakasita

(1506668605)

Fatin Fadillah

(1506739463)

Muhammad Adnan Fanani

(1506736202)

Muhammad Satrio Prabowo

(1506739513)

Nadhira Dewi Hanana

(1506727942)

Ninda Putri Wahyuni

(1506669186)

Valencia Audrey Halim

(1506731422)

IKGK I - KELOMPOK 7
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS INDONESIA
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan HinayahNya yang sudah Ia anugerahkan
sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini sebagai hasil dari
diskusi kami, dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Kami berterima
kasih kepada dosen, pembimbing, serta fasilitator kami untuk bimbingannya selama
kami berdiskusi dan dalam proses pembelajaran kami.
Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca dalam administrasi pendidikan dalam profesi
keguruan, untuk juga dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Lepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada
makalah ini karena pengalaman yang kami miliki masih sangat kurang. Oleh kerena
itu, kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan baik pendapat,
kritik, maupun saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Depok, 19 September 2016

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pasien perempuan 20 tahun dating ke klinik RSGM karena merasanya giginya
berlubang. Pasien merasa gigi sebelah kanan bawah mlai terasa ngilu bila
makanan manis. Pada gigi belakang terlihat warna kehitaman pada permukaan
gigi. Pada pemeriksaan intra oral terlihat gigi 46 terdapat karies pada permukaan

oklusal. Pada seluruh gigi belakang bawah terlihat pit fissure yang halus. Terlihat
plak pada region 3,4 dan kalkulus pada region 3,4 anterior. Pemeriksaan resiko
karies yaitu hidrasi lebih dari 60 detik dengan pH saliva dan plak 6, Minum
memakai gula lebih dari 2 kali, menyikat gigi 1 kali sehari dan OHIS 2,4.
Pasien ini membawa keponakannya yang berusia 6 tahun. Keponakannya
sering mengeluh bila makan pada permukaan giginya banyak kemasukan
makanan, sehingga pasien jadi malas makan karena sisa makanan tidak bisa
dibersihkan hanya dengan kumur-kumur tapi harus selalu disikat giginya. Namun
saat ini tidak ada giginya yang sakit.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perawatan invasive dan non invasive?
2. Apa yang dimaksud dengan pulp capping?
3. Bagaimana rencana perawatan karies pada gigi posterior anterior site 1?
(liner/basis)
4. Apa saja material perawatan untuk kasus ini beserta indikasinya? (sealant,
restorasi)
5. Bagaimana pemeriksaan risiko karies? (mekanisme pH, makanan, OHIS)
6. Megapa gigi anak yang berlubang tidak terasa sakit?
7. Bagaimana proses remineralisasi interna dan eksterna? (bahan dan proses)
1.3 Sasaran Belajar
1.Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan klinis untuk menjelaskan macammacam upaya perawatan karies gigi sesuai konsep intervensi minimal serta
menentukan prognosisnya
2. Analisis kasus sesuai dengan hasil identifikasi factor risiko karies untuk
menentukan diagnosis dan rencana perawatan invasive dan non invasive
3. Menjelaskan dan melakukan manajemen perawatan karies gigi yaitu dengan
perawatan non invasive dan invasive sesuai konsep intervensi minimal
4. Menjelaskan analisis dan melakukan perawatan non ivasif yaitu
menghilangkan plak, control diet, perbaikan fungsi saliva, penggunaan fluor,
penggunaan anti bakteri, penggunaan pit and fissure sealant
5. Memilih material restorasi sesuai indikasi dan menjelaskan alas an pemilihan
tersebut serta penatalaksanaan
6. Menjelaskan macam, komposisi, sifat dan cara pemakaian material restorasi
anterior, posterior site I sesuai dengan intervensi minimal (preparasi minimal)

BAB II
PEMBAHASAN
Perawatan Non Invasif
Perawatan non invasif merupakan tindakan atau upaya operator tanpa menghilangkan
atau membuang jaringan gigi pasien. Perawatan non invasif bersifat preventif atau
menghentikan progres terjadinya karies. Perawatan non invasif pada gigi dapat berupa
penambalan

topical

application

untuk

membantu

proses

remineralisasi,

pengaplikasian pit and fissure sealant untuk mencegah bakteri melekat pada
permukaan pit dan fisur. Serta mencegah kolonisasi bakteri yang berlebihan dalam
rongga mulut dengan klorheksidin.
Perawatan Invasif

perawatan karies dengan tujuan menyembuhkan (kuratif) atau rehabilitative dengan


restorasi untuk mengontrol plak. Apabila pasien tidak dapat membersihkan plak dari
kavitasnya, maka perlu perawatan restorative agar proses karies tidak berlanjut. Selain
itu, alasan lain untuk perawatan restorative adalah:
1. merestorasi gigi sebelum demineralisasi semakin parah dan kavitas membesar
sehingga sulit direstorasi
2. gigi sudah sangat sensifit terhadap panas, dingin, dan manis
3. saat pulpa sudah terancam atau bahaya terkena karies
4. usaha-usaha sebelumnya untuk menghentikan lesi gagal dan progres lesi
berlanjut terus (hal ini perlu observasi selama beberapa bulan bahkan tahun)
5. drifting sampai kehilangan titik kontak
6. untuk estetika
Menurut Fejerskov dalam buku Dental Caries the Disease and its Clinical
Management, non-operative treatment dan operative treatment harus jalan
berdampingan. Hal tersebut terjadi karena setelah dilakukan operative treatment perlu
pemeliharaan restorasi dengan non-operative treatment. Lalu, terjadinya karies atau
kavitas dapat dicegah prosesnya dengan manajemen karies, tetapi metabolisme dari
biofilm tidak dapat dihentikan sehingga demineralisasi terus berlanjut. Tetapi, selagi
masih bisa dilakukan penghentian proses karies lebih baik dilakukan perawatan noninvasif.
Manajemen Karies
Manajemen karies menurut ICMSS adalah rencana perawatan karies personal untuk
mengelola status risiko karies pasien serta mengelola karies dengan tepat.
1. pengelolaan status risiko
pengelolaan status risiko dapaat berdasarkan saran dokter untuk perawatan di
rumah ataupun kegiatan klinis. Orang-orang berisiko rendah dijelaskan dan
disarankan untuk mempertahankan gigi yang berlesi awal, sementara orangorang yang berisiko sedang sampai tinggi disarankan untuk control klinis
secara rutin dan juga focus pada perubahan perilaku untuk mengurangi faktor
risiko penyebab karies
2. pengelolaan lesi
pengelolaan lesi bergantung pada diagnosis lesi individual, seperti pada lesi
awal (intial lesion) biasanya dirawat dengan non-operative care of lesion
(NOC). Sementara lesi moderat atau luas biasanya dirawat dengan tooth

preserving operative care (TPOC).


