Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

KIMIA BAHAN ALAM

ISOLASI ALKALOID DARI BUAH LADA HITAM (MERICA)

(Piper ningrum L)

OLEH :

NAMA : SHERINA REFLIA ANNISA

NO.BP : 1911013022

HARI/TANGAL : RABU / 02 MARET 2021

SHIFT :3

LABORATORIUM KIMIA BAHAN ALAM

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
ISOLASI ALKALOID DARI BUAH LADA HITAM (MERICA)

(Piper ningrum L)

I. TUJUAN
1. Mengetahui dan mempraktekkan cara mengisolasi golongan senyawa
alkaloid
2. Mengetahui cara mengidentifikasi senyawa alkaloid hasil isolasi
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Botani

2.1.1. Klasifikasi tanaman lada : (1)


Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Piperales
Suku : Piperaceae
Marga : Piper
Spesies : Piper ningrum L
2.1.2. Morfologi
Tanaman lada (Piper nigrum) lebih dikenal sebagai
penghasil renpah bahkan disebut “The King of Spices” daripada
tanaman obat. Lada merupakan tumbuhan pemanjat, batang
berkayu dengan percabangan dimorfik. Tulang daun menyirip
aagak dekat dari pangkal daun sehingga tampak seperti menyrip
memanjang. Bunga bersifat protogini, namun kepala putik reseptif
setelah membuka selama 10 hari. Dalam satu malai pembungaan
selesai dalam 7-8 hari. Penyerbukan terutama secara menyerbuk
sendiri (self pollination) namun mungkin juga secara penyerbukan
tetangga (geitonogami). Varietas lada liar umumnya berumah dua,
namun kultivar unggul berumah satu dengan persentase bunga
hermaprodit 70%-98%. Buah lada berwarna hijau ketika muda dan
berwarna merah ketika masak, berdiameter 4-6 mm, duduk dalam
satu malai yang terdiri dari 60-80 buah.(2)
2.1.3. Habitat dan Distribusi
Lada tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian tempat 0-
500 m dari permukaan laut, namun yang terbaik adalah pada
ketinggian 100 m dari permukaan laut. Curah hujan yang
dikehendaki berkisar antara 2000-3000 mm per tahun dengan 2
bulan kering untuk mendorong pembungaan. Hujan dan angin yang
terlalu deras akan banyak merontokkan tangkai bunga dan tandan
berbuah jarang. Kisaran suhu udara yang terbaik adalah 23-32oC
dengan suhu siang hari 29 oC. Tanah yang dikehendaki adalah
tanah bertekstur ringan, gembur, berdrainase baik, dan subur.
Tanah baru bekas bukaan hutan dengan kandungan bahan organik
yang tinggi sangat baik untuk lada karena masih subur dan
mungkin masih bebas dari patogen penyakit busuk pangkal batang
lada. Tanah dengan pH 4-7 dapat ditoleransi, namun yang terbaik
adalah pH 6.
Genus piper paling tidak terdiri atas 600 spesies yang 40
spesies di antaranya terdapat di Indonesia. Dari genus Piper yang
telah dibudidayakan di Indonesia adalah lada (Piper nigrum L),
sirih (Piper betle L.), kemukus (Piper cubeba L), cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl.), dan sirih merah (Piper crocatum). Piper
guineense yang merupakan tumbuhan asli Afrika Barat dikenal
sebagai lada hitam Afrika untuk digunakan sebagai substitusi lada
hitam. Penghasil substitusi lada yang lain adalah P.clussi,
P.longifolium, dan P,saigonensa. Selain Piper retrofractum yang
merupakan tumbuhan asli dari Jawa, terdapat banyak jenis cabe
yang lain yang disebut lada panjang (long pepper) yaitu P.longum,
P.attenuatum, P.officinarum, dan P.sylvaticum yang dibudidayakan
