Anda di halaman 1dari 15

Modul 4 Blok 13

IMPLANT KEDOKTERAN GIGI

1. KEUNTUNGAN RADIOGRAFI CBCT


Keuntungan penggunaan CBCT pada implant KG adalah kemampuannya untuk mendapatkan
data gambar volumetric yang detil pada area maxillofacial untuk diagnosis dan perencanaan
perawatan pra bedah. Kesuksesan pertumbuhan penggunaan CBCT karena ukurannya yang
kompak, dosis yang masuk akal, biaya yang rendah dan mudah digunakan.

2. STRATEGI OPTIMASI DOSIS PENGGUNAAN CBCT PADA PERAWATAN IMPLAN /


PENGATURAN DOSIS OPTIMAL CBCT UNTUK DENTAL IMPLAN
-ketebalan tulang tidak kelihatan di panoramik (contoh bentuknya lancip)
-ukuran bukal lingual sangat penting, hanya bisa dilihat di panoramik
-tatalaksana: design (ukuran implan)

Drg.Silvi
3. PERTIMBANGAN RESTORATIF DENTAL IMPLANT
1. Penempatan implant
- penempatan implan sangat penting dalam desain restorasi. Aspek perencanaan
penempatan implan harus dimulai dengan konsultasi restorative KG.
- Penempatan implant → penampilan, kontur, dan fungsi jangka panjang GT.
- untuk mencegah kerusakan, beri jarak 1 mm dari gigi asli sebelahnya, tetapi
tetap sedekat mungkin dengan gigi asli juga merupakan hal yang penting-->
Kontur yang bisa diterima dapat dibuat oleh dokter gigi restorative.
- untuk akses yang memadai selama prosedur kebersihan mulut, minimal beri
jarak 3 mm antar implant. Selain itu, implan tidak boleh mengganggu pada celah
embrasur atau bersudut sehingga akses pada screw implan diperlukan melalui
permukaan fasial dari restorasi.
- untuk meminimalkan gaya lateral yang merusak, sumbu panjang implant harus
diposisikan di sentral fossa restorasi → menentukan penempatan implant secara akurat di
ketiga bidang ruang.
- penempatan superoinferior penting untuk memastikan profil.
- munculnya restorasi yang optimal. Idealnya permukaan superior implan harus
2,5 sampai 3,0mm secara langsung lebih rendah dari posisi munculnya restorasi
yang direncanakan, terutama bila restorasi harus ditempatkan di zona estetika
anterior.

2. Ukuran implant dan restorasi


- pilihan implant dan penempatan lokasi superoinferiornya dimodifikasi oleh
diameter restorasi yang diinginkan dan dapat disesuaikan dengan ukuran gigi
yang berbeda. Misalnya tipikal diameter akar dari gigi seri sentral rahang atas
adalah 8 mm; diameter implan rata-rata adalah 4mm. Oleh karena itu, jarak 2,5 -
3 mm dibutuhkan untuk membuat transisi secara bertahap dari 4 mm menjadi 8
mm. Jika ini dilakukan dalam jarak yang terlalu pendek, restorasi akan
overcontour atau terlihat tidak alami.
- sebaliknya, banyak gigi seri tengah dan lateral mandibular < 4 mm pada CEJ.
Karena itu, restorasi estetik pada implant diameter 4 mm tidak mungkin. Implant
berdiameter lebih kecil (sekitar 3 mm) tersedia untuk memungkinkan restorasi
estetik masuk daerah ini. Dimungkinkan juga untuk menggunakan implan yang
lebih besar (5-6mm) untuk restorasi molar pada pasien dengan tulang yang
memadai. Ukuran restorasi harus selalu dipertimbangkan selama tahap
perencanaan perawatan agar ukuran implan yang benar ditempatkan di lokasi
yang ideal.
3. Implan gigi tunggal/single tooth implant
- perencanaan perawatan untuk restorasi gigi tunggal, terutama di zona estetik
anterior, adalah salah satu masalah paling menantang yang dihadapi oleh drg.
Penempatan implan untuk kedua hal baik estetika dan beban biomekanik (untuk
meminimalkan longgarnya screw) sangat penting. Selain itu pada tahap
perencanaan perawatan, keputusan untuk menempatkan implan dengan fitur
antirotasional ke dalam sistem (misalnya, spline atau heksagon) sangat penting.
4. Kontur jaringan lunak
- untuk perencanaan perawatan implant di bagian anterior zona estetik, penting
untuk melihat dari dekat jaringan lunak yang akan mengenai restorasi.
Merupakan hal menantang untuk mencapai papila yang benar-benar terbentuk
antara restorasi implan dan gigi sebelahnya. Jika jaringan interdental dan tulang
dibawahnya telah hilang sebelum penempatna implan, mungkin tidak
memungkinkan mencapai kontur papila yang ideal.
- literatur berisi pedoman yang membantu dalam memprediksi apakah kontur
jaringan lunak yang memadai dapat dipertahankan. Seperti dalam gambar,
hubungan tulang interdental terhadap kontak interproksimal tampaknya
memprediksi apakah akan ada papila interdental atau tidak. Jika jarak antara
tulang dan kontaknya pendek (min. 5 mm) biasanya papila terbentuk. Jika
jaraknya panjang (8mm), papila biasanya tidak akan terbentuk tanpa tambahan
draft jaringan lunak.

Drg.Calz
4. DEFINISI IMPLANT BERDASARKAN GLOSSARY OF PROSTHODONTIC TERMS
Alat prostetik yang terbuat dari bahan alloplastic yang ditanamkan ke dalam jaringan RM di
bawah mukosa dan atau pada lapisan periosteal, dan atau dalam tulang untuk mendapatkan
retensi dan dukungan untuk GTC maupun lepasan. (GPT)
5. TIPE IMPLANT
1. endooseus implant (dlm tulang)
- blade like
- Pin
- root form, cylindrical
- disk like
- screw shaped
- tapered and screw shaped
2. Subperiosteal implant (udh jarang dipake juga) → nempel pas di permukaan tulang
3. Transmandibular Implant → region anterior
4. zygomatic implant → kalo tulang ga cukup gabisa pake endooseus bisa pake ini

6. BAGIAN IMPLANT
1. fixture
- bagian dari implant yang diletakkan di dalam tulang dan disebut juga dental implant
body. Terdapat banyak variasi dari panjang, diameter, thread, desain geometri, dll
*ada bone level, ada tissue level biasanya buat di posterior karena ga perlu estetik
*dgn gigi asli 1,5 mm krn ada ligament perio jd dia ada suplai nutrisi, ga resorbsi; kl antar implant
3 mm krn bisa resorbsi kl terlalu deket

2. cover screw
- cover screw (healing screw) adalah komponen yang digunakan untuk menutup koneksi
fixture-abutment jika dilakukan two-stage procedure

3. Abutment
- bagian yang menghubungkan implant body ke protesa, disebut juga implant abutment.
Istilah standarnya adalah ‘dental implant connecting component’.

4. healing abutment
- komponen yang dipasangkan pada fixture dan menonjol ke jaringan lunak, dapat
digunakan baik dalam second stage procedure atau saat pemasangan implant untuk
menghindari bedah kedua. Healing abutment bertujuan untuk membentuk margin
gingiva sehingga menyediakan akses untuk restorasi ke fixture.

5. Impression coping
- berguna untuk mentransfer posisi fixture di dalam RM untuk proses pembuatan
suprastruktur pada model kerja. *nanti dihubungkan dengan lab analog yg bakal dicor

6. Scan abutment
- digunakan pada proses pencetakan digital menggunakan IOS (intra oral scanner),
sehingga tidak diperlukan lagi pencetakan manual menggunakan impression coping.

7. Lab analog
- tiruan fixture implant yang akan dicor pada model kerja untuk keperluan pembuatan
suprastruktur implant

8. healing caps

7. DEFINISI OSSEOINTEGRASI
- kontak langsung antara permukaan implant dengan tulang tanpa adanya jaringan ikat.
- jaringan lunak di sekitar implant memiliki kesamaan dengan jaringan lunak di sekitar gigi
asli. Pada level tulang tidak adanya ligament periodontal yang mengelilingi permukaan
implant merupakan perbedaan paling fundamental, sehingga tidak ada kompensasi
ligament periodontal dalam keadaan premature kontak.

