Anda di halaman 1dari 6

Candidiasis Oral

Etiologi :
Candidiasis utamanya disebabkan oleh Candida Albicans. Terdapat beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya candidiasis. Faktor-faktor tersebut adalah
faktor predisposisi dan terbagi menjadi faktor predisposisi lokal dan umum.
Faktor predisposisi lokal seperti pemakaian gigi tiruan, merokok, inhalasi
steroid, steroid topical, tidak seimbangnya mikrofloral didalam mulut, kualitas dan
kuantitas saliva. Sedangkan faktor predisposisi umum seperti penyakit yang menekan
sistem imun, obat yang menekan sistem imun, kemoterapi, dan kelainan endokrin.
Status kekebalan tubuh dapat dipengaruhi oleh obat-obatan juga penyakit, yang
menekan sistem imun bawaan. Candidiasis pseudomembranous juga berhubungan
dengan infeksi jamur pada anak-anak, yang tidak memiliki sistem imun yang
berkembanga sempurna.
Denture stomatitis, angular cheilitis, dan median rhomboid glossitis disebut
sebagai infeksi yang berhubungan dengan candida.
Ada 4 jenis candidiasis, yaitu :
1.

Candidiasis Pseudomembranosa (Trush)


Etiologi
Candidiasis Pseudomembranosa adalah infesksi oportunistik yang
disebabkan oleh pertumbuhan jamur C. Albicans yang berlebihan.
Organisme ini memang ada di dalam rongga mulut, saluran pencernaan, dan
vagina. Bayi yang ibunya mengalami infeksi Trush di vaginanya pada saat
melahirkan dan pada orang dewasa yang mengalami perubahan mikroflora
normal didalam mulut oleh karena pemakaian antibiotik, steroid, atau
perubahan sistemik seperti diabetes, imunodefisiensi, atau kemoterapi.
(Langlais, 2013)
Gejala klinis
Akan tampak plak putih lunak yang luas seperti beludru, tidak nyeri,
dan plak dapat dikerok sehingga meninggalkan permukaan yang kemerahan,

kasar, atau berdarah. Paling sering terjadi pada mukosa bukal, lidah, palatum
mole, dan orofring. (Langlais, 2013)
Pemeriksaan
Dapat dilakukan pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau pemeriksaan
mikroskop langsung dari kerokan jaringan, hapusan sitologi yang diberi
kalium hidroksida, pewarna gram atau acid-schiff periodic (PAS) dapat
menunjukkan pertumbuhan organisme dengan cabang-cabang pseudohifa.
(Langlais, 2013)
Penatalaksanaan
Pemberian obat anti jamur baik topikal atau sistemik yang diberikan
selama 2 minggu dapat meredakan keadaan ini. (Langlais, 2013)
2.

Candidiasis Atropik Akut (Antibiotic Sore Mouth)


Etiologi
Disebabkan oleh penggunaan antiobitic spektrum luas, terutama
tetrasiklin, atau steroid topical.
Gejala klinis
Terdapat bercak merah mirip sutra, meluas, dan menyebabkan rasa
terbakar. Pada kasus yang parah dapat timbul vesikel dan erosi. Sering
ditemukan pada daerah mukosa bukal, bibir, dan orofaring.
Pemeriksaan
Dapat dilakukan pemeriksaan klinis, biakan jamur, atau pemeriksaan
mikroskop langsung dari kerokan jaringan, hapusan sitologi. (Langlais,
2013)
Penatalaksanaan
Perawatan yang dapat dilakukan adalah menghilangkan antibiotic
penyebabnya dan menggunakan obat antijamur. (Langlais, 2013)

3.

Candidiasis Hiperplastik Kronis (Keratotik Kronis)


Etiologi

Disebabkan oleh Candida sp. yang menembus permukaan mukosa dan


merangsang respon hiperplastik. Adapun faktor predisposisi nya seperti
iritasi kronis, kebersihan mulut yang buruk, dan xerostomia. Diabetes dan
infeksi HIV juga dapat menjadi kontributor. Jadi, perokok dan pemakai gigi
tiruan biasanya terkena. (Langlais, 2013)
Gejala klinis
Asimptomatik, tidak bisa dikerok, mempunyai tepi yang menonjol,
permukaan yang lembek berwarna putih-keabuan, dan zona merah yang
disebabkan oleh kerusakkan mukosa. Jadi, kondisi ini dapat terlihat mirip
dengan leukoplakia, eritroleukoplakia, ata pertumbuhan verukoid. Biasanya
daerah yang terkena adalah dorsum lidah, palatum, mukosa bukal, dan
komisura labial. (Langlais, 2013)
Pemeriksaan
Karena kandidiasis hiperplastik kronis tidak dapat dikerok maka,
pemeriksaan dapat dilakukan dengan dibuat biopsi.
Penatalaksanaan
Aplikasi obat antijamur topikal yang cukup, kondisi ini akan
menghilang. Dan perlu pemantauan yang ketat untuk pasien ini karena
bentuk ini dapat berhubungan dengan bercak eritroplakia, suatu lesi yang
bersifat pra ganas.
4.

