Anda di halaman 1dari 110

Persiapan

Perawatan
Orthodonti
Kelompok 3
Fasilitator: drg. Evelyn Eunike, Sp. Ort
Skenario
Keluhan utama:

Ingin merapikan gigi

Anamnesis:

Pasien laki-laki berumur 12 tahun 4 bulan dengan keluhan gigi depan atas
semakin hari semakin ke depan, sehingga sulit menutup mulut dan ingin
dirapikan. Pasien merasa kesulitan menelan, sehingga harus menjulurkan
lidahnya setiap kali hendak menelan. Mulut sering terasa kering dan mudah
berdarah.
Skenario
Objektif

Gigi 42,41,31,32 labioversi. Spacing diantara gigi 11-21, 42-41-31-32 disertai


sedikit labioversi dan terdapat teraan pada lidah. Relasi molar pertama
normoklusi. Anterior overjet 6 mm, overbite 4mm. Gigi 16,26,36 dan 46 pit
dan fissure dalam.
Skenario
Ekstra Oral

Wajah leptoproshopic, profil cembung. Bibir kering, inkompeten.

Intra oral

Korkhahaus PHI >42%. Lidah menutup sebagian oklusal gigi rahang bawah.
Blanch test ++. T3-T3 spacing 42,41,31,32.Relasi C kelas II, Rasio 12 Bolton
kurangdari 91,3%, Howes 33%.

Hasil Analisis :

Mengindikasikan untuk ekstraksi gigi 14 dan 24


Pertanyaan
1. Apakah diagnosis kasus tersebut?

2. Rencana perawatan yang dilakukan sesuai indikasi kasus tersebut?

3. Apakah etiologi kasus tersebut?

4. Bagaimana prosedur perawatan kasus tersebut?


Diagnosis
- Maloklusi dental kelas 1 tipe 2
- Tongue thrusting complex
- Makroglosia
- Pit dan fissure dalam
- Tonsilitis (T3-T3)
Rencana Perawatan
1. Pro OHI/DHE 9. Pro-perawatan endodontik atau
2. Pro- informed consent PSA
3. Pro-pemeriksaan penunjang 10. Pro-penambalan indikasi karies
(radiografi, hematografi) media
4. Pro-konsul ke Sp. THT 11. Pro-frenektomi
5. Pro-medikasi (antibakteri/antivirus, 12. Pro-perawatan orthodontik
analgetik, antiinflamasi) dengan alat ortho lepasan dengan
6. Pro-scaling tongue crib
7. Pro- pit fissure sealant gigi 16, 26, 13. Pro-perawatan prostodontik
36, dan 46 14. Pro-observasi
8. Pro- ekstraksi gigi 14 dan gigi 24 15. Pro-home care dan follow up
Etiologi
- Tongue thrusting syndrome
- Makroglosia
- Perlekatan frenulum yang tinggi
- Tonsilitis T3-T3 et causa infeksi bakteri atau
virus
Prosedur Perawatan
1. 3s (senyum, sapa, salam)
2. Pengisian rekam medis
3. Informed consent
4. Mouth preparation (ekstraksi, frenektomi, PFS dan merujuk ke Sp.THT untuk
T3-T3)
5. Pencetakan
6. Foto cephalometri dan panoramik
7. Analisis model
8. Pembuatan alat ortho
9. Follow up dan maintenance
10. Pembuatan retainer
Definisi Palatal High Indeks dan Facial Indeks
Palatal high indeks : garis vertikal tegak lurus
terhadap raphe midpalatal yang membentang
dari permukaan palatum ke bidang oklusal

Rata-rata nilai indeks: 42%


> 42% : palatum tinggi
<42% :palatum dangkal
Pengukuran: korkhaus
three-dimensional orthodontic
divider
Mengukur:
- tinggi palatal
- lebar lengkung posterior
Facial Indeks : bentuk morfologi wajah
memiliki hubungan tertentu dengan bentuk
lengkung gigi

Mengukur
- Jarak antara nation dan
gnation
- lebar byzygomatic sebagai
jarak antara titik zygoma
Klasifikasi menurut
Martin dan Saller
(1957)

● Hypereuryprosop Low facial skleton x-78.9

● Euryprosop Low facial skleton 79-83.9

● Mesoprosop Average facial skleton 84.0-87.9

● Leptoprosop High facial skleton 88-92.9


● hyperleptoprosop
93-x
Cara Menentukan Profil Wajah
Tiga langkah

1)Menentukan relasi rahang dalam arah


anteroposterior
2)Evaluasi bentuk bibir dan inklinasi insisivus.
3)Evaluasi ulang proporsi vertical wajah , dan
evaluasi sudut dataran mandibular
1.Operator melakukan pemeriksaan dari samping atau dari
sisi lateral
2. Kemudian pasien di instruksikan melihat lurus kedepan
sejajar dengan lantai
3. Profil wajah didapatkan dengan menganalisa garis
referensi
Profil yang konveks mengindikasikan relasi skeletal
kelas II, sedangkan jika profilnya konkaf berarti relasi
skeletalnya kelas III
Thomas Rakosi : glabella-stomion-pogonion
Profitt: glabella-subnation-pogonion

