Dosen Pembimbing :
drg. Nadia Hardini, Sp.KG
Disusun oleh :
Fandy Gunawan Wibisono
22010218120019
Seorang wanita berusia 45 tahun datang ke dokter gigi untuk memasang gigi tiruan
yang ditanam untuk menggantikan gigi molar rahang bawah yang dicabut enam bulan yang
lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan gigi 36 dan 37 sudah hilang, alveolar ridge regio gigi
tersebut rendah.
Narasumber :
Referensi :
Terminologi
1. Gigi tiruan yang ditanam : implant gigi, tiang logam yang menggantikan akar gigi
yang hilang kemudian mahkota dipasang di abutment memberikan tampilan gigi asli.
2. Alveolar ridge : jaringan pendukung utama basis gigi tiruan yang menahan tekanan
pengunyahan, terdiri dari mukosa yang menghadap gigi tiruan, submucosa,
periosteum dan tulang dibawahnya.
Rumusan Masalah
Hipotesis
1. Keuntungan : estetika lebih baik, kekuatan lebih baik, dapat mempertahankan tulang
alveolar, stabilitas dukungan dan retensi baik sehingga mudah berbicara dan
mengunyah, baik untuk jangka panjang, lebih nyaman, perawatan lebih mudah.
Tingkat keberhasilan tinggi.
Kerugian : lebih mahal, prosedur klinis lebih kompleks, prosedur butuh waktu lama,
kepatuhan pasien, dapat menyebabkan komplikasi, memerlukan prosedur tambahan
seperti cangkok tulang.
2. Harus memperhatikan ukuran dan bentuk alveolar ridge karena berpengaruh pada
stabilisasi, alveolar ridge yang rendah dapat menimbulkan komplikasi ulser
permanen, neuralgia, pertimbangan dilakukannya prosedur tambahan seperti
bonegraft, pertimbangan untuk menentukan panjang implant.
3. Indikasi umum : memiliki motivasi, kooperatif, OH baik, diatas 16 tahun, usia tua
lebih baik daripada usia muda. Indikasi lokal : kehilangan gigi, agenesis gigi, atrofi
tulang alveolar maksila dan mandibula, kehilangan semua/sebagian giginya dan tdk
bisa pakai gigi tiruan karena kordinasi otot kurang, reflek muntah, pasien menorak
dilakukan preparasi gigi penyangga.
Kontraindikasi umum absolut : usia dibawah 16 tahun, gangguan hematopoesis,
pembekuan darah dan system endokrin, malignan tumor prognosa buruk, gangguan
system imun, gangguan mental/kepribadian, osteoporosis umum, diabetes dan
hipertensi tak terkontrol, perokok berat. Kontraindikasi umum relatif : Alergi,
rheumatoid ringan, kehamilan, obat alcohol dan lainnya, tulang alveolar tidak
mencukupi. Kontraindikasi lokal : lesi pada mulut, maloklusi, OH buruk, dan kualitas
dan kuantitas mukosa tdk mencukupi dan bruxism.
4. Anamnesis : data pribadi, penyakit sistemik
Pemeriksaan umum : kesehatan umum
Pemeriksaan ekstra oral dan intraoral : mukosa, geligi, alveolar ridge.
Pemeriksaan rontgen
5. Infeksi disekitar implant, saat menciderai saraf biasanya muncul kesemutan diarea
bibir. Intraoperative : hemoragic, trauma saraf, terbuka sinus maksilaris, fraktur
implant. Pembekakan, hematoma, infeksi. Setelah pemasangan : implant longgar,
degradasi tulang, kerusakan saraf. Fraktur implant : kesalahan materialnya perlu
dilakukan pengangkatan.
6. Motivasi, keadaan umum (sistemik, usia, kontraindikasi), mental, kebiasaan, kondisi
alveolar ridge, oklusi, keadaan jaringan penyangga, klasifikasi rahang, bahannya
osetointegrasi atau fibrointegrasi, dilihat dari jenis dan pemasangan implant.
7. Mengalami rasa nyeri bengkak disarankan dikompres, diberi obat ibuprofen, obat
kumur antiseptik, merawat OH dengan sikat gigi khusus implant, menghindari rokok
minum kopi, perawatan rutin bila implant tergerus.
8. Badan implant : bagian yang ditempatkan didalam tulang bahan titanium/alloy dilapisi
hiroksi apatit/ tidak.
Healing cup : kubah dipermukaan implant ditempatkan sebelum dipasang abutment.
Abutment : komponen yang dimasukan kebadan implant. Tempat melekatkan
mahkota porselan
Mahkota : protesa gigi yang direkatkan dengan sementasi atau sekrup.
