Anda di halaman 1dari 16

NASKAH PATOLOGI KLINIK

“HEMATOLOGI”

KELOMPOK :5
KELAS :A
NAMA ANGGOTA :
LAUDI 2016210136
LIA OKTAVINA 2016210138
MUHAMMAD ZULFIAN 2016210158
NAURA NAZIFAH 2016210167
NURMA SUKMAWATI 2016210176
OSYANA CANDRA 2016210180

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
2018
Pengertian Hematologi :
Hematologi, dapat dieja juga sebagai haematologi (dari bahasa Yunani yaitu αἷμα , haima
"darah," dan -λoγία, logi "ilmu"), adalah cabang ilmu kedokteran yang berkaitan dengan studi,
diagnosis, pengobatan, dan pencegahan penyakit yang berhubungan dengan darah.

Sedangkan menurut American SocietyofHematology, menyebutkan bahwa pengertian


dari hematologi ialah studi tentang darah baik kesehatan dan juga penyakit. Termasuk
didalamnya adalah masalah dengan sel darah merah, sel darah putih, trombosit, pembuluh
darah, sumsum tulang, kelenjar getah bening, limpa, dan protein yang terlibat dalam
perdarahan dan pembekuan (hemostasis dan trombosis).

Secara umum, hematologi terbagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah yang
dipelajari, yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), Plasma darah dan
pembekuan darah. Namun kami akan membahas hasil laboratorium dari hasil pemeriksaan
darah.
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
Pemeriksaan hematologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan
darah dan komponen-komponennya. Darah terdiri dari bagian padat yaitu sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), trombosit dan bagian cairan yang berwarna kekuningan
yang disebut plasma. Pemeriksaan hematologi rutin dapat menentukan kualitas kesehatan.
Pemeriksaan hematologi yang umum dilakukan untuk menyelidiki masalah hematologi terdiri
dari:

 Hitung darah lengkap


 Sediaan apus darah

Hematologi dalam hasil laboratorium menunjukkan hasil uji terhadap sampel darah. Jenis
pemeriksaan hematologi antara lain:

Jenis pemeriksaan satuan nilai rujukan

Hematologi rutin (Hb, Lk, hitung jenis, Trb, LED)

Leukosit (WBC) ribu/µL 5-10

Hemoglobin g/dL P 12-15


Trombosit (PLT)) ribu/µL 150-400

LED (ESR) (Westergren) mm/l jam P<20

Hitung jenis leukosit

 Basofil  %  0-1
 Eusinofil  %  1-3
 Batang  %  2-6
 Segmen  %  50-70
 Limfosit  %  20-40
 Monosit  %  2-8
 Hematokrit  %  P 37-43

Pemeriksaan Hematologi bertujuan untuk :


1. Mendeteksi kelainan hematologi (anemia atau leukemia) di mana diduga ada kelainan
jumlah dan fungsi dari sel-sel darah.
2. Mendeteksi penyakit pendarahan yang menunjukkan kelainan faal hemostasis.
3. Membantu diagnosis penyakit infeksi dengan melihat kenaikan atau penurunan jumlah
leukosit serta hitung jenisnya.
4. Mengetahui kelainan sistemik pada hati dan ginjal yang dapat mempengaruhi sel darah
baik bentuk atau fungsinya.
Pemeriksaan hematologi lengkap
terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, dan hitung jenis di mana pemeriksaan ini dikerjakan
untuk menunjang diagnosis penyakit.
 Eritrosit (sel darah merah)
Berfungsi membawa oksigen keseluruh tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
keadaan anemia, polisitermia (peningkatan jumlah eritrosit, hb, atau hematokrit. Kehilangan
30 – 40% eritrosit dengan penurunan Hb <>6
/µl) sedang untuk perempuan 4,2 – 5,4 (106/µl)
 Leukosit (sel darah putih)
Berfungsi melindungi tubuh melawan infeksi bakteri dan virus. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui kelainan sel darah putih yang bertanggungjawab terhadap imunitas tubuh,
evaluasi infeksi bakteri dan virus, proses metabolik toksik dan diagnosis keadaan leukemia.
Nilai normal leukosit adalah 4,80 – 10,8 (103/µl)
1. Klasifikasi leukosit : ada lima jenis leukosit dalam sirkulasi darah, yang dibedakan
berdasarkan ukuran, bentuk nukleus.
a. Granulosit
i. Neutrofil mencapai 60% dari jumlah sel darah putih
- Struktur : neutrofil memiliki granula kecil berwarna merah muda dalam
sitoplasmanya. Nukleusnya memiliki tiga-lima lobus yang terhubungkan dengan
benang kromatin tipis. Diameternya mencapai 9 um – 12 um.
- Fungsi : neutrofil sangat fagositik dan aktif, untuk menyerang dan menghancurkan
bakteri, virus, atau agens penyebab cedera lainnya.
ii. Eusinofil mencapai 1-30% jumlah sel darah putih
- Struktur : eusinofil memiliki granula sitoplasma yang kasar dan besar, dengan
pewarnaan oranye kemerahan, memiliki nukleus berlobus dua dan berdiameter 12
um-15 um.
- Fungsi :
 fagositik lemah, jumlahnya meningkat saat terjadi alergi atau penyakit parasit dan
akan menurun akibat stress berkepanjangan.
 Mengandung peroksidase dan fosfatase, enzim yang mampu menguraikan protein.
 Berfungsi dalam detoksifikasi histamin yang di produksi oleh sel mast dan jaringan
yang cedera saat inflamasi berlangsung.
iii. Basofil mencapai < 1% jumlah leukosit
- Struktur : memiliki sejumlah granula sitoplasma besar yang bentuknya tidak
berarutan dan akan berwarna keunguan sampai hitam serta memperlihatkan nukleus
berbentuk S diameternya sekitar 12-15 um
- Fungsi : menyerupai fungsi sel mast, mengandung histamin, mungkin untuk
meningkatkan aliran darah ke jaringan yang cedera, dan juga antikoagulan heparin,
dan mungkin dapat membantu mencegah penggumpalan darah intravaskular.

