Anda di halaman 1dari 41

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4
A. Deskripsi Praktikum Fisika Umum ............................................................................ 4
B. Tujuan Praktikum Fisika Umum ................................................................................ 4
C. Pelaksanaan Praktikum Fisika Umum ....................................................................... 4
1. Tahap Diskusi ..................................................................................................... 4
2. Tahap Pelaksanaan Praktikum Virtual ................................................................ 5
3. Tahap Pelaporan ................................................................................................. 5
D. Penilaian Praktikum Fisika Umum ............................................................................ 6
1. Penilaian Tahap Diskusi ...................................................................................... 6
2. Penilaian Tahap Pelaksanaan praktikum Virtual................................................. 6
3. Penilaian Tahap Pelaporan .................................................................................. 6
E. Tata Tertib Praktikum Fisika Umum ......................................................................... 6
1. Kewajiban ............................................................................................................ 7
2. Larangan .............................................................................................................. 7
3. Sanksi .................................................................................................................. 7
F. Laporan Praktikum Fisika Umum .............................................................................. 7

KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN ANGKA PENTING ............................ 10


A. Ketidakpastian Hasil Pengukuran dalam Eksperimen dan Kesalahan ....................... 10
B. Pentingknya Ketidakpastian Hasil Pengukuran dalam Eksperimen .......................... 10
C. Sumber – Sumber Ketidakpastian ..............................................................................11
1. Ketidakpastian Sistematik (Systematic Uncertainty) ..........................................11
2. Ketidakpastian Random (Random Errors) .......................................................... 12
3. Kesalahan dari Pihak Manusia (Human Errors) .................................................12
D. Cara Menentukan Ketidakpastian Hasil Pengukuran.................................................12
1. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal...................................................................12
2. Ketidakpastian Pengukuran Berulang .................................................................... 13
E. Perhitungan Bilangan yang Mengandung Ketidakpastian .........................................15
1. Penjumlahan dan Pengurangan ...........................................................................15
2. Perkalian dan Pembagian .................................................................................... 16
F. Grafik ......................................................................................................................... 17
G. Angka Penting ............................................................................................................18
1. Ketentuan Angka Penting .................................................................................... 18
2. Angka Penting dari Hasil Pengukuran ................................................................ 18
3. Pembulatan Angka Penting .................................................................................18
4. Perhitungan Angka Penting .................................................................................19

2
H. Definisi Operasional Variabel …………………………………………………………………. 19
Judul Percobaan
1. Alat Ukur …………………………………………………………………………………. 20
2. Masses And Springs ……………………………………………………………………… 28
3. Photoelectric Effect ………………………………………………………………………. 32
4. Circuit Construction Kit Dc ……………………………………………………………… 35

3
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Praktikum Fisika Umum


Di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unesa, Praktikum
Fisika Umum merupakan salah satu bagian dari mata kuliah Fisika Umum yang harus
diprogram oleh mahasiswa dari jurusan Kimia dan Biologi baik pada Prodi Pendidikan
Kimia maupun Prodi Kimia dan Prodi Pendidikan Biologi dan Prodi Biologi. Praktikum
Fisika Umum bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang
pentingnya kegiatan eksperimen (praktikum) dalam keilmuan Fisika dengan bertolak
dari pengetahuan Fisika yang telah diperoleh di SMA. Topik-topik yang dibahas
mencakup Mekanika, Gelombang, dan Termodinamika.
Kegiatan pada Praktikum Fisika Umum adalah kegiatan praktikum yang dilakukan
baik di laboratorium Fisika Dasar maupun di laboratorium maya. Isi praktikum meliputi
pengenalan berbagai alat ukur dan melatih cara menggunakannya, mengenalkan dasar-
dasar eksperimen dan melatih menerapkannya dalam praktikum, serta mengembangkan
strategi kognitif yang menunjang pemahaman mata kuliah Fisika Umum.

B. Tujuan Praktikum Fisika Umum


Pada dasarnya kegiatan laboratorium Fisika dapat dibedakan menjadi 3 hal
yakni (1) melakukan pengukuran-pengukuran besaran fisis,(2) melakukan percobaan
untuk menguji kebenaran teori atau hukum yang telah ada (praktikum), dan (3)
melakukan eksperimen untuk mendapatkan sesuatu yang baru.
Setelah menempuh Praktikum Fisika Umum, diharapkan mahasiswa dapat:
1. Menjalan Praktikum Virtual dengan baik
2. Menggunakan dan membaca skala alat ukur dengan benar pada lab virtual
3. Menulis abstrak laporan praktikum dengan benar
4. Menuliskan dasar teori ringkas yang mendukung percobaan;
5. Menuliskan langkah-langkah percobaan;
6. Menganalisis data beserta perhitungan ralatnya dengan benar;
7. Mendiskusikan hasil analisis data;
8. Membuat kesimpulan;
9. Melaksanakan praktikum secara tertib dan tepat waktu

C. Pelaksanaan Praktikum Fisika Umum


Secara teknis, pelaksanaan kegiatan Praktikum Fisika Umum yang dilaksanakan
secara virtual dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah kegiatan diskusi, tahap
kedua pelaksanaan praktikum virtual , sedangkan tahap ketiga adalah pelaporan.

1. Tahap Diskusi :
Kegiatan Diskusi dalam praktikum Fisika Umum dilakukan secara bersama
dan dipergunakan untuk membekali mahasiswa agar siap dalam
melaksanakan suatu jenis/judul praktikum tertentu. Beberapa kemampuan dasar
yang perlu dimiliki mahasiswa sebelum melakukan praktikum antara lain

4
a. memahami tujuan praktikum yang akan dilakukan;
b. memahami konsep-konsep yang terkait dalam praktikum;
c. mampu mengidentifikasi variabel yang harus diukur dan dihitung;
d. memahami spesifikasi dan cara menggunakan alat – alat praktikum yang akan
digunakan dalam laboratorium virtual;
e. mampu menentukan data-data yang harus diperoleh, cara memperoleh, serta
cara menganalisisnya;
f. Menulis laporan bab 1 (latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan), bab 2
(dasar teori) dan bab 3 (alat dan bahan, gambar percobaan, variabel-variabel
dan langkah percobaan);

2. Tahap pelaksanaan praktikum:


Pada tahap pelaksanaan praktikum, mahasiswa dilatih bertindak sebagai
seorang peneliti. Oleh karena itu, mahasiswa dituntut untuk bersikap obyektif,
sistematis, logis dan teliti. Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan mahasiswa
adalah melaksanakan praktikum secara individu sesuai dengan judul praktikum
yang telah ditetapkan dengan materi seperti yang terdapat dalam buku panduan ini.
Selanjutnya kegiatan yang dilakukan mahasiswa diamati oleh pembimbing yang
mencakup aspek afektif (sikap) dan aspek psikomotor (keterampilan) kemudian
diberi skor tertentu berdasarkan skala sikap yang telah ditetapkan.

Aspek yang dievaluasi pada tahap pelaksanaan praktikum ini, meliputi:


a. kemampuan menggunakan alat laboratorium virtual
b. kemampuan menggunakan dan membaca skala alat ukur dengan benar;

3. Tahap pelaporan:
Setelah mahasiswa melaksanakan praktikum secara virtual, mahasiswa
mendapatkan data - data pengukuran. Data tersebut diolah dan dianalisis untuk
selanjutnya dibuat laporan praktikumnya dalam format seperti contoh: laporan
yang terlampir pada buku panduan ini. Hasil laporan praktikum tersebut akan
dievaluasi oleh pembimbing dengan memberi skor tertentu sesuai acuan yang telah
ditetapkan.