Cembung atau convex Straight atau datar Concave atau


menggambarkan dagu Seluruh titik yang Cembung dimana dagu
yang lebih kebelakang menjadi acuan hampir lebih kedepan atau
(anterior divergent) memiliki garis yang lurus posterior divergent.
Prosedur Penanganan Tongue Thrusting
Compleks
Tongue thrusting compleks merupakan kondisi penelanan
dengan gigi posterior tidak saling berkontak dan lidah
terletak diantara gigi atas dan bawah dan tidak
menyentuh palatum
Penanganan

Simple habit control


Terapi myofunctional (mengatasi kebiasaan
dengan sederhana)
Pembedahan
perawatan ortodonti(
Habit-breaking
peranti lepasan
appliance (peranti
maupun peranti cekat
habit-breaking)
(tongue crib)
fixed tongue crib
removable tongue crib

hybrid habbit correcting


Tongue crib with cold
aplliance
cured acrylic
Fixed tongue loops

Fixed palatal crib with


transpalatal arch Upper hay rake

Tongue fence
Definisi dan Cara Analisis Bolton dan Howes
Analisis Howes

Digunakan pada umumnya untuk gigi rahang atas. Howes


menemukan suatu fakta bahwa gigi berjejal umumnya lebih
banyak diakibatkan karena kekurangan lebar basis apikal,
sehingga keadaan dimana lebar basis apikal sempit dapat
menyebabkan susunan gigi yang tidak teratur
prosedur
Melakukan pengukuran :
- Panjang lengkung gigi : jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar
pertama kiri sampai dengan molar pertama kanan
- Lebar lengkung rahang : diameter basis apical (jarak Antara
titik terdalam fossa kanina kanan dan kiri ) diukur dari arah
depan model gigi
- Lebar lengkung gigi : jarak Antara puncak bonjol bukal gigi
14-24 diukur dari arah oklusal
Menghitung dengan rumus
Hasil Perhitungan
● 44% : basis apical cukup lebar untuk semua gigi 16-26 (keadaan
ideal)
● < 37% : lengkung basal sempit sehingga perlu diektraksi
● 37-44% : dikategorikan dalam kasus yang meragukan. Jika lebar
lengkung gigi lebih sempit dari lengkung rahang maka masih bisa
dilakukan ekspansi
● >44% : lebar lengkung basal lebih besar dari lebar lengkung gigi
sehingga ekspansi dapat dilakukan dengan aman
Analisis Bolton

Analisis rasio interdigitasi yang dirancang untuk melokalisasi


perbedaan ukuran gigi dengan membandingkan standar normal
sehingga kekurangan ruang rahang dapat ditentukan.
Analisa Bolton terbagi dua yaitu:
- rasio anterior (6 gigi anterior)
- rasio total (12 gigi dari M1 kanan dan M1 kiri)
prosedur
Mengukur dan mencatat ukuran mesiodistal gigi dalam mm
- 6 gigi anterior RA (13-23)
- 6 gigi anterior RB (33-43)
-12 gigi RA (16-26)
-12 gigi RB (36-46)
Pengukuran gigi sesuai dengan cara pengukuran pada
analisis ALD (Arch Length Discrepancy)
Menentukan rasio anterior

Menentukan rasio total


❏ Jika rasio anterior > 77,2% ± 1,65, rasio total > 91,3% ± 1,91:
maka ukuran gigi maksila yang benar, mandibular terlalu besar
dibanding seharusnya
❏ Jika rasio anterior < 77,2% ± 1,65, rasio total < 91,3% ± 1,91:
maka ukuran gigi mandibula yang benar, maksila terlalu besar
dibanding seharusnya
❏ Ukuran gigi maksila pasien dikurangi ukuran gigi maksila
pada table
❏ Hasil pengurangan merupakan selisih kelebihan ukuran gigi
maksila
CARA PENCETAKAN RA & RB YANG TEPAT
(posisi pasien & operator)
Pencetakan Rahang Atas
Posisi Pasien: Posisi Operator :

- Pasien duduk tegak dengan bagian Berdiri disebelah kanan pasien, setelah
oklusal rahang sejajar lantai, posisi posisi sendok cetak sudah baik →
yang nyaman dan kepala operator berpindah posisi ke samping
bersandar pada head rest. kanan belakang pasien tanpa
- Tinggi mulut pasien sejajar dengan melepaskan tangan dari sendok cetak.
tinggi siku operator
Pencetakan Rahang Bawah
Posisi Pasien : Posisi Operator :

