Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cooling tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menurunkan
suhu aliran air dengan cara mengekstraksi panas dari air dan mengemisikannya ke
atmosfir. Kegunaan utama dari cooling tower adalah untuk membuang panas yang
diserap akibat sirkulasi air sistem pendingin yang misalnya digunakan pada
pembangkit daya, pabrik pemprosesan gas alam, dan fasilitas - fasilitas industri
lainnya. Jika suatu pabrik tidak dilengkapi dengan cooling tower dan hanya
menggunakan sirkulasi air pendingin sekali pakai, air pendingin yang telah
digunakan akan mengalami kenaikkan temperatur akan dibuang ke laut, danau
atau sungai yang ditentukan. Pembuangan sejumlah air hangat tersebut dapat
meningkatkan temperatur sungai atau danau tersebut sehingga dapat merusak
ekosistem lingkungan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam praktikum ini adalah memahami
cara kerja dari sistem menara pendingin (cooling tower).

1 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Cooling tower
Menara pendingin didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang fluida
kerjanya adalah air dan udara yang berfungsi mendinginkan air dengan kontak
langsung dengan udara yang mengakibatkan sebagian kecil air menguap. Dalam
kebanyakan menara pendingin yang bekerja pada sistem pendinginan udara
menggunakan pompa sentrifugal untuk menggerakkan air vertikal ke atas
melintasi menara. Prestasi menara pendingin biasanya dinyatakan dalam range
dan approach seperti yang terlihat pada gambar berikut (El Wakil, 1992 dalam
Nasution, 2010).

Gambar 2.1 Skema kinerja cooling tower


Sumber : https://www2.health.vic.gov.au/public-health/water/legionella-risk-managementguidelines/guide-cooling-tower-risk-management-plans/legionella-risk-identification-analysissection-6

2.2 Prinsip Kerja Cooling Tower


Air panas yang masuk pada bagian atas cooling tower didistribuskan secara
merata didalam rumah cooling tower, lalu akan jatuh kebawah dikarenakan gaya
gravitasi atau pancaran air diarahkan ke bawah. Air yang masuk dan udara melalui
filling arahnya searah. Disana terjadi perpindahan panas dan perpindahan massa,
dimana perpindahan panas dan perpindahan massa terjadi dari air ke udara. Udara
yang banyak memiliki kandungan air (jenuh) disirkulasikan dengan kipas

2 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

sehingga udara yang belum jenuh masuk ke rumah cooling tower. Air dingin yang
ditampung di bak penampung digunakan kembali.
Dalam proses ini, terjadi penghilangan air karena terjadi penguapan. Sehingga
harus diberi masukan air tambahan (make up water). Air dingin yang dihasilkan
dilewatkan melalui saringan agar kotoran-kotoran atau padatan-padatan mineral
tertahan dan tidak melewati alat lainnya.

2.3 Komponen Cooling Tower


Komponen dasar sebuah menara pendingin (Cooling Tower) meliputi rangka
dan wadah, bahan pengisi, kolam air dingin, eliminator aliran, saluran masuk
udara, louvers, nosel dan fan (Christie dan Gema, 2011).
1. Rangka dan wadah
Hampir semua menara memiliki rangka berstruktur yang menunjang tutup
luar (wadah/casing), motor, fan, dan komponen lainnya. Dengan rancangan
yang lebih kecil, seperti unit fiber glass, wadahnya dapat menjadi rangka.
2. Bahan pengisi
Hampir seluruh menara menggunakan bahan pengisi (terbuat dari plastik
atau kayu) untuk memfasilitasi perpindahan panas dengan memaksimalkan
kontak udara dan air. Bahan pengisi berbentuk film: terdiri dari permukaan
plastik tipis dengan jarak yang berdekatan dimana diatasnya terdapat
semprotan air, membentuk lapisan film yang tipis dan melakukan kontak
dengan udara. Permukaannya

dapat

berbentuk

datar,

bergelombang,

berlekuk, atau pola lainnya. Jenis bahan pengisi film lebih efisien dan
memberi

perpindahan panas yang sama dalam volume yang lebih kecil

daripada bahan pengisi jenis splash.


Menurut Molyono (2011) terdapat tiga jenis bahan pengisi/isian:
a. Media Isian Penciprat (Splash Film)
Media isian splash menciptakan area perpindahan panas yang
dibutuhkan melalu cipratan air diatas media pengisi menjadi butiran air
yang kecil. Luas permukaan butiran air adalah luas permukaan
perpindahan panas dengan udara.

