I. TUJUAN PERCOBAAN
Mahasiswa diharapkan mampu dan mengerti menggunakan alat
Waterproof Cyberscan PCD 650 dengan baik dan benar untuk mengukur
parameter fisik air seperti PH, conductivity, TDS, resistivity, dan kadar
oksigen.
Kualitas air ditentukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik
(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD,
COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air
sangat tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak
terhadap badan air tersebut.Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri
atas:
a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan
warna)
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan
organik)
c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus),
plankton, fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.
Menurut jenisnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Masking parameter, yaitu parameter yang menunjukkan gejala umum(pH,
alkalinitas, salinitas, kekeruhan)
b. Controlling parameter, yaitu parameter yang mengendalikan sifat atau
modus operandi parameter lain (suhu, intensitas cahaya, pH)
c. Limiting parameter, yaitu parameter yang menjadi pembatas parameter
lain, khususnya terhadap parameter biologis (DO, bahan beracun)
d. Derivative parameter, yaitu parameter turunan dari parameter lain (BOD,
COD, keragaman jenis).
Menurut peran fungsionalnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Key parameter, yaitu parameter yang relative menentukan peruntukan air
(untuk kelas 1, kelas 2, dan lain-lain).
b. Supplement parameter, yaitu parameter yang menunjang fungsi parameter
kunci bagi suatu peruntukan (alkalinitas terhadap pH).
c. Complement parameter, yaitu parameter yang melengkapi fungsi suatu
parameter lain (BOD terhadap DO bagi peruntukan perikanan).
Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Parameter Kimia
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan
sebagai: pH = - log (H+).H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis
dengan air(H2O) yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi
yang berkaitan dengan masalah pencemaran air, dimana sumber ion
hidrogen tidak pernah habis. H+ tidak hanya merupakan unsur molekul H2O
saja, tetapi juga merupakan unsur banyak senyawa lain. Dalam air murni,
banyaknya molekul H2O yang terionkan ada sebanyak 10-7, sehingga pH
air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen bertambah, maka nilai pH
akan turun dan larutan disebut bersifat asam. Sebaliknya, jika konsentrasi
ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik dan larutan disebut
bersifat basa. pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah antara 6,8
sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-logam
dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya
pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang
juga bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung
di lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk
kelangsungan kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses
respirasi. Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah
banyak tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya
oksigen terlarut dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa
tumbuh-tumbuhan air. Kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada
temperatur, tekanan atmosfer dan kandungan mineral dalam air. Kelarutan
maksimum oksigen dalam air, pada suhu 0ºC yaitu sebesar 14,16 mg/L.
Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka konsentrasi oksigen dalam air
akan berkurang. Ada dua metode yang umum digunakan untuk analisa
oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara Winkler dan
metode elektrokimia dengan alat DO-meter.
c. BOD
Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme aerobik untuk menguraikan hampir semua zat organik
yang terlarut maupun yang tersuspensi di dalam air. Pengukuran BOD
diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim pengolahan biologis
bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah proses
alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka selama
proses penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut
dalam air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam
air. Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi
anaerobik sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD
didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan
proses tersebut berlangsung disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut
penelitian, untuk supaya 100% bahan organik terurai, diperlukan waktu
kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari, pada temperatur inkubasi 20
ºC, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai 75%, sehingga waktu ini
sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520 dapat ditentukan
dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode Azida
modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen
Kimiawi adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total
zat-zat organik yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD
merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang
dapat diuraikan secara biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan dengan
proses kimia. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD, namun
perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan.
Secara umum perbandingan BOD : COD = 0,40 – 0,60. Pengukuran COD
dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
e. Alkalinitas
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam
tanpa menurunkan pH larutan atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing
capacity (ANC) atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan
kation hidrogen. Alkalinitas merupakan hasil reaksi terpisah dalam larutan
dan merupakan analisa makro yang menggabungkan beberapa reaksi.
Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk mengikat ion positif hingga
mencapai pH 4,5.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-),
bikarbonat (HCO3–), hidroksida (OH–), borat (BO32-), fosfat (PO43-), silikat
(SiO44-), ammonia, asam organik, garam yang terbentuk dari asam organik
yang resisten terhadap oksidasi biologis. Dalam air alami, alkalinitas
sebagian besar disebabkan adanya bikarbonat, karbonat, dan hidroksida.
Pada keadaan tertentu, keberadaan ganggang dan lumut dalam air
menyebabkan turunnya kadar CO2 dan HCO3– sehingga kadar CO32- dan
OH– naik dan pH larutan menjadi naik.
f. Karbon Dioksida
Karbondioksida (CO2) adalah komponen normal dalam semua air
alami dan merupakan gas yang mudah larut dalam air. CO2 di alam terdiri
dari CO2 bebas dan CO2 terikat yang tergantung pada pH air. CO2 bebas
terdiri dari CO2 yang berada dalam kesetimbangan, diperlukan untuk
memelihara ion bikarbonat (HCO3–) dan CO2 agresif yang dapat melarutkan
CaCO3 dan bersifat korosif. CO2 terikat hadir dalam bentuk bikarbonat
(HCO3–) dan karbonat (CO32-). CO2 agresif merupakan CO2 yang berada
dalam keseimbangan dan diperlukan untuk memelihara ion bikarbonat
dalam air.
CO2 dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain :
Masuknya CO2 melalui air permukaan oleh absorbsi dari atmosfer. Hal ini
hanya terjadi ketika konsentrasi CO2 dalam air lebih kecil daripada
konsentrasi CO2dalam atmosfer dan mengikuti Hukum Henry, yang
berbunyi ”Antara konsentrasi CO2 di udara dengan CO2 terlarut dalam air
akan terjadi kesetimbangan (CO2 atm ↔ CO2 terlarut).”
Proses oksidasi biologi materi organik. Hal ini terutama terjadi pada air
tercemar. Oksidasi bakteri tersebut mengeluarkan CO2 sebagai hasil akhir,
baik aerob maupun anaerob.
Aktivitas fotosintesis yang dibatasi. Hal ini terjadi apabila konsentrasi
CO2 dalam air lebih besar daripada konsentrasi CO2 di atmosfer.
Perkolasi air ke dalam tanah. Air tanah mengandung 30 – 50 mg/L CO2.
Hal ini disebabkan air mengalami perkolasi dalam tanah yang tidak
mengandung cukup kalsium/magnesium karbonat untuk menetralisir
CO2 melalui pembentukan bikarbonat.
Spesies karbon, misal CaCO3 (kapur).
Proses dekomposisi materi organik.
g. Kesadahan
Kesadahan (hardness) disebabkan adanya kandungan ion-ion logam
bervalensi banyak (terutama ion-ion bervalensi dua, seperti Ca, Mg, Fe, Mn,
Sr). Kation‑kation logam ini dapat bereaksi dengan sabun membentuk
endapan maupun dengan anion-anion yang terdapat di dalam air membentuk
endapan/karat pada peralatan logam. Kation-kation utama penyebab
kesadahan di dalam air antara lain Ca2+, Mg2+, Sr2+, Fe2+, dan Mn2+. Anion-
anion utama penyebab kesadahan di dalam air antara lain HCO3 –, SO42-, Cl–
, NO3–, dan SiO32-. Air sadah merupakan air yang dibutuhkan oleh sabun
untuk membusakan dalam jumlah tertentu dan juga dapat menimbulkan
kerak pada pipa air panas, pemanas, ketel uap, dan alat-alat lain yang
menyebabkan temperatur air naik.
Kesadahan air berkaitan erat dengan kemampuan air membentuk
busa. Semakin besar kesadahan air, semakin sulit bagi sabun untuk
membentuk busa karena terjadi presipitasi. Busa tidak akan terbentuk
sebelum semua kation pembentuk kesadahan mengendap. Pada kondisi ini,
air mengalami pelunakan atau penurunan kesadahan yang disebabkan oleh
sabun. Endapan yang terbentuk dapat menyebabkan pewarnaan pada bahan
yang dicuci. Pada perairan sadah (hard), kandungan kalsium, magnesium,
karbonat, dan sulfat biasanya tinggi (Brown, 1987 dalam Effendi, 2003).
Jika dipanaskan, perairan sadah akan membentuk deposit (kerak).
h. Senyawa Organik
Zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran.
Tingginya zat organik yang dapat dioksidasi menunjukkan adanya
pencemaran. Zat organik mudah diuraikan oleh mikroorganisme. Oleh
sebab itu, bila zat organik banyak terdapat di badan air, dapat menyebabkan
jumlah oksigen di dalam air berkurang. Bila keadaan ini terus berlanjut,
maka jumlah oksigen akan semakin menipis sehingga kondisi menjadi
anaerob dan dapat menimbulkan bau.
Setiap senyawa organik mengandung ikatan karbon yang
dikombinasikan antara satu elemen dengan elemen lainnya. Bahan organik
berasal dari tiga sumber utama sebagai berikut (Sawyer dan McCarty, 1978)
:
Alam, misalnya fiber, minyak nabati dan hewani, lemak hewani,
alkaloid, selulosa, kanji, gula, dan sebagainya.
Sintesis, yang meliputi semua bahan organik yang diproses oleh
manusia.
Fermentasi, misalnya alkohol, aseton, gliserol, antibiotika, dan
asam; yang semuanyan diperoleh melalui aktivitas mikroorganisme.
Karakteristik bahan organik yang membedakannya dari bahan anorganik
adalah sebagai berikut (Sawyer dan McCarty, 1978) :
Senyawa organik biasanya mudah terbakar.
Senyawa organik mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih
rendah.
Senyawa organik kurang larut dalam air.
Beberapa senyawa organik memiliki formula yang serupa (isomer).
Reaksi dengan senyawa lain berlangsung lambat karena bukan
terjadi dalam bentuk ion, melainkan dalam bentuk molekul.
Berat molekul senyawa organik bisa menjadi sangat tinggi,
seringkali lebih dari 1000.
Kebanyakan senyawa organik berfungsi sebagai sumber makanan
bakteri.