Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN INDIVIDU

BBDM MODUL 6.1


SKENARIO 1

Dosen Pembimbing :
drg. Nadia Hardini, Sp.KG

Disusun oleh :
Fandy Gunawan Wibisono
22010218120019

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
Skenario 1

Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke dokter gigi untuk memasang gigi tiruan
yang ditanam untuk menggantikan gigi molar rahang bawah yang dicabut enam bulan yang
lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 36 dan 37 sudah hilang, alveolar ridge regio gigi
tersebut rendah.

Kata kunci : gigi tiruan yang ditanam, alveolar ridge rendah

Narasumber :

1. drg. Devi Farida Utami, Sp.BM

Referensi :

1. Hupp, James, dkk. 2018. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery.


Mosby/Elsevier.
2. Block, Michael. 2014. Color Atlas of Dental Implant Surgery. Saunders.

Terminologi

1. Gigi tiruan yang ditanam : implant gigi, tiang logam yang menggantikan akar gigi
yang hilang kemudian mahkota dipasang di abutment memberikan tampilan gigi asli.
2. Alveolar ridge : jaringan pendukung utama basis gigi tiruan yang menahan tekanan
pengunyahan, terdiri dari mukosa yang menghadap gigi tiruan, submucosa,
periosteum dan tulang dibawahnya.

Rumusan Masalah

1. Apa kelebihan dan kekurangan implant dibanding gigi tiruan lain?


2. Apa hubungan alveolar ridge yang rendah dengan pemasangan gigi tiruan yang akan
dilakukan?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pemasangan implant?
4. Apa saja pemeriksaan yang perlu dilakukan pada kasus tersebut?
5. Apakah terdapat komplikasi terkait Penggunaan implant gigi?
6. Apa saja hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan implant gigi?
7. Apa edukasi bagi pasien pasca pemasangan implant gigi?
8. Apa saja komponen implant?
9. Apa saja bahan yang digunakan untuk implant gigi?

Hipotesis

1. Keuntungan : estetika lebih baik, kekuatan lebih baik, dapat mempertahankan tulang
alveolar, stabilitas dukungan dan retensi baik sehingga mudah berbicara dan
mengunyah, baik untuk jangka panjang, lebih nyaman, perawatan lebih mudah.
Tingkat keberhasilan tinggi.
Kerugian : lebih mahal, prosedur klinis lebih kompleks, prosedur butuh waktu lama,
kepatuhan pasien, dapat menyebabkan komplikasi, memerlukan prosedur tambahan
seperti cangkok tulang.
2. Harus memperhatikan ukuran dan bentuk alveolar ridge karena berpengaruh pada
stabilisasi, alveolar ridge yang rendah dapat menimbulkan komplikasi ulser
permanen, neuralgia, pertimbangan dilakukannya prosedur tambahan seperti
bonegraft, pertimbangan untuk menentukan panjang implant.
3. Indikasi umum : memiliki motivasi, kooperatif, OH baik, diatas 16 tahun, usia tua
lebih baik daripada usia muda. Indikasi lokal : kehilangan gigi, agenesis gigi, atrofi
tulang alveolar maksila dan mandibula, kehilangan semua/sebagian giginya dan tdk
bisa pakai gigi tiruan karena kordinasi otot kurang, reflek muntah, pasien menorak
dilakukan preparasi gigi penyangga.
Kontraindikasi umum absolut : usia dibawah 16 tahun, gangguan hematopoesis,
pembekuan darah dan system endokrin, malignan tumor prognosa buruk, gangguan
system imun, gangguan mental/kepribadian, osteoporosis umum, diabetes dan
hipertensi tak terkontrol, perokok berat. Kontraindikasi umum relatif : Alergi,
rheumatoid ringan, kehamilan, obat alcohol dan lainnya, tulang alveolar tidak
mencukupi. Kontraindikasi lokal : lesi pada mulut, maloklusi, OH buruk, dan kualitas
dan kuantitas mukosa tdk mencukupi dan bruxism.
4. Anamnesis : data pribadi, penyakit sistemik
Pemeriksaan umum : kesehatan umum
Pemeriksaan ekstra oral dan intraoral : mukosa, geligi, alveolar ridge.
Pemeriksaan rontgen
5. Infeksi disekitar implant, saat menciderai saraf biasanya muncul kesemutan diarea
bibir. Intraoperative : hemoragic, trauma saraf, terbuka sinus maksilaris, fraktur
implant. Pembekakan, hematoma, infeksi. Setelah pemasangan : implant longgar,
degradasi tulang, kerusakan saraf. Fraktur implant : kesalahan materialnya perlu
dilakukan pengangkatan.
6. Motivasi, keadaan umum (sistemik, usia, kontraindikasi), mental, kebiasaan, kondisi
alveolar ridge, oklusi, keadaan jaringan penyangga, klasifikasi rahang, bahannya
osetointegrasi atau fibrointegrasi, dilihat dari jenis dan pemasangan implant.
7. Mengalami rasa nyeri bengkak disarankan dikompres, diberi obat ibuprofen, obat
kumur antiseptik, merawat OH dengan sikat gigi khusus implant, menghindari rokok
minum kopi, perawatan rutin bila implant tergerus.
8. Badan implant : bagian yang ditempatkan didalam tulang bahan titanium/alloy dilapisi
hiroksi apatit/ tidak.
Healing cup : kubah dipermukaan implant ditempatkan sebelum dipasang abutment.
Abutment : komponen yang dimasukan kebadan implant. Tempat melekatkan
mahkota porselan
Mahkota : protesa gigi yang direkatkan dengan sementasi atau sekrup.
9. Logam : stainless-steel, titanium.
Bukan logam : plastik polimerik material, PMMA, karbon (fitros kabron, LTA),
keramik (poros keramik dan non poros keramik). (dipadukan dengan logam)

Peta Konsep

Definisi,
komponen,
klasifikasi.

Prosedur persiapan

Komplikasi
Dental (Penegakan
diagnosis),
Implant pemasangan, pasca
pemasangan.

