FISIKA DASAR
Untuk Program Studi Kimia
Disusun oleh
Tim Fisika Dasar
Koordinator Pratikum : Dr. Sudarningsih
ii
B. Penilaian praktikum :
a. Tugas Awal : maksimal 10
b. Umpan Balik : maksimal 5
c. Proses Praktikum : maksimal 30
d. Afektif : maksimal 5
e. Lembar Kerja : maksimal 35
C. Skedul Praktikum :
a. Tugas Awal : 10 Menit
b. Briefing Praktikum : 20 Menit
c. Praktikum : 50 Menit
d. Mengisi Lembar Kerja : 30 Menit
e. Penilaian : 10 Menit
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. iv
iv
PERCOBAAN 4 GAS IDEAL .......................................................................................................................... 6
v
7.4 PROSEDUR PRAKTIKUM ............................................................................................................... 15
vi
Praktikum Fisika Dasar I
TEORI KESALAHAN
Dalam melakukan percobaan selalu dimungkinkan terjadi kesalahan oleh karena itu harus menyertakan angka-
angka kesalahan supaya kita dapat memberi penilaian yang wajar dari hasil percobaan. Hasil percobaan yang benar
x tidak dapat diharapkan tepat sama dengan hasil percobaan namun ada pada suatu jangkauan harga :
x– x < x < x + x
dengan x merupakan nilai terbaik sebagai pengganti nilai yang benar, x merupakan kesalahan pada pengukuran
yang disebabkan keterbatasan alat, ketidakcermatan, perbedaan waktu pengukuran dan lain sebagainya. Dengan
menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang dianggap benar, dapat
mempertanggungjawabkan hasil percobaan yang dilakukan.
Sumber-sumber Kesalahan
Setiap hasil pengukuran tidak terlepas dari suatu kesalahan, hal ini disebabkan oleh adanya tiga sumber
kesalahan, yaitu :
1. Ralat Sistematik, adalah ralat yang bersifat tetap dan disebabkan oleh :
a) Alat, yaitu kalibrasi alat salah misal pembagian skala keliru; kondisi alat berubah dll.
b) Pengamat, yaitu ketidakcermatan pengamat dalam membaca, misal membaca harga skala.
c) Kondisi fisis pengamatan, yaitu kondisi fisis pada saat pengamatan tidak sesuai dengan
kondisi pada waktu alat ditera.
d) Metode Pengamatan, yaitu ketidaktepatan pemilihan metode pengamatan, maka akan
dapat mempengaruhi hasil pengamatan.
2. Ralat Kebetulan, suatu besaran fisis yang dianggap tetap ternyata memberikan hasil yang
berbeda-beda. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada pengamatan ini disebut ralat kebetulan.
Adapun faktor penyebabnya adalah :
a) Kesalahan menaksir : misal penaksiran harga skala terkecil oleh pengamat berbeda dari
waktu ke waktu atau satu orang dengan orang yang lain.
b) Kondisi fisis berubah: misal, karena suhu dan tekanan berubah mempengaruhi pengukuran
titik didih air.
c) Gangguan : misal, getaran mekanik mempengaruhi gerakan jarum milliamperemeter
sehingga arus yang terbaca berubah-rubah.
d) Definisi: misal, pengukuran diameter pipa, karena penampang pipa tidak bulat betul
dianggap bulat sehingga mempengaruhi pengukuran diameternya.
3. Ralat Kekeliruan Tindakan, yaitu:
a) Salah berbuat: misal, salah baca skala; salah pengaturan kondisi alat; salah perhitungan
(misal ayunan 10 kali dihitung 9 kali ).
b) Salah dalam perhitungan: terutama dalam perhitungan ralat.
Cara memperkirakan dan menyatakan kesalahan ini, bergantung pada cara pengukuran yang
dilakukan, yaitu : pengukuran berulangan berulang dan pengukuran tunggal (tidak dapat diulang).
Apabila dimungkinkan, dalam suatu percobaan hendaknya dilakukan melalui pengukuran berulang,
tetapi terkadang pengukuran tunggal tidak dapat dihindari. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
kesalahan dalam pengukuran tidak dapat dihindari, yang dapat kita lakukan hanyalah memperkecil
kesalahan tersebut sekecil-kecilnya.
Apabila ralat kekeliruan tindakan dan ralat sistematik dapat dihindari maka yang tinggal adalah
ralat kebetulan. Oleh sebab itu untuk memperkecil ralat ini harus dilakukan pengukuran berulang, makin
vii
banyak makin baik. Namun tidak semua pengamatan dapat diulang, dalam hal ini praktikan hanya dapat
melakukan pengamatan sekali saja. Karenanya, ralat adalah biasa diambil 1/2 kali skala terkecil. (untuk
hal ini hanya dapat dilakukan bila keadaan benar-benar terpaksa).
Dalam perhitungan ralat yang ditimbulkan oleh ralat kebetulan ini ada dua hal harus
diperhitungkan, yaitu ralat hasil pengamatan langsung dan ralat hasil perhitungan (ralat rambatan),
masing-masing adalah sebagai berikut :
1. RALAT PENGAMATAN
Untuk besaran yang diperoleh secara langsung dari pengukuran (pengamatan), maka nilai
terbaiknya adalah nilai rata-rata dari besaran tersebut (yang diukur secara berulang). Misal suatu besaran
X kita ukur sebanyak k kali dengan nilai-nilai terukur adalah : x1, x2, x3, x4, x5, ......,x k = xi, nilai terbaiknya
adalah X, yaitu
k
1 ………………………………………………………………1
X = xi
k i =1
Sedang selisih antara nilai-nilai terukur dengan X dinamakan deviasi (δ), yang dapat dituliskan
sebagai berikut :
δx = xi - X …….……..……………………………………………………………2
Dapat dibuktikan bahwa nilai rata-rata dari deviasi diatas (persamaan 2) adalah :
k
1 =0 ….………………………………………………………………… 3
xi
k i =1
k
karena xi = 0. Juga dapat dibuktikan bahwa jika yang diambil sebagai nilai terbaik adalah X
i =1
k
dari nilai-nilai terukur, maka jumlah dari deviasi-deviasi kuadratnya adalah minimum, yaitu : xi
i =1
adalah minimum
Untuk menunjukkan kesalahan (ralat) kebetulan secara kuantitatif, kita definisikan beberapa
pengertian :
1. Deviasi rata-rata :
k
d= x1 …………………………………………………… 4
i =1
viii
4. Deviasi Standart rata-rata :
k
( xi )2
SX =
i =1
k (k − 1) ……………………….……………………… 7
5. Deviasi rata-rata relatif/fraksional :
A= d /X • 100% …………………………………………………………… 8
6. Deviasi Standart relatif :
S = ( S X / X ) 100% ……………………………………………………… 9
Hasil pengukuran yang sebenarnya kita kemukakan adalah :
X = X ± SX .…………………………………………………………10
dimana δx dapat diambil 1/2 S, S, 2S atau sekian kali S dengan S sesuai persamaan 6 atau 7, bergantung
pada pengamatan.
2. RALAT NISBI
adalah persamaan 9. Tetapi kadang-kadang ada orang lebih sering memakai persamaan (4) untuk
menyatakan ketidakpastian (ralat) hasil akhir dari suatu pengukuran dengan alasan karena d lebih
mudah dihitung, dan ralat relatifnya digunakan persamaan 8.
Jadi hasil akhir pengukurannya adalah :
X = X ± SX …..…………………………………………………………11
HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN
Untuk pengamatan tunggal yaitu pengukuran yang dilakukan hanya satu kali (hal dapat dilakukan
jika keadaan memaksa), maka sebagai ralat mutlaknya ‘lazim’ diambil dari 1.2 kali skala terkecil. Ralat
Nisbi (ralat relatif) sebaiknya dituliskan dengan dua angka penting, misal hasil perhitungan ralat nisbi
1,53%, maka ditulis menjadi 1,5%
Jika pengukuran langsungnya ada yang teliti sampai 4 angka dibelakang koma, maka sebaiknya
hasil terakhir maksimum 5 angka. Jika ternyata dalam perhitungan diperoleh 6 angka atau lebih maka
harus dibulatkan menjadi 5 angka di belakang koma. Jumlah desimal dari ralat-nya diambil sama dengan
jumlah desimal dari harga rata-rata.
GRAFIK
1. PENDAHULUAN
Di dunia ilmu, orang sudah terbiasa menggunakan grafik. Tiap praktikan Fisika Dasar diharapkan
mengerti bagaimana menggunakan grafik secara baik, bijaksana dan tepat karena grafik sangat
membantu dalam mengevaluasi data. Ada beberapa kegunaan grafik, diantaranya adalah :
a. Pengamatan bentuk grafik, si pengamat bisa megambil banyak informasi. Dengan memasang di atas
kertas grafik besaran-besaran yang diamati selama eksperimen anda dapat melihat dengan satu
pandangan saja, ditempat mana atau disaat mulai ada perbedaan antara pengamatan dan hasil
perhitungan.
b. Untuk ‘membandingkan’ eksperimen dengan teori.
c. Untuk menunjukkan ’hubungan empiris’ antara dua besaran ; walaupun orang belum sempat
menyelidiki bagaimana hubungan teoritis antara dua besaran eksperimental satu sama lain.
2. MEMBUAT GRAFIK
Yang harus diperhatikan dalam membuat grafik, pertama-tama anda harus membuat keputusan
besaran mana yang hendak dipasang di sumbu horisontal dan yang mana di sumbu vertikal. Sebagai
perjanjian besaran yang diplot pada sumbu horisontal adalah besaran penyebab dan pada sumbu vertikal
adalah besaran akibat. Kemudian anda harus memilih skala yang sesuai untuk sumbu dua-duanya.
ix
GRAFIK BERBENTUK LURUS
Sering suatu percobaan hasilnya dapat ditampilkan dalam bentuk grafik yang mengikuti persamaan
garis lurus sebagai berikut :
Y = a(x) + b ………………………………………………………………14
dimana a dan b adalah suatu konstanta
Bila persamaan yang berlaku dalam teori percobaan dapat kita bawa ke dalam bentuk persamaan
14, maka kita dapat menghubungkan besaran fisis yang akan dicari dengan slope atau kemiringan dari
grafik yang diperoleh berdasar pada data-data hasil eksperiment. Dengan mengetahui slope grafik (a=
dalam persamaan 14) maka besaran fisis yang akan dicari dapat diperoleh.
Untuk menentukan besar slope grafik yang terpenting adalah dalam menarik garis lurus
terbaiknya. Garis lurus yang dibuat harus sedemikian rupa sehingga banyak titik-titik data terkena garis.
(Penyebaran titik-titik data harus sebanyak mungkin di sekitar garis). Dari garis terbaik ini dapat dihitung
slope-nya yang sebanding dengan besaran fisis yang akan kita cari. Untuk mencari ralat (ketakpastian)
slope, dicari titik-titik data terluarnya sehingga diperoleh nilai-nilai slope ekstrimnya (maksimum dan
minimum), dan nilai ketakpastian slopenya adalah :
slopemax − slopemin
Slope = ..…………………………………………………15
2
Dengan demikian penyajian terbaik dari slope adalah :
Slope = slope terbaik + Δslope …………………………………………………16
Dengan mengetahui ralat nisbi tangen arah (slope) grafik dari garis terbaik maka dapat dibuktikan
/ berlaku :
X (slope) …..………………………………………………………17
=
X ( Slope) terbaik
dimana x = ralat nisbi besaran fisis. Dan tentu saja ralat mutlaknya dapat dihitung.
x
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat grafik :
a. Titik-titik hendaknya dibuat lingkaran atau lainnya.
b. Skala dan titik nol hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga grafiknya mudah dibaca, artinya titik
nol tidak harus di pusat salah sumbu dan harga skala ordinat tidak harus sama dengan harga skala
absisnya.
c. Grafik hendaknya diberi keterangan selengkapnya, termasuk satuan-satuannya pada skala-skala
ordinat dan absisnya.
d. Kalau kita tidak yakin akan bentuk grafik, maka hendaknya ditarik garis lengkung (bukan garis patah-
patah) yang melalui hampir semua titik.
Selalu dicoba dimana perlu, untuk memberi interpretasi dari pada grafik, misalnya hubungan
linear, exponential, dll.
x
Praktikum Fisika Dasar I
PERCOBAAN 1
PENGGUNAAN ALAT UKUR DASAR
Gambar 1. Nonius
Selanjutnya marilah kita lihat hasil pengukuran lain dengan alat bantu nonius tersebut seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 1. Skala 0 pada nonius tidak berimpit dengan salah satu angka
pada skala alat ukur, melainkan terletak antara kedudukan 8,4 dan 8,5. Dalam pengukuran ini
kita yakin bahwa harga X yang diukur adalah lebih besar dari 8,4 tetapi lebih kecil dari 8,5.
Berapakah harga X menurut hasil pembacaan ini ? Perhatikan Gambar 2 lebih teliti lagi.
Ternyata salah satu garis skala nonius yang berimpit dengan skala alat ukur yaitu skala ke-6
dari skala nonius. Dalam keadaan pengukuran semacam ini menunjukkan bahwa harga X yang
diukur adalah 8,46.
B. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan suatu alat pengukuran yang cepat dan relatif teliti untuk mengukur
diameter dalam, luar dan dalam suatu tabung, yang memiliki bentuk seperti Gambar 2.
1
Praktikum Fisika Dasar I
berikut
2. Tuliskan bagian utama yang dipakai untuk mengukur bagian dalam rongga, bagian mana
yang dipakai untuk mengukur bagian luar benda dan bagian mana yang dipakai untuk
mengukur kedalaman lubang pada benda dengan jangka sorong.
3. Berapakah skala terkecil dari alat ukur mistar, millimeter, jangka sorong dan micrometer.
4. Terangkan cara pengukuran volume benda dengan gelas ukur.
2
Praktikum Fisika Dasar I
PERCOBAAN 2
MUAI PANJANG ZAT PADAT
2.3 PERALATAN
1. Satu set Expansion Apparatus. 4. Cawan petri.
2. Termometer 100oC. 5. Dial Gauge.
3. Selang karet. 6. Steam Generator 550 W/220 V.
3
Praktikum Fisika Dasar I
PERCOBAAN 3
VISCOSITAS ZAT CAIR
Fr FA
W
Gambar 1. Sistem gaya pada benda dalam zat cair
Gaya gesek fluida (disebut juga gaya gesek Newton) yang dialami oleh benda berbanding lurus
dengan kecepatan. Cairan dalam hal ini disebut cairan Newton. Apabila benda berbentuk bola,
menurut stokes, gaya ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
Fr = 6πɳvr
Dengan ɳ adalah viskositas fluida, r jari-jari bola, dan v kecepatan konstan gerak bola.
Karena kecepatan semakin mengecil, maka gaya gesek juga akan makin besar sehingga suatu
saat terjadi kesetimbangan dinamis (benda bergerak tanpa percepatan). Jadi v=s/t.
Fr = W - FA
2r 2 g ( bola − cairan )
Dengan memasukkan harga gaya-gaya ini dapat diperoleh = ....(1)
9v
3.3 PERALATAN
1. 3 buah set Viskometer bola jatuh 5. Gelas ukur
2. 3 bola dengan diameter yang 6. Neraca ohauss
berbeda 7. Micrometer skrup
3. Pinset untuk memegang bola 8. Sarung tangan
4. Stopwatch
4
Praktikum Fisika Dasar I
5
Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN 4
GAS IDEAL
P3
C
P2 B
Volume
V1 V0
Gambar 1. Grafik tekanan terhadap volume
Kurva dari titik A ke titik C adalah proses isotermik, yang lebih landai daripada kurva
adiabatik. Proses isotermik ialah proses perubahan keadaan sistem pada suhu tetap. Proses
ini mengikuti hukum Boyle yaitu:
P V = konstan (2)
Dari grafik terlihat bahwa gradien dari kedua kurva tersebut adalah dP/dV, yang
diperoleh dengan mendiferensiasi persamaan (1) dan (2).
Diferensial persamaan (1)
Vγ dP/dV + γVγ-1 P = 0 ----> dP/dV = - γ P/V
Deferensial persamaan ( 2 )
V dP/dV + P = 0 ----> dP/dV = -P / V
Rasio gradien AB terhadap AC adalah γ. Dari grafik di atas diperoleh
gradien AB = ( P1 - P2 )/( V1 - V0 )
gradien AC = ( P1 – P3 )/( V1 - V0 )
gradien AB P1 − P2
= =
gradien AC P1 − P3
Perbedaan tekanan udara di dalam vessel dan udara luar ditunjukkan oleh manometer. Jika
perbedaan ketinggian yang terbaca pada manometer di titik A adalah h 1, demikian pula pada
titik C adalah h2, maka P1 - P2 ≈ h1 dan P1 – P3 ≈ h2
Dengan demikian h1- h2 ≈ P1 – P3 ;
sehingga γ = (P1 - P2) / (P1 – P3) = h1 / (h1 - h2 )
6
Praktikum Fisika Dasar
7
Praktikum Fisika Dasar
PERCOBAAN 5
ALAT UKUR DASAR LISTRIK
Gambar 3. Osiloskop dan luaran sinyal AC, DC gelombang penuh dan DC halus
Beberapa petunjuk dalam penggunaan Osiloskop :
1. Bintik di layar jangan dibiarkan diam, tetapi harus dalam keadaan selalu berjalan
(membentuk garis) agar tidak membakar layar.
2. Tampilan (display) jangan terlalu cerah. Pengaturan intensitas supaya diatur pada posisi
sekecil mungkin.
3. Hindari pengukuran dalam terang matahari, guna menghindari intensitas yang
maksimum.
8
Praktikum Fisika Dasar
4. Hindari pekerjaan pengukuran di dalam medan magnet yang kuat. Medan magnet akan
membuat penampilan menjadi cacat.
5. Hindari getaran-getaran benturan-benturan mekanik.
6. Jangan mencoba-coba menyetel osiloskop kalau bukan asisten yang berwenang (yang
mengerti)
RESISTOR
Jenis resistor adalah resistor kawat gulungan (kawat nekelin), resistor keramik (semacam
tanah liat) atau dari karbon yang disemprotkan pada keramik dll.
Resistor Warna
Resistor Geser
9
Praktikum Fisika Dasar
3) Ukur arus pada R1 sebanyak 3 kali, Jika amperemeter tidak dapat digunakan, maka
hubungkan resistor secara langsung dengan power supply serta gunakanlah data
tegangan R1 pada langkah 2 diatas dan hitung arus yang mengalir dengan pers. 1. Catat
hasil pengukuran sesuai dengan Tabel 2.
Tabel 2. Data arus dan tegangan pada R1
No Tegangan Nilai Pengukuran 1 Pengukuran 2 Pengukuran 3
(V) ukur V_ R1 I_ R1 V_ R1 I_ R1 V_ R1 I_ R1
Resistor
ke-n
1.
4) Ulangi langkah 2-3 dengan mengubah tegangan power supply menjadi 6V dan 12V.
5) Lakukan untuk pengukuran tegangan dan ganti R1 dengan 500 dan 1000 .
C. Pengukuran tegangan DC gelombang penuh pada resistor
Lakukan tahap yang sama seperti langkah B untuk arus DC dengan mengganti sumber
tegangan menjadi DC gelombang penuh (aturlah kenop pemilih pada multimeter
untuk tegangan DC). Catat hasil perhitungan pada Tabel 3 dengan format seperti Tabel
2.
D. Pengukuran Tegangan AC Pada Resistor
Lakukan tahap yang sama seperti langkah B untuk arus bolak balik dengan mengganti
sumber tegangan menjadi AC (aturlah kenop pemilih pada multimeter untuk tegangan
AC). Catat hasil perhitungan pada Tabel 4 dengan format seperti Tabel 2.
10
Praktikum Fisika Dasar I
PERCOBAAN 6
TRANFORMATOR
6.3 PERALATAN
1. Potensiometer dengan nilai resistansi maksimal 500 Ω atau 1 K Ω
2. Multimeter
3. Set transformator
4. Kabel penghubung
5. Power supply AC
11
Praktikum Fisika Dasar
VP VS
0
12
Praktikum Fisika Dasar
13
Praktikum Fisika Dasar I
PERCOBAAN 7
INDEKS BIAS
g. Skala
Berfungsi sebagai pembacaan specific gravity atau rapatan jenis, indeks bias, dan
konsentrasi suatu zat yang dianalisis.
h. Lensa pembesar
Berfungsi untuk melihat dan memperjelas ketajaman skala.
i. Eye places
Berfungsi untuk melihat pembacaan skala dengan menggunakan detector mata.
7.3 PERALATAN
a. Alat b. Bahan
1. Refraktometer 1. Minyak kayu putik
2. Pipet tetes 2. MInyak goreng
3. Sinter kecil 3. Minyak wangi
4. Tissue 4. Larutan gula
5. Larutan garam
15