PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Siapa yang tidak mengenal formula Einstein E = m c2 atau paradoks si kembar yang mendapati
saudara kembarnya sudah jauh lebih tua setelah ia melakukan perjalanan dengan kecepatan mendekati
kecepatan cahaya? Namun tidak semua orang tahu kalau "keajaiban" tersebut hanyalah bagian kecil dari
teori relativitas Einstein , serta bagaimana sebenarnya Einstein mendapatkan teori relativitas tersebut.
Bayangkanlah sebuah pesawat ruang angkasa --sebutlah namanya X--meluncur laju menjauhi
bumi dengan kecepatan 100.000 kilometer per detik. Kecepatan diukur oleh pengamat, baik yang
berada di pesawat ruang angkasa X maupun di bumi, dan pengukuran mereka bersamaan. Sementara
itu, sebuah pesawat ruang angkasa lain yang bernama Y meluncur laju pada arah yang sama dengan
pesawat ruang angkasa X tetapi dengan kecepatan yang berlebih. Apabila pengamat di bumi mengukur
kecepatan pesawat ruang angkasa Y, mereka mengetahui bahwa pesawat itu melaju menjauhi bumi
pada kecepatan 180.000 kilometer per detik.Pengamat di atas pesawat ruang angkasa Y akan
berkesimpulan serupa.
Nah, karena kedua pesawat ruang angkasa itu melaju pada arah yang bersamaan,akan tampak
bahwa beda kecepatan antara kedua pesawat itu 80.000 kilometer per detik dan pesawat yang lebih
cepat tak bisa tidak akan bergerak menjauhi pesawatyang lebih lambat pada kadar kecepatan ini.
Tetapi, teori Einstein memperhitungkan, jika pengamatan dilakukan dari kedua pesawat ruang
angkasa, mereka akan bersepakat bahwa jarak antara keduanya bertambah pada tingkat ukuran
100.000 kilometer per detik, bukannya 80.000kilometer per detik. Kelihatannya hal ini mustahil.
Kelihatannya seperti olok-olok.Pembaca menduga seakan ada bau-bau tipu. Menduga jangan-
jangan ada perincian yang disembunyikan. Padahal, sama sekali tidak! Hasil ini tidak ada hubungannya
dengan tenaga yang digunakan untuk mendorong mereka.
Fenomena tersebut dapat kita ketahui melalui teori relativitas. Lalu, bagaimana teori tersebut
dapat terungkap? Siapakah pencetusnya? Untuk itu, pada makalahini akan dibahas tentang sejarah
“Teori Relativitas”.
1
B. Landasan Teori
C.Tujuan
D.Rumusan Masalah
3
2. ISI
A.Konsep
Pada tahun 1915 Albert Einstein mempublikasikan sebuah teori yang kemudian disebut Teori
Relativitas Umum oleh Akademi Sains Prussia. Teori-teori Einstein merupakan hal baru dalam dunia
fisika saat itu dan beberapa bagian menyanggah teori Newton.
Teori Relativitas Umum menggambarkan alam semesta sebagai hubungan antara materi dan
geometri ruang-waktu (spacetime). John Wheler menyederhanakan Teori Relativitas Umum Einstein ini
dalam satu kalimat: materi membuat ruang-waktu melengkung (curved), dan ruang-waktu membuat
materi bergerak (motion). Kombinasi geometri-materi inilah yang kita rasakan sebagai gravitasi. Teori
Relativitas Umum menjelaskan interaksi pada skala makro atau tingkat kasat mata, misalnya peredaran
planet, bintang, dan galaksi
Konsep relativitas khusus memandang ruang-waktu sebagai jalinan koordinat mirip sehelai
permadani yang dibentangkan di lantai, alias datar. Dua tahun kemudian, Eisntein tidak bisa
mempertahankan anggapan ruang-waktu yang datar ini ketika ia mencoba menerapkan kaitan antara
relativitas khusus dan gravitasi. Akhirnya setelah memainkan matematika yang cukup rumit dan
dengan menganggap bahwa cahaya adalah partikel yang sebenar-benarnya (foton) hingga bisa
dipengaruhi gravitasi, didapatkanlah relativitas umum, yang dirumuskan Einstein di tahun 1916 dan
demikian menggemparkan. Pada intinya, ketika di ruang-waktu terdapat obyek yang cukup masif atau
padat (seperti planet, bintang-bintang dan galaksi), ruang-waktu akan melengkung (mirip
mangkok) dan itulah yang disebut gravitasi. Pada masa kini, selain mekanika kuantum, relativitas
umum adalah permata nya fisika, yang sanggup menjelaskan perilaku alam semesta dalam struktur
berskala besar. Penemuan black hole yaitu bintang bergravitasi sangat besar hingga mampu menyerap
seluruh cahayanya sendiri terkait erat dengan teori gravitasi Einstein ini.
Gambar 7. Konsep Ruang-waktu dalam Teori Relativitas Umum. Massa mempengaruhi bentuk kontur
dimensi ruang-waktu, dan bentuk kotur dimensi ruang-waktu mempengaruhi massa untuk bergerak
4
Teori Relativitas Umum membuat geger karena menyanggah Persamaan Gravitasi Hukum Newton
bahwa gravitasi bukanlah sebuah gaya namun hanya konsekuensi dari akibat pelengkungan ruang-
waktu. Waktu menjadi parameter bersama ruang tiga dimensi membentuk ruang-waktu atau spacetime,
ruang-waktu memiliki referensi terhadap kejadian (event) yang secara matematis disimbolkan dengan
koordinat (t, x, y, z) atau dalam koordinat angular (t, r, θ, dan φ).
Gambar 8. Menurut
teori relativitas umum
ruang-waktu tidak datar
tetapi melengkung
karena cahaya sebagai
foton dipengaruhi oleh
gravitasi. Cahaya
bintang yang sampai ke
bumi dipengaruhi oleh
gravitasi matahari
(ditarik ke arah
matahari) sehingga
orang melihat letak
bintang tidak pada
tempat yang semestinya
(garis kuning) tetapi
berada pada posisi semu
(garis merah)
Teori Relativitas Umum tidak dibahas dalam makalah ini melainkan Teori Relativitas Khusus.
Melihat riwayat teori relativias umun ini saja, merujuk pada kata-kata Sir Arthur Eddington di
tahun 1930 an, pada saat itu hanya ada 3 orang di dunia yang bisa memahami relativitas umum,
yakni Einstein dan Eddington sendiri, serta orang muda India yang saat itu sedang berlayar ke Inggris
untuk menuntut ilmu di Cambridge Inggris di bawah asuhan Eddington bernama Subrahmanyan
Chandrasekhar.
A. Relativitas Newton
Teori relativitas muncul dari kebutuhan terhadap kerangka acuan, yaitu suatu patokan yang
dapat digunakan ilmuwan untuk menganalisis hukum gerak. Pada waktu kelas X, kalian telah
mempelajari Hukum Newton tentang gerak, di mana Hukum I Newton tidak membedakan antara
partikel yang diam dan partikel yang bergerak dengan kecepatan konstan. Jika tidak ada gaya luar
yang bekerja, partikel tersebut akan tetap berada dalam keadaan awalnya, diam atau bergerak
dengan kecepatan awalnya.
5
Benda akan dikatakan bergerak apabila kedudukan benda tersebut berubah terhadap
kerangka acuannya. Kerangka acuan di mana Hukum Newton berlaku disebut kerangka acuan
inersia. Jika kita memiliki dua kerangka acuan inersia yang bergerak dengan kecepatan konstan
relatif terhadap yang lainnya, maka tidak dapat ditentukan bagian mana yang diam dan bagian
mana yang bergerak atau keduanya bergerak. Hal ini merupakan konsep Relativitas Newton, yang
menyatakan “gerak mutlak tidak dapat dideteksi”.
Konsep ini dikenal oleh para ilmuwan pada abad ke-17. Tetapi, pada akhir abad ke-19
pemikiran ini berubah. Sejak saat itu konsep relativitas Newton tidak berlaku lagi dan gerak mutlak
dideteksi dengan prinsip pengukuran kecepatan cahaya.
2. Transformasi Galileo
Pada sudut pandang klasik atau Galileo, jika terdapat dua kerangka acuan S dan S′ yang masing-
masing dicirikan dengan sumbu koordinat yang ditunjukkan Gambar 2.
Gambar 2. Kerangka acuan S bergerak ke kanan dengan kecepatan v relatif terhadap kerangka S.
Sumbu x dan x' saling berimpitan, dan diasumsikan kerangka S′ bergerak ke kanan (arah x) dengan
kecepatan v relatif terhadap S. Untuk menyederhanakan, diasumsikan bahwa acuan O dan O' dari
kedua kerangka acuan saling berimpit pada t = 0.
6
Sekarang, dimisalkan terjadi sesuatu di titik P yang dinyatakan dalam koordinat x ', y ', z' dalam
kerangka acuan S' pada saat t'. Bagaimana koordinat P di S? Perlu diketahui, karena S dan S' mula-
mula berimpitan, setelah t, S' akan bergerak sejauh vt'. Sehingga pada saat t ' akan berlaku:
y = y'.............................................................. (2)
t = t '.............................................................. (4)
Jika titik P pada Gambar 10.2 menunjukkan sebuah benda yang bergerak, maka komponen vektor
kecepatannya di S' dimisalkan ux', uy', uz'. Diperoleh ux' = Dx'/Dt', uy' = Dy' /Dt', dan uz' = Dz' /Dt'. Jika
pada t1' partikel berada di x1′ dan sesaat kemudian, t2 berada di x2′, diperoleh:
Jadi, kecepatan P seperti terlihat dari S akan memiliki komponen ux, uy, dan uz. Untuk komponen
yang berhubungan dengan komponen kecepatan di S' diperoleh:
Dalam percobaan ini, yang ditunjukkan pada Gambar 1, satu berkas cahaya bergerak menurut arah
gerak Bumi dan yang lain bergerak tegak lurus terhadap gerak ini. Perbedaan antara waktu tempuh
berkas tergantung pada kecepatan Bumi dan dapat ditentukan dengan pengukuran interferensi.
Kita anggap interferometer tersebut diarahkan sedemikian rupa, sehingga berkas yang mengenai cermin
M1 berada dalam gerak Bumi yang diandaikan. Berkas yang memantul dari pembagi berkas dan
mengenai cermin M2 bergerak dengan kecepatan tertentu (relatif terhadap Bumi) yang tegak lurus
terhadap kecepatan bumi. Kedua sinar dari cermin M1 dan M2 akan sampai pada pengamat. Jika ada
eter yang bergerak dengan kelajuan v, maka akan timbul perbedaan waktu sebesar:
8
Dengan c menyatakan kecepatan cahaya.
Perbedaan waktu tersebut dapat dideteksi dengan mengamati interferensi dari kedua berkas cahaya
tadi. Pita interferensi yang diamati dalam kedudukan pertama haruslah mengalami pergeseran. Akan
tetapi, pada kenyataannya, tidak ditemukan adanya pergeseran.
Percobaan yang sama dilakukan dengan berbagai keadaan, dan hasil yang diperoleh menunjukkan tetap
tidak ditemukan adanya pergeseran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan
keberadaan eter tidak benar, dalam arti bahwa eter tidak ada
9
B.Hukum-Hukum
“hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia”, postulat ini merupakan perluasan
prinsip relativitas Newton untuk mencakup semua jenis pengukuran fisis, bukan hanya mekanis.
Postulat 2
“ kelajuan cahaya adalah sama dalam semua kerangka inersia”, postulat pertama karena tidak adanya
acuan universal sebagai acuan mutlak. Postulat kedua memiliki implikasi yang sangat luas dengan
kecepatan, panjang, waktu dan massa benda yang semuanya bersifat relative.
Transformasi Galileo hanya berlaku jika kecepatan-kecepatan yang digunakan tidak bersifat
relativistic, yaitu jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya. Sesuai dengan teori relativitas bahwa kecepatan
cahaya di S juga adalah c. maka diperlukan persamaan transformasi baru untuk bisa melibatkan
kecepatan relativistic.
Dengan adanya Transformasi Lorentz, masalah perbedaan panjang, massa,dan waktu, antara di Bumi
dan di luar angkasa dapat terpecahkan.
X = ɤ(x’+vt’)………………….. (10.10)
Y = y’………………………………..(10.11)
Z = z’ ……………………………….(10.12)
Kita asumsikan bahwa y dan z tidak berubah karena diperkirakan tidak terjadi kontraksi panjang
pada arah ini. Persamaan invers harus memiliki bentuk yang sama dimana v diganti dengan –v, sehingga
X’ = ɤ (x – vt)
10
Maka diperolah ɤ :
1
ɤ= 2
√1− 𝑣2
𝑐
𝑢′𝑥 + 𝑣
ux =
1+𝑣 𝑢′𝑥 /𝑐 2
𝑢′𝑦 √1−𝑣 2 /𝑐 2
uy =
1+𝑣 𝑢′𝑥 /𝑐 2
𝑢′𝑧 √1−𝑣 2 /𝑐 2
uz =
1+𝑣 𝑢′𝑥 /𝑐 2
2. Dilatasi Waktu
Akibat penting postulat Einstein dan transformasi Lorentz adalah bahwa selang waktu
antara dua kejadian yang terjadi pada tempat yang sama dalam suatu kerangka acuan selalu
lebih singkat daripada selang waktu antara kejadian sama yang diukur dalam kerangka acuan
lain yang kejadiannya terjadi pada tempat yang berbeda.
Pada dua kejadian yang terjadi di x0' pada waktu t1' dan t2' dalam kerangka S ', kita dapat
menentukan waktu t1 dan t2 untuk kejadian ini dalam kerangka S dari persamaan (9). Kita
peroleh:
11
Sehingga, dari kedua persamaan tersebut diperoleh:
Waktu di antara kejadian yang terjadi pada tempat yang sama dalam suatu kerangka
acuan disebut waktu patut, tp. Dalam hal ini, selang waktu Δtp = t2' – t1' yang diukur dalam
kerangka S' adalah waktu patut. Selang waktu Δt yang diukur dalam kerangka sembarang
lainnya selalu lebih lama dari waktu patut. Pemekaran waktu ini disebut dilatasi waktu, yang
besarnya:
3. Kontraksi Panjang
Kontraksi panjang adalah penyusutan panjang suatu benda akibat gerak relatif
pengamat atau benda yang bergerak mendekati cepat rambat cahaya. Penyusutan panjang
yang terjadi merupakan suatu fenomena yang berhubungan dengan pemekaran waktu. Panjang
benda yang diukur dalam kerangka acuan di mana bendanya berada dalam keadaan diam
disebut panjang patut (panjang benda menurut pengamat), l. Kita tinjau sebatang tongkat
dalam keadaan diam di S' dengan satu ujung di x2' dan ujung lainnya di x1' , seperti pada
Gambar 2.. Panjang tongkat dalam kerangka ini adalah l = x2' – x1'.
12
Gambar 2. Kontraksi panjang.
Untuk menentukan panjang tongkat di kerangka S, didefinisikan bahwa l = x2 –
x1. Berdasarkan invers dari persamaan (18) akan diperoleh:
dan
Karena waktu pengukuran x1 sama dengan waktu pengukuran x2, maka t1 = t2, sehingga:
dengan l0 adalah panjang benda sebenarnya, v adalah kecepatan benda, c adalah cepat
rambat cahaya, dan l adalah panjang benda menurut pengamat. Adanya dilatasi waktu yang
dipengaruhi oleh gerak benda relatif, akan memengaruhi pengukuran panjang. Panjang benda
yang bergerak terhadap pengamat kelihatannya lebih pendek daripada panjang sebenarnya.
13
D.Massa ,Momentum, dan Energi Relativistik
1. Massa Relativistik
Pada subbab sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran waktu dan pengukuran panjang
adalah fungsi-fungsi dari kecepatan v. Lalu, bagaimana dengan massanya? Menurut teori relativitas
khusus bahwa massa relativistik m dari sebuah partikel yang bergerak dengan laju v terhadap pengamat
dinyatakan:
Dengan m0 adalah massa diam, yaitu massa yang diukur bila partikel tersebut berada dalam
keadaan diam (v = 0) dalam suatu kerangka acuan, dan m disebut massa relativistik partikel.
2. Momentum Relativistik
14
3. Energi Relativistik
Dalam mekanika klasik, usaha yang dilakukan oleh gaya yang bekerja pada partikel sama dengan
perubahan pada energi kinetik partikel tersebut. Sebagaimana dalam mekanika klasik, kita akan
mendefinisikan energi kinetik sebagai kerja yang dilakukan oleh gaya dalam mempercepat partikel dari
keadaan diam hingga mencapai kecepatan tertentu. Jadi,
Suku kedua persamaan (3) tidak bergantung pada kecepatan dan disebut energi diam partikel E0,
yang merupakan perkalian massa diam dengan c2 .
15
E0 = m0 . c2 ....................................................... (4)
Jumlah energi kinetik dan energi diam disebut energi relativistik, yaitu :
16
C.Aplikasi
Albert Einstein pada tahun 1905 menyatakan bahwa ada kesetaraan antara massa dan
energi pada benda yang bergerak mendekati kecepatan cahaya. Pada penyinaran zat radioaktif,
selalu disertai energi yang sangat besar. Energi ini diserap dan berubah menjadi panas. Jika
benda diam menerima energi kinetik, massa relatif benda akan bertambah. Tetapi, jika
kehilangan energi, massa benda relatif akan berkurang. Einstein merumuskan bahwa energi
sebanding dengan massa dan kuadrat kecepatan cahaya, yang dinyatakan:
Dalam fisika klasik kita mengenal dua prinsip kekekalan, yaitu kekekalan massa (klasik)
dan kekekalan energi. Dalam relativitas, kedua prinsip kekekalan tersebut bergabung menjadi
prinsip kekekalan massa-energi, dan memegang peranan penting dalam reaksi inti.
Pada sebuah atom hidrogen mempunyai massa diam 1,00797 u setara dengan 938,8
MeV. Jika tenaga yang mencukupi (13,58 eV) ditambahkan untuk mengionisasi hidrogen
tersebut, yaitu untuk memecahkan hidrogen menjadi bagian-bagian pembentuknya (proton
dan elektron), maka perubahan pecahan massa diam sistem tersebut adalah:
Nilai itu setara dengan 1,45 × 10-6 persen, yang terlalu kecil untuk diukur. Tetapi, untuk
sebuah inti seperti deuteron dengan massa diam 2,01360 u yang setara dengan 1876,4 MeV,
maka diperlukan tambahan tenaga sebesar 2,22 MeV untuk memecahkan deuteron tersebut
menjadi bagian pembentuknya. Perubahan pecahan massa diam sistem tersebut adalah:
17
atau sekitar 0,12 persen, sehingga dengan mudah dapat diukur. Hal ini merupakan ciri
perubahan massa diam pecahan dalam reaksi nuklir, sehingga hukum kekekalan energi-massa
harus digunakan dalam suatu eksperimen reaksi nuklir, agar diperoleh kesesuaian dengan
teorinya.
Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti berat menjadi dua buah inti atau lebih yang
lebih ringan, disertai pancaran energi yang sangat besar. Sementara itu, reaksi fusi merupakan
reaksi penggabungan beberapa inti ringan, disertai pengeluaran energi yang sangat besar.
Proses ini merupakan kebalikan dari fisi, tetapi hasil terakhir sama yaitu energi yang dahsyat.
18
3.PENUTUP
Kesimpulan
rB = rA + v t
vB = vA + v
• Postulat I
“hukum-hukum fisika adalah sama dalam semua kerangka inersia”, postulat ini merupakan
perluasan prinsip relativitas Newton untuk mencakup semua jenis pengukuran fisis, bukan hanya
mekanis.
• Postulat II
“ kelajuan cahaya adalah sama dalam semua kerangka inersia”, postulat pertama karena tidak
adanya acuan universal sebagai acuan mutlak. Postulat kedua memiliki implikasi yang sangat luas
dengan kecepatan, panjang, waktu dan massa benda yang semuanya bersifat relative.
v=
v1 v2
1 v1 v
2
2
c
19
4. Dilatasi waktu (Pemuaian waktu)
t o
t =
2
v
1- 2
c
to = selang waktu yang diamati pada kerangka diam (diukur dari kerangka bergerak)
Benda yang panjangnya Lo, oleh pengamat yang bergerak sejajar dengan panjang benda dan
dengan kecepatan v, panjangnya akan teramati sebagai L.
2
L = Lo 1 - v2
c
6. Momentum Relativistik
20
Massa benda yang teramati oleh pengamat yang tidak bergerak terhadap benda, berbeda
dengan massa yang teramati oleh pengamat yang bergerak dengan kecepatan v terhadap benda.
m0
m=
2
v
1- 2
c
mo = massa diam atau massa yang teramati oleh pengamat yang tidak bergerak terhadap benda.
m = massa relativistik = massa benda dalam kerangka bergerak atau massa yang teramati oleh
pengamat yang bergerak dengan kecepatan v terhadap tanah
m o c2
Ek = m o c2
2
v
1- 2
c
Ek = m c 2 m o c2
Ek = (m - mo) c²
Ek = E Eo
E = energi total = m c²
Eo = energi diam = mo c²
Ek = energi kinetik benda
21
4.LAMPIRAN
Contoh Soal :
Sebuah partikel bergerak dengan laju V = 1/2 c√3 (c = laju cahaya). Jika mo = massa
diam, m = massa bergerak, Ek = energi, Eo = energi diam, maka berlaku....
A. m = 1/2 mo; Ek = 1/2Eo
B. m = 4/3 mo; Ek = Eo
C. m = 3/2 mo; Ek = Eo
D. m = 2 mo; Ek = 2 Eo
E. m = 2 mo; Ek = Eo
Pembahasan
Tentukan nilai γ terlebih dahulu dengan dengan cara seperti dua contoh di atas:
22
2) Dari Ebtanas 1989
Sebuah benda dalam keadaan diam panjangnya Xo, kemudian digerakkan dengan
kecepatan V (mendekati kecepatan cahaya), maka panjang benda menurut pengamat diam
yang berada sejajar arah panjang benda adalah …
Pembahasan
Hubungan panjang benda saat diam dengan benda saat bergerak dengan kecepatan v yang
mendekati kecepatan cahaya adalah
X = Xo/γ
jika kita masukkan nilai γ maka akan didapatkan seperti pilihan A
Massa benda yang bergerak dengan kecepatan 0,6 c (c = kecepatan cahaya) akan
berubah menjadi n kali massa diamnya, maka n adalah …
A. 0,80
B. 1,25
C. √2
D. √3
E. 3
Pembahasan
Saatnya dipakai apa yang telah dihafal tadi,
Jika ν = 0,6 c maka γ = 10/8 sehingga
m = γ mo
m = 10/8 mo = 1,25 mo
23
4) Dari Soal Ebtanas 1992
Benda bergerak dengan laju 0,6 c dengan arah sesuai dengan panjang benda. Bagi
pengamat yang diam terlihat panjang benda itu mengalami penyusutan sebesar …
A. 6 %
B. 20 %
C. 36 %
D. 64 %
E. 80 %
Pembahasan
ν = 0,6 c → γ = 10/8
Hubungan antara panjang saat benda diam dan saat bergerak jika kita pakai istilah Lo dan L
adalah
L = Lo / γ
L = Lo / (10/8) = 8/10 Lo = 80% Lo
Jadi susut panjangnya adalah 20%
Dua benda bergerak dengan kecepatan masing-masing 1/2 c dan 1/4 c, arah
berlawanan. Bila c = kecepatan cahaya, maka kecepatan benda pertama terhadap benda kedua
sebesar …
A. 0,125 c
B. 0,250 c
C. 0,500 c
D. 0,666 c
E. 0,75 c
24
Pembahasan
Soal ini tentang Penjumlahan Kecepatan Relativistik
Massa diam suatu benda mo dan massa bergeraknya m. Apabila benda itu bergerak
dengan kecepatan 0,6 c dimana c = laju cahaya dalam ruang hampa, maka hubungan mo dan m
yang benar adalah …
A. mo = 1,25 m
B. mo = 0,8 m
C. mo = 1,0 m
D. mo = 0,5 m
E. mo = 0,6 m
Pembahasan
Dengan cepat kita tahu γ = 10/8
Hubungan m dengan mo adalah
m = γ mo
m = 10/8 mo
atau
mo = 8/10 m = 0,8 m
Kunci jawaban : B
25
7) Dari Soal Ebtanas 1997
Pada saat bergerak, panjang sebuah pesawat menjadi 1/2 panjang pesawat itu dalam
keadaan diam. Jika c = kecepatan cahaya, maka kecepatan pesawat itu relatif terhadap
pengamat yang diam adalah …
A. 1/2 c
B. 1/2 c√2
C. 1/2 c√3
D. 3/4 c
E. 4/3 c
Kunci Jawaban : C
26
10) Dari Soal Ujian Nasional Fisika Tahun 2008
Balok dalam keadaan diam panjangnya 2 meter. Panjang balok menurut pengamat yang
bergerak terhadap balok dengan kecepatan 0,8 c ( c = laju cahaya) adalah....
A. 0,7 m
B. 1,2 m
C. 1,3 m
D. 1,6 m
E. 2,0 m
Kunci Jawaban : B
12). Sebuah elektron yang mempunyai massa diam mo bergerak dengan kecepatan 0,6 c. Hitunglah
energi kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
Karena elektron bergerak dengan v = 0,6 c maka massa relativitas adalah: m = m = mo /
( 1 - v²/c²)
Energi kinetik elektron:
Ek = (m - mo) c²
= [ {mo / ( 1 - v²/c²)} - mo] c² = [ {1 / ( 1 - v²/c²)} - 1] mo c²
= [ {1 / ( 1 - 0.36 c²/c²)} - 1] mo c² = 0.25 mo c²
Jadi energi kinetik elektron yang bergerak = 0.25 kali energi diamnya.
27
13) Sebuah benda dengan massa diam mo dan panjang Lo bergerak dengan laju v mendekati
kecepatan cahaya c.
Maka:
Jawab:
1, 2 dan 3 benar.
Karena benda bergerak dengan laju v mendekati c maka berlaku teori relativitas, yaitu:
1. Massa benda bergerak lebih besar dari massa diamnya (massa relativitas) Benar
2. Panjang benda bergerak lebih kecil dari panjang diamnya (kontraksi panjang) Benar
3. Energi diam benda = mo c² Benar
4. Energi total benda = m c² , sehingga energi kinetiknya benda = (m - mo) c² Salah
14) Sebuah elektron yang mempunyai massa diam mo bergerak dengan kecepatan 0,6 c. Hitunglah
energi kinetik elektron tersebut ?
Jawab:
m0
m=
2
v
1- 2
c
Ek = (m - mo) c²
28
m0
=[ - mo] c²
2
v
1- 2
c
1
=[ - 1] mo c²
2
v
1- 2
c
1
=[ - 1] mo c²
(0,6.c) 2
1- 2
c
1
= mo c²
0,8
= 0,25 mo c²
= 0,25 Eo
Jadi energi kinetik elektron yang bergerak = 0,25 kali energi diamnya.
15) Astronaut yang bermassa 96 kg di Bumi, berada dalam sebuah roket yang bergerak dengan kelajuan
0,8 c. Tentukan massa astronaut tersebut ketika berada dalam roket!
Penyelesaian:
Massa diam, m0 = 90 kg
kelajuan roket, v = 0,8 c ⇔ v/c = 0,8
29
16) Sebuah proton bergerak dengan kecepatan 0,8 c. Hitunglah energi diam dan energi total proton
tersebut!
Pembahasan :
Energi proton :
Energi total :
30
TUGAS
PORTOFOLIO
DISUSUN
O
L
E
H
KELOMPOK
COULOMB
Nama Anggota :
1.Aulyra Familah
2.Arafat Alwi
3.Rahmadani
4.Nurfadila
5.Nurul Alifyah Syaid
31
KATA PENGANTAR
32
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………..….…
B. Landasan Teori…………………………………………………..….
C. Tujuan ………….………………….………………..…….....
D. Rumusan Masalah…………………………………………………….....
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………….........
33