- Pasien duduk tegak dengan posisi Operator berdiri di depan kanan pasien.
yang nyaman dan kepala
bersandar pada head rest.
- Sudut mulut sebelah kiri didorong
oleh sendok cetak, telunjuk
operator menarik sudut mulut
pasien sebelah kanan.
- Pasien diinstruksikan untuk
mengangkat lidah pada saat
sendok cetak dimasukkan kedalam
mulut.
SYARAT SENDOK CETAK DAN ADUKAN
BAHAN CETAK YANG BAIK
Syarat sendok cetak yang baik
➢ Sendok cetak harus mencakup seluruh gigi dan cukup tinggi
➢ Sendok cetak harus memiliki lubang lubang
➢ Batas sendok cetak berjarak minimal 4mm dan maksimal 6mm
dari gigi atau jaringan penyangga.

Rahang Atas Rahang Bawah

- Sendok cetak harus sesuai dengan


Panjang sendok panjang lengkung rahang dan lidah
cetak di daerah harus dapat bergerak dengan
posterior leluasa.
mencapai AH line - Pada daerah posterior harus
mencakup molar terakhir atau
retromolar pads.
Syarat adukan bahan cetak yang baik
Suatu pencetakan harus meliputi :

- Semua gigi harus tercetak dengan jelas (batas gusi dengan gigi, bagian
gerong)
- Linggir
- Perlekatan otot (membulat). Perlekatan otot yang harus tercetak :
frenulum labial, frenulum lingual dan frenulum bukalis.

Harus memenuhi faktor fisik :

- Tidak boleh bolong (berporus) besar, sobek, dan lipatan bahan cetak
- Bagian sendok cetak tidak boleh kelihatan (kandas)
- Semua bagian yang dicetak harus didukung oleh sendok cetak
- Bila ada sebagian bahan cetak yang dimasukkan lebih dulu harus
bersatu dengan alginat yang ada pada sendok cetak
- Bagian anatomi gigi dan rahang harus tercetak dengan baik.
SYARAT HASIL CETAKAN YANG BAIK
(bagian yang harus tercetak)
Syarat hasil cetakan yang baik
- Bahan cetak tidak boleh terlepas dari sendok cetak

- Bahan cetak didukung oleh sendok cetak

- Semua bagian anatomi gigi dan rahang tercetak dengan baik

- Hasil pencetakan bebas dari gelembung udara


Syarat hasil cetakan yang baik
(anatomi gigi & rahang yang harus tercetak)
1. Seluruh gigi RA & RB disertai jaringan pendukungnya
2. Seluruh daerah mucobuccofold RA & RB (daerah frenulum harus
membulat)
3. Frenulum bukalis kanan dan kiri RA dan RB
4. Frenulum labialis RA dan RB
5. Frenulum lingualis RB
6. Secured daerah retromylohyoid RB
7. Retromolar pad
8. Tuberkulum maksila
9. Fovea palatina
PERBEDAAN PENCETAKAN RAHANG UNTUK
ORTODONTI DAN PROSTODONTI
Perbedaan Pencetakan Rahang Untuk Ortodonti & Prostodonti
Ortodonti Prostodonti

● Cetakan sulkus didorong sejauh ● Cetakan sulkus memenuhi seal


mungkin sehingga dapat mencetak perifer pada saat final rest position
bagian anatomi processus alveolaris dan saat fungsi
dan pertemuan dengan basis maksila
dan mandibula. ● Sayap sendok cetak rendah, tidak
perlu peninggian
● Sayap sendok cetak lebih tinggi
sehingga perlu peninggian sayap ● Pencetakan saat fungsi
sendok cetak.

● Pencetakan saat istirahat


9. Tujuan, Cara Melakukan, dan Syarat Gigitan
Lilin
Tujuan Gigitan Lilin
Memindahkan hubungan oklusi sentrik pasien ke model kerja untuk
konstruksi appliance.

Syarat Gigitan Lilin


● Gigitan lilin meliputi regio premolar (distal kaninus mandibula) dan molar.
● Oklusi sentrik sebelum dan selama menggigit lilin harus sama.
Cara Melakukan Gigitan Lilin
1. Beberapa lapisan lilin disatukan 2. Lilin dilunakkan dalam air
dan dibentuk sesuai dengan ukuran panas atau api, kemudian
mandibula. Lilin tidak mengenai gigi tempatkan di gigi posterior maksila
anterior atau melebar hingga ke dan dipastikan untuk mendapatkan
jaringan lunak. bentuk gigitan gigi.
Cara Melakukan Gigitan Lilin
3. Mandibula diarahkan ke posisi 4. Tempatkan tongue blades atau
anteroposterior dan vertikal yang Boley gauge untuk mengontrol jarak
benar pada observasi hubungan penutupan dan membantu pasien
garis tengah dan separasi insisal. memproduksi ulang gigitan yang
benar.

