Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang telah
diberikan kepada penyusun, sehingga tersusunnya Buku Panduan Pelayanan Anestesi Rumah
Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat ini dapat selesai disusun.
Buku Panduan Pelayanan Anestesi ini merupakan pedoman kerja bagi semua pihak yang
terkait dengan unit kamar operasi Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat dalam tata
cara pelaksanaan pelayanan di kamar operasi.
Dalam Panduan Pelayanan Anestesi ini diuraikan tentang latar belakang, ruang lingkup dan
tatalaksana pelayanan bedah di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan Anestesi
Rumah Sakit Islam Ibnu Sina Simpang Empat.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB IV TATALAKSAN........................................................................................... 8
2
BAB I
DEFINISI
1. Pelayanan anestesi dan sedasi adalah pelayanan/ tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter spesialis anestesi dalam kerja sama tim sesuai dengan kompetensi dan
kewenangan yang dimiliki.
2. Tim anestesi adalah terdiri dari dokter spesialis anestesi dan perawat anestesi,melakukan
pelayanan anestesi dan sedasi serta pemantauan selama pembedahan sampai pasien
dipulangkan atau dipindahkan ke ruang rawat inap.
3. Personel anestesi yang kompeten dan memenuhi syarat: dokter spesialis anastesi yang
mempunyai SIP dan Rincian Kewenangan Klinis (RKK).
4. Penata anestesi adalah perawat anestesi yang bekerja sebagai tim anestesi bekerjasama
dengan dokter spesialis anestesi, memberikan obat anestesi dan analgetika, serta
memantau pasien selama pemberian sedasi sedang sampai sedasi dalam, anestesi umum,
regional analgesia, dan pemantauan pasien di ruang pulih (recovery room) sampai pasien
dipulangkan atau dipindahkan ke ruang inap atau ke ICU, dibawah pengawasan langsung
dokter spesialis anestesi.
5. Pelayanan pre anestesi dan sedasi adalah penilaian untuk menentukan status medis pre
anestesi dan sedasi serta pemberian informasi dan persetujuan bagi pasien yang
memperoleh tindakan anestesi dan sedasi.
6. Pelayanan intra anestesi dan sedasi adalah pelayanan yang dilakukan selama tindakan
anestesi dan sedasi meliputi pemantauan fungsi vital pasien secara kontinu,mengawasi
komplikasi yang terjadi serta tindakan untuk mengantisipasi komplikasi yang terjadi.
7. Pelayanan pasca anestesi dan sedasi adalah pelayanan pada pasien pasca anestesi dan
sedasi sampai pulih dari tindakan anestesi.
8. Pelayanan tindakan resusitasi adalah pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko
mengalami henti jantung meliputi bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang.
3
9. Pelayanan anestesi dan sedasi rawat jalan adalah pelayanan yang dikhususkan kepada
perawatan, pre operatif, intra operatif dan pasca operatif pada pasien yang menjalani
prosedur pembedahan rawat jalan.
10.Pelayanan anestasi regional adalah tindakan pemberian anestetik untuk memblok saraf
regional sehingga tercapai anestesi di lokasi pembedahan sesuai dengan yang diharapkan.
12.Sedasi dapat didefinisikan sebagai suatu teknik pemberian obat penenang atau obat
disosiatif dengan atau tanpa analgesik yang memungkinkan pasien untuk mentolelir
prosedur tindakan dimana fungsi kardiorespirasi tetap terjaga, dan mampu
mempertahankan oksigenasi serta control nafas secara mandiri.
13.Sedasi ringan/ minimal (anxiolysis) adalah kondisi dimana pasien masih dapat
merespons dengan normal terhadap stimulus verbal. Meskipun fungsi kognitif dan
koordinasi dapat terganggu, ventilasi dan fungsi kardiovaskuler tidak terpengaruh.Contoh
sedasi minimal adalah pemberian obat sedasi dan atau analgetika per oral dengan dosis
sesuai kebutuhan pasien dengan blok saraf perifer, anestesi local atau topical.
