Dosen Pembimbing :
drg. Ira Anggar Kusuma M.Sc
Disusun oleh :
Fandy Gunawan Wibisono
22010218120019
Seorang pasien wanita usia 35 tahun datang ke poli gigi RSND ingin memeriksakan sariawan
di pipi kanan bagian dalam yang tidak membaik sejak dua minggu yang lalu. Lokasi sariawan
tersebut dekat dengan bagian gigi yang tajam. Gigi tersebut pernah ditambal 2 tahun lalu.
Pada pemeriksaan tampak ulkus dangkal dengan diameter 5 mm pada mukosa bukal gigi 46.
Tampak tumpatan komposit kelas II pada Gigi 46 dengan terdapat karies sekunder antara tepi
tumpatan dengan tepi gigi pada sisi proksimal bagian bukal dan bagian lingual, tepi gigi
bagian bukal tajam. Gigi terasa ngilu bila minum air dingin dan tidak terdapat nyeri spontan.
Dokter gigi menyarankan kepada pasien untuk dibuatkan restorasi rigid sehingga dapat
merasakan rasa nyaman untuk dipakai mengunyah makanan.
Narasumber :
1. drg. Nadia Hardini, Sp.KG
2. drg. Brigitta Natania R., Sp.KG
3. drg. Gloria Fortuna, Sp.KG
Bahan referensi :
- Sturdevant, CM. (2018) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.7. St Louis
Mosby.
- Garg, Nisha. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher.
TERMINOLOGI
1. Karies sekunder
Terjadi pada gigi setelah pengisian bahan tumpatan yg telah digunakan pada waktu
tertentu. Biasanya terdapat celah antara gigi dan tumpatan sehingga bakteri, ion, dll
bisa masuk kedalam tumpatan.
2. Restorasi rigid
Restorasi yg dibuat diluar mulut dari bahan rigid dan disemen pada preparasi dengan
bahan perantara golongan semen. Berupa inlay, onlay, crown dan veneer.
3. Ulkus
Hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan dibawahnya terbuka dan dapat
menyebabkan keradangan yg disebabkan karena tekanan. Bisa terjadi pada mukosa
bukal, dasar mulut, lidah atau palatum lunak.
4. Tumpatan restorasi kelas II
Tumpatan yg biasanya diletakkan pada permukaan proksimal gigi posterior (Molar
dan Premolar).
RUMUSAN MASALAH
1. Penyebab terjadinya karies sekunder?
2. Tipe restorasi rigid dan tipenya pada kasus?
3. Apa saja kemungkinan penyebab kegagalan tumpatan resin komposit?
4. Mengapa disarankan melakukan restorasi rigid?
5. Bahan apa yg digunakan pada restorasi rigid?
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan restorasi rigid?
7. Apakah ulkus yg terjadi berhubungan dengan tambalan sebelumnya?
8. Apa perbedaan antara restorasi rigid dan plastis?
9. Kelebihan dan kekurangan restorasi rigid?
10. Tatalaksana ulkus
HIPOTESIS
1. Penyebab karies sekunder
Kegagalan restorasi yg menyebabkan kebocoran restorasi resin komposit tersebut.
Bisa dipengaruhi adanya mikroleakage yaitu celah mikro antara restorasi dan gigi
serta adaptasi yg kurang baik. Cairan asam bisa mengikis dan membentuk biofilm
sehingga bakteri bisa tumbuh di celah tersebut. Bisa juga karena kontak proksimal yg
tidak baik dan menyebabkan retensi sisa makanan serta beban oklusi yg besar pada
gigi posterior.
2. Tipe restorasi rigid dan tipe pada skenario
a) Ekstrakoronal
Complete crown
b) Intrakoronal
- Inlay
- Onlay
- Mahkota ¾
c) Intraradikuler
- mahkota pasak
- mahkota pasak fiber reinforced composite
Pada skenario = Onlay metal (melibatkan >1 cusp, dan terjadi pada gigi posterior
yg membutuhkan kekuaran yg besar tanpa memperhatikan estetika)
