OLEH
OLEH
NAMA : UTAMI BUDHI FADILLA
NO.BP : 1611011010
SHIFT : JUMAT PAGI
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. AMALIA REFINA (1611011002)
2. ISRA HASANAH (1611011058)
3. NOVIA PRATIWI (1611012010)
4. RINI HARYATI (1611013024)
5. HARIANI AYUNDA (1611013030)
2.1.4 Morfologi
Piper nigrum merupakan tanaman abadi yang berbunga memanjat pohon
anggur milik keluarga Piperaceae. Tanaman cabai mudah tumbuh di tempat teduh
untuk mendukung pepohonan, teralis atau kutub tinggi maksimal 13 kaki atau 4
meter dan akar bisa keluar simpul daun jika sentuhan anggur ke tanah. Tanaman
memiliki bentuk hati sepanjang daun. Panjang paku naik hingga 7-15 cm. buah
lada hitam berukuran kecil (diameter 3 hingga 4 mm) yang disebut drupe dan
buah kering yang kering dari Piper nigrum dikenal sebagai lada hitam, buah ini
matang penuh berwarna merah gelap dan sekitar 5 mm diameter. Buah
mengandung satu biji. Tanaman menghasilkan buah dari ke-4 atau tahun ke-5, dan
terus menghasilkan buah hingga tujuh tahun. Satu batang tunggal berisi 20-30
paku buah-buahan. Paku yang dikumpulkan dijemur sampai matahari pisahkan
merica dari paku. Yang baru dipanen mentah mentah buah-buahan hijau bisa
beku-kering untuk membuat cabai hijau. Yang segar dipanen Buah hijau yang
belum matang bisa dikeringkan dengan sinar matahari untuk membuat lada hitam.
Kulit merah dari buah matang dihapus dan biji berbatu dijemur sampai membuat
lada menjadi berwarna putih.1
2.1.5 Habitat dan Distribusi
Lada (Piper nigrum) merupakan salah satu komoditas subsektor
perkebunan yang telah memberikan kontribusi nyata sebagai sumber devisa,
penyedia lapangan kerja, dan sumber pendapatan petani. Luas areal perkebunan
lada pada tahun 2009 mencapai 191,54 ribu hektar yang tersebar di 29 provinsi
dengan produksi 84,51 ribu ton. Sekitar 52% areal perkebunan terdapat di
Lampung dan Bangka-Belitung, sisanya di provinsi lain terutama, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara yang merupakan sentra produksi
baru.2
Kontribusi Indonesia sebagai pengekspor lada mencapai 29% dari
kebutuhan dunia, terbesar kedua setelah Vietnam. Produksi lada nasional tahun
2014 mencapai 91.941 ton.3
Secara geografis, Barat Ghats dari Semenanjung India Selatan adalah
pusat utama budidaya lada hitam, dan domestikasi adalah diyakini telah terjadi di
daerah ini berabad-abad lalu. Sejak itu, budidaya lada hitam telah diperkenalkan
ke negara lain di Asia Selatan dan Tenggara Saat ini, tanaman ini terutama
dibudidayakan di daerah tropis di dunia, seperti India, Vietnam, Malaysia,
Indonesia, Cina, dan Brasil, dan, pada yang lebih kecil skala, di Sri Lanka dan di
Hindia Barat Menurut statistik dari Pangan dan Pertanian Organisasi, lada hitam
dibudidayakan pada 553144 ha lahan untuk memproduksi 433 238 t merica pada
tahun 2008. Cina adalah produsen terbesar kelima di dunia, dengan sebuah
perkiraan produksi tahunan 27.210 t, dan dengan provinsi Hainan menghasilkan
hampir 90% lada hitam.4
2.2 Kandungan Kimia Piper nigrum
Investigasi fitokimia P. nigrum terungkap bahwa itu mengandung
berbagai phytochemical. Piperine adalah yang pertama senyawa aktif farmakologi
yang diisolasi dari anggota yang berbeda keluarga Piperaceae. Banyak peneliti
mengisolasi berbagai jenis Senyawa yaitu Fenolat, flavonoid, alkaloid, amida dan
steroid, lignan, neolignan, terpenes, chalcones dll dan banyak senyawa lainnya.5
Beberapa senyawa tersebut adalah Brachyamide B, Dihydro-pipericide,
(2E,4E)-N-Eicosadienoyl-pereridine,N-transFeruloyltryamine,NFormylpiperidine,
Guineensine, pentadienoyl sebagai piperidine, (2E, 4E) - Nisobuty-
ldecadienamid, isobutyl-eicosadienamide, Tricholein, Trichostachine, isobutyl-
eicosatrienamide, Isobutyl-octadienamide, Piperamide, Piperamine, Piperettine,
Pipericide, Piperine, Piperolein B, Sarmentine, Sarmentosine, Retrofractamide,
aktivitas farmakologis yang berbeda dilaporkan karena kehadirannya dari
phytochemical ini. Piperine dilaporkan memiliki empat isomer yaitu; Piperine,
Isopiperine, Chavicine dan Isochavicine. Di antara semua terisolasi senyawa yang
diisolasi dari P. nigrum. Piperine, pipena, piperamide dan piperamine ditemukan
memiliki aktivitas farmakologis yang beragam.5
Piperin
Pada penentuan kadar piperin dalam fraksi alkaloid buah lada hitam
menggunakan metode KLT-densitometri terlihat bahwa kadar piperin tertinggi
pada fraksi alkaloid dari ekstrak etanol buah lada hitam yang diekstraksi
menggunakan pelarut etanol 60% yaitu sebesar 52,81%. Semakin besar
konsentrasi etanol maka semakin kecil kadar piperin dalam ekstrak buah lada
hitam. Kadar piperin tertinggi diperoleh dari fraksi alkaloid dari ekstrak etanol
buah lada putih yang diekstraksi menggunakan pelarut etanol 96% yaitu sebesar
38,72%. Semakin besar konsentrasi etanol maka semakin besar kadar piperin
dalam ekstrak buah lada putih.6
Hal ini membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi pelarut
pengekstraksi berpengaruh pada kadar piperin yang ikut tersari selama proses
ekstraksi. Angka persentase kadar piperin dalam sampel cukup besar karena
penentuan kadar piperin dilakukan pada fraksi alkaloid dari ekstrak etanolnya,
dengan kata lain kadar piperin tersebut menunjukkan jumlah kandungan piperin
dari jumlah alkaloid keseluruhan dalam ekstrak buah lada. Buah lada hitam
mengandung piperin yang lebih banyak dibanding dengan buah lada putih. Hal ini
diduga karena asal simplisia keduanya sehingga mempengaruhi kadar piperin.6
2.2 Kegunaan Tradisional
1. Aktifitas Anti Kanker
Aktivitas antikanker piperin melawan banyak sel kanker telah dilaporkan
sebelumnya. Karena itu, mekanisme antikanker aktivitas piperin melawan
androgen baik independen dan tergantung sel kanker prostat diselidiki. Proliferasi
LNCaP, Sel kanker prostat 22RV1, PC-3, dan DU-145 ditemukan sebagai dosis
dependen dihambat oleh piperin. Perawatan Piperine juga ditemukan untuk
menginduksi apoptosis, dengan aktivasi caspase-3 dan oleh belahan dada protein
PARP-1 dalam sel kanker prostat yang berbeda seperti PC-3, DU-145 & LNCaP
sel kanker prostat. Pengobatan dengan piperin juga ditemukan mengganggu
ekspresi reseptor androgen pada kanker prostat LNCaP sel dan menyebabkan
penurunan yang signifikan pada tingkat Prostat Spesifik Antigen dalam sel
LNCaP. Ekspresi terfosforilasi STAT-3 dan Faktor transkripsi faktor-κB
berkurang di LNCaP, PC-3 dan DU-145 sel kanker prostat setelah perawatan
dengan piperine. Ini hasil menunjukkan bahwa ada penurunan yang signifikan
dalam androgen bergantung dan independen pertumbuhan tumor.5
2. Aktifitas Inflamasi
Aktivitas anti-peradangan lada hitam Piperine dievaluasi untuk anti-
inflamasi, analgesik, dan aktivitas anti-rematik. Kegiatan anti-inflamasi in vitro
dievaluasi pada interleukin 1β dirangsang fibroblast seperti synoviocytes
diperoleh dari rheumatoid arthritis, sementara anti-rematik termasuk aktivitas
analgesik dievaluasi pada carrageen akut yang diinduksi telapak kaki nyeri dan
arthritis pada tikus.5
Piperine digunakan untuk mengurangi sintesis prostaglandin E2 dalam
dosis bergantung dosis pada konsentrasi 10-100 μg / mL. Ini secara signifikan
menghambat sintesis prostaglandin E2 bahkan pada 10 μg / mL. Ekspresi
interleukin 6 dan matriks metallo-proteinase 13 juga dihambat. Migrasi protein
activator ke inti di interleukin 1β diperlakukan synoviocytes dihambat oleh
piperin sementara migrasi faktor nuklir κB tidak terpengaruh oleh piperine.5
3. Aktifitas Anti Depresan
Efek piperine yang seperti antidepresan dan kemungkinannya
mekanisme dievaluasi dalam model kortikosteron yang diinduksi depresi pada
tikus. Perilaku seperti depresi pada tikus dikembangkan setelah 3 minggu suntikan
kortikosteron. Depresi itu terungkap oleh penurunan yang signifikan dalam
pemanfaatan sukrosa dan augmentasi di waktu imobilitas dalam tes berenang
paksa dan uji suspensi ekor. Lebih lanjut, protein faktor neurotropik yang
diturunkan dari otak dan tingkat mRNA di dalam hippocampus juga menurun
secara signifikan pada pengobatan kortikosteron tikus. Corticosterone
menginduksi perubahan perilaku dan biokimia secara signifikan berkurang setelah
pengobatan untuk hewan dengan Piperine. Hasil ini menunjukkan bahwa piperin
menghasilkan antidepresan seperti efek pada model depresi yang diinduksi oleh
kortikosteron pada tikus.5
4. Aktifitas Analgesik
Aktivitas analgesik secara in vivo piperin pada tikus dievaluasi
menggunakan induksi asam asetat pada ekor tikus hal ini digunakan untuk
mengevaluasi aktivitas analgesik piperin. Disana ada penghambatan yang
signifikan (P <0,01) dalam menggeliat induksi asam asetat pada tikus setelah
pemberian piperin intra-peritoneal (i.p.) pada a dosis 30, 50 dan 70 mg / kg
dibandingkan dengan di domethacin pada a dosis 20 mg / kg (i.p.). Injeksi intra-
peritoneal piperin pada dosis 30 dan 50 mg / kg dan injeksi morfin intra peritoneal
di dosis 5 mg / kg secara signifikan (P <0,01) meningkat dalam waktu reaksi tikus
di uji film ekor. Kegiatan analgesik dari kedua piperine dan morfin dalam uji film
ekor dibalik pada pra-perawatan hewan dengan nalokson dengan dosis 5 mg / kg
(i.p.). Hasil ini mengungkapkan aktivitas analgesik piperin yang mungkin
dimediasi melalui jalur opioid.5
5. Aktifitas Anti Oksidan
Aktivitas antioksidan lada hitam Radikal bebas menyebabkan banyak
penyakit. Serangan radikal bebas yang berbeda menyerang membran yang
menyebabkan oksidasi lipid, hilangnya aktivitas enzim yang berbeda dan dapat
menyebabkan kanker. Antioksidan sepenuhnya menghentikan atau menunda
proses oksidasi. Sistem perlindungan antioksidan termasuk enzim seperti
Askorbat, Katalase, Peroksidase dan Superoksida dismutase yang mengais-ngais
radikal dan spesies oksigen non radikal yang terkait. Tumbuhan adalah sumber
antioksidan penting. Beberapa penelitian in vitro mengungkapkan hal itu Piperine
menghambat radikal bebas dan spesies oksigen reaktif diketahui memiliki efek
protektif terhadap kerusakan oksidatif. Peniup seruling nigrum atau piperine juga
ditemukan menurunkan lipid peroksidasi in vivo. Piper nigrum dilaporkan
memiliki aktivitas antioksidan yang mungkin disebabkan untuk kehadiran
flavonoid dan konten fenolik. Piper nigrum adalah ditemukan untuk mencegah
stres oksidatif dengan menghambat peroksidasi lipid, lipoksigenase manusia dan
menangkap hidroksil dan superoksida bebas radikal, menurunkan karsinogenesis
paru pada hewan percobaan.5
2.4 Bioaktifitas
2.4.1 Ekstrak
Piperin memiliki aktivitas sebagai analgesik dan antipiretik pada tikus,
dan menunjukkan hasil yang sebanding dengan indometasin sebagai obat standar.
Kualitas ekstrak buah lada dipengaruhi oleh kandungan dan kadar senyawa kimia
di dalamnya. Senyawa piperin merupakan senyawa identitas yang paling banyak
terkandung dalam buah lada serta memiliki beragam khasiat pengobatan, maka
perlu dipisahkan secara selektif melalui penyarian atau ekstraksi.6
Ekstrak etanol buah lada hitam memiliki aktivitas antibakteri terhadap
bakteri gram positif S. aureus dengan daya hambat > 10 mm.7
2.4.2 Metabolit Sekunder
Aktivitas antibakteri dari buah lada hitam terhadap S. aureus disebabkan
oleh adanya kandungan piperin, Flavonoid dan tanin merupakan senyawa telah
dikenal memiliki aktivitas antibakteritelah membuktikan bahwa senyawa tanin
dan flavonoid juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri P. Acnes.7
2.5 Metode Ekstraksi yang Dipakai
Metode ekstraksi dengan alat sokhlet merupakan salah satu metode yang
cocok untuk mengekstraksi alkaloid Penggunaan pelarut yang ideal untuk
mengekstraksi adalah pelarut yang menunjukkan selektivitas maksimal,
mempunyai kapasitas terbaik, dan kompatibel dengan sifat bahan yang diekstraksi
Penggunaan cairan pelarut pengekstraksi berupa campuran etanol-air mengandung
air yang cukup untuk membantu proses difusi pelarut ke dalam sel. Proses difusi
biasanya akan ditingkatkan apabila sel tanaman mengalami perlakuan dengan air,
atau pelarut yang mengandung air, yang akan menyebabkan terjadinya
pengembangan (swelling) sel sehingga terjadi peningkatan permeabilitas atau
pecahnya dinding sel.6
Pada ektraksi piperin,Serbuk simplisia sebanyak kurang lebih 50,0 g
ditimbang seksama, kemudian diekstraksi dengan alat sokhlet menggunakan
pelarut etanol dengan berbagai variasi konsentrasi 60%, 70%, dan 96%. Ekstraksi
dilakukan sampai tetesan siklus tidak berwarna lagi. Ekstrak cair yang diperoleh
kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C.6
2.6 Cara Pemurnian
Proses identifikasi keberadaan senyawa alkaloid yang terkandung dalam
ekstrak dilakukan dengan uji kualitatif menggunakan metode KLT. Pada
pengujian ini, keberadaan senyawa alkaloid tidak hanya diujikan untuk sampel
fraksi alkaloid dari ekstrak etanolnya, sampel memberikan noda pada nilai Rf
yang mirip dengan standar piperin, yaitu sekitar 0,6 dengan deteksi menggunakan
sinar UV 254 nm, sedangkan pada fraksi eter dan fraksi asam tidak tampak noda.
Hal ini berarti bahwa proses ekstraksi asam-basa yang dilakukan untuk menarik
alkaloid, termasuk piperin, dalam ekstrak etanol sudah maksimal.6
Deteksi dilanjutkan dengan menggunakan pereaksi Dragendorff untuk
memastikan bahwa bercak tersebut adalah senyawa alkaloid. Keberadaan senyawa
alkaloid ditegaskan jika hasil penyemprotan terbentuk noda berwarna jingga pada
plat. Hasil menunjukkan, standar piperin dan sampel ekstrak alkaloid dari ekstrak
etanol memberikan bercak berwarna jingga setelah penotolan, sedangkan pada
fraksi eter dan fraksi asam sudah tidak menimbulkan bercak, yang menandakan
proses ekstraksi alkaloid telah dilakukan dengan maksimal.6
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1.1 Alat
Rotary evaporator, vial, corong, pipet tetes, botol 500 mL, timbangan
analitik, botol 100 mL, spatel
3.1.2 Bahan
Buah lada hitam (Piper nigrum) 25 gram, metanol, kalium hidroksida, etil
asetat, kertas saring, plat KLT, n-heksan, etanol 250 mL
3.2 Cara Kerja
a. Dimaserasi 25 gram lada hitam menggunakan 250 mL metanol selama 3
hari, kemudian disaring
b. Diuapkan maserat dengan alat rotary evaporator hingga kental
c. Ekstrak kental ditambahkan 10 mL larutan kalium hidroksida
d. Dibiarkan selama 4 hari kemudian direkristalisasi menggunakan n-heksan
dan etil asetat
e. Dihitung randemen
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Uji organoleptis
Bentuk : kristal
Warna : putih kekuningan
Bau : menyengat
Rasa :-
b. Jumlah Kristal yang didapat
Berat isolat + vial = 9.782 gr
Berat vial kosong = 9.768 gr
Berat isolat = 0.014 gr
jumlah Kristal yang terbentuk
c. Perhitungan rendemen = x 100%
jumlah sampel awal
0.014 𝑔𝑟
= x 100%
10 gr
= 0,14%
d. Kelarutan
Piperin lebih larut dalam alkohol (metanol). Senyawa ini larut dalam
etanol dan etil asetat. Tidak larut dalam n-heksan
5.2 Saran
1. Pada saat praktikum, kita harus tahu pelarut apa yang akan kita gunakan
untuk mencmpurkannya, hal ini untuk mengurangi tingkat kesalahan dan
kecelakaan kerja.
2. Setiap melakukan pengerjaan kita harus tahu kegunaan alat-alat yang kita
gunakan dan tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ahmad N, Abbasi BH, Ali M, Khan MA, Fazal H, Farooq S. Biological role
of Piper nigrum L. (Black pepper): A review. Asian Pasific Journal of
Tropical Biomedicine. 2012; S1945-S1953.
2. Risfaheri. Diversifikasi Produk Lada (Piper Nigrum) Untuk Peningkatan Nilai
Tambah. Buletin Teknologi Pascapanen Penelitian. 2012; Vol(8)1.
3. Meilawati NLW, Bermawie N, Manohara D, Purwito A. Respon Tanaman
Lada (Piper nigrum L.) Varietas Ciinten Terhadap Iradiasi Sinar Gamma.
Jurnal Littri. 2016; 22(2): 81-80.
4. Chao-yun HAO, Rui FAN, Le-he TAN, Hua-song WU, Jian-feng YANG,
Wei-quan Z, Huan YU, Ribeiro MC. Modeling the Potential Geographic
Distribution of Black Pepper (Piper nigrum) in Asia Using GIS Tools. Journal
of Integrative Agriculture. 2012; 11(4): 593-599.
5. Damanhouri ZA, Ahmad A. A Review on Therapeutic Potential of Piper
nigrum L. (Black Pepper): The King of Spices. Medicinal & Aromatic Plants.
2014; Vol.3(3).
6. Hikmawanti NPE, Hariyanti, Aulia C, Viransa VP. Kandungan Piperin Dalam
Ekstrak Buah Lada Hitam dan Buah Lada Putih (Piper nigrum L.) yang
Diekstraksi Dengan Variasi Konsentrasi Etanol Menggunakan Metode Klt-
Densitometri. 2016; Vol.13.No.2: 173-185.
7. Sari, D. R. A. P., Yustiantara, P. S., Paramita, N. L. P.V., Wirasuta, I M.A.G.
Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Lada Hitam (Piper nigrum L.)
Terhadap Bakteri Propionibacterium acnes. 2008.
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM
KIMIA BAHAN ALAM II
ISOLASI FLAVONOID DARI DAUN SINGKONG
(Manihot esculenta Crantz)
OLEH
NAMA : UTAMI BUDHI FADILLA
NO.BP : 1611011010
SHIFT : JUMAT PAGI
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. AMALIA REFINA (1611011002)
2. ISRA HASANAH (1611011058)
3. NOVIA PRATIWI (1611012010)
4. RINI HARYATI (1611013024)
5. HARIANI AYUNDA (1611013030)
(Rutin)
Daun singkong mengandung senyawa sianidayang terdapat dalam getah
berwarna putih, yang dalam keadaan alami berikatan dengan glukosida.ada 2
macam glukosida yaitu linamarin (93%) dan lotaustralin (7%). Jika jaringan sel
tanaman dirusak maka enzim linamarase akan memutuskan ikatan senyawa
tersebut clan membebaskan asam sianida.2
2.2 Kegunaan Secara Tradisional
Selama ini, masyarakat hanya mengenal daun singkong sebagai sayuran
dan bahan makanan. Masyarakat kurang mengetahui bahwa daun singkong
memiliki banyak manfaat di dunia kesehatan karena memiliki kandungan vitamin
C yang cukup tinggi (sekitar 27,5%), senyawa organik flavonoid, triterpenoid,
tanin serta saponin. Konsumsi vitamin C sangat bermanfaat dalam proses
penyembuhan luka karena dapat mempengaruhi tingkat keparahan respon
inflamasi dan kualitas penyembuhan.6,9 Penelitian lain juga telah membuktikan
bahwa vitamin C dapat menurunkan jumlah neutrofil pada proses penyembuhan
luka tikus Wistar jantan.3
Penggunaan daun singkong sebagai sayuran baru terbatas pada daun
Muclanya saja, sedangkan daun yang lebih tua sebenarnya dapat dimanfaat-kan
sebagai pakan hijauan.2
2.3 Bioaktifitas
2.4.1 Ekstrak
Ekstrak etanol daun singkong mengandung senyawa flavonoid yang
memiliki khasiat sebagai analgetik (pereda nyeri atau sakit). Mekanisme kerjanya
adalah menghambat kerja enzim siklooksigenase, dengan demikian akan
mengurangi produksi prostaglandin oleh asam arakidonat sehingga mengurangi
rasa nyeri, selain itu flavonoid juga menghambat degranulasi neutrofil sehingga
akan menghambat pengeluaran sitokin, radikal bebas, serta enzim yang berperan
dalam peradangan.4
2.4.2 Metabolit Sekunder
Flavonoid diketahui berfungsi sebagai antimutagenik dan
antikarsinogenik, selain itu memiliki sifat sebagai antioksidan, anti peradangan
anti alergi, dan dapat menghambat oksidasi LDL (Low Density Lipoprotein).6
2.5 Metode Ekstraksi
Simplisia daun singkong di lakukan penyarian dengan metode maserasi.
Metode ini dilakukan dengan cara daun singkong yang telah di rajang lalu
dikeringkan, setelah kering, blender daun singkong hingga halus, masukkan dalam
botol berwarna gelap untuk proses maserasi dan ditambahkan etanol 70% hingga
menutupi simplisia, lakukan perendaman selama lima hari, dan sambil dikocok
dengan lama proses pengocokan satu hari yaitu lebih kurang 2 jam (tidak harus
serentak pada pengocokannya), lalu disimpan pada temperatur kamar serta
terlindung dari cahaya atau sinar matahari, setelah 5 hari ganti pelarut etanol
dengan pelarut etanol baru dan selanjutnya perlakukan sama dengan yang
pertama, lakukan sebanyak tiga kali penyaringan.4
Penggantian pelarut dilakukan untuk mempercepat proses ekstraksi,
karena pelarut pertama kemungkinan sudah jenuh oleh senyawa sehingga tidak
dapat melarutkan kembali senyawa yang diharapkan. Kemudian hasil ekstraksi
dari proses maserasi daun ubi singkong dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator.4
2.6 Cara Pemurnian
Senyawa aktif antioksidan diperoleh dengan metoda kromatografi kolom
lambat. Sebanyak 6 gram fraksi n-heksana dimasukkan kedalam kolom
kromatografi (45 gram silika, 200-300 mesh), lalu dielusi dengan fasa gerak n-
heksana : etil asetat dan dilanjutkan dengan etil asetat : metanol secara gradien 0-
100 % dengan kenaikkan kepolaran 10%. Cek masing-masing fraksi dengan
kromatografi lapis tipis (TLC), fraksi yang sama digabung, fraksi yang
memberikan harapan (akan didapat senyawa aktif) dipisahkan kembali dengan
kolom kromatografi lambat Pemurnian lebih lanjut dilakukan dengan metoda
preparatif TLC dengan pengembang n-heksana : etil asetat (9:1). Lalu
direkristalisasi dengan menggunakan diklorometana –methanol.7
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Rotary evaporator, vial, corong, pipet tetes, botol 500 mL, timbangan
analitik, botol 100 mL, spatel
3.1.2 Bahan
Daun singkong, metanol,etil asetat, kertas saring, plat KLT, n-heksan
3.2 Cara Kerja
1. Daun singkong segar 10 kg dikutil dan dirajang
2. Direbus selama 1jam
3. Kempa,tampung air hasil kempa, diamkan selama 3 hari
4. Saring ambil endapan
5. Endapan dimaserasi dengan metanol 500ml jika perlu dipanaskan dan
saring lagi selagi panas
6. Uapkan filtrat endapan daun singkong dengan rotary evaporator
7. Lakukan rekristalisasi
8. Ambil endapan yang terbentuk
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Organoleptis
Bentuk : tidak didapatkan kristal maupun amorf pada percobaan
Warna : larutan kuning kehijauan
Bau : bau khas daun singkong
Rasa :-
b. Berat isolat = - gram
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑖𝑠𝑜𝑙𝑎𝑡
c. Perhitungan rendemen = 𝑥100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙
= -%
d. Kelarutan
Rutin lebih larut dalam alkohol (metanol). Senyawa ini larut dalam etanol
dan etil asetat. Tidak larut dalam n-heksan
4.2 Pembahasan
Pada pratikum kali ini, dilakukan isolasi senyawa flavonoid, yaitu rutin.
Sampel yang digunakan dalam praktikum isolasi rutin kali ini adalah Manihot
esculenta crantz atau yang lebih dikenal dengansingkong. Bagian dari tanaman
yang digunakan adalah batang dan daun yang masih segar. Bagian tanaman ini
direbus selama 1 jam.
Isolasi rutin ini, dilakukan dengan cara pengempaan. Pengempaan
langsung dilakukan pada saat sampel masih panas karena rutin akan mudah larut
dalam air panas. Proses ini tidak menggunakan pelarut.Pengempaan berfungsi
mendesak keluarnya zat aktif dari tumbuhan Manihot esculenta crantz setelah
dilakukannya perebusan.
Hasil yang diperoleh adalah 1 bagian air kempaan dan 2 bagian air
rebusan. Air yang keluar saat pengempaan dan perebusan ditampung lalu
dibiarkan mengendap selama 3 hari hingga terbentuk endapan. Dalam proses
pengendapan wadah tempat hasil yang didapat ditutup rapat dengan plastik, hal ini
bertujuan untuk mencegah masuknya kontaminan dan tumbuhnya jamur pada air
rebusan dan air kempaan. Larutan yang telah diendapkan diambil dan disaring
menggunakan kain marekan, tujuannya untuk memisahkan endapan dari air
rendamannya. Endapan yang didapatkan dari hasil perebusan lebih sedikit dari
hasil pengempaan, karena dalam proses pengempaan terjadi pendesakan keluarnya
zat aktif dari tumbuhan Manihot esculenta crantz.
Sampel diuapkan dengan rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak
kental daun singkong. Metode ini dipilih karena memiliki keunggulan yaitu dapat
memisahkan bahan sampel dalam jumlah yang cukup besar dalam waktu yang
singkat.
Alat ini menggunakan prinsip vakum destilasi, sehingga tekanan akan
menurun dan pelarut akan menguap dibawah titik didihnya. Alat rotary
evaporator ini mampu menguapkan pelarut dibawah titik didihnya sehingga zat
yang terkandung di dalam pelarut tidak rusak oleh suhu tinggi. Penguapan
dihentikan setelah warna pelarut yang digunakan kembali ke bentuk awal. Hal ini
menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang dapat diekstrak oleh pelarut etanol
hampir teresktrak semua.
Kemudian dilakukan proses rekristalisasi dengan cara pendesakan
menggunakan n-heksan. Hal ini meggunakan prisip perbedaan kepolaran dari
senyawa senyawa di dalam fraksi. Sampel yang larut dalam etil asetat (fraksi etil
asetat) akan berikatan dengan etil asetat tersebut, kemudian dilakukan pendesekan
dengan menggunakan pelarut n-heksan, n-heksan yang akhirnya berikatan dengan
etil asetat sehingga senyawa-senyawa yang kepolarannya berbeda dari n-heksan
akan terdesak kebawah karena penambahan n-heksan yang berlebih. Oleh sebab
itu pendesakan hanya bisa terjadi jika pelarut yg mendesak zat adalah berbeda
kepolarannya dengan zat yang didesak namun pelarut yang mendesak zat ini harus
bercampur dengan pelarut yang dapat melarutkan zat tadi sehingga pelarut yang
mendesak zat dengan pelarut yang dapat melarutkan zat tadi bisa saling berikatan
Pada praktikum kali ini tidak didapatkan isolat berupa kristal pada sampel
daun singkong hal ini dikarenakan mungkin saja pengambilan sampel yang tidak
merata sehingga senyawa rutin pun tidak terbagi secara merata antar kelompok
yang tinggal hanyalah sisa ampas yang terlarut.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari percobaan yang telah dilakukan pemeriksaan organoleptis tidak
didapatkan bentuk kristal dari daun singkong, yang dapat diamati hanya
bentuk larutan dari daun singkong setelah dirotary berwarna kuning
kehijauan
2. Dari percobaan dapat diketahui bahwa rutin dapat larut dalam metanol
karena sifat kepolaran dan tidak dapat larut dengan n-heksan untuk
rekristalisasi karna sifat kepolaran juga
5.1 Saran
1. Praktikan lebih berhati-hati dan lebih bersih dalam bekerja, agar
didapatkan hasil yang sempurna.
2. Disarankan untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut terhadap senyawa
triterpenoid yang telah berhasil diisolasi, dengan menggunakan
peralatan yang lebih canggih.
3. Praktikan lebih memahami dan wawasan tentang isolasi senyawa
flavonoid sebelum dan setelah melakukan percobaan.
4. Bekerja sama dalam kelompok
DAFTAR PUSTAKA
OLEH
NAMA : UTAMI BUDHI FADILLA
NO.BP : 1611011010
SHIFT : JUMAT PAGI
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. AMALIA REFINA (1611011002)
2. ISRA HASANAH (1611011058)
3. NOVIA PRATIWI (1611012010)
4. RINI HARYATI (1611013024)
5. HARIANI AYUNDA (1611013030)
Asiatikosida
Asam madekasat
Pegagan mengandung berbagai bahan aktif, yaitu: 1) triterpenoid saponin, 2)
triterpenoid genin, 3) minyak atsiri, 4) flavonoid, 5) fitosterol, dan bahan aktif
lainnya. Kandungan bahan aktif yang terpenting adalah triterpenoid dan saponin,
yang meliputi: 1) asiatikosida, 2) sentelosida, 3) madekosida, dan 4) asam asiatik
serta komponen lain seperti minyak volatil, flavonoid, tanin, fitosterol, asam
amino, dan karbohidrat.2
a. Terpenoid : asam asiasat dan madekasat, asiaticosida dan
madekasida.6
b. Flavonoid : kaempferol dan kuersetin.8
c. Fenolik : asam klorogenik.8
d. Alkaloid : piridin, tropen, kinolin, isokinolin, indol, imidazol,
purin, amin, dan steroid.2
e. Saponin : brahmosida, brahminosida dan madecassoside.2
f. Steroid : tetrasiklik triterpenoid, kampesterol, sitosterol, dan
stigmaserol.2
2.3 Kegunaan Secara Tradisional
Di negara berkembang seperti Indonesia ini penggunaan tumbuh –
tumbuhan untuk pengobatan masih sangat sering dilakukan. Salah satunya
tanaman pegagan yang dianggap sebagai rumput liar ternyata digunakan oleh
masyarakat dan bermanfaat untuk menurunkan demam, mengobati diare, campak,
wasir, darah tinggi, dan penambah daya ingat.9
Manfaat dan khasiat utama pegagan ialah meningkatkan sistem imun
dalam tumbuh dan sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai
penyakit, antara lain:
• Sebagai antilepra dan antilupa
• Menurunkan tekanan darah dan menghambat terjadinya keloid
• Menurunkan gejala depresi, mencegah varises, dan memperlancar air seni
• Mengatasi gangguan pencernaan dan membersihkan darah.
• Mengatasi wasir dan konstipasi
• Menyembuhkan flu dan sinusitis
• Mengatasi TBS kilit, gigitan ular, dan bisul
• Meningkatkan daya ingat, kecerdasan, dan konsentrasi
• Membangkitkan fungsi sistem saraf pada otak
• Membantu penyembuhan penyakit TBC
• Menghambat produksi jaringan bekas luka yang berlebihan
• Memberikan efek menenangkan, sebagai anticemas dan antistres
• Memperbaiki sel kulit mati, merangsang pertumbuhan kuku, rambut, dan
jaringan ikat
• Menghilangkan rasa nyeri pada persendian
• Melancarkan peredaran darah
• Mengobati wasir.2
Daun pegagan dapat digunakan sebagai penambah nafsu makan, peluruh
air seni, pembersih darah, obat disentri, lepra, sipilis, sakit perut, radang usus,
batuk, sariawan, dan sebagai kompres luka. Getahnya dapat digunakan untuk
mengobati borok, nyeri perut, dan cacingan. Di samping itu, semua bagian
tumbuhan dapat digunakan sebagai obat batuk, masuk angin, mimisan, radang
pada paru-paru, dan disentri.2
2.4 Bioaktivitas
2.4.1 Ekstrak
Ekstrak pegagan telah tersedia secara komersil sebagai TECA (titrated
extract of C. Asiatica), dan TTFCA (total triterpenoid fraction of C. Asiatica),
serta TTF (total triterpenoid fraction). TECA dan TTFCA merupakan campuran
asam asiatat (30%), asam madekasat (30%) dan asiatikosida (40%), sedangkan
TTF mengandung asam asiatat dan madekasat (60%) dalam campuran dengan
asiatikosida (40%). Diantara senyawa tersebut, asiatikosida merupakan komponen
utama dalam ekstrak pagagan (Centella asiatica). Asiatikosida merupakan
senyawa glikosida yang dapat terhidrolisis menjadi asam asiatat.7
Pegagan mengandung zat kimia diantaranya adalah asiaticoside (termasuk
bagian dari saponin), yang memiliki manfaat untuk penyembuhan luka dan juga
antilepra. Pegagan juga memiliki manfaat untuk pengobatan ulkus lambung,
memiliki efekneuroprotektif, kardioprotektif, radioprotektif dan hepatoprotektif,
sebagai antioksidan, antiinflamasi, antiansietas, memperbaiki kerusakan vena dan
arteri, serta sebagai antistres.10
Kandungan triterpenoid/saponin pada pegagan dapat
meningkatkan aktivasi makrofag. Meningkatnya aktivasi makrofag akan
meningkatkan kemampuan fagositosis dan sekresi interleukin, sehingga memacu
sel B untuk menghasilkan antibodi terhadap antigen yang masuk ke dalam
tubuh.10
Pegagan juga mempunyai efek antibakteri. Kandungan pegagan yang
berfungsi sebagai antibakteri, antara lain saponin. Menurut penelitian bahwa
derivat saponin, asiaticoside bersifat lipofilik dan dapat membentuk senyawa
kompleks dengan membran sel melalui ikatan hidrogen, lalu menghancurkan
permeabilitas dinding sel bakteri. Ekstrak daun pegagan bisa menghambat
pertumbuhan Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes dan Salmonella
typhi. Selain itu, ekstrak tumbuhan pegagan memiliki efek antibakteri terhadap
Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Bacillus subtilis, dan Propionibacterium
vulgaris. Selain sebagai antibakteri, pegagan juga bisa dimanfaatkan sebagai anti
jamur terhadap Aspergillus niger, Aspergillus flavus, dan Candida albicans.10
2.4.2 Metabolit Sekunder
• Alkaloid : Sebagai obat, zat racun, detoksifikasi hasil metabolisme, pengatur
pertumbuhan dan penyedia unsur nitrogen yang diperlukan tumbuhan.2
• Saponin : Toksisitas pada hewan berdarah dingin, menimbulkan iritasi yang
menyebabkan muntah dan diare, sebagai bakterisida, fungisida,
amubasidadan pengendali serangga, untuk bahan anastesi obat penenang dan
pereda kegelisahan, dapat memacu produksi kolagen yang berperan dalam
regenerasi sel-sel kulit, termasuk sel telur (ovum) pada wanita dan sel sperma
pada pria.2
• Flavonoid : Penyaring cahaya ultraviolet, melindungi sel dari radiasi
ultraviolet B (280 320 nm) dan melindungi kerusakan jaringan daun
Flavonoid.2
• Steroid : Energi mikroorganisme dan aktivitas hormon pada hewan, dan
sebagai vitamin atau antistiffness factor.2
• Triterpenoid : Antilepra atau antikusta, merangsang pembentukan lemak dan
protein penting untuk kesehatan kulit, mengubah alanin dan prolin menjadi
kolagen untuk perawatan kulit, mempercepat penyembuhan luka pasca
operasi, jerawat, dan flek hitam pada kulit.2
2.5 Metode Ektraksi yang Dipakai
Isolasi asam asiatat dan asiatikosida telah dilaporkan pada beberapa
penelitian sebelumnya yaitu dengan menggunakan metode ekstraksi superkritis
dengan pelarut air pada 40 MPa dan 250°C, ekstraksi cair dengan pelarut metanol
atau etanol pada suhu titik didihnya, dan ekstraksi dengan pelarut air subkritis.
Hasil isolasi dengan metode tersebut sebagai berikut, bahwa ektraksi superkritis
dinyatakan mempunyai randemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode
ekstraksi cair cair pada suhu titik didihnya, sedang kan hasil ekstraksi dengan
pelarut air subkritis lebih rendah dari hasil ekstraksi dengan metanol atau etanol
pada suhu titik didihnya. Isolasi asam asiatat juga dilakukan dengan ekstraksi cair
cair untuk penetapan asiatikosida dan senyawa sekerabat dari ekstrak etanol kultur
suspensi pegagan, namun karakterisasinya hanya menggunakan teknik
densitometri.7
Simplisia pegagan diekstraksi secara maserasi dengan pelarut metanol
(1:10,b/v) selama 24 jam sambil sesekali diaduk. Ekstraksi dilakukan sebanyak 3
kali ulangan. Maserat disaring lalu filtrat dipekatkan dengan penguap putar pada
suhu 40 °C. Ekstrak pekat yang diperoleh ditimbang dan ditentukan
rendemennya.11
Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada tekstur, kandungan air dan
jenis senyawa kimia yang di isolasi dari suatu tumbuhan, sehingga senyawa kimia
yang diekstraksi dapat tertarik sempurna tanpa mengalami perubahan sifat dan
strukturnya. Ekstraksi tumbuhan dilakukan dengan menggunakan pelarut yang
sesuai. Untuk memilih pelarut yang akan dipakai dalam ekstraksi harus diketahui
sifat kandungan kimia metabolit sekunder yang akan diisolasi. Senyawa polar
lebih mudah larut dalam pelarut polar dan senyawa non polar mudah larut dalam
pelarut non polar. Ekstraksi juga dapat dilakukan dengan seperangkat alat
sokletasi untuk ekstraksi triterpenoid pegagan, rotary evaporator untuk menarik
pelarut metanol dan mengentalkan ekstrak. Optimasi ekstraksi dilakukan dengan
cara sokletasi, yaitu sampel pegagan yang telah dikering anginkan dari masing-
masing daerah dihaluskan dengan blender, lalu ditimbang 30g, dibungkus dengan
kertas saring berbentuk selongsong yang diberi ikatan pada ujung dan pangkalnya,
kemudian dimasukkan kedalam alat sokletasi. Ekstraksi pertama dilakukan
dengan n-heksan hingga jernih, kemudian proses sokletasi dihentikan. Ekstrak n-
heksana dikeluarkan, kemudian tiriskan atau dikeringkan. Selanjutnya sampel
disokletasi dengan metanol, ekstraksi hingga ekstrak metanol yang turun tidak
berwarna atau jernih. Ekstrak metanol dikeluarkan, kemudian diuapkan in vacuo
hingga diperoleh ekstrak kental. Tahap selanjutnya adalah menambahkan 200 ml
air suling panas yang telah dididihkan kedalam ekstrak kental metanol, aduk,
dinginkan. Lakukan penyaringan vacum dengan memakai kertas saring. Endapan
yang diperoleh dilarutkan dengan metanol, ditambahkan karbon aktif sesuai
dengan rancangan sekitar 8 g sambil diaduk perlahan, biarkan sampai jernih,
kemudian disaring. Uapkan filtrat sampai kering hingga didapatkan serbuk
triterpenoid kering.5
2.6 Cara Pemurnian
Pemurnian dilakukan dengan cara rekristalisasi dan rekristalisasi dengan
pelarut yang cocok hingga diperoleh kristal murni dengan hasil uji KLT yang
menunjukkan satu noda dan pada pengujian 3 sistem eluen. Kristal yang murni
selanjutnya diuji lagi bioaktivitas antibakterinya dengan metode Microscopic-
Observation Drug-Susceptibility Assay (MODS) dan diidentifikasi dengan
spektrofotometer Uv-Vis dan FTIR.9
BAB III
PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat
Wadah untuk maserasi, kolom kromatografi, corong, botol 100 mL, vial,
pipet tetes, seperangkat alat rotary evaporator, chamber, penotol.
b. Bahan
Daun pegagan kering (100 g), metanol, etil asetat, plat KLT, kapas, norit,
penampak noda untuk triterpenoid.
3.2 Cara Kerja
a. Grinder sebanyak 100 g daun pegagan kering. Dibagi menjadi 3 botol 500
mL
b. Maserasi dengan 500 mL metanol selama 1x3 hari, saring.
c. Masukkan 150 g norit ke dalam kolom, cuci norit dengan metanol
sebanyak 250 mL, kemudian lewatkan maserat ke dalam kolom, tampung.
d. Uapkan eluat dengan rotary evaporator hingga kental. Lalu dinginkan di
dalam kulkas selama 2 hari. Endapan yang terbentuk di saring, keringkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
a. Pemeriksaan Organoleptis
Bentuk : serbuk amorf
Warna : putih kekuningan
Bau : berbau khas
Rasa :-
b. Jumlah kristal yang didapat
Berat isolat + vial = 10.542 gr
Berat vial kosong = 9.767 gr
Berat isolat = 0.775 gr
= 0.775%
OLEH
NAMA : UTAMI BUDHI FADILLA
NO.BP : 1611011010
SHIFT : JUMAT PAGI
KELOMPOK : I (SATU)
REKAN KERJA : 1. AMALIA REFINA (1611011002)
2. ISRA HASANAH (1611011058)
3. NOVIA PRATIWI (1611012010)
4. RINI HARYATI (1611013024)
5. HARIANI AYUNDA (1611013030)
0.107 gr
= x 100%
50 gr
= 0.214%