Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA NABATI

Disusun Oleh :

Nama Kelompok : Kelompok 4 (Galenik)

Golongan : II B

Hari, Tanggal Praktikum : Rabu, 8 Oktober 2014

Nama Asisten : Wikha

LABORATORIUM BIOLOGI FARMASI

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014
PERCOBAAN I

PEMBUATAN SIMPLISIA NABATI

I. Tujuan
Membuat simplisia nabati dari tumbuhan obat dengan harapan
kandungan zat aktif tidak rusak dan dapat disimpan dalam waktu yang
lama.

II. Pendahuluan
Pengertian simplisia menurut Departemen Kesehatan RI adalah bahan
alami yang digunakan untuk obat dan belum mengalami perubahan proses
apa pun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan yang telah
Dikeringkan (Dapkes RI, 1989).
Simplisia dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau gabungan antara ketiganya,
misalnya Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan
cara tertentu sengaja dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat
berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan/diisolasi dari tanamannya.
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat berupa hewan utuh
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa
bahan kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan
madu (Mel depuratum).
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia berupa bahan
pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contoh serbuk seng
dan serbuk tembaga ( Depkes RI, 1989).
Seledri (Apium graveolens L) adalah tanaman sayuran bumbu
berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika, Seledri dapat
tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada
ketinggian tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C. Tanaman
seledri juga dapat dikembangkan pada daerah tropis seperti di
Indonesia. Sebagai tanaman subtropis seledri membutuhkan sinar
matahari yang cukup sekitar 8 jam/hari (Haryoto, 2009).
Tanaman cabai (Capsicum annuum .L) berasal dari bagian tropis
dan subtropis benua Amerika, khususnya Kolombia, Amerika Selatan.
Selanjutnya tanaman tersebut menyebar ke Amerika Latin. Hal ini
diketahui setelah Christhoper Columbus mendapati Benua Amerika
sekitar tahun 1492. Kala itu Ia berlabuh di pantai San Salvador dan
menemukan banyak rempah-rempah, termasuk cabai. Ia membawa biji
cabai ke negara asalnya, Italia. Sejak saat itulah cabai tersebar ke
berbagai penjuru bumi. Adapun yang berperan dalam penyebaran cabai
ke seluruh negara, termasuk negara-negara di Asia, seperti Indonesia
adalah pedagang Spanyol dan Portugis. (Syukur dkk, 2012).

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain aluminium
foil, tampah, bak plastik, plastik, label/etiket, kertas payung, talenan,
timbangan, pisau dapur, gunting, dan oven.
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain daun
seledri dan buah cabai.

IV. Cara Kerja


SELEDRI
 Disortasi basah, diambil bagian daunnya
 Ditimbang dan dicatat beratnya
 Ditempatkan diatas nampan
 Dicuci dengan air mengalir sampai bersih
 Ditiriskan
 Dijemur dibawah sinar matahari sampai agak kering
 Diletakkan pada aluminium foil
 Dioven dengan suhu 60oC sampai benar-benar kering
SIMPLISIA KERING
 Ditimbang dan dicatat beratnya
 Disortasi kering
 Dibungkus dengan kertas payung
 Diberi label
 Disimpan pada tempat yang kering

SIMPLISIA DAUN SELEDRI

CABAI
 Disortasi basah, diambil bagian buahnya
 Ditimbang dan dicatat beratnya
 Ditempatkan diatas nampan
 Dicuci dengan air mengalir sampai bersih
 Ditiriskan
 Dirajang miring
 Dijemur dibawah sinar matahari sampai agak kering
 Diletakkan pada aluminium foil
 Dioven dengan suhu 60oC sampai benar-benar kering
SIMPLISIA KERING
 Ditimbang dan dicatat beratnya
 Disortasi kering
 Dibungkus dengan kertas payung
 Diberi label
 Disimpan pada tempat yang kering

SIMPLISIA BUAH CABAI


V. Hasil dan Pembahasan
a. Hasil
Simplisia Berat Awal Berat Akhir
Daun Seledri 30 gram
Buah Cabai 40 gram

Perhitungan :
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑑𝑎𝑢𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑑𝑟𝑖 = × 100
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
30 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100 = 25
120𝑔𝑟𝑎𝑚

