Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN INDIVIDU

BBDM MODUL 6.1


SKENARIO 2

Dosen Pembimbing :
drg. Ira Anggar Kusuma M.Sc

Disusun oleh :
Fandy Gunawan Wibisono
22010218120019

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
Skenario 2

Seorang pasien wanita usia 35 tahun datang ke poli gigi RSND ingin memeriksakan sariawan
di pipi kanan bagian dalam yang tidak membaik sejak dua minggu yang lalu. Lokasi sariawan
tersebut dekat dengan bagian gigi yang tajam. Gigi tersebut pernah ditambal 2 tahun lalu.
Pada pemeriksaan tampak ulkus dangkal dengan diameter 5 mm pada mukosa bukal gigi 46.
Tampak tumpatan komposit kelas II pada Gigi 46 dengan terdapat karies sekunder antara tepi
tumpatan dengan tepi gigi pada sisi proksimal bagian bukal dan bagian lingual, tepi gigi
bagian bukal tajam. Gigi terasa ngilu bila minum air dingin dan tidak terdapat nyeri spontan.
Dokter gigi menyarankan kepada pasien untuk dibuatkan restorasi rigid sehingga dapat
merasakan rasa nyaman untuk dipakai mengunyah makanan.

Narasumber :
1. drg. Nadia Hardini, Sp.KG
2. drg. Brigitta Natania R., Sp.KG
3. drg. Gloria Fortuna, Sp.KG
Bahan referensi :
- Sturdevant, CM. (2018) The Art and Science of Operative Dentistry, ed.7. St Louis
Mosby.
- Garg, Nisha. 2013. Textbook of Operative Dentistry 2nd edition. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher.

TERMINOLOGI
1. Karies sekunder
Terjadi pada gigi setelah pengisian bahan tumpatan yg telah digunakan pada waktu
tertentu. Biasanya terdapat celah antara gigi dan tumpatan sehingga bakteri, ion, dll
bisa masuk kedalam tumpatan.
2. Restorasi rigid
Restorasi yg dibuat diluar mulut dari bahan rigid dan disemen pada preparasi dengan
bahan perantara golongan semen. Berupa inlay, onlay, crown dan veneer.
3. Ulkus
Hilangnya seluruh ketebalan epitel sehingga jaringan dibawahnya terbuka dan dapat
menyebabkan keradangan yg disebabkan karena tekanan. Bisa terjadi pada mukosa
bukal, dasar mulut, lidah atau palatum lunak.
4. Tumpatan restorasi kelas II
Tumpatan yg biasanya diletakkan pada permukaan proksimal gigi posterior (Molar
dan Premolar).

RUMUSAN MASALAH
1. Penyebab terjadinya karies sekunder?
2. Tipe restorasi rigid dan tipenya pada kasus?
3. Apa saja kemungkinan penyebab kegagalan tumpatan resin komposit?
4. Mengapa disarankan melakukan restorasi rigid?
5. Bahan apa yg digunakan pada restorasi rigid?
6. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari penggunaan restorasi rigid?
7. Apakah ulkus yg terjadi berhubungan dengan tambalan sebelumnya?
8. Apa perbedaan antara restorasi rigid dan plastis?
9. Kelebihan dan kekurangan restorasi rigid?
10. Tatalaksana ulkus

HIPOTESIS
1. Penyebab karies sekunder
Kegagalan restorasi yg menyebabkan kebocoran restorasi resin komposit tersebut.
Bisa dipengaruhi adanya mikroleakage yaitu celah mikro antara restorasi dan gigi
serta adaptasi yg kurang baik. Cairan asam bisa mengikis dan membentuk biofilm
sehingga bakteri bisa tumbuh di celah tersebut. Bisa juga karena kontak proksimal yg
tidak baik dan menyebabkan retensi sisa makanan serta beban oklusi yg besar pada
gigi posterior.
2. Tipe restorasi rigid dan tipe pada skenario
a) Ekstrakoronal
Complete crown
b) Intrakoronal
- Inlay
- Onlay
- Mahkota ¾
c) Intraradikuler
- mahkota pasak
- mahkota pasak fiber reinforced composite
Pada skenario = Onlay metal (melibatkan >1 cusp, dan terjadi pada gigi posterior
yg membutuhkan kekuaran yg besar tanpa memperhatikan estetika)
3. Penyebab kegagalan tumpatan?
- Keahlian dokter untuk melakukan prosedur
- Karakteristik pasien (luas karies, kekuatan jaringan, OH pasien)
- Bahan yang digunakan (tahan tekanan kunyah, tahan korosif, adaptasi baik)
4. Mengapa disarankan menggunakan restorasi rigid
Sampai ke sisi bukal dan lingual dan dibutuhkan untuk memperbaiki kontak
proksimal, restorasi ini juga lebih tahan lama, struktur anatominya juga lebih
memuaskan dibanding restorasi plastis
5. Bahan restorasi rigid
Komposit, metal, porselen, PFM
Sifat logam:
- Kekuatan tensil besar
- Membutuhkan preparasi luas
- Membutuhkan bevel untuk retensi
Sifat porselen:
- Estetik unggul
- Kekuatan kompresif tinggi
- Biaya mahal
Sifat PFM:
- Kekuatan dan estetik baik
- Harga mahal
- Reaksi alergi/ mekanis
Resin komposit:
- Adaptasi marginal baik (mikroleakage minimal)
- Harga lebih murah dibanding porselen
- Estetik dan kekuatan cukup baik
- Kekuatan tekan rendah dan tidak cocok untuk kavitas yg berukuran besar
6. Indikasi:
- Gigi vital dan nonvital
- Dikarenakan kegagalan restorasi sebelumnya
- Jaringan yg sehat hanya tersisa sedikit
- Mahkota klinis pendek dan tekanan oklusal besar
- Soial ekonomi memungkinkan
Kontraindikasi:
- OH buruh
- Bruxism
- Ekonomi pasien tidak memungkinkan
7. Ada, karena tambalan rusak dan bagian bukal tajam dan menjadi faktor penyebab
ulkus
8. Perbedaan rigid dan plastis
Proses pembuatannya, restorasi plastis tumpatan dilakukan pada satu kali kunjungan
sedangkan restorasi rigid dibuat pada lab dental dengan menggunakan model
kemudian di sementasi
Plastis = struktur gigi banyak, murah, sekali kunjungan
9. Rigid = mahal, perlu kunjungan berulang, tidak mudah fraktur/rusak, secar anatomis
lebih bagus
10. Tatalaksana ulkus
- Menghilangkan faktor predisposisi
- Pemberian obat topikal antibiotik/antijamur (tergantung penyebab)
- Terapi kortikosteroid topikal
- Bila perlu bisa diberikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri
- Pemeriksaan biopsy untuk memeriksa adanya potensi keganasan
PETA KONSEP

Jenis serta
kelebihan dan
kekurangan

Restorasi
Rigid

Indikasi dan
Prosedur
kontraindikasi

SASARAN BELAJAR
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan diagnosis dan pemeriksaan pada kasus (subj,
obj, ekstraoral dan intraoral)
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan rencana perawatan pulpitis reversible
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan restorasi inlay dan onlay
- Perbedaan
- Indikasi
- Kontraindikasi
- kelebihan dan kekurangan
- tahap pembuatan (mulai dari preparasi gigi, tahap pencetakan, bentuk jadi)
RESUME
1. MAMPU MENGETAHUI DAN MENJELASKAN DIAGNOSIS DAN
PEMERIKSAAN PADA KASUS (SUBJ, OBJ, EKSTRAORAL DAN
INTRAORAL)
A. Pemeriksaan Subjektif1
Dalam pemeriksaan subjektif menanyakan pasien tentang riwayat nyeri pada
gigi yang terkena menententukan derajat patologi pulpa. Riwayat ini
menambah kegunaan dimensi dalam diagnosis bagi dokter, apakah pulpitis
reversibel atau ireversibel.
B. Pemeriksaan Objektif1
i. Pemeriksaan Ekstraoral
Merupakan pemeriksaan yang dilakukan di daerah sekitar mulut bagian
luar. Meliputi bibir, TMJ, kelenjar limfe, hidung, mata, telinga wajah,
kepala dan leher. Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk mendeteksi
adanya kelainan yang terlihat secara visual atau terdeteksi secara Palpasi
seperti kecacatan, pembengkakan benjolan, luka, cedera, memar, fraktur,
dislokasi dan lain sebagainya.

ii. Pemeriksaan Intraoral1


 Pemeriksaan jaringan lunak
Pemeriksaan jaringan lunak intraoral meliputi pemeriksaan jaringan
lunak mulut, tenggorokan, lidah dan gusi.
 Mukosa Labial
Pemeriksaan mukosa labial dengan memutar bibir secara
perlahan. Mukosa labial akan tampak basah dan berkilau. Bekas
luka di dalam bibir bawah sering terlihat sebagai akibat dari
trauma saat kecil.
 Mukosa Bukal dan vestibulum
mukosa harus halus, lembab dan berkilau. Jika cermin menempel
pada mukosa dapat menjadi indikasi adanya xerostomia atau
mulut kering.
 Langit-langit keras dan lunak
Dokter akan memeriksa langit-langit keras, yang merupakan area
keras dari langit-langit mulut dan kemudian langit-langit lunak
pemeriksaan dapat dilakukandengan lebih mudah jika pasien
mengatakan "Ahhh".
 Lidah
Langkah selanjutnya adalah memeriksa lidah. Bagian atas lidah
akan diperiksa terlebih dahulu, diikuti oleh sisi lidah, yang
mungkin sedikit meregangkan lidah. Ujung lidah dipegang
dengan kain kasa dan lidah digerakkan dari satu sisi ke sisi lain,
jika ada lidah yang berpindah dari satu sisi ke sisi lain, jika ada
bengkak atau borok, maka daerah tersebut akan dipalpasi
Jaringan di daerah ini harus lunak
 Lantai mulut
Dokter memeriksa dasar mulut dimana dapat merasakan kelenjar
air liur, yang biasanya terasa kaku atau berlobus, yang biasanya
terasa kaku atau lobulat.
 Gingiva dan mukosa alveolar.
Gingiva sehat berwarna merah muda, teratur, beberapa kelainan
berwarna muda dan teratur.