Manajemen karies memiliki tiga elemen, yaitu:

Pencegahan karies baru


Non-operative care of lesion (NOC)
Tooth preserving operative care (TPOC)

Manajemen karies tersebut meliputi:

Manajemen

kemungkinan

karies

baru

pada

pasien

atau

dalam

perkembangannya (status risiko)


Manajemen lesi karies individu dengan perawatan terkait karies saat aktif dan
menentukan pilihan perawatan sesuai dengan tingkat keparahannya

Konsep Intervensi Minimal menurut Fdration Dentaire Internationale (FDI)


Intervensi minimal pada bidang kedokteran gigi (Minimal Intervention
Dentistry, selanjutnya disingkat MID) adalah reaksi/jawaban dari perlakuan
bedah/operatif yang tradisional dari proses manajemen karies yang dilakukan
berdasarkan konsep operatif dari G.V. Black. MID adalah sebuah filosofi yang
mencoba untuk memastikan bahwa gigi dipertahankan fungsionalitasnya. Istilah ini
tidak terbatas hanya pada manajemen karies, tetapi juga dapat diaplikasikan pada
bidang kesehatan mulut lainnya, seperti periodontologi dan bedah mulut.
Konsep intervensi minimal menurut FDI dalam manajemen karies gigi antara
lain:
1. Evaluasi faktor risiko karies
Karena karies dental merupakan penyakit infeksi, fokus utamanya adalah
mengontrol infeksi, kontrol plak, dan mengurangi makanan karbohidrat.

Caranya adalah dengan sikat gigi pagi dan malam, menggunakan pasta gigi
berfluoride, mouth rinse, dan dental floss.
2. Mengedukasi pasien
Menjelaskan penyebab karies agar pasien sadar untuk ikut serta mencegah
karies dan jelaskan juga arti pencegahan. Caranya dengan menjelaskan
etiologi karies, pengaturan diet, dan mengukur Oral Hygiene.
3. Remineralisasi lesi nonkavitas
Lesi white-spot pada enamel dan pada dentin (non-kavitas) masih dapat
berhenti ataupun dikembalikan lagi (reversible).
4. Intervensi operatif minimal lesi berkavitas
Tindakan operatif hanya boleh dilakukan ketika lesi sudah tidak dapat
dihentikan dan bersifat irreversible (udah berbentuk kavitas), atau saat ingin
mengembalikan fungsi dan estetik gigi.
5. Memperbaiki restorasi yang rusak
Restorasi yang rusak tidak dibongkar secara keseluruhan, hanya diperbaiki
bagian yang rusak saja.
Prinsip MID
1. Recognition
Identifikasi dini dan penilaian potensi faktor risiko karies melalui analisis
lifestyle, penilaian/pengujian saliva, dan tes diagnostik plak.
2. Reduction
Meinimalisasi faktor risiko karies.
3. Regeneration
Menghentikan atau mengembalikan lesi.
4. Repair
Tindakan operatif untuk perbaikan sebagai pilihan terakhir.
Strategi menjaga gigi bebas dari karies terdiri atas: a) deteksi dini karies dan
evaluasi risiko; b) remineralisasi email dan dentin yang terdemineralisasi; c) tindakan
preventif karies yang optimal; d) intervensi infasif minimal dan; e) memperbaiki
tumpatan, bukan menggantinya.
1.
2.
3.
4.

Deteksi dini karies dan evaluasi risiko


Remineralisasi email dan dentin yang terdemineralisasi
Tindakan preventif karies yang optimal
Intervensi infasif minimal

Memperbaiki tumpatan, bukan menggantinya.

Diagnosis Dini Dengan Pemeriksaan Faktor Karies


Diagnosis dini pemeriksaan faktor resiko karies bisa dilakukan dengan : pemeriksaan
saliva, diet, fluoride, oral biofilm, dan riwayat medis.
Pemeriksaan Saliva
1) Kemampuan kelenjar saliva minor dalam memproduksi saliva (dengan bantuan
tissue untuk melihat droplets saliva)

2) Konsistensi dari saliva yang tidak terstimulasi (melihat penampakan floor of the
mouth pasien- kepala posisi menunduk

3) pH unstimulated saliva (normal: pH 5.3-7.8)

4) Laju aliran saliva terstimulasi (pasien mengunyah wax 5 menit, mengambil sample
saliva selama 30 detik dalam cup- bisa untuk bacteria count dan tingkat buffering
saliva)

5) Kemampuan buffering saliva terstimulasi (dengan cara laju aliran saliva-gc


corp/vivadent)

Diet

Jumlah gula yang dikonsumsi setiap harinya

Jumlah asam yang dikonsumsi setiap harinya

Fluoride

Frekuensi pemaparan (past and present)

Oral Biofilm
Perbedaan warna staining-komposisi plak (menggunakan disclosing gel)

Komposisi plak (bakteri dikultur dan diberi natrium bikarbonat selama 48 jam)

pH plak (Menggunakan GC indicator- tunggu 5 menit)

Riwayat Medis

Obat yang mengandung gula

Obat yang mengakibatkan mulut kering

Radioterapi untuk daerah kepala dan leher o Sindrom Sjogren

Ketidakmampuan (cacat)

Diagnosis Karies menurut ICDAS (The International Caries Detection &


Assessment System)
Cara pemeriksaan ICDAS
1. Minta pasien untuk melepaskan alat removeable yang terpasang pada mulut pasien

2. Bersihkan plak pada permukaan oklusal menggunakan sikat gigi atau floss jika
diperlukan.
3. Letakan cotton roll pada bukal vestibulum
4. Bersihkan kelebihan/buih saliva bisa menggunakan air spray
5. Pemeriksaan visual pada permukaan basah
6. Keringkan permukaan selama 5 detik
7. Pemeriksaan visual pada permukaan kering
Kode Karies menurut ICDAS
D0 = Permukaan gigi normal, Tidak ada bukti karies setelah pengeringan permukaan
gigi selama 5 detik, apabila ada Mulitiple stains, berarti ada kebiasaan seperti minum
kopi atau teh terus-menerus. Tidak ada cacat pada area kontak dengan gigi
sebelahnya.
D1 = Perubahan visual awal pada enamel. Pada keadaan basah tidak terlihat apa-apa,
namun ketika kering terlihat diskolorasi enamel (lesi kering) terbatas pada pit dan
fissure

D2 = Perubahan yang jelas terlihat pada enamel. Pada keadaan basah/kering terlihat
diskolorasi enamel, white spot lesion, atau diskolorisasi seperti brown spot yang leb
ih luas dari pit & fissure dan tidak konsisten dengan kondisi enamel. Menunjukkan
demineralisasi dengan kedalaman kavitas <0,1 mm (lesi basah)

D3 = Kerusakan awal pada enamel dan tidak melibatkan dentin, dan dalam keadaan
basah, lesi coklat/putih lebih luas dari fissure, ketika kering tampak struktur gigi
sedikit hilang namun dentin belum terekspos. Menunjukkan demineralisasi dan
kedalaman kavitas <0,5 mm.

D4 = Enamel tidak meng alami kavitasi, namun terdapat bayangan yang berasal dari
dentin. Bayangan dapat berwarna abu-abu, biru, atau coklat. Kavitas lebih dalam dari
kode 3, namun tidak ada dentin terekspos

D5 = Kavitas terlihat jelas dan telah mencapai dentin, dan dapat terlihat pada area
antara restorasi dengan struktur gigi. Luas regangan kavitas >0,5 mm.

D6 = Kavitas jelas dan ekstensif serta dentin terekspos dan mencapai pulpa, terdapat
struktur gigi yang hilang. Dapat melibatkan setengah permukaan gigi dan mungkin
melibatkan pulpa.

.
Diagnosa ICDAS dan hubungannya dengan perawatan non-invasif
1. Jika kode karies 0, 1, 2 dan 3 maka tidak dibutukan perawatan tambahan,
pasien cukup dianjurkan untuk menjaga tetap menjaga dan mempertahakan
kebersihan mulutnya seperti rajin menggosok gigi, menggunakan mothwash,
pengaturan diet dan lifestyle, remineralisasi, penghentian demineralisasi,
penggunaan sealant dan flour.
2. Jika kode karies menunjukkan 4,5 dan 6 maka dibutuhkan pencegahan
tersier dengan minimal surgical, traditional surgical, perawatan saluran akar
bahkan ekstraksi.
Penanganan Karies berdasarkan ICDAS:
Ada beberapa tahapan untuk rencana perawatan yaitu:
1) Pemeriksaan subjektif berdasarkan faktor risiko karies pasien
2) Pemeriksaan objekif berdasarkan bukti klinis klinis pada pasien: penilaian
level dari proses dan aktivitas karies.
3) Pembuatan keputusan berdasarkan pilihan pasien, pengalaman dokter gigi dan
faktor lainnya.

4) Rencana perawatan:
Rencana preventif primer (non invasif)

Rencana preventif sekunder

Rencana operatif minimal (invasif)

Perawatan operatif lebih lanjut

Penilaian dan pemantauan ulang. (recall, reassasment, mentoring)

Bahan Fluoride dan Mekanisme Kerja Fluoride


Pada studi epidemiologi yang dilaksanakan Public Health Service US tahun
1942 mengambil sampel anak usia 12-14 tahun dan hubungannya dengan fluoride
yang mereka konsumsi. Hasilnya, karies ditemukan 50% lebih sedikit pada area yang
di-fluoridasi. Penelitian menjadi awal mula penambahan fluoride untuk masyarakat
untuk mencegah karies.
Lebih dari 50 tahun yang lalu sejak peran ion fluoride telah dihargai. Hal ini
menunjukan usaha untuk melengkapi kontak gigi dengan fluoride baik dengan
meningkatkan kadar fluorida dalam diet melalui fluoridasi buatan air minum,
menggabungkan dalam pasta gigi atau menerapkannya langsung ke permukaan gigi.
Aspek paling penting dalam pemberian fluoride adalah membantu mengontrol karies
kepada 50-80% orang yang terekspos dengan fluoride walaupun jumlah dan frekuensi
konsumsi karbohidrat tetap tidak berubah.
Pada keadaan yang general, fluoride bekerja memalui 3 cara.

Fluoride akan menghambat perkembangan lesi karies dengan mencegah proses

demineralisasi.
Fluoride meningkatkan

resistensi

enamel

dari

keadaan

asam

dan

meningkatkan proses normal remineralisasi dengan bereaksi dengan

hidroksiapatit membentuk fluoroapatit.


Kosentrasi tinggi dari fluoride akan menghambat proses metabolism bakteri
Keuntungan terbesar dari pemberian fluoride adalah pada prevalensi karies

pada anak. Walaupun begitu, masih ada sedikit proporsi sepanjang umur yang akan
tetap memiliki risiko tinggi karies walaupun telah diberikan fluoride. Jumlah fluoride
pada gigi dapat ditingkatkan dengan aplikasi penggunaan obat kumur, gel, atau
varnish. Fluoride topical lebih efektif dalam menghambat karies pada permukaan
halus tetapi kurang efektif pada bagian fisura ataupun interproksimal karena sulitnya
pembuangan plak.

Mekanisme kerja fluoride :


Mineral enamel tersusun dari kristal apatit yang terdiri dari ion (Ca 2+), fosfat
(PO43-), dan hidroksil-apatit atau Ca10(PO4)6(OH)2. Ketika fluor dikonsumsi dan
melekat pada enamel, akan terjadi reaksi permulaan terbentuknya endapan kalsium
fluorida (CaF2) di permukaan enamel. Tetapi, CaF2 dari kalsium fluorida tidak terikat
kuat dan secara bertahap akan terlepas. Kebanyakan CaF2 akan larut dan hilang dalam
beberapa jam setelah terapi, tetapi sebagian akan tetap diikat oleh enamel.
Setelah itu, terjadi pertukaran langsung antara ion OH- dan ion F yang
bergantung dari pH, dimana pada pH 4 reaksi akan berlangsung lebih cepat
dibandingkan reaksi pada pH 7, karena pada pH rendah akan terbentuk hasil berupa
ikatan kalsiumfosfat. Ion OH- kemudian bertukar dengan ion F dan membentuk
kristal fluoroapatit atau Ca(PO4)6F2. Enamel akan lebih terlindungi karena sifat
fluoroapatit yang lebih tahan asam.

Poin penting mengenai fluoride :

Efek utama dari fluoride dapat dirasakan ketika digunakan secara topical
Agar efeknya tahan lama makan pengeksposan fluoride harus dilakukan secara

kontinyu
Fluoride tidak menunjukan banyak pengaruh pada tahap inisiasi lesi karies tapi
dapat sangan menghambat laju perkembangannya.

Penyerapan sistemik dari fluoride pada saat pertumbuhan gigi dapat


menyebabkan fluorosis

Sumber fluoride dari makanan biasanya terdapat pada makanan laut dan teh.
Pada ikan, kulit dan tulangnya memiliki kadar fluoride yang tinggi. Konsumsi the
yang tidak ditambahkan gula akan memberikan efek. Di rumah, fluoride digunakan
dalam pasta gigi dan obat kumur. Dapat diaplikasikan oleh dokter gigi melalui
varnish, cairan topical dan gel.
Pemberian fluoride dapat dilakukan melalui 2 cara yaitu sistemik dan topical.
1. Pemberian fluoride melalui sistemik yaitu diperoleh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi.
Contoh : fluoridasi air minum , pemberian fluor melalui makanan, pemberian fluor
dalam bentuk obat-obatan
Dengan cara ini disebut juga dengan efek pre-erupsi melalui penggabungan
kosentrasi tinggi fluoride dengan struktur apatit gigi berkembang.

2. Pemberian fluoride secara topical yaitu diaplikasikan langsung ke struktur gigi


yaitu dengan topical application (pengolesan langsung fluor pada enamel dengan
gel, varnish) atau dengan enggunakan pasta gigi dan obat kumur berfluoride
Dengan cara ini, yang terjadi adalah efek post erupsi karena akan meningkatkan
kosentrasi fluoride dipermukaan gigi.