3 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Gambar 2.2. Splash fill


Sumber : Basunanda, Tugas Akhir, Modifikasi Cooling Tower Tipe Induced Draft
Aliran Counterflow, 2014

b. Media Isian Selaput (Film Fill)


Pada isian film, air membentuk lapisan tipis pada sisi-sisi lembaran
pengisi. Luas permukaan dari lembaran pengisi adalah luas perpindahan
panas dengan udara sekitar, dibanding isian penciprat kebutuhan udara
isian film sangat rendah, rasio L/G lebih besar (1,5 2,0) dan head
pompa lebih rendah (BEE India, 2004; Ramarao and Shivaraman dalam
Mulyono, 2011).

Gambar 2.3. Film fill


Sumber : Basunanda, Tugas Akhir, Modifikasi Cooling Tower Tipe Induced Draft
Aliran Counterflow, 2014

c. Bahan isian/pengisi sumbatan rendah (Low-clog film fills)


Bahan pengisi sumbatan rendah dengan ukuran flute (galur) yang
lebih tinggi saat ini dikembangkan untuk menangani air yang keruh, yang
merupakan pilihan terbaik untuk air laut karena menghemat daya dan
kinerjanya lebih baik dibanding isian penciprat konvensional.

4 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Gambar 2.4. Low-clog film fills


Sumber : Basunanda, Tugas Akhir, Modifikasi Cooling Tower Tipe Induced Draft
Aliran Counterflow, 2014

Nilai desain berbagai jenis bahan pengisi (isian) ditunjukkan tabel 1.


Tabel 1. Nilai desain berbagai jenis bahan pengisi

Sumber: Ramarao and Shivaraman, 2004 dalam Mulyono, 2011.


3. Kolam air dingin
Kolam air dingin terletak pada atau dekat bagian bawah menara, dan
menerima air dingin yang mengalir turun melalui menara dan bahan pengisi.
Kolam biasanya memiliki sebuah lubang atau

titik terendah untuk

pengeluaran air dingin. Dalam beberapa desain, kolam air dingin berada
dibagian bawah seluruh bahan pengisi. Pada beberapa desain aliran yang
berlawanan arah pada forced draft, air di bagian bawah bahan pengisi

5 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

disalurkan ke bak yang berbentuk lingkaran yang berfungsi sebagai kolam air
dingin. Sudu-sudu fan dipasang dibawah bahan pengisi untuk meniup udara
naik melalui menara. Dengan desain ini, menara dipasang pada landasannya,
memberikan kemudahan akses bagi fan dan motornya.
4. Drift eliminators
Alat ini menangkap tetes-tetes air yang terjebak dalam aliran udara supaya
tidak hilang ke atmosfir.
5. Saluran udara masuk
Ini merupakan titik masuk bagi udara menuju menara. Saluran masuk bisa
berada pada seluruh sisi menara (desain aliran melintang) atau berada dibagian
bawah menara (desain aliran berlawanan arah).
6. Louvers
Pada umumnya, menara dengan aliran silang memiliki saluran masuk
louvers. Kegunaan louvers adalah untuk menyamakan aliran udara ke bahan
pengisi dan menahan air dalam menara. Beberapa desain menara aliran
berlawanan arah tidak memerlukan louver.
7. Nosel
Alat ini menyemprotkan air untuk membasahi bahan pengisi. Distribusi air
yang seragam pada puncak bahan pengisi adalah penting untuk mendapatkan
pembasahan yang benar dari seluruh permukaan bahan pengisi. Nosel dapat
dipasang dan menyemprot dengan pola bundar atau segi empat, atau dapat
menjadi

bagian dari rakitan yang berputar seperti pada menara dengan

beberapa potongan lintang yang memutar.


8. Fan
Fan aksial (jenis baling-baling) dan sentrifugal keduanya digunakan dalam
menara. Umumnya fan dengan baling-baling/propeller digunakan pada
menara induced draft dan baik fan propeller dan sentrifugal dua-duanya

6 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

ditemukan dalam menara forced draft. Tergantung pada ukurannya, jenis fan
propeller yang digunakan sudah dipasang tetap atau dengan dapat dirubahrubah/ diatur. Sebuah fan dengan baling-baling yang dapat diatur tidak
secara otomatis dapat digunakan diatas range yang cukup luas sebab fan dapat
disesuaikan untuk mengirim aliran udara yang dikehendaki pada pemakaian
tenaga terendah. Baling-baling yang dapat diatur secara otomatis dapat
beragam aliran udaranya dalam rangka merespon perubahan kondisi beban.