14.Sedasi sedang (moderat) adalah suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respons terhadap stimulus sentuhan. Tidak diperlukan intervensi untuk
mempertahankan patensi jalan nafas dan ventilasi spontan masih adekuat.Fungsi
kardiovaskuler biasanya terjaga dengan baik.
15.Sedasi berat/ dalam adalah suatu kondisi depresi tingkat kesadaran dimana pasien
memberikan respons dengan stimulus nyeri/ berulang. Fungsi ventilasi spontan dapat
terganggu/ tidak adekuat. Pasien mungkin membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
patensi jalan nafas. Fungsi kardiovaskuler biasanya tidak terganggu.
16.Anestesi umum adalah hilangnya kesadaran dimana pasien tidak sadar, bahkan dengan
pemberian stimulus nyeri. Pasien sering membutuhkan bantuan untuk mempertahankan
patensi jalan nafas dan mungkin membutuhkan ventilasi tekanan positif karena tidak
adekuatnya ventilasi dan fungsi kardiovaskuler dapat terganggu.
17. Anestesi lokal adalah pemberian obat anestesi secara lokal untuk suatu tindakan minor.
4
18.Anestesi regional adalah tindakan pembiusan dengan menyuntikan obat anestesi lokal
kesekitar saraf atau sekumpulan saraf (pleksus) yang mempersyarafi daerah yang akan
dipembedahan. Hasilnya impuls saraf diblok sehingga daerah yang diblok mati rasa dan
tidak dapat digerakan.
19.Sedasi adalah suatu proses yang berkelanjutan, sehingga tidak selalu mungkin
memprediksi bagaimana respons setiap pasien yang mendapat sedasi.
5
BAB II
RUANG LINGKUP
A. Pelayanan Anestesi
B. Pelayanan Sedasi
E. Pelayanan kegawatdaruratan
F. Intensive care
6
BAB III
KEBIJAKAN
7
BAB IV
TATALAKSANA
A. Pelayanan Anestesi
a. Pelayanan perioperatif
8
c) Pemerikasaan penunjang pra anestesi dilakukan sesuai standar prosedur
pembedahan.
d) Puasa pra-anestesi
Pelayanan pra anestesi ini dilakukan pada semua pasien yang akan menjalankan tindakan
anestesi. Pada keadaan yang tidak biasa, misalnya gawat darurat yang ekstrim, langkah-
langkah pelayanan pra anestesi sebagaimana diuraikan diatas, dapat diabaikan dan alasannya
harus didokumentasikan dalam rekam medis pasien (Formulir Asesmen Pre Anestesi).
a) Dokter spesialis anestesi dan tim pengelola harus tetap berada di kamar
pembedahan selama tindakan anestesi umum dan regional serta prosedur yang
memerlukan tindakan sedasi.
b) Sesaat sebelum induksi, dilakukan asesmen pra indukasi untuk melihat kondisi
pasien apakah layak untuk dilakukan anestesi/ tidak.
b) Fasilitas, sarana dan peralatan ruang pulih harus memenuhi persyaratan yang
berlaku.
9
c) Sebagian besar pasien dapat ditatalaksana di ruang pulih, tetapi beberapa
diantaranya memerlukan perawatan di ruang perawatan intensif (HCU/ICU).
e) Setelah tiba diruang pulih/ RR dilakukan serah terima pasien dari perawat intra
ke perawat ruang pulih/ RR disertai laporan kondisi pasien.
g) Tim pengelola anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari ruang
pulih/ RR.
Rawat jalan
Rawat inap
IGD
b. Jenis anestesi
1) Anestesi umum
a) Pasien tidur (tidak sadar) dan tidak merasa nyeri selama pembedahan.
c) Obat bius yang diberikan menyebar keseluruh tubuh mengikuti aliran darah
termasuk aliran pembuluh janin dalam kandungan.
d) Pasca bedah pasien harus dalam keadaan sadar penuh sebelum bisa diberi
minum
10
2) Anestesi Regional
a) Untuk analgesia spinal jumlah obat yang diberikan relatif sedikit, tidak
menyebar keseluruh tubuh dan tidak masuk peredaran darah janin.
c) Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa atau lamanya puasa kurang
(pembedahan emergensi).
e) Pasca bedah pasien harus tidur baring selama 6 jam sampai 24 jam.
11
Pada blok peripheral , obat lokal anestesia diberikan pada daerah tertentu untuk
menghilangkan sensasi setempat. Umumnya blok peripheral dilakukan untuk
tindakan/ pembedahan pada anggota gerak (lengan atau tungkai). Bila tindakan
analgesia regional tidak berhasil/ gagal maka tehnik anestesi dapat diulang atau
dapat dilanjutkan dengan anestesi umum.
B. Pelayanan Sedasi
1. Prosedur sedasi merupakan suatu teknik pemberian obat penenang atau obat disosiatif
dengan atau tanpa analgetik yang memungkinkan pasien untuk mentolelir prosedur
tindakan dimana fungsi kardiorespirasi tetap terjaga, dan mampu mempertahankan
oksigenasi serta kontrol nafas secara mandiri.
2. Pelayanan sedasi dapat dilakukan di kamar bedah ataupun diluar kamar bedah, misalnya
di ruang radiologi, diagnostik, ruang rawat, UGD, ICU.
2) Pada anak anak dan orang dewasa yang tidak kooperatif; sedasi dan analgetika
dapat mempercepat dan memperlancar pelaksanaan prosedur yang memerlukan
pasien untuk diam/ tidak bergerak.
12
3) Timbulnya efek fisiologis atau psikologis akibat respons terhadap stress yang
dialami pasien.
4. Klasifikasi Sedasi
a. Sedasi ringan:
c. Sedasi dalam:
1) Pasien tidak berespon terhadap perintah verbal, namun respon terhadap stimulasi
nyeri kuat atau berulang.
5).Tenaga medis yang melakukan prosedur sedasi harus mahir dalam manajemen
jalan nafas, resusitasi kardiovaskuler dan harus memiliki keterampilan yang
dibutuhkan untuk mengontrol kedalaman sedasi.
6). Sedasi ringan pasien dewasa dapat dikerjakan oleh tenaga medis yang sudah
mendapat pelatihan sedasi, termasuk prosedur sedasi ringan pada pasien rawat
jalan seperti klinik gigi dan IGD.
13
7).Sedasi sedang dan sedasi dalam dilakukan oleh dokter spesialis anestesi sesuai
kompetensinya.
8). Premedikasi
Obat-obat sedatif dapat diberikan pada masa pre operatif untuk mengurangi
kecemasan sebelum dilakukan anestesi dan pembedahan. Sedasi dapat
digunakan pada anak-anak kecil, pasien dengan kesulitan belajar, dan orang
yang sangat cemas. Obat-obat sedatif diberikan untuk menambah aksi agen-
agen anestetik. Pemilihan obat tergantung pada pasien, pembedahan yang akan
dilakukan , dan keadaan-keadaan tertentu: misalnya kebutuhan pasien dengan
pembedahan darurat berbeda dibandingkan pasien dengan pembedah terencana
atau pembedahan mayor. Penggunaan oral lebih dipilih untuk digunakan
premedikasi
Hal-hal yang harus lakukan pada sedasi sedang dan sedasi berat/ dalam:
1. Evaluasi pra-induksi
14
3) Pemeriksaan laboratorium (berdasarkan pada kondisi yang mendasari dan
efek yang mungkin terjadi dalam menangani pasien).
5) Konsultasi
2. Konseling pasien
3.Puasa pra-sedasi
4. Pemantauan
a. Data yang harus dicatat dengan interval yang teratur sebelum, selama dan
setelah prosedur dilakukan:
3) Hanya memberikan respons berupa refleks menarik diri pada sedasi berat/
dalam, mendekati anestesi umum dan harus segera ditangani.
4) Oksigenasi
15
9) Semua pasien yang menjalani sedasi sedang dan dalam harus memiliki
ventilasi yang adekuat dan dipantau secara terus menerus.
11) Jika terpasang ETT/ LMA/ I-GEL; pastikan posisi terpasang benar.
12) Sirkulasi
14) Tekanan darah dan frekuensi denyut jantung setiap 5 menit (kecuali
dikontraindikasikan).
15) Pasien dengan anestesi umum: semua hal diatas ditambah evaluasi
kontinu fungsi sikulasi dengan; palpasi nadi, auskultasi bunyi jantung,
oksimetri ).
1) Respon terhadap perintah verbal atau stimulus yang lebih intens (kecuali
dikontra indikasikan).
5. Personil/ petugas
a. Sebaiknya harus ada penata anestesi yang ikut hadir dalam proses anestesi,
bertugas untuk memantau pasien sepanjang prosedur berlangsung.
16
b. Memiliki kemampuan untuk mempertahankan patensi jalan nafas, melakukan
ventilasi tekanan positif dan resusitasi (bantuan hidup lanjut) selama
prosedur berlangsung.
d. Untuk sedasi berat/ dalam: penata anestesi yang melakukan pemantauan tidak
boleh diberi tugas/ pekerjaan lain.
6. Pelatihan
7. Peralatan emergensi
c. Peralatan intubasi.
d. Defibrilator yang tersedia setiap saat dan dapat segera dipakai (terutama
untuk pasien dengan penyakit kardiovaskuler).
e. Untuk sedasi berat/ dalam: defibrillator tersedia setiap saat dan dapat segera
dipakai (untuk semua pasien).
8. Oksigen tambahan.
17
b. Pemberian oksigen tambahan jika terjadi hipoksemia.
18
b. Pemberian obat sedasi melalui jalur lain: keputusan diambil berdasarkan
kasus per kasus.
14. Pemulihan
c. Ventilasi dan sikulasi harus dipantau secara rutin dan teratur sampai pasien
diperbolehkan pulang.
a. Masalah medis berat yang mendasari (usia sangat lanjut, penyakit jantung/
paru/ ginjal/ hepar yang berat); konsultasikan ke dokter spesialis yang
sesuai.
16. Kriteria pemulihan dan pemulangan pasien setelah pemberian sedasi dan
analgesik.
19
a. Prinsip umum
3) Pasien yang menjalani sedasi sedang atau dalam harus dipantau sampai
kriteria pemulangan terpenuhi.
5) Perawat dan petugas terlatih lainnya yang bertugas memantau pasien dan
mengidentifikasi adanya komplikasi dapat hadir/ mendampingi pasien
hingga kriteria pemulangan terpenuhi.
1) Pasien harus sadar dan memiliki orientasi yang baik. Bayi dan pasien
dengan gangguan status mental harus kembali ke status semula/ awal
(sebelum menjalani anestesi/ analgesik). Dokter dan keluarga harus
menyadari bahwa pasien anak-anak yang memiliki risiko obstruksi jalan
nafas, harus duduk dengan posisi kepala menunduk ke depan.
20
2) Tanda vital harus stabil.
1.Pelayanan anestesi rawat jalan diberikan pada pasien yang menjalani tindakan
pembedahan minimal serta tidak menjalani rawat inap/ One Day Care (ODC).
1. Pelayanan resusitasi pada pasien yang berisiko mengalami henti jantung meliputi
bantuan hidup dasar, lanjut dan jangka panjang.
21
2. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi memainkan
peranan penting sebagai tim resusitasi dan dalam melatih dokter, perawat serta para
medis.
3. Standar internasional serta pedoman praktis untuk resusitasi jantung paru mengikuti
American Heart Association (AHA).
1. Pelayanan pasien kondisi kritis diperlukan pasien dengan kegagalan organ yang terjadi
akibat komplikasi akut penyakitnya atau akibat sekuel dari regimen terapi yang
diberikan.
2. Pelayanan pasien kondisi kritis dilakukan oleh dokter spesialis anestesi atau
3. Seorang dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi harus
senantiasa siap untuk mengatasi setiap perubahan yang timbul sampai pasien tidak
dalam kondisi kritis lagi.
4. Penyakit kritis sangat kompleks atau pasien dengan komorbiditi perlu koordinasi yang
baik dalam penanganannya. Seorang dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang
memiliki kompetensi diperlukan untuk menjadi koordinator yang bertanggung jawab
secara keseluruhan mengenai semua aspek penanganan pasien, komunikasi dengan
pasien, keluarga dan dokter lain.