Indikasi,
Kontraindikasi
Sasaran Belajar

1. Memahami dan menjelaskan definisi, komponen, dan klasifikasi dental implant.


2. Memahami dan menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dari dental implant.
3. Memahami dan menjelaskan prosedur persiapan (termasuk penegakan diagnosis),
pemasangan, dan pasca pemasangan dental implant.
4. Memahami dan menjelaskan macam dan jenis grafting (allo, auto dll).
5. Memahami dan menjelaskan proses osteointegrasi.
6. Memahami dan menjelaskan indicator keberhasilan dan komplikasi dari dental
implant.
RESUME
1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN DEFINISI, KOMPONEN, DAN
KLASIFIKASI DENTAL IMPLANT.
A. Definisi
Implan gigi adalah akar gigi tiruan yang dipasang pada rahang untuk menahan
gigi atau jembatan pengganti. Implan gigi dapat menjadi pilihan bagi orang
yang kehilangan gigi atau gigi karena penyakit periodontal, cedera, atau alasan
lainnya.1

B. Komponen2,3
Sistem implan mempunyai tiga komponen dasar, yaitu:
 Dental implant body yang biasa disebut
implan atau fixture (C) . Bagian ini yang
tertanam dalam tulang, sehingga berfungsi
sebagai gigi alami. menyediakan jangkar
atau fondasi untuk restorasi. Jaringan tulang
dapat tumbuh di sekitar implan untuk
meregenerasi dan memperkuat rahang
sehingga mengurangi pengeroposan tulang
yang terjadi saat gigi asli hilang. terbuat
dari titanium yang biokompatibilitas
terhadap tubuh
 Abutment (B) merupakan bagian implan yang berada di atas tulang dan
menghubungkan implant body dengan suprastruktur. Sebuah abutment
memberikan dukungan untuk crown. memiliki sekrup yang
menghubungkannya ke fixture. Itu terbuat dari titanium.
 Komponen ketiga adalah suprastrukturnya, yaitu gigi tiruannya sendiri
(A). meniru bentuk gigi asli untuk memberikan biting surface dan
penampilan yang estetis. Mereka dibuat dengan tangan oleh teknisi.
Substruktur pendukung untuk mahkota dapat dibuat dengan tangan
atau mesin (di dalam atau di luar lokasi). Mahkota yang telah selesai
disemen atau disekrup ke abutment. terbuat dari Porcelains (didukung
logam atau bebas logam) atau logam (biasanya emas)
C. Klasifikasi2,3
I. Berdasarkan Penempatan Jaringan
o Implan gigi endosteal:

ada tiga jenis implan Endosteal.


 Ada blade implant merupakan implan di mana pelat tipis
tertanam di tulang rahang,
 Ramus Frame Implant di mana perangkat berbentuk sepatu
kuda dimasukkan ke dalam rahang bawah dan
 Root form implant yang berbentuk gigi normal. Implan bentuk
akar adalah yang paling umum dari ketiganya, dan implan
diposisikan sedemikian rupa sehingga menawarkan distribusi
beban terarah. Implan bentuk akar terbuat dari titanium dan
100% kompatibel secara biologis dengan tubuh. Merupakan
standar emas untuk mengganti gigi yang hilang. Implan gigi
bentuk akar memiliki bentuk yang berbeda-beda (Implan jenis
sekrup atau ulir, Cylindrical atau Press fit type Implants,
Tapered Implan)

o Implan subperiosteal:
jenis implan di mana gigi tiruan ditempatkan di bawah periosteum
yang menutupi korteks. Di sini tulang rahang belum tentu dibor.
Sebagian besar dukungan diberikan oleh gusi dan letak implan di
korteks tulang, mungkin unilateral, complete atau circumferential.

o Implan transosteal

Jenis implan ini juga dapat disebut sebagai implan tulang stapel,
implan stapel mandibula, atau implan transmandibular. Jenis implan ini
merupakan kombinasi dari komponen Endosteal dan subperiosteal.
Implan menembus dua pelat kortikal. Ini bisa berupa stapel, satu pin
atau beberapa pin.
o Implan gigi intramukosal
implan jenis ini dimasukkan langsung ke dalam mukosa mulut. Dalam
hal ini, mukosa digunakan sebagai tempat pelekatan dan sisipan logam,
biasanya terbuat dari titanium.
o Implan fibrointergrasi
Pada implan jenis ini, gigi yang diimplantasikan sepenuhnya
terbungkus oleh jaringan lunak di dalam mulut.

II. Berdasarkan Tekstur Dan Penampang:


 Implan gigi silinder: implan berbentuk silinder. Implan silinder
bisa berbentuk kerucut, lurus atau meruncing dan diketuk atau
didorong ke situs tulang yang telah disiapkan.
 Implan Gigi Berulir (Threaded dental Implants) : permukaan
implan, akan terlihat benang. Dari sinilah nama akar implan ini
berasal. Tujuan utama permukaan ulir adalah untuk
meningkatkan luas permukaan implan sehingga memberikan
kontak yang lebih solid dengan tulang rahang.
 Vented dental implants : Jenis implan adalah silinder yang telah
dilapisi hidroksi apatit. Mereka memiliki alur vertikal yang
terhubung ke vena apikalis.
 Hollow dental implants: Implan gigi berlubang memiliki desain
berongga di bagian apikal. Terdapat perforasi pada sisi implan
yang telah diatur secara sistematis. Perforasi dimaksudkan
untuk meningkatkan permukaan penahan dan mencegah implan
agar tidak terpuntir dan bergerak
 Permukaan implan halus, dikerjakan dengan mesin, bertekstur,
dan terlapisi (Smooth, machined, textured and coated
surface implants)
Implan permukaan halus memiliki permukaan yang halus.
Implan permukaan mesin adalah implan yang permukaannya
telah dikerjakan untuk penahan yang lebih baik. Implan
permukaan bertekstur memiliki permukaan yang kasar untuk
menambah luas permukaan, dan permukaan implan yang
dilapisi adalah implan yang permukaannya telah ditutupi oleh
lapisan berpori, biasanya titanium atau hidroksi apatit.

