Anda di halaman 1dari 16

Etika Dan Standar Pelayanan

Anestesia
Kode Etik Kedokteran Indonesia

Kode Etik kedokteran Indonesia sebelumnya


disusun tahun 2001, disahkan IDI tahun
2002, belum menampung substansi
profesionalisme dokter dan keselamatan
pasien. Dilakukan berbagai revisi dan tahun
2012 ditetapkan Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI) ssebagai pedoman etik
bagi dokter dalam menjalankan profesi
kedokteran.
KEWAJIBAN DOKTER
KEWAJIBAN UMUM (Pasal 1-13)
Pasal 1
Setiap dokter wajib menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dan atau janji dokter.
Pasal 2
Seorang dokter wajib selalu melakukan pengambilan keputusan profesional secara independen, dan mempertahankan perilaku
profesional dalam ukuran yang tertinggi.
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasihat dokter yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik, wajib memperoleh persetujuan
pasien/ keluarganya dan hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien tersebut.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN (PASAL 14-17)
Pasal 17
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai wujud tugas peri kemanusiaan, kecuali yakin ada orang lain bersedia
dan mampu memberikannya

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT (PASAL 18-19)


KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI (PASAL 20-21)
SUMPAH DOKTER
•Demi Allah saya bersumpah, bahwa :
1. Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan.
2. Saya akan menjalankan tugas dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
3. Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur profesi kedokteran.
4. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena keprofesian saya.
5. Saya tidak akan menggunakan pengetahuan saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan perikemanusiaan, sekalipun diancam.
6. Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai saat pembuahan.
7. Saya akan senantiasa mengutamakan kesehatan pasien, dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
8. Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan,
kesukuan, gender, politik, kedudukan sosial dan jenis penyakit dalam menunaikan kewajiban terhadap pasien.
9. Saya akan memberi kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima kasih yang selayaknya.
10. Saya akan perlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung.
11. Saya akan mentaati dan mengamalkan Kode Etik KedokteranIndonesia.
12. Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan denganmempertaruhkankehormatan diri saya.
STANDAR PELAYANAN KEDOKTERAN YANG BAIK

• Seorang dokter wajib mempertahankan standar profesi, integritas moral dan kejujuran intelektual dirinya
sebagai dasar pengambilan keputusan profesional.
• Pengambilan keputusan profesional merupakan kombinasi selaras, serasi dan seimbang antara keputusan
medis teknis dengan keputusan etis yang berasal dari totalitas pelayanan terhadap pasien yang
merupakan perilaku keutamaan profesi.
• Pengambilan keputusan setelah melakukan pemeriksaan dan penilaian yang teliti terhadap pasien
dengan menggunakan standar/pedoman pelayanan kedokteran yang telah diakui secara sah.
• Dalam hal situasi fasilitas pelayanan kesehatan tidak optimal atau kurang memadai untuk mendukung
pelayanan yang diberikan, pengambilan keputusan profesional wajib diwujudkan dalam atau disertai
dengan perilaku profesional terbaik dokter demi kepentingan terbaik pasien.
• Setiap dokter secara sendiri-sendiri maupun bersama melalui organisasi profesi kedokteran wajib
memperjuangkan dipenuhinya fasilitas, sarana dan prasarana sesuai dengan standar minimal dan/atau
pedoman nasional pelayanan kedokteran yang menjamin dipenuhinya keselamatan pasien.
Perbuatan Melemahkan Psikis maupun Fisik.

• Setiap dokter wajib memberikan informasi memadai dengan jujur dan cara yang santun kepada pasien
dan/atau keluarganya ketika ia akan memberikan tindakan atau obat yang berakibat penurunan daya
tahan fisik pasien walaupun belum tentu menurunkan daya tahan psikisnya.
• Dokter terhadap pasien yang sedang menderita sakit wajib menyampaikan informasi yang dapat
melemahkan kondisi psikis pasien secara patut, teliti dan hati-hati dengan perkataan yang tepat.
• Dokter seyogyanya dilarang berbohong kepada pasiennya yang menderita penyakit berat/parah,
kecacatan atau gangguan kualitas hidup tetapi boleh menahan sebagian informasi yang dapat
melemahkan psikis pasien dan/atau fisiknya.
• Dokter wajib menghormati keinginan pasien yang menolak untuk mendapat informasi mengenai
penyakitnya sendiri atau tindakan/pengobatan dilakukan setelah inform consent.
• Pada saat menggunakan teknologi modern atau baru sebagai modalitas pengobatan, dokter wajib
menjelaskan alasan keharusan memanfaatkan kelebihan dan kekurangan teknologi tersebut dibandingkan
dengan teknologi sejenis sebelumnya.
PELAYANAN ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