b. Agranulosit , leukosit tanpa granula sitoplasma : limfosit dan monosit


i) Limfosit mencapai 30% jumlah total leukosit dalam darah, dan sebagian bessar
ditemukan di jaringan limfatik. Rentang hidupnya dapat mencapai beberapa tahun.
- Struktur, mengandung nukleus bulat berwarna biru gelap yang di kelilingi lapisan
tipis sitoplasma, dan ukurannya bervariasi ( terkecil 5-8 um, terbesar 15 um)
- Asal dan fungsi : berasal dari sel-sel batang sumsum tulang merah, tetapi
melanjutkan diferensiasi dan proliferasi dalam organ lain.
ii) Monosit, mencapai 3-88% jumlah total eritrosit.
- Struktur : merupakan sel darah terbesar, diameternya 12-18 um
- Fungsi : sangat fagositik dan sangat aktif, siap bermigrasi melalui pembuluh darah,
dan jika telah meninggalkan aliran darah, sel ini menjadi histosit jaringan atau
makrofag tetap.
 Hemoglobin (Hb)
Merupakan protein yang terdapat dalam eritrosit yang berfungsi membawa oksigen ke dalam
tubuh. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan kosentrasi Hb pada komponen darah,
evaluasi anemia hemolitik (anemia yang disebabkan rusaknya eritrosit lebih cepat). Nilai
normal untuk laki-laki adalah 14 – 18 (g/dL). dan untuk perempuan 12 – 16 (g/dL).
 Hematokrit
Merupakan perbandingan antara sel-sel darah merah, sel-sel darah putih dan sel trombosit
dengan plasma darah. Pemeriksaan hematokrit dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan Hb
dan eritrosit yang digunakan untuk menentukan keadaan anemia, kehilangan darah, anemia
hemolitik, polisitemia. Nilai normal untuk laki-laki adalah 42 – 52 % sedang untuk perempuan
adalah 37 – 47%.
 Nilai-nilai MC
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui ukuran serta kandungan hemoglobin dalam sel
darah merah.
 Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH)
Untuk mengetahui rata-rata banyaknya hemoglobin yang terdapat dalam eritrosit, untuk
mendiagnosis keadaan thalassemia dan kelainan hemoglobin lainnya. Nilai normalnya adalah
27 – 31 pg.
 Mean Corpuscular Volume (MCV)
Adalah volume rata-rata sebuah eritrosit yang dapat digunakan untuk mendiagnosis keadaan
thalassemia dan kelainan hemoglobin lainnya. Nilai normal untuk laki-laki adalah 80 – 94 fL
sedang untuk perempuan adalah 81 – 99 fL.
 Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
Adalah konsentrasi hemoglobin pada volume eritrosit, pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan keadaan anemia. Nilai normalnya adalah 33 – 37 g/dL
Beberapa keadaan anemia menunjukkan MCH rendah dan MCV rendah (hipokromik dan
mikrositik) disebabkan oleh defisiensi besi, thalassemia dan anemia karena penyakit kronik.
Sedangkan MCH tinggi dan MCV tinggi (hiperkromik dan makrositik) disebabkan oleh anemia
megaloblastik, yaitu defisiensi asam folat atau defisiensi vitamin B12 dan disebabkan oleh
periode awal setelah perdarahan.
 Trombosit
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi, diagnosis dan pemantauan perdarahan,
leukemia, gangguan pembekuan darah (disseminated intravascular coagulation. DIC) dan
lainnya. Dengan nilai normal 150 -450 (103/µl)
Ruang Lingkup Diabetes