9. Logam : stainless-steel, titanium.
Bukan logam : plastik polimerik material, PMMA, karbon (fitros kabron, LTA),
keramik (poros keramik dan non poros keramik). (dipadukan dengan logam)
Peta Konsep
Definisi,
komponen,
klasifikasi.
Prosedur persiapan
Komplikasi
Dental (Penegakan
diagnosis),
Implant pemasangan, pasca
pemasangan.
Indikasi,
Kontraindikasi
Sasaran Belajar
B. Komponen2,3
Sistem implan mempunyai tiga komponen dasar, yaitu:
Dental implant body yang biasa disebut
implan atau fixture (C) . Bagian ini yang
tertanam dalam tulang, sehingga berfungsi
sebagai gigi alami. menyediakan jangkar
atau fondasi untuk restorasi. Jaringan tulang
dapat tumbuh di sekitar implan untuk
meregenerasi dan memperkuat rahang
sehingga mengurangi pengeroposan tulang
yang terjadi saat gigi asli hilang. terbuat
dari titanium yang biokompatibilitas
terhadap tubuh
Abutment (B) merupakan bagian implan yang berada di atas tulang dan
menghubungkan implant body dengan suprastruktur. Sebuah abutment
memberikan dukungan untuk crown. memiliki sekrup yang
menghubungkannya ke fixture. Itu terbuat dari titanium.
Komponen ketiga adalah suprastrukturnya, yaitu gigi tiruannya sendiri
(A). meniru bentuk gigi asli untuk memberikan biting surface dan
penampilan yang estetis. Mereka dibuat dengan tangan oleh teknisi.
Substruktur pendukung untuk mahkota dapat dibuat dengan tangan
atau mesin (di dalam atau di luar lokasi). Mahkota yang telah selesai
disemen atau disekrup ke abutment. terbuat dari Porcelains (didukung
logam atau bebas logam) atau logam (biasanya emas)
C. Klasifikasi2,3
I. Berdasarkan Penempatan Jaringan
o Implan gigi endosteal:
o Implan subperiosteal:
jenis implan di mana gigi tiruan ditempatkan di bawah periosteum
yang menutupi korteks. Di sini tulang rahang belum tentu dibor.
Sebagian besar dukungan diberikan oleh gusi dan letak implan di
korteks tulang, mungkin unilateral, complete atau circumferential.
o Implan transosteal
Jenis implan ini juga dapat disebut sebagai implan tulang stapel,
implan stapel mandibula, atau implan transmandibular. Jenis implan ini
merupakan kombinasi dari komponen Endosteal dan subperiosteal.
Implan menembus dua pelat kortikal. Ini bisa berupa stapel, satu pin
atau beberapa pin.
o Implan gigi intramukosal
implan jenis ini dimasukkan langsung ke dalam mukosa mulut. Dalam
hal ini, mukosa digunakan sebagai tempat pelekatan dan sisipan logam,
biasanya terbuat dari titanium.
o Implan fibrointergrasi
Pada implan jenis ini, gigi yang diimplantasikan sepenuhnya
terbungkus oleh jaringan lunak di dalam mulut.
B. Kontraindikasi2
Kontraindikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori:
Kontraindikasi absolut: implan gigi tidak dapat dipertimbangkan;
Kontraindikasi absolut
* Infark miokard baru-baru ini
* Prostesis katup
* Gangguan ginjal yang parah
* Diabetes yang tidak terkontrol
* Hipertensi yang tidak terkontrol
* Osteoporosis umum
* Alkoholisme parah kronis
* Radioterapi sedang berlangsung
* Perokok berat (20 batang sehari)
B. Prosedur Persiapan2
Panjang, lebar, dan dalam. Panjang adalah dimensi mesiodistal, lebar adalah
dimensi bukolingual, dan kedalaman diukur dari puncak punggungan ke
landmark pembatas terdekat.
II. Panjang tulang yang tersedia atau dimensi mesiodistal dari ruang edentulous:
Tergantung pada gigi yang akan diganti, ruang mesiodistal yang memadai
harus tersedia untuk memberikan restorasi yang mensimulasikan kontur gigi
asli. Ini menunjukkan jumlah implan yang dapat ditampung; akan tetapi, hal
ini harus dikorelasikan dengan lebar bukolingual tulang, wax-up diagnostik
dari lokasi yang diusulkan, dan angulasi akar gigi yang berdekatan. Jika ada
ruang prostetik yang tidak memadai, Harus dibuat melalui enameloplasti
gigi yang berdekatan atau reposisi ortodontik
C. Pemasangan4
I. Persiapan Bedah dan site development
Persiapan untuk operasi implan memerlukan tinjauan menyeluruh terhadap
catatan medis pasien, termasuk riwayat medis dan gigi, radiografi, dan
panduan bedah yang dibuat oleh dokter gigi restoratif. Dokter bedah harus
memiliki rencana untuk urutan dan strategi pembedahan, anestesi, waktu
operasi, instrumentasi, dan manajemen pasca operasi.