Aspek - aspek penilaian laporan, meliputi:


a. kemampuan menulis abstrak;
b. kemampuan menulis dasar teori ringkas yang mendukung percobaan;
c. kemampuan merumuskan langkah-langkah percobaan;
d. kemampuan menganalisis data beserta perhitungan ralatnya dan menjawab
pertanyaaan dengan benar;
e. kemampuan mendiskusikan hasil analisis data; dan
f. kemampuan merumuskan kesimpulan.
Keterangan: Pada kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium maya,
tahap praktikum yang dilaksanakan setelah tahap diskusi.

5
D. Penilaian Praktikum Fisika Umum
1. Penilaian tahap pelaksanaan praktikum
Penilaian tahap pelaksanaan praktikum dilakukan secara individu
No Uraian Skor
Kemampuan merangkai alat virtual dengan benar
1
Kemampuan mendapatkan data dengan benar
2
Jumlah
(Mubarok, 2018)
2. Penilaian tahap pelaporan
Penilaian pelaporan dilakukan secara individu
No Uraian Skor
1 kemampuan menulis abstrak
kemampuan menulis dasar teori ringkas yang mendukung
2
percobaan
3 kemampuan merumuskan metode percobaan
kemampuan menganalisis data beserta perhitungan ralatnya dan
4
menjawab pertanyaan dengan benar
5 kemampuan merumuskan kesimpulan
Jumlah
(Mubarok, 2018)
Ketentuan skor penilaian:
Sangat Baik 85
Baik 80
Cukup 70
Kurang 65
Sangat Kurang 60

E. Tata Tertib Praktikum Fisika Umum


1. Kewajiban
Praktikan memiliki kewajiban untuk:
• Menjalankan laboratorium virtual sesuai jadwal yang telah ditetapkan;
• Mengenakan pakaian sopan (celana panjang/rok panjang, dan baju berkerah);
• Wajib menunjukkan bukti foto saat melakukan praktikum online
• Menyerahkan Scan Cek Data Setelah melakukan praktikum online
• Mengisi presensi praktikan secara online
• Mengumpulkan laporan 1 minggu setelah melakukan kegiatan praktikum;
• Melakukan kegiatan praktikum dengan tenang dan serius;
• Melaporkan laporan sementara sesuai kesepakatan oleh asisten Laboratorium
atau pembimbing praktikum yang nantinya kemudian disahkan;
• Melaporkan kepada asisten laboratorium apabila dalam pelaksanaan
laboratorium virtual belum selesai dan bisa memperpanjang waktu

6
• praktikumnya
• Mengumpulkan laporan praktikum resmi sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

2. Larangan
Praktikan dilarang untuk:

• Melanggar kewajiban yang tertulis maupun tak tertulis yang telah disepakati;
• Melakukan praktikum di luar jam praktikum tanpa didampingi
asisten laboratorium atau pembimbing praktikum;
• Melakukan manipulasi data sehingga tidak sesuai dengan hasil praktikum;
• Tidak melakukan praktikum pada jadwal yang telah ditetapkan tanpa
alasan/tanpa ijin.

3. Sanksi
Praktikan yang melakukan pelanggaran akan dikenakan sanksi berupa:

• Teguran lisan secara langsung;


• Pengurangan nilai
1. Terjadi apabila laporan praktikum terindikasi plagiasi dengan yang lain
2. Terjadi keterlambatan dalam mengumpulkan laporan praktikum secara
online, toleransi keterlambatan dalam pengumpulan laporan adalah 15 menit
saat waktu pengumpulan laporan.

F. Laporan Praktikum Fisika Umum


Laporan praktikum fisika dasar dibuat secara resmi setelah laporan sementara
disahkan oleh asisten laboratorium atau pembimbing praktikum dengan ketentuan:

1. Ditulis menggunakan pulpen hitam;


2. Kertas lembar abstrak dan lembar laporan sementara ditentukan oleh laboratorium;
3. Menggunakan kertas F4 polos tanpa garis;
4. Jarak tepi kiri, atas, kanan, dan bawah adalah 3 cm, 2 cm, 2 cm, dan 2 cm;
5. Gambar atau grafik dapat berupa hasil cetakan yang kemudian ditempel; dan
6. Dibukukan secara rapi.

Sistematika laporan resmi praktikum fisika umum beserta penjelasannya diuraikan


sebagai berikut:
ABSTRAK
Merupakan uraian singkat sebanyak satu paragraf (±120 kata) kegiatan praktikum
yang berisi judul, tujuan, kegiatan utama yang dilakukan, variabel percobaan, dan hasil
akhir dalam bentuk numerik serta kesimpulan. Di bawah uraian abstrak diberikan kata
kunci.

7
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Merupakan uraian dari alasan praktikan melakukan praktikum yang dilakukan

B. Rumusan Masalah
Merupakan pertanyaan-pertanyaan singkat yang menjadi masalah sehingga
dilakukan praktikum untuk mendapatkan jawaban

C. Tujuan
Merupakan uraian yang ingin didapatkan setelah melakukan praktikum

BAB II DASAR TEORI


Merupakan materi-materi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan praktikum
sebagai dasar untuk menganalisis data. Dasar teori mencakup konsep, rumus, dan
gambar yang berhubungan dengan materi praktikum yang tertulis minimal 2 lembar.

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN

A. Alat dan Bahan


Merupakan daftar alat dan bahan yang dibutuhkan dalam melakukan
percobaan

B. Gambar Percobaan
Merupakan gambaran percobaan yang dilakukan dan ditampilkan dalam
bentuk gambar

C. Variabel Percobaan
1. Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang sengaja tidak dirubah

2. Variabel Bebas/manipulasi
Merupakan variabel yang dengan sengaja dapat diubah-ubah

3. Variabel Terikat/respon
Merupakan variabel yang dapat berubah sesuai dengan perubahan
variable manipulai

D. Langkah Percobaan
Merupakan uraian dari langkah-langkah yang dilakukan dalam kegiatan
praktikum yang dijelaskan dalam bentuk poin-poin

8
BAB IV DATA DAN ANALISIS
A. Data
Merupakan uraian data hasil praktikum yang ditampilkan dalam bentuk tabel,
grafik/gambar, maupun deskripsi yang telah diolah.

B. Analisis
Merupakan penjelasan cara data dianalisis sehingga mendapatkan hasil akhir.
C. Jawaban Pertanyaan
Merupakan jawaban dari pertanyaan yang diberikan kepada praktikan di setiap
judul percobaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Merupakan penjelasan hasil akhir yang didapatkan dari hasil praktikum yang
sesuai dengan tujuanpraktikum dan dapat menjawab rumusan masalah.

B. Saran
Merupakan saran-saran yang disampaikan oleh praktikan dalam melakukan
kegiatan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Merupakan kumpulan sumber-sumber yang diambil dalam pembuatan laporan resmi.
Sumber dapat dari buku maupun internet yang dapat dipertanggungjawabkan isinya.

LAPORAN SEMENTARA
Merupakan uraian data yang telah diambil ketika kegiatan praktikum yang kemudian
disahkan oleh asisten laboratorium atau pembimbing praktkum.

LAMPIRAN
Merupakan uraian-uraian yang tidak disampaikan dalam isi laporan seperti perhitungan
data untuk mendapatkan hasil dan taraf ketelitian serta gambar pendukung.