8. INDIKASI PEMASANGAN IMPLANT


- mengembalikan fungsi mastikasi
- mengembalikan fungsi fonetik
- meningkatkan estetik
- untuk mendapatkan kembali gigi yang hilang
- Menghindari preparasi/pengurangan struktur gigi

KONTRAINDIKASI ABSOLUT
- miokardial infark
- protesis valvular
- gangguan ginjal berat
- DM yg tidak terkontrol
- hipertensi yang tidak terkontrol
- osteoporosis
- alkoholik kronis
- sedang menjalankan radioterapi
- perokok berat (20 batang/hari)
- terapi biofosfonat (menyebabkan BRONJ)

KONTRAINDIKASI RELATIF
- ukuran tulang tdk mencukupi (dapat dilakukan setelah prosedur augmentasi tulang
dilakukan)

Modul 5 Blok 13
GERODONTOLOGI
Dok Vinna
9. DEFINISI GERIATRIC/LANSIA MENURUT WHO
Menurut World Health Organisation (WHO), lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang
telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan
lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process atau proses penuaan.

10. EFEK PENUAAN PADA JARINGAN KERAS ORAL:


- Email : abrasi, atrisi, erosi, abfraksi, karies, perubahan warna gigi
- Dentin : peningkatan dentin peritubular, dentin sklerotik, dan jumlah saluran yang mati
- Sementum : peningkatan ketebalan sementum
- Tulang rahang : osteoporosis

EFEK PENUAAN PADA JARINGAN LUNAK ORAL:


- Mukosa oral : jaringan menjadi kurang elastik, lapisan mukosa menjadi tipis, aliran
darah berkurang, mudah mengalami kerusakan dan terkena infeksi, di mana
tendensinya meningkat akibat kurang baikya respon imun
- Pulpa gigi : penurunan ukuran kamar pulpa dan saluran akar → jumlah pembuluh darah dan
saraf menurun
- Ligamen periodontal : ketebalan ligament periodontal akan menurun seiring dengan
bertambahnya usia

EFEK PENUAAN PADA FUNGSI ORAL:


- Kelenjar saliva dan sekresi saliva berkurang
- Penurunan sensasi rasa
- Penurunan fungsi pengunyahan dan penelanan
- Respon bicara lemah

Dok Shelly
11. DEFINISI XEROSTOMIA / MULUT KERING
- merupakan suatu keluhan subjektif yang umum, tetapi bukan bukti objektif dari
hyposalivation
- keluhan terkadang dirasakan bukan nyata secara klinis

12. ETIOLOGI / PENYEBAB UTAMA XEROSTOMIA


1. Iatrogenik
- antikolinergik atau obat simpatomimetik, misalnya tricyclics, fenotiazin dan antihistamin
- iradiasi kelenjar ludah termasuk kebetulan oleh terapi 131 yodium
- sitotoksik agen
- graft-versus-host disease
2.Non-iatrogenik
- dehidrasi, misalnya diabetes tidak terkendali
- sindrom sjorgen
- sarkoidosis
- penyakit HIV
- aplasia kelenjar ludah

13. DIAGNOSIS XEROSTOMIA DIDAPAT KARENA :


- kesulitan makan makanan kering (tanda cracker)
- kesulitan mengendalikan gigi tiruan dalam pidato dan menelan
- rasa terganggu
- rasa sakit, sering karena cheilitis, kandidosis atau stomatitis sudut
- karies
- sialadenitis

MULUT KEKERINGAN DAPAT DIKENALI DENGAN :


- lidah cenderung menempel pada palatum saat berbicara
- mukosa cenderung menempel pada kaca mulut
- mulut mungkin tampak kering dan mengkilap; lidah dapat mengembangkan karakteristik
lobulated, biasanya merah, permukaan dengan depapilasi
- mungkin ada kurangnya penggabungan biasa air liur di lantai mulut
- garis tipis dari air liur berbusa

14. MANAJEMEN TERAPI XEROSTOMIA


- pasien dengan mulut kering dianjurkan untuk melakukan diet lembut/lembab
- menghindari makanan kering seperti biskuit dan obat-obatan yang dapat menyebabkan
xerostomia, seperti: tricyclis, konsumsi alkohol, merokok
- pengganti saliva dapat membantu secara simpatik (air, methylcellulose, mucin; air liur
buatan)
- saliva dapat dirangsang dengan menggunakan permen karet (mengandung sorbitol,
bukan sukrosa), permen diabetes, obat cholinergic, yang merangsang saliva
(sialogogues), seperti pilocarpine atau cevimeline; ini harus diawasi oleh spesialis
karena mereka dapat menyebabkan efek lain cholinergic seperti bradikardia, berkeringat
dan buang air kecil
- bibir harus dilindungi dengan petroleum jelly