2.4 Jenis Jenis Cooling Tower


Menara pendingin terbagi menjadi dua yaitu jenis natural draft dan
mechanical draft.
2.4.1

Menara Pendingin Jenis Natural Draft

Menara pendingin jenis natural draft atau hiperbola menggunakan


perbedaan suhu antara udara ambien dan udara yang lebih panas dibagian
dalam menara. Begitu udara panas mengalir ke atas melalui menara (sebab
udara panas akan naik), udara segar yang dingin disalurkan ke menara
melalui saluran udara masuk di bagian bawah. Tidak diperlukan fan dan
disana hampir tidak ada sirkulasi udara panas yang dapat mempengaruhi
kinerja. Kontruksi beton banyak digunakan untuk dinding menara dengan
ketinggian hingga mencapai 200 m. Menara pendingin tersebut kebanyakan
hanya digunakan untuk jumlah panas yang besar sebab struktur beton yang
besar cukup mahal.

(a)

(b)

Gambar 2.5. Menara pendingin natural draft aliran melintang

7 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Sumber : Basunanda, Tugas Akhir, Modifikasi Cooling Tower Tipe Induced Draft Aliran
Counterflow, 2014

Terdapat dua jenis utama menara natural draft:


Menara aliran melintang (Gambar 2.5 a): udara dialirkan melintasi air
yang jatuh dan bahan pengisi berada diluar menara.
Menara dengan aliran yang berlawanan arah (Gambar 2.5 b): udara dihisap
melalui air yang jatuh dan oleh karena itu bahan pengisi terletak dibagian
dalam menara, walaupun desain tergantung pada kondisi tempat yang
spesifik.

2.4.2

Menara Pendingin Draft Mekanik


Menara draft mekanik memiliki fan yang besar untuk mendorong atau

mengalirkan udara melalui air yang disirkulasi. Air jatuh turun diatas
permukaan bahan pengisi, yang membantu untuk

meningkatkan

waktu

kontak antara air dan udara, hal ini membantu dalam memaksimalkan
perpindahan panas diantara keduanya. Laju pendinginan menara draft
mekanis tergantung pada banyak parameter seperti diameter fan dan
kecepatan operasi, bahan pengisi untuk tahanan sistim dan lain-lain. Menara
draft mekanik tersedia dalam range kapasitas yang besar. Menara tersedia
dalam bentuk rakitan

pabrik atau didirikan dilapangan, sebagai contoh

menara beton hanya bisa dibuat dilapangan.


Banyak menara telah dibangun dan dapat digabungkan untuk
mendapatkan kapasitas yang dikehendaki. Jadi, banyak menara pendingin
yang merupakan rakitan dari dua atau lebih menara pendingin individu atau
sel. Jumlah sel yang mereka miliki, misalnya suatu menara delapan sel,
dinamakan sesuai dengan jumlah selnya. Menara dengan jumlah sel banyak,
dapat berupa garis lurus, segi empat, atau bundar tergantung pada bentuk
individu sel dan tempat saluran udara masuk ditempatkan pada sisi atau
dibawah sel.

8 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

2.5 Evaluasi Kinerja Cooling Tower


Kinerja menara pendingin (cooling tower) dievaluasi untuk mengkaji tingkat
approach dan cooling range saat ini, identifikasi area terjadinya pemborosan
energi dan memberikan saran perbaikan. Selama evaluasi kinerja, peralatan
pemantauan yang portable digunakan untuk mengukur parameter-parameter
berikut:
1. suhu udara bola basah (wet bulb),
2. suhu udara bola kering (dry bulb),
3. suhu air masuk menara pendingin,
4. suhu air keluar menara pendingin,
5. suhu udara keluar,
6. laju alir air,
7. laju alir udara.
Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kinerja
menara pendingin dengan beberapa cara, yaitu:
1. Range merupakan perbedaan antara suhu air masuk dan keluar menara
pendingin. Range yang tinggi berarti bahwa menara pendingin (Cooling
Tower) telah mampu menurunkan suhu air secara efektif, dan kinerjanya
bagus.
2. Approach merupakan perbedaan antara suhu air dingin keluar menara
pendingin dan suhu bola basah lingkungan (wet bulb ambient). Semakin
rendah approach semakin baik kinerja menara pendingin. Walaupun,
range dan approach harus dipantau, 'approach' merupakan indikator yang
lebih baik untuk kinerja menara pendingin.