9
KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN DAN
ANGKA PENTING

A. Ketidakpastian Hasil Pengukuran dalam Eksperimen dan Kesalahan


Semua pengukuran besaran fisika sudah tentu mengandung ketidakpastian.
Seberapa tepat, seberapa akurat dan seberapa jauh hasil suatu pengukuran eksperimen
akan dapat dipercaya, maka hal itu sangat ditentukan oleh seberapa akurat kita dapat
menaksir atau memperkirakan harga ketidakpastian pengukuran tersebut. Misal,
harga sebuah tahanan/resistor yang diukur dengan menggunakan alat multimeter digital
yang akurat adalah sebesar 20.03 ± 0.01. Angka tersebut mempunyai arti bahwa hasil
pengukuran harga tahanan yang benar diharapkan terletak diantara ± 20.02 hingga ±
20.04. Rentang angka dimana harga yang diharapkan tersebut terletak disebut sebagai
ketidakpastian suatu pengukuran.
Angka tersebut sekaligus juga menyatakan keakuratan atau ketepatan data hasil
pengukurun kita. Semakin sempit rentang angka, maka semakin tepat dan akuratlah
data hasil pengukuran kita, demikian juga sebaliknya.Kita juga sering mengatakan
bahwa selisih antara harga yang benar dari suatu besaran dengan harga terukurnya
dianggap sebagai “kesalahan” atau “error” dari pengukuran yang telah dilakukan.
Sebenarnya, perbedaan tersebut lebih tepat bila disebut sebagai “deviasi” atau
“simpangan” dari pengukuran. Sedangkan kata error dipergunakan untuk menyatakan
maksud bila kita telah melakukan suatu kesalahan pada umumnya
Dalam banyak pengukuran, harga yang benar dari suatu besaran seringkali tidak
diketahui atau bahkan mungkin tidak dapat diketahui. Sebagai contoh, untuk mengukur
suatu besaran fisis tertentu yang sama, dua kelompok mahasiswa menggunakan alat
dan metode eksperimen yang sama serta tingkat ketelitian kerja yang dapat dikatakan
sama pula, namun ternyata mereka memperoleh hasil pengukuran yang agak berbeda
satu dengan lainnya, misal (5.00 ± 0.02) dan (5.02 ± 0.02). Masing-masing kelompok
mengklaim bahwa error yang telah mereka peroleh lebih kecil dibanding error milik
kelompok lain. Nah, untuk contoh kasus ini, yang sesungguhnya terjadi adalah kedua
kelompok mahasiswa tersebut telah bekerja dengan benar, yaitu mengikuti langkah atau
prosedur eksperimen secara benar, tingkat ketepatan dan ketelitian pengukuran yang
dipergunakan juga sudah benar, sehingga hasil yang mereka peroleh juga benar, meski
(secara tidak sengaja) mereka memperoleh harga yang sedikit berbeda satu sama lain –
dan itu tidak berarti bahwa kedua kelompok telah melakukan kesalahan atau error.
B. Pentingknya Ketidakpastian Hasil Pengukuran dalam Eksperimen
Untuk menerangkannya, sekarang kita pergunakan lagi contoh hasil pengukuran
terhadap harga tahanan tersebut diatas. Bila tahanan tersebut dipanaskan hingga
mencapai suhu 100º C, ternyata harga tahanan terukur menjadi ± 20.04. Apa maksudnya
ini? Apabila kedua harga tersebut diatas (sebelum dan sesudah dipanaskan, yaitu ±
20.03 dan ± 20.04) dipakai tanpa memperhitungkan faktor ketidakpastiannya, maka
kita akan menyimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan harga tahanan sebesar ± 20.04
–20.03 = 0.01. Sebaliknya, dengan memperhitungkan faktor ketidakpastian yang sama
untuk pengukuran harga tahanan pada suhu 100ºC yaitu ± 0.01, maka dapat dikatakan
bahwa harga yang sebenarnya dari tahanan mungkin tidak berubah, atau bahkan

10
harganya telah turun. Jadi telah terjadi perubahan harga tahanan yang terukur dari -
0.01 hingga +0.03. Dari contoh tersebut diatas dan juga untuk kasus-kasus lain pada
umumnya, terlihat jelas bahwa ketidakpastian suatu pengukuran adalah faktor yang
sangat penting untuk diperhitungkan dalam kegiatan eksperimen, karena hal itu
menunjukan seberapa akurat dan tepat data hasil pengukuran kita terhadap harga yang
sebenarnya.
Untuk keperluan lebih luas lagi, sebenarnya ada tiga alasan utama mengapa kita
harus memperhitungkan faktor ketidakpastian dan atau ketepatan setiap kali kita
mengambil data dalam bereksperimen, yaitu:
1. Agar orang lain yang nantinya akan menggunakan data hasil pengukuran kita,
dapat mengetahui secara persis seberapa tepat dan akurat data-data tersebut untuk
keperluan mereka sendiri;
2. Agar hipotesa-hipotesa yang mendasarkan pada data-data hasil pengukuran kita
tersebut akan dapat ditarik dan diuji kebenarannya secara tepat; dan
3. Selain itu, dalam sejarah perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam yang sudah
terjadi selama ini, diperoleh fakta bahwa selalu terjadi perbedaan antara harga
teoritis dari suatu besaran fisis dengan harga terukurnya , meski sekecil apapun
perbedaan itu. Dan perbedaan tersebut selalu terjadi, walaupun alat, metode dan
prosedur eksperimen yang dipergunakan sudah makin canggih dan modern.

C. Sumber – Sumber Ketidakpastian


1. Ketidakpastian Sistematik (Sistematic Uncertainty)
Ketidakpastian sistematik ini terjadi karena kesalahan (faults) yang
disebabkan dalam menggunakan alat atau juga dapat berupa kesalahan yang
memang sebelumnya sudah ada pada alat itu sendiri. Oleh karenanya apabila
ketidakpastian itu memang terletak pada alat, kapanpun alat tersebut dipergunakan,
maka alat tersebut akan memproduksi ketidakpastian yang sama pula. Yang
termasuk ketidakpastian sistematik diantaranya adalah:
a. Ketidakpastian Alat (Instrument Errors)
Ketidakpastian ini muncul akibat dari kalibrasi skala penunjukan angka
pada alat tidak tepat, sehingga pembacaan skala menjadi tidak sesuai dengan
yang seharusnya. Misal, kuat arus listrik yang mengalir pada suatu rangkaian
listrik tertutup seharusnya 2A, tapi harga itu selalu terukur pada Ampere meter
sebagai 2.3A. Untuk mengatasinya, maka:
(1) Kita kalibrasi skala alat itu sehingga penunjukkan angkanya menjadi
benar; atau
(2) Kita ganti saja alat itu dengan alat lain yang lebih tinggi tingkat
ketelitiannya.
b. Kesalahan/ Ketidakpastian Nol (Zero Errors)
Ketidakpastian pengukuran ini muncul karena angka penunjukkan alat
ukur tidak menunjuk ke angka NOL pada saat dipergunakan, atau hasil
pengukuran alat sudah tidak nol sebelum dipakai. Cara menanggulanginya
adalah pastikan bahwa skala alat ukur sudah menunjuk ke angka nol sebelum
dipergunakan.