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟


𝑅𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 𝑏𝑢𝑎ℎ 𝑐𝑎𝑏𝑎𝑖 = × 100
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙
40 𝑔𝑟𝑎𝑚
= × 100 = 19,04
210 𝑔𝑟𝑎𝑚

b. Pembahasan
Simplisia terbagi menjadi tiga bagian yakni simpisia nabati adalah
simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman
(eksudat tanaman adalah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel
yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan
dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum merupakan zat
kimia murni), simplisia hewani yaitu simpisia berupa hewan utuh, bagian
hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat kimia
murni, dan simplisia mineral adalah simplisia yang berasal dari bumi, baik
telah diolah atau belum, tidak berupa zat kimia murni (Anonim, 1979).

1. Seledri (Apium graveolens L.)


Seledri (Apium graveolens L) adalah tanaman sayuran bumbu
berbentuk rumput yang berasal dari benua Amerika, Seledri dapat
tumbuh pada dataran rendah sampai tinggi, dan optimal pada ketinggian
tempat 1.000-1.200 m dpl, suhu udara 15-240C. Tanaman seledri juga
dapat dikembangkan pada daerah tropis seperti di Indonesia. Sebagai
tanaman subtropis seledri membutuhkan sinar matahari yang cukup
sekitar 8 jam/hari (Haryoto, 2009).
Herba seledri adalah herba Apium graveolens L, suku Apiaceae
mengandung flavonoid total tidak kurng dari 0,60 % dihitung sebagai
apiin (Anonim, 2010).
Pemerian : Berupa daun tipis, rapuh, bentuk belah ketupat miring,
panjang 2-8 cm, lebar 2-5 cm, pangkal dan ujung anak daun runcing,
panjang tangkai anak daun 1-3 cm, warna hijau tua, bau dan rasa khas
(Anonim, 2010).
Klasifikasi tanaman seledri (Apium graveolens L.) adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Apiales
Famili : Apiaceae
Genus : Apium
Spesies : Apium graveolens L.
(Backer C.A, 1995).

2. Buah Cabai Merah (Capsici Annui Fructus)


Buah cabai adalah buah masak Capsicum annuum L. Suku
Solanaceae, mengandung kapsaisin tidak kurang dari 0,06%.
Pemerian : Berupa potongan memanjang kisut warna merah
cokelat kehitaman, panjang 3,5-10 cm lebar 0,5-2 cm, permukaan luar
licin mengkilap, kulit buah liat, tebal lebih kurang 1 mm. Jika dibelah
terlihat banyak biji, berbentuk bulat atau segitiga pipih, garis tengah
lebih kurang 2 mm, warna kuning muda sampai kuning jingga
kecoklatan; bau khas; rasa pedas (Anonim, 2010).
Klasifikasi dari cabai merah adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae (suku terung-terungan)
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annum L.
(Napitulu, 2002).

Pada praktikum pembuatan simplisia dilakukan cara kerja sebagai


berikut, pertama-tama dilakukan sortasi basah. Pada pembuatan simplisia ini
di lakukan sortasi pada daun seledri dan buah cabai. Ada dua macam proses
sortasi, yaitu sortasi basah dan sortasi kering. Sortasi basah dilakukan pada
saat bahan masih segar. Proses ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya dari simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, maka bahan-bahan asing seperti
tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran
lainnya harus dibuang. Hal tersebut dikarenakan tanah merupakan salah satu
sumber mikroba yang potensial. Sehingga, pembersihan tanah dapat
mengurangi kontaminasi mikroba pada bahan obat. Sedangkan sortasi
kering pada dasarnya merupakan tahap akhir pembuatan simplisia.
Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian
tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran lain yang masih tertinggal
pada simplisia kering. Sortasi dapat dilakukan dengan atau secara mekanik
(Anonim, 1985).
Setelah di lakukan sortasi daun seledri dan buah cabai di cuci.
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM (Anonim, 1985).

Kemudian buah cabai di lakukan perajangan. Pemotongan/Perajangan


merupakan cara pengecilan ukuran dengan menghantamkan ujung suatu
benda tajam pada bahan yang dipotong. Struktur permukaan yang terbentuk
oleh proses pemotongan relatif halus, pemotongan lebih cocok dilakukan
untuk sayuran dan bahan lain yang berserat (Anonim, 1985).