di India. Tanaman sirih merah dikenal sebagai tanaman hias dan
tanaman obat. Jenis Piper yang lain berupa herba adalah sirihan
(Piper aduncum L.) dan ketumpang air (Peperomia pellucida (L.)
Kunth) yang digunakan sebagai bahan obat, sayur, dan lalab (2)
2.2. Kandungan Kimia
Buah lada hitam mengandung alkaloid dan minyak atsiri dengan
komponen felandren, dipenten, kariopilen, entoksilen, dan limonen.
Lada hitam juga mengandung alkaloid yaitu: piperin (5,3-9,2%),
kavisin (sampai 1%) dan metil-pirolin; minyak atsiri (1,2-3,5%); lemak
(6,5-7,5%); pati (36-37%) dan serat kasar (±14%).
Buah Lada putih mengandung alkaloid seperti piperin, kavisin, dan
metilpirolin, serta minyak atsiri, lemak, dan pati. Kandungan utama
dalam lada adalah alkaloid piperin.(3)
2.3. Kegunaan Secara Tradisional
Sebagai obat tradisional lada digunakan untuk meningkatkan nafsu
makan, mengobati penyakit demam, influensa, masuk angin, asma,
kolik, kolera, diabetes, anemia, sakit tenggorokan, suara parau, datang
haid tidak teratur, tekanan darah rendah, dan sebagai stimulansia dan
karminativa, dan ramuan jamu seduhan. (2)
2.4. Bioaktivitas
2.4.1. Bioaktivitas Ekstrak
Aktivitas antibakteri dari buah lada hitam terhadap S.aureus
disebabkan oleh adanya senyawa piperin. Mekanisme antibakteri
dari piperin terhadap S.aureus adalah sebagai inhibitor protein A.
Protein A merupakan protein spesifik yang hanya terdapat pada
permukaan sel bakteri S.aureus yang berfungsi dalam pelepasan
toksik.
Ekstrak etanol buah lada hitam memiliki aktivitas
antibakteri. Ekstrak etanol buah lada hitam memiliki aktivitas
antibakteri terhadap bakteri gram positif S.aureus dengan daya
hambat 12,5 mm selain dari bakteri S.aureus juga menghambat
bakteri Staphylococcus epidermidis sebesar 15 mm. (4)
2.4.2. Bioaktivitas Metabolit Sekunder
Kandungan minyak atsiri daun lada memiliki sifat toksik
pada rayap. Minyak atsiri dun lada mengandung senyawa terpenoid
yang terdiri dari senyawa monoterpen dan seskuiterpen. Senyawa
terpenoid dapat menghambat enzim acetylcholinesterase (ACHE)
dan dapat melumpuhkan serta membunuh serangga. Senyawa
seskuiterpen mampu merusak sistem saraf pada rayap. Spatulenol
merupakan salah satu senyawa mayor pada minyak atsiri daun
lada. Senyawa ini termasuk golongan senyawa seskuiterpen
alkohol. Sebagian besar metabolit yang diisolasi dari minyak atsiri
yang memiliki gugus hidroksi menunjukkan aktivitas repellent
lebih baik. Selain spatulenol, terdapat pula senyawa kariofilen pada
minyak atsiri daun lada. Senyawa kariofilen pada minyak atsiri dau
P.sarmentosum memiliki aktivitas antirayap dengan kematian 80 %
pada konsentrasi 2% setelah 3 hari terhadap rayap Coptotermes sp.
(5)

2.5. Teori Ekstraksi


Salah satu metode yang digunakan untuk penemuan obat
tradisional adalah metode ekstraksi. Pemilihan metode ekstraksi
tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Sebelum
memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih
dahulu. Ada beberapa target ekstraksi, diantaranya : (6)
1. Bioaktif yang tidak diketahui
2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme
3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang
berhubungan secara struktural.