11
c. Waktu Respon yang Tidak Tepat
Ketidakpastian pengukuran ini muncul akibat dari waktu pengambilan
data tidak bersamaan dengan saat munculnya data yang seharusnya diukur,
sehingga data yang diperoleh bukanlah data yang sebenarnya diinginkan.
Yang seringkali terjadi pada kegiatan praktikum adalah pengukuran baru
dilakukan setelah data yang seharusnya kita ambil telah lewat dan berlalu.
Misal, kita ingin mengukur suhu air pada 70ºC, dan pada kegiatan praktikum
yang sedang dilakukan, kita bukan mengukur suhu air yang sedang
dipanaskan tepat pada suhu 70ºC, melainkan pada suhu lain diatasnya, dll.
d. Kondisi yang Tidak Sesuai (Improper Conditions)
Ketidakpastian ini muncul akibat kondisi alat ukur yang dipergunakan
tidak sesuai dengan kondisi pengukuran yang diinginkan. Misal, sebuah
penggaris yang terbuat dari bahan logam tidak pas/sesuai bila dipakai untuk
mengukur panjang suatu bahan pada suhu tinggi, karena penggaris tersebut
akan memuai pada suhu tinggi tersebut.
2. Ketidakpastian Random (Random Errors)
Ketidakpastian ini biasanya terjadi pada pengukuran besaran yang dilakukan
secara berulang, sehingga hasil-hasil yang diperoleh akan bervariasi dari harga
rata- ratanya. Hasil-hasil pengukuran tersebut menjadi berbeda satu sama lain
karena:
a. Moment tiap pengukuran yang kita lakukan memang berbeda satu dengan
lainnya;
b. Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh alat ukur; atau
c. Sumber-sumber ketidakpastian lain yang berkaitan dengan kegiatan
pengambilan pengukuran itu sendiri.
3. Kesalahan dari Pihak Manusia (Human Errors)
Praktikan yang tidak terampil dalam mengoperasikan/membaca alat ukur
menjadi sebab munculnya ketidakpastian ini. Misal, pembacaan yang paralaks,
salah dalam perhitungan, dll.
D. Cara Menentukan Ketidakpastian Hasil Pengukuran
Metode dasar berikut ini sesuai untuk diterapkan pada Praktikum di Tingkat Pertama
Bersama (TPB), yaitu:
1. Ketidakpastian Pengukuran Tunggal
Hasil pengukuran x secara langsung yang merupakan data tunggal, maka
penulisannya dituliskan sebagai 𝑥 ± ∆𝑥 dengan x adalah hasil pengukuran yang
terbaca dan ∆𝑥 adalah ketidakpastian mutlak. Ketidakpastian mutlak merupakan
nilai setengah dari nilai terkecil yang dapat dibaca alat ukur.
∆𝑥
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎n = 𝑥100% . . . (1)
𝑥
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 . . . (2)

12
Contoh:
Hasil dari mengukur jarak menggunakan mistar, yaitu sebesar 10 cm dengan nilai
terkecil yang dapat diukur oleh mistar sebesar 1 mm atau 0,1 cm, maka
= 10 𝑐𝑚
∆𝑠 = 0,1 𝑥 0,5 = 0,05 𝑐𝑚

sehingga penulisannya adalah


10,00 ± 0,05 𝑐𝑚
Dengan
0,05
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = 10
x 100% = 0,050%

𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100, % − 0,5% = 99,50%


2. Ketidakpastian Pengukuran Berulang
Hasil pengukuran x yang dilakukan berulang sebanyak n, maka penulisan
hasil akhirnya ditulisakan sebagai 𝑥 ± ∆𝑥 dengan 𝑥 adalah rata-rata dan ∆𝑥 adalah
ketidakpastian mutlak.
∆x
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 = 𝑥
x 100%

𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 . . . (4)

Contoh:

No (s ± Δs) cm Δ δ2
1 10 0 0
2 10,2 0,2 0,04
3 10,1 0,1 0,01
4 10 0 0
5 10 0 0
6 9,9 -0,1 0,01
7 10,1 0,1 0,01
8 9,8 -0,2 0,04
9 9,9 -0,1 0,01
10 10 0 0
2
𝑛 = 10 𝑠 = 100 𝛿 =0 𝛿 = 0,12

Ada beberapa cara untuk menentukan hasil akhirnya, yaitu:


a. Cara 1
𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 + 𝑠𝑚𝑖𝑛 (10,2 + 9,8)
𝑠= = = 10 𝑐𝑚
2 2
(𝑠𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑠𝑚𝑖𝑛 ) (10,2 − 9,8)
∆𝑠 = = = 0,2 𝑐𝑚
2 2

13
sehingga penulisannya adalah
10,0 ± 0,2 𝑐𝑚
dengan
0,2
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 2,0 %
10
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 2% = 98,0%

b. Cara 2
𝑠 100
𝑠= = = 10 𝑐𝑚
𝑛 10

∆𝑠 = δmaks = 0,2 𝑐𝑚
sehingga penulisannya adalah
10,0 ± 0,2 cm
dengan
0,2
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 2,0 %
10
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 2% = 98,0%

c. Cara 3
𝑠 100
𝑠= = = 10 𝑐𝑚
𝑛 10

δ2 0,12
∆𝑠 = = = 0,012 𝑐𝑚 = 0,11 𝑐𝑚
𝑛 10
sehingga penulisannya adalah
10,00 ± 0,11 cm

Dengan
0,11
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 1,10 %
10
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 1,1% = 98,90%
d. Cara 4

𝑠 100
𝑠= = = 10 𝑐𝑚
𝑛 10
δ2 0,12
∆𝑠 = = = 0,01 𝑐𝑚 = 0,1 𝑐𝑚
𝑛−1 9

Sehingga penulisannya adalah


10,00 ± 0,1 cm

14
dengan
0,1
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 1,0 %
10
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 1,0% = 99,00%
e. Cara 5

𝑠 100
𝑠= = = 10 𝑐𝑚
𝑛 10
δ2 0,12
∆𝑠 = = = 0,0013 𝑐𝑚 = 0,04 𝑐𝑚
𝑛(𝑛 − 1) 90

sehingga penulisannya adalah


10,00 ± 0,04 𝑐𝑚
dengan
0,04
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 0,40 %
10
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 0,40% = 99,60%

f. Cara 6

𝑠 100
𝑠= = = 10 𝑐𝑚
𝑛 10
1 𝑛δ2 − δ2 1 10 . 0,12−0 1 1,2 1
∆𝑠 = 𝑛 𝑛−1
= 10 9
= 10 9
= 10
0,13 = 0,036 cm

sehingga penulisannya adalah


10,000 ± 0,036 𝑐𝑚

dengan
0,036
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 0,36 %
10,000
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 0,36% = 99,64%

E. Perhitungan Bilangan yang Mengandung Ketidakpastian


I. Penjumlahan dan Pengurangan
Jika 𝑋 = (𝑥 ± ∆𝑥) dan 𝑌 = (𝑦 ± ∆𝑦) ditentukan nilai = 𝑋 ± , maka diperoleh
𝑅 = 𝑟 ± ∆𝑟 dengan
= 𝑥 ± 𝑦 dan ∆𝑟 = ∆𝑥 + ∆𝑦 (5)
Contoh:
Jika 𝐴 = 𝐵 + 𝐶 dan 𝐷 = 𝐵 − 𝐶
dengan 𝐵 = 10,0 ± 0,2 𝑚 dan 𝐶 = 5,0 ± 0,1 𝑚

15
maka 𝐴 = (15,0 ± 0,3)𝑚 dan 𝐷 = (5,0 ± 0,3)𝑚

II. Perkalian dan Pembagian


Jika 𝑋 = (𝑥 ± ∆𝑥) merupakan besaran baru dan 𝑎, 𝑏, , … adalah besaran-
besaran penyusunnya dengan masing-masing memiliki ketidakpastian sebesar∆𝑎,
∆𝑏, ∆, … maka untuk mencari ∆𝑥 menggunakan aturan differensial sebagai berikut:
∂x ∂x ∂x
∆x = ∂𝑎
∆a + ∂ ∆b + ∂ ∆c + ⋯
𝑏 𝑐