15. KOMPLIKASI YANG HARUS DIHINDARI/DIOBATI MELIPUTI


- karies gigi
- kontrol asupan sukrosa
- penggunaan fluorida sehari-hari (1% natrium fluorida gel atau 0,4% gel
berstannous fluorida) dan remineralisasi
- kandidosis
- gigi tiruan harus dibiarkan keluar dari mulut di malam hari dan disimpan untuk
jangka waktu terbatas dalam larutan natrium hipoklorit atau chlorhexidine
- antijamur seperti miconazole gel atau amfoterisin atau nistatin salep harus
diberikan di gigi tiruan sebelum dipasang
- bakteri sialadenitis
- sialadenitis akut membutuhkan pengobatan dengan antibiotik seperti
Amoxicillin/clavulanate atau flucloxacillin

Dok Jane
16. KLASIFIKASI LANSIA (WHO)
- Usia pertengahan (middle age) → 45-59 tahun
- Lanjut usia (elderly) → 60-74 tahun
- Lanjut usia tua (old) → 75-90 tahun
- Usia sangat tua (very old) → di atas 90 tahun

KLASIFIKASI LANSIA (DEPKES RI 2013)


- Pra lansia→ 45-59 tahun
- Lansia→ 60 tahun/lebih
- Lansia resiko tinggi→ 60 tahun/lebih+masalah kesehatan
- Lansia potensial→ lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan+kegiatan yang dapat
menghasilkan barang/jasa
- Lansia tidak potensial→ lansia yang tidak berdaya mencari nafkah→ hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain

17. EFEK PENUAAN (AGING) PADA RM


- Tulang alveolar → resorpsi
- Mukosa → stomatitis terutama pada pria lansia yang merokok tembakau, minuman beralkohol
berlebihan
- Tulang → massa berkurang karena osteoblast menjadi kurang aktif
- Saliva → kuantitas dan kualitas berkurang
- Rasa dan bau → sensitivitas terhadap rasa dan bau berkurang
- Gigi → enamel lebih tipis → gigi berwarna kuning kecoklatan +atrisi
- Estetik → banyak kehilangan gigi → wajah terlihat lebih tua
- Gerakan rahang pada usia lanjut → koordinasi motorik berkurang+ otot melemah → waktu
kunyah bertambah

18. PEDOMAN PERAWATAN PROSTODONTIK PADA LANSIA


- cangkolan kawat lebih disukai daripada cangkolan cor
- landasan resin akrilik lebih dipilih daripada metal
- landasan akrilik → dapat dibuat dengan mudah, cepat, dan dapat diperbaiki
- diperingatkan tidak terlalu optimis untuk linggir yang datar atau flabby (masalah
dukungan)
- fungsi estetik+mastikasi→ tujuan utama
- fungsi yang nyaman saat dipakai makan → gigi posterior → cusp yang berada pada kontak
yang seimbang + bebas dari kontak yang menghambat gerakan lateral dan
protrusif
- oklusi berimbang + artikulasi yang beban namun tetap mempertahankan bentuk
cusp dan fossa
- oklusi berimbang dan artikulasi yang bebas penting karena gaya yang sama akan
diarahkan ke dua sisi untuk mendukung linggir sisa → stabilitas + retensi >> pada GT →
mencegah terbentuknya kebiasaan parafungsi
- GT baru adalah seperti sepatu baru → memerlukan waktu penyesuaian

19. INSTRUKSI CARA MENGGUNAKAN DAN MERAWAT GT


- memotong makanan kecil-kecil
- tempatkan makanan di bawah lidah dan biarkan dibasahi saliva
- bagi makanan dalam posisi yang sama dan bebankan ke kedua sisi
- gunakan pipi dan kedua sisi lidah untuk menjaga makanan dibebankan ke gigi belakang
- makan pada kedua sisi pada saat yang sama
- ketika tidak mengunyah, gigi dibiarkan terpisah (tidak berkontak)
- ujung lidah dijaga menyentuh bagian belakang gigi RB setiap saat yang memungkinkan
dan terutama saat makan
- lepaskan GT saat malam dan rendam dengan air suhu ruangan atau larutan pembersih
sesuai dengan aturan pabrik