Proses Ekstraksi khususnya untuk bahan yang berasal dari tumbuhan


adalah sebagai berikut : (6)

1. Pelarut Polar : air, metanol, etanol


2. Pelarut Semipolar : etil asetat, diklorometan
3. Pelarut Non polar : n-heksan, petroleum eter, kloroform, dll

Proses Ekstraksi terbagi menjadi dua macam, yaitu : (6)

1. Ekstraksi dingin
Dalam metode ekstraksi dingin tidak ada proses pemanasan
yang digunakan dimana tujuannya untuk menghindari
rusaknya senyawa yang bersifat termolabil.
Ex: Maserasi, perkolasi,
2. Ekstraksi panas
Melibatkan proses pemanasannya sehingga dapat
mempercepat proses pemisahan
Ex : Refluks, Soxhlet, infundasi, Digest.
2.6. Rekristalisasi
Rekristalisasi adalah teknik pemurnian suatu zat padat dari
pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali zat tersebut setelah
dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Prinsip dasar dari proses
rekristalisasi adalah perbedaan kelarutan antara zat yang akan
dimurnikan dengan zat pengotornya. Karena konsentrasi total
pengotor biasanya lebih kecil dari konsentrasi zat yang dimurnikan,
dalam kondisi dingin, konsentrasi pengotor yang rendah tetap didalam
larutan sementara zat yang berkonsentrasi tinggi akan mengendap.
Setelah itu endapan tersebut disaring, dilarutkan ulan dan didapatkan
endapan kembali, maka saring lagi agar mendapatkan kelarutan yang
murni. Dalam rekristalisasi ada tujuh langkah yaitu: memilih pelarut,
melarutkan zat terlarut, menghilangkan warna larutan, memindahkan
zat padat, mengkristalkan larutan, mengumpulkan dan mencuci kristal
biasanya menggunakan filtrasi, dan mengeringkan produk. Macam-
macam Rekristalisasi adalah :(7)
1. Rekritalisasi dengan pelarut tunggal
Pada metode ini senyawa kotor (yang akan dimurnikan)
dilarutkan kedalam pelarut panas hingga jenuh. Pada
pendinginan, senyawa yang akan dimurnikan kemudian
membentuk kristal (mengalami rekristalisasi). Pendinginan
yang lambat akan membentuk kristal yang lebih besar. Pada
kondisi ideal kristal hanya mengandung senyawa murni dan
semua pengotor akan tetap berada pada larutan.
2. Rekristalisasi dengan pelarut campur
Metode ini sama seperti metode diatas tapi menggunakan
lebih dari satu jenis pelarut. Senyawa dan pengotor dilarutkan
dalam pelarut pertama. Kemudian tambahkan pelarut kedua
secara perlahan. Baik senyawa maupun pengotor akan larut
dalam pelarut dan mengendap, sementara senyawa yang lain
(selain senyawa utama pengotor) akan tetap berada dalam
larutan. Dengan demikian proporsi kedua pelarut sangatlah
penting. Biasanya pelarut kedua ditambahkan secara perlahan
hingga salah satu senyawa mulai mengkristal kemudian larutan
didinginkan
III. PROSEDUR PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
A. Alat
Seperangkat alat sokletasi atau maserasi, seperangkat alat Rotary
evaporator, pipet tetes, chamber, penotol, vial, corong, spatel
B. Bahan
Buah lada hitam (Piper nigrum) (10 g), metanol, kalium
hidroksida, etil asetat, kapas/kertas saring, plat KLT, larutan
penampak noda alkaloid
3.2. Cara Kerja
1. Buah lada hitam kering dihaluskan (10g)
2. Soklet dengan methanol
3. Uapkan maserat dengan alat rotary evaporator hingga kental
4. Ekstrak kental ditambahkan 10 ml larutan kalium hidroksida 10
% saring dan diamkan
5. Ambil kristal yang terbentuk, kemudian dilakukan rekristalisasi
dengan pelarut etil asetat dan n-heksan
6. KLT senyawa hasil isolasi dengan fase dima silika gel 60 F254,
fase gerak n-heksan:etil asetat (2:3). Lihat noda dibawah sinar
UV λ254 dan gunakan penampak noda Dragendorf
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
A. Perhitungan Rf
Panjang lintasan piperin = 6,24 cm
Panjang lintasan piperin pembanding = 6,16 cm
Panjang Lintasan pada KLT = 8 cm