5. Ketika gigitan lilin sudah didapatkan, lilin menjadi dingin dan keras, dapat
keluarkan dari mulut.
10. Definisi dan Teknik Ekstraksi Gigi
Ekstraksi Gigi
Prosedur mengangkat seluruh struktur gigi secara utuh atau akar gigi dan
meninggalkan soket alveolar untuk menjaga jaringan sekitar agar luka
sembuh dengan lancar dan meminimalkan terjadinya komplikasi

Open Extraction Method


Closed Extraction Method Metode ekstraksi gigi atau ekstraksi ekstra alveolar
Metode ekstraksi gigi secara tertutup atau sederhana atau dengan pembedahan minor, yaitu prosedur
atau tanpa pembedahan atau ekstraksi intra alveolar, pengangkatan struktur anatomi gigi dengan insisi flap
yaitu prosedur mengangkat struktur anatomi gigi mukoperiosteal dan atau kombinasi bedah (bone split
secara utuh dari soket alveolar menggunakan atau tooth split) untuk visualisasi dan penghilangan
elevator lurus dan forcep. ekspansi soket alveolar. tulang untuk membuka akses untuk memfasilitasi
ekstraksi.
11. Definisi Bedah Dentoalveolar
Penalataksanaan bedah terhadap kelainan
atau penyakit pada gigi geligi yang melibatkan
jaringan pendukungnya, yaitu jaringan keras
dan jaringan lunak.
Bedah Dentoalveolar
12. Jenis-Jenis Bedah Dentoalveolar
Jenis-Jenis Bedah Dentoalveolar
1. Exodontia/ekstraksi gigi 6. Penatalaksanaan jaringan lunak
2. Odontektomi dalam terapi implan
3. Infeksi odontogenik 7. Bone grafting untuk augmentasi
4. Apikoektomi alveolar vertikal
5. Bedah preprostetik 8. Zygoma implant
a. Jaringan Keras (Alveoloplasty, 9. Penatalaksanaan perforasi sinus
Exostoses) maksilaris
b. Jaringan Lunak (Frenektomi,
10. Implan prostodontik
Denture-Induced Fibrous Hyperplasia,
Fibrous Hyperplastic Retromolar
Tuberosity, Papillary Hyperplasia of the
Palate, Gingival Fibromatosis)
13. Indikasi dan kontraindikasi ektraksi gigi
Indikasi Ekstraksi Gigi
➔ Karies

karies yang sangat parah sehingga tidak dapat direstorasi

➔ Nekrosis Pulpa

adanya nekrosis pulpa atau pulpitis ireversibel yang tidak dapat dilakukan
endodontik -> saluran akar yang berliku-liku, terkalsifikasi, dan tidak dapat
dirawat dengan teknik endodontik standar

➔ Penyakit periodontal

penyakit periodontal yang parah dan luas, kehilangan tulang yang berlebihan
dan mobilitas gigi yang ireversibel -> hypermobile
Indikasi Ekstraksi Gigi
➔ Alasan Ortodontik

untuk menyediakan ruang untuk penyelarasan gigi

➔ Gigi Malposisi

membuat trauma jaringan lunak dan tidak dapat direposisi dengan perawatan
ortodontik. Contoh umum dari hal ini adalah molar ketiga rahang atas, yang
erupsi buccoversi yang parah dan menyebabkan ulserasi dan trauma jaringan
lunak pada pipi, gigi malposisi yang mengalami hipererupsi karena hilangnya
gigi pada lengkung yang berlawanan
Indikasi Ekstraksi Gigi
➔ Gigi Retak / Patah

fraktur horizontal ⅓ coronal, fraktur servikal dari akar, fraktur vertikal

➔ Gigi Impaksi

Gigi impkasi sebagian tidak dapat erupsi menjadi oklusi fungsional karena
ruang yang tidak memadai

➔ Gigi Supernumerary

dapat mengganggu erupsi gigi pengganti dan berpotensi menyebabkan


resorpsi dan perpindahan
Indikasi Ekstraksi Gigi
➔ Gigi Terkait Dengan Lesi Patologis

Kista odontogenik, tumor, abses

➔ Mouth Prep Sebelum Terapi kemo/radiasi

Pasien yang akan menerima terapi radiasi untuk kanker mulut, kepala, atau
leher harus mempertimbangkan pencabutan gigi yang berada dalam sinar
terapi radiasi