9 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Gambar 2.2.
temperatur pada menara pendingin

Range dan approach

Sumber: Analisa Beban Kalor Menara Pendingin Basah Jujut Isap Aliran Lawan Arah,
Jurnal Teknik Energi Vol. 7 No. 1, 2011.

3. Efektivitas merupakan perbandingan antara range dan range ideal (dalam


persentase), yaitu perbedaan antara suhu masuk air pendingin dan suhu wet
bulb ambien, atau dengan kata lain adalah = Range/(Range+Approach).
Semakin tinggi perbandingan ini, maka semakin tinggi efektivitas menara
pendingin.
4. Kapasitas pendinginan merupakan panas yang dibuang dalam kKal/jam, atau
kJ/s, sebagai hasil dari laju massa air, panas spesifik dan perbedaan suhu.
5. Kehilangan penguapan merupakan jumlah air yang diuapkan untuk tugas
pendinginan. Rumus berikut dapat digunakan untuk menghitung kehilangan air
karenapenguapan (Perry):
kehilangan penguapan (m3/jam)=0,00085x1,8xlaju sirkulasi (m3/jam)x(T1-T2)
T1 - T2 = perbedaan suhu antara air masuk dan keluar cooling tower
6. Siklus konsentrasi (C.O.C) merupakan perbandingan padatan terlarut dalam air
sirkulasi terhadap padatan terlarut dalam air make up.
7. Kehilangan hembus buang (Blow down) tergantung pada siklus konsentrasi,
kehilangan penguapan. Dihitung dengan rumus:
blow down = kehilangan penguapan / (C.O.C -1)
8. Perbandingan Cair/Gas (Liquid/Gas) merupakan rasio laju alir massa air
(liquid) dan udara (gas). Menara pendingin memiliki nilai desain L/G tertentu.
Namun karena pengaruh cuaca atau musim, perlu pengaturan dan perubahan
laju aliran air dan udara untuk mendapatkan efektivitas terbaik. Pengaturan

10 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

dapat dilakukan dengan perubahan beban kotak air atau pengaturan sudut
siripnya. Aturan termodinamika juga mengatakan bahwa panas yang dibuang
dari air harus sama dengan panas yang diserap oleh udara sekitarnya.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


1. Cooling Tower di laboratorium pilot plant TKA Politeknik Negeri
Bandung
2. Termometer
3. Gelas Ukur
4. Air

3.2 Langkah Kerja


Seiring dengan siklus pada proses leaching, ukur temperatur ambien, serta
temperatur air dingin dan laju alir keluar keluar cooling tower.

11 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Data Pengamatan


Tabel 4.1 Data pengamatan
Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Siklus 4
Siklus 5
Siklus 6

T ambien (oC)
Wet Bulb
Dry Bulb
22
23.5
22.5
23.5
22
24
22
23
23
24.5
23
24.5

Tair keluar (oC)


24
24
24
26
26
24

Q keluar

masuk
-

(mL/s)
6
5.5
2.2
8.3
9.2
8.1

4.2 Pengolahan Data


Aproach = Tair keluar cooling tower Twb ambien
Tabel 4.2 Pengolahan Data
Siklus
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Siklus 4

Twb ambien (oC)


22
22.5
22
22

Tair keluar (oC)


24
24
24
26

Aproach (oC)
2
1.5
2
4

12 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Siklus 5
Siklus 6

23
23

26
24

3
1

4.5
4
3.5
3
2.5
Approach (oC)
2
1.5
1
0.5
0
1

Siklus Leaching

Grafik 1. Nilai aproach cooling tower pada siklus proses leaching

4.3 Pembahasan
Prinsip kerja dari cooling tower adalah dehumidifikasi. Perpindahan panas
yang terjadi berlangsung dari air yang mempunyai suhu lebih tinggi ke udara yang
mempunyai suhu lebih rendah. Tipe cooling tower pada laboratorium pilot plant
TKA adalah tipe direct dimana air panas/hangat dipancarkan dari atas melewati
fill (bahan pengisi) untuk meningkatkan kontak area, dan udara dihembuskan ke