1. INSULIN
 Insulin merupakan hormon polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino yang tersusun
dalam 2 rantai; rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino.
Preparat insulin didapat dari ekstraksi pankreas babi atau sapi, berupa kristal putih tidak
berbau. Struktur insulin berbagai spesies berbeda dalam susunan asam aminonya. Insulin
disintesis oleh sel ßpulau Langerhans dari proinsulin. Proinslin merupakan polipeptida
rantai tunggal dengan 86 asam amino. Proinsulin berubah menjadi insulin dengan
kehilangan 4 asam amino ( 31,32,64,65) dan lepasnya rantai asam amino dari ke 33 sampai
ke 63 yang menjadi peptida penghubung (C-peptideconnectingpeptide ).
 Proinsulin disintesis dalam elemen poliribosom retikulum endoplasmik sel ß pankreas.
Prohormon tersebut ditransfer ke kompleks golgi di tempat inilah mulai terjadi perubahan
proinsulin menjadi insulin dan ke granula. Bila sel ß tersebut terangsang, dari granula
tersebut akan keluar sejumlah ekuimolar insulin dan peptida-C kesirkulasi dan hal tersebut
tidak memiliki efek biologis namun dapat menjadi marker adanya sekresi insulin.
 Pengaturan sekresi insulin, sekresi insulin diatur ketat dengan mendapatkan kadar glukosa
darah yang tidak stabil baik sesudah makan atau waktu puasa. Hal ini dapat dicapai karena
adanya koordinasi peran berbagai nutrien, hormon saluran cerna, hormon pankreas dan
neurotransmitter otonom. Glukosa, asam amino, asam lemak, dan benda keton akan
merangsang sekresi insulin. Sel-sel langerhansdipersarafi saraf adrenergik dan kolinergik.
Stimulasi reseptor∝ −2adrenergik menghambat sekresi insulin, sedang ß-2 adrenergik
agonis dan stimulasi saraf vagus akan merangsang sekresi.
 Distribusi dan metabolisme insulin, insulin dalam darah beredar sebagai monomer,
volume distribusinya hampir sama dengan volume cairan ekstra sel. Pada keadaan puasa
sekresi insulin ke vena porta sekitar 40 ug [ 1 unit (U) ] perjam, untuk mencapai kadar 2-
4mg/mL (50-100 𝜇 U/mL) dalam sirkulasi portal dan di sirkulasi perifer 0.5 ng/mL (
12 𝜇 U/mL) atau sekitar 0,1 nM. Setelah makan, kadarnya dalam darah portal cepat
meningkat tetapi peningkatannya di perifer sedikit lebih rendah.
 Pada orang normal dan pasien DM tanpa komplikasi , masa paruh insulin di plasma
sekitar 5-6 menit , pada DM mempunyai antibodi antiinsulin nilai tersebut memanjang.
Proinsulin masa paruhnya lebih panjang (±17 menit). Insulin dalam peredaran darah
didistribusi ke seluruh tubuh melalui cairan ekstrasel.
 Degrasinya terjadi di hepar, ginjal, dan otak dan sekitar 50% insulin di hepar akan dirusak
dan tidak akan mencapai sirkulasi sistemik. Hormon ini mengalami filtrasi glomeruli dan
reabsorbsi serta degrasi di tubuli ginjal. Gangguan fungsi ginjal yang berat dapat
mempengaruhi eliminasi insulin.
 Ada dua enzim yang berperan pada degradasi insulin yaitu 1. Enzim glutation insulin
transhidrogenase yang menggunakan glutation tereduksi untuk memecah jembatan sulfida
dan 2. Enzim proteolitik yang memecah rantai asam amino , akibat pemecahan jembatan
disulfida maka rantai A bebas dapat ditemukan dalam plasma dan urin.
2. Mekanisme kerja
Kerja insulin di sel,

Insulin mempercepat masuknya glukosa ke sel otot rangka dan adiposa. Insulin masuk ke
reseptor 𝛼 di luar sel kemudian ke reseptor ß didalam sel. Selanjutnya merangsang fosforilasi
intrasel yang kompleks, berakhir dengan pembentukan transpor glukosa (GLUT 4). Kemudian
GLUT 4 ditranslokasi ke dinding sel, glukosa masuk ke sel melalui GLUT 4. Dalam sel,
digunakan untuk metabolisme atau disimpan sebagai glikogen atau trigliserida.

3. Peran insulin
A. Hepar
Gukosa yang berasal dari absorpsi makanan di intestin dialirkan ke hepar
melalui vena porta, sebagian glukosa akan disimpan sebagai glikogen. Pada saat ini
kadar glukosa di vena porta lebih tinggi dari vena hepatika. Setelah absorpsi selesai
glikogen hepar dipecah lagi menjadi glukosa, sehingga kadar glukosa di vena
hepatika lebih tinggi dari vena porta. Jadi, hepar berperan sebagai glukostat. Pada
keadaan normal glikogen di hepar cukup untuk mempertahankan kadar glukosa
untuk beberapa hari, tetapi bila fungsi hepar terganggu akan mudah terjadi
hipoglikemia atau hiperglikemia.
B. Pankreas
Peran insulin dan glukagon penting dalam metabolisme karbohidrat.
Glukagon menyebabkan glukogenolisis dengan merangsang adenisuklase, enzim
yang dibutuhkan untuk mengaktifkan fosforilase. Enzim fosforilase penting untuk
glikogenolisis. Bila cadangan glikogen hepar menurun maka glukoneogenesis akan
lebih aktif.
C. Kerja fisik
Tanpa insulin, kontraksi otot dapat menyebabkan glukosa lebih banyak masuk
kedalam sel. Karenanya pasien DM sangat dianjurkan untuk melakukan olahraga
secara teratur agar tidak terlalu banyak memerlukan insulin. Pasien DM yang
bekerja keras harus mendapat ekstra kalori atau dosis insulin harus dikurangi.