Factor yang mempengaruhi keefektifan pemberian fluoride :

Kebersihan intraoral
Kosentrasi ion fluoride
Waktu
Durasi: minimal 3 menit

Sasbel 5 -> Remineralisasi Interna oleh SIK


Remineralisasi interna adalah remineralisasi yang terjadi di dalam gigi yaitu
permukaan dinding kavitas, sehingga ada bahan restorasi yang bersifat terikat pada
struktur gigi dapat berperan dalam suplai remineralisasi.
Pada 1950an, telah disadari bahwa semen silikan melepas ion fluor. Pada
1976, glass ionomers juga diketahuin melepas ion fluor. Ion fluor keluar dari SIK
melalui proses pertukaran ion. Pertukaran ion hanya terjadi jika terdapat air. SIK
merupakan semen berbasis air sehingga cocok digunakan untuk material
remineralisasi.
Retensi SIK terhadap email dan dentin pada jaringan gigi yaitu dengan ikatan
fisiko-kimia. Ikatan kimianya berupa ikatan ion kalsium yang berasal dari jaringan
gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel dari semen ionomer kaca. Ion kalsium
dan gugus COOH akan membentuk ikatan hidrogen yang kuat dengan jaringan gigi.
SIK mengeluarkan ion fluor melalui proses pertukaran ion. Pertukaran ion
hanya terjadi jika terdapat air. Selain itu pada sisi restorasi, terdapat dua sisi yaitu
permukaan eksternal yang berkontak langsung dengan saliva dan permukaan yang
terisolasi dari lingkungan intraoral (inner). Pada permukaan eksternal telah jelas
bahwa keberadaan saliva akan memicu terjadinnya pertukaran ion. Pada permukaan
internal, pertemuan antara dasar kavitas dengan dentin akan basah karena cairan
dentin yang mengalir sehingga pertukaran ion dapat memberikan kontribusi
remineralisasi.

Ion fluoride berasal dari permukaan glass powder dan ditahan oleh matriks
silica hydrogel. Ion fluoride bukan merupakan structural dari matriks dan kira-kira
ukuran dan mobilitasnya sama dengan ion hydroksil. Ini berarti bahwa pertukaran
fluoride dapat terjadi, tergantung nilai gradient dari ion fluoride yang tersedia di
lingkungan oral. Pelepasan fluoride normalnya terjadi dari matriks menuju lingkungan
yang membtuhkan tapi pada keadaan dimana kosentrasi fluoride tinggi dimulut,
seperti saat pengaplikasian fluoride topical, fluoride dapat diambil ke dalam semen
lagi. Oleh sebab itu, SIK disebut sebagai fluoride reservoir.
Anti Mikrobial
1. Chlorhexidine
Chlorhexidine

Adalah

cationic

polybiguanide

(C22H30Cl2N10 ).

Chlorhexidine telah terbukti menjadi bahan terapi yang paling efektif sebagai
agen kontrol plak karena dapat menempel pada permukaan gigi dan oral
mukosa pada konsentrasi tinggi selama berjam jam. Aspek negative pada
penggunaan rutin chlorhexidine adalah kecenderungan adanya stain dan plak
yang tersisa.
Chlorhexidine mempunyai efek bactersidal dengan cepat dan

bacteriostatic dalam waktu yang lama


Retensi chlorhexidine dalam mulut diakibatkan adsorpsi oleh pelikel.
Efek bactericidal chlorhexidine muncul karena ikatan antara molekul

kation chlorhexidine dengan dinding sel bakteri bermuatan negative


Adanya bercak coklat pada gigi adalah karena desintegrasi membran

bakteri yang mengakibatkan denaturasi protein bakteri


Sedangkan bercak hitam adalah karena gugus disulfide pada saliva
berubah menjadi gugus thiol yang memunculkan ion besi (iron(III)).

Chlorhexidin tersedia dalam 2 bentuk, yaitu :


a. obat kumur (konsentrasinya 0.2%)

digunakan 2 kali sehari untuk

mengurangi jumlah bakteri plak dan mempertahankannya dalam kadar


rendah.
b. gel (konsentrasinya 2%)

digunakannya hanya 1 kali sehari, untuk

memperoleh efek antibacterial yang sama dengan obat kumur.


Chlorhexidine dapat menjadi paling efektif sebagai bahan antibakterial jika :
a. Berbahan dasar air.
b. Menggunakan gel 2% dua kali selama sehari, dengan jangka waktu pendek
untuk penggunaan efektif.
c. Menggunakan obat kumur 0,2% sehari untuk jangka waktu kontrol yang
lama.
d. Gunakan lebih dari sejam dari pemakaian pasta gigi, karena pada saat
menggosok gigi terjadi saponifikasi komponen soudium laurel sulfat yang
menghambat kerja chlorhexidine.
e. Gunakan pada saat sebelum tidur karena efek jangka lama.

2. Triclosan
Triclosan adalah C12H7Cl3O2.Triclosan mengandung bahan hidrofobik
dan hidrofilik. Agar triclosan mejadi bahan yang efektif, copolymer,
polyvinyl-methyl-ethyl maleic acid (PVM/MA), atau zinc sitrat digunakan
sebagai tambahan formula. Pada dosis tinggi bersifat bactericidal, pada dosis
rendah bersifat bakteriostatik dengan menekan produksi asam lemak bakteri.

Triclosan bekerja dengan berinteraksi dengan gen FabI yang


berpengaruh pada produksi asam lemak. Dengan interaksi triclosan FabI lebih
mudah bereaksi dengan NAD+ dan membentuk matriks FabI-NAD+-Triclosan
yang stabil sehingga produksi asam lemak terhambat dimana asam lemak
berperan pada produksi asam bakteri.

Triclosan biasa ditemukan pada pasta gigi (colgate) dengan konsentrasi 0.3%
3. Xylitol
Xylitol adalah C5H12O5 Xylitol adalah gula alkohol dengan 5 atom
karbon, dan pentitol. Xylitol bukanlah bahan asam sehingga bahan ini dapat
menjadi bahan anti karies.Xylitol adalah gula alcohol yang tidak dapat
terfermentasi yang mempunyai ligan tridentate (H-C-OH)3 yang dapat
berinteraksi dengan ca2+ membuat remineralisasi meningkat
Akibat bentuknya yang mirip dengan gula dengan enam karbon, xylitol
tetap dapat masuk ke sel mikroba, namun sel akan penuh tidak menyisakan
tempat untuk gula lain sehingga proses petumbuhan, reproduksi, dan produksi
asam oleh bakteri terhambat

Xylitol tersedia dalam bentuk permen, contoh Lotte Xylitol (>50% kandungan
4.

xylitol)
Pit and Fisure Sealant

Karies pada oklusal yang banyak terjadi pada anak-anak menjadi latar belakang
digunakannya pit and fissure sealant.(Permukaan oklusal gigi sulung 5 kali lebih
rentan terhadap karies dibandingkan proksimaldan 2 kali lebih rentan dibandingkan
permukaan facial/lingual)
Sealant memiliki 3 efek preventif :

Sealant mengisi pit dan fissure secara mekanis dengan resin yang tahan asam.
Karena pit dan fissure telah terisi, maka mencegah pertumbuhan S.Mutans dan
organisme kariogenik lainnya pada daerah oklusal
Mempermudah pembersihan gigi dengan sikat gigi
Fungsi sealant :

