a. Taksonomi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Genus : Desmodium
Spesies : Desmodium triquetum
e. Khasiat/manfaat :
Daun duduk digunakan dalam pengobatan tradisional sebagai peluruh kencing
(diuretik), mengatasi wasir, dan batuk. Selain itu daun duduk juga berkhasiat sebagai
pereda demam (antipiretik), anti-inflamasi, antimikroba, dan meningkatkan nafsu makan
(stomakik) (Setiawan Dalimartha, 1999). Terdapat penelitian uji penghambatan tirosin
kinase pada ekstrak metanol daun duduk (D. triquetrum) yang menunjukkan aktivitas
yang tinggi yaitu 59,4%, sedangkan sitotoksisitas ekstrak terhadap sel leukemia murine P-
388 memberikan aktivitas yang tinggi dengan IC50 6,5 μg/mL. Ekstrak etanol daun duduk
(D. triquetrum) pada dosis 31 mg/100 gram BB mempunyai efek diuretik namun tidak
sekuat hidroklortiazid dosis 0,16 mg/100 gram BB pada tikus. Efek diuretik ini
disebabkan karena adanya kandungan polifenol pada daun duduk (Sa’roni dkk., 2006).
Infusa daun duduk (D. triquetrum) menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap bakteri E.
coli dan S. aureus secara in vitro yang sebanding dengan kloramfenikol. Aktivitas
antibakteri tersebut disebabkan karena adanya kandungan tanin pada daun duduk
(Bimmahariyanto dkk., 2019). Daun duduk juga menunjukkan aktivitas penyembuhan
luka yang baik, sehingga dapat mengatasi luka pada rektal yang menyebabkan pendarahan
(Astana dkk., 2017). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan flavonoid rutin
pada daun duduk bersifat memperkuat dinding pembuluh darah kapiler, sehingga dapat
digunakan untuk mengatasi wasir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun duduk pada
hewan uji memiliki efek anti-inflamai paling kuat dibanding obat NSAID (Balitbangkes,
2017).
f. Ekologi dan Persebaran : Daerah persebaran daun duduk di Indonesia ameliputi pulau
Jawa, Madura, dan Sumatera. Daun duduk tumbuh pada di
dataran rendah sampai dataran tinggi pada ketinggian 5-
1.500 m dpl., tumbuh liar di tempat yang ditumbuhi rumput,
belukar, dan di hutan sekunder, tumbuh di tempat terbuka
dengan cahaya matahari yang cukup atau sedikit naungan,
serta tidak begitu kering (Depkes RI, 1979; Setiawan
Dalimartha, 1999).
. 2.2 Penanaman
Daun duduk yang ditanam pada daerah dataran sedang (450 m dpi) menghasilkan
kadar kadar sari dan flavonoid yang tinggi, serta produksi daun yang tinggi. Lahan tempat
penanaman dilakukan dengan cara membersihkan lahan dari gulma, mencangkul sedalam 30
cm dan membuat petak tempat penanaman dengan ukuran 2 m x 2 m. Sekeliling lahan dibuat
saluran drainase untuk menghindari genangan air. Bibit daun duduk yang digunakan berumur
2 bulan, ditanam dengan jarak 50 m x 50 cm, setiap petak berjumlah 9 bibit tanaman. Bibit
ditanam pada lubang tanam yang sudah diberi pupuk kandang sebanyak 2 kg/lubang tanam.
Pemeliharaan tanaman meliputi penyiraman, penyulaman dan penyiangan. Penyiraman
dilakukan setiap pagi hari atau sesuai kondisi lahan. Penyulaman dilakukan 3 hari setelah
tanam, dengan cara mengganti tanaman bila ada yang mati. Penyiangan dilakukan dengan
membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman (Fauzi dkk., 2016; Muslim dan Subositi,
2020).
2.2 Pemanenan
Panen dilakukan saat tanaman berumur 120 hari setelah tanam (HST) dengan cara
memotong tanaman 10 cm di atas permukaan tanah, kemudian daun dipisahkan dari batang
(Fauzi dkk., 2016; Muslim dan Subositi, 2020).
- Identifikasi:
1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P; terjadi warna coklat kehitaman
2. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P; terjadi warna hijau
3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v; terjadi
warna coklat
4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5% b/v; terjadi
warna coklat
5. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna coklat
6. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes besi (III) klorida P 5% b/v; terjadi warna hijau
7. Timbang 300 mg serbuk daun, campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan dalam tangas
air selama 2 menit, dinginkan, saring, cuci endapan dengan metanol P secukupnya
sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik pertama dari lempeng KLT silika gel GF254 P
totolkan 20 µl filtrat, pada titik kedua totolkan 5 µl zat warna II LP. Eluasi dengan
campuran etil asetat P – metil etil keton P – asam format P – air (50+30+10+10) dengan
jarak rambat 15 cm. Amati dengan siar biasa dan dengan sinar UV 366 nm. Semprot
lempeng dengan aluminium klorida LP, panaskan pada suhu 110° selama 10 menit. Amati
dengan sinar biasa dan dengan sinar ultraviolet 366 nm.