4. Diabetes melitus dan peran insulin


Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindroma klinik yang ditandain dengan
poliuri, polidipsi, dan polifagi, disertai peningkatan kadar glukosa darah atau
hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126mg/dL atau postprandial ≥ 200mg/dL atau glukosa
sewaktu ≥200mg/dL). Bila DM tidak segera diatasi akan terjadi gangguan metabolisme
lemak dan protein, dan risiko terjadinya gangguan mikrovaskular atau makrovaskular
meningkat.
Melihat etiologinya DM dapat dibedakan menjadi :
DM tipe 1, adanya gangguan produksi insulin akibat penyakit autoimun atau idiopatik.
Tipe ini sering disebut insulin dependent diabetes melitus atau IDDM karena pasien
mutlak membutuhkan insulin.
DM tipe 2, akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. DM tipe 2 ini tidak
selalu dibutuhkan insulin, kadang – kadang cukup dengan diet dan pemberian
antidiabetik oral. Karenanya tipe ini juga disebut non insulin dependent diabetes melitus
atau NIDDM. Jenis lain lagi, misalnya gestational diabetes mellitus, DM pada
kehamilan, DM akibat penyakit endokrin atau pankreas atau akibat penggunaan obat.
Hiperglisemia timbul akibat berkurangnya insulin sehingga glukosa darah tidak
dapat masuk ke sel – sel otot, jaringan adiposa atau hepar dan metabolismenya juga
terganggu. Dalam keadaan normal, kira kira 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air. 5% diubah menjadi glikogen dan kira –
kira 30-40% diubah menjadi lemak. Pada DM semua proses tersebut terganggu, glukosa
tidak dapat masuk ke sel hingga energi terutama diperoleh dari metabolisme protein
dan lemak.
Zat keton merupakan sumber energi yang berguna terutama pada saat berpuasa,
namun metabolisme zat keton pada pasien DM meningkat, karena jumlahnya yang
terbentuk lebih banyak daripada yang dimetabolisme. Sistem bufer ditubuh berusaha
menetralkan perubahan PH yang ditimbulkannya, tetapi bila ketosis yang timbul terlalu
hebat maka PH darah akhirnya menurun juga.
Kedadaan ini diklinik ditandai dengan nafas yang cepat dan dalam, disebut
pernafasan kussmaul, disertain adanya bau aseton serta urin berbau asam.

5. Terapi insulin
Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara. Antara lain yaitu,
intravena, intramuskuler, dan umumnya pada penggunaan jangka panjang lebih disukai
pemberian subkutan (SK). Cara pemberian ini berbeda dengan keadaan sekresi insulin
yang cepat. Pada pemberian subkutan insulin akan berdifusi ke sirkulasi perifer yang
seharusnya langsung masuk ke sirkulasi portal, karenanya efek langsung hormon ini
pada hepar menjadi kurang.
Preparat insulin dapat dibedakan berdasarkan lama kerja (kerja cepat, sedang,
dan panjang), atau dibedakan berdasarkan asal spesiesnya (human dan porcine). Human
insulin merupakan hasil teknologi rekombinan DNA, dalam laritan yang cair lebih larut
dari porcine insulin, karena adanya treonin (di tempat alanin) dan mempunyai ekstra
gugus hidroksil. Sekarang ini sebagian besar preparat insulin berada pada PH netral
sehingga lebih stabil dan dapat disimpan untuk beberapa hari pada suhu ruangan.
Satuan dosis

INFORMASI OBAT (ANTIDIABETIK ORAL)


Ada lima golongan antidiabetik oral (ADO) yang dapat digunakan untuk DM dan telah
dipasarkan di Indonesia yakni golongan : sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penghambat ∝
glikosidase, dan tiazelidinedion.
Kita lebih fokuskan pada golongan biguanid.
BIGUANID
Dikenal 3 jenis dari ADO dari golongan biguanid: fenformin, buformin, dan metformin.
Namun yang pertama telah ditarik dari peredaran karena sering menyebabkan asidosis laktat.
Sekarang banyak digunakan adalah metformin.
Metformin
 Mekanisme kerja : metformin menurunkan produksi glukosa dihepar dan
meningkatkan sensitifitas jaringan otot dan adiposeterhadao insulin. Efek ini terjadi
karena adanya aktivasikinase di sel (AMP-activated protein kinase). Meski masih
kontroversial, adanya penurunan produksi glukosa hepar, banyak data yang
menunjukkan bahwa efeknya terjadi akibat penurunan glukoneogenesis. Preparat ini
tidak mempunyai efek yang berarti pada sekresi glukagon, kortisol, hormone
pertumbuhan, dan somatostatin. Metformin oral akan mengalami absorbsi di intestin
dalam darah tidak terikat protein plasma, eksresinya melalui urin dalam keadaan utuh.
Masa paruhnya sekitar 2 jam.
 Dosis awal 2x500 mg, umumnya dosis pemeliharaan 3x500 mg, dosis maksimal 2,5
gram. Obat diminum pada waktu makan. Pasien DM yang tidak memberikan respon
pada sulfonilurea dapat diatasi dengan pemberian metformin atau dapat pula
dikombinasi dengan insulin atau sulfonilurea.
 Efek samping : hampir 20% pasien yang mengkonsumsimetformin mengalami mual,
muntah, diare serta kecap logam, tetapi dengan menurunkan dosis, keluhan-keluhan
tersebut dapat hilang.
 Indikasi : sediaan biguanid tidak dapat menggantikan fungsi insulin endogen, dan
digunakan pada terapi diabetes dewasa. Dari berbagai derivat biguanid data fenformin
yang paling banyak terkumpul di Indonesia namun berbahaya karena dapat
menyebabkan asidosis laktat yang mungkin ditimbulkannya. Maka di Eropa fenformin
digantikan dengan metformin yang kerjanya serupa dengan fenformin tetapi diduga
lebih sedikit menyebabkan asidosis laktat. Dosis metformin ialah 1-3 gram sehari
dibagi dalam dua atau tiga kali pemberian.
 Kontraindikasi :biguanid tidak boleh diberikan pada kehamilan, pasien penyakit hepar
berat, penyakit ginjal dengan uremia dan penyakit jantung kongesif dan penyakit paru
dengan hipoksia kronis. Pada pasien yang akan diberikan zat kontras intravena atau
yang akan dioperasi, pemberian obat ini sebaiknya dihentikan dulu.
Bahasan mengenai hasil laboratorium hematologi
Tahap – tahap pemeriksaan
1) Pre analitik :
Nama : Ny. Nyi (identitas samaran)
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Tanggal periksa : 26-09-2018
Keterangan : diwajibkan dokter untuk konsumsi metformin dan setiap 3
bulan diharuskan tes lab.
Pemeriksaan :
 Spesimen : Urin
 Sampel : Urin + Pengawet