3. Penyebab kegagalan tumpatan?
- Keahlian dokter untuk melakukan prosedur
- Karakteristik pasien (luas karies, kekuatan jaringan, OH pasien)
- Bahan yang digunakan (tahan tekanan kunyah, tahan korosif, adaptasi baik)
4. Mengapa disarankan menggunakan restorasi rigid
Sampai ke sisi bukal dan lingual dan dibutuhkan untuk memperbaiki kontak
proksimal, restorasi ini juga lebih tahan lama, struktur anatominya juga lebih
memuaskan dibanding restorasi plastis
5. Bahan restorasi rigid
Komposit, metal, porselen, PFM
Sifat logam:
- Kekuatan tensil besar
- Membutuhkan preparasi luas
- Membutuhkan bevel untuk retensi
Sifat porselen:
- Estetik unggul
- Kekuatan kompresif tinggi
- Biaya mahal
Sifat PFM:
- Kekuatan dan estetik baik
- Harga mahal
- Reaksi alergi/ mekanis
Resin komposit:
- Adaptasi marginal baik (mikroleakage minimal)
- Harga lebih murah dibanding porselen
- Estetik dan kekuatan cukup baik
- Kekuatan tekan rendah dan tidak cocok untuk kavitas yg berukuran besar
6. Indikasi:
- Gigi vital dan nonvital
- Dikarenakan kegagalan restorasi sebelumnya
- Jaringan yg sehat hanya tersisa sedikit
- Mahkota klinis pendek dan tekanan oklusal besar
- Soial ekonomi memungkinkan
Kontraindikasi:
- OH buruh
- Bruxism
- Ekonomi pasien tidak memungkinkan
7. Ada, karena tambalan rusak dan bagian bukal tajam dan menjadi faktor penyebab
ulkus
8. Perbedaan rigid dan plastis
Proses pembuatannya, restorasi plastis tumpatan dilakukan pada satu kali kunjungan
sedangkan restorasi rigid dibuat pada lab dental dengan menggunakan model
kemudian di sementasi
Plastis = struktur gigi banyak, murah, sekali kunjungan
9. Rigid = mahal, perlu kunjungan berulang, tidak mudah fraktur/rusak, secar anatomis
lebih bagus
10. Tatalaksana ulkus
- Menghilangkan faktor predisposisi
- Pemberian obat topikal antibiotik/antijamur (tergantung penyebab)
- Terapi kortikosteroid topikal
- Bila perlu bisa diberikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
- Pemeriksaan biopsy untuk memeriksa adanya potensi keganasan
PETA KONSEP
Jenis serta
kelebihan dan
kekurangan
Restorasi
Rigid
Indikasi dan
Prosedur
kontraindikasi
SASARAN BELAJAR
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis dan pemeriksaan pada kasus (subj,
obj, ekstraoral dan intraoral)
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan rencana perawatan pulpitis reversible
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan restorasi inlay dan onlay
- Perbedaan
- Indikasi
- Kontraindikasi
- kelebihan dan kekurangan
- tahap pembuatan (mulai dari preparasi gigi, tahap pencetakan, bentuk jadi)
RESUME
1. MAMPU MENGETAHUI DAN MENJELASKAN DIAGNOSIS DAN
PEMERIKSAAN PADA KASUS (SUBJ, OBJ, EKSTRAORAL DAN
INTRAORAL)
A. Pemeriksaan Subjektif1
Dalam pemeriksaan subjektif menanyakan pasien tentang riwayat nyeri pada
gigi yang terkena menententukan derajat patologi pulpa. Riwayat ini
menambah kegunaan dimensi dalam diagnosis bagi dokter, apakah pulpitis
reversibel atau ireversibel.
B. Pemeriksaan Objektif1
i. Pemeriksaan Ekstraoral
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian
luar. Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata, telinga wajah,
kepala dan leher. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan yang terlihat secara visual atau terdeteksi secara Palpasi
seperti kecacatan, pembengkakan benjolan, luka, cedera, memar, fraktur,
dislokasi dan lain sebagainya.
2) Perkusi
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukukan cepat tetapi tidak
keras dengan meng gunmkn ujung jari, ke mudian intensitas puk uhn
dtingkatkan. Selain menggunak an ujung jari pemeriksaan ini juga
sering dilakukan de ngan menggunakan ujung instrumen
3) Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area occlusal atau insisal untuk mengecek
apakah ada suntu kavitas atau tidak.