• Pelayanan anestesiologi dan terapi intensif adalah tindakan medis yang dilakukan oleh dokter spesialis anestesiologi dalam kerja sama tim

meliputi penilaian pra operatif (pra anestesia), intra anestesia dan pasca anestesia serta pelayanan lain sesuai bidang anestesiologi antara lain

terapi intensif, gawat darurat dan penatalaksanaan nyeri. (permenkes no 519/menkes/PER/III/2011)

1. Pelayanan pra-anestesia
2. Pelayanan intra anestesia
3. Pelayanan pasca-anestesia
4. Pelayanan Kritis
5. Pelayanan Tindakan resusitasi
6. Pelayanan anestesia rawat jalan
7. Pelayanan anesesia regional
8. Pelayanan anestesia regional dalam obstetrik
9. Pelayanan anestesia/analgesia di luar kamar operasi
10. Pelayanan penatalaksanaan nyeri (akut dan kronik)
11. Pengelolaan akhir kehidupan
KEWENANGAN KLINIS

• Kewenangan klinis dalam anestesiologi dan terapi intensif


diberikan pada dokter yang telah memenuhi kualifikasi melalui
suatu pendidikan formal tentang bagaimana membuat pasien idak
merasakan nyeri dan meminimalkan stress selama pembedahan,
indakan obstetrik dan prosedur prosedur tertentu yang memerlukan
anestesia umum, anestesi regional atau dalam pelayanan anestesia
termonitor. Penilaian kinerja kemampuan dan pengelolaan pra-
anestesia, selama anestesia dan paska anestesia merupakan
komponen pening dalam prakik anestesiologi dan terapi intensif.
KATI dan PERDATIN

• Kolegium Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (KATI) merupakan badan yang
independent menetapkan kebijakan, menyusun, mengevaluasi, merevisi kurikulum
pendidikan, modul pendidikan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang dokter
spesialis anestesiologi dan terapi intensif Indonesia,
• Badan Penguji Nasional KATI menyelenggarakan ujian anestesiologi nasional tahap
awal dan ujian nasional tahap akhir.
• Sertifikat dari KATI merupakan suatu persyaratan untuk kewenangan klinis dalam
anestesiologi dan terapi intensif, sementara yang lain menganggap seriikat hendaknya
ada tetapi idak mutlak.
• Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN)
merupakan wadah profesi dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
STANDARD KOMPETENSI PELAYANAN:
1. Mampu melakukan anestesia dan analgesia sesuai dengan standard pelayanan anestesia yang ditetapkan oleh PERDATIN
Pusat dan Cabang dan yang berlaku di insitusi / Rumah Sakit.
2. Mampu melakukan anestesia umum inhalasi, balans, intravena total.
3. Mampu melakukan anestesia regional, spinal, epidural, blok pleksus syaraf.
4. Mampu mengelola anestesia pada bedah digesif, ortopedi, urologi, plasic, onkologi, THT, mata, ginekologi.
5. Mampu mengelola anestesia obstetrik.
6. Mampu mengelola anestesia bedah pediatri pada kasus kasus tertentu.
7. Mampu mengelola anestesia bedah syaraf pada kasus kasus tertentu.
8. Mampu mengelola pasien diruang pulih.
9. Mampu mengelola anestesia bedah paru dan bedah jantung tertutup.
10. Mengetahui pengelolaan anetesia bedah jantung terbuka.
11. Mampu mengelola pasien di ICU dan HCU.
12. Mampu mengelola anestesia rawat jalan.
13. Mampu mengelola anestesia pada prosedur diluar kamar operasi (misal radioterapi, MRI, CTScan kasus pediatri).
STANDARD KETERAMPILAN