Candidiasis Atrofik Kronis (Denture Stomatitis)


Etiologi
Disebabkan oleh organisme kandida karena pemakaian gigi tiruan di
waktu tidur, gigi tiruan yang tidak pas, ataupun gigi tiruan yang kotor. Istilah
lain untuk penyakit ini adalah dentur sore mouth atau alergi basis gigi tiruan.
Gejala klinis
Ada tiga tahap denture somatitis. Lesi paling awal adalah daerah merah
dari hiperemia yang ukurannya seujung jarum dan terbatas pada orifisium
kalenjar saliva minor palatum. Tahap kedua menghasilkan eritema yang
bersar terkadang disertai dengan deskuamasi epitel. Hiperplasia papila,

terdiri atas beberapa papula yang mirip fibroma, adalah tahap ketiga.
Semakin lama, papula akan membesar dan membentuk nodul berwarna
merah.
Penatalaksanaan
Untuk mendapatkan terapi yang efektif, diperlukan terapi antijamur
pada mukosa dan basis gigi tiruan. Pengaruh trauma, seperti pergerakan gigi
tiruan yang longgar, harus dihilangkan untuk mempercepat penyembuhan.
Terkadang diperlukan pengelupasan melalui operasi.
(Langlais, 2013)

BRUSIXM
Penatalaksanaan
1.

Terapi kognitif
Terapi ini berfokus pada perubahan perilaku melalui berbagai metode,
seperti manajemen stress dan latihan relaksasi.

2.

Perawatan orthodonti
Dokter gigi dapat merekomendasikan alat pelindung untuk mulut seperti
night guard, untuk mencegah kerusakan gigi.

3.

Obat
Relaksan otot.

Kelainan yang diakibatkan


Dampak dampak yang dapat timbul akibat bruxism seperti gangguan Temporo mandibular
Join, keausan/atrisi, pada permukaan oklusal sehingga menyebabkan perubahan pada struktur
jaringan keras gigi (email), perubahan profil wajah akibat perubahan dari gigi, hipertrofi klinik
otot-otot pengunyahan. Adapun dampak yang dapat terjadi akibat bruxism adalah :

1.

Grinding permukaan, erosi dan perubahan bentuk pada gigi.

Terjadi gesekan non fisiologis yang sangat cepat pada satu atau lebih gigi. Grinding
terjadi pada tepi insisal gigi anterior yang mana terlihat adanya keretakan prisma enamel
pada daerah kontak. Kerusakan email diikuti dengan kerusakan dentin dan diikuti dengan
nyeri pada pulpa. Dampak keausan dari bruxism paling sering terjadi pada gigi anterior.
(Basic, 2004)

2. Mengakibatkan mobilitas/kegoyangan gigi dan berefek pada jaringan periodontal.


Mengepalkan gigi sering menyebabkan kerusakan pada jaringan periodontal
dibandingkan aktifitas parafungsi lainnya. Tekanan yang berlebihan pada gigi yang
diteruskan pada ligamentum periodontal sehingga menyebabkan kegoyangan pada gigi.
(Basic, 2004)

3. Peningkatan tonus dan hipertrofi otot pengunyahan.


Pada saat terjadi bruxism, M. Masseter, dan M. pterygoideus medialis terus terangsang
dan terjadi hipertrofi bilateral M. Masseter. (Basic, 2004)

4. Sakit kepala dan nyeri pada otot pengunyahan.


Nyeri terletak di daerah perbatasan atas depan masseter dan otot pterigoid medial dan
dalam otot temporal, dan terhubung ke rahang kelelahan dan gerakan mandibula terbatas.
(Basic, 2004)

5. Gangguan temporo mandibular Join.


Pada tahun 1961 Ramfjord membuktikan bahwa seseorang yang menggeretakkan
giginya biasanya mengalami nyeri pada sendi temporo mandibularnya. (Basic, 2004)

6. Terjadi kebisingan selama grinding


Pada saat megatupkan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dengan keras biasanya
terdengar bunyi yang khas yang dihasilkan oleh pertemuan gigi geligi tersebut. (Cawson,
2002)

7. Atrisi dan fraktur gigi yang melibatkan cusp serta kerusakan restorasi
Aspek gigi geligi yang mengalami atrisi akibat mengatupkan atau menggrinding gigi
yaitu permukaan oklusal dan insisal. (Cawson, 2002)
Daftar Pustaka
Langlais, Robert, P. 2013. Atlas Berwarna Lesi Mulut Yang Sering Ditemukan Ed. 4. Jakarta: EGC.
Basic, Vladimir, dan Ketij Mehulic. 2004. Bruxism:An Unsolved Problem in Dental Medicine, Acta
Stomatol Croac;38,br.1.

R.A.Cawson, E.W.Odell. 2002. Oral Pathology and Oral Medicine Ed7th. Spain: Elsevier Science
Limited. Pp 70-71.

Anda mungkin juga menyukai