Parameter Hasil Nilai Normal


Urinalisis
Glukosa +++ Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Keton + Negatif
Berat Jenis 1.020. 1.000-1.030
Darah Negatif Negatif
pH 5.5 5,0 – 8,5
protein Negatif Negatif
Urobilinogen 0.2 mg/dL Negatif atau 0,2 mg/dL
Nitrit Negatif Negatif
Lekosit Esterase Negatif Negatif

Hematologi
RBC(Red Blood Cells) 4.6 x 1012/L 4.5 – 5.9 (4.5 – 5.5)
(juta/ul)

HGB(Haemoglobin) 12.4 12-16 gr/dL


HCT(Hematocrit) 42.1 37 – 43 %
MCV(Mean Corpuscular 82.9
Volume)
MCH(Mean Corpuscular 26.3
Haemoglobin)
MCHC(Mean Corpuscular 30.4
Haemoglobin Consentration)
RDW (RBC Distribution 10.2
Width)
WBC (White Blood Cells) 12.9 X 109/L 4000-10.000/mm3
N(Neutrofil) 24%
L (Limfosit) 73% 20 – 35%
M (Monosit) 0% 2 – 8 (%)
E (Eusinofil) 3% 1 – 4%
B (Basofil) 0% 0 – 1 (%)

PLT (Plateletes) 333X109/L 150-400x109/L

2) Analitik :
 Metode yang digunakan : Urinalisis (Metode Dipstick),Hematologi (Blood Cell
Counter)
 Pemeriksaan Urin yakni :
-Kadar Glukosa,Bilirubin,Keton,Berat Jenis,Darah,pH.Protein,Urobilinogen,Nitrit
dan lekosit esterase
 Pemeriksaan Darah yakni:
- kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, hematokrit, nilai eritrosit rerata (nilai NER), jumlah
leukosit,MCHC,MCV,MCH
- pemeriksaan hitung jenis leukosit (differential leukosit)
- Pemeriksaan jumlah platelet
3) Post analitik :
 Hasil Urinalisis :
 Glukosa didapatkan hasil (+++) ,sementara nilai normal/rujukan adalah negatif (-
),hal ini menandakan adanya kelainan fisiologis pada sistem urinaria sehingga
glukosa tidak disaring lagi kedalam dari ketika urin diabsorbsi atau kelainan atau
kerusakan pada pankreas yang mengakibatkan kurangnya hormon insulin yang
disekresi sehingga glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel dan terus menumpuk di
darah hingga akhirnya masuk dalam sistem penyaringan urin dimana jumlahnya
terlalu banyak sehingga tidak dapat diabsorbsi semua oleh ginjal dan lolos kedalam
urin.Adanya glukosa dalam urin ini dapat menandakan adanya kondisi penyakit
diabeter maelitus baik tipe I maupun II tetapi perlu diagnostik lebih lanjut dari
dokter.
 Bilirubin didapatkan hasil Negatif (-) sesuai dengan nilai normal/rujukan yang juga
bernilai negatif (-),Bilirubinuria (bilirubin dalam urin) mengindikasikan gangguan
hati atau saluran empedu, seperti pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksiosa,
toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai ikterik. Urin
yang mengadung bilirubin yang tinggi tampak berwarna kuning pekat, dan jika
digoncang-goncangkan akan timbul busa.
 Keton didapatkan hasil positif (+),sementara nilai rujukan/normal adalah negatif (-)
Keton adalah asam yang dibuat ketika tubuh mulai menggunakan lemak, bukan
karbohidrat,untuk energi.Adanya keton dalam urin dapat menandakan kekurangan
insulin dalam tubuh sehingga tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi
karena glukosa tidak dapat masuk kedalam sel,salah satu penyebab kurangnya
insulin pada tubuh adalah penyakit diabetes maelitus.
 Berat Jenis didapatkan hasil 1020 yang masih masuk kedalam range
rujukan/normal,Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih,
menunjukkan bahwa kinerja ginjal baik.Keadaan ini dapat dijumpai padapenderita
dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urinkurang dari 1,009 dapat
disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan,hipotermi, alkalosis dan kegagalan
ginjal yang menahun (Wirawan dkk.,1983). Berat jenis yang rendah ini bisa
disebabkan oleh banyak minum,udara dingin, dan diabetes insipidus. Berat jenis
yang tinggi disebabkanoleh dehidrasi, proteinuria, dan diabetes mellitus
 Darah didapatkan hasil negatif(-) yang sesuai dengan nilai rujukan/normal yaitu
negatif(-),Ketidakadaan darah dalam urin menandakan sistem filtrasi dan reabsorbsi
ginjal masih berfunsi dengan baik.
 pH pada urin yang didapat adalah 5,5 yang masih masuk ke dalam nilai
rujukan/normal test pH urin,nilai diluar range dapat menandakan adanya gangguan
homeostatis tubuh seperti asidosis atau alkalosis.
 Protein didapat hasil negatif yang sesuai dengan nilai rujukan/normal yang juga
bernilai negatif (-) ,adanya protein dalam urin dapat menandakan adanya kerusakan
fungsi ginjal sehinggal protein/albumin dalam darah tidak terabsorbsi kembali ke
dalam darah dan lolos ke dalam urin.
 Urobilinogen didapat nilai 0,2mg/dl yang masih masuk ke dalam range
normal,Urobilinogen adalah zat yang diproduksi setelah bakteri sistem pencernaan
mengurai bilirubin. Rendahnya kadar urobilinogen di dalam urine bisa
mengindikasikan pasien menderita penyakit kuning post-hepatic. Sedangkan
tingginya kadar urobilinogen di dalam urine bisa berarti pasien menderita penyakit
kuning pre-hepatic atau intra-hepatic.
 Nitrit didapat hasil negatif yang sesuai dengan nilai normal,adanya nitrit dalam urin
dapat menandakan terjadinya infeksi bakteri di saluran kemih,karena nitrit berasal
dari nitrat yang dimetabolisme oleh bakteri patogen menjadi nitrit.
 Lekosit esterase didapatkan hasil negatif sesuai dengan nilai rujukan/normal.Hasil
tes lekosit esterase positif mengindikasikan kehadiran sel-sel lekosit (granulosit),
baik secara utuh atau sebagai sel yang lisis. Limfosit tidak memiliki memiliki
aktivitas esterase sehingga tidak akan memberikan hasil positif.Temuan
laboratorium negatif palsu dapat terjadi bila kadar glukosa urine tinggi (>500mg/dl),
protein urine tinggi (>300mg/dl), berat jenis urine tinggi, kadar asam oksalat tinggi,
dan urine mengandung cephaloxin, cephalothin, tetrasiklin. Temuan positif palsu
pada penggunaan pengawet formaldehid. Urine basi dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.