5. Pada keadaan tertentu ketika segala upaya maksimal telah dilakukan tetapi prognosis
pasien sangat buruk, maka dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi harus melakukan pembicaraan kasus dengan dokter lain yang terkait untuk
membuat keputusan penghentian upaya terapi.
6. Dengan mempertimbangkan manfaat bagi pasien, faktor emosional keluarga pasien dan
menjelaskannya kepada keluarga pasien tentang sikap dan pilihan yang diambil.
22
8. Karena tanggung jawabnya dan pelayanan kepada pasien dan keluarga yang
memerlukan energi pikiran dan waktu yang cukup banyak maka dokter spesialis
anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berhak mendapat imbalan yang
seimbang dengan energi dan waktu yang diberikannya.
9. Dokter spesialis anestesi atau dokter lain yang memiliki kompetensi berperan dalam
masalah etika untuk melakukan komnikasi dengan pasien dan keluarganya dalam
pertimbangan dan pengambilan keputusan tentang pengobatan dan hak pasien untuk
menentukan nasibnya, terutama pada kondisi akhir kehidupan.
Kebanyakan pasien dalam masa kritis membutuhkan sedasi untuk memfasilitasi penggunaan
ventilasi mekanik dan intervensi terapetik lain dalam ruang perawatan intensif (ICU). Dengan
meningkatnya penggunaan ventilator mekanik, pendekatan modern yaitu dengan kombinasi
analgesia yang adekuat dengan sedasi yang cukup untuk mempertahankan pasien pada
keadaan tenang tapi dapat dibangunkan. Farmakokinetik dari tiap obat harus
dipertimbangkan, dimana sedative terpaksa diberikan lewat infus untuk waktu yang lama
pada pasien dengan disfungsi organ serta kemampuan metabolisme dan ekskresi obat yang
terganggu. Beberapa obat yang berbeda digunakan untuk menghasilkan sedasi jangka pendek
dan jangka panjang di ICU, termasuk benzodiazepine, obat anestetikseperti propofol, opioid,
dan agoni a₂-adrenergik. Nilai skor sedasi selama perawatan masa kritis telah dibuat, tetapi
lebih terfokus pada pentingnya sedasi harian “Holds”, strategi interupsi harian dengan obat
obat sedasi menyebabkan lebih sensitifnya kebutuhan untuk sedasi. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi insiden terjadinya komplikasi terkait penggunaan ventilasi mekanik selamam
masa kritis dan untuk mengurangi masa lama perawatan.
23
BAB V
DOKUMENTASI
Semua tindakan anestesi dan sedasi didokumentasikan didalam status rekam medis
pasien.
1. Untuk penilaian pra operatif didokumentasikan dalam lembar Asesmen Pre Anestesi.
(formulir terlampir).
5. Untuk penilaian sedasi didokumentasikan dalam lembar Asesmen Pre Induksi. (formulir
terlampir).
24
BAB VI
PENUTUP
Panduan pelayanan anestesi dibuat dengan tujuan sebagai acuan pelayanan anestesi sehingga
dengan proses pelayanan anestesi yang aman, efektif, berperikemanusiaan dan memuaskan
bagi pasien yang menjalani pembedahan, prosedur medis atau trauma yang menyebabkan
rasa nyeri, kecemasan dan stres psikis lainnya. Tidak ada yang sempurna hasil ciptaan
manusia termasuk buku panduan ini karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT. Untuk
itu, masukan dan kritik yang membangun, sangat kami harapkan demi perbaikan buku
panduan ini di masa yang akan datang. Mudah-mudahan dengan adanya Panduan Pelayanan
Anestesi ini, dapat lebih memudahkan semua pihak yang terkait dalam penyelenggaraan
kegiatan dan pelayanan internal maupun eksternal. Semoga Allah SWT senantiasa
memberikan kita semua limpahan taufik dan hidayah-Nya kepada hamba-hamba yang selalu
berlomba dalam kebaikan dan berusaha secara terus menerus memperbaiki amaliahnya,
aamiin. Akhirnya kami ucapkan alhamdulillahirobbil ‘alamin atas segala karunia-Nya dan
nikmat yang diberikan Allah SWT.
25