➔ Gigi Terlibat dalam Fraktur Rahang

Pasien yang mengalami fraktur mandibula atau processus alveolaris


Indikasi Ekstraksi Gigi
➔ Masalah Ekonomi

Ketidakmampuan pasien untuk membayar prosedur mungkin mengharuskan


gigi dicabut
KontraIndikasi Ekstraksi Gigi (SISTEMIK)
➔ Penyakit metabolik tidak terkontrol (DM,sakit ginjal yang
parah,hepatitis,nefritis)
➔ Hemofilia, anemia (Yang tidak terkontrol)
➔ Leukimia dan limfoma
Karena merupakan sebuah bentuk kanker
➔ Hipertiroid (Yang tidak terkontrol)
➔ Kardiovaskular,myocardial ischemia yang parah,arteri koroner (Yang
tidak terkontrol)
➔ Kehamilan (Apabila life threatening lakukan, apabila elektif -> akhir
trimester 2, awal trimester 3)
➔ Konsumsi berbagai obat kortikosteroid, imuosupresi, dan agen
kemoterapi kanker (apabila dalam batas kontrol, masih bisa
dilakukan)
KontraIndikasi Ekstraksi Gigi (LOKAL)
➔ Riwayat radiasi terapeutik untuk kanker. Ekstraksi yang dilakukan di area
radiasi -> osteoradionekrosis
➔ Gigi yang terletak di dalam area tumor, terutama tumor ganas -> dapat
menyebarkan sel-sel ganas, sehingga menimbulkan metastasis lokal.
➔ Pasien yang mengalami perikoronitis parah di sekitar gigi molar ketiga
rahang bawah yang impaksi tidak boleh dicabut sampai perikoronitisnya
dirawat.
➔ abses dentoalveolar akut -> nyeri hebat, tidak dapat membuka mulut
cukup lebar karena trismus, atau mungkin sulit untuk mencapai keadaan
anestesi lokal.
14. Persiapan preoperative bedah
dentoalveolar
Persiapan preoperative bedah dentoalveolar
Persiapan pasien

● Edukasi pasien
● Informed consent
Persiapan operator
● Posisi pasien (Semi Supine 110-120o
● HAND-HYGINE dan APD
(Scrubbing-Gowning-Gloving-Draping) terhadap lantai, dataran oklusal mandibula
● Knowledge sejajar lantai atau selevel siku operator,
● Skill oklusal maksila 45o terhadap lantai
● Posisi operator
● Menggunakan slaber
● Kumur dengan cairan antiseptik (30-60
detik)
Persiapan preoperative bedah dentoalveolar

Persiapan alat & bahan


● Instrumen disterilkan
● Siapkan baki steril dan tidak steril Persiapan daerah operasi
● Siapkan bahan untuk NaCL 0,9% dan
● Disinfeksi dengan alkohol 70%
cawan povidione iodine 10%
● Suction tip dan hand-piece-bor sudah
di disinfeksi alkohol 70%
15. Scrubbing-Gowning-Gloving-Drapping
Persiapan preoperative bedah dentoalveolar

Scrubbing
Hand Hygiene Sesuai Standar WHO (5 Gowning
Moment)
1. Sebelum kontak dengan pasien ● Menggunakan APD :
2. Sebelum tindakan asepsis ○ Shoes Cover
3. Sesudah terkena cairan tubuh pasien ○ Gown
4. Sesudah kontak dengan pasien ○ Masker
5. Sesudah kontak dengan lingkungan
pasien ○ Head Cap
○ Face Shield / Googles
Melakukan 6 Langkah Hand Hygiene
sesuai WHO
Gloving

(A) Pembungkus bagian dalam dibuka di permukaan


dengan tulisan menghadap ke operator. Perhatikan
bahwa permukaan luar pembungkus ini dianggap
tidak steril, sedangkan permukaan bagian dalam yang
menyentuh sarung tangan adalah steril.

(B) Sambil menyentuh bagian luar pembungkus,


secara bersamaan tarik lipatan ke setiap sisi,
memperlihatkan sarung tangan.

(C) Perhatikan bahwa ujung terbuka setiap sarung


tangan dilipat sehingga terbentuk lipatan;
menggunakan ujung jari tangan kanan, pegang lipatan
sarung tangan kiri tanpa menyentuh apa pun. Bawa
sarung tangan ke jari-jari tangan kiri yang terulur dan
geser jari ke dalam sarung tangan sambil
menggunakan tangan kanan untuk membantu
menarik sarung tangan. Lepaskan lipatan sarung
tangan tanpa membuka lipatan dari sarung tangan.
Gloving

(D) Letakkan jari-jari tangan kiri ke dalam lipatan


sarung tangan kanan. Bawa sarung tangan ke jari-jari
tangan kanan.