Modul 6 Blok 13
Kelainan TMJ

Drg. silvi
20. DEFINISI TMD / TEMPOROMANDIBULAR DISEASE
menurut American academy of orofacial pain TMD adalah kumpulan gejala yang mewakili
bbrp masalah klinis termasuk masalah pada otot-otot pengunyahan dan atau struktur yang
berhubungan spt TMJ.

21. GEJALA TMD / TEMPOROMANDIBULAR DISEASE


a. Kesulitan/ketidaknyamanan saat menggigit/mengunyah
b. Bunyi sendi saat membuka/menutup mulut
c. Nyeri pada wajah
d. Sakit telinga (terutama di pagi hari)
e. Sakit kepala (khususnya di pagi hari)
f. Gangguan pendengaran
g. Migrain (terutama di pagi hari)
h. Rahang sakit/kekakuan rahang
i. Kemampuan untuk membuka/menutup mulut
j. Tinnitus
k. Nyeri pada leher dan bahu
l. pusing

22. ETIOLOGI TMD / TEMPOROMANDIBULAR DISEASE


Multifaktorial dan termasuk didalamnya faktor biologis, lingkungan, sosial, emosional,
dan trigger kognitif. Faktor yang secara konsisten berhubungan dengan TMD termasuk
didalamnya kondisi nyeri lainnya (misal : sakit kepala kronis), fibromyalgia, kelainan
autoimun, sleep apnea, dan penyakit psikiatris

23. KLASIFIKASI TMD / TEMPOROMANDIBULAR DISEASE MENURUT AAOP & RDC/TMD


MENURUT AAOP
I. Masticatory muscle disorder
1. Protective co-contraction
2. Local muscle soreness
3. Myofascial pain
4. Myospasm
5. Centrally mediated myalgia

II. Temporomandibular joint disorder


1. Derangement of the condyle-disc complex
a. Disc displacements
b. Disc dislocation with reduction
c. Disc dislocation without reduction
2. Structural incompability of the articular surfaces
a. Deviation in form
i. Disc
ii. Condyle
iii. Fossa
b. Adhesion
i. Disc to condyle
ii. Disc to fossa
c. Subluxation (hypermobility)
d. Spontaneous dislocation
3. Inflammatory disorder of the TMJ
a. Synovitis/capsulitis
b. Retrodiscitis
c. Arthritides
i. Osteoarthritis
ii. Osteoarthrosis
iii. Polyarthritides
d. Inflammatory disorder of associated structures
i. Temporal tendonitis
ii. Stylomandibular ligament inflammation

III. Chronic mandibular hypomobility


1. Ankylosis
a. Fibrous
b. Bony
2. Muscle contracture
a. Myostatic
b. Myofibrotic
3. Coronoid impedance

IV. Growth disorder


1. Congenital and developmental bone disorders
a. Agenesis
b. Hypoplasia
c. Hyperplasia
d. Neoplasia
2. Congenital and developmental muscle disorder
a. Hypotrophy
b. Hypertrophy
c. Neoplasia

RDC/TMD
Klasifikasi menurut Samuel Dworkin dan Linda LeResche menggunakan suatu sistem baru sbg
research diagnostic criteria for TMD (RDC/TMD) dengan tujuan mendapatkan kriteria
standarisasi untuk riset berdasarkan pengetahuan yg tersedia dari patologi TMJ.
Axis I (aspek klinis TMD) terdiri dari 3 grup yaitu:
a. Diagnosis otot
b. Disc displacement
c. Arthralgia, arthritis, dan arthrosis

Axis II mewakili ketidakmampuan yang berhubungan dengan nyeri dan kondisi psikologis
pasien. Klasifikasi kriteria termasuk.
- Intensitas nyeri dan derajat ketidak mampuan (menurut skala nyeri kronis)
- Depresi (menurut SCL-90R;depresi dan skala gejala vegetatif
- Keterbatasan yang berhubungan dengan fungsi mandibula