 Hasil Hematologi:
 Hemoglobin didapat hasil 12,4g/dl didapat pada rujukan lab klinik dengan jenis
kelamin w (11,7-15,5 g/dl) memasuki range normal, berarti hemaglobin ny.nyi
normal, mendapatkan oksigen yang baik sehingga oksigen yang dibawa darah ke
jaringan ialah normal dan tidak dipengaruhi oleh faktor lain, dan hormon
eritropoietin yang di hasilkan pada ginjal yang berkaitan dengan hemoglobin pun
berfungsi dengan baik.
 Hematokrit : yang diuji dengan secara sentrifugasi, hasil yang didapat 42,1 vol %
dengan nilai rujukan pada lab klinik, wanita (35-48) dikatakan hasil normal,
dimana hematokrit berhubungan dengan hemoglobin, hemoglobin pada pasien
ialah normal maka hematokrit pun normal dan pasien mendapatkan kecukupan
mineral, oksigen, elektrolit dan mendapatkan asupan cairan (oksigen,mineral) yang
baik pula. Dan dapat dikatakan pada pasien dalam keadaan normal tidak dalam
keadaan anemia, kehilangan darah, anemia hemolitik atau polisitemia.
 Thrombosit : didapat hasil pada Ny.nyi ialah 333 x 109/L dengan nilai rujukan
normal pada lab ialah (150-390 x109/L). Hasil normal, dimana jenis sel darah yang
berfungsi utama dalam proses pembekuan darah (Hemostasis) dan pemantauan
perdarahan atau ganguan pembekuan darah, pada Ny.nyi normal berarti tidak
berada dalam gangguan pada sel darah thrombosit dan dapat dikatakan bahwa
proses koagulasi atau peranan koagulan dalam thrombosit Ny.nyi ialah normal
berjalan dengan normal.
 Leukosit : hasil pada Ny.nyi ialah 12.9 /mm3 dilihat dari nilai rujukan pada lab
ialah (4-10 /mm3), tinggi, ini menandakan bahwa pada pasien sedang dalam
keadaan dibawah normal ( terserang infeksi baik bakteri maupun virus atau dapat
dikatakan bahwa terjadi infeksi/ kerusakan jaringan sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah total leukosit) karena leukosit merupakan parameter yang
berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap invasi adanya bakteri atau virus, dari
klasifikasi pasien Ny. nyi sedang mengkonsumsi obat metformin dimana obat
tersebut merupakan obat untuk pasien diabetes melitus, dan dilihat dari hasil
urinalisis Ny.nyi ialah indeks +3 ini sudah jelas bahwa pasien memang (+) diabetes,
adanya hiperglikemia adanya kadar gula dalam darah dan hiperglukosuria adanya
urin didalam tubuh, suatu diabetes adanya suatu luka atau rusaknya jaringan
tepatnya ialah hormon insulin, dimana hormon insulin tidak dapat atau tidak
mampu bekerja sesuai dengan fungsi normalnya sebagai pengatur regulasi darah
dalam tubuh, adanya suatu sindroma klinik yang ditandai dengan poliuri, polidipsi,
dan polifagi disertai adanya peningkatan glukosa dalam darah dan apabila jika ini
tidak segera ditangani maka akan terjadi gangguan metabolisme. Maka dilhat
bahwa hasil hematologi leukosit Ny.nyi berada diatas rujukan normal, dikarenakan
pula Ny.nyi sedang menjalani pengobatan berjalan meminum ADO (anti diabetik
oral) agar kondisi tubuh yang kelebihan kadar glukosa dapat di atasi, di tanggulangi
dengan pengobatan metformin yang ia konsumsi selama dalam waktu tertentu.
Differential leukosit
 Basofil, hasil 0% dengan rujukan lab (0-1 %) (normal) dimana kadar basofil dari
jumlah leukosit ialah >1% yang dimana ia memiliki fungsi menyerupai sel mast
mengandung histamin yang mungkin meningkatkan aliran darah ke jaringan, dan
juga dapat sebagai antikoagulan heparin. Dan pada pasien didapat jumlah basofil
ialah normal berarti komponen diferential basofil tidak terganggu atau si basofilnya
itu sendiri mengandung histamin yang normal sesuai dengan rujukan.
 Eusinofil, hasil 3%, nilai rujukan lab (1-3%) , kadar eusinofil itu sendiri dalam
leukosit ialah mencapai 1-3%. Pada hasil hematologi Ny.nyi eusinofilnya ialah
normal. Eusinofil memiliki fungsi yakni fagositik lemah yang jumlahnya akan
meningkat apabila saat terjadinya alergi, atau penyakit yang disebabkan oleh
parasit, namun dapat berkurang saat terjadi stress berkepanjangan. Pada pasien ini
awal nya jumlah leukosit berada melewati range namun hanya beberapa dari bagian
jenis leukosit yang mempengaruhi atau dijadikan sebagai parameter bahwa Ny.nyi
di duga sedang mengalami pengobatan diabetes melitus ( ada infeksi peningkatan
kadar gula darah/ defisiensi insulin) nah pada eusinofil ini tidak merupakan sebagai
parameter menunjukkan rusaknya suatu jaringan, namun lebih tepat pada fagositik
lemah yang apabila tubuh terkena adanya invasi asing seperti parasit atau sedang
alergi, dan pasien Ny. nyi tidak sedang alergi maka kadar eusinofil dalam
leukositnya normal.