 Pemeriksaan jaringan keras


1) Inspeksi

Memeriksa dengan mengamati obyek (gigi) bagaimana dengan warna,


ukuran, bentuk, hubungan anatomis, keutuhan permukaan jaringan
permukaan, karies, abrasi, dan resesi. selain itu jaringan lunak
(mukosa, bibir, lidah, tonsil, palatum molle, palatum durum, dan
gingival) serta gigi (meliputi kebersihan mulut, keadaan gigi geligi,
posisi gigi gelgi spasing, drafting dan oklusi). 

2) Perkusi 
Perkusi dilakukan dengan cara memberi pukukan cepat tetapi tidak
keras dengan meng gunmkn ujung jari, ke mudian intensitas puk uhn
dtingkatkan. Selain menggunak an ujung jari pemeriksaan ini juga
sering dilakukan de ngan menggunakan ujung instrumen
3) Sondasi
Sondasi merupakan pemeriksaan menggunakan sonde dengan cara
menggerakkan sonde pada area occlusal atau insisal untuk mengecek
apakah ada suntu kavitas atau tidak.

4) Tes Vitalitas Pulpa
Tes vitalitas merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah suatu gigi masih bisa dipertahankan atau tidak.
a. Tes termal, merupakan tes ke vitakan gigi yang meliputi aplikasi
panas dan dingin pada gigi untuk menentukan senstivitas terhadap
perubahan termal. 
o Tes dingin
Dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai bahan yaitu
etil klorida, salju karbon dioksida kering) Apabila pasien
merespon ketika diberi stimulus dingin dengan keluhan nyeri
tajam yang singkat maka menandakan bahwa gigi tersebut
vital. Apabila tidak ada respon atau pasien tidak merasakan
apa-apa mka gigi tersebut nonvital atau nekrosis pulpa.
o Tes panas
dilakukan dengan mengguakan berbagai bahan yaitu gutta
perca panas, compound panas, alat torch and heat dan
instrumen yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Rasa
nyeri yang tajam dan singkat ketika dberi stimulus gutta perca
menandakan gigi vital, sebaliknya respon negatif atau tidak
merasakan apa-apa menandakan gigi sudah non vital 
b. Tes kavitas
Bertujuan untuk mengetahui vitlitas gigi dengan cara melubangi
gigi. Alat yang digunakan bur tajam dengan cara melubangi atap
pulpa hingga timbul rasa sakit. Jika tidak merasakan rasa saki
dilanjukan dengan tes jarum miller. Hasil vital jika terasa sakit dan
tidak vital jika tidak ada sakit 
c. Tes jarum miller
Diindikasikan pada gigi yang terdapat perforasi akbat karies atau
tes kavitas. Tes jarum miller dihkukan dengan cara memasukkan
jarum miller hing ga ke saluran akar. Apabila tidak dirasakan nyeri
mka hasil ada lah negatif yang menandakan bahwa gigi sudah
nonvital, sebaliknya
d. Tes elektris
Merupakan tes yang dilakukan untuk mengetes vitalitas gigi
dengan untuk stimulasi listrik, saraf ke tubuh. alatnya
menggunakan Electronic Pulp Tester (EPT)

C. Pemeriksaan Radiografis
Gunakan radiografi untuk mengidentifikasi gigi dengan restorasi besar atau
karies yang tidak terlihat secara klinis. Perlu diingat bahwa gigi dengan
pulpitis reversibel atau ireversibel tidak akan menunjukkan lesi periapikal
secara radiografik, tetapi mungkin menunjukkan penebalan ligamentum
periodontal (PDL), hilangnya lamina dura, dan / atau osteitis kondensasi.
Pulpitis ireversibel dapat menunjukkan ruang PDL yang melebar.

D. Diagnosis
 Pulpitis Reversibel

Pulpitis Reversibel Peradangan ringan pada pulpa gigi ini disebabkan oleh
karies yang merambah pulpa. Gambaran klinis ditandai dengan
hipersensitivitas terhadap termal (yaitu, panas atau dingin) atau stimulus
manis, yang dengan cepat menghilang saat stimulus dihilangkan. Tanda
Gejala yang mendukung diagnosis adalah nyeri tidak spontan , tes termal
positif cenderung dingin,

 Sustained Traumatic Ulcer/Ulkus Soliter Kronis

Ulkus Traumatis yang Bersifat kronis. Cedera kronis pada mukosa mulut
dapat menyebabkan lesi ulseratif lama berdiri sendiri. Ulserasi traumatis
kronis biasanya terjadi di lidah, bibir, dan mukosa bukal . Dapat ditandai
dengan adanya daerah ulseratif di sekitar membran fibrinopurulen kuning
yang dapat terlepas. Dalam banyak kasus, lesi mengembangkan batas
hiperkeratosis yang terangkat dan bergulung tepat di sebelah area ulserasi.
Kebanyakan luka traumatis menjadi tidak nyeri dan sembuh dalam 10 hari.
Namun, beberapa lesi bertahan selama beberapa minggu karena luka
traumatis yang berlanjut, iritasi oleh cairan oral, atau infeksi sekunder..