(E) Geser jari-jari tangan kanan ke dalam sarung


tangan sambil terus memegang sarung tangan
dengan jari-jari kiri di dalam lipatan untuk
menstabilkan sarung tangan. Setelah sarung tangan
terpasang, buka lipatan menggunakan jari yang masih
berada di dalam manset.

(F) Terakhir, masukkan jari-jari tangan kanan ke dalam


lipatan sarung tangan kiri untuk membuka lipatan.

(G) Sarung tangan sekarang dapat digunakan untuk


memastikan bahwa ujung jari setiap sarung tangan
sepenuhnya masuk ke ujung jari sarung tangan,
sambil berhati-hati untuk hanya menyentuh
permukaan sarung tangan yang steril.
Persiapan preoperative bedah dentoalveolar
PROTOKOL TINDAKAN ASEPSIS DAN ANTISEPSIS

PADA EKSTRA DAN INTRA ORAL → POV.IODINE 10%

EKSTRAORAL → dengan menggunakan kassa yang dicelupkan antiseptik dan dengan


berlawanan arah jarum jam serta tidak diulang Dilakukan didaerah yang kotor, lalu ke daerah
yang bersih

Intraoral → arahnya dari inside to outside daerah kerja dengan berlawanan arah jarum jam
dan tidak diulang

Tutup daerah kerja dengan duct steril


Persiapan preoperative bedah dentoalveolar

Draping

Sebelum pasien menjalani prosedur


pembedahan, diperlukan draping. Drape steril
harus diletakkan di dada pasien untuk
mengurangi risiko kontaminasi
16. Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis
Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis
1. Memberikan salam kepada pasien dan memperkenalkan diri sebagai
operator

2. Mengisi rekam medis (identitas pasien + SOAP + Evaluasi pre-anestesi)

3. Edukasi dan informed consent (menjelaskan→ penyakit, dasar diagnosis,


tujuan perawatan, pilihan perawatan, prognosis, kelebihan/kekurangan
perawatan, resiko & komplikasi, serta biaya)

4. Persiapan operator, pasien, alat dan bahan, lingkungan / daerah kerja

5. Scrubbing-Gowning-Gloving
Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis
6. Draping

Tindakan kontrol infeksi dengan tindakan Asepsis dan antisepsis

★ Kasa dicelupkan povidone iodine 10%


➔ Dimulai dari ekstra oral gerakan anti clockwise, inside to outside dengan
kassa antiseptik, prosedur tidak diulangi
➔ Kemudian dari intra oral, gerakan anti clockwise, inside to outside dengan
kassa antiseptik, prosedur tidak diulangi
◆ Menutup daerah operasi dengan duct steril

7. Melakukan tidakan anastesi, sesuai dengan gigi yang akan di ekstraksi

8. Fiksasi gigi yang akan diekstraksi (menghindari tindakan iatrogenik)


Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis

9. Mengelevasi / melonggarkan
gigi dan prosesus alveolaris
dengan elevator periosteal lurus,
dimana bevel mengarah ke arah
tulang membentuk sudut 45o
dengan gerakan mengungkit
Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis
10. Apabila sudah terdapat
kelonggaran, lakukan prosedur
ekstraksi menggunakan tang
dimana ujung tang ditempatkan
sedalam mungkin pada
permukaan servikal -> luksasi ke
arah bukal dan lingual serta
gerakan rotasi jika akar tunggal.
Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis
11. Identifikasi gigi sesuai anatomi gigi, periksa gigi apakah lengkap atau
terdapat patahan

12. Kuretase untuk menghilangkan jaringan patologis/debris/benda asing

13. Irigasi dengan NaCl 0,9% + Povidone Iodine 10%

14. Palpasi -> Haluskan tulang yang tajam dengan bone file (berpengaruh
pada penyembuhan)

15. Irigasi dengan NaCl 0,9% + Povidone Iodine 10%


Prosedur ekstraksi gigi secara sistematis
16. Pasien diminta untuk berkumur dengan kekuatan ringan, kemudian
tampon yang berikan cairan antiseptik dimasukkan dengan pinset pada
daerah yang telah diekstraksi dan pasien diinstruksikan untuk menggigit
tampon selamat 30 menit – 1 jam

17. Profesionalisme (tunjukkan gigi yang telah diekstraksi)

18. Edukasi Post tindakan

19. Follow Up
17
Tindakan anestesi
Prinsip Umum
● Semakin lambat injeksi, semakin sedikit rasa sakit yang dihasilkan

● Penyuntikan ke jaringan palatal cenderung lebih tidak nyaman karena terbatasnya


jumlah jaringan ikat longgar yang ada

● Penyuntikan di daerah dengan pembuluh darah yang lebih besar harus didahului
dengan aspirasi untuk membantu mengurangi kemungkinan penyuntikan intra-arteri