 Neutrofil : hasil 24%. Dengan rujukan 55-70%, pada Ny.nyi sangat terlihat jelas
bahwa neutrofil berada dalam di bawah range normal (abnormal). Pada suatu
parameter lain neutrofil mencapai 60% dari jumlah leukosit. Pada pasien ini terlihat
jelas hasil hematologi yang didapat ialah 24% sangat dibawah range rujukan
(abnormal). Neutrofil itu sendiri memiliki fungsi kebalikan dari eusinofil, neutrofil
memiliki fungsi fagositik kuat dan sangat aktif. Sel-sel ini sampai disuatu jaringan
terinfeksi untuk menyerang suatu adanya infeksi, virus, invasi asing. Dan pada
kasus ini Ny.nyi ia diduga dari konsumsi obat metformin ialah suatu ADO (anti
diabetik oral) ialah obat yang dikonsumsi oleh pasien yang mengalami defiesiensi
insulin, dimana pasien tersebut adanya suatu sindrom klinik yang disertai adanya
peningkatan kadar glukosa dalam darah pada hasil urinalisis. Selain itu dapat juga
diduga antara DM tipe 1 atau 2 yakni DM tipe 1 : adanya gangguan produksi insulin
akibat adanya penyakit idiopatik atau autoimun, tipe ini sering disebut IDDM
(insulin dependent diabetes melitus) mutlak membutuhkan insulin. DM tipe 2 :
akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Jadi dengan adanya
gangguan pada hormon insulin tersebut diferential leukosit (neutrofil) ini diduga
dapat pula menjelaskan bahwa dari hasil yang abnormal pada Ny. nyi
mempengaruhi pula karena dari fungsi yang fagositik kuat jadi ia menginfokan
bahwa ada suatu disease dalam darah pasien. Dan jelas pula dari konsumsi obat
pasien Ny. nyi ialah metformin yang merupakan salah satu obat antidiabet. Adanya
kadar gula dalam urin, diduga pasien riwayat kencing manis dan ini disebabkan
karna adanya peradangan lebih tepatnya diabetes dapat menyebabkan adanya
infeksi pada jaringan terkadang sangat terlihat pada bagian kaki yang terinfeksi
akibat adanya suatu sepsis, inflamasi pada jaringan (kaki) namun pada pasien tidak
terlihat jelas, maka ini hanya dugaan saja.
 Limfosit : hasil 73%, dalam rujukan lab ialah ( 20-40 %) namun hasil pasien
73% berada abnormal. Dilihat dari hasil urinalisis pasien yakni +3 mengandung
glukosa diduga pasien mengalami suatu riwayat adanya kencing manis, atau dapat
dikatakan sebagai adanya gula dalam urin (glikouria) hal yang bersangkutan
dengan adanya glukosa dalam urin diduga ialah mengalami suatu diabetes. Dilihat
dari leukosit itu sendiri ialah berada dalam keadaan tidak normal dan selain itu
jenis leukosit yang ditunjukan atau menjadi parameter lain ialah pada jenis
neutrofil dan monosit ini ialah agen/parameter suatu adanya infeksi pada pasien.
Dimana kadar limfosit sangat tinggi sekali dari rujukan, dari informasi obat yang
dikonsumsi diduga pasien sedang menjalani pengobatan diabetes, dimana
Diabetes mellitus sering disertai dengan infeksi dan tidak jarang dengan infeksi berat
atau sepsis. Sepsis yaitu suatu respon inflamasi sistemik terhadap infeksi, dimana
patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga terjadi aktivasi proses
inflamasi dan peningkatan kadar gula darah akan mengganggu fungsi fagosit dalam