2. MAMPU MENGETAHUI DAN MENJELASKAN RENCANA PERAWATAN


PULPITIS REVERSIBLE
Pada pulpitis reversibel, vitalitas pulpa dapat dipertahankan jika gigi dirawat,
biasanya dengan pengangkatan karies, dan kemudian direstorasi. Umumnya, tidak
diperlukan perawatan selain masa penyembuhan pulpa.2

Hapus iritan atau perbaiki struktur gigi (karies, dentin terbuka, restorasi yang rusak).
Terus pantau gejala pasien. Sarankan pasien untuk kembali jika gejala menetap atau
memburuk. 3

Nasihat
Pasien mungkin menggunakan anti-inflamasi seperti ibuprofen (600 mg q. 6 jam.
Hingga maksimum 2400 mg / hari).Dapat dilengkapi dengan dosis acetaminophen
yang dijadwalkan (misalnya, Extra Strength TYLENOL® [500 mg q. 4-6 jam. Hingga
maksimum 3000 mg / hari]).3

Sedangkan untuk menangani ulser dapat mengangkat sumber penyebab ulser lalu
dapat melakukan pengobatan dengan melapisi permukaan yang mengalami ulserasi
dengan fluocinonide atau triamcinolone acetonide dalam basis emolien setelah makan
dan sebelum tidur biasanya mengurangi nyeri dan mengurangi durasi penyembuhan.

3. MAMPU MENGETAHUI DAN MENJELASKAN RESTORASI INLAY DAN


ONLAY
PERBEDAAN
Perbedaan antara Inlay dan Onlay adalah 4
Inlay dirancang untuk mengurangi kerusakan pada permukaan gigi Anda.Inlay
dapat digunakan saat ada kerusakan atau pembusukan di diantara cusp gigi.
Dokter gigi memiliki berbagai bahan yang dapat digunakan untuk membuat inlay,
termasuk emas, resin komposit, dan keramik. Resin komposit dapat disesuaikan
dengan warna gigi untuk mendapatkan estetika yang ideal. Sedangkan onlay akan
menutupi area yang lebih luas daripada inlay .Onlay yang memperbaiki Area
Besar Kadang-kadang disebut mahkota parsial; onlay diterapkan untuk merawat
area yang luas. Tidak seperti inlay, Onlay digunakan pada permukaan gigitan dan
dapat diperpanjang hingga cusp di gigi, seperti yang diminta oleh pasien. Sama
seperti inlay, onlay dapat dirancang dari keramik, emas, atau resin komposit,
karena setiap bahan memberikan daya tahan yang sangat baik bagi pasien.
Menggunakan onlay dianggap sebagai alternatif mahkota karena perawatan ini
membantu menyelamatkan lebih banyak gigi daripada prosedur penempatan
mahkota konvensional.

INDIKASI
Umum5
 Dinding proksimal tipis yang perlu diekskavasi
 Eliminasi setidaknya satu cusp gigi,
 Gigi berlubang melebihi dimensi 1/3 sampai 1/2 dari jarak antara cusp. Sulit untuk
mengembalikan titik kontak,
 Gigi setelah perawatan endodontik , dengan kualitas yang baik dari sisa jaringan
keras,
 Kavitas yang terletak di atas gingiva

Inlay
Inlay Keramik
 Dapat menjadi sebagai pengganti metal casting atau restorasi amalgam pada
pasien yang membutuhkan restorasi kelas II di mana dinding bukal dan lingual
tetap utuh, dan menawarkan alternatif yang layak di mana lebar isthmus yang
berlebihan dapat menghalangi penggunaan restorasi komposit posterior langsung.
 Keramik inlay lebih kuat daripada resin komposit posterior langsung,
 menawarkan sifat fisik yang lebih unggul, karena tingkat konversi polimerisasi
yang terbatas daripada komposit posterior direk sehingga kekuatan komposit lebih
kurang.
Inlay Komposit6,7
 Dimensi kavitas tidak memungkinkan penerapan teknik direk : massa besar
restorasi dengan teknik direk tidak diindikasikan karena penyusutan yang
signifikan dari polimerisasi dan tekanan pada dinding kavitas.
 Restorasi multipel dengan kuadran karena memerlukan satu impression yang
menghindari banyak kunjungan pasien.
 Ketika pasien menuntut hasil estetika karena ada variasi corak yang diasosiasikan
dengan teknik layering yang memungkinkan reproduksi struktur gigi asli dengan
tepat.
 Pasien harus memiliki kebersihan mulut yang baik
 Gigi harus vital: gigi harus vital karena hasil dari teknik ini tidak pasti pada gigi
dengan kelainan pulpa. Dalam kasus gigi yang dirawat secara endodontik, metode
terapeutik lain harus digunakan.
 Dalam kasus bruxism, komposit tetap menjadi bahan restorasi pilihan.
Kekerasannya yang rendah dibandingkan dengan struktur gigi membuat keausan
akibat bruxism terjadi pada rekonstitusi komposit dan bukan pada gigi antagonis.
Tidak seperti yang terjadi dengan bahan lain seperti keramik