a. IMPLANT SITE EXPOSURE
Pemaparan situs implan dapat dilakukan dengan beberapa metode, termasuk
operasi flapless atau peningkatan jaringan, dan dapat mencakup sayatan
sulkular, mid-crestal, dan vertical releasing incision. Flapless surgery dapat
diindikasikan ketika jaringan keratin yang memadai tersedia pada bentuk ridge
yang ideal
\
b. MENYIAPKAN OSTEOTOMI *
Dokter bedah harus memastikan bahwa alat genggam dan motor
berfungsi dengan baik. Pengaturan kecepatan pada motor harus
diperiksa. Selain itu, harus dipastikan bahwa bor berputar dalam mode
maju. Kecepatan harus disetel pada 1.000 hingga 1.500 putaran per
menit (rpm) untuk set awal langkah pengeburan.
drills osteotomi, harus diairi secara berlebihan, secara internal atau
eksternal, atau keduanya, saat menyiapkan tulang.
Tanda indikator kedalaman pada latihan harus selalu ditinjau oleh ahli
bedah untuk memastikan ahli bedah memastikan kedalaman yang
sesuai yang diindikasikan.
Small round burs harus digunakan untuk menandai lokasi implan
melalui tulang kortikal untuk membantu mencegah pemindahan initial
twist drill.
Pengeboran awal harus dilakukan dengan 2-mm twist-drill dengan
kecepatan penuh (kisaran 1.000 hingga 1.500 rpm) hingga kedalaman
implan yang diinginkan. Pin pemandu bedah biasanya digunakan untuk
memeriksa orientasi.
pilot drill (jika tersedia dalam sistem yang digunakan) sekarang
digunakan untuk membantu memperluas bagian koronal dari situs
osteotomi untuk membantu mempertahankan orientasi yang diinginkan
dari situs ketika twist bur yang lebih besar berikutnya digunakan. Area
tersebut diairi, dan pilot drill ditempatkan di lokasi yang sama persis,
setelah memverifikasi sudut yang benar. Bur dijalankan kembali
dengan kecepatan penuh dan dibawa ke kedalaman akhir dari implan
yang diinginkan.
Area tersebut dibilas, dan pin pemandu dipasang. Dokter bedah
kemudian menentukan lokasi pada twist bur yang lebih besar
berikutnya yang sesuai dengan posisi platform implan yang diinginkan
dari implan ke ridge.
Osteotomi dibilas, dan pin pemandu yang sesuai dipasang untuk
mengevaluasi kembali posisi dan keselarasan. Untuk implan
berdiameter lebih besar, bor puntir berdiameter lebih besar
ditempatkan ke dalam pembukaan osteotomi, dan posisi serta
angulasinya diverifikasi. Setelah bor ditempatkan dengan benar, bor
dijalankan dengan kecepatan penuh dengan gerakan pemompaan yang
lembut ke kedalaman akhir dari implan yang diinginkan.
Setelah menyelesaikan osteotomi, kecepatan motor diubah ke
pengaturan penyisipan implan pada unit pengeboran untuk penempatan
implan (biasanya 15 rpm).
c. MEMASUKKAN IMPLAN
Implan dibuka dan ditempatkan pada drive yang sesuai, yang telah
dimasukkan ke alat genggam.
Ujung implan dimasukkan ke dalam osteotomy, dan posisi serta
angulasi diverifikasi lagi.
Implan didorong ke posisinya dengan menjaga tekanan ringan ke arah
apikal sampai implan hampir sepenuhnya terpasang atau sampai motor
berputar keluar (sekitar 1 hingga 2 mm dari tempat duduk lengkap).
Dengan menggunakan kunci torsi tangan, dokter bedah terus
menempatkan implan, menggunakan tuas torsi kunci pas untuk
menghitung jumlah torsi yang ada.
seating implan diselesaikan dengan memverifikasi bahwa platform
tersebut sejajar dengan ketinggian mesial dan distal tulang dan bahwa
orientasi penanda yang penting untuk pemasangan prostetik berada
pada posisi yang benar.
Daerah tersebut kemudian harus diairi secara menyeluruh.
Harus ditentukan apakah periode penyembuhan akan menjadi one
stage atau 2 stage
transmucosal healing abutment harus menonjol 1 sampai 2 mm melalui
jaringan.
healing abutment ditempatkan ke insertion wrench dengan menahan
sekrup mengarah ke atas.
d. SUTURING FLAP
Flap dijahit kembali ke tempatnya menggunakan beberapa jenis jahitan
resorbable (chromic gut atau polyglactin 910) atau jahitan
nonresorbable seperti sutra hitam.