Contoh 1 :
Hasil pengukuran panjang, lebar, dan tebal balok masing-masing adalah sebesar
20 ± 0,05 𝑐𝑚, 10 ± 0,05 𝑐𝑚, dan 5 ± 0,05 𝑐𝑚. Berapakan volume balok beserta
ketidakpastiannya?
Jawab:
Volume balok adalah
𝑉 =𝑝𝑥𝑙𝑥𝑡
= 20 𝑥 10 𝑥 5 = 1000 𝑐𝑚3

Ketidakpastian Volume balok adalah

∂V ∂V ∂V
∆V = ∆p + ∆l + ∆t
∂𝑃 ∂𝑙 ∂𝑡

∆𝑉 = ( 𝑙 𝑥 𝑡 𝑥 ∆𝑝) + ( 𝑝 𝑥 𝑡 𝑥 ∆𝑙) + ( 𝑝 𝑥 𝑙 𝑥 ∆𝑡)


∆𝑉 = (10 𝑥 5 𝑥 0,5) + (20 𝑥 5 𝑥 0,5) + (20 𝑥 10 𝑥 0,5)
∆= 25 + 50 + 100 = 175 𝑐𝑚3

Sehingga penulisannya adalah


1000 ± 175 𝑐𝑚3

Dengan
175
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 17,50 %
1000
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 17,5% = 82,50%

Contoh 2 :
Hasil pengukuran massa dan volumesuatu zat cair masing-masing adalah sebesar
1000 ± 0,05 𝑔 dan 1000 ± 175 𝑐𝑚3. Berapakan massa jenis zat cair beserta
ketidakpastiannya?
Jawab:
Massa jenis zat cair adalah adalah
𝑚
𝜌=
𝑣

16
1000
𝜌= = 1 𝑔/𝑐𝑚3
1000
Ketidakpastian massa jenis zat cair adalah
∂ρ ∂ρ
∆ρ = ∆m + ∆V
∂m ∂V
1 m
∆V = V
𝑥 ∆m + (− 𝑉2
𝑥 ∆V)

1 1000
∆V = 𝑥 0,05 + (− 𝑥 175)
1000 1000

∆𝑉 = 0,00005 + 0,175 = 0,17505 𝑔 𝑐𝑚3


sehingga penulisannya adalah

1 ± 0,17505 𝑐𝑚3

dengan
0,17505
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑝𝑎𝑠𝑡𝑖𝑎𝑛 ∶ 𝑥100% = 17,505 %
1
𝑡𝑎𝑟𝑎𝑓 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 100% − 17,505% = 82,495%
F. Grafik
Grafik dapat digunakan untuk mengetahui hubungan dari dua variabel.
Garafik yang menghasilkan garis lurus atau linear memiliki persamaan garis lurus
berupa y = mx + c dimana c adalah perpotongan garis terhadap sumbu y dan m
adalah gradien, yaitu kemiringan garis. Untuk mencari suatu nilai dari hasil
percobaan melalui grafik dapat dilakukan dengan cara memasukkan komponen
variabel terikat dalam y dan memasukkan variabel Bebas dalam x sehingga m
merupakan komponen dari nilai yang dicari (Adam, 2018). Nilai taraf ketelitian
dari suatu grafik dapat diketahui dengan R2 x 100%.
Misal 1, t = s/v dapat dibuat grafik dengan t sebagai y dan s sebagai x
sehingga nilai m merupakan nilai dari 1/v atau v = 1/m
Misal 2, t2 = 2s/a dapat dibuat grafik dengan t2 sebagai y dan s sebagai x
sehingga nilai m merupakan nilai dari 2/a atau a = 2/m

Contoh,

17
Dari grafik dapat diketahui bahwa waktu (t) sebagai y, jarak (s) sebagai x
sehingga dalam persamaan t = s/v, m merupakan nilai dari 1/v atau v = 1/m. Nilai
m pada grafik adalah 0,212 sehingga nilai v adalah 1/0,212 = 4,717 cm/s dengan
taraf ketelitian sebesar 0,9933 x 100% = 99,33 %.

G. Angka Penting
Untuk menuliskan hasil pengukuran dari suatu kegiatan praktikum, maka kita
perlu memperhatikan tata cara penulisan angka penting. Tingkat ketelitian dari
suatu pengukuran akan tercermin dari jumlah angka penting yang dituliskan pada
laporan praktikum kita.
Angka penting adalah angka hasil perhitungan yang diperoleh dari kegiatan
pengukuran dalam praktikum. Jumlah angka penting menunjukkan seberapa akurat
dan seberapa teliti hasil pengukuran kita terhadap suatu besaran tertentu.
1. Ketentuan Angka Penting
a. Jika terdapat tanda koma (bilangan desimal), maka angka nol atau angka
bukan nol paling kanan merupakan angka penting paling kanan;
b. Jika tidak ada tanda koma, maka angka bukan nol yang terletak paling
kanan merupakan angka penting paling kanan;
c. Jika ada atau tidak ada tanda koma, maka angka bukan nol paling kiri
merupakan angka penting paling kiri; dan
d. Angka-angka yang berada diantara angka penting paling kiri dan angka
penting paling kanan adalah angka penting.

2. Angka Penting dari Hasil Pengukuran


Angka penting yang dperoleh dari hasil pengukuran terdiri dari angka pasti
dan angka taksiran. Angka taksiran disebut sebagai angka yang diragukan.
Makin teliti suatu pengukuran, makin banyak jumlah angka penting yang
dituliskan. Misal, untuk mengukur panjang benda dipergunakan mistar yang
mempunyai nilai terkecil 0,1 cm. Dari hasil pengukuran, didapat:
X = 12,5 cm dengan ketidakpastian mistar sebesar ±0,05 cm. hasil pengukuran
tersebut dituliskan

X = (12,50 ± 0,05) cm

3. Pembulatan Angka Penting


Apabila jumlah angka penting pada suatu bilangan akan dikurangi, maka
beberapa angka penting harus dihilangkan. Jika angka pertama yang dibuang
adalah:

a. Kurang dari lima → tidak dibulatkan


b. Lebih dari lima → dibulatkan ke atas
c. Sama dengan lima → dibuatkan ke atas jika angka sebelumnya ganjil

18
4. Perhitungan Angka Penting
a. Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan dilakukan sampai batas kolom
pertama yang mengandung angka taksiran. Angka yang digarisbawah
menyatakan angka taksiran.

Contoh:
1482,372 + 13,8 + 1,49 = 1497,5.

b. Perkalian dan Pembagian


Jumlah angka penting dari hasil perkalian atau pembagian antara dua
atau lebih bilangan, adalah satu lebih banyak dari jumlah angka penting
paling kecil yang dipunyai oleh bilangan-bilangan yang dikalikan atau
dibagikan tersebut.

Contoh:
1.55 x 72.431 x 125.025 = 14036,31295
Angka penting paling sedikit adalah bilangan 1,55, yaitu 3 angka penting
sehingga jumlah angka penting dari hasil perkalian adalah 3 + 1 = 4
angka penting. 14036,31295 dibulatkan sampei menjai 4 angka penting,
yaitu 14040 atau 1,404 x 104.
H. Definisi Operasional Variabel
Definisi Operasional variabel merupakan uraian pengertian dari suatu variabel
dalam praktikum. Hal ini penting dan diperlukan agar pengukuran variabel atau
pengumpulan data (variabel) itu konsisten antara sumber data yang satu dengan
sumber data yang lain. Disamping variabel harus di definisi operasionalkan yang
juga perlu dijelaskan cara atau metode pengukuran, hasil ukur atau kategorinya,
serta skala pengukuran yang digunakan. Berikut ini merupakan contoh definisi
operasional varibel pada percobaan viskositas dengan variabel bebas massa:

19
1 ALAT UKUR PANJANG

A. Tujuan Kegiatan
Setelah melakukan kegiatan virtual lab ini, mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup dengan benar.
2. Mengenal skala-skala yang ada dalam jangka sorong dan mikrometer sekrup.
3. Membaca skala dengan benar.

B. Pendahuluan
Ketelitian pengukuran sangat diperlukan dalam mendesain sebuah alat.
Kekurangtelitian seringkali membuat alat tersebut tidak berfungsi secara optimal atau
bahkan tidak berfungsi sama sekali. Coba bayangkan jika sekrup yang akan dipakai tidak
sma dengan pasangannya, apakah keduanya dapat dipasang dengan baik meskipun
diameternya hanya berbeda 0,01 mm? Apabila sepasang sekrup tersebut merupakan
bagian dari komponen mesin mobil, apakah mobil tersebut dapat berfungsi normal?
Tentu saja tidak. Dengan demikian, diperlukan alat ukur yang memiliki ketelitian tinggi
untuk mengatasi hal tersebut. Jangka sorong dan mikrometer sekrup adalah alat yang
dapat digunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan sangat teliti (dalam satuan
mm).
Dalam kegiatan ini, Anda akan memahami materi dasar pengukuran panjang
menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup secara virtual menggunakan
aplikasi flash berjudul ”Jangka Sorong & Mikrometer”. Anda akan memahami bagian-
bagian jangka sorong dan mikrometer sekrup beserta fungsinya. Melalui simulasi virtual,
Anda akan mempelajari cara menggunakan jangka sorong dan mikrometer sekrup
dengan baik dan benar. Selanjutnya Anda dapat berlatih cara menggunakan kedua alat
tersebut secara virtual dan dilanjutkan dengan kegiatan percobaan berupa tes/simulasi
pengukuran panjang dengan tabulasi data.
C. Alat dan Bahan
1. Laptop/PC/Tablet/Smartphone.
2. Aplikasi flash (.swf) berjudul ”Jangka Sorong & Mikrometer”.

D. Aktivitas Virtual Lab Pengukuran Panjang


1. Bukalah aplikasi Pengukuran Panjang (.swf) yang diberikan oleh dosen pengampu mata
kuliah Praktikum Fisika Dasar 1 hingga muncul tampilan sebagai berikut:

20
2. Klik gambar Jangka Sorong (dengan ketelitian 0,1 mm) untuk memulai aktivitas
pengukuran panjang menggunakan jangka sorong sehingga muncul tampilan sebagai
berikut:

3. Terdapat pilihan menu Materi, Latihan, dan Simulasi/Tes. Untuk memahami materi
tentang penggunaan jangka sorong, Anda bisa memilih menu ”Materi” dan memilih

masing-masing materi atau melakukan klik pada tombol next ( ) untuk


melanjutkan. Untuk menjalankan simulasi pada gambar jangka sorong, Anda bisa
meng-klik tombol Play ( ).

21
4. Setelah memahami materi dasar penggunaan alat ukur panjang berupa jangka sorong
menggunakan simulasi virtual tersebut, Anda bisa berlatih untuk membaca skala pada
jangka sorong dengan menggeser (men-drag) rahang geser pada simulasi virtual
tersebut sampai benar-benar paham melalui menu ”Latihan Input Skala”.

5. Selanjutnya, lakukan kegiatan percobaan/simulasi dengan meng-klik menu


“Simulasi/Tes”

22
6. Lakukan simulasi dan pembacaan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong
sebanyak minimal 10 kali simulasi lalu tuliskan menggunakan aturan penulisan hasil
pengukuran dengan baik dan benar.

Simulasi ke- Hasil Pengukuran


(x + Δx) cm
1
2
3
...
...
...
dst

7. Selanjutnya klik tombol ”Kembali ke awal” ( ) untuk kembali ke tampilan


awal aplikasi (gambar pada poin 1). Pilihlah gambar Mikrometer Sekrup (dengan
ketelitian 0,01 mm) hingga muncul tampilan sebagai berikut:

23
Terdapat pilihan menu Materi, Latihan, dan Simulasi/Tes. Untuk memahami materi
tentang dasar-dasar penggunaan mikrometer sekrup. Anda bisa memilih menu ”Materi”
dan memilih masing-masing materi atau melakukan klik pada tombol next
untuk melanjutkan.
8. Untuk menjalankan simulasi pada gambar mikrometer sekrup, Anda bisa meng-klik
tahapan pada menu ”Cara Menggunakan Mikrometer” pada tulisan warna biru. Jika
Anda ingin mengulanginya, klik button ”ULANG”.

9. Setelah memahami materi dasar penggunaan alat ukur panjang berupa mikrometer
sekrup menggunakan simulasi virtual tersebut, Anda bisa berlatih untuk membaca skala
pada mikrometer sekrup dengan memutar (menggunakan tombol panah kanan dan
panah kiri atau tombol shift jika perlu) skala putar mikrometer sekrup pada simulasi
virtual tersebut sampai benar-benar paham melalui menu ”Latihan Input Skala”.

24
10. Selanjutnya, lakukan kegiatan percobaan/simulasi dengan meng-klik menu
“Simulasi/Tes”

11. Lakukan simulasi dan pembacaan hasil pengukuran menggunakan jangka sorong
sebanyak minimal 10 kali simulasi lalu tuliskan menggunakan aturan penulisan hasil
pengukuran dengan baik dan benar.

Simulasi ke- Hasil Pengukuran


(x + Δx) mm
1
2
3

25
Simulasi ke- Hasil Pengukuran
(x + Δx) mm
...
...
...
dst

12. Laporkan kegiatan praktek virtual Anda dalam bentuk laporan kegiatan praktikum
sesuai dengan format yang telah disepakati dalam mata kuliah ini.
E. Tugas
Zahir ingin mengetahui massa jenis dua benda yang berbeda bentuk dan bahannya. Benda
tersebut berbentuk kubus dan kepingan logam. Sebelum mengetahui massa jenis, Zahir
harus mengukur massa dan volume benda tersebut. Sebelum mengetahui volume benda,
Zahir mengukur panjang sisi kubus, diameter dan tebal kepingan logam. Zahir pun
menggunakan jangka sorong yang berbeda untuk mengukur kedua besaran fisis tersebut.
Berikut ini gambar hasil pengukuran panjang sisi kubus (Gambar 1) dan hasil pengukuran
diameter kepingan logam (Gambar 2).

Gambar 1. Hasil pengukuran panjang sisi kubus menggunakan jangka


sorong.
26
Gambar 2. Hasil pengukuran diameter kepingan logam menggunakan
jangka sorong.

a. Berapakah ketelitian alat ukur pada Gambar 1 dan Gambar 2?


b. Berapakah ketidakpastian pengukuran pada pengukuran panjang sisi kubus (Gambar 1)
dan diameter kepingan logam (Gambar 2)?
c. Bantulah Zahir membaca skala hasil pengukuran pada kedua Gambar tersebut!
Bandingkan hasil pengukuran pada Gambar 1 dengan hasil pengukuran pada Gambar
2? Bagaimanakah ketelitian hasil pengukurannya?
d. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran tersebut!
e. Bagaimanakah cara menuliskan/melaporkan hasil pengukuran menggunakan kedua alat
tersebut?

27
2 MASSES AND SPRINGS
(HUKUM HOOKE)

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Memperkenalkan tentang PhET Simulations pada kajian elastisitas pegas.
2. Memahami konsep hukum Hooke dan elastisitas pegas.
3. Menentukan besarnya konstanta pegas dengan metode perubahan panjang.

B. ALAT DAN BAHAN


1. Modul eksperimen elastisitas pegas
2. Perangkat lunak PhET Simulations “Springs and Masses” dari
https://phet.colorado.edu/sims/html/masses-and-springs/latest/masses-and-
springs_en.html
3. Komputer dengan sistem operasi Windows 7/8/8.1/10

C. PROSEDUR PENGAMBILAN DATA


1. Membuka link https://phet.colorado.edu/sims/html/masses-and-
springs/latest/masses-and-springs_en.html sampai muncul seperti gambar berikut

Gambar 2. Tampilan awal aplikasi

2. Klik Lab, sehingga muncul seperti gambar berikut

Gambar 3. Tampilan di dalam mode Lab

28
3. Ukurlah panjang pegas mula-mula (sebelum) diberi beban), catat nilai ini sebagai l0.
Seperti tampilan gambar 4 di bawah ini (gunakan fitur “movable line” untuk
mempermudah pengukuran yang dilakukan).

Gambar 4. Tampilan dari Masses and Springs untuk mengukur l0

4. Gantungkan beban pada ujung pegas. Ukurlah panjang pegas saat diam (posisi
setimbang) dan catat sebagai l. Seperti tampilan gambar 5 di bawah ini (jangan gunakan
garis “Mass Equilibrium” mengingat percobaan ini mengukur panjang pegas akhir)

Gambar 5. Tampilan dari Masses and Springs untuk mengukur l


5. Ulangi langkah 5 diatas dengan menggunakan variabel massa yang berbeda (gunakan
lebih dari 15 data agar perhitungan menjadi lebih akurat dan grafik lebih linier)

6. Lakukan pengukuran panjang pegas l untuk berbagai variasi massa m dan sajikan data
seperti tabel 1 di bawah ini

29
No Massa (g) Panjang l0 (cm) Panjang l (cm)
1
2
3
...
Tabel 1. Sajian data untuk pengukuran panjang pegas l untuk berbagai variasi massa m
D. ANALISIS DATA
Dengan melakukan langkah 1 s/d 7 di atas, sudah terkumpul data percobaan
seperti pada tabel 1, selanjutnya konversikan data pada tabel 1 menjadi tabel 2 sebagai
berikut

Perubahan Panjang (m)


No Massa (kg)
Δ𝑙 = 𝑙 − 𝑙0 = Δ𝑦

Tabel 2. Sajian data untuk perubahan panjang pegas l untuk berbagai


variasi massa m

Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis sebagai berikut :

Menentukan Konstanta Pegas dengan Metode Perubahan Panjang Pegas


Pers.2 − ky = −mg diubah ke bentuk persamaan garis lurus y = ax + b dengan
g g
memisalkan y = l = y , m = x dan = a sehingga menjadi y = l = m .
k k
Langkah analisis data dan regresi linier menggunakan program spreadsheet (disarankan
untuk menggunakan Microsoft Office Excel 2007/2013/2016/2019) untuk mendapatkan
pola hubungan antara perubahan panjang l dengan massa m. Sehingga didapat pola yang
berwujud seperti grafik 1 di bawah ini

0,25

0,2

0,15
∆l (m)
y = 0,8923x - 0,0023
0,1
R² = 0,9991
0,05

0
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3

x (kg)

Grafik 1. Grafik perubahan panjang pegas l untuk berbagai variasi massa m

30
Grafik tersebut memiliki makna, yakni nilai y, merupakan pertambahan panjang pegas,
dengan x merupakan nilai massa, dan sesuai dengan persamaan y = mx + c, nilai m (gradien
garis) adalah nilai konstanta pegas. Nilai 𝑅 2 pada grafik tersebut menggambarkan tingkat
ketelitian pengukuran. Nilai ini dapat dikonversikan ke bentuk persentase dengan
menggunakan persamaan :

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑙𝑖𝑡𝑖𝑎𝑛 = 𝑅 2 × 100 (7)

Tingkat ketelitian ini akan digunakan sebagai pertimbangan validasi data yang telah
dilakukan

E. Kesimpulan
Memberikan simpulan terkait dengan percobaan yang telah dilakukan.

31
3 PHOTOELECTRIC EFFECT

A. Tujuan Kegiatan
1. Menjelaskan pengaruh frekuensi dan panjang gelombang cahaya terhadap energi
fotoelektron
2. Mengidentifikasi logam katoda berdasarkan fungsi ambang / fungsi kerja logam

B. Pendahuluan
Dalam kegiatan ini, Anda akan menyelidiki hubungan antara Derajat sinar UV ,
Intensitas dan Electron . Anda akan melihat bagaimana Electron ini dihasilkan dan
mengalami penambahan jumlah melalui pengukuran Derajat Sinar UV dan
Intensitasnya yang disimulasikan pada rangkaian Photoelectric Effect. Kemudian,
Anda akan melihat apa yang akan terjadi dengan Electron yang dihasilkan.
Kemudian, Efek fotolistrik sendiri merupakan jembatan untuk mempelajari fisika
kuantum. Dalam fisika klasik dijelaskan bahwa cahaya adalah bersifat sebagai
gelombang dimana energi yang dipindahkan tiap satuan luas (I). Dimana ρ adalah
masa jenis medium, v adalah cepat rambat gelombang dalam medium, f adalah
frekuensi gelombang dan A adalah amplitudo gelombang. Ternyata persamaan ini
sama sekali tidak sesuai untuk meninjau besar energi cahaya yang akan menumbuk
katoda dalam efek fotolistrik. Selanjutnya munculah pemikiran baru yang
menyatakan cahaya sebagai sebuah partikel. Dimana untuk menentukan besar
energinya tidak lagi seperti persamaan gelombang, tetapi persamaan baru dimana
variabel yang mempengaruhi adalah konstanta Plank (h), frekuensi cahaya (f), dan
panjang gelombang (λ). Bagaimanakah efek fotolistrik? Apakah sembarang cahaya
dan semua jenis logam bisa menghasilkan arus efek fotolistrik? Untuk itu sekarang
kita akan melaksanakan percobaan di bawah ini

C. Media/Alat/Bahan
1. Laptop
2. Java application
3. Virtual Lab PhET Photoelectric Effect

D. Aktivitas Virtual Lab PhET Photoelectric Effect


Menjelaskan hubungan antara panjang gelombang cahaya λ, frekuensi cahaya f, dan energi
cahaya E.
1. Pastikan laptop / komputer tiap kelompok telah terinstall java application, karena
simulasi PhET hanya berjalan dalam framework java .
2. Buka simulasi PhET dengan judul Photoelectric effect
https://phet.colorado.edu/sims/cheerpj/photoelectric/latest/photoelectric.html?simulati
on=photoelectric . Perhatikan rancangan percobaan lab virtual efek fotolistrik pada
gambar berikut.

32
3. Gunakan jenis logam target sodium, set intensitas cahaya pada 100%, mulai dengan
panjang gelombang 750 nm, klik pada bagian Electron energy vs light frequency yang
digunakan untuk menampilkan grafik energi elektron dan frekuensi cahaya, set baterai
pada tegangan 0.00 volt.

4. Geser perlahan panjang gelombang λ ke kiri (diperkecil) hingga 130 nm. Perbesar beberapa
kali grafik untuk mendapatkan grafik yang jelas.
5. Tampilkan hasil grafik yang didapatkan dengan klik di sebelah kanan
6. Analisis grafik yang didapatkan. (tempelkan grafiknya di sini)

Ekplorasi Fase 1:
1. Pastikan bahwa simulasi berada pada tab ”Introduction”.
2. Pilih warna atau panjang gelombang kemudian ubah pesentase dari intensitas.
3. Klik dan drag intensitas pada bagian atas lereng bagian kiri. Layar Anda akan
tampak seperti ini.