Axis I
Group I: muscle disorders
I.a. Myofascial pain
I.b. Myofascial pain with limitation in aperture

Group II : disc displacement


II.a. Disc displacement with reduction
II.b. Disc displacement without reduction and no limitations in aperture
II.c. Disc displacement without reduction and with limitations in arperture

Group III : Arthralgia, arthritis, arthrosis


III.a. Arthralgia
III.b. Osteoarthritis of the TMJ
III.c. Osteoarthrosis of the TMJ

Drg. Domi
24. ANATOMI TMJ SECARA RADIOLOGI
● Dibentuk dengan mengartikulasikan komponen tulang mandibula dan temporal
● Terdiri dari:
○ Komponen mandibula
○ Komponen temporal
○ Diskus interartikular
○ Jaringan retrodiskal
○ Hubungan sendi temporomandibula
○ Gerakan kondilus

KOMPONEN MANDIBULAR
● Dibentuk oleh kondilus mandibula
● Kondilus adalah struktur tulang ellipsoid yang terhubung ke ramus mandibula dengan
leher sempit
● Bentuk kondilus sangat bervariasi
● Kalsifikasi dari usia 6 bulan
● Kalsifikasi kortikal hinga >20 tahun
● Pd anak batas kortikal sedikit/tdk ada
● Pd dewasa batas kortikal terlihata, tetapi fibrokartilago tidak terlihat
KOMPONEN TEMPORAL
● Dibentuk oleh aspek inferior dari prosesus skuamosa
● Terdiri dari fosa glenoid/mandibula di posterior, dan eminensia artikular dan tuberkulum
di anterior
● Fossa mandibula ditutupi dengan lapisan tipis fibrokartilago
● Pada TMJ normal, atap fossa, kemiringan posterior eminensia artikular, dan puncak
eminensia membentuk ‘S’ jika dilihat pada bidang sagital

● Bagian tengah atap fossa membentuk sebagian kecil lantai fossa kranial tengah, dan
hanya lapisan tipis tulang kortikal yang memisahkan rongga sendi dari tulang subdural
intrakranial
● Kedalaman fossa bervariasi, dan perkembangan eminensia artikular bergantung pada
stimulus fungsional dari kondilus

DISKUS INTERARTIKULER
● Diskus interartikuler (meniskus) terdiri dari jaringan ikat fibrosa avaskular dan
ditempatkan di antara komponen condylar dan temporal
● Diskus membagi rongga sendi menjadi 2 kompartmen yg masing-masing terletak di
bawah (ruang sendi inferior) dan di atas diskus (ruang sendi superios)
● Diskus normal berbentuk biconcave dengan bagian anterior yg tebal, bagian posterior
yg lebih tebal, dan bagian tengah yang tipis
● Diskus juga lebih tebal secara medial daripada lateral
● Dalam dendi normal, bagian tengah yang tipis berfungsi sebagai bagian diskua yang
berartikulasi, bertindak sebagai bantalan antara permukaan artikulasi dari kondilus dan
eminensia artikular
● Pinggiran diskus menempel pada permukaan bagian dalam kapsul sendi
● Bagian anterior juga melekat pada bagian superior dari otot pterigoid lateral
● Bagian posterior menempel pada jaringan retrodiscal. Diskus dan jaringan retrodiscal
secara kolektif disebut komponen jaringan lunak TMJ

JARINGAN RETRODISKAL (PERLEKATAN POSTERIOR DISKUS)

Terdiri dari lamellae superior & inferior yg menutupi daerah jaringan vaskular yg longgar. Yg
sering disebut sebagai zona bilaminar.
Lamina superior, kaya akan elastin, masuk ke dalam dinding posterior fossa mandibula.
Lamina superior meregang & memungkinkan diskus bergerak maju dengan translasi
condylar & kemudian memungkinkan pergerakan halus diskus ke posterior saat mandibula
menutup.
Lamina inferior menempel lebih erat ke permukaan posterior kondilus.