Maka :
6,24 𝑐𝑚
Rf piperin = = 0,78
8 𝑐𝑚

6,16 𝑐𝑚
Rf pembanding = = 0,77
8 𝑐𝑚

B. Dokumentasi

 Serbuk Lada Hitam

 Plat KLT dibawah sinar UV


360 nm

 Plat KLT di bawah sinar


UV 256
V. PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini, kami mempelajari bagaimana proses isolasi Alkaloid
dari Buah Lada Hitam (Piper nigrum L). Piper nigrum L mengandung senyawa
alkaloid, Senyawa alkaloid merupakan senyawa yang bersifat basa karena
memiliki atom nitrogen yang kebanyakan berbentuk heterosiklik dan banyak
ditemukan pada tumbuhan dan sebagian kecil berada pada hewan dan
mikroorganisme. Senyawa alkaloid yang akan di isolasi dari tumbuhan Piperin
nigrum L adalah piperin, piperin merupakan senyawa alkaloid derivat asam amino
Lysin.

Pada vidio praktikum pertama yaitu timbang 10 g serbuk dan masukkan ke


dalam erlenmeyer dan tambahkan metanol untuk ekstraksi jenis maserasi. Pada
buku diktat untuk proses ekstraksi menggunakan metode soxhlet tapi pada
percobaan praktikum kemaren, ekstraksi yang digunakan adalah menggunakan
metode maserasi. Alasan tidak digunakannya metode soxhlet adalah metode ini
termasuk jenis ekstraksi cara panas. Maka dari itu karena ekstraksi nya
menggunakan pemanasan dan praktikan ragu apakah semua senyawa yang
terkandung di dalam sampel tahan terhadap panas atau bersifat termolabil. Maka
dari itu kami menggunakan ekstraksi metode maserasi, selain karena proses nya
mudah dan sederhana, dan untuk pemakaian nya menggunakan pelarut
secukupnya. Prinsip kerja dari proses maserasi adalah dilakukannya perendaman
selama 3 hari, selama proses perendaman, cairan akan menembus dinding sel dan
masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif, perpindahan pelarut ke rongga
sel berlangsung seketika dimana saat pelarut dikontakkan dengan padatan maka
akan terjadi gaya osmosis (molekul pelarut melalui lapisan semi permeabel yang
masuk dari konsentrasi rendah (encer) ke daerah yang konsetrasi tinggi (pekat)
kemudian solute yang ada didalam sel larut dalam zat pelarut. Solute dapat larut
dalam pelarut karena adanya gaya elektrostatik yang disebut dengan gaya dipol-
dipol sehingga senyawa yang bersifat polar-polar atau non polar-non polar dapat
saling berikatan. Selain itu ternyata ada gaya london yang menyebabkan senyawa
polar dapat larut atau sedikit larut dengan senyawa non polar. Setelah semua dapat
tercampur dengan zat pelarut dengan baik maka akan dilanjutkan dengan proses
difusi, dimana difusi adalah perpindahan zat teralrut dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi yang rendah. Zat pelarut yang digunakan adalah metanol. Metanol
adalah jenis pelarut yang bersifat polar dan merupakan pelarut universal (
melarutkan senyawa polar, semi polar, dan non polar) selain metanol untuk
pelarut universal yaitu etanol dan air.

Salah satu jenis ekstraksi adalah jenis ekstraksi bertingkat dimana ekstraksi
terbagi menjadi dua yaitu ekstraksi dengan pelarut universal seperti air, metanol,
dan etanol kemudian setelah di ekstraksi sampel tersebut maka proses selanjutnya
adalah fraksinasi (proses pemisahan larutan berdasarkan kepolaranny) dan ada
juga ekstraksi dengan pelarut bertingkat, pada ekatraksi ini sampel yang
dihasilkan adalah sampel yang telah di fraksinasi sekaligus. Jadi proses fraksinasi
pada ekstraksi bertingkat adalah dengan penambahan pelarut yang bersifat non
polar setelah sampel non polar telah terbawa oleh pelarutnya maka dilanjutkan
dengan proses pengeringan ampasnya setelah itu ditambahkan pelarut semi polar
setelah dapat sampel nya, ampasnya dikeringkan kembali dan terakhir
ditambahkan pelarut polar sehingga didapatkan ada 3 ekstrak sampel.