Mencegah karies pada gigi yang baru erupsi


Menahan pertumbuhan karies yang ada
Mencegah pertumbuhan bakteri pada fisura
Mencegah infeksi pada site lain

Kontraindikasi :
Tidak direkomendasikan untuk pasien tanpa tanda-tanda lesi karies yang
progresif
GIC Sealant
1. Memilih gigi dengan pit dalam dan

Resin Sealant
1. Pit dan fissure dibersihkan dengan

tidak ada karies

brush dan pumis

2. Pemberian disclosing

syarat pumis abrasive ringan, tidak ada

3. Dibersihkan dengan brush yang telah

bahan perasa, tidak ada minyak, tidak ber-

diberi pumis untuk membersihkan spot

fluor, kemampuan poles bagus

merah dan debris

Teknik pengaplikasian resin sealant:

4. Pasien berkumur

2. Pembilasan dengan air akuades (tidak

5. Gigi yang akan di sealant dikeringkan

bermineral dan tidak terkontaminasi)

6. Diberi dentin conditioner kurang lebih

3.Isolasi gigi

20 detik untuk melembabkan dan

4. Keringkan permukaan gigi selama 20-

7. menghilangkan smear layer dan

30 detik dengan udara

antibakteri.

5. Lakukan pengetsaan pada permukaan

8. Cuci dan keringkan

gigi

9. Diberikan GIC tipe IV diulaskan

kalau etsanya gel, maka bentuk gel

kegigi, dengan konsistensi seperti susu

tersebut harus dipertahankan pada

10. Ditunggu sampaimengeras

permukaan gigi yang dietsa hingga waktu

11. Cek dengan sonde, apa sudah setting

etsa telah cukup.

atau belum

kalau etsanya berbentuk cair, maka

12. Evaluasi permukaan oklusal

etsa bentuk cair tersebut harus terus-

- Cek oklusi dengan articulating paper

menerus diberikan pada permukaan gigi

- Penyesuaian dilakukan bila terdapat yang dietsa hingga waktu etsa telah

kontak berlebih (spot grinding)

cukup.
. Pembilasan dengan air selama 60 detik
7. Pengeringan dengan udara setelah
pengetsaan permukaan pit dan fisura
Cek keberhasilan pengetsaandengan
mengeringkannya dengan udara,
permukaan yang teretsa akan tampak
lebih putih
Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa
8. Aplikasi bahan sealant
Self curing: campurkan kedua bagian
komponen bahan, polimerisasi akan
terjadi selama 60-90 detik.
Light curing: aplikasi dengan alat
pabrikan (semacam syringe), aplikasi
penyinaran pada bahan, polimerisasi akan
terjadi dalam 20-30 detik.
9. Evaluasi permukaan oklusal
Cek oklusi dengan articulating paper
Penyesuaiandilakukan bila terdapat
kontak berlebih (spot grinding)

Semen Liners
Liners adalah lapisan tipis dari suatu bahan sebagai pelindung dentin terhadap
iritasi kimia. Selain sebagai isolator, liners juga berfungsi sebagai penutup tubuli
dentin dan bahan adhesif untuk tumpatan amalgam. Dari berbagai macam liners,
saat ini yang dianggap memberikan hasil terbaik adalah RMGIC untuk tumpatan
resin komposit dan GIC Konvensional untuk tumpatan amalgam.
Fungsi
Melindungi dentin dari reaktan residual yang berdifusi

keluar dari restorasi atau cairan rongga mulut yang dapat menembus interface
gigi-restorasi

Penyekat elektrik material metalik

Perlindungan thermal

Medikasi pulpa

Sifat

Konsistensi
Konsistensi liners adalah cair. Liners lebih soluble dalam cairan rongga mulut
dibandingkan zincphospate dan adhesive cement. Liners dapat menyediakan
thermal insulator terhadappulpa jika lapisannya tebal, namun tidak disarankan
apabila ketebalannya lebih besar dari 0,5 m,

Strength
Compressive strength liners sangat rendah, yakni 6,5- 14,3 MPa setelah 10
menit, namun akan meningkat setelah 24 jam penambalan, yakni 9,8-26,8
MPa. Tensile strength liners sangat rendah, yakni 1,0 MPa

Modulus Elastisitas
Modulus elastisitas liners adalah 0,4 GPa sehingga liners digunakan pada area
yang tidak critical untuk mendukung restorasi.

Kelarutan
Kelarutan cavity varnish cukup tinggi, yakni 0,4-7,8%.

Setting time
Setting time liners adalah 2,5-5,5 menit.

pH
pH memiliki pH basa, yakni 9,2-11,7.

1. Calcium Hydroxide Cement

Semen kalsium hidroksida ini


biasa

digunakan

liners

dan

sebagai

sebagai

bahan

pulp-capping. Karena bersifat


basa

kuat,

maka

dapat

menetralisir asam dan dapat


merangsang

terjadinya

remineralisasi, terbentuknya sklerotik dentin maupun dentin reparative di


bawah tumpatan. Bahan ini dapat digunakan untuk semua jenis tumpatan.
Komposisi

Indikasi dari semen ini biasanya digunakan sebagai lining pada kavitas
yang dalam dibawah material silika dan resin. Tidak seperti semen
eugenol yang tidak memberi efek pada restorasi dan membentuk barrier
kimia yang efektif terhadap asam dan monomer.
Semen kalsium hidroksida ini juga dapat digunakan sebagai bahan pulp
capping direk karena semen ini biokompatibel untuk diaplikasikan dekat
pulpa dan mampu membunuh bakteria yang tersisa pada indirect pulpcapping. Selain itu, semen ini juga dapat menginisiasi kalsifikasi dan
pembentukan lapisan dentin sekunder pada dasar kavitas.
Manipulasi
Semen kalsium hidoksida memiliki dua komponen pasta. Kedua pasta
diletakkan bersebelahan dengan jumlah sedikit dan perbandingan sama di
atas paper pad atau glass slab, kemudian dicampur dengan gerakan
memutar. Campuran segera diambil dengan instrument berujung bulat lalu
diletakkan hanya pada permukaan dentin dekat pulpa secara merata
dengan ketebalan

0.5 mm.