III. Berdasarkan Kemampuan Implan Untuk Merangsang


Pembentukan Tulang
 Implan bioaktif : Implan yang memiiki sifat bioaktif dan
mendukung terjadinya oseointegrasi. Modifikasi permukaan
implan gigi titanium telah dipelajari dan diterapkan untuk
meningkatkan sifat permukaan biologis.
 Implan bio-inert : Istilah bioinert mengacu pada bahan apa pun
yang pernah ditempatkan dalam tubuh manusia memiliki
interaksi minimal dengan jaringan di sekitarnya; contohnya
adalah baja tahan karat, titanium, alumina, zirkonia yang
distabilkan sebagian, dan polietilen dengan berat molekul
sangat tinggi.
IV. Berdasarkan Bahan
 Logam
Terdiri dari Stainless Steel, Vitallium, Titanium dan logam.
Bahan Vitallium merupakan bahan yang sering digunakan
dalam membuat kerangka implan subperiosteal. Pemakaian
Stainless Steel digunakan jika pasien memiliki alergi terhadap
nikel, akan tetapi dapat menyebabkan arus listrik galvanik jika
berkontak dengan logam campuran atau logam murni.
sedangkan untuk bahan Titanium terbagi menjadi titanium
murni dan logam campuran titanium yang tahan terhadap
korosi. Implan yang dibuat dari logam dengan lapisan pada
permukaan adalah implan yang menggunakan titanium yang
telah diselubungi dengan lapisan tipis keramik kalsium fosfat
pada bagian strukturnya.
 Keramik
Keramik terdiri keramik bioaktif dan bio-inert. Bioaktif berarti
bahan yang memiliki kemampuan untuk merangsang
pertumbuhan tulang baru disekitar implan, contoh dari bahan
ini adalah hidroksiapatit dan bioglass. Bio-inert adalah bahan
yang bertolenrasi baik dengan tulang tetapi tidak terjadi formasi
tulang.
 Polimer dan komposit
Polimer dibuat dalam bentuk porus dan padat, digunakan untuk
peninggian dan penggantian tulang. merupakan suatu bahan
yang sukar dibersihkan pada bagian yang terkontaminasi dan
pada partikel porusnya karena sifatnya yang sensitif terhadap
formasi sterilisasi.

V. Berdasarkan Pilihan Perawatan


Berdasarkan pilihan perawatan dibagi menjadi lima pilihan perawatan.
Tiga pertama merupakan protesa cekat (FP), dimana boleh disekrupkan
atau disemenkan. Protesa cekat diklasifikasikan berdasarkan jumlah
struktur jaringan keras dan lunak yang diganti. Sedangkan dua lagi
merupakan protesa lepasan (RP) yang diklasifikasikan berdasarkan
kekuatannya.
 FP-1 : Protesa cekat, hanya mahkota gigi yang diganti; tampak
seperti gigi asli
 FP-2 : Protesa cekat; mahkota dan sebagaian dari akarnya
tampak normal pada sebagian oklusal tetapi mengalami
elongasi pada sebagian gingiva.
 FP-3 : Protesa cekat; menggantikan mahkota yang hilang dan
warna gingiva sebagian dari ruang edentulus; protesa yang
paling sering digunakan adalah gigi palsu dan gingiva akrilik,
tetapi boleh dibuat dari porselen atau logam
 RP-4 : Protesa lepasan; dukungan overdenture sepenuhnya oleh
implan.
 RP-5 : Protesa lepasan; dukungan overdenture oleh jaringan
lunak dan implan

2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI


DARI DENTAL IMPLANT.
A. Indikasi2
 Untuk meningkatkan fungsi pengunyahan. Karena gigi memainkan peran
kunci dalam mengunyah makanan, ketidakhadirannya sering menyebabkan
gangguan dalam fungsi mengunyah dan mungkin juga secara tidak langsung
memengaruhi status gizi dengan memengaruhi pilihan makanan.
 Untuk meningkatkan fungsi bicara. Kehadiran gigi dan struktur alveolar
sangat penting dalam produksi suara bicara tertentu. Ketidakhadiran mereka
dapat memengaruhi kejelasan ucapan.
 Untuk meningkatkan estetika.
 Untuk mendapatkan kembali gigi yang hilang.
Kehilangan bagian tubuh (misalnya gigi) dapat dikaitkan dengan keinginan
yang kuat untuk mengganti apa yang hilang, terlepas dari peran yang
dimainkan oleh bagian anatomis.
 Untuk menghindari persiapan gigi dan kemungkinan gejala sisa.
Pencabutan struktur gigi, pemaparan permukaan gigi yang dipotong ke bakteri
dalam air liur yang tak terhindarkan, dan prosedur lain yang terlibat dalam
pemasangan penahan jembatan ke gigi dikaitkan dengan risiko nekrosis pulpa
dan kebutuhan pencabutan atau perawatan endodontik.
 Implan mini yang digunakan sebagai jangkar ortodontik.
Implan gigi sangat cocok untuk digunakan sebagai jangkar ortodontik karena
tidak bergerak melalui alveolus ketika terkena gaya berpanjang rendah
(ortodontik) tingkat rendah.

B. Kontraindikasi2
Kontraindikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
 Kontraindikasi absolut: implan gigi tidak dapat dipertimbangkan;
Kontraindikasi absolut
* Infark miokard baru-baru ini
* Prostesis katup
* Gangguan ginjal yang parah
* Diabetes yang tidak terkontrol
* Hipertensi yang tidak terkontrol
* Osteoporosis umum
* Alkoholisme parah kronis
* Radioterapi sedang berlangsung
* Perokok berat (20 batang sehari)