D. Pasca Pemasangan4
I. MANAJEMEN PASCA OPERASI
Radiografi harus dilakukan pasca operasi untuk mengevaluasi posisi setiap
implan yang ditempatkan dalam kaitannya dengan struktur yang berdekatan
seperti sinus atau kanal alveolar inferior dan relatif terhadap gigi dan implan
lainnya. Terapi juga harus dilihat untuk membantu memastikan bahwa sekrup
penutup atau healing abutment terpasang dengan benar. Pasien harus diberi
analgesik untuk mengontrol nyeri pasca operasi. Analgesik kekuatan ringan
sampai sedang biasanya cukup.
Antibiotik sering diberikan sebagai profilaksis sebelum operasi tetapi biasanya
tidak diperlukan pada periode pasca operasi. Pasien harus dievaluasi setiap
minggu sampai penyembuhan luka jaringan lunak selesai (kira-kira 2 minggu).
Jika pasien memakai gigi tiruan yang ditularkan melalui jaringan di atas area
penempatan implan, gigi palsu tersebut dapat dipasang kembali dengan lapisan
lembut setelah 1 minggu. Gigi palsu parsial sementara atau retainer ortodontik
dengan pontik terpasang dapat segera dipakai tetapi harus dilepaskan untuk
menghindari beban jaringan lunak pada implan.
II. UNCOVERING
Waktu penyembuhan atau waktu yang diperlukan untuk mencapai
osseointegration bervariasi dari situs ke situs dan dari pasien topatient. Nilai
torsi penyisipan, kualitas tulang, cangkok tulang, kesehatan pasien, lokasi
implan, dan kesehatan jaringan lunak semuanya akan berpengaruh pada waktu
yang dibutuhkan untuk mencapai osseointegrasi. Waktu penyembuhan tipikal
untuk keterpusatan yang adekuat adalah 3 sampai 6 bulan.
Polimer sintetis yang dapat terurai, seperti polimer alami yang diserap
oleh tubuh. Manfaat memiliki implan yang diserap oleh tubuh adalah,
tubuh dapat menyembuhkan dirinya sendiri sepenuhnya tanpa
meninggalkan benda asing.
Mekanisme Osteointegrasi
Proses penyembuhan dalam sistem implan mirip dengan penyembuhan tulang primer.
Awalnya, darah ada di antara fixture dan tulang, kemudian bekuan darah terbentuk.
Bekuan darah diubah oleh sel fagositik, seperti leukosit polimorfonuklear, sel limfoid,
dan makrofag
Tingkat aktivitas fagositik memuncak selama waktu antara hari ke-1 dan ke-3 setelah
operasi. Selama waktu ini, prostesis terpasang ke fixture dan dengan adanya stimulasi,
remodeling tulang terjadi. Tulang Haversian mengeras menjadi padat dan homogen.
Tekanan oklusal merangsang tulang di sekitarnya. Saat remodeling terjadi, fixture
yang terosseointegrasi dapat menahan fungsi pengunyahan.
Fixture oseointegrasi
di bawah beban oklusal
dikelilingi oleh tulang
kortikal dan spons.
Ketika osseintegrasi
terjadi, dan prostesis
dirancang untuk
mendistribusikan stres
dengan baik, tulang
kortikal akan terbentuk
di sepanjang
permukaan fixture
dengan ketebalan
beberapa milimeter.
Antar tulang kortika-ke
permukaan fixture
memiliki kanalikuli
yang membantu dalam
transportasi elektrolit di dekat lapisan oksida. Jaringan bundel kolagen mengelilingi
osteosit dan masuk ke dalam lapisan glikoprotein. Lapisan glikoprotein 100 Angstrom
terbentuk. Tulang Havers menjadi terorganisir dengan baik dan membentuk osteon.
6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN INDICATOR KEBERHASILAN DAN
KOMPLIKASI DARI DENTAL IMPLANT.
A. Indikator Keberhasilan Dental Implant7,8
Kriteria yang paling sering dilaporkan untuk keberhasilan pada tingkat implan
adalah mobilitas, nyeri, radiolusen, dan kehilangan tulang peri-implan (> 1,5
mm); untuk tingkat jaringan lunak peri-implan adalah supurasi, perdarahan,
dan kedalaman probing pocket.
7. Papaspyridakos P, Chen CJ, Singh M, Weber HP, Gallucci GO. Success criteria in
implant dentistry: A systematic review. J Dent Res. 2012;91(3):242–8.