Onlay
 kavitas besar dengan lebar buko-lingual lebih besar dari 1/3 lebar buko-lingual
gigi atau / dan disertai dengan hilangnya satu atau lebih cusp. Karena, sebagian
besar dari persyaratan fungsional jauh lebih besar daripada kavitas yang lebih
kecil. bergantung pada restorasi daripada jaringan gigi.
 Restorasi permukaan oklusal gigi posterior, yang telah terabrasi
 Penatalaksanaan sindrom gigi retak, kemungkinan terjadi fraktur cusp
 Restorasi gigi posterior dengan kehilangan jaringan gigi yang luas,
 Ketika ada peningkatan kebutuhan estetik dan margin restorasi dapat dibatasi pada
email tanpa ekstensi dentin.
 Dalam penggantian tambalan amalgam kelas II yang lama, terutama jika retakan
terlihat pada dinding pulpa
 Pada gigi dengan perawatan endodontik yang membutuhkan coverage penuh
Onlay Komposit
 Margin harus supragingival untuk bonding yang dapat diprediksi
 Pasien harus memiliki tindakan kebersihan mulut dan pengendalian penyakit yang
memuaskan.
 Ketebalan oklusal minimal 1,5-2,0 mm untuk ruang interoklusal.
 Gigi harus dirawat secara endodontik dengan segel koronal yang sesuai
 Gigi harus diisolasi secara efektif untuk sementasi.
 Adanya disklusi posterior dalam gerakan eksursif; ketika hanya pembebanan
aksial yang terjadi, peningkatan interfacial stresses resultant akibat gaya lateral
dan horizontal dihindari

KONTRAINDIKASI
Umum 8
Kontraindikasi untuk restorasi indirek, meliputi:
 Gaya oklusal yang berat: restorasi keramik dapat patah jika ketebalannya kurang
atau mengalami tekanan oklusal yang berlebihan, seperti pada pasien yang
memiliki kebiasaan bruxing atau clenching
 Ketidakmampuan untuk mempertahankan lapang kerja yang kering: teknik adesif
memerlukan kontrol kelembaban yang hampir sempurna untuk memastikan
berhasil mendapatkan hasil klinis jangka panjang.
 Preparasi subgingiva dalam: Meskipun ini bukan merupakan kontraindikasi
absolut, Preparasi dengan tepi subgingiva yang dalam umumnya harus dihindari.
Margin ini sulit dicetak dengan elastomer atau bahkan cetakan digital dan sulit
untuk dievaluasi dan diselesaikan.

Inlay9
pasien dengan kontrol plak yang buruk atau karies aktif.,
 Tekanan Oklusal besar harus dihindari Karena fraktur porselen telah dilaporkan
sebagai penyebab utama kegagalan pelapisan keramik sifat keramik yang brittle.
 Pasien dengan maloklusi, atau pada pasien yang menunjukkan bukti aktivitas
parafungsional seperti bruxism atau clenching, disarankan untuk berhati-hati.

Onlay9
 Tidak mungkin untuk mencapai isolasi yang tepat dan lapangan kerja
terkontaminasi oleh air liur dan cairan tubuh lainnya.
 Preparasi subgingiva dalam
 Gaya oklusal berat atau kebiasaan parafungsional, Bruxism
 Kebersihan Mulut yang Buruk / karies rampan

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN


Kelebihan8
 Kecuali untuk biaya yang lebih tinggi dan waktu yang lebih lama, keuntungan dari
restorasi warna-gigi tidak langsung serupa dengan keuntungan dari restorasi
komposit indirect.
Peningkatan sifat fisik: Berbagai variasi bahan restorasi warna gigi berkekuatan
tinggi, termasuk yang diproses di laboratorium dan computer-milled kerami, dapat
digunakan dengan teknik tidak langsung karena memiliki sifat fisik yang lebih
baik daripada material komposit langsung karena dibuat dalam kondisi
laboratorium yang relatif ideal.
 Variasi material dan teknik: Restorasi berwarna gigi indirek dapat dibuat dengan
keramik menggunakan proses laboratorium tradisional atau menggunakan metode
CAD / CAM laboratorium atau dilakukan disisi kursi dental.
 Resistensi aus: Restorasi keramik lebih tahan aus dibandingkan restorasi komposit
langsung, faktor yang sangat penting saat merestorasi area oklusal gigi posterior
yang luas
 Pengurangan penyusutan polimerisasi: Penyusutan polimerisasi dan tegangan
yang dihasilkan merupakan kelemahan utama dari restorasi komposit langsung.
Meskipun penyusutan bahan resin pada lapisan ikatan tipis dapat menghasilkan
tegangan yang relatif tinggi, studi klinis menunjukkan inlay dan onlay keramik
memiliki adaptasi marginal, bentuk anatomi, kecocokan warna, dan tingkat
kelangsungan hidup yang lebih baik daripada restorasi komposit langsung.
 Dukungan struktur gigi yang tersisa: Gigi yang dilemahkan oleh karies, trauma,
atau preparasi dapat diperkuat dengan restorasi warna gigi tidak langsung yang
diikat secara adhesif.
Kontrol kontur dan kontak yang lebih tepat: Teknik tidak langsung biasanya
memberikan kontur yang lebih baik (terutama kontur proksimal) dan kontak
oklusal daripada restorasi langsung karena dari peningkatan akses dan visibilitas
di luar mulut.
 Biokompatibilitas dan respon jaringan yang baik: Keramik dianggap sebagai
bahan kimia yang inert dengan biokompatibilitas yang sangat baik dan respon
jaringan lunak. Biokompatibilitas pulpa dari teknik tidak langsung lebih terkait
dengan semen resin daripada bahan keramik yang digunakan.
 Peningkatan dukungan tambahan: Sebagian besar teknik tidak langsung
memungkinkan pembuatan restorasi dikirimkan seluruhnya atau sebagian ke
laboratorium gigi. Pengiriman ke laboratorium tersebut memungkinkan
penggunaan waktu dokter gigi yang lebih efisien.