 Kontraindikasi relatif: implan gigi dapat dipertimbangkan hanya setelah


masalah tertentu diatasi;
o Kontraindikasi relatif utama dari implan adalah ukuran tulang alveolar
penerima yang tidak mencukupi. Karena pemulihannya
memungkinkan. Melalui teknik augmentasi tulang, kami dapat
memperoleh hasil yang dapat diprediksi.
 Kontraindikasi lokal: implan gigi dapat dipertimbangkan dengan mengambil
tindakan pencegahan ekstra terkait masalah yang melibatkan mulut atau
rahang.
o Lesi di mulut (dermatosis)
Solusi
• Obati lesi sebelum prosedur;
• Gunakan asepsis ketat selama operasi.
o Kebersihan mulut yang buruk atau infeksi gigi di dekat lokasi
perawatan endodontik gagal implant.
Solusi Mengobati infeksi sebelum prosedur;
 Meningkatkan kebiasaan kebersihan mulut sebelum prosedur.
o Maloklusi
Solusi
 Melakukan perawatan ortodontik sebelum pemasangan implan.
o Posisi saraf alveolus bawah dan struktur anatomi rahang bawah yang
tidak menguntungkan
Solusi Lakukan tindakan pencegahan ekstra sebelum memasang
implan di rahang bawah (penggunaan sinar-X 3D dan alat ukur
lainnya);
 Menemukan alternatif dari implan gigi konvensional.
o Kualitas dan kuantitas gusi yang tidak mencukupi (mis., Resesi gingiva
atau penyakit periodontal lainnya)
Solusi
 Melakukan pencangkokan gusi (waktu penyembuhan bervariasi dari
beberapa hari hingga beberapa minggu);
 Mengobati periodontal atau gingiva penyakit untuk menstabilkannya
atau memberantasnya;
 Menemukan alternatif dari implan gigi konvensional.
o Bruxism
Solusi
 Memakai alat untuk mencegah kerusakan pada gigi dan implan pada
malam hari;
 Menemukan alternatif untuk implan gigi konvensional.
o Anatomi sinus maksilaris yang tidak menguntungkan
Solusi
Mengevaluasi posisi dan anatomi sinus maksilaris dan mengambil
tindakan pencegahan ekstra saat memasang implan di rahang atas;
 Melakukan pengangkatan sinus;
 Menemukan alternatif dari konvensional implan gigi di rahang atas.
o Kepadatan tulang alveolar atau volume yang tidak mencukupi
Solusi
Melakukan cangkok tulang atau pengangkatan sinus sebelum
prosedur (waktu penyembuhan bervariasi dari beberapa minggu hingga
beberapa bulan);
 Menemukan alternatif untuk implan gigi konvensional

3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PROSEDUR PERSIAPAN (TERMASUK


PENEGAKAN DIAGNOSIS), PEMASANGAN, DAN PASCA PEMASANGAN
DENTAL IMPLANT.
A. Penegakan Diagnosis4
I. Initial Observation dan Patient History
1. Keluhan Utama Terkait Dengan Potensial Implan
Keluhan utama pasien adalah pernyataan dengan kata-kata
mereka sendiri yang menyampaikan masalah dan perhatian
yang dirasakan, dan, dalam beberapa kasus, harapan awal
mereka. Perlu mempertanyakan apakah pasien hanya mencari
pengganti fungsional dari gigi yang hilang atau memiliki
ekspektasi estetika yang tinggi, atau keduanya. Pertanyaan
lainnya adalah bagaimana ekspektasi pasien sesuai dengan
jadwal dan keadaan keuangan yang mereka rasakan.
2. Medical History Dan Risk Assesment
Pasien harus dinilai Riwayat kesehatan menyeluruh sebelum
operasi untuk mengevaluasi kemampuan mereka untuk
menjalani prosedur dengan aman dan untuk menyembuhkan
luka bedah. perlu mengetahui Kontraindikasi absolut untuk
penempatan implan berdasarkan risiko pembedahan dan
anestesi terbatas terutama pada pasien yang sakit akut, dengan
penyakit sistemik yang tidak terkendali, dan pasien dengan
penyakit tertentu atau kerusakan pada potensi implan.
contohnya osteoporosis, gangguan kekebalan tubuh, obat-
obatan (misalnya, bifosfonat), dan perawatan medis seperti
kemoterapi dan iradiasi kepala dan leher
II. Dental History
Anamnesis gigi yang menyeluruh harus diperoleh dari setiap pasien
gigi yang sedang mempertimbangkan implan. Faktor-faktor yang
terkait dengan perhatian pasien terhadap kebersihan mulut dan
kunjungan ke gigi secara teratur sangat penting untuk pasien potensial
implan.
III. Pemeriksaan dan Catatan Intraoral
Pemeriksaan oral membantu dokter untuk menilai kesehatan dan
kondisi gigi yang ada dan jaringan keras dan lunak mulut. Pemeriksaan
intraoral yang berfokus pada implan harus membahas integritas
restoratif dan struktural dari gigi dan prostetik yang ada, kedalaman
vestibular dan palatal , status periodontal, oklusi, hubungan rahang,
ruang interarch, bukaan maksimum, kebiasaan parafungsional, dan
kebersihan mulut. Perhatian khusus harus diberikan pada anatomi
edentulous ridge dan morfologi jaringan lunak. Tinggi dan lebar ridge
harus dievaluasi secara visual, diikuti dengan palpasi untuk membantu
mengidentifikasi fitur topografi seperti undercut atau defek tulang.
IV. Diagnostic Casts and Photographs
Penggunaan model studi terpasang dan foto intra dan ekstraoral
melengkapi proses pengumpulan rekaman yang biasa.
Foto intraoral memungkinkan evaluasi visual dari jaringan lunak
pasien (misalnya, kuantitas, kualitas, lokasi, tekstur, warna, simetri).
Foto ekstraoral memberikan pandangan pasien dari berbagai perspektif
estetika.
Model studi yang dipasang pada artikulator semi adjustable
menggunakan transfer face-bow memberi klinisi working
representation secara 3-dimensi dari pasien dan memberikan informasi
penting yang diperlukan untuk perencanaan perawatan bedah dan
prostetik.
Unsur-unsur yang dapat dievaluasi
1. Hubungan oklusal
2. Hubungan lengkung
3. Ruang interarch
4. Bentuk lengkung, anatomi, dan simetri
5. Kurva Wilson dan Spee
6. Jumlah dan posisi gigi asli yang ada
7. Morfologi gigi
8. Wear facets
9. Hubungan ridge yang tidak rata dengan gigi yang berdekatan
dan lengkungan yang berlawanan
10. Pengukuran untuk merencanakan lokasi implan di masa
mendatang
11. Visualisasi vektor gaya yang ada dan yang potensial