Sifat-sifat
Dapat diaplikasikan di dekat pulpa
Mampu membunuh bakteri yang tersisa pada indirect pulp-capping
Dapat menginisiasi kalsifikasi dan pembentukan lapisan dentin
sekunder pada dasar kavitas

2. GIC Tipe III


GIC dapat menjadi liner ataupun basis tergantung indikasinya.
3. Resin-Modified Glass Ionomer Cement (RMGIC)
Komposisi
Terdiri dari powder yang mengandung kalsium fluoroaluminosilicate glass
(sama seperti GIC konvensional) serta chemical and/or light activated
initiator(s). Liquidnya mengandung asam poliakrilat, air, inisiator, tartaric acid
(mengontrol setting time dan working time) serta HEMA (2-hydroxyethyl
methacrylate)
Reaksi Pengerasan
Karena merupakan gabungan dari resin dan GIC konvensional, reaksi
pengerasan terjadi dalam 2 tahap. Tahap pertama merupakan polimerisasi dari
self-cured/light-cured (tergantung dari inisiatornya). Tahap kedua merupakan
reaksi asam-basa tetapi reaksi ini berlangsung lebih lama daripada GIC
konvensional
Sifat-sifat

HEMA dapat menyebabkan alergi dan pembengkakan pada jaringan pulpa


Sifat fluoride release yang lebih tinggi daripada GIC konvensional
Water sorpsion yang tinggi dan mudah larut dalam air karena adanya
ikatan HEMA

Material Restorasi Poterior


GIC (Glass Inomer Cement)

Glass ionomer cement merupakan material restorative berbasis air dan merekat
sendiri(self

Adhesive)

yang

fillernya

berupa

gelas

reaktif

yang

disebut

fluoroluminosilikat glass dan matriksnya berupa polimer atau kopolimer dari asam
karboksilat. Reaksi settingnya termasuk reaksi asam-basa.
Powder Calcium Fluroalumino silicate glass
Silica: 41.9%
Alumina : 28.6%
Aluminum fluoride : 1.6%
Calcium fluoride :15.7%
Sodium Fluoide : 9.3 %
Aluminum phosphate : 3.8 %
Strontium,barium or zinc oxide provide radio opacity
Liquid Asam poliakrilik, Asam tartaric,Air
Sifat-sifat GIC
a. Working dan Setting time
Dapat diatur dengan mengkombinasikan komposisi gelas, ukuran partikel, dan
penggunaan asam tartaric.

b. Sifat termal
GI memilki difusivitas termal dan koefisen ekspansi termal yang mendekati dentin.
Oleh karena itu,material ini cocok untuk memberikan insulasi dari thermal shock,
terutama untuk digunakan sebagai liners dan bases. Produk RMGI yang komposisi
resinnya lebih rendah memilki koefisien ekspansi termal yang ebih rendah.
c. Strength
Kurang kuat dibandingkan dengan resin komposit
d. Hardness
Kurang keras dibandingkan dengan resin komposit namun resin-modified glass
ionomer lebih tahan terhadap wear daripada resin komposit.
e. Fluoride ion release and uptake
Merupakan karakteristik yang menguntungkan dari GI, baik conventional maupun
resin modified adalah material ini bertindak sebagai reservoir (penampungan) ion
fluor. Fluor dilepaskan melalui mekanisme pertukaan ion dari material. Material ini
juga bertindak sebagai reservoir ion fluor pada lingkungan oral

dengan

mengambilnya melalui pasta gigi (dentifrices),oabat umur, dan topical fluoride


solution. Dinamika ion fluor ini sangatlah menguntungkan untuk pasien dengan resiko
tinggi karies.
f. Adhesi
GI memilki adhesi yang baik degan struktur gigi.GI tidak memerlukan pengetsaan
sehingga seringkali disebut self-adhesive. Penelitian menunjukan bahwa ion
poliakrilat akan bereaksi dengan struktur hidroksiapatit dan membentuk ikatan
hydrogen atau ionic
g. Biokampatibilitas
GI memilki biokampatibiltas yang sangat baik karena tidak menyebabkan inflamasi
pada gingival serta tidak memerlukan pengetsaan yang mematikan sel-sel odontoblast
pada tubuli dentin seperti pada penggunaan resin komposit

Langkah Restorasi
Shade Selection
Sebelum melakukan preparasi ataupun isolas area kerja, dilakukan pemilihan
warna atau shade selection terlebih dahulu untuk menghasilkan estetis yang lebih
baik. Pemilihan warna setelah pemakaian rubber dam biasanya dapat merubah warna
warna gigi karena biasanya rubber dam dapat memantulkan warnanya pada gigi.
Material GIC dapat berubah warna ketika proses setting. Biasanya, warna GIC
pada saat fully set lebih tua sedikit dibandingkan dengan pada saat penumpatan.
Cavity Preparation
Preparasi kavitas pada restorasi menggunakan material GIC adalah dengan
menggunakan prinsip minimal intervention. Minimal intervention, seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya merupakan teknik preparasi dengan membuang jaringan karies
saja tanpa membuang jaringan yang masih sehat sehingga dapat mempertahankan
struktur gigi yang maksimal. Pada dentin yang terkena karies, jaringan yang dibuang
hanya infected dentin saja tanpa harus mengekskavasi affected dentin karena
affectedd dentin masih dapat remineralisasi. Digunakan prinsip preparasi ini
dikarenakan material GIC tidak memerlukan retensi mekanik terhadap jaringan gigi
sehingga tidak harus membuang terlalu banyak jaringan.
Pada ummnya, preparasi kavitas dengan material GIC tidak memerlukan
pembuatan undercuts, tetapi pada beberapa kasus seperti pada restorasi dengan stress
yang tinggi, pembuatan undercuts dapat menguntungkan. Selain itu, cavosurface
margin harus butt jointed dan tidak di-bevel.
Isolation
Walaupun material GIC bersifat hidrofilik, disarankan mengisolasi area
preparasi untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik karena kontaminasi dari darah
dan saliva dapat mengurangi ikatan dengan jaringan gigi dan mengurangi estetis.
Preparation of the Dentinal Surfaces

Lesi Abrasi atau Erosi


Untuk mengurangi sensitifitas pulpa, dilakukan pembersihan dan conditioning
pada permukaan dentin. Pembersihan dilakukan dengan pengaplikasian pumice
dengan soft rubber cup lalu dibilas dengan aquades untuk menghilangkan pelikel dan
plak pada permukaan dentin. Conditioning dilakukan dengan pengaplikasian
conditioner berupa asam poliakrilik menggunakan cotton pellet selama 30 detik
dengan gerakan light rubbing action. Hal ini dimaksudkan untuk membersihkan
permukaan dentin serta membuka tubulus denin.

Restorasi Kelas III, V, dan Lesi Karies Lain


Pada restorasi tipe ini, tidak diperlukan pembersihan lesi menggunakan
pumice dan air. Tetapi, karena diperlukan prosedur untuk menghilangkan smear layer
pada dentin maka digunakan dentin conditioner (umunya digunakan asam polyacid).