Kerugian 8
 Peningkatan biaya dan waktu: Sebagian besar teknik tidak langsung, kecuali
metode CAD / CAM kursi kursi, memerlukan dua janji temu dengan pasien
ditambah pembuatan restorasi sementara. Faktor-faktor ini, bersama dengan biaya
laboratorium, berkontribusi pada biaya restorasi tidak langsung yang lebih tinggi
dibandingkan dengan restorasi langsung.
 Kepekaan teknik: Restorasi yang dilakukan dengan menggunakan teknik tidak
langsung membutuhkan keahlian operator tingkat tinggi. keahlian diperlukan
selama persiapan, kesan, percobaan, ikatan, dan penyelesaian restorasi.
 Percobaan dan pengiriman yang sulit: Restorasi komposit tidak langsung dapat
dipoles secara intraoral menggunakan instrumen dan bahan yang sama yang
digunakan untuk memoles komposit langsung, meskipun akses ke beberapa area
marginal mungkin sulit. Keramik lebih sulit untuk dipoles karena potensi celah
marjinal yang berisi resin dan kekerasan permukaan keramik. Kerapihan keramik:
Sebuah restorasi keramik dapat patah jika preparasi tidak memberikan ketebalan
yang memadai untuk menahan gaya oklusal atau jika restorasi tidak dengan tepat
didukung oleh resin semen dan preparasi.
 Keausan pada gigi yang berlawanan dan restorasi: Beberapa bahan keramik dapat
menyebabkan keausan berlebih pada enamel atau restorasi yang berlawanan.
Perbaikan pada bahan telah mengurangi masalah ini, tetapi keramik, terutama jika
kasar dan tidak dipoles, dapat menyebabkan aus pada gigi yang berlawanan dan
restorasi.
 Potensi perbaikan yang rendah: Ketika fraktur parsial terjadi pada inlay atau onlay
keramik, perbaikan biasanya bukan merupakan perawatan yang pasti. Prosedur
sebenarnya (pengasaran mekanis, pengetsaan dengan asam hidrofluorat [HF], dan
penggunaan bahan penghubung silan sebelum restorasi dengan adhesif dan
komposit) relatif sederhana

 TAHAP PEMBUATAN (MULAI DARI PREPARASI GIGI, TAHAP


PENCETAKAN, BENTUK JADI)
Setelah menguraikan diagnosis,
kita melakukan preparasi secara meyeluruh pada jaringan yang karies dengan
preservasi maksimum jaringan sehat.
Preparasi8
Desain preparasi dipengaruhi oleh material restoratif yang dipilih (material yang
lebih lemah membutuhkan bulk tambahan), metode fabrikasi, dan kemampuan
bonding restorasi. Dokter harus lebih lanjut mempertimbangkan estetika,
ketahanan patah tulang, dan kemampuan kekuatan tepi dari bahan restorasi yang
dipilih.

Isolasi Rubber dam direkomendasikan untuk kontrol lapang pandang dan


kelembapan. Sebelum memakai dam, tandai dan nilai hubungan kontak oklusal
dengan artikulating paper. Untuk menghindari chipping atau keausan resin luting,
margin restorasi tidak boleh berada pada kontak sentris.

Siapkan Outline Form.