4. Amati apa yang terjadi perubahan terhadap partikel dan besar arus.

33
5. Gunakan slow motion dan tombol pause/play untuk membantu Anda mengisi tabel
berikut: (melakukan eksperimen)
Persentase intensitas Arus Partikel elektron (jumlah
dan kecepatan)
100%
80%
60%
40%
20%
0%
6. Ulangi dengan warna yang berbeda

(menganalisis data)
Bagaimana hubungan antara persentase intensitas dengan besar Arus?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Bagaimana hubungan antara persentase intensitas dengan partikel elektron?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Bagaimana hubungan antara panjang gelombang (warna) dengan besar Arus?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________

(membuat kesimpulan)

Jika Anda mendesain sebuah sel surya, bagaimana Anda mendesainnya? Apakah yang harus
anda perhatikan? Bagaimana prinsip kerja dari sel surya ?

34
4 CIRCUIT CONSTRUCTION KIT DC

E. Tujuan Kegiatan
Mahasiswa diharapkan dapat menganalisis hubungan antara Hukum Ohm, Rangkaian Seri dan
Rangkaian Paralel

F. Pendahuluan
Dalam kegiatan ini, Anda akan menyelidiki hubungan antara Hukum Ohm pada Rangkaian
Seri dan Paralel. Anda akan melihat bagaimana Hambatan pada rangkaian Seri dan Paralel
ini dihasilkan dan mengalami perubahan melalui pengukuran Tegangan dan Arus Listrik
yang disimulasikan pada rangkaian listrik seri dan paralel. Kemudian, Anda akan melihat
apa yang akan terjadi dengan Hambatan pada masing – masing rangkaian.

G. Media/Alat/Bahan
4. Laptop
5. Virtual Lab PhET Circuit Construction KIT DC

H. Aktivitas Virtual Lab PhET Circuit Construction KIT DC


1. Klik link: https://phet.colorado.edu/sims/html/circuit-construction-kit-dc/latest/circuit-
construction-kit-dc_en.html

Gambar 1. Tampilan screen shot dari simulasi awal di website PhET:

2. Selanjutnya memastikan aplikasi siap digunakan dengan menormalkan berbagai fitur


didalamnya untuk menjalankan program simulasi Circuit Construction KIT DC secara
langsung pada laman phet.colorado.edu.

35
3. Gunakan secara bergantian dokumen panduan ini dan simulasi “Circuit Construction
KIT DC” untuk menyelesaikan aktivitas ini.
Ekplorasi Fase 1:
1. Rangkai komponen wire, battery, resistor seperti pada gambar di bawah ini

Gambar 2. Rangkaian Seri pada PhET Simulation

2. Nilai R1, R2, R3 dibuat berbeda tiap resistornya namun dibuat tetap dari awal hingga
akhir percobaan ini.
3 Mengukur nilai tegangan listrik pada tiap resistor (V1, V2, V3) menggunakan voltmeter
yang terdapat pada PhET Simulation.
4. Mengukur nilai tegangan listrik total resistor (Vt) menggunakan voltmeter yang terdapat
pada PhET Simulation.
5. Mengukur nilai kuat arus listrik menggunakan amperemeter yang terdapat pada PhET
Simulation.
6. Amati apa yang terjadi pada nilai – nilai yang terukur.
7. Melakukan tahap 1-6 dengan mengubah nilai battery minimal 3 kali.
8. Lakukan screenshot terhadap setiap data eksperimen Anda untuk dilampirkan dalam
laporan kegiatan praktikum Fisika Umum 1.
9. Isi tabel dibawah ini :
(melakukan eksperimen)

36
(V ± ∆V) (V1 ± ∆V) (V2 ± ∆V) (V3 ± ∆V)
No (I ± ∆I) A
V V V V
1
2
3

dst

Nilai Arus Listrik bernilai paling tinggi ketika baterai yang digunakan bernilai paling
__________________ (tinggi/rendah).
Tegangan Vt nilainya _____________________ (sama/berbeda) dengan hasil
penjumlahan nilai Tegangan V1, V2, dan V3.
(menganalisis data)
Bagaimana Hubungan antara Tegangan, Arus Listrik, serta Hambatan pada rangkaian
seri?
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
(membuat kesimpulan)

Prediksikan:
Apakah ada perubahan yang terjadi ketika mengubah nilai tegangan? Apakah itu yang
menyebabkan gerak electron yang ada pada tampilan bergerak berubah-ubah sesuai dengan
nilai perubahan tegangannya? (merumuskan masalah)

Jika _________________________________ maka ________________________________.


(merumuskan hipotesis)

37
Eksplorasi Fase 2:

Gambar 3. Rangkaian Paralel pada PhET Simulation


1. Rangkai komponen wire, battery, resistor seperti pada gambar di bawah ini
2. Nilai R1, R2, R3 dibuat berbeda tiap resistornya namun dibuat tetap dari awal
hingga akhir percobaan ini.
3. Mengukur nilai tegangan listrik menggunakan voltmeter yang terdapat pada PhET
Simulation.
4. Mengukur nilai arus listrik pada tiap resistor (I1, I2, I3) menggunakan Amperemeter
yang terdapat pada PhET Simulation.
5. Mengukur nilai arus listrik total (Itot) menggunakan amperemeter yang terdapat
pada PhET Simulation.
6. Amati apa yang terjadi pada nilai – nilai yang terukur.
7. Melakukan tahap 1-6 dengan mengubah nilai battery minimal 3 kali.
8. Lakukan screenshot terhadap setiap data eksperimen Anda untuk dilampirkan
dalam laporan kegiatan praktikum Fisika Umum 1.
9. Isi tabel dibawah ini :
(melakukan eksperimen)
(V ± ∆V)
No (I1 ± ∆I) A (I2 ± ∆I) A (I3 ± ∆I) A (I ± ∆I) A
V
1
2
3

dst

38
Nilai tegangan bernilai paling tinggi ketika baterai yang digunakan bernilai paling
__________________ (tinggi/rendah).
Kuat arus listrik It nilainya _____________________ (sama/berbeda) dengan hasil
penjumlahan nilai kuat arus listrik I1, I2, dan I3.

Prediksi:
Apa yang terjadi pada kuat arus listrik jika tegangan yang diberikan semakin tinggi?
Bagaimana nilai resistornya? Apakah nilai resistor pada rangkaian berubah-ubah karena
tegangan yang diberikan berbeda? (merumuskan masalah)
Jika ____________________________________ maka _____________________________.
(merumuskan hipotesis)

Pertanyaan (menganalisis data dan membuat kesimpulan)


Apa hubungan antara tegangan dan kuat arus listrik pada rangkaian seri dan rangkaian
paralel?
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
Bandingkan tegangan listrik dan kuat arus listrik pada rangkaian seri dan paralel pada tiap
resistornya:
(untuk mempermudah, anda boleh membuat grafik)
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________
Jika anda membuat desain rumah yang dilengkapi dengan banyak sumber listrik tiap
ruangannya, rangkaian listrik apa yang cocok digunakan (Rangkaian Seri, Paralel, atau
campuran? Jelaskan pendapatmu.
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________

39
Aplikasi
Pilih restart pada tampilan PhET Semulation
Bayangkan anda membuat desain rumah impian dengan merangkai rangkaian listrik sesuai
kriteria berikut:
- Sumber listrik yang digunakan 450V
- Minimal terdapat 5 lampu dengan spesifikasi lampu LED 12V
Buatlah rangkaian dengan total tegangan yang paling kecil atau sedikit
Jelaskan pilihan desain Anda; Anda harus menggunakan kosakata berikut: Tegangan total,
nilai kuat arus, serta rangkaian seri/pararel.

40
41

Anda mungkin juga menyukai