Proteksi Pulpa
Pada kavitas yang terlalu dalam sehingga terdapat mikroexposure terhadap
pulpa, direkomendasikan menggunaan kalsium hidroksida sebagai liner. Liner
aplikasikan pada pulpal ascpets pada kavitas yang sudah dipreparasi.
Dispensing, Mixing, and Insertion
Pada GIC dengan sistem powder-liquid, langkah pertama adalah mengetuk
botol bubuk dan liquid untuk memastikan bubuk tidak memadat dan idak ada
gelembung udara pada liquid. Bubuk lalu diambil dengan sendok takar dan dibuang
kelebihannya. Liquid diteteskan (sebanyak satu tetes) pada paper pad dengan posisi
tegak lurus dengan paper pad. Bubuk dibagi menjadi dua bagian dan dicampur secara
inkremental dengan waktu mixing 20 detik. Mixing dilakukan dengan gerakan melipat
searah. Setelah homogen, kumpulkan dengan spatula GIC dan tempatkan pada plastic
filling untuk ditumpatkan pada kavitas gigi.
Material tidak boleh terkena kontaminasi saliva pada saat penginsersian,
setting, dan finishing. Area penumpatan harus kering, tetapi tidak boleh terlalu kering.
Finishing and Polishing
Pada saat material masih belum set sepenuhnya dan ikatannya dengan gigi
masih lemah, dilakukan pembuangan kelebihan material. Kelebihan material yang
banyak dibuang menggunakan instrumen yang tajam. Pembuangan material ini

dilakukan dengan arah menuju ke gigi, dan tidak boleh sebaliknya. Instrumen yang
digunakan untuk finishing adalah stone putih atau flexible disc yang diberikan
petroleum jelly atau vaseline. Disarankan finishing dilakukan 24 jam setelah
penumpatakn karena material GIC masih belum set seutuhnya. Langkah terakhir
finishing adalah pembuangan material dengan fine diamond atau 12-bladed tungsten
carbide bur dan dilakukan dengan air.
Surface Protection
Restorasi GIC harus diberikan selapis varnish setelah penumpatan untuk
menghindari material dari dehidrasi dan kontaminasi saliva.
MACAM BAHAN PIT FISSUR SEALANT DAN APLIKASINYA
(TATALAKSANA) DAN MATERIAL PREVENTIF LAINNYA (CPP APP,
FLOURIDE)
PIT AND FISSURE SEALANT
Pit dan fissure adalahbagian di permukaan oklusalgigi yang rentanterkenakaries Hal
inidikarenakanbentuk pit fissure gigi yang dalamdantidakberarturanmemicumudahnya
debris
tersangkutdipermukaangigitersebutdanmenjadisubstratbagibakterikariogenikuntuktum
buhdanberkembangbiak.
Olehkarenaitu, saatiniduniakedokterangigimelakukanpenutupan pit fissure yang
merupakanmetodesangatefektifuntukpencegahankariesgigi, yang dikenaldenganPit &
Fissure Sealant.
Pit & fissure sealant memilikipengaruhpentingterhadappreventifkaries :
1. Sealant secaramekanismengisi pit & fissure denganbahan resin yang
tahanasam
2. Sealant menghambatmasuknya streptococcus mutandanorganismekariogenik
yang lain kedalam pit & fissure
3. Sealant
membuatdaerah
pit
&
fissure
lebihmudahdibersihkanolehsikatgigidannyamanuntukpengunyahan
Indikasi Pit Fissure Sealant

Bahan Pit Fissure Sealant


1. Glass ionomer
2. Flowable Composite
TeknikAplikasi Sealant
1. The tooth is washed and dried and thedeep pits and fissures are reevaluated
2. CLEANING
Fissure cleansing with a rotating dry bristle brush may be beneficial.
3. ISOLATION
The tooth to be sealed is firstisolated. Rubber dam isolation is ideal but may
not befeasible in certain circumstances. Cotton rolls, absorbentshields, and
high-volume evacuation with compressed airmay also be used effectively.
4. ETCHING
- Acid etching completely removes the enamel pellicle
- Microporosities in the enamel surface are created by theacid-etching
technique. This permits a low-viscosity resinto be applied that penetrates
the roughened surface andproduces a mechanical lock of resin tags when
cured.
- Generally, a 20-second etching time is recommended.Enamel rich with
fluorhydroxyapatite may be resistant toetching and may need to be
exposed for longer periods
- Bahan asam phosphat 35 50 %
- Bentuk etsa berupa gel atau cair
a. Etsapada enamel
Melarutkan struktur inorganik enamel membuka enamel
rods mikroporositas
Menurunkan tegangan permukaan enamel resin dapat
membasahi permukaan enamel. Bila terjadi kontaminasi
saliva, ulangi etsa 10 detik
Membersihkan permukaan enamel resin masuk
mikroporositas resin tag

Etsa Enamel :
A. Enamel rods yang belum teretsa
B. Enamel rods teretsa, membentuk
sejumlah microundercut
C. Resin bonding agent berikatan
dengan
microundercuts,
membentuk resin tag untuk
perlekatan mekanik pada gigi
D. Material komposit berikatan secara
kimia dengan resin bonding agent.

b. Etsapada dentin
Mempersiapkan intertubulus yang mengandung serabut
kolagen yang akan berikatan dengan resin bonding
Etsa dentin pengeringan sebatas lembab berkisar 60-70%
sehingga kandungan airnya cukup.
Tidak boleh terlalu kering di antara sabut kolagen
didapatkan air sehingga pengeringan lebih dari 15 detik
menyebabkan air akan menguap dan mengakibatkan :
serabut kolagen tidak dapat berdiri tegak (kolaps)
ikatan hidrogen terputus sehingga kolagen akan
kolaps, menyusut, gugus amino kolagen tertutup di
antara struktur sekunder kolagen

Hal ini mengakibatkan bahan bonding akan sulit penetrasi


diantara serabut kolagen sehingga resin bonding sulit
berikatan dengan kolagen dentin.
Tidak boleh terlalu basah resin bonding akan terhambat
untuk berikatan dengan kolagen dentin karena bila banyak
molekul air di sekitar kolagen maka terjadi ikatan hidrogen
antara air dengan amino kolagen sehingga menghambat
ikatan bonding dengan kolagen.
Bahan bonding mengandung aseton / etanol dan bersifat
mengikat air yang berada di antara serabut kolagen
sehingga air akan menguap. Air yang menguap akan

digantikan oleh bahan bonding yang bersifat hidrofilik


sehingga dapat berikatan dengan dentin
Masuknya bahan bonding di antara serabut kolagen dan
tubuli dentin akan membentuk lapisan hibrid.

5. Washing
- Washing and drying of the etched tooth surface
- The etched enamel is dried using a compressed airstream that is free of oil
contaminants
- The dry etched enamel should exhibit the characteristic frosty appearance
- The use of a dentin-bonding agent is alsoadvantageous on the buccal
surfaces of molars, whichtraditionally have shown a lower retention rate
than the occlusal surfaces of teeth.
6. Aplikasi Sealant
- The manufacturer's instructions should be followed (chemical cured
sealant / visible light cure sealant).
- The sealant is applied tothe prepared surface in moderation and then
gentlyteased with a brush or probe into the pits and grooves
- Careful application will avoid incorporation of air bubbles.
- Care should also be takento avoid applying large amounts of the sealant
material.
7. Check of Occlusal Interferences
- Articulating paper should be used to check for occlusalinterferences and
the occlusion adjusted if necessary
- If a filled sealant has been used, it is essential to adjustthe occlusion before
the patient is dismissed.
8. Reevaluation
- It is important to recognize that sealed teeth should beobserved clinically
at periodic recall visits to determinethe effectiveness of the sealant.
- Periodic recall and reapplication of sealants is necessary, because it is
estimatedthat between 5% and 10% of sealants need to be repaired or
replaced yearly.
- If a sealant is partially orcompletely lost, any discolored or defective old
sealantshould be removed and the tooth reevaluated.
- A new sealant can be applied using the method previously described
Perawatan Invasif Karies Site 1
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, karies site 1 adalah karies yang
terletak pada bagian occlusal gigi posterior, khususnya pada bagian pit dan fissure.
Selain pada posterior, site 1 juga bisa digunakan untuk menggambarkan defek pada
permukaan enamel gigi ataupun pada pit cingulum gigi anterior. Karies site 1 ini dapat
disamakan pula dengan karies kelas 1 yang diklasifikasikan oleh Black.
Walaupun terletak di tempat yang sama, akan tetapi perawatan yang diberikan
akan berbeda-beda tergantung dari keadaan kariesnya. Oleh karena itu digunakan pula
ukuran size untuk bisa menggambarkan besar perluasan karies dan treatment apa yang
harus diberikan. Beberapa contoh penangan pada karies site 1 ini adalah:

Site 1, Size 0
Size 0 berarti belum adanya kavitas,
maksimal hanya berupa white spot. Oleh karena itu,
perawatan yang tepat dilakukan adalah bentuk
preventif supaya lesi yang ada tidak berkembang
menjadi karies.