Ini umumnya akan diatur oleh restorasi dan karies yang ada dan secara luas mirip
dengan inlay dan onlay logam konvensional. Karena ikatan resin, undercut
dinding aksial kadang-kadang dapat diblokir dengan GIC modified resin,
mempertahankan enamel tambahan untuk adhesi. Namun, enamel yang rusak atau
melemah harus selalu dihilangkan.
 Pengurangan central groove (biasanya sekitar 1,8 mm) mengikuti anatomi gigi
yang belum dipreparasi daripada monoplane. Ini akan memberikan bulk tambahan
untuk keramik. outline form harus menghindari kontak oklusal. Area yang akan
dipasang membutuhkan jarak bebas 1,5 mm di semua perjalanan untuk mencegah
keretakan keramik.
 Perluas box untuk memungkinkan jarak proksimal minimal 0,6 mm untuk
pembuatan cetakan. Margin harus dijaga supra gingival, yang akan membuat
isolasi selama prosedur luting kritis menjadi lebih mudah dan akan meningkatkan
akses untuk finishing. Bila perlu, bedah listrik atau pemanjangan mahkota gigi
dapat dilakukan. Lebar lantai gingiva box harus kira-kira 1,0 mm.
 Bulatkan semua sudut garis dalam. Sudut tajam menyebabkan konsentrasi
tegangan dan meningkatkan kemungkinan adanya rongga selama prosedur luting.
 Ekskavasi Karies
Singkirkan karies yang tidak termasuk dalam preparasi outline form dengan
ekskavator atau bur bulat di handpiece kecepatan rendah.
 Tempatkan dasar semen ionomer kaca yang dimodifikasi resin untuk memulihkan
jaringan yang terekskavasi pada dinding gingiva.

Desain Margin
Gunakan butt joint 90 derajat untuk margin inlay keramik. Bevel
dikontraindikasikan karena bulk filling diperlukan untuk mencegah fraktur. heavy
chamfer direkomendasikan untuk margin onlay keramik.

Finishing
Finishing margin dengan bur finishing dan instrumen tangan, pangkas kembali
basis ionomer kaca. Tepi yang halus dan berbeda sangat penting untuk
pemasangan restorasi keramik yang akurat.

Jarak Oklusal (untuk Onlay)


Periksa jarak oklusal setelah rubberdam dilepas. Jarak 1,5 mm diperlukan untuk
mencegah fraktur di semua ekskursi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
mengukur ketebalan resin sementara restorasi dengan dial caliper.

Pencetakan/Impression
impression akurat dibuat menggunakan bahan silikon. impression dibuat dalam
satu langkah dengan teknik viskositas ganda, kemudian dikirim ke laboratorium
untuk pengecoran dan realisasi inlay komposit. impression antagonis diwujudkan
dengan alginat untuk memungkinkan reproduksi laporan oklusi. preparasi ditutup
dengan temporary filling sambil menunggu janji berikutnya.

Tambahan
dimensi yang dibutuhkan minimal untuk semua preparasi keramik inlay posterior.
Umumnya, kedalaman dasar pulpa minimal 1,5–2 mm, reduksi aksial 1–1,5 mm,
dan lebar isthmus 2 mm menentukan dimensi preparasi yang memadai secara
minimal. Lebar isthmus seperti itu meminimalkan risiko patah karena tekanan
akibat gaya oklusal. Ketebalan material yang tidak mencukupi akan
mengakibatkan rekahan. Tanpa pengurangan yang memadai, lebar isthmus, dan
tepi cavosurface halus 90 °, material keramik tidak akan mampu menahan beban
yang signifikan. beban yang menjadi sasaran posterior .

Prosedur Klinis dan Tahapan Inlay6


 Post-light-curing dengan panas dan cahaya (80 hingga 140 °) dalam wadah
tertentu, dengan atau tanpa tekanan nitrogen. Tahap “cooking” akhir ini
memperbaiki sifat mekanik komposit, integritas marginalnya serta topografi
permukaannya. Selain itu, fase lightcuring pasca ini meningkatkan laju konversi
komposit. Pengamplasan dengan 50 μm alumina oksida digabungkan untuk
mengetsa dengan asam hidrofluorat 5% selama satu menit, diikuti dengan aplikasi
lapisan silan untuk meningkatkan adhesi.
 Setelah inlay diterima, inlay dicobakan di gigi dengan isolasi dental dam, setiap
kontak dengan cairan mulut akan menyebabkan inlay readmission (pengulangan
perawatan) ke laboratorium untuk melanjutkan perawatan pengamplasan, etsa, dan
silanisasi (metode pelapisan kovalen berbiaya rendah dan efektif untuk
memodifikasi permukaan material yang kaya akan gugus hidroksil, seperti
titanium, hidroksiapatit, dan banyak permukaan oksida logam lainnya.)
 Selama langkah ini, penyesuaian fungsional dan margin dilakukan jika perlu.
Kavitas yang telah dipreparasi pada permukaan gigi dietsa enamel dan dentin
selama 20 detik, pembilasan 20 detik, pengeringan dan aplikasi sistem bonding
(generasi ke-4 atau ke-5). Perlakuan kimia permukaan gigi memungkinkan
adhesion komposit dengan penguncian mikro di enamel dan lapisan hybrid di
dentin
 Untuk kavitas proksimal (Kelas II- Hitam, Situs 2- Mount & Hume); penggunaan
sistem matriks dianjurkan untuk menghindari kelebihan serviks
 Bonding dengan menggunakan dual flow composite, chemical dan light cured
composite. Komposit ditempatkan di kavitas, kemudian inlay ditempatkan dengan
tekanan ringan
 Kemudian dilanjutkan dengan eliminasi semua kelebihan bahan komposit sebelum
polimerisasi menggunakan probe gigi untuk permukaan oklusal dan benang gigi
untuk zona proksimal. Kemudian dilanjutkan polimerisasi semua dinding gigi,
lalu memoles dan menyelesaikan menggunakan fine diamond burs dan disk.