V. Implant Planning Imaging


Gambar radiografi memungkinkan seseorang untuk mengukur dimensi
dan melakukan pengukuran. area studi radiografi meliputi
1. Letak struktur penting
a.Kanal mandibula
b. Loop anterior dan ekstensi kanal mandibula
c.Foramen mental
d. Sinus maksilaris (lantai, septum, dinding, gambaran
patologis)
e.Rongga hidung
f. Foramen insisivus
2. Tinggi tulang
3. Kedekatan akar dan angulasi gigi yang ada
4. Evaluasi tulang kortikal
5. Densitas dan trabekulasi tulang
6. Gambaran patologis (mis., Abses, kista, tumor)
7. Adanya varian anatomi (mis., Inkomplit) penyembuhan tempat
pencabutan, gigi impaksi)
8. Topografi dan angulasi cross-sectional (paling baik ditentukan
menggunakan CT dan CBCT)
9. Kesehatan sinus (paling baik dievaluasi menggunakan CT dan
CBCT)
10. Klasifikasi oklusal skelet (paling baik dievaluasi
menggunakan gambar sefalometri lateral)

B. Prosedur Persiapan2

Pertimbangan Sebelum Pemasangan Implan

Pertimbangan pra-bedah untuk implan gigi yang berhasil:


I. Tulang yang tersedia memiliki tiga dimensi:

Panjang, lebar, dan dalam. Panjang adalah dimensi mesiodistal, lebar adalah
dimensi bukolingual, dan kedalaman diukur dari puncak punggungan ke
landmark pembatas terdekat.

II. Panjang tulang yang tersedia atau dimensi mesiodistal dari ruang edentulous:

Tergantung pada gigi yang akan diganti, ruang mesiodistal yang memadai
harus tersedia untuk memberikan restorasi yang mensimulasikan kontur gigi
asli. Ini menunjukkan jumlah implan yang dapat ditampung; akan tetapi, hal
ini harus dikorelasikan dengan lebar bukolingual tulang, wax-up diagnostik
dari lokasi yang diusulkan, dan angulasi akar gigi yang berdekatan. Jika ada
ruang prostetik yang tidak memadai, Harus dibuat melalui enameloplasti
gigi yang berdekatan atau reposisi ortodontik

III. Persyaratan jarak


Panduan berikut harus digunakan saat memilih ukuran implan dan
mengevaluasi ruang mesiodistal untuk penempatan implan:
 Implan harus berjarak setidaknya 1,5 mm dari gigi yang berdekatan.
 Implan harus berjarak minimal 3 mm dari implan yang berdekatan.
 Implan dengan diameter yang lebih lebar harus dipilih untuk gigi molar
karena beban oklusal yang tinggi Lebar tulang bukolingual yang tersedia

IV. Lebar tulang minimum yang tersedia


Lebar tulang minimum yang tersedia harus sedemikian rupa sehingga> 1
mm tulang harus ada di kedua sisi implan secara faciolingual untuk menjaga
tingkat jaringan lunak tetap stabil

V. Penilaian lebar tulang


yang tersedia Lebar tulang yang tersedia tidak dapat dihitung pada radiografi
intraoral karena dua dimensi dan harus ditentukan secara klinis.

C. Pemasangan4
I. Persiapan Bedah dan site development
Persiapan untuk operasi implan memerlukan tinjauan menyeluruh terhadap
catatan medis pasien, termasuk riwayat medis dan gigi, radiografi, dan
panduan bedah yang dibuat oleh dokter gigi restoratif. Dokter bedah harus
memiliki rencana untuk urutan dan strategi pembedahan, anestesi, waktu
operasi, instrumentasi, dan manajemen pasca operasi.
a. IMPLANT SITE EXPOSURE
Pemaparan situs implan dapat dilakukan dengan beberapa metode, termasuk
operasi flapless atau peningkatan jaringan, dan dapat mencakup sayatan
sulkular, mid-crestal, dan vertical releasing incision. Flapless surgery dapat
diindikasikan ketika jaringan keratin yang memadai tersedia pada bentuk ridge
yang ideal
\

II. Penempatan Implan


a. REFLEKSI FLAP
 Refleksi pada papilla dimulai dengan elevator periosteal, menggunakan
tekanan lembut, terarah, dan terkontrol.
 Diseksi kemudian diarahkan sepanjang jaringan sulkular ke titik di
mana ia bertemu dengan bagian puncak sayatan.
 Refleksi dilanjutkan dengan elevasi sulcularly sampai distal insisi.
 Setelah flap bukal diterlihat, flap palatal atau lingual dapat
direfleksikan cukup untuk memvisualisasikan lebar ridge.
 Jika flap bukal telah dipantulkan sepenuhnya, retraktor dapat
diposisikan pada tulang di dalam flap yang memungkinkan visualisasi
yang baik dari situs operasi

b. MENYIAPKAN OSTEOTOMI *
 Dokter bedah harus memastikan bahwa alat genggam dan motor
berfungsi dengan baik. Pengaturan kecepatan pada motor harus
diperiksa. Selain itu, harus dipastikan bahwa bor berputar dalam mode
maju. Kecepatan harus disetel pada 1.000 hingga 1.500 putaran per
menit (rpm) untuk set awal langkah pengeburan.
 drills osteotomi, harus diairi secara berlebihan, secara internal atau
eksternal, atau keduanya, saat menyiapkan tulang.
 Tanda indikator kedalaman pada latihan harus selalu ditinjau oleh ahli
bedah untuk memastikan ahli bedah memastikan kedalaman yang
sesuai yang diindikasikan.
 Small round burs harus digunakan untuk menandai lokasi implan
melalui tulang kortikal untuk membantu mencegah pemindahan initial
twist drill.
 Pengeboran awal harus dilakukan dengan 2-mm twist-drill dengan
kecepatan penuh (kisaran 1.000 hingga 1.500 rpm) hingga kedalaman
implan yang diinginkan. Pin pemandu bedah biasanya digunakan untuk
memeriksa orientasi.
 pilot drill (jika tersedia dalam sistem yang digunakan) sekarang
digunakan untuk membantu memperluas bagian koronal dari situs
osteotomi untuk membantu mempertahankan orientasi yang diinginkan
dari situs ketika twist bur yang lebih besar berikutnya digunakan. Area
tersebut diairi, dan pilot drill ditempatkan di lokasi yang sama persis,
 setelah memverifikasi sudut yang benar. Bur dijalankan kembali
dengan kecepatan penuh dan dibawa ke kedalaman akhir dari implan
yang diinginkan.
 Area tersebut dibilas, dan pin pemandu dipasang. Dokter bedah
kemudian menentukan lokasi pada twist bur yang lebih besar
berikutnya yang sesuai dengan posisi platform implan yang diinginkan
dari implan ke ridge.
 Osteotomi dibilas, dan pin pemandu yang sesuai dipasang untuk
mengevaluasi kembali posisi dan keselarasan. Untuk implan
berdiameter lebih besar, bor puntir berdiameter lebih besar
ditempatkan ke dalam pembukaan osteotomi, dan posisi serta
angulasinya diverifikasi. Setelah bor ditempatkan dengan benar, bor
dijalankan dengan kecepatan penuh dengan gerakan pemompaan yang
lembut ke kedalaman akhir dari implan yang diinginkan.
 Setelah menyelesaikan osteotomi, kecepatan motor diubah ke
pengaturan penyisipan implan pada unit pengeboran untuk penempatan
implan (biasanya 15 rpm).