Perajangan bahan dapat dilakukan secara manual dengan pisau yang


tajam dan terbuat dari stainlees ataupun dengan mesin pemotong/ perajang.
Bentuk irisan split atau slice tergantung tujuan pemakaian. Untuk tujuan
mendapatkan minyak atsiri yang tinggi, bentuk irisan sebaiknya adalah
membujur (split) dan jika ingin bahan lebih cepat kering bentuk irisan
sebaiknya melintang (slice). Perajangan terlalu tipis dapat mengurangi zat
aktif yang terkandung dalam bahan. Sedangkan jika terlalu tebal, maka
pengurangan kadar air dalam bahan agak sulit dan memerlukan waktu yang
lama dalam penjemuran dan kemungkinan besar bahan mudah ditumbuhi
oleh jamur (Sembiring, 2007).

Setelah itu, daun seledri dan buah cabai dikeringkan dengan panas
sinar matahari, kemudian dilanjutkan dengan pengeringan dalam oven
dengan suhu 60oC sampai kering. Pengeringan merupakan kegiatan yang
paling penting dalam pengolahan tanaman obat, kualitas produk yang
digunakan sangat dipengaruhi oleh proses pengeringan yang dilakukan
(Mahapatra et al, 2009).

Terdapat berbagai metode dalam pengeringan yaitu antara lain


pengeringan dengan sinar matahari langsung, pengeringan dengan oven,
dan kering angin. Pengeringan dengan matahari langsung merupakan proses
pengeringan yang paling ekonomis dan paling mudah dilakukan, akan tetapi
dari segi kualitas alat pengering buatan (oven) akan memberikan produk
yang lebih baik. Sinar ultra violet dari matahari juga menimbulkan
kerusakan pada kandungan kimia bahan yang dikeringkan (Pramono, 2006).
Pengeringan dengan oven dianggap lebih menguntungkan karena akan
terjadi pengurangan kadar air dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat
(Muller et al, 2006), akan tetapi penggunaan suhu yang terlampau tinggi
dapat meningkatkan biaya produksi selain itu terjadi perubahan biokimia
sehingga mengurangi kualitas produk yang dihasilkan sedang metode kering
angin dianggap murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan
simplisia (Pramono, 2006).

Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan simplisia yang tidak


mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama,
dengan mengurangi kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia (Anonim, 1985).
Selanjutnya, dilakukan sortasi kering dan ditimbang untuk
menghitung rendemennya. Rendemen simplisia daun seledri yang
dihasilkan dari praktikum kali ini adalah 25 . Berat awal simplisia daun
seledri yang dipakai yaitu 120 gram, dan berat akhir simplisia yang
dihasilkan yaitu 30 gram. Sedangkan rendemen simplisia buah cabai yang
dihasilkan dari praktikum kali ini adalah 19,04. Berat awal simplisia buah
cabai yang dipakai yaitu 210 gram, dan berat akhir simplisia yang
dihasilkan yaitu 40 gram.
Kemudian dilanjutkan dengan pengepakan dan penyimpanan. Pada
penyimpanan simplisia perlu diperhatikan beberapa hal yang dapat
mengakibatkan kerusakan simplisia yaitu cara pengepakan, pembungkusan,
pewadahan, persyaratan gudang simplisia, cara sortasi, dan pemeriksaan
mutu, serta cara pengawetannya penyebab kerusakan pada simplisia yang
utama adalah air dan kelembaban (Anonim, 1985).
VI. Kesimpulan
Pembuatan simplisia diawali dengam tahapan-tahapan yaitu setelah
dilakukannya pasca panen yaitu sortasi basah, pencucian, perajangan,
pengeringan, sortasi kering, pengemasan dan penyimpanan.Simplisia yang
telah dibuat adalah dari daun seledri apium graveolens, dan buah cabai
capsicum annum L.
Rendemen yang diperoleh dari simplisa yang telah mengalami proses
pengeringan yaitu untuk daun seledri 25 dan untuk buah cabai 19,04.