13 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

atas. Uap air akan terbawa oleh udara keluar cooling tower, air pendingin jatuh ke
kolam penampung dan disirkulasi ulang ke atas sebagian dan ke alat proses yang
membutuhkan.
Kajian energi sistem menara pendingin/cooling tower ditujukan untuk
melakukan evaluasi kinerja dan efisiensi sistem menara pendingin yang ada secara
menyeluruh meliputi kajian kapasitas pendinginan, range, approach, efektifitas,
kelilangan penguapan, siklus konsentrasi dan kehilangan blowdown. Melalui
evaluasi ini dapat diterapkan penghematan energi dan peningkatan efisiensi
pabrik.
Pada cooling tower yang ada di Gedung TKA tidak dapat dilakukan
perhitungan range, efektivitas, kelilangan penguapan, siklus konsentrasi dan
kehilangan blowdown untuk mengevaluasi kinerja cooling tower, sebab laju alir
serta temperatur air panas masuk cooling tower tidak dapat diukur. Parameter
yang dapat diukur ialah nilai approach selama enam siklus proses leaching, nilai
approach cooling tower lab. pilot plat TKA memiliki nilai rata-rata 2,25 oC
(terbesar 4 C dan terendah 1 oC), pada siklus ketiga nilai approach tertinggi yaitu
4 oC. Namun, rata-rata nilai approach yang cukup rendah ini menunjukkan
efektivitas cooling water yang tinggi, karena

approach berbanding terbalik

dengan efektivitas. Tetapi parameter approach saja tidak cukup untuk


mengevaluasi kinerja cooling tower.
Secara fisik terdapat beberapa masalah pada cooling tower yaitu terdapatnya
lumut juga korosi, hal ini dapat terjadi karena adanya ion Fe yang terdapat dalam
air kemudian kontak dengan oksigen di udara. Sehingga perlu dilakukan
perawatan secara berkala pada cooling tower termasuk pengolahan air rutin dan
pemeliharaan sistem mekanik dan listrik, contohnya perawatan kipas cooling
tower dilakukan setiap selang waktu 6 (enam) bulan. Jenis perawatan yang
dilakukan adalah memeriksa kekencangan baut-baut pengunci lempeng/frame
pada daun kipas dan membersihkan kipas dari kerak atau kotoran yang menempel.
Kegiatan perawatan kipas dilakukan pada kondisi reaktor padam (shutdown) dan
sistem menara pendingin tidak dioperasikan. Cooling tower dapat beroperasi

14 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

secara efisien dan optimal, apabila program perawatan dikelola secara baik dan
terjadwal.

BAB V
KESIMPULAN

Secara garis besar cooling tower berfungsi untuk menyerap kalor dari air
panas dan menyediakan sejumlah air dingin untuk dipergunakan kembali pada
proses di laboratorium yang membutuhkan air pendingin.
Approach temperature merupakan suatu besaran yang sangat berpengaruh
pada analisa unjuk kerja cooling tower. Semakin rendah nilai approach
menunjukkan tingginya efektivitas cooling tower.

15 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

DAFTAR PUSTAKA

Anonim.

Legionella

risks

identification

and

analysis:

Section

6.

https://www2.health.vic.gov.au/public-health/water/legionella-riskmanagement-guidelines/guide-cooling-tower-risk-managementplans/legionella-risk-identification-analysis-section-6. (Diakses tanggal 14


Desember 2016)
Basunanda, Arya Rukhma. 2014. Modifikasi Cooling Tower Tipe Induced Draft
Aliran Counterflow. Tugas Akhir. Teknik Mesin Universitas Diponegoro.
Christie, Jodie dan Gemma Sigit. 2012. Cooling Tower dan Chiller. Fakultas
Teknik Universitas Kristen Indonesia.
Mulyono. 2011. Analisa Beban Kalor Menara Pendingin Basah Jujut Isap Aliran
Lawan Arah. Jurnal Teknik Energi, Vol 7 No. 1: 24 30.

16 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Nasution, Dian Morfi. 2010. Penelitian Kinerja Induced Draft Cooling Tower
Dengan Potongan Pipa Pvc 1 Inci Sebagai Filling Material. Skripsi.
Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara.

LAMPIRAN

A. Gambar

Gambar A.1. Bahan

isian dari menara


pendingin

17 | Laporan Praktikum Pilot Plant Cooling Tower

Anda mungkin juga menyukai