c. MEMASUKKAN IMPLAN
 Implan dibuka dan ditempatkan pada drive yang sesuai, yang telah
dimasukkan ke alat genggam.
 Ujung implan dimasukkan ke dalam osteotomy, dan posisi serta
angulasi diverifikasi lagi.
 Implan didorong ke posisinya dengan menjaga tekanan ringan ke arah
apikal sampai implan hampir sepenuhnya terpasang atau sampai motor
berputar keluar (sekitar 1 hingga 2 mm dari tempat duduk lengkap).
 Dengan menggunakan kunci torsi tangan, dokter bedah terus
menempatkan implan, menggunakan tuas torsi kunci pas untuk
menghitung jumlah torsi yang ada.
 seating implan diselesaikan dengan memverifikasi bahwa platform
tersebut sejajar dengan ketinggian mesial dan distal tulang dan bahwa
orientasi penanda yang penting untuk pemasangan prostetik berada
pada posisi yang benar.
 Daerah tersebut kemudian harus diairi secara menyeluruh.
 Harus ditentukan apakah periode penyembuhan akan menjadi one
stage atau 2 stage
 transmucosal healing abutment harus menonjol 1 sampai 2 mm melalui
jaringan.
 healing abutment ditempatkan ke insertion wrench dengan menahan
sekrup mengarah ke atas.

d. SUTURING FLAP
 Flap dijahit kembali ke tempatnya menggunakan beberapa jenis jahitan
resorbable (chromic gut atau polyglactin 910) atau jahitan
nonresorbable seperti sutra hitam.

D. Pasca Pemasangan4
I. MANAJEMEN PASCA OPERASI
Radiografi harus dilakukan pasca operasi untuk mengevaluasi posisi setiap
implan yang ditempatkan dalam kaitannya dengan struktur yang berdekatan
seperti sinus atau kanal alveolar inferior dan relatif terhadap gigi dan implan
lainnya. Terapi juga harus dilihat untuk membantu memastikan bahwa sekrup
penutup atau healing abutment terpasang dengan benar. Pasien harus diberi
analgesik untuk mengontrol nyeri pasca operasi. Analgesik kekuatan ringan
sampai sedang biasanya cukup.
Antibiotik sering diberikan sebagai profilaksis sebelum operasi tetapi biasanya
tidak diperlukan pada periode pasca operasi. Pasien harus dievaluasi setiap
minggu sampai penyembuhan luka jaringan lunak selesai (kira-kira 2 minggu).
Jika pasien memakai gigi tiruan yang ditularkan melalui jaringan di atas area
penempatan implan, gigi palsu tersebut dapat dipasang kembali dengan lapisan
lembut setelah 1 minggu. Gigi palsu parsial sementara atau retainer ortodontik
dengan pontik terpasang dapat segera dipakai tetapi harus dilepaskan untuk
menghindari beban jaringan lunak pada implan.

II. UNCOVERING
Waktu penyembuhan atau waktu yang diperlukan untuk mencapai
osseointegration bervariasi dari situs ke situs dan dari pasien topatient. Nilai
torsi penyisipan, kualitas tulang, cangkok tulang, kesehatan pasien, lokasi
implan, dan kesehatan jaringan lunak semuanya akan berpengaruh pada waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai osseointegrasi. Waktu penyembuhan tipikal
untuk keterpusatan yang adekuat adalah 3 sampai 6 bulan.

 Dalam operasi satu tahap, tidak diperlukan operasi pengungkapan.


Implan akan tetap terbuka melalui pencabutan penyembuhan setelah
operasi dan selama fase penyembuhan

 Pada sistem 2-tahap, implan harus dibuka dengan pembedahan dan


penyangga penyembuhan dipasang. Tujuan dari pembedahan bedah
adalah untuk memasang penyangga penyembuhan pada implan,
mempertahankan jaringan keratin, dan memodifikasi bentuk atau
ketebalan jaringan.

4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN MACAM DAN JENIS GRAFTING


(ALLO, AUTO DLL).

Bone graft merupakan pengisi dan perancah untuk memfasilitasi


pembentukan tulang dan mempercepat penyembuhan luka. Cangkok tulang ini
bertindak sebagai reservoir mineral yang menginduksi pembentukan tulang baru.
sedangkan bone grafting adalah prosedur pembedahan yang menggantikan tulang
yang hilang dengan bahan dari tubuh pasien sendiri, pengganti buatan, sintetis, atau
alami.5
Klasifikasi Cangkok Tulang Berdasarkan Kelompok Bahan:5
o Cangkok tulang berbasis allograft melibatkan tulang allograft,
digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan bahan lain (misalnya,
Grafton, OrthoBlast).
o Cangkok tulang berbasis faktor adalah faktor pertumbuhan alami dan
rekombinan, digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan bahan lain
seperti transformasi faktor pertumbuhan-beta (TGF-beta), faktor
pertumbuhan turunan trombosit (PDGF), faktor pertumbuhan
fibroblast (FGF), dan protein morfogenik tulang (BMP).

o Cangkok tulang berbasis sel menggunakan sel untuk menghasilkan


jaringan baru sendiri atau ditambahkan ke matriks pendukung,
misalnya, sel induk mesenkim.
o Pengganti cangkok tulang berbasis keramik termasuk kalsium fosfat,
kalsium sulfat, dan bioglass yang digunakan sendiri atau dalam
kombinasi; misalnya, OsteoGraf, ProOsteon, OsteoSet.
o Cangkok tulang berbasis polimer menggunakan polimer yang dapat
terdegradasi dan tidak dapat terurai sendiri atau dalam kombinasi
dengan bahan lain, misalnya, polimer asam polilaktat porositas
terbuka.