1. Mampu memasang kanul arteri, kateter vena sentral, pipa nasogastrik.


2. Mampu melakukan intubasi endotrakeal, pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA).
3. Mampu mengatur posisi pasien.
4. Mampu melakukan pemeliharaan trias-anestesi selama operasi.
5. Mampu memasang dan menginterprestasikan hasil monitor fungsi vital.
6. Mampu mengelola kelaikan mesin anestesia dan venilator.
7. Mampu mengelola pernafasan pasien secara manual dan venilasi mekanik.
8. mampu mengelola terapi cairan, transfusi, nutrisi, penggunaan obat-obat inotropik, dan kontrol
aritmia.
STANDARD MEMPERTAHANKAN DAN MENINGKATKAN
KOMPETENSI.

•Program Pendidikan Berkelanjutan; Pendidikan dan Pelaihan Kedokteran Berkelanjutan (P2KB) telah
disusun oleh PERDATIN
1. Mengikui acara acara ilmiah dan Coninuing Professional Development (CPD) yang diselenggarakan
PERDATIN atau Perhimpunan Profesi lain.
2. Mampu menganalisis makalah ilmiah.
3. Mampu melakukan peneliian ilmiah.
4. Mampu membuat tulisan ilmiah.
STANDARD EIK MEDIKOLEGAL

1. Mematuhi sumpah dokter.


2. Mematuhi KODEKI, Pedoman Eik Profesi Dokter Spesialis Anestesiologi dan Reanimasi Indonesia.
3. Mematuhi Undang undang dan Peraturan Departemen Kesehatan berkaitan dengan pelayanan
anestesiologi dan terapi intensif.
4. Mampu melakukan kemitraan kolaborasi dengan pasien atau keluarganya, disiplin lain dan
sesama dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
PEDOMAN TENTANG MITRA BESTARI BIDANG ANESTESIOLOGI DAN TERAPI INTENSIF

• mistra bestari adalah orang-orang yang berprakik dalam profesi yang sama, yang mempunyai
keahlian dalam bidang yang akan dievaluasi.
• Terdiri dari para dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif.
• Untuk dapat dipilih sebagai mitra bestari di Rumah Sakit tersebut, yang bersangkutan harus melalui
proses penapisan oleh Rumah Sakit tersebut.
• Rumah Sakit dapat membuat daftar mitra bestari sesuai dengan jumlah yang dibutuhkannya, untuk
kemudian pada saat dibutuhkan perannya, komite medis dapat membuat paniia adhoc yang terdiri
dari mitra bestari yang diambil dari datar tersebut.
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PRIVILEGES)

• Core Privilages
 Penyakit tanpa penyulit/resiko rendah, status fisik ASA I dan 2
 Penyakit prosedur yang kompleks namun tidak ada penyakit penyerta yang mengancam nyama (Status fisik ASA 1
dan ASA 2)
 Penyakit/Prosedur yang kompleks dan potensial mengancam nyawa (Pasien bedah resiko tinggi)

• Spesific Previlages
 Subspesialisasi Anestesi Kardiovaskular,
 Subspesialisasi Anestesia Regional,
 Subspesialisasi Anestesia Bedah Anak,
 Subspesialis Intensive Care,
 Subspesialisasi Neuroanestesia dan neurocical care,
 subspesialisasi manajemen nyeri
Daftar Pustaka

- Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 519/MENKES/PER/III/2011 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi Dan Terapi Intensif Di Rumah Sakit , 2011.
- Tutuko B, Raharjo E, Marsaban A, Mulyono I, Margarita N, Herkutanto, Pedoman Penjabaran
Kewenangan Klinis Anestesiologi Dan Terapi Intensif Indonesia. Jakarta : Perdatin. 2012.
- Purwadianto A, Soetedjo, Gunawan S, Budiningsih Y, Prawiroharjo P, Firmansyah A. Kode Etik
Kedokteran Indonesia. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2012
- Joint Commision International. Joint commission international accreditation sstandarts for
hospital. 5 th edition, Joint Commision International. 2013.

Anda mungkin juga menyukai