Site 1, Size 1
Size 1 berarti sudah adanya lubang kecil
pada suatu bagian pit/fissure. Pertama-tama,
kavitas harus dipreparasi menggunakan highspeed bur fine tapered diamond point. Penetrasi
cukup dilakukan sampai kavitasnya terlihat saja.
Setelah itu, dinding kavitasnya dibersihkan dari
jaringan yang infected menggunakan small round
bur. Restorasi yang dilakukan dapat cukup
berupa sealant dengan material GIC setelah
sebelumnya diberi conditioner berupa asam
poliakrilat dengan kandungan 10%. GIC ini digunakan karena sifatnya adhesive dan
dapat melakukan fluoride release.

Site 1, Size 2
Kavitas yang ada sudah mengenai
seluruh fissure sehingga preparasinya harus
menggunakan small round bur untuk bisa
membuang semua jaringan yang infected.
Kavitas yang terjadi dapat juga disebabkan oleh
kerusakan pada restorasi yang lama. Jika
begitu, preparasinya adalah menggunakan highspeed tungsten carbide bur. Material restorasi
yang digunakan umumnya adalah GIC atau bisa juga dengan resin komposit.
Resin komposit ini biasanya digunakan jika gigi yang bersangkutan memiliki
beban oklusi yang besar. Penumpatannya pun tetap harus menggunakan teknik
incremental. Pertama-tama, kavitas dipreparasi sampai margin enamel baik dan
dibevel secukupnya. Setelah itu, diberikan etching asam selama 15 detik, bersihkan,
dan keringkan. Setelah kering, jangan lupa untuk mengaplikasikan enamel bonding
agent baru kemudian RK ditumpat secara incremental, yaitu teknik berlapis. Setelah
disesuaikan dengan anatomi aslinya, maka RK akan di light cure dan setelah itu
dicarving lagi dan dipoles. Jangan lupa untuk mengecek apakah oklusi yang terjadi
sudah baik atau belum.

Site 1, Size 3
Size 3 adalah sebutan
menggambarkan
karies
yang
mengenai satu cusp atau sudah
undermine. Preparasi yang dilakukan
menggunakan small round bur
membuka kavitas dan round bur

untuk
sudah
terjadi
adalah
untuk
untuk

membuang jaringan infected. Sama seperti size 2 diatas, bila terdapat kavitas baru di
tempat yang pernah ditambal, maka material tumpatan yang lama akan dibuang
dengan menggunakan tungsten carbid bur. Jika kavitasnya cukup dalam, maka
biasanya digunakan pula indirect pulp caping, yaitu material yang bisa membantu
melindungi pulpa.
Setelah kavtias dipreparasi, yang harus diaplikasikan pertama kali adalah
liner/basis, umumnya berbahan GIC. Dokter akan melihat perubahan pasien selama
kurang lebih 12 minggu dan dievaluasi. Setelah itu, barulah dilakukan penumpatan
dengan tumpatan yang sesungguhnya.
Dilihat dari kekuatannya, tentu saja amalgam paling baik digunakan.

Site 1, Size 4
Kavitas dikatakan size 4 apabila kavitas yang
ada sudah mengenai lebih dari 1 cusp. Gigi akan
dipreparasi terlebih dahulu, setelah itu baru ditumpat.
Selain menggunakan bahan tumpatan umum, karies
dengan ukuran sebesar ini dapat juga ditangani
dengan pembuatan inlay/crown.
Mekanisme Ngilu pada karies
Rangsang pada email diteruskan ke dentin bagian
luar,kemudiankanalikuli dentin sampai ke reseptor. Rangsang pada serabut saraf
berujung bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh
serabut saraf
Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi rahang atas:
1. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi anterior.
2. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri gigi dari
gigi premolar dan akar mesiobukal molar pertama.
3. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi
molar kecuali akar mesiobukal molar pertama.Serabut saraf lebih banyak bercabang
pada kamar pulpa dibandingkan saluranakar, dengan perbandingan 1:3.
Percabangan serabut saraf semakin meningkat padaujung tanduk pulpa. Reseptor
sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis nosiseptor,yaitu ujung saraf bebas
bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini terletak di predentin,hubunganpulpadentin dan subodontoblas.Serabut saraf sensorik yang masuk ke dalam pulpa
merupakan sistem serabutsaraftrigeminal yaitu berasal dari ganglion trigeminalis
(ganglion semilunarisGasseri).
Serabut saraf bermielin ini masuk ke pulpa melalui foramen apikal. Serabut
saraf bermielin yang besar terdapat di daerah kamar pulpa akan bercabang menjadi se
rabutsaraf yang lebih kecil dan menyebar ke arah koronal dan perifer gigi. Serabut
saraf kemudian bercabang di daerah subodontoblas dan membentuk suatu sistem saraf
yangmenyerupai suatu anyaman yang disebut
plexus of Raschkow
. Pada daerah ini, serabutsaraf akan melepaskan selubung mielinnya dan berjalan
melalui
Zoneof Weil
. Serabutsaraf tersebut akan berjalan mengelilingi prosesus odontoblas dan berakhir
sebagaireseptor pada predentin

Bab IV.
Referensi
Frencken JE dkk. 2012. Minimal Intervention Dentistry (MID) for Maintaining
Dental CariesA Review. Int Dent J.
Mounts GJ, Hume WR. 2006. Preservation and Restoration of Tooth Structure.
Mosby.
Kidd. Essentials of Dental Caries 3rd Edition. 2005.
Anusavice, Kenneth J et al. Phillips' Science Of Dental Materials.
Noort R. Introduction To Dental Materials. Edinburgh: Mosby/Elsevier; 2007.
Sakaguchi RL, Powers JM. 2012. Craigs restorative dental materials. 13th ed.,
Philadelphia: Elsevier.,
Sturdevant, C.M. 2002. The Art and Science of Operative Dentistry. 4th ed. The C.V
Mosby Company. St.Louis.
McDonald, R.E. Avery, D.R., Dean, J.A. 2004. Dentistry for The Child and
Adolescent. 8th ed. The C.V Mosby Company. St. Louis

Anda mungkin juga menyukai