HUBUNGAN SENDI TEMPOROMANDIBULAR


● Ruang sendi adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan area
radiolusen antara kondilus dan komponen temporal yang terlihat pada gambar
diagnostik
● Berisi komponen jaringan lunak dari sendi
● Posisi kondilar di dalam fossa dapat ditentukan dengan memeriksa dimensi ruang sendi
radiografi yang dilihat pada gambar lateral yang dikoreksi
● Sebuah kondilus diposisikan secara konsentris ketika aspek anterior dan posterior dari
ruang sendi radiolusen memiliki lebar yang seragam.

GERAKAN KONDILAR
● Gerakan kondilus terdiri dari gerakan translasi dan rotasi
● Translasi mrp gerakan ke bawah dan ke depan (geser) kondilus,
● Permukaan superior dari disk bergeser thd eminensia artikular;
● Rotasi mrp gerakan spt engsel
● Permukaan superior kondilus thd permukaan inferior diskus
● Tingkat translasi condylar normal sangat bervariasi
● Umumnya, pada pembukaan maksimal, kondilus bergerak ke bawah dan ke depan ke
apec eminence artikular atau sedikit anterior

Drg. Ken
25. PEMERIKSAAN TMJ PADA PASIEN ORTHO MENURUT RAKOSI :
1. Auskultasi : kliking, krepitasi
2. Palpasi pada otot yg terlibat pd pergerakan mandibula, karena gejala awal gangguan
TMJ adalah nyeri tekan pada otot yang terlibat
3. Gerakan fungsional pada mandibula
4. Analisis radiologi : adanya dislokasi dan perubahan/kelainan bentuk dan struktur

1.Auskultasi
Pemeriksaan suara kliking/krepitasi TMJ dengan menggunakan stetoskop
Evaluasinya meliputi: evaluasi kliking selama buka mulut
Kliking pada TMJ menurut Rakosi dibagi menjadi:
a. Kliking pada awal (initial): hubungan kondil dgn diskus
b. Kliking pada tengah (intermediate) : tanda permukaan kondil/permukaan diskus yg tidak
rata
c. Kliking pada akhir (terminal) : egek kondil yg bergerak terlalu jauh pada saat pembukaan
mulut maksimum
d. Kliking resiprokal (pada awal dan akhir): ketidak serasian hubungan kondil dan diskus
(ada jarak)

2.Palpasi : Palpasi pada otot yang terlibat pada pergerakan mendibula, karena gejala awal
gangguan TMJ adalah nyeri tekan pada otot yg terlibat
❏ Palpasi lateral dengan telunjuk dengan memberikan sedikit tekanan pada prosesus
kondiloideus pada saat pergerakan
Aukultasi dan palpasi TMJ:
● Pain on pressure
● Clicking of the joint
○ Initial
○ Intermediate
○ Terminal
○ Reciprocal
● Crepitus
● Uncoordinated condyle movements
❏ Palpasi dengan kelingking pada meatus akustikus internus untuk merasakan bagian
belakang kondil selama buka tutup mulut
❏ Palpasi pada otot pterygoid lateralis
❏ Pemeriksaan pada saat mulut terbuka dan teraba pergeseran di belakang tuberositas
maksila
❏ Palpasi otot temporal EO pemeriksaan bilateral pada otot anterior, medial dan posterior
❏ Perlekatan otot temporal pada prosesus koronoideus pada daerah posterolateral di atas
vestibulum dengan mulut setengah terbuka
❏ Palpasi otot masseter → otot masseter superfisial teraba di bawah arkus zigomatikus
❏ Selama kontraksi otot, rasakan tarikan masseter superfisial dan areanya dekat sudut
gonial

3.Gerakan Fungsional pada Mandibula


Pengukuran jarak intersicial dengan Boley Gauge yang jumlahnya ditambahkan pada
deepbite dan dikurangi openbite
Gerakan fungsional pada mandibula:
a. Gerakan vertikal, buka dan tutup (keterbatasan membuka mulut diukur dengan Boley
Gauge)
b. Gerakan lateral
c. Gerakan protrusif dan retrusif
Semua gerakan mandibula direkam dengan menggunakan Kinesiograph (berupa
deviasi/defleksi, zigzag, type S atau type C dalam 3 dimensi)
Pengukuran dengan menggunakan magnet sehingga ditentukan berdasarkan posisi
koordinat letak

4.Analisis Radiologi
Analisis radiologi : Adanya dislokasi dan perubahan/kelainan bentuk dan struktur

Anda mungkin juga menyukai