● Onset kerja anestesi lokal yang disuntikkan bervariasi berdasarkan farmakologinya


dan ketepatan deposisi obat
Anestesi yang digunakan untuk
bedah dentoalveolar

Anestesi Blok Anestesi Infiltrasi

Anestesi Intraligamen Topikal


Anestesi blok Maksila
Meliputi

- N.nasopalatinus
- N.palatinus mayus
- N.infraorbita

Anestesi blok Mandibula


Meliputi

- N. Mandibularis - N. mentalis
- N.alveolaris inferior - N.bukalis longus
- N.lingualis
- N.insisivus
(1) (2)

(1) Nasopalatine nerve block (2) Greater Palatine Nerve block


(3) (4)

(3) Posterior Superior Alveolar block (4) Inferior Alveolar Nerve block
Anestesi Infiltrasi Maksila
- N.alveolaris superior anterior
- N.alveolaris superior media
- N.palatinus.

Anestesi Infiltrasi Mandibula


- N.alveolaris inferior anterior
- N.alveolaris inferior media
- N.alveolaris inferior posterior.
Anestesi intraligamen
● Dilakukan dengan menginjeksi bahan anestesikum ke
sulkus gingiva untuk menganestesi ligamen
periodontal nerve fibers

● Bevel menghadap akar gigi yang akan di ekstraksi


Anestesi Topikal
● Anestesi topikal dilakukan dengan cara memberikan bahan
anestesikum lokal tertentu pada daerah kulit atau membran mukosa
untuk menganestesi mukosa nerve fibers
● Cara pengaplikasian
○ Keringkan mukosa yang akan dianestesi
○ Aplikasi bahan anestesikum
○ Cek apakah mukosa sudah pucat atau belum
● Bahan anestesi topikal tersedia dalam bentuk gel, aerosol spray, liquid
18
Edukasi Post Ekstraksi Gigi
➔ Pasien harus diinstruksikan untuk menggigit
dengan kuat kain kasa di atas soket
setidaknya selama 30 menit dan tidak
mengunyah kain kasa.

➔ Jika perdarahan banyak, Pasien harus


diinstruksikan untuk mengganti kasa
menahan kasa kedua di tempatnya selama
1 jam untuk mengontrol perdarahan

➔ Mengunyah dengan sisi yang berlawanan


dari area pencabutan selama ±24 jam
setelah prosedur pencabutan gigi dan diet
lunak
➔ Pasien harus diinstruksikan untuk tidak merokok.

➔ Pasien juga harus diberitahu untuk tidak mengisap melalui sedotan saat minum

➔ Pasien tidak boleh meludah selama 12 jam pertama setelah operasi

➔ Tidak melakukan olahraga berat selama 12 hingga 24 jam pertama setelah ekstraksi

➔ Observasi selama 24 jam


19
Pengertian pit dan fissure Sealant dan tipe
bentuk-bentuk fissure
Pengertian

Pit and fissure sealant didefinisikan sebagai 'semen atau resin yang
dimasukkan ke dalam pit dan fisura oklusal dari gigi yang rentan karies
membentuk lapisan pelindung mekanis dan fisik terhadap aksi bakteri
penghasil asam dan substratnya'
Bentuk-bentuk fissure
Merupakan bentuk yang paling banyak
V type dijumpai dengan lebar pada daerah
puncak dan mengecil ke arah dasar

Merupakan bentuk pit dan fissure yang


U type paling lebar pada, bagian atas dan dasar
hampir sama besar

Merupakan bentuk pit dan fissure dengan


I type celah yang sempit

Seperti hourglass memiliki celah yang


IK type sempit yang berhubungan dengan rongga
lebih besar di bawahnya
20
Kegunaan Pit dan Fissure Sealant
Melindungi gigi geraham
permanen terhadap inisiasi
karies oklusal.

Pelindung sementara sampai


Menghentikan perkembangan
kontrol kelembaban yang
memadai dapat dicapai untuk
penempatan resin sealant
Kegunaan PFS lesi karies awal yang tidak
memiliki kavitas

Efek perlindungan dari sealant


bahkan lebih penting pada
populasi risiko karies tinggi
21
Prosedur aplikasi pit & fissure dengan GIC
dan resin komposit
ElsevierLimeback, Hardy. 2012.
Comprehensive Preventive Dentistry.
Blackwell Publishing.
Prosedur aplikasi PFS dengan resin komposit
1. Bersihkan pit dan fissure menggunakan brush dan pumice dengan
syarat :

•Kemampuan abrasif ringan


•Tanpa pencampuran bahan perasa
•Tidak mengandung minyak
•Tidak mengandung fluor
•Mampu membersihkan dan menghilangkan debris, plak, dan stain
•Kemampuan poles baik
Prosedur aplikasi PFS dengan resin komposit
2. Bilas dengan air, syarat :

•Air bersih, tidak mengandung mineral dan tidak terkontaminasi


•Isolasi gigi ->cotton roll/rubber dam
•Keringkan gigi-> 20-30 detik -> semprot udara
•Udara kering, tidak lembab, tidak mengandung minyak
•Udara tersimpan pada syringe udara dan disemprotkan langsung ke gigi
Prosedur aplikasi PFS dengan resin komposit
3. Lakukan peng etsaan pada permukaan gigi (37% asam fosfat) selama
20 detik

a.Lamanya tergantung petunjuk pabrik


b.Jika etsa berbentuk gel, maka gel dipertahankan pada permukaan

4. Pembilasan dengan air selama 60 detik dengan syarat yang sudah


dijelaskan

5. Pengeringan dengan triple syringe setelah pengetsaan


Prosedur aplikasi PFS dengan resin komposit
6. Cek keberhasilan pengetsaan dengan mengeringkannya dengan udara, permukaan
yang teretsa tampak lebih putih (frosty)

a.Jika tidak berhasil, ulangi proses etsa


b.Letakkan cotton roll baru dan keringkan
c.Keringkan dengan udara selama 20-30 detik
7. Aplikasi bahan sealant (Light cure flowable)

8. Evaluasi permukaan oklusal (articulating paper, jika ada kontak berlebih


-> grinding
PFS Resin Komposit
Prodedur aplikasi PFS dengan GIC
1.Bersihkan pit dan fissure pada gigi -> pumice dan brush
2.Bilas dengan air
3.Isolasi gigi dengan cotton roll dan rubber dam
4.Keringkan -> syringe (20-30 detik)
5.Dentin conditioner (tergantung pabrik)-> menghilangkan plak dan pelikel untuk
mempersiapkan semen beradaptasi dengan baik
Prodedur aplikasi PFS dengan GIC
6.Bilas dengan air à 60 detik
7.Keringkan dengan syringe (20-30 detik atau
cotton pellet -> kontrol kelembapan
8.Aplikasi GIC
9.Aplikasi varnish
10.Evaluasi permukaan oklusal
a.Cek oklusi
b.Penyesuaian dilakukan bila terdapat kontak
berlebih
22
Keuntungan Pit & Fissure Sealant
Keuntungan PFS
1. Pengurangan struktur gigi minimal, karenanya kekuatan gigi lebih besar.

2. Tidak ada kebocoran margin gigi, dengan mengurangi risiko karies berulang.

3. Anestesi lokal biasanya tidak diperlukan.

4. Restorasi dapat diselesaikan dalam satu kunjungan dan memoles tidak


diperlukan.

5. Karies di pit dan fissure yang berdekatan dicegah tanpa pengurangan berlebih.

6. Estetika yang diperoleh baik.

7. Biaya restorasi efektif dan dapat dengan mudah diperbaiki


23
Evaluasi Kualitas Sealant, Follow-up, Review
Hiremath, Textbook of preventive and
community dentirtry. second edition,
2011
Evaluasi kualitas sealant
1. Keutuhan marginal Retensi Sealant

2. Pits atau celah pada sealant 1. Pemeriksaan retensi setelah dilakukan aplikasi
sealant, perlu dilakukan.
3. Overhangs
2. Sealant plastik lebih baik pada gigi yang baru saja
4. Oklusi erupsi daripada pada gigi dengan permukaan yang
lebih mature dan pada M1 > baik M2.
3. Retensi sealant pada RB lebih baik daripada gigi
rahang atas karena gigi bawah lebih mudah diakses,
dan gravitasi aliran sealant ke celah lebih mudah.
4. Gigi yang telah di sealant dan kemudian kehilangan
sealant memiliki lesi lebih sedikit daripada gigi
kontrol.
Follow-up, Review
1. Semua permukaan yang sudah di sealant harus secara teratur
dimonitor baik secara klinis dan radiografi.
2. Radiografi bitewing harus diambil pada frekuensi yang konsisten
dengan status risiko pasien, terutama jika ada keraguan mengenai status
karies permukaan sebelum penempatan sealant.
3. Interval yang tepat antara tinjauan radiografi tidak hanya bergantung
pada faktor risiko, yang dapat berubah seiring waktu, tetapi juga pada
pemantauan daerah yang rentan.
4. Sealant yang rusak dan / atau restorasi resin atau ionomer kaca
preventif harus diganti dan aplikasi sealant kembali untuk menjaga
intergritas marginal, asalkan permukaan bebas karies.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai