Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen penting dalam kehidupan termasuk di industri.


Penggunaan air di industri dilakukan untuk mendukung beberapa sistem salah satunya untuk
air pendingin. Air pendingin (cooling water) adalah air yang dilewatkan melalui alat penukar
panas dengan maksud untuk memindahkan panas. Sistem yang dilalui oleh air pendingin
disebut sistem air pendingin (cooling water system). Air yang akan digunakan sebagai air
pendingin tidak memerlukan kemurnian tinggi seperti air untuk boiler atau air untuk proses.
Hal ini disebabkan karena temperature air pendingin jauh lebih rendah dari temperatur air
boiler.
Sistem air pendingin secara umum dibagi menjadi tiga jenis, yaitu sistem satu aliran,
sistem tertutup, dan sistem sirkulasi terbuka. Sistem satu aliran menggunakan air yang
banyak dan hanya sekali dilewatkan ke heat exchanger. Sistem sirkulasi terbuka terdiri dari
menara pendingin (cooling tower), fasilitas blow down dan sistem sirkulasi air.
Kualitas air pendingin akan mempengaruhi integritas komponen atau struktur
reaktor, karena pada dasarnya air sebagai pendingin akan berhubungan langsung dengan
komponen atau struktur reaktor. Air yang digunakan sebagai pendingin harus memenuhi
persyaratan yang sesuai dengan komponen atau struktur yang dirumuskan dalam spesifikasi
kualitas air pendingin (Lestari, 2006).
Salah satu syarat untuk pengelolaan sistim air pendingin adalah menjaga kondisi
operasi. Semua parameter harus diikuti dan bila terjadi penurunan pertukaran panas atau
terdapatnya kenaikan pressure drop pada suatu penukar panas yang penting maka perlu
segera diambil usaha-usaha penanggulangannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berikut adalah rumusan masalah pada makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana cara kerja dari sistem menara pendingin (cooling tower)?
2. Bagaimana cara kerja masing-masing komponen menara pendingin?
3. Apa saja jenis sistem pendinginan?
4. Bagaimana proses pendinginan itu berlangsung ?
5. Bagaimana kualitas air pendingin ?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem pendingin?
7. Apa saja trouble-shooting kualitas air pendingin ?
8. Bagaimana cara perawatan dan perbaikan alat pendingin ?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain:
1. Mengetahui cara kerja dari sistem menara pendingin (cooling tower).
2. Mengetahui cara kerja masing-masing komponen menara pendingin.
3. Mengetahui jenis-jenis sistem pendinginan
4. Mengetahui proses pendinginan.
5. Mengetahui kualitas air pendingin.
6. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem pendinginan.
7. Mengetahui trouble—shooting kualitas air pendingin.
8. Mampu melakukan perawatan dan perbaikan pada alat pendingin.
BAB II
ISI
2.1 Definisi colling tower
Menara pendingin merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan
suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke atmosfir.
Menara pendingin menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara
yang bergerak dan kemudian dibuang ke atmosfir. Sebagai akibatnya, air yang tersisa
didinginkan secara signifikan. Menara pendingin mampu menurunkan suhu air lebih dari
peralatan-peralatan yang hanya menggunakan udara untuk membuang panas, seperti
radiator dalam mobil, dan oleh karena itu biayanya lebih efektif dan efisien energinya.

Menara pendingin mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap efisiensi total
engine serta umur engine. Apabila temperatur menara pendingin masuk engine terlalu tinggi,
maka efisiensi mekanis engine akan menurun dan dikhawatirkan dapat terjadi over - heatingi
pada engine. Sedang bila temperatur air terlalu rendah, maka efisiensi termal akan menurun
(Handoyo, 1999). Proses pendinginan melibatkan pemindahan panas dari satu substansi ke
substansi yang lain. Substansi yang kehilangan panas disebut cooled, dan yang menerima
panas disebut coolant.
Beberapa faktor yang membuat air menjadi coolant yang baik adalah :
1. Sangar berlimpah dan tidak mahal.
2. Dapat ditangani dengan mudah dan aman digunakan.
3. Dapat membawa panas per unit volume dalam jumlah yang besar.
4. Tidak mengembang ataupun menyusut (volumenya) pada perubahan suhu dalam
range normal.
5. Tidak terdekomposisi.
Beberapa parameter penting dalam sistem air pendingin :
1. Konduktivitas mengindikasikan jumlah dissolved mineral dalam air.
2. pH, menunjukkan indikasi dari tingkat keasaman atau kebasaan dari air.
3. Alkalinitas, berupa ion carbonate (CO3-2) dan ion bicarbonate (HCO3-).
4. Hardness / kesadahan, menunjukkan jumlah ion Ca2+ dan Mg2+ yang ada dalam air.
Pada umumnya air digunakan sebagai media pendingin karena faktor-faktor sebagai
berikut:
1.Air merupakan malcri yang dapat diperoleh dalam jumlah besar.
2.Mudah dalam pcngaturan dan pengolahan.
3.Menyerap panas yang relatif tinggi persatuan volume.
4.Tidak mudah menyusut secara berarti dalam batasan dengan adanya perubahan
temperatur pendingin.
5.Tidak terdekomposisi.
Adapun syarat-syarat air yang digunakan sebagai media pendingin:
1.Jernih, maksudnya air harus bersih, tidak terdapat partikel-parlikel kasar yaitu batu,
krikil atau partikel-partikel halus seperti pasir, tanah dan lumut yang dapat
menyebabkan air kotor.
2.Tidak menyebabkan korosi.
3.Tidak menyebabkan fouling, fouling disebabkan oleh kotoran yang terikut saat air
masuk unit pengolahan air seperti pasir, mikroba dan zat-zat organik.
2.2 Prinsip kerja dari cooling tower
Air panas yang masuk pada bagian atas cooling tower didistribuskan secara merata
didalam rumah cooling tower, lalu akan jatuh kebawah dikarenakan gaya gravitasi atau
pancaran air diarahkan ke bawah. Air yang masuk dan udara melalui filling arahnya searah.
Disana terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa, dimana perpindahan panas dan
perpindahan massa terjadi dari air ke udara. Udara yang banyak memiliki kandungan
air(jenuh) disirkulasikan dengan kipas sehingga udara yang belum jenuh masuk ke rumah
cooling tower. Air dingin yang ditampung di bak penampung digunakan kembali. Dalam
proses ini, terjadi penghilangan air karena terjadi penguapan. Sehingga harus diberi masukan
air tambahan (make up water). Air dingin yang dihasilkan dilewatkan melalui saringan agar
kotoran-kotoran atau padatan-padatan mineral tertahan dan tidak melewati alat lainnya.

Cooling tower dimasukan kedalam dua subdivisi utama, yaitu :


1. Natural draft atau atmospheric
Cooling tower jenis ini menggunakan cerobong asap beton yang sangat besar untuk
memasukan udara melalui media. Dikarenakan ukuran tower yang besar (tinggi 500
kaki dan diameter dasarnya 400 kaki) maka secara umum digunakan untuk laju alir
diatas 200000 gal/menit. Biasanya jenis tower ini digunakan untuk menghasilkan
daya di Amerika Serikat. Jenis ini tidak menggunakan kipas untuk mengahsilkan
aliran udaranya, udara diperoleh dari aliran induksi natural atau alami dari spray
tekanan.
2. Mechanical draft
Cooling tower jenis ini paling banyak digunakan. Tower ini menggunakan kipas
besar untuk mengambil udara melalui sirkulasi air. Air mengalir kebawah diatas
permukaan fill yang membantu meningkatkan panas antara air dan udara.
Cooling tower jenis Mechanical Draft dibagi menjadi dua macam yaitu :
a. Forced Draft
Tower jenis ini mempunyai kipas, basin, dan pipa yang diletakan didalam
struktur tower. Pada jenis ini , kipas diletakan dibagian bawah atau dasar. Tidak ada
celah pada dinding bagian luarnya. Struktur baja atau susunan kayu tertutupi dengan
panel yang terbuat dari aluminium, galvanized baja, atau asbestos cemnent board.
Selama operasi kipas mengahsilkan udara pada kecepatan rendah secara horizontal
melalui packing dan kemudian secara vertical berlawanan dengan aliran air yang
kebawah yang terjadi pada sisi kipas. Drift eliminator diletakan pada atas tower yang
melepaskan air yang masuk ke udara. Vibrasi dan noise dikurangi ketikan alat
berputar yang terbuat dari pondasi padat (solid). Kipas ini sering mengatasi dry air
atau keringnya udara, pengurangan erosi, dan masalah kondensasi air.
b. Induced Draft
Tower jenis ini terdiri dari 2 macam yaitu counterflow dan crossflow. Jenis
counterflow dan crossflow ini selain dimasukan kedalam induced draft juga dapat
dimasukan kedalam karakteristik cooling tower berdasarkan aliran udaranya.
1. Counterflow
Pada tower counterflow ini, udara bergerak naik secra vertical melalui fill,
berlawanan dengan jatuhnya air. Dikarenakan keperluan pemasukan yang
tinggi dan daya hisap yang penuh, penggunaan system spray bertekanan
tinggi, tekanan udara yang hilang besar, maka beberapa counterflow tower
kecil yang secara fisik lebih tinggi, memerlukan lebih banyak pompa, dan
menggunakan lebih banyak kipas dibandingkan crossflow. Pada counterflow
tower yang lebih besar, penggunaan system distribusi bertekanan rendah
gravity-releated, ditambah dengan ketersediaan daerah masukan dan daerah
plenum untuk pengaturan udara, menyebabkan perawatan yang sangat
diperlukan.
2. Crossflow
Tower jenis ini mempunyai fill konfigurasi yang aliran udaranya mengalir
secara horizontal, air yang akan didinginkan dialirkan kedalam kolom
masukan air panas yang diletakan dibagian atas fill, dan didistribusikan ke
fill secara gravitasi melalui lubang orificies didasar basin. Cooling tower
jenis crossflow ini terdiri atas tiga macam, yaitu duble flow, single flow, dan
spray flow
2.3 Prinsip kerja dari masing-masing komponen
Komponen-komponen dari Cooling tower adalah:
1.Rangka dan casing
Hampir semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup luar
(wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan yanglebih
kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka.
2.Bahan pengisi
Terdapat dua jenis bahan pengisi, yakni:
a) Bahan pengisi berbentuk percikan/splash fill: air jatuh bdi atas lapisan yang berurut
dari batang pemercik horizontal, secara terus-menerus pecah menjadi tetesan yang
lebih kecil, sambil membasahi permukaan bahan pengisi. Bahan pengisi percikan
dari plastic memberikan perpindahan panas yang lebih baik daripada bahan pengisi
percikan dari kayu.
b) Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan plastic uang yipis dengan
jarak yang berdekatan dimana di atasnya terdapat semprotan air, membentuk
lapisan film yang tipis dan melakukan kontak dengan udara. Permukaannya dapat
berbentuk datar bergelombang, berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi
film lebih efisien dan memberi perpindahan panas yang sama dalam volume yang
lebih kecil daripada bahan pengisi jenis splash.
c) Kolam air dingin
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara, dan menerima air
dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan pengisi. Kolam biasanya
memiliki sebuah lubang atau titik terendah untuk pengeluaran air dingin.
d) Drift eliminators
Alat ini menanglap tetesan air yang terjebak dalam aliran udara agar tidak hilang
ke atmosfir.
e) Saluran udara masuk
Ini adalah titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk ini dapat berada
pada seluruh sisi menara.
f) Louvers
Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara ke bahan pengisi dan
menahan air dalam menara.
g) Nozzel
Alat ini menyemprotkan air untuk membasahi bahan pengisi.
h) Fan
Fan aksial (jenis baling-baling) dan sentrifugal keduanya digunakan di dalam
menara. Fan ini disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang dikehendaki .
Beberapa istilah yang digunakan dalam cooling tower ini adalah :
 Drift : droplet air yang terbawa oleh udara keluar dari cooling tower. Droplet drift
ini mempunyai konsentrasi yang murni sama seperti air yang msuk ke tower.
Kecepatan drift secara khusus diturunkan dengan menggunakan alat seperti baffle,
yang disebut dengan drift eliminator, udara mengalir setelah meninggalkan daerah
fill dan spray tower.
 Blow out : droplet air keluar cooling tower dengan memutar, secara umum pada
aliran udara masuk yang terbuka. Air juga dapat hilang, tidak memutar, melalui
deburan atau misting. Alatnya seperti wind server, louver, splash deflector. Dan
water diverter yang digunakan untuk membatasi kehilangan ini.
 Plume : aliran udara keluar yang jatuh meninggalkan cooling tower. Plume ini
terlihat ketika air menguap yang mengandung kondensat yang kontak dengan
pendingin air.
 Blow down : bagian mensirkulasi aliran air yang keluar untuk mempertahankan atau
mempertahankan junlah padatan terlarut dan yang murni lainnya pada level yang
sesuai.
 Leaching : menghilangkan bahan kimia pengawet kayu dengan mencucinya pada air
yang mengalir melalui cooling tower berstruktur kayu.
 Noise : pancaran bunyi yang sangat kuat dari cooling tower dan catatan yang yang
diberikan dari jarak arahnya. Bunyi dibangkitkan dengan air yang jatuh, gerak air
dari kipas, daun kipas yang bergerak didalam struktur, dan motor, gearbox atau
sabuk penggerak.
Cooling tower ini berfungsi untuk melepaskan panas air yang keluar dari kondensor
agar air dapat diresirkulasi atau dikeluarkan dan digunakan kembali.
Major Components
 Cooling Tower(Supply) Basin
Air disediakan dari pemecatan Berputar-Putar Sistem Penyediaan Air [bagi/kepada]
suatu Kolom/Dok/Bak Distribusi, dari yang mana Pompa Menara Pendingin
mengambil suatu pengisapan.
 Cooling Tower Pumps
Pompa [yang] besar ini menyediakan air pada (di) atas 100,000 galon per menit
[bagi/kepada] satu atau lebih Menara Pendingin. Masing-Masing pompa pada
umumnya (di) atas 15 kaki dalam. Motor Perakitan mungkin (adalah) 8
[bagi/kepada] 10 kaki tinggi. Total permintaan elektrik dari semua Menara
Pendingin pompa mungkin (adalah) sebanyak . seperti 5% tentang keluaran yang
elektrik setasiun.
2.4 Sistem Air Pendingin
Dalam pengoperasian industri kimia biasanya dibutuhkan media pendingin untuk
mendinginkan fluida panas dari berbagai unit operasi. Sistem air pendingin yang
biasanya ada di industro dikategorikan menjadi 3 jenis:
2.4.1 Sistem Sekali Lewat (Once Through System)

Dalam sistem sekali lewat (Once Through System), air mengalir melalui heat
exchanger cukup sekali. Karena biasanya air pendingin yang digunakan dalam
jumlah yang besar maka kenaikan suhu air keluaran tidak terlalu besar.
Kandungan mineral di air pendingin tidak berubah karena tidak ada akumulasi.
Sistem ini biasanya diterapkan untuk industry di tepi laut, di mana ketersediaan
air melimpah. Dari sisi lingkungan, batasan suhu keluaran biasanya harus
dipertimbangkan.
Karena kesederhanaannya, sistem sekali lewat ini merupakan sistem
pendinginan air yang pertama kali dirancang. Suhu air pada umumnya rendah dan
pendinginan dapat cepat dicapai dengan jumlah masalah yang minimum. Sistem
sekali lewat dapat digunakan untuk berbagai aplikasi mulai dari oil cooler kecil
untuk kondensor utilitas besar. Keuntungan utama dari sistem sekali lewat adalah
kesederhanaan dan fleksibilitas. Jumlah besar panas yang tidak diinginkan dapat
dihilangkan dengan sangat efektif dan suhu air yang relatif rendah
memungkinkan pendinginan dengan permukaan perpindahan panas minimum.
Air untuk sistem sekali lewat bisa diambil dari sumur, danau, sungai, sungai
atau sistem air kota. Permukaan air seperti danau dan sungai akan cenderung
memiliki masalah lebih ditangguhkan dan kontaminan dengan jenis dan jumlah
material yang terus menerus berubah dengan musim. Perairan sering
mengandung sejumlah besar ion pembentuk skala dan kation logam.
Karakteristik air ini, ditambah aliran dan perubahan suhu dalam sistem,
mempersulit apa yang awalnya akan muncul menjadi situasi yang cukup
sederhana.

Secara umum, kita dapat mengklasifikasikan sistem sekali lewat ke dalam tiga kategori
utama:
• Sistem Pendingin Kecil
• Sistem Pendingin Besar
• Sistem Air Minum

Sistem kecil dapat berkisar dari beberapa galon per menit dari aliran air ke beberapa
ribu galon per menit. Sistem ini dapat digunakan untuk pendingin minyak dingin, kompresor
udara, udara unit pendingin, dan lain-lain. Untuk sistem ini, sistem sekali lewat efektif dan
memungkinkan memiliki sifat fleksibilitas yang besar. Sumber air sumur umum atau sistem
air perkotaan. Karena perairan ini biasanya mengandung jumlah yang sangat terbatas dari
bahan tersuspensi dan pertumbuhan mikroba, juga memiliki potensi yang sangat sedikit
untuk fouling dan pembentukan lendir mikrobiologi. Kecenderungan air yang digunakan
untuk membentuk korosi dapat ditentukan dengan menggunakan indeks Langelier atau
Stabilitas indeks Ryznar.
Sistem besar bisa berkisar dari 10.000 galon per menit (gpm) aliran air untuk lebih
dari 100.000 gpm. Sistem ini dapat digunakan dalam berbagai industri dan sering ditemukan
pada tanaman dengan utilitas besar. Berbeda dengan sistem kecil, sistem besar jarang
menggunakan sumur atau sistem air perkotaan sebagai sumber air utama. Sebaliknya, karena
volume kebutuhan air untuk pendinginan, sistem ini biasanya menggunakan air dari sungai,
laut atau danau. Karena perairan ini biasanya mengandung jumlah yang signifikan padatan
tersuspensi dan bakteri.
Keuntungan menggunakan Once through systems :
o Tidak diperlukan cooling tower
o Tidak diperlukan pengolan / treatment pendahuluan

Kerugian menggunakan Once through systems :


o Korosi
o Fouling
o Sampah dan kotoran
o Polusi / pencemaran temperatur di badan air

Diagram Sederhana

2.4.2 Sistem Tertutup (Closed System)

Sistem pendinginan dengan closed system adalah sistem pendinginan di


mana air pendingin dipakai berulang-ulang secara tertutup. Pertama air
menyerap kalor dari fluida proses di alat ukur penukar panas kemudian
melepaskannya di alat penukar panas lainnya.

Salah satu contoh sistem ini adalah sistem pendinginan radiator mobil.
Kadang-kadang sistem ini diterapkan untuk menjaga kondisi kebersihan
komponen dan equipment, atau air dengan kualitas tertentu sulit didapatkan
dalam jumlah yang memadai.

Air tawar pendingin digunakan untuk mendinginkan proses-proses


didalam pabrik. Air tawar pendingin yang telah panas didinginkan kembali di
suatu “secondary cooler” (biasanya plate heat exchanger) untuk selanjutnya
disirkulasikan kembali secara tertutup kedalam pabrik. Air laut dipakai untuk
mendinginkan “secondary cooler” dengan cara hanya sekali pakai (once
through), sumber air berasal dari laut kemudian dibuang lagi ke laut.

Cooling water didinginkan pada secondary heat exchanger. Tidak ada


loss akibat penguapan juga tidak ada make up.

Keungtungan menggunakan Closed nonevaporative recirculating systems :


o Cooling water return relatif bersih
o Temperatur cooling water memungkinkan lebih tinggi dari 100oC
o Kebutuhan air baku lebih sedikit. Hal ini membutuhkan hanya sekitar 5%
dari kebutuhan air dari sistem siklus terbuka. Hal ini untuk menebus
kerugian akibat penguapan dan blowdown.

Kerugian menggunakan Closed nonevaporative recirculating systems :


o Investasi / capital cost sangat tinggi, biaya operasi meningkat untuk menara
pendingin, dan persyaratan perawatan lebih dan suku cadang.
o Dibatasi oleh equipment secondary heat exchanger
Diagram sederhana :

Atau
2.4.3 Sistem sirkulasi (Recirculated System)

Sistem ini juga sering disebut sistem resirkulasi terbuka, yang biasanya
terdiri dari menara pendingin (cooling tower) yang menerima air make-up dan
dilengkapi dengan fasilitas blow down dan sistem sirkulasi air. Air pendingin
setelah menyerap kalor dari proses akan mengalami kenaikan suhu. Penurunan
suhu air pendingin ini dilakukan di cooling tower. Air pendingin dialirkan dari
atas tower sedangkan udara mengalir dari bawah atau samping. Proses penurunan
suhu ini diikuti juga dengan penguapan air di mana yang menguap adalah air
bersih. Oleh karena itu, konsentrasi parameter kimia air pendingin tersirkulasi
akan meningkat, seperti kandungan padatan terlarut (TDS).

Sistem resirkulasi ini membutuhkan air yang tidak terlalu banyak.


Sebagai contoh; laju sirkulasi cooling water untuk 700 MW coal-fired power
plant sekitar 71,600 m3/jam dan sistem resirkulasi tersebut membutuhkan laju
water make-up sekitar 5% (3.600 m3/jam). Jika plant tersebut menggunakan once
through cooling water, akan dibutuhkan 100.000 m3/jam. Dan jumlah tersebut
akan selalu dibuang ke badan air dengan suhu yang relative tinggi (sekitar 50C).

Sistem pendinginan resirkulasi banyak diterapkan di industri yang berada


di daratan karena keterbatasan ketersediaan air sungai atau danau. Dalam
resirkulasi ini perlu diperhatikan adanya akumulasi pengotor selama siklus
putaran air pendingin. Untuk itu diperlukan kegiatan pengurasan atau blow down
menara pendingin secara berkala untuk mengurangi pengotor yang terakumulasi.
Blow doen air pendingin merupakan sumber air limbah di
industri sehingga harus dialirkan ke unit pengolahan air limbah sebelum
dialirkan ke perairan umum agar tidak terjadi pencemaran.

Air tawar yang berasal dari sungai atau danau dipompakan sebagai make-
up cooling tower setelah sebelumnya dilakukan treatment (sedimentasi dan
koagulasi) terlebih dahulu. Air tersebut digunakan untuk mendinginkan proses-
proses di dalam pabrik.

Air pendingin yang telah panas kemudian didinginkan di cooling tower


untuk kemudian disirkulasikan kembali ke dalam pabrik. Untuk menjaga kualitas
air, misalnya agar tidak terdapat algae/bacteria dan pengendapan (scaling), maka
perlu diinjeksikan beberapa jenis chemicals tertentu. Kualitas air juga dijaga
melalui mekanisme make-up dan blow-down.

Sistem ini banyak digunakan oleh pabrik yang berada dekat dengan
sumber air tawar atau jauh dari laut. Spesifikasi material untuk peralatan yang
menggunakan air tawar tidak perlu sebagus peralatan yang menggunakan air laut,
karena air tawar lebih tidak korosif dibandingkan dengan air laut.

Cooling water teruapkan sekitar 1% water. Kehilangan air akibat


penguapan ini harus dikompensasi oleh make up cooling water

Keungtungan menggunakan Open evaporative recirculating systems :


o Jumlah kebutuhan air sedikit (make up);
o Memungkinkan untuk mengontrol korosi
o Suhu air hampir konstan. Suhu lingkungan tidak mempengaruhi kapasitas
pendinginan.

Kerugian menggunakan Open evaporative recirculating systems :


o Investasi (capital cost) lebih tinggi daripada once through;
o Memerlukan cooling tower yang cukup besar;
o System purge dan blowdown kemungkinan dapat mengakibatkan
pencemaran lingkungan
Diagram sederhana :

Atau

Pada peristiwa sirkulasi air ini, akan terjadi proses – proses sebagai berikut :

a) Pendinginan air cooling tower adakah atas dasar penguapan ( Evaporasi )


Pada peristiwa fisika dikenal prinsip “ jumlah kalor yang diterima =
jumlah kalor yang dilepaskan “. Kalor untuk melakukan pendinginan dari T2
menjadi T1 sama dengan kalor penguapan atau dengan kata lain air tersebut
menjadi dingin dikarenakan sebagian dari air tersebut menguap.
Untuk cooling tower, besarnya penguapan dapat dihitung bila diketahui kapasitas
pompa sirkulasi ( m3/jam )
b) Pada air Cooling tower terjadi pemekatan Garam.
Dengan adanya penguapan maka lama kelamaan seluruh mineral yang tidak dapat
menguap akan berkumpul sehingga terjadi pemekatan. Dengan banyaknya mineral yang
terkandung pada air Cooling tower perlu dilakukan proses Bleed Off dan penambahan air
make up. Air yang menguap adalah air yang murni bebas dari garam – garam mineral
dengan konsentrasi = 0. Pada cooling tower dapat diketahui siklus air pada unit cooling
tower adalah dengan cara :
Dengan rumus
Cycle = Tower water chloride Make up water chloride
Tanpa menggunakan parameter khlorida, siklus dapat diketahui dengan membaca
konduktivity, yaitu dengan membandingkan konduktivity air tower dengan konduktivity
air make up.

2.5 Proses Pendinginan

Diagram Sistem pendinginan

Make Up (M) : air tambahan untuk mempertahankan debit air tersirkulasi


agar tetap konstan
Evaporation (E) : kehilangan air karena penguapan yang merupakan air murni.
Evaporasi biasanya sekitar 1% dari debit serkulasi untuk
setiap penurunan suhu air pendingin yang
masuk cooling water sebesar 10⁰F (5,6⁰C)
Windage/Drift (W) : kehilangan air karena terbawa aliran udara,
jumlahnya biasanya kecil antara 0,007%-0,2%
dari debit resirkulasi. Biasanya dalam
perhitungan praktis diabaikan.
Blow Down (B) : pembuangan air untuk mengendalikan
peningkatan konsentrasi padatan karena
proses siklus.
Neraca massa total ; M=E+W+B

Kehilangan air terbesar berasal dari proses evaporasi yang


merupakan air bersih, sedangkan make-up (M) berupa air relatif tidak
bersih sehingga terjadi peningkatan konsentrasi pengotor di sistem air
tersirkulasi. Untuk menerangkan hal tersebut perlu diketahui parameter
seperti ratio padatan terlarut (DS) dalam air sirkulasi terhadap padatan
terlarut dalam air make-up, ratip clorida, atau ratio magnesium. Jumlah
siklus biasanya disimbolkan dengan (X).

2.6 Kualitas Air Pendingin


Untuk mengetahui kualitas cooling water, maka parameter-parameter di
dalamnya harus ditinjau secara periodik melalui analisa laboratorium. Dengan
mengetahui nilai dari parameter-parameter tersebut, maka pengendalian kualitas
cooling water dapat dilakukan dengan baik.
Berikut ini adalah parameter-parameter dalam analisa cooling water
treatment yang harus dipantau secara periodik:
a) Turbidity: menunjukkan jumlah padatan tersuspensi di dalam air.
b) pH: parameter yang menunjukkan kecenderungan terjadinya korosi dan
pembentukan kerak.
c) Electrical conductivity: menunjukkan jumlah padatan terlarut di dalam air.
d) M-alkalinity: dianalisa untuk memprediksi pertumbuhan kerak kalsium
karbonat. M-alkalinity memiliki korelasi yang positif dengan pH.
e) Calcium hardness: merupakan parameter penting dalam memperkirakan
pertumbuhan kerak dari kalsium karbonat dan biasa digunakan untuk
menghitung cycle number dari cooling water.
f) Magnesium hardness: dianalisa untuk memperkirakan pertumbuhan kerak yang
timbul dari ion magnesium yang membentuk magnesium silikat.
g) Chloride: parameter yang biasa digunakan sebagai indeks untuk mengendalikan
cycle number cooling water. Cooling water dengan konsentrasi chloride yang
tinggi cenderung lebih bersifat korosif.
h) Sulfate: Cooling water dengan konsentrasi sulfate yang tinggi cenderung lebih
bersifat korosif.
i) Silica: merupakan salah satu komponen pembentuk kerak pada peralatan.
j) COD: atau chemical oxygen demand. Konsentrasi COD yang tinggi
mempercepat pembentukan slime.
k) Ammonium ion, nitrate ion dan nitrite ion: konsentrasi ammonium ion yang
tinggi mempercepat pembentukan slime. Ammonium ion mempercepat proses
terjadinya korosi pada tembaga dengan membentuk senyawa kompleks garam
tembaga-ammonium. Ketika amonia berubah menjadi asam nitrat oleh bakteri
nitrifikasi, pH cooling water menjadi rendah dan mengakibatkan bahan kimia
penghambat korosi (corrosion inhibitor) menjadi tidak berfungsi.
l) Total Iron: merupakan salah satu fouling material dalam cooling water.
Menempelnya senyawa besi (iron) pada permukaan tubing heat exchanger dapat
menyebabkan korosi local (corrosion nder deposit) pada material jenis carbon
steel.
m) Residual chlorine: konsentrasi minimu chlorine harus dipertahankan dalam
cooling water untuk menciptakan efek anti bakteri atau biocidal effect.
n) Corrosion inhibitor: konsentrasi tertentu corrosion inhibitor or bahan kimia
penghambat korosi harus dipertahankan dalam cooling water untuk menjaga efek
anti korosi. Salah satu contoh corrosion inhibitor adalah phosphate, yang
biasanya diukur sebagai total phosphate.
2.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Sistem Pendingin
Pemilihan cooling water dan cooling system yang sesuai adalah salah satu
unsur penting dalam perancangan pabrik. Hal ini dikarenakan sistem pendingin
berkaitan langsung dengan efisiensi pabrik, selain itu juga berpengaruh pada biaya
capital juga biaya operasional. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan sistem pendingin antara lain:
1) Availability dan reliability
Ketersediaan dan kesinambungan sistem pendingin merupakan pertimbangan
utama.
2) Operability dan Maintainability
Meliputi kemudahan pengoperasian dan pemeliharaan.
3) Biaya investasi
Meliputi seluruh biaya yang diperlukan untuk mendirikan fasilitas sistem
pendingin.

4) Operating cost
Meliputi biaya man power, chemical, electrical dan biaya pemeliharaan.
5) Dampak lingkungan
Meliputi konsiderasi pada dampak lingkungan seperti polusi limbah, maupun
polusi panas.

2.8 Trouble Shooting Kualitas Air Pendingin


Dalam suatu proses, tentu saja tidak selalu berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, maka dari itu diperlukan pengendalian agar proses berjalan dengan baik.
Selain itu juga dalam proses, munculnya berbagai masalah terhadap kualitas air
pendingin tidak dapat dihindari, berikut beberapa contoh dan penanganannya
sebagai berikut;
1) pH
 Bila pH terlalu rendah maka cooling water bersifat korosif sehingga harus
dinaikkan dengan injeksi NaOH.
 Bila pH terlalu tinggi, maka kerja dispersant kurang efektif sehingga
pengendapan /scaling di dalam sistem akan mudah terjadi dan untuk
mengantisipasinya adalah dengan menginjeksikan acid.
2) Conductivity
Conductivity yang tinggi menunjukkan :

 Banyaknya garam yang terlarut dapat memicu terjadinya


scalling/pengendapan

 Daya hantar listrik yang tinggi akan memperbesar laju korosi


Untuk menurunkan conductivity dilakukan dengan menambah blowdown.

3) o-PO4 (unfilter-filter)
 selisih o-PO4 (UF-F) menunjukkan jumlah atau kinerja dari dispersant. Bila
selisih o-PO4 > batasan, artinya jumlah dispersant didalam sistem harus
kurang, dapat menimbulkan kecenderungan terjadinya pengendapan
/scaling didalam sistem yang pada akhirnya akan menurunkan kinerja dari
cooler/heat exchanger.

 Untuk mengantisipasi terjadinya pengendapan tersebut, maka harus


ditambahan dispersant lagi sampai didapat o-PO4 (Uf-F) < batasan.
2.9 Cara perawatan dan perbaikan ringan
Masalah yang berpotensial muncul dalam sistem pendinginan adalah : Korosi, deposit
kerak, dan pertumbuhan mikrobiologi ( jamur dan lumut ).
1. Korosi
Korosi adalah proses elektrokimia, proses anodik yang terjadi dalam sistem dimana
beda potensial metal dan keberadaan oksigen yang terlarut dalam media akan
membentuk radikal bebas yang sangat reaktif terhadap besi. Kondisi ini akan
diperparah oleh keberadaan chemical lain yang terlarut dalam media (air).
2. Kerak
Kerak adalah endapan yang melekat dalam sistem perpindahan panas, material
endapan yang terlarut dalam air secara specifik dikenal sebagai ‘hardness’. Material
atau hardness ini akan membentuk kerak bila konsentrasinya tinggi dan atau
temperatur yang cukup tinggi. Semakin tebal kerak yang terbentuk dalam sistem
pendingin, maka effisiensi cooling tower akan semakin kecil dan bila dibiarkan
tanpa kontrol maka saluran air pendingin akan menjadi buntu.
3. Lumpur
Lumpur biasanya terbentuk dari endapan yang tidak dapat membentuk kerak seperti
:
1. Suspensi dari besi atau garam kesadahan yang terikut dalam air make up.
2. Material organik alami dari air make up.
3. Partikel yang terikut dari udara.
4. Additive organik yang terikut dari process yang rusak.
5. Hasil dari korosi migrasi.
4. Mikroorganisma
Sistem pendingin air, biasanya menggunakan sirkulasi dimana kontak dengan udara
adalah hal yang utama dalam transfer panas, hal ini memungkinan kontak yang
sangat besar dengan spora algae, jamur dan bakteri (mikroorganisma ) dari udara.
Adakalanya lumpur dan mikroorganisma bersinergi membentuk endapan tebal pada
permukaan basin cooling tower.
Maintanance yang harus dilakukan pada komponen-komponen pada cooling tower
adalah sebagai berikut:
1. Cooling Tower
Periksa dari kebocoran, crack (retak) lubang serta korosi bila memakai casing logam
2. Basin
Periksa korosi bagian kotoran, puing-puing yang menghasilkan kondisi optimum
untuk perkembangan bakteri (legionalle). Periksa sambungan air dan bersihkan dari
sampah. Periksa bagian yang terbuat dari logam dari korosi dan dari kebocoran
(harian)
3. Fan Deck
Periksa korosi pada logam dan kayu yang rapuh, pastikan bagian dari deck dalam
kondisi baik dan hubungan antara bagian kencang
4. System Perpipaan
System periksa dari kebocoran, korosi dan berkurangnya material lapisan (bulanan)
5. Control flow valve
Periksa dari korosi dan kelelahan air, reset valve untuk balancing (bulanan)
6. Fill (packing)
Terdiri dari 2 jenis, splash dan film, film yang berbeda membutuhkan perawatan
yang berbeda pula.
7. Kopling dan drive shaft
Periksa dari korosi dan kerusakan, periksa seluruh sambungan, terutama pada
flexible
connection dari korosi, kelelahan, retak, (tergantung kebutuhan)
8. Fan
Jika dipasang fan sentrifugal, blower diperiksa dari kerusakan atau hilangnya blade,
serta korosi dari endapan. Periksa dan stel kembali fan pitch (sudu) sesuaikan dengan
ukuran yang direkomendasikan dengan toleransi ½ . periksa dan kencangkan seluruh
koneksi (tergantung kebutuhan)
9. Make up water
Jalankan/operasikan valve atau switch secara manual sehingga diperoleh penutup
valve sesuai dengan rancangan (tergantung kebutuhan).
Perawatan cooling tower pada prinsipnya adalah perawatan sistem pendingin, mulai
dari tandon air, perpipaan, cooling tower sampai pada cooling point ( pendingin alat
produksi). Perawatan dengan bahan kimia harus diperhatikan aspek keseimbangan
antara mencegah pembentukan kerak dengan keberhasilan menahan / mencegah
terbentuknya korosi. Penentuan dosis chemical didasar pada total volume system, make
up / air yang dikonsumsi, jenis cooling tower, tata letak dan system perpipaan serta
analisa air yang dipakai. Adakalanya terbentuk endapan yang berlebihan, hal ini terjadi
karena kondisi solid dalam air yang terlalu tinggi. Bila pembentukan lumpur terbentuk
pada system terbuka pada bagian sisi dari cooling tower, maka perawatan cukup dengan
membersihkan lumpur yang mengendap secara manual. Mikroorganisma dihambat
dengan memberikan chemical yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisma
tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Prinsip kerja menara pendingin adalah menurunkan suhu air pendingin dengan cara
kontak air dengan udara dengan cara dehumdifikasi.
2. Menara pendingin terdiri dari rangka / wadah, kolam penampung,nozel, fill
(pengisi) fan, motor fan, pipa-pipa/ saluran penyambung ke tiap unit dan tangki
penampung air pendingin.
3. Terdapat 3 jenis sistem pendingin yaitu sistem once through, sistem tertutup, dan
sistem sirkulasi.
4. Kualitas air pendingin dapat dilihat dari beberapa parameter misalnya : Turbidity
pH, Electrical conductivity, M-alkalinity, Calcium hardness, dsb.
5. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem pendingin yaitu :
Availability dan reliability, Operability dan Maintainability, Biaya investasi,
Operating cost, dan Dampak lingkungan
6. Terdapat 3 trouble-shooting yang tidak dapat dihindari antara lain: pH,
Conductivity, o-PO4 (unfilter-filter).
7. Perawatan cooling tower pada prinsipnya adalah perawatan sistem pendingin,
mulai dari tandon air, perpipaan, cooling tower sampai pada cooling point (
pendingin alat produksi).
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet Perawatan dan Perbaikan. Bandung : Politeknik Negeri Bandung.
Walas, Stanley M. 1988. Chemical Process Equipment. Butterworth Publisher
http://langkahpetualang.wordpress.com/20 15 /0 6 /23/cooling-tower/
http://kynas-coating.com/seputar-korosi/38-water-treatment-maintenance-system-
forcooling-
tower.html
www.airah.org.au
www.cheresources.com
www.eere.energy.gov

Anda mungkin juga menyukai