chemotaxis dan imigrasi sel-sel inflamasi yang akan terakumulasi di tempat peradangan.
 Monosit : hasil 0% , rujukan ( 2-8 %). Monosit memiliki fungsi sebagai fagositik
aktif, sangat aktif, berarti dari penjelasan mengenai jenis leukosit diatas, jenis
leukosit yang memiliki peranan aktif memfagositik, ini berarti menandakan pada
pasien sedang terjadi adanya inflamasi/infeksi. Di duga pasien memiliki riwayat
kencing manis, kadar gula tinggi atau lebih tepat dikatakan sebagai diabetes.
Namun kami belum dapat memdiagnosis secara pasti dalam tipe mana
diabetesnya. Hasil monosit, neutrofil, dan limfosit sudah sangat jelas berada
dalam keadaan abnormal berarti pasien sedang berada dalam keadaan inflamasi
atau infeksi, yang dapat kami duga infeksi karena adanya glukosa dalam urin +3
dan diduga diabetes melitus yang mana salah satu faktor yang memungkinkan
menjadi penyebab mengapa leukosit menurun adalah karena pengaruh insulin,
kadar insulin yang defisiensi hal tersebut mendukung bentuk hubungan yang
didapatkan dari penelitian bahwa leukosit menurun jika gula darah meningkat.
12 12
 Eritrosit : 4,6 x 10 /L dengan nilai rujukan (4.6-6.1 x 10 /L) normal. Dengan
kadar yang normal maka tubuh dan jaringan akan tetap berfungsi dengan baik,
eritrosit atau sel darah merah membawa oksigen darah ke jaringan dengan baik.
Eritrosit tidak mempengaruhi adanya suatu inflamasi seperti pada jenis leukosit
diatas, jadi eritrosit pasien masih dapat berfungsi dengan baik.
Kesimpulan
 Dari hasil Uji urinalisis yang didapat,dapat disimpulkan bahwa nyonya nyi mengidap
penyakit diabeter melitus (tipe 1/2),hal ini didukung oleh hasil uji glukosa pada urin yang
menghasilkan (+++) dan uji keton pada urin yang menghasilkan (+).Kedua kelainan ini
dapat diakibatkan oleh kurangnya insulin dalam tubuh yang biasanya diakibatkan oleh
penyakit diabetes maelitus.Kesimpulan ini juga didukung oleh instruksi dokter Nyonya
nyi untuk mengkonsumsi obat metformin(obat diabetes) secara rutin dan mengatur diet
serta aktivitas fisik.Hal” berikut merupakan metode” umum untuk
mengobati/meringankan efek dari diabetes maelitus.
 Data hasil uji laboratorium yang dapat digunakan untuk memonitoring hasil pengobatan
metformin dari pasien Nyonya Nyi adalah glukosa dan keton.Dari data yang didapat,dapat
ditarik kesimpulan antara Nyonya Nyi baru memulai pengobatan dengan obat metformin
sehingga hasil dari pengobatan belum terlihat atau obat metformin tidak efektif terhadap
pasien untuk mengobati kondisi pasien karena hasil glukosa dan keton yang didapat masih
bernilai positif dimana nilai normalnya adalah negatif.
 Untuk hasil diagnosis yang lebih tepat/akurat dapat dilakukan uji kadar insulin dalam darah
untuk menentukan dengan pasti apakah Nyonya Nyi mengidap penyakit diabetes maelitus
atau tidak.
 Dari uji hematologi didapat nilai Leukosit yang berada diatas normal (terutama Limfosit)
sementara hasil lainnya berada dalam range normal,hal ini dapat menandakan adanya
infeksi pada tubuh Nyonya Nyi,untuk hasil yang lebih pasti perlu dilakukan diagnosa lebih
lanjut.

Anda mungkin juga menyukai