Setalah proses ekstraksi selesai dengan menggunakan pelarut metanol, maka


sampel hasil esktraksi disaring dengan menggunakan kertas saring, usahakan
kertas saring tersebut dilipat dengan benar dan setiap sisi nya runcing. Maka
setelah disaring sampel yang didapatkan adalah maserat dan yang tertinggal di
kertas saring disebut residu. Setelah disaring maka masuk ke tahap evaporasi.

Tahap evaporasi (pemisahan suatu zat berdasarkan titik didihnya) pada


percobaan ini adalah menggunakan alat rotary evaporator. Pada praktikum kimia
organik proses evaporasi nya menggunakan destilasi vakum. Perbedaan keduanya
adalah pada destilasi vakum menggunakan batu didih yang dimasukkan ke dalam
sampel agar panas nya merata didalam sampel dan pada destilasi vakum air hanya
menggunakan kondensor biasa, air nya berasal dari air kran biasa tapi jika alat
rotary evaporator, tidak menggunakan batu didih untuk meratakan panas tapi labu
yang berisi ekstrak tersebut berputar terus didalam water bath sehingga suhu nya
secara otomatis sudah merata dan pada alat tersebut dilengkapi alat yaitu chiller
sehingga air yang masuk pada kondensor bukan dari air kran biasa tetapi air
terlebih dahulu di dinginkan oleh chiller dan setelah itu masuk kedalam
kondensor. Tapi kekurangan menggunakan rotary evaporator adalah labu yang
digunakan berukuran kecil sehingga sampel yang bisa digunakan juga dalam
jumlah sedikit.

Karena sebagian besar di alam alkaloid berbentuk garam, maka kita harus
membebaskan alkaloid (piperin) dalam bentuk basa bebas dengan penambahan
larutan (KOH 10%+metanol) dan diamkan selama 24 jam. Sampel tersebut jangan
lupa ditutup dengan menggunakan aluminium foil dan jangan lupa dilubangkan.
Penambahan larutan larutan (KOH 10%+metanol) maka akan melarutkan bagian
asam pada alkaloid bebas sehingga yang berbentuk kristal adalah piperin dalam
bentuk basa bebas dan jika larutan (KOH 10% + air) maka kristal yang terbentuk
dalam bentuk garam. Maka setelah didapatkan kristal nya harus di cuci dulu
dengan etil asetat agar mendapatkan kristal yang lebih murni. Setelah itu esktrak
piperin dengan etil asetal diletakkan pada vial yang berbeda.

Tahap selanjutnya yaitu menyiapkan pembanding untuk hasil kristal yang


didapat dengan cara rekristalisasi. Rekristalisasi dilakukan dengan piperin yang
telah didapat sebelumnya (haasil isolasi pada praktikum tahun lalu). Jenis
rekristalisasi ada dua yaitu rekristalisasi dengan 1 pelarut dan rekristalisasi dengan
pelarut campur . 2 jenis rekristalisasi memiliki kelebihannya masing-masing, jika
menggunakan 1 pelarut saja maka kristal yang dihasilkan bagus tapi untuk
pembentukan kristal nya cukup lama dan kelebihan rekristalisasi dengan pelarut 2
campur adalah cepat terbentuknya kristal tapi untuk hasil kristalnya tidak sebagus
dengan menggunakan 1 pelarut saja. Tapi jika sampel memiiki sifat kelarutan
yang bagus lebih baik menggunakan 2 pelarut campur tapi jika sampel tidak
memiliki sifat kelarutan yangg bagus lebih baik menggunakan 1 pelarut saja.
Dalam proses kristalisasi usahakan sampel tidak kering maksudnya adalah semua
pelarut nya sudah menguap berarti jika terjadi hal seperti ini maka proses
rekristalisasi gagal. Dalam praktikum kita kali ini proses rekristalisasi yang yang
dilakukan dengan menggunakan 2 pelarut campur yaitu etil asetat dan n-heksan.
Jadi etil asetat disini akan melarutkan piperin tapi juga dibantu dengan proses
pemanasan agar cepat piperin untuk terlarut dengan etil asetat kemudian setelah di
masukkan etil asetat maka ditambahkan n-heksan, dimana senyawa ini akan
melarutkan zat-zat pengotor sehingga akan terbentuk kristal piperin yang murni.

