Anda di halaman 1dari 2

Daster Pewarnaan Secara Gram

Bakteri memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, tidak berwarna juga transparan, oleh
sebab itu untuk melihat dan mengamati bakteri masih saja sukar dilakukan walaupun
dengan bantuan mikroskop. Untuk melihat dan mengamati morfologi bakteri secara lebih
jelas, dikembangkan teknik pewarnaan bakteri. Teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan
salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwidjoseputro.
1998).
Prinsip pewarnaan bakteri adalah pertukaran antara ion zat warna dengan ion protoplasma
sel.  Terdapat dua kelompok zat pewarna bakteri, yaitu: (1) bersifat Asam, berupa anion dan
umum digunakan dalam bentuk garam natrium. (2) bersifat Alkali, berupa kation dan umum
digunakan dalam bentuk klorida.  Selain zat warna diperlukan zat tambahan yang berfungsi
untuk mengendapkan hasil rekasi zat warna dengan komponen dinding sel bakteri. Zat
tersebut dikenal dengan istilah zat pematek yang akan melekatkan zat warna pada plasma
sel (Napitupulu, Romauli J. 2018).
Dalam melakukan pewarnaan bakteri, terdapat dua jenis teknik yang dapat digunakan,
yaitu: (1) pewarnaan Sederhana atau Tunggal, dengan menggunakan satu macam zat warna
(seperti Metilen Blue, Karbol Violet dan Air Fucshin). (2) Pewarnaan Differensial atau
Pewarnaan Gram dengan menggunakan dua atau lebih zat warna. Pewarnaan Sederhana
atau Tunggal adalah teknik pemberian warna pada bakteri dengan menggunakan larutan
tunggal suatu pewarna pada lapisan tipis atau olesan yang sudah di fiksasi, yang dinamakan
pewarnaan sederhana.  Lapisan tersebut akan dimasukkan dalam larutan pewarna selama
jangka waktu tertentu, kemudian larutan itu dicuci dengan air dan kaca objeknya
dikeringkan dengan kertas penghisap. Sel akan terwarnai merata, kecuali bagian-bagian
tertentu akan tampak terwarnai lebih gelap. Sedangkan pewarnaan Differensial atau
Pewarnaan Gram adalah teknik pewarnaan yang dapat menghasilkan perbedaan diantara
sel-sel bakteri atau bagian-bagian sel bakteri. Karena kemampuannya membedakan suatu
kelompok bakteri tertentu dari kelompok lainnya, maka pewarnaan ini juga disebut
pewarnaan diferensial. Pada dasarnya, teknik ini menggunakan lebih dari satu larutan zat
pewarna (Napitupulu, Romauli J. 2018).
Teknik pewarnaan Gram pertama kali dipublikasikan pada tahun 1884 oleh seorang ahli
Bakteriologi Denmark, Hans Christian Gram (1853–1938) dan dijadikan nama metode atau
teknik pewarnaan bakteri. Pengamatan morfologi bakteri hasil pewarnaan dilakukan di
bawah pengamatan mikroskop. Teknik pewarnaan gram bertujuan untuk mengidentifikasi
bakteri dengan mudah dan untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua kelompok
besar, yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Prinsip dasar teknik pewarnaan
bakteri adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari bakteri dengan senyawa aktif
dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi ikatan ion karena adanya muatan listrik baik
pada komponen seluler maupun pada pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka
dapat dibedakan pewarna asam dan pewarna basa. Hasilnya, akan terlihat perbedaan warna
bakteri menjadi ungu dan merah disebabkan oleh perbedaan struktur kimiawi bakteri
tersebut (Jawet, Melnick, and Adelberg. 2001).
Dasar dari teknik pewarnaan Gram adalah bakteri diberi warna dasar dengan kristal violet
dan diberikan larutan iodine kemudian dilunturkan oleh alkohol, sebagian bakteri berwarna
ungu karena sel mengikat senyawa kristal violet-iodine dan sebagian bakteri lain kehilangan
warna dasar dan mengambil warna kedua safranin/fuchsin yang berwarna merah. Bakteri
Gram negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna metil ungu pada
metode pewarnaan gram, sedangkan bakteri Gram positif adalah bakteri yang
mempertahankan zat warna metil ungu gelap setelah dicuci dengan alkohol. Bakteri Gram
negatif memiliki 3 lapisan dinding sel. Lapisan terluar yaitu lipoposakarida (lipid)
kemungkinan tercuci oleh alkohol, sehingga pada saat diwarnai dengan safranin akan
berwarna merah. Bakteri gram positif memiliki selapis dinding sel berupa peptidoglikan yang
tebal. Setelah pewarnaan dengan kristal violet, pori-pori dinding sel menyempit akibat
dekolorisasi oleh alkohol sehingga dinding sel tetap menahan warna ungu. Pewarna
bereaksi secara kimiawi dengan protoplas bakteri, apabila sel belum mati, proses
pewarnaan akan membunuhnya (Staf Pengajar Mikrobiologi FKUI. 2005).

Sumber :

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.

Jawet, Melnick, and Adelberg. 2001. Medical Microbiology, ed. 22. California Appleton and
Lange.

Napitupulu, Romauli J. 2018. Modul : Mikrobiologi Ikan Kompetensi : Uraian Materi


Pewarnaan Gram (pewarnaan Differensial) di http://www.pusdik.kkp.go.id (di akses
Februari 2021).
Staf Pengajar Mikrobiologi FKUI. 2005. Penuntun Praktik Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Medical Multimedia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai