BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu jenis rempah yang paling penting
diantara rempah-rempah. Buah lada berbentuk bulat, berbiji keras dan berkulit buah yang
lunak. Kulit buah yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna kuning.
Dan apabila buah sudah masak berwarna merah, berlendir dengan rasa manis. Dari
perlakuan terhadap buah lada dapat diperoleh lada hitam atau lada putih. Lada hitam di
peroleh dari buah lada yang belum masak, dikeringkan bersama kulitnya hingga kulitnya
berkeriput dan berwarna hitam (Anwar,dkk, 1994).
Lada hitam berwarna hitam akibat dari pengeringan buah lada yang belum masak
dengan kulitnya sampai keriput. Sedangkan lada putih adalah buah lada yang sudah
masak dan dikeringkan tanpa kulitnya. Lada ini memiliki rasa khas yang agak pedas,
namun tidak seperti cabai. Menurut Anwar dkk 1994, penyebab adanya rasa pedas pada
buah lada adalah karena adanya alkaloid piperin, chavisine, dan piperettine. Sedangkan
minyak lada menyebabkan aroma atau bau pada lada. Banyak orang yang belum tau
bahwa sebenarnya lada memilik kandungan-kandungan bahan kimia yang dapat
digunakan dalam berbagai hal seperti kandungan minyak atsiri yang dapat digunakan
sebagai parfum dan lain-lain. Lada hitam juga memiliki potensi menjadi obat baru
penyakit pigmen kulit yang disebut vetiligo.
Sehubungan dengan beberapa kandungan di dalam lada, maka pada praktikum ini
kami melakukan percobaan isolasi dan degradasi piperin dari lada hitam. Dari percobaan
ini kami bisa mengetahui proses pemisahan kandungan piperin dari bahan alam dan
mengetahui titik leleh kristal piperin.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Piperin
Piperin (1–piperilpiperidin) C17H19O3N merupakan alkaloid dengan inti piperidin.
Piperin berbentuk kristal berwarna kuning dengan titik leleh 1270C-1290C,
merupakan basa yang tidak optis aktif, dapat larut dalam alkohol, benzena, eter, dan
sedikit larut dalam air. Piperin terdapat dalam beberapa spesies piper dan dapat
dipisahkan baik dari lada hitam maupun lada putih perdagangan piperin juga dapat
ditemukan pada cabe jawa. Kandungan piperin biasanya berkisar antara 5-92%
(Anwar,dkk. 1994).
sebagai antioksidan. Hal ini menunjukkan bahwa semua amida fenolat yang
terkandung dalam buah lada hitam memiliki aktivitas antioksidan yang signifikan.
sekunder, karena dapat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia. Isolasi dapat
dilakukan berbgai macam metode, salah satunya yaitu ekstraksi padat cair dengan
menggunakan metode ekstraksi soxhletasi.
2.4 Ekstraksi Soxhletasi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga
terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Hasil ekstraksi adalah
ekstrak yang merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa
aktif dan simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan.
Metode ekstraksi dipilih berdasarkan faktor seperti sifat bahan mentah obat dan daya
penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh
ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat bahan mentah obat
merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi.
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada padatan
menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan diekstrak dilembutkan terlebih dahulu,
dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga diiris menjadi bagian yang kecil atau tipis.
Kemudian padatan yang telah halus dibungkus dengan kertas saring. Padatan yang telah
terbungkus kertas saring dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet. Pelarut organik
dimasukkan ke dalam labu godog. Kemudian peralatan dirangkai dengan menggunakan
pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua
analit terekstrak.
Ekstraksi pelarut menyangkut distribusi suatu zat terlarut (solut) diantara dua fasa
cair yang tidak saling bercampur. Teknik ekstraksi sangat berguna untuk pemisahan
secara cepat dan bersih baik untuk zat organik maupun zat anorganik. Cara ini juga dapat
digunakan untuk analisis makro maupun mikro. Selain untuk kepentingan analisis kimia,
ekstraksi juga banyak digunakan pada pekerjaan preparatif dalam bidang kimia organik,
biokimia dan anorganik di laboratorium. Alat yang digunakan dapat berupa corong
pemisah (paling sederhana), alat ekstraksi soxhlet, sampai yang paling rumit berupa alat
counter current craig (Alimin, 2007, hal: 51).
Menurut Munawaroh (2010), bahwa syarat pelarut yang digunakan sebagai berikut:
1. Harus dapat melarutkan semua zat wangi bunga dengan cepat dan sempurna, dan
sedikit mungkin melarutkan bahan seperti: lilin, pigmen, serta pelarut harus bersifat
selektif.
2. Harus mempunyai titik didih yang cukup rendah, agar pelarut mudah diuapkan
tanpa menggunakan suhu tinggi.
3. Pelarut tidak boleh larut dalam air.
4. Pelarut harus bersifat inert, sehingga tidak bereaksi dengan komponen minyak
bunga.
5. Pelarut harus mempunyai titik didih yang seragam dan jika diuapkan tidak akan
tertinggal dalam minyak.
6. Harga pelarut harus serendah mungkin, dan tidak mudah terbakar.
2.5 Etanol
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas.
Ia terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat
terlihat pada cahaya biasa. Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol
absolut, atau alkohol saja, adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar,
tak berwarna, dan merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang
ditujukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum,
perasa, pewarna makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang
penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam
sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan bakar. Etanol termasuk dalam
alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan dengan gugus hidroksil paling
tidak memiliki dua hidrogen atom yang terikat dengannya juga. Reaksi kimia yang
dijalankan oleh etanol kebanyakan berkutat pada gugus hidroksilnya.
MSDS dari Etanol sebagai berikut :
1. Sifat fisika dan kimia dari etanol antara lain :
Rumus molekul : CH3CH2OH
pemerian bentuk kristal kecil berwarna putih dan mudah rapuh. Kalium hidroksida
bersifat higroskopis dan mudah meleleh (Kibbe, 2009).
Sifat Sifat Bahaya
Kesehatan :
Terhisap
Jangka Pendek : iritasi, luka bakar, edema paru
Kontak Kulit
Jangka Pendek : iritasi, luka bakar
Jangka Panjang : dermatitis
Kontak Mata
Jangka Pendek : iritasi (mungkin berat), luka bakar, kerusakan mata, kebutaan
Jangka Panjang : gangguan visual
Tertelan
Jangka Pendek : iritasi (mungkin berat), luka bakar, mual, muntah
Kebakaran : Tidak dapt meledak dengan sendirinya.
Dapat menghasilkan gas hidrogen sehingga
dapat meledak.
Reaktifitas : Stabil pada suhu normal dan tekanan
Sifat Sifat Fisika
Warna : Putih
Wujud : Padat
Titik leleh (0C) : 752 F (4000C)
Titik didih (0C) : Tidak berlaku
Tekanan uap (mmHg) : 60 mmHg
Bau : Berbau
Keselamatan dan Pengamanan
Penanganan dan penyimpanan :
Penanganan: Hindari debu KOH ketika bernapas. Jangan sampai terkena mata, kulit,
atau pakaian. Cuci bersih setelah penanganan. Pencampuran dengan air, asam atau
bahan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan tumpah dan pelepasan panas
Penyimpanan: Simpan sesuai dengan semua peraturan dan standar yang berlaku. Jaga
agar wadah rapat, tertutup dan diberi label dengan benar. Jangan simpan dalam
wadah aluminium atau alat yang menggunakan perlengkapn alumunium. Karena gas
hidrigen mudah terbakar maka, jauhkan dari zat-zat yang tidak kompatibel
Tumpahan dan kebocoran :
Pakailah pelindung peralatan pribadi sesuai yang direkomendasikan. Sekop KOH
kering ke dalam wadah yang sesuai. Jauhkan dari persediaan air dan selokan. Bahan
ini adalah alkali dan dapat meningkatkan pH permukaan air dengan kapasitas
buffering rendah.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Skema Percobaan
3.1.1 Isolasi Trimiristin dari Biji Pala
DAFTAR PUSTAKA
Risfaheri. 2012. Diversifikasi Produk Lada (Piper nigrum L.) untuk Peningkatan
Nilai Tambah. Buletin Teknologi Pasca Panen Pertanian. 8 (1). Hal 12
Vermerris, W. and Nicholson, R.. 2006. Phenolic Compound Biochemistry. Springer:
The Netherlands.
Williamson, E.M. 2002. Major Herbs of Ayuveda Churcill Livingstone. United Kingdom