Berdasarkan Tipe Dan Sumber Jaringan5


o Autograft
Pencangkokan tulang autologous atau autogenous melibatkan
pemanfaatan tulang yang diperoleh dari individu yang sama yang
menerima cangkok. Tulang dapat diambil dari tulang yang tidak
penting, seperti dari iliac crest , simfisis mandibula (area dagu), dan
ramus mandibula anterior (proses koronoid). Autograft memiliki risiko
penolakan cangkok lebih kecil karena cangkok berasal dari tubuh
pasien dan memiliki sidat osteokonduktif dan osteogenik, serta
osteokonduktif. Kerugian dari cangkok autologus adalah bahwa
diperlukan tempat operasi tambahan, lokasi potensial lain untuk nyeri
dan komplikasi pasca operasi.
o Allografts
Allograft berasal dari manusia. Perbedaannya adalah bahwa allograft
dipanen dari individu selain yang menerima cangkok. Tulang allograft
diambil dari mayat yang telah menyumbangkan tulangnya agar dapat
digunakan untuk orang hidup yang membutuhkan; biasanya bersumber
dari bank tulang.
o Varian sintetis
contoh dari varian sintetis adalah Komposit hidrogel-hidroksiapatit
(HA) fleksibel yang memiliki rasio matriks mineral terhadap organik,
mendekati rasio matriks tulang manusia. Tulang tiruan dapat dibuat
dari keramik seperti kalsium fosfat (misalnya HA dan trikalsium
fosfat), bioglass, dan kalsium sulfat yang aktif secara biologis
tergantung kelarutan dalam lingkungan fisiologis. Bahan-bahan ini
bergabung dengan faktor pertumbuhan, ion-ion seperti strontium atau
yang bercampur dengan aspirasi sumsum tulang untuk meningkatkan
aktivitas biologis.
o Xenograft
Xenogratf adalah cangkok tulang dari spesies selain manusia, seperti
bovine (sapi) dan digunakan sebagai matriks kalsifikasi.
o Aloplastik graft
Cangkok aloplastik dapat dibuat dari hidroksiapatit, mineral alami
(komponen mineral utama tulang), terbuat dari kaca bioaktif.
Hidroksiapatit adalah cangkok tulang sintetis, yang paling banyak
digunakan sekarang karena osteokonduksi, kekerasan, dan
penerimaannya oleh tulang.
o Faktor pertumbuhan
Faktor pertumbuhan cangkok ditingkatkan diproduksi menggunakan
teknologi DNA rekombinan. terdiri atas faktor pertumbuhan manusia
atau morfogen (BMP dalam hubungannya dengan media pembawa,
seperti kolagen). Faktor dan protein yang ada di tulang bertanggung
jawab untuk mengatur aktivitas seluler. Penambahan TGF-beta dan
BMP-2, BMP-4, dan BMP-7 pada media kultur juga dapat
mempengaruhi sel punca menuju garis keturunan osteogenik. Sel induk
mesenkim juga telah diunggulkan pada keramik bioaktif yang
dikondisikan untuk menginduksi diferensiasi menjadi osteoblas.
o Pengganti cangkok tulang berbasis keramik
Mayoritas cangkok tulang yang tersedia melibatkan keramik, baik
sendiri atau dalam kombinasi dengan bahan lain (misalnya, kalsium
sulfat, gelas bioaktif, dan kalsium fosfat). Penggunaan keramik, seperti
kalsium fosfat adalah kalsium hidroksiapatit yang bersifat
osteokonduktif dan osteointegatif; dan dalam beberapa kasus,
osteoinduktif.
o Pengganti cangkok tulang berbasis polimer
dapat di bagi menjadi polimer alami dan polimer sintetis.
Subklasifikasi menjadi jenis yang dapat terdegradasi dan tidak dapat
didegradasi. Pengganti cangkok tulang berbahan dasar polimer
meliputi:
 Healos adalah produk berbahan dasar polimer alami,
komposit polimer-keramik yang terdiri dari serat
kolagen yang dilapisi dengan hidroksiapatit dan
diindikasikan untuk fusi tulang belakang.
 Cortoss adalah produk berbasis resin yang dapat
diinjeksi dengan aplikasi untuk situs bantalan
beban(load-bearing sites).

Polimer sintetis yang dapat terurai, seperti polimer alami yang diserap
oleh tubuh. Manfaat memiliki implan yang diserap oleh tubuh adalah,
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri sepenuhnya tanpa
meninggalkan benda asing.

5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN PROSES OSTEOINTEGRASI.


Osseointegrasi.6
menurut American Academy of Implant Dentistry (1986) Osteointegrasi adalah
"Kontak terjadi tanpa interposisi jaringan non-tulang antara tulang normal yang
mengalami remodeling dan implan yang memerlukan transfer berkelanjutan dan
distribusi beban dari implan ke dan di dalam jaringan tulang.
sedangkan berdasarkan Branemark Osteointegrasi adalah
" Hubungan langsung antara tulang hidup dan implan endosseous pembawa beban
pada tingkat mikroskopis cahaya”

Mekanisme Osteointegrasi
Proses penyembuhan dalam sistem implan mirip dengan penyembuhan tulang primer.
Awalnya, darah ada di antara fixture dan tulang, kemudian bekuan darah terbentuk.
Bekuan darah diubah oleh sel fagositik, seperti leukosit polimorfonuklear, sel limfoid,
dan makrofag

Tingkat aktivitas fagositik memuncak selama waktu antara hari ke-1 dan ke-3 setelah
operasi. Selama waktu ini, prostesis terpasang ke fixture dan dengan adanya stimulasi,
remodeling tulang terjadi. Tulang Haversian mengeras menjadi padat dan homogen.
Tekanan oklusal merangsang tulang di sekitarnya. Saat remodeling terjadi, fixture
yang terosseointegrasi dapat menahan fungsi pengunyahan.

Fixture oseointegrasi
di bawah beban oklusal
dikelilingi oleh tulang
kortikal dan spons.
Ketika osseintegrasi
terjadi, dan prostesis
dirancang untuk
mendistribusikan stres
dengan baik, tulang
kortikal akan terbentuk
di sepanjang
permukaan fixture
dengan ketebalan
beberapa milimeter.
Antar tulang kortika-ke
permukaan fixture
memiliki kanalikuli
yang membantu dalam
transportasi elektrolit di dekat lapisan oksida. Jaringan bundel kolagen mengelilingi
osteosit dan masuk ke dalam lapisan glikoprotein. Lapisan glikoprotein 100 Angstrom
terbentuk. Tulang Havers menjadi terorganisir dengan baik dan membentuk osteon.
6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INDICATOR KEBERHASILAN DAN
KOMPLIKASI DARI DENTAL IMPLANT.
A. Indikator Keberhasilan Dental Implant7,8
Kriteria yang paling sering dilaporkan untuk keberhasilan pada tingkat implan
adalah mobilitas, nyeri, radiolusen, dan kehilangan tulang peri-implan (> 1,5
mm); untuk tingkat jaringan lunak peri-implan adalah supurasi, perdarahan,
dan kedalaman probing pocket.

Kriteria keberhasilan implan menurut Albrektsson,dkk. ,meliputi tidak ada


tanda atau gejala berupa rasa nyeri atau disestesia, tidak ada infeksi yang
disertai supurasi di daerah periimplan, tidak ada kegoyangan pada implan,
tidak terdapat gambaran radiolusen di sekitar daerah peri-implan, resorpsi
tulang peri-implan < 1,5 mmdisatu tahun pertama,dan < 0,2 mm pada tahun-
tahun berikutnya.
Behneke dan d’Hoedt juga menambahkan beberapa kriteria keberhasilan
implan untuk menilai respon jaringan keras dan jaringan lunak, yaitu
kehilangan tulang marginal< 4 mm atau kedalaman probing <4 mm dan aliran
cairan crevicular < 2,5 mm dianggap sebagai indikator keberhasilan implan.

B. Komplikasi Dental Implant9


I. Komplikasi awal meliputi:
 fraktur implan,
 infeksi,
 edema
Pembengkakan dapat muncul setelah intervensi bedah, meskipun lebih
terlihat 24 jam setelah melakukannya,
 Emfisema
Emfisema jaringan adalah salah satu komplikasi awal yang disebabkan
oleh dorongan insuflasi udara yang tidak disengaja ke jaringan di
bawah kulit atau selaput lendir, udara dari high-speed handpiece,
air/water syringe, air polishing unit or an air abrasive device
yang dapat diproyeksikan ke dalam sulkus, luka bedah, atau luka di
mulut
 Perdarahan, ekimosis, dan hematoma
Perdarahan intensitas rendah merupakan komplikasi yang sering terjadi
yang harus diatasi sesegera mungkin, dan umumnya terjadi atas dasar
operasi perpanjangan prosedur pembedahan dan kondisi umum pasien.
perlunya menjahit semua luka bedah dan mengompresi daerah tersebut
dengan kain kasa, serta menerapkan kompres dingin, istirahat fisik, dan
asupan makanan lembut dan dingin untuk mencegah pendarahan yang
berlebihan setelah operasi.
 Jaringan lunak dehiscence di area tersebut
Dehiscence mukosa Ini adalah komplikasi jaringan lunak yang dapat
berkembang menjadi infeksi di area bedah dan kegagalan implan dan /
atau cangkok yang dapat menyebabkan hasil estetika yang tidak
menguntungkan. Biasanya, dehiscences luka bedah dikaitkan dengan
pasien yang memiliki masalah jaringan parut akibat kualitas mukosa
yang buruk (biotipe tipis, trauma atau tipe sikatrikial), perokok berat,
pasien yang dirawat dengan kortikosteroid, penderita diabetes, atau
pasien yang diradiasi. .dan perubahan sensitif.

II. Komplikasi lanjut dapat terdiri atas:


 Perforasi Flap Mukoperiosteal
 Sinusitis Maksilaris
 Fraktur Mandibula
 Kehilangan Osseointegrasi
 Periimplantitis
DAFTAR PUSTAKA

1. American Academy of Periodontology. Dental Implants [Internet]. [cited 2021 Feb


16]. Available from: https://www.perio.org/consumer/dental-implants

2. Qassadi W, Alshehri T, Alshehri A. Review on Dental Implantology. Egypt J Hosp


Med. 2018;71(1):2217–25.

3. D Nallaswamy. Dental implanthology. Textbook of Prosthodontics: Maxillofacial


Prosthetics. 1st ed. New Delhi: Jaypee Brothers; 2007. 720–42 p.

4. Hupp JR. Introduction to Implant Dentistry : Journal of Oral and Maxillofacial


Surgery. J Oral Maxillofac Surg. 2017;75(February):106.

5. Kumar P, Vinitha B, Fathima G. Bone grafts in dentistry. J Pharm Bioallied Sci


[Internet]. 2013 Jun;5(Suppl 1):S125–7. Available from:
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23946565

6. Jayesh RS, Dhinakarsamy V. Osseointegration. J Pharm Bioallied Sci [Internet]. 2015


Apr;7(Suppl 1):S226–9. Available from: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/26015719

7. Papaspyridakos P, Chen CJ, Singh M, Weber HP, Gallucci GO. Success criteria in
implant dentistry: A systematic review. J Dent Res. 2012;91(3):242–8.

8. Drismayanti I, T S, B AU, Ruslin M, Jubhari EH. Perbandingan tingkat keberhasilan


implan antara osteogenesis distraksi dengan autogenous bone graft Ratio of successful
rate of dental implan between distraction osteogenesis with autogenous bone graft. J
Dentomaxillofacial Sci. 2012;11(3):180.

9. Sanchez Garces MA, Escoda-Francoli J, Gay-Esco C. Implant Complications. Implant


Dent - Most Promis Discip Dent. 2011;(October 2014).

Anda mungkin juga menyukai