Prosedur Klinis dan Tahapan Onlay6

(A) Preparasi kavitas (B) abrasi udara menggunakan aluminiumoksida pada


permukaan onlay s (C) Silane coupling agent untuk diaplikasikan pada
permukaan onlay (D) Restorasi akhir pasca luting

 Semua margin kavitas disiapkan hingga 90 º butt joint dan difinising


menggunakan disk. Untuk memastikan bahwa dinding gigi aksial yang tersisa
divergen secara oklusal tanpa undercut, semua internal line angle dibulatkan dan
dihaluskan. Struktur gigi koronal yang tersisa digunakan untuk mengoptimalkan
fitur-fitur yang telah ada sebelumnya. Box proksimal meningkatkan resistansi dan
bentuk retensi.
• Preparasi post cavity, dibuat cetakan full arch menggunakan bahan elastomer, dan
lengkung gigi yang berlawanan dicetak menggunakan bahan alginate.
• Dalam kasus tertentu di mana gigi yang sebelumnya dengan restorasi besar dan
mengarah ke pembentukan dentin sekunder menyebabkan sensitivitas berkurang
atau tidak ada. Kontaminasi bakteri dan sensitivitas termal dari dentin yang
terpapar dapat dihilangkan dengan menggunakan dentin sealing dan penempatan
bahan dasar yang sesuai seperti GIC atau komposit flowable.
• Setelah dentin sealing, lapisan tipis glycerin gel diaplikasikan, dan bahan berbasis
resin lunak sementara dapat ditempatkan tanpa sementasi. Indeks silikon dibuat
untuk pembuatan restorasi sementara dengan membangun kontur gigi di mulut.
• Lapisan resin bonding diaplikasikan pada preparasi, diikuti dengan penempatan
matriks yang diisi dengan bahan resin self-polymerized dan penghilangan material
berlebih.
• Di laboratorium, cetakan dituangkan ke dalam stone tipe IV dengan die spacer 0,3
mm diikuti oleh resin komposit yang dibangun sesuai kontur dan dicuring di unit
polimerisasi.
• Prosedur pasca laboratorium onlay dicoba untuk memastikan keakuratan
kedudukan marginal, kecocokan marginal diverifikasi, dan oklusi diperiksa dan
disesuaikan sebelum luting
• permukaan onlay di air abradedd menggunakan aluminium oksida 50μm dengan
bidang operasi diisolasi menggunakan rubber dam dan selanjutnya dibersihkan
dengan spirit.
• Dianjurkan untuk menggunakan retraction cord jika margin terletak di dekat
gingiva, ini untuk memastikan kontrol kelembapan yang optimal. Agen silanasi
diaplikasikan pada permukaan onlay.
• Restorasi onlay diaplikasikan dengan tekanan jari ringan pada awalnya dan
dipertahankan kemudian dengan burnisher bola yang dipegang pada fossa sentral
sampai set selesai.
• Kelebihan semen dihilangkan di bagian proksimal saat masih dalam tahap rubbery
dengan menggunakan benang gigi.
Pemeriksaan klinis reguler dan radiologis inlay direkomendasikan untuk memfollow up
perkembangan struktur dentin-pulpa dan untuk melihat sifat material dari waktu ke waktu.
Dengan demikian, dimungkinkan untuk mendeteksi kerusakan marginal atau kurangnya
keketatan filling
DAFTAR PUSTAKA
1. Intraoral and extraoral examination Intraoral and extraoral examination. 2006;7–9.

2. Piattelli A, Traini T. Diagnosis and managing pulpitis: reversible or irreversible? Pract

Proced Aesthet Dent. 2007;19(4):254–6.

3. Dabuleanu M. Pulpitis (Reversible/Irreversible). Can Dent Assoc. 2013;79:90.

4. Difference Between Inlay and Onlay in Dentistry [Internet]. [cited 2021 Feb 24].

Available from: https://www.fitzgeralddentistry.com/blog/difference-between-inlay-

and-onlay-in-dentistry/

5. Desai M, Mandlik J, Modak R, Shah N. Title : Composite Inlay for Posterior Teeth :

Few Case Reports. 2016;15(4):113–7.

6. Petraki V, Antoniadou M. Resin composite onlays: A restorative solution with

perspective, clinical and laboratory procedures. Hell Stomatol Rev. 2015;(January).

7. Garjani A. Pharmaceutical sciences. Pharm Sci. 2016;22(1):1.

8. Aziz IN. Inlay and Onlay. 2018. p. 1–31.

9. Aspros A. Inlays & Onlays Clinical Experiences and Literature Review. J Dent Heal

Oral Disord Ther. 2015;2(1):26–31.

Anda mungkin juga menyukai