VII. Daftar Pustaka


Anonim, 1979, Farmakope Indonesia III, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 1985, Cara Pembuatan Simplisia, Depkes RI, Jakarta.
Anonim, 2010, Suplemen I Farmakope Herbal Indonesia, Kemenkes RI,
Jakarta.
Backer, C.A, Bakhuizen van den Brink, 1963, Flora of Java
(Spermatophytes Only) Vol. I, Wolter-Noordhoff, NVP., Groningen.
Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia Jilid V, Ditjen POM, Jakarta.
Haryoto, 2009, Bertanam Seledri secara Hidroponik, Kanisius, Yogyakarta.
Mahapatra, A.K, dan C.N. Nguyen, 2009, Drying Of Medical Plant, ISHS
Acta Holticulturae 756, Internasional Symposium on Medical and
Neutraceutical Plants.
Muller, J dan Heindl, 2006, Drying Of Medical Plants In R.J. Bogers,
L.E.Cracer, dan D> Lange (eds), Medical and Aromatic Plant,
springer, The Netherland.
Napitupulu, T. E. M, 2002, Evaluasi Pengembangan Buah-Buahan di
Wilayah Barat (Sumatera), Ditjen, Medan.
Pramono, S, 2006, Penanganan Pasca Panen Dan Pengaruhnya Terhadap
Efek Terapi Obat Alami. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia XXVIII, Bogor.
Sembiring, Bagem, 2007, Teknologi Penyiapan Simplisia Terstandar
Tanaman Obat, Warta Puslitbangbun, Vol 13 Nomor 2.
Syukur M, S. Sujiprihati, dan R. Yunianti, 2012, Teknik Pemuliaan
Tanaman, Penebar Swadaya, Jakarta.
VIII. Lampiran
Jawaban Pertanyaan :
1. Tuliskan nama latin dari simplisia berikut :
a. Akar Kayu Manis : Glycyrrhiza glabra Radix
b. Daun Jambu Biji : Psidium guajava Folium
c. Kulit Buah Manggis : Garciia mangostana Pericarp

2. Sebutkan tujuan pengelolaan pascapanen tumbuhan obat!


Jawab : Tujuan pengelolaan pascapanen tumbuhan obat adalah agar
dapat membuat simplisia nabati dari tumbuhan obat dengan
harapan kandungan zat aktif tidak rusak dan dapat disimpan
dalam waktu yang lama.

3. Sebutkan urutan proses pengelolaan pascapanen tumbuhan obat beserta


tujuan dari masing-masing proses!
Jawab :
a. Sortasi Basah : Sortasi basah dilakukan pada saat bahan masih segar.
Proses ini untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya dari bahan simplisia.
b. Pencucian : Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan
pengotor lainnya yang melekat pada bahan simplisia.
c. Perajangan : Perajangan untuk mengecilkan ukuran dengan
menghantamkan ujung suatu benda tajam pada bahan yang dipotong.
d. Pengeringan : Tujuan pengeringan adalah untuk mendapatkan
simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam
waktu yang lebih lama, dengan mengurangi kadar air dan
menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
e. Sortasi Kering : Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing
seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran
lain yang masih tertinggal pada simplisia kering
f. Pengepakan dan penyimpanan : Tujuannya agar simplisia dapat
disimpan dalam waktu lama dan tidak mudah rusak.

4. Berikan satu contoh penanganan pascapanen untuk simplisia rimpang


(rhizoma)
Jawab : Mempelajari teknik pasca panen pada simplisia rimpang.
Penanganan pasaca panen ini akan berpengaruh terhadap
mutu simplisia yang akan dibuat bahan baku obat. Untuk
mengetahui pengaruh pasca panen tanaman obat terhadap
mutu dan kandungan simplisia, dapat dilakukan uji kontrol
kualitas simplisia. Uji-uji yang dilakukan meliputi uji kadar
minyak atsiri, susut pengeringan, kadar zat aktif dan uji kadr
air. Uji ini dapat ditindaklanjuti sebagai standarisasi
simplisia untuk bahan obat.
Penanganan pasca panen tumbuhan obat pada intinya adalah
membuat simplisia yang baik, benar dan memenuhi syarat.
Untuk itu perlu penanganan yang teliti pada setiap tahap
teknologi pasca panen. Tahap-tahap tersebut meliputi sortasi
basah, pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi
kering, pengepakan, dan penyimpanan.

Anda mungkin juga menyukai