NPM : 2016210176
Kelas : farmakologi A
Jawab :
Berdasarkan sifat kimia : obat adrenergik yang juga dikenal sebagai amin simpatomimetik mempunyai
struktur dasar ß-feniletilamin yang terdiri dari cincin benzen dan rantai samping etilamin. sediaan oral
menimbulkan lebih banyak efek samping kardiovaskular dan sentral, karena itu tidak dianjurkan
digunakan pada penggunaan asma kecuali untuk pasien yang tidak mampu menggunakan aerosol.
8. Amfetamin
Karna merupakan obat salah satu amin simpatomimetik yang paling kuat dalam merangsang
SSP, disamping mempunyai kerja perifer pada reseptor alfa dan beta melalui penglepasan NE
endogen. Mekanisme kerja amfetamin di SSP semuanya atau hampir semuanya melalui
penglepasan amin blogenik dari ujung syaraf yang bersangkutan di otak. Peningkatan
kewaspadaan, efek anoreksik dan sebagian aktivitas lokomotor melalui penglepasan NE.
9. Keracunan
Keracunan adalah masuknya zat racun ke tubuh, baik melalui saluran cerna, napas, maupun
kulit dan mukosa sehingga menimbulkan gejala keracunan. Keracunan masih sering terjadi
pada anak.
Organofosfat adalah zat kimia sintesis yang terkandung pada pestisida untuk membunuh
hama (serangga, jamur, atau gulma). Organofosfat juga digunakan dalam produk rumah
tangga, seperti pembasmi nyamuk, kecoa, dan hewan pengganggu lainnya.
Organofosfat dapat menimbulkan keracunan karena menghambat enzim kolinesterase. Enzim
ini berfungsi agar asetilkolin terhidrolisis menjadi asetat dan dan kolin. Organofosfat mampu
berikatan dengan sisi aktif kolinesterase sehingga kerja enzim ini terhambat. Asetilkolin
terdapat di seluruh sistem saraf. Asetilkolin berperan penting pada sistem saraf autonom yang
mengatur berbagai kerja, seperti pupil mata, jantung, pembuluh, darah. Asetilkolin juga
merupakan neurotransmiter yang langsung memengaruhi jantung serta berbagai kelenjar dan
otot polos saluran napas.
Keracunan organofosfat dapat terjadi melalui kulit, mata, mulut jika tertelan, dan hidung jika
terhirup dengan dosis berlebih. Keracunan organofosfat melalui kulit terjadi jika zat ini
berbentuk cairan dan tumpah di kulit, atau melalui pakaian yang terpapar organofosfat. Gas
dan partikel semprotan yang sangat halus (<10 mikron) dapat masuk ke paru, sedangkan
partikel yang lebih besar (>50 mikron) akan menempel di selaput lendir atau kerongkongan.
Keracunan melalui saluran pencernaan dapat terjadi karena makanan terpapar organofosfat
atau jika zat ini terbawa angin masuk ke mulut.
Gejala keracunan organofosfat akan timbul dalam waktu 6-12 jam setelah paparan. Gejalanya
bervariasi, dari yang ringan hingga kematian. Gejala awal adalah ruam dan iritasi pada kulit,
mual/rasa penuh di perut, muntah, lemas, sakit kepala, dan gangguan penglihatan. Gejala
lanjutan, seperti keluar ludah berlebihan, keluar lendir dari hidung (terutama pada keracunan
melalui hidung), berkemih berlebihan dan diare, keringat berlebihan, air mata berlebihan,
kelemahan yang disertai sesak napas, dan akhirnya kelumpuhan otot rangka, sukar berbicara,
hilangnya refleks, kejang, dan koma.
Pertolongan pertama keracunan organofosfat yang mengenai kulit adalah mencuci bagian
yang terpapar dengan sabun dan air dingin. Lebih baik lagi jika mandi, mengganti pakaian,
mencuci pakaian yang terpapar dengan menggunakan sarung tangan. Jika mata yang terkena
maka harus dicuci dengan air mengalir paling tidak selama 15 menit.
Jika organofosfat tertelan, pertolongan awal adalah melegakan saluran napas dengan
membersihkan sisa muntahan dan lendir yang berlebih di dalam rongga mulut korban.
Kemudian miringkan korban. Pastikan korban masih bernapas. Jika tidak, segera berikan
bantuan hidup dasar, tetapi gunakan masker atau kain untuk menghindari organofosfat
meracuni penolong. Sebaiknya upayakan untuk mengetahui jenis racun penyebabnya.
Pencegahan adalah tindakan relatif sederhana dan mudah dilakukan. Hal penting yang harus
diperhatikan, antara lain bahan rumah tangga yang mengandung organofosfat harus
dijauhkan dari jangkauan anak atau tempatkan pada wadah yang tidak dapat dibuka oleh
anak.
Atropin
Mekanisme keracunan : efek antikolinergik yang berperan dalam terjadinya letargi dan koma.
Perkiraan dosis toksik 500-1000 mg karna jumlah lebih kecil sudah berbahaya. Tanda dan
gejala mulut kering kulit merah panas boludru pada perabaan, penglihatan kabur dan
midriasis, takikardia retensi urin, delirium halusinasi dan koma.
Terapi : beri susu, bilas lambung dengan air. Kateter urin. Perhatikan pernapasan dan sistem
kardiovaskular.