Kemudian setelah dilakukan rekristalisasi maka dilanjutkan menguji kemurnian


dengan menggunakan KLT. Pada proses KLT ini yang menjadi fase diam adalah
silika gel 60 F254 dan fase gerak n-heksan:etil asetat dengan perbandingan 2:3 ,
kenapa n-heksan dan etil asetat dicampurkan, karena sebelum itu kitaa perlu
optimasi untuk menentukan fase gerak yang tepat untuk sampel tersebut. Pelarut
organik yang dicampurkan diatas , fase gerak tersebut cenderung bersifat semi
polar. Plat KLT berukuran 20 x 20 cm menjadi ukuran plat yang dibutuhkan untuk
pengujian KLT ini. Plat KLT digaris 1 cm dari pinggi atas dan bawah plat dan
saat menggaris jangan sampai terlalu keras agar tidak merusak silika pada plat.
KLT meruapakn pemisahan komponen kimia berdasarkan prinsip adsorbsi dan
partisi yang ditentukan oleh fase diam dan fase gerak. Komponen kimia akan naik
mengikuti fase gerak karena daya serap adsorben terhadap komponen-komponen
kimia tidak sama sehingga komponen kimia dapat bergerak dengan jarak yang
berbeda-beda berdasarkan tingkat kepolaran. Untuk pemeriksaan secara murni
dengan menggunakan KLT ini dilakukan 3 pentotolan sampel yaitu sampel isolasi
dari piperin, sampel pembanding, dan sampel campuran isolasi piperin dan sampel
pembanding. Setelah terdapat 3 sampel maka totolkan 3 sampel ini di plat KLT
dengan jarak 1-2 cm agar saat sampel totolan naik tidak menyinggung satu sama
lain dan jelas juga terlihat. Setelah pentotolan selesai lihat plat ini dibawah sinar
UV untuk memastikan sampel yang ditotolkan jelas. Sebelum plat KLT
dimasukkan ke dalam chamber, chamber harus dijenuhkan terlebih dahulu.
Tujuan dari penjenuhan ini adalah supaya keadaan di dalam chamber sama dan
proses elusi menjadi lebih cepat. Cara penjenuhan adalah dengan memasukkan
eluen n-heksan dan etil asetat dengan perbandingan 2:3 ke dalam chamber. Lalu
dimasukkan kertas saring sepanjang tinggi chamber. Jika kertas saring sudah
terbasahi semua maka chamber sudah jenuh. Baru setelah itu dimasukkan plat
KLT ke dalam Chamber. Pada saat pemasukkan KLT kedalam chamber, jangan
sampai totolan pada KLT mengenai eluen itu akan mengakibatkan totolan tersebut
tidak akan naik dan malah larut dalam eluen. Setelah totolannya naik dan telah
menyentuh batas atas pada plat, maka KLT dihentikan. Setelah itu hasil dari KLT
tadi dilihat di bawah sinar UV λ256, nnti KLT akan terlhat pita-pita, dan jika
sapel tersebut benar piperin maka akan terbentuk 1 noda di plat tersebut. Tapi jika
suatu sampel tidak terlihat di sinar UV karena tidak memiliki gugus kromophor
maka cara lain nya adalah dengan metode Dragendorf.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Buah Lada hitam (piper ningrum) mengandung senyawa piperin
2. Metode ekstraksi yang dilakukan adalah maserasi salah jenis ekstraksi
dingin, dan ekstraksi dengan cara perendaman sampel selama 3 hari
3. Tidak menggunakan ekstraksi soxhlet karena ekstraksi ini dengan
pemanasan untuk menghindari senyawa-senyawa yang tidak tahan panas
karena senyawa tersebut bersifat termolabil
4. Prinsip ekstraksi maserasi adalah terjadi proses osmosis dan difusi pada
proses penarikan sampel dari buah lada hitam
5. Fraksinasi adalah pemisahan zat berdasarkan perbedaan kepolaran
6. Evaporasi adalah pemisahan zat berdasarkan titik didih
7. Penambahan KOH 10% dan metanol ke dalam sampel untuk
membebaskan alkaloid piperin dalam bentuk basa bebas
8. Tahap rekristalisasi yang digunakan adalah rekristalisasi dengan
menggunakan 2 jenis pelarut ( etil asetat dan n-heksan)
9. Proses KLT digunakan untuk memastikan sampel yang didapatkan dari
isolasi buah lada hitam benar mengandung senyawa alkaloid piperin
10. Tujuan dari penjenuhan ini adalah supaya keadaan di dalam chamber
sama dan proses elusi menjadi lebih cepat.
11. Jangan sampai totolan pada KLT mengenai eluen itu akan
mengakibatkan totolan tersebut tidak akan naik dan malah larut dalam
eluen.