4) Tes Vitalitas Pulpa
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak.
a. Tes termal, merupakan tes ke vitakan gigi yang meliputi aplikasi
panas dan dingin pada gigi untuk menentukan senstivitas terhadap
perubahan termal.
o Tes dingin
Dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu
etil klorida, salju karbon dioksida kering) Apabila pasien
merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut
vital. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan
apa-apa mka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa.
o Tes panas
dilakukan dengan mengguakan berbagai bahan yaitu gutta
perca panas, compound panas, alat torch and heat dan
instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Rasa
nyeri yang tajam dan singkat ketika dberi stimulus gutta perca
menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak
merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital
b. Tes kavitas
Bertujuan untuk mengetahui vitlitas gigi dengan cara melubangi
gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap
pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa saki
dilanjukan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan
tidak vital jika tidak ada sakit
c. Tes jarum miller
Diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akbat karies atau
tes kavitas. Tes jarum miller dihkukan dengan cara memasukkan
jarum miller hing ga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri
mka hasil ada lah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah
nonvital, sebaliknya
d. Tes elektris
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan untuk stimulasi listrik, saraf ke tubuh. alatnya
menggunakan Electronic Pulp Tester (EPT)
C. Pemeriksaan Radiografis
Gunakan radiografi untuk mengidentifikasi gigi dengan restorasi besar atau
karies yang tidak terlihat secara klinis. Perlu diingat bahwa gigi dengan
pulpitis reversibel atau ireversibel tidak akan menunjukkan lesi periapikal
secara radiografik, tetapi mungkin menunjukkan penebalan ligamentum
periodontal (PDL), hilangnya lamina dura, dan / atau osteitis kondensasi.
Pulpitis ireversibel dapat menunjukkan ruang PDL yang melebar.
D. Diagnosis
Pulpitis Reversibel
Pulpitis Reversibel Peradangan ringan pada pulpa gigi ini disebabkan oleh
karies yang merambah pulpa. Gambaran klinis ditandai dengan
hipersensitivitas terhadap termal (yaitu, panas atau dingin) atau stimulus
manis, yang dengan cepat menghilang saat stimulus dihilangkan. Tanda
Gejala yang mendukung diagnosis adalah nyeri tidak spontan , tes termal
positif cenderung dingin,
Ulkus Traumatis yang Bersifat kronis. Cedera kronis pada mukosa mulut
dapat menyebabkan lesi ulseratif lama berdiri sendiri. Ulserasi traumatis
kronis biasanya terjadi di lidah, bibir, dan mukosa bukal . Dapat ditandai
dengan adanya daerah ulseratif di sekitar membran fibrinopurulen kuning
yang dapat terlepas. Dalam banyak kasus, lesi mengembangkan batas
hiperkeratosis yang terangkat dan bergulung tepat di sebelah area ulserasi.
Kebanyakan luka traumatis menjadi tidak nyeri dan sembuh dalam 10 hari.
Namun, beberapa lesi bertahan selama beberapa minggu karena luka
traumatis yang berlanjut, iritasi oleh cairan oral, atau infeksi sekunder..
Hapus iritan atau perbaiki struktur gigi (karies, dentin terbuka, restorasi yang rusak).
Terus pantau gejala pasien. Sarankan pasien untuk kembali jika gejala menetap atau
memburuk. 3
Nasihat
Pasien mungkin menggunakan anti-inflamasi seperti ibuprofen (600 mg q. 6 jam.
Hingga maksimum 2400 mg / hari).Dapat dilengkapi dengan dosis acetaminophen
yang dijadwalkan (misalnya, Extra Strength TYLENOL® [500 mg q. 4-6 jam. Hingga
maksimum 3000 mg / hari]).3
Sedangkan untuk menangani ulser dapat mengangkat sumber penyebab ulser lalu
dapat melakukan pengobatan dengan melapisi permukaan yang mengalami ulserasi
dengan fluocinonide atau triamcinolone acetonide dalam basis emolien setelah makan
dan sebelum tidur biasanya mengurangi nyeri dan mengurangi durasi penyembuhan.
INDIKASI
Umum5
Dinding proksimal tipis yang perlu diekskavasi
Eliminasi setidaknya satu cusp gigi,
Gigi berlubang melebihi dimensi 1/3 sampai 1/2 dari jarak antara cusp. Sulit untuk
mengembalikan titik kontak,
Gigi setelah perawatan endodontik , dengan kualitas yang baik dari sisa jaringan
keras,
Kavitas yang terletak di atas gingiva
Inlay
Inlay Keramik
Dapat menjadi sebagai pengganti metal casting atau restorasi amalgam pada
pasien yang membutuhkan restorasi kelas II di mana dinding bukal dan lingual
tetap utuh, dan menawarkan alternatif yang layak di mana lebar isthmus yang
berlebihan dapat menghalangi penggunaan restorasi komposit posterior langsung.
Keramik inlay lebih kuat daripada resin komposit posterior langsung,
menawarkan sifat fisik yang lebih unggul, karena tingkat konversi polimerisasi
yang terbatas daripada komposit posterior direk sehingga kekuatan komposit lebih
kurang.
Inlay Komposit6,7
Dimensi kavitas tidak memungkinkan penerapan teknik direk : massa besar
restorasi dengan teknik direk tidak diindikasikan karena penyusutan yang
signifikan dari polimerisasi dan tekanan pada dinding kavitas.
Restorasi multipel dengan kuadran karena memerlukan satu impression yang
menghindari banyak kunjungan pasien.
Ketika pasien menuntut hasil estetika karena ada variasi corak yang diasosiasikan
dengan teknik layering yang memungkinkan reproduksi struktur gigi asli dengan
tepat.
Pasien harus memiliki kebersihan mulut yang baik
Gigi harus vital: gigi harus vital karena hasil dari teknik ini tidak pasti pada gigi
dengan kelainan pulpa. Dalam kasus gigi yang dirawat secara endodontik, metode
terapeutik lain harus digunakan.
Dalam kasus bruxism, komposit tetap menjadi bahan restorasi pilihan.
Kekerasannya yang rendah dibandingkan dengan struktur gigi membuat keausan
akibat bruxism terjadi pada rekonstitusi komposit dan bukan pada gigi antagonis.
Tidak seperti yang terjadi dengan bahan lain seperti keramik
Onlay
kavitas besar dengan lebar buko-lingual lebih besar dari 1/3 lebar buko-lingual
gigi atau / dan disertai dengan hilangnya satu atau lebih cusp. Karena, sebagian
besar dari persyaratan fungsional jauh lebih besar daripada kavitas yang lebih
kecil. bergantung pada restorasi daripada jaringan gigi.
Restorasi permukaan oklusal gigi posterior, yang telah terabrasi
Penatalaksanaan sindrom gigi retak, kemungkinan terjadi fraktur cusp
Restorasi gigi posterior dengan kehilangan jaringan gigi yang luas,
Ketika ada peningkatan kebutuhan estetik dan margin restorasi dapat dibatasi pada
email tanpa ekstensi dentin.
Dalam penggantian tambalan amalgam kelas II yang lama, terutama jika retakan
terlihat pada dinding pulpa
Pada gigi dengan perawatan endodontik yang membutuhkan coverage penuh
Onlay Komposit
Margin harus supragingival untuk bonding yang dapat diprediksi
Pasien harus memiliki tindakan kebersihan mulut dan pengendalian penyakit yang
memuaskan.
Ketebalan oklusal minimal 1,5-2,0 mm untuk ruang interoklusal.
Gigi harus dirawat secara endodontik dengan segel koronal yang sesuai
Gigi harus diisolasi secara efektif untuk sementasi.
Adanya disklusi posterior dalam gerakan eksursif; ketika hanya pembebanan
aksial yang terjadi, peningkatan interfacial stresses resultant akibat gaya lateral
dan horizontal dihindari
KONTRAINDIKASI
Umum 8
Kontraindikasi untuk restorasi indirek, meliputi:
Gaya oklusal yang berat: restorasi keramik dapat patah jika ketebalannya kurang
atau mengalami tekanan oklusal yang berlebihan, seperti pada pasien yang
memiliki kebiasaan bruxing atau clenching
Ketidakmampuan untuk mempertahankan lapang kerja yang kering: teknik adesif
memerlukan kontrol kelembaban yang hampir sempurna untuk memastikan
berhasil mendapatkan hasil klinis jangka panjang.
Preparasi subgingiva dalam: Meskipun ini bukan merupakan kontraindikasi
absolut, Preparasi dengan tepi subgingiva yang dalam umumnya harus dihindari.
Margin ini sulit dicetak dengan elastomer atau bahkan cetakan digital dan sulit
untuk dievaluasi dan diselesaikan.
Inlay9
pasien dengan kontrol plak yang buruk atau karies aktif.,
Tekanan Oklusal besar harus dihindari Karena fraktur porselen telah dilaporkan
sebagai penyebab utama kegagalan pelapisan keramik sifat keramik yang brittle.
Pasien dengan maloklusi, atau pada pasien yang menunjukkan bukti aktivitas
parafungsional seperti bruxism atau clenching, disarankan untuk berhati-hati.
Onlay9
Tidak mungkin untuk mencapai isolasi yang tepat dan lapangan kerja
terkontaminasi oleh air liur dan cairan tubuh lainnya.
Preparasi subgingiva dalam
Gaya oklusal berat atau kebiasaan parafungsional, Bruxism
Kebersihan Mulut yang Buruk / karies rampan
Kerugian 8
Peningkatan biaya dan waktu: Sebagian besar teknik tidak langsung, kecuali
metode CAD / CAM kursi kursi, memerlukan dua janji temu dengan pasien
ditambah pembuatan restorasi sementara. Faktor-faktor ini, bersama dengan biaya
laboratorium, berkontribusi pada biaya restorasi tidak langsung yang lebih tinggi
dibandingkan dengan restorasi langsung.
Kepekaan teknik: Restorasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik tidak
langsung membutuhkan keahlian operator tingkat tinggi. keahlian diperlukan
selama persiapan, kesan, percobaan, ikatan, dan penyelesaian restorasi.
Percobaan dan pengiriman yang sulit: Restorasi komposit tidak langsung dapat
dipoles secara intraoral menggunakan instrumen dan bahan yang sama yang
digunakan untuk memoles komposit langsung, meskipun akses ke beberapa area
marginal mungkin sulit. Keramik lebih sulit untuk dipoles karena potensi celah
marjinal yang berisi resin dan kekerasan permukaan keramik. Kerapihan keramik:
Sebuah restorasi keramik dapat patah jika preparasi tidak memberikan ketebalan
yang memadai untuk menahan gaya oklusal atau jika restorasi tidak dengan tepat
didukung oleh resin semen dan preparasi.
Keausan pada gigi yang berlawanan dan restorasi: Beberapa bahan keramik dapat
menyebabkan keausan berlebih pada enamel atau restorasi yang berlawanan.
Perbaikan pada bahan telah mengurangi masalah ini, tetapi keramik, terutama jika
kasar dan tidak dipoles, dapat menyebabkan aus pada gigi yang berlawanan dan
restorasi.
Potensi perbaikan yang rendah: Ketika fraktur parsial terjadi pada inlay atau onlay
keramik, perbaikan biasanya bukan merupakan perawatan yang pasti. Prosedur
sebenarnya (pengasaran mekanis, pengetsaan dengan asam hidrofluorat [HF], dan
penggunaan bahan penghubung silan sebelum restorasi dengan adhesif dan
komposit) relatif sederhana
Desain Margin
Gunakan butt joint 90 derajat untuk margin inlay keramik. Bevel
dikontraindikasikan karena bulk filling diperlukan untuk mencegah fraktur. heavy
chamfer direkomendasikan untuk margin onlay keramik.
Finishing
Finishing margin dengan bur finishing dan instrumen tangan, pangkas kembali
basis ionomer kaca. Tepi yang halus dan berbeda sangat penting untuk
pemasangan restorasi keramik yang akurat.
Pencetakan/Impression
impression akurat dibuat menggunakan bahan silikon. impression dibuat dalam
satu langkah dengan teknik viskositas ganda, kemudian dikirim ke laboratorium
untuk pengecoran dan realisasi inlay komposit. impression antagonis diwujudkan
dengan alginat untuk memungkinkan reproduksi laporan oklusi. preparasi ditutup
dengan temporary filling sambil menunggu janji berikutnya.
Tambahan
dimensi yang dibutuhkan minimal untuk semua preparasi keramik inlay posterior.
Umumnya, kedalaman dasar pulpa minimal 1,5–2 mm, reduksi aksial 1–1,5 mm,
dan lebar isthmus 2 mm menentukan dimensi preparasi yang memadai secara
minimal. Lebar isthmus seperti itu meminimalkan risiko patah karena tekanan
akibat gaya oklusal. Ketebalan material yang tidak mencukupi akan
mengakibatkan rekahan. Tanpa pengurangan yang memadai, lebar isthmus, dan
tepi cavosurface halus 90 °, material keramik tidak akan mampu menahan beban
yang signifikan. beban yang menjadi sasaran posterior .
4. Difference Between Inlay and Onlay in Dentistry [Internet]. [cited 2021 Feb 24].
and-onlay-in-dentistry/
5. Desai M, Mandlik J, Modak R, Shah N. Title : Composite Inlay for Posterior Teeth :
9. Aspros A. Inlays & Onlays Clinical Experiences and Literature Review. J Dent Heal