Anda di halaman 1dari 73

1|Page

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA DASAR FT UNTIRTA ................ 3
PERATURAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR FT
UNTIRTA .................................................................................................... 4
PESAWAT ATWOOD ......................................................................................... 7
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM ........................................................... 12
TETAPAN PEGAS ............................................................................................. 18
BANDUL REVERSIBEL ................................................................................... 24
MODULUS YOUNG .......................................................................................... 28
PANAS JENIS DAN KALORIMETER ............................................................. 35
CERMIN DAN LENSA ...................................................................................... 40
RANGKAIAN LISTRIK .................................................................................... 45
RESISTANSI, INDUKTANSI & KAPASITANSI (RLC) ................................. 53
JEMBATAN WHEATSTONE ........................................................................... 61
VISKOSITAS FLUIDA ...................................................................................... 66
VOLTAMETER TEMBAGA ............................................................................. 73

2|Page
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA
TAHUN AKADEMIK
2019/2020

KEPALA LABORATORIUM
Dr. Irma Saraswati, S.Si., M.T.

LABORAN
Kurniawan Putra Yudha, S.Si.

ASISTEN LABORATORIUM

1. Adam Andi Nugroho T. Metalurgi


2. Adzra Hana Nabila T. Metalurgi
3. Ahmad Fauzi T. Mesin
4. Chintya Nur Ramdhani T. Metalurgi
5. Danur Eka Riyanto T. Elektro
6. Destia Maradhina T. Sipil
7. Fitri Viviyana T. Metalurgi
8. Fuji Dwi Putri T. Kimia
9. Ginda Quriatama T. Metalurgi
10. Muhammad Maulanna Zensih T. Elektro
11. Muhammad Rifqi Hafizh T. Elektro
12. Nadin Alifia T. Kimia
13. Niko Arfana Usti T. Elektro
14. Nindya Carolin Ciptia Sari T. Kimia
15. Reza Hariansyah T. Elektro
16. Shania Yosephin Ginting T. Kimia
17. Siti Aisah T. Kimia
18. Vini Hafidzatul Hakimah T. Metalurgi

3|Page
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR FT UNTIRTA

A. Kehadiran
1. Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
2. Keterlambatan kurang dari 10 menit dari waktu praktikum dikenai
SANKSI 1.
3. Keterlambatan lebih dari 10 menit dari waktu praktikum dikenai SANKSI
3.
4. Keterlambatan lebih dari 30 menit dari waktu praktikum dikenai SANKSI
4.
5. Praktikan yang berhalangan hadir karena sakit wajib disertai dengan surat
keterangan sakit yang diserahkan ke Laboratorium Fisika Terapan paling
lambat dua hari setelah jadwal praktikum yang seharusnya.
6. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan tertentu
diperbolehkan melakukan change shift dengan praktikan lainnya sesuai
dengan modul yang dipraktikumkan.
7. Praktikan yang melakukan changeshift wajib mengisi form changeshift
maksimal 1 hari sebelum jadwal praktikum seharusnya bersama rekan
changeshift-nya.
8. Shifting diperbolehkan pada jadwal praktikum yang kosong (apabila
praktikan yang memiliki jadwal tidak hadir) sesuai dengan modul yang
akan dipraktikumkan.
9. Shifting diperbelohkan maksimal 7 hari sebelum atau sesudah jadwal
tersebut.
10. Praktikan yang melakukan shifting wajib datang menyerahkan kartu
praktikum maksimal 15 menit sebelum jadwal praktikum.
11. Praktikan hanya diperbolehkan melakukan shifting satu kali.
12. Apabila melakukan shifting tetapi tidak melapor, maka akan dikeluarkan
dan nilai pada modul tersebut NOL.

4|Page
B. Persyaratan Mengikuti Praktikum
1. Praktikan wajib berpakaian rapih dan sopan, mengenakan KEMEJA
berkerah, sepatu, dan jas almamater (almamater dikancing).
2. Praktikan wajib membawa modul, blangko percobaan, kartu praktikum,
laporan sementara, dan lembar tes pendahuluan.
3. Praktikan wajib mencetak Cover Laporan Praktikum dan wajib diketik
pada bagian Nama Praktikan, NIM, Jurusan, Grup, dan Tanggal
Percobaan, serta mengosongkan pada bagian Rekan dan Asisten.
4. Praktikan wajib membawa alat tulis seperti pensil, penghapus, pulpen biru,
dan wajib membawa kalkulator scientific untuk melakukan pengolahan
data.
5. Praktikan wajib membuat laporan sementara yang terdiri dari Bab 1, Bab
2, dan Bab 3 dengan menggunakan PULPEN BIRU. Bab 2 minimal
berjumlah 5 halaman. Sumber materi TIDAK diperkenankan menyalin
dari modul.
6. Praktikan wajib membawa masker wajah pada praktikum Modul
Voltameter Tembaga.
7. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum sebelum semua
persyaratan dipenuhi.
C. Pelaksanaan Praktikum
1. Praktikan wajib menaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium Fisika
Terapan.
2. Praktikan wajib memelihara kebersihan dan bertanggung jawab atas
keutuhan alat-alat praktikum. Apabila terjadi kerusakan pada alat
praktikum dan fasilitas Laboratorium Fisika Terapan menjadi tanggung
jawab praktikan yang bersangkutan.
3. Praktikan dilarang membawa makanan, minuman, obat-obatan terlarang,
dan barang-barang yang membahayakan ke dalam Laboratorium Fisika
Terapan.
4. Praktikan dilarang menggunakan perhiasan atau aksesoris yang terlihat
agar tidak membahayakan jalannya praktikum. Apabila praktikan
melanggarnya dapat dikenakan SANKSI 2.
5|Page
5. Praktikan wajib menjaga suasana kondusif selama praktikum berlangsung.
Apabila praktikan mengganggu jalannya praktikum dapat dikenakan
sedikitnya SANKSI 2.
6. Praktikan tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi kecuali atas
izin Asisten. Jika praktikan melanggar dapat dikenakan SANKSI 2.
7. Praktikan wajib mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten dan
Dosen Laboratorium Fisika Terapan.

D. Pengumpulan Laporan
1. Membawa kartu praktikum
2. Waktu pengumpulan laporan satu minggu setelah dilaksanakannya
praktikum.
3. Waktu pengumpulan laporan pada jam kerja, dari jam 09.00 sampai 16.00.
4. Apabila terlambat mengumpulkan laporan, maka laporan tidak diterima
(hangus).
5. Apabila terindikasi memplagiat laporan, maka pada Bab yang sama akan
diberi nilai NOL.
6. Apabila blangko percobaan hilang, maka Bab IV, Bab V, Lampiran A, dan
Lampiran C diberi nilai NOL.
7. Apabila kartu praktikum hilang, maka praktikan wajib mengisi surat
pernyataan kehilangan kartu praktikum. Apabila kartu praktikum hilang
untuk kedua kali, maka tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
8. Apabila ada revisi laporan, revisi diserahkan 3 hari setelah laporan
diberikan kepada praktikan.

SANKSI-SANKSI
1. SANKSI 1: Bobot nilai tes pendahuluan dikurangi 5%.
2. SANKSI 2: Bobot nilai tes pendahuluan dikurangi 10%.
3. SANKSI 3: Nilai tes pendahuluan 0 (nol) .
4. SANKSI 4: Tidak diperkenankan mengikuti praktikum.

6|Page
Modul 01
PESAWAT ATWOOD
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal besaran fisis momen inersia.
2. Mengenal Hukum Newton melalui sistem katrol.
3. Mengamati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap.
4. Memeriksa apakah Hukum Newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi
diketahui.

B. Teori Dasar
1) Hukum Newton I: Jika suatu sistem (benda) tidak mendapat gaya dari
luar, maka sistem itu akan tetap dalam keadaannya.
∑F = 0 ......................................................................................... (1.1)
2) Hukum Newton II, ditulis secara matematis :
F = m·a ........................................................................................ (1.2)
di mana,
F: gaya yang bekerja pada sistem (N)
m: massa benda (kg)
a: percepatan yang dialami benda (m/s2)
3) Kesimpulan dari persamaan di atas:
a) Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
b) Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Bila gayanya
konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan.
c) Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan. Sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda
mengalami percepatan maka tentu ada gaya yang
menyebabkannya.

7|Page
4) Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap
Vt = V0 + a  t ....................................................................................(1.3)

X t = X 0 + V0 t + 1 2 at 2
...................................................................(1.4)

V 2 = V02 + 2a( X t − X 0 )
................................................................(1.5)

5) Benda yang bergerak melingkar melalui poros:


Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya,
maka pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang
ekivalen dengan persamaan gerak linier. Dalam hal ini ada besaran
fisis momen inersia I yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m)
pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya (harga
tersebut adalah harga yang tetap).
I~m
I ~ r2
6) Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada Gambar 1.1,
maka berlaku persamaan seperti berikut (bila dianggap M1 = M2 = M):
mg
a=
2M + m + I
r2 ...........................................................................(1.6)

8|Page
A
M2

B
M1

Gambar 1.1 Katrol dengan Beban (Pesawat Atwood)

Pada saat M2 berada di titik A dan diberi beban tambahan m, maka


terjadi gerak dipercepat dengan persamaan (1.6). Saat melalui lubang B,
benda m akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang B dan menuju titik C
dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2+m berada di titik A.
Jika M1 dilepas dari klem, maka M2+m akan turun dari titik A ke C melewati
titik B dengan gerak dipercepat.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 Alat-alat Pesawat Atwood

No. Alat Jumah


1. Alat Pesawat Atwood 1 set
2. Tali penggantung :Benang nilon 1m
3. Pemegang beban pegas 1 buah
4. Neraca 1 buah
5. Beban Penggantung M1 dan M2 @ 100 g @ 1 buah

9|Page
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang @ 1 buah
8. Penggaris 1 buah
9 Stopwatch 1 buah

D. Prosedur Percobaan
1. Timbang massa M1, M2, m1 dan m2 masing-masing sebanyak 3 kali.
2. Gantungkan massa beban utama dan pada ujung-ujung tali kemudian
pasang pada katrol..
3. Pasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang
sejajar dengan tali. Jika tidak aturlah sampai sejajar
4. Tambahkan beban m pada beban M2! (Perhatikan Gambar 1.1!)
5. Tekan pegas pada pemegang beban, maka M1 akan terlepas dari
pemegang beban dan bergerak ke atas, sedangkan M2 + m akan
bergerak ke bawah
6. Catat waktu perpindahan M2+m dari A ke B (t1) dan dari B ke C (t2)!
7. Ulangi pengamatan sebanyak tiga kali untuk setiap jarak yang
ditentukan asisten.
a. Percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B: Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Pastikan tiang Pesawat Atwood berdiri tegak (tidak miring).
2. Pastikan pesawat tidak oleng ketika M1 dilepaskan.
3. Hindari mengubah kedudukan katrol.
4. Cara mengukur jarak XAB dan XBC karena beban tambahan m akan
terlepas ketika bagian atas M2 melewati titik B dan M2 akan berhenti
saat bagian bawahnya menyentuh titik C.
5. Waktu t1 (dari A ke B) mulai dicatat bersamaan dengan saat M1
dilepas.

10 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Jelaskan secara singkat kondisi / fenomena disekitar kita yang menunjukkan
berlakunya Hukum Newton 1, 2 dan 3 !
2. Apabila diameter katrol dalam percobaan diubah, apakah mampu
mempengaruhi data yang didapatkan? Jelaskan!
3. Tiga buah bola terbuat dari material yang berbeda, memiliki ukuran
geometri yang sama dijatuhkan diatas ketinggian 200 m dari permukaan
tanah. Bola 1, 2 dan 3 secara berturut-turut memiliki massa 2 kg, 5 kg, dan
10 kg. Bola manakah yang akan jatuh menyentuh tanah terlebih dahulu ? ( g
= 9,8 m/ )
4. Dua orang remaja bernama A dan B sedang memindahkan 2 benda yang
memiliki massa yang sama sebesar 2 kg dari lantai ke atap sebuah rumah. A
menggunakan tali dan sebuah katrol yang berdiameter 6 cm. Sedangkan B
hanya menggunakan tali. Manakah yang membutuhkan gaya lebih besar
untuk memindahkan benda tersebut jika percepatan benda naik 1 m/ ? (g =
9,8 m/ )
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (1.6) !

11 | P a g e
Modul 02
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

A. Tujuan Percobaan
1. Memverifikasi Hukum Kekekalan Momentum.
2. Membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis.

B. Teori Dasar
Jika ditinjau tumbukan antara dua benda yang bermassa dan
seperti diperlihatkan dalam gambar 2.1. Dalam selang tumbukan yang
sangat singkat kedua benda saling memberikan gaya pada yang lainnya.
Menurut Hukum Newton ketiga, pada setiap saat gaya yaitu gaya yang
bekerja pada benda A oleh benda B sama besar dan berlawanan arah
dengan yaitu gaya pada benda B oleh benda A.

Gambar 2.1 Benda A dan B saling bertumbukan


Perubahan momentum pada benda A akibat tumbukan ini adalah:

dengan adalah harga rata-rata gaya dalam selang waktu tumbukan


. Perubahan momentum benda B akibat tumbukan adalah:

12 | P a g e
dengan adalah harga rata-rata gaya dalam selang waktu tumbukan
.
Jika tidak ada gaya lain yang bekerja maka, dan
menyatakan perubahan momen tum total masing-masing benda. Tetapi
telah ketahui bahwa pada setiap saat sehingga dan
karena itu . Jika kedua benda kita anggap sebagai sebuah
sistem terisolasi, maka momentum total sistem adalah
. Jadi, jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka
tumbukan tidak mengubah momentum total sistem. Gaya impulsif yang
bekerja selama tumbukan merupakan gaya internal, karena itu tidak
mempengaruhi momentum total sistem. Momentum dapat juga diperoleh
dari hasil kali besaran skalar massa dengan besaran vektor kecepatan,
sehingga momentum termasuk besaran vektor.
........................................................................................... ...(2.1)
Misalkan 2 buah benda (A dan B) dengan massa dan
bergerak dengan kecepatan dan . Kecepatan benda setelah tumbukan
dan . Hukum kekekalan momentum dapat kita tuliskan:
............................................... (2.2)

Jika kita dapat mengukur kecepatan kedua sistem sebelum dan


sesudah tumbukan, massa benda bisa kita ketahui, maka Hukum
Kekekalan Momentum dapat kita buktikan.

a. Tumbukan Lenting Sempurna


Jika kedua benda memiliki massa yang sama besar
dan benda A mula-mula diam . Benda B mendekati dan
menumbuk benda A dengan kecepatan maka kita akan
mendapatkan nilai dan , artinya kedua benda
bertukar kecepatan. Untuk benda dengan massa berbeda dan benda A
mula-mula diam persamaan (2.2) menjadi

13 | P a g e
......................................................... (2.3)

b. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


Jika massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula
diam, dan benda B bergerak dengan kecepatan . Setelah tumbukan
kecepatan kedua benda sama besar maka kecepatan benda setelah
tumbukan menjadi
Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk
arah yang sama maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi
. Jika massa kedua benda tidak sama persamaan
(2.2) menjadi
................................................................... (2.4)

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Alat-alat Percobaan Hukum Kekekalan Momentum

No. Alat Jumah


1. Alat Rel Udara 1 set
2. Kereta 2 buah
3. Pegas tumbuk 2 buah
4. Beban 1 set
5. Gerbang cahaya (photo gate) 2 buah
6. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 set
7. Velcro 2 buah
8. Penghalang cahaya dua jari 3 cm 2 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Susunlah alat seperti gambar 2.2.
2. Nyalakan peniup (blower).
3. Periksalah kerataan lintasan.

14 | P a g e
4. Pasangkan penghalang cahaya dengan jarak
5. Pasang pegas tumbuk pada 2 buah kereta yang bermassa sama.
6. Timbang kereta A dan B sebanyak 3 kali.
7. Timbang kereta + beban tambahan sebanyak 3 kali.

Gambar 2.2 Susunan Alat Rel Udara


b. Tumbukan Lenting Sempurna
1. Letakkan kereta di atas rel.
2. Kereta A dalam keadaan diam diantara 2 gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B diatas rel, lalu dorong kereta B sehingga
bergerak dengan kecepatan yang besarnya dapat diukur melalui
gerbang cahaya (lihat gambar 2.2).
4. Amati selang waktu kereta yang melewati gerbang cahaya
kemudian catat waktu dan kecepatan yang diperoleh.
5. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah massa kereta dengan
menambahkan beban tambahan, lalu catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda.

15 | P a g e
Gambar 2.3 Susunan alat percobaan tumbukan lenting sempurna
c. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
1. Pasang Velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya
pada salah satu kereta.
2. Letakkan kereta A di antara kedua gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B pada rel, lalu dorong kereta B sehingga
menumbuk kereta A (setelah tumbukan kedua kedua kereta akan
bergerak bersama-sama).
4. Amati seelang waktu kereta melewati gerbang cahaya sebelum dan
sesudah tumbukan pada penghitung waktu dan kecepatan
kemudian catat hasilnya.
5. Ulangi langkah 2 s.d. 4 dengan menambahkan beban tambahan
pada kereta kemudian catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda.

Gambar 2.4 Susunan alat percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali

16 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Apa perbedaan Momentum dan Impuls?
2. Sebuah senapan massanya 2 kg menembakkan peluru yang massanya 2
gr dengan kelajuan 400 m/s, tentukan kecepatan senapan
sesaat peluru lepas dari senapan !
3. Seorang anak naik skate board yang massanya 5 kg dengan kelajuan 5
m/s. Jika massa anak 25 kg, tentukan kecepatan skate board pada saat :
a. anak melompat ke depan dengan kelajuan 2 m/s
b. anak melompat ke belakang dengan kelajuan 2 m/s
c. anak melompat ke samping dengan kelajuan 2 m/s
4. Buktikan penurunan rumus Hukum Kekekalan Momentum (Persamaan
2.2)

17 | P a g e
Modul 03
TETAPAN PEGAS

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai tetapan pegas.
2. Menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dan
perpanjangan pegas.
3. Mengetahui hubungan periode dan massa beban pada osilasi pegas.
4. Memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada periode osilasi dan nilai
tetapan pegas pipih.

B. Teori Dasar
Sebuah benda yang diregangkan oleh gaya akan mengalami pertambahan
panjang. Menurut Hooke, bila benda masih berada dalam keadaan elastis
(belum melampaui batas elastisnya), pertambahan panjang x sebanding
dengan besar gaya F yang meregangkan benda. Asas ini dapat dirumuskan
dalam bentuk persamaan 3.1. Pada persamaan tersebut, k adalah tetapan
pegas yang diselidiki. Grafik antara F dan x akan membentuk garis lurus.

F = - k × x ........................................................................................... (3.1)