12. Jika suatu sampel tidak memiliki gugus kromophor dalam struktur
senyawa nya maka cara memastikan jenis senyawa tersebut yang
terkandung dalam suatu sampel dengan metode dragendorf

6.2. Saran
1. Pada proses maserasi senyawa jangan sampai terkena cahaya matahari
karena takut terjadinya reaksi fotolisis
2. Pada tahap rekristalisasi jangan sampai sampel nya menjadi kering
karena semua pelarut nya sudah menguap semua
3. Pada proses evaporasi, pastikan tekanan pada saat proses evaporatory
tepat agar tidak terjadi bumping
4. Saat membuat garis pembatas pada KLT jangan terlalu kuat takutnya
akan merusak plat KLT tersebut
DAFTAR PUSTAKA

1. Suwarso, Rochman F, Yualikah S. Morfologi dan biologi tembakau


virginia. Monogr Tembakau Virginia. 1983;1–11.
2. Evizal R. No Fitofarmaka. Bandar Lampung: Lembaga Penelitian
Universitas Lampung; 2013. 198 p.
3. Dan H, Lada B, Piper P, Yang L, Putu N, Hikmawanti E, et al.
KANDUNGAN PIPERIN DALAM EKSTRAK BUAH LADA HITAM
DAN BUAH LADA PUTIH (Piper nigrum L.) YANG DIEKSTRAKSI
DENGAN VARIASI KONSENTRASI ETANOL MENGGUNAKAN
METODE KLT-DENSITOMETRI. Media Farm J Ilmu Farm.
2016;13(2):173–85.
4. Sari,D.R.A.P. dkk. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Lada
Hitam (Piper nigrum L.) Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. Jur
Farm Fak Mat Dan Ilmu Pengetah Alam Univ Udayana. 2011;4.
5. Hidayatullah S, Rizaldy AA, Gracia H S. No Title. Efikasi Ekstrak Daun
Tuba sebagai Anti Rayap Alami. 2017;15(2):167–74.
6. Andriani LL. No Title. PENGARUH JENIS PELARUT DAN UJI
STABILITAS Warn PADA EKSTRAKSI KLOROFIL DAUN KATUK
(Sauropus androgynus). 2014;
7. Pinalia A. Penentuan Metode Rekristalisasi Yang Tepat Untuk
Meningkatkan Kemurnian Kristal Amonium Perklorat (Ap). Maj Sains dan
Teknol Dirgant [Internet]. 2012;6(2):64–70. Available from:
http://103.16.223.15/index.php/majalah_sains_tekgan/article/view/1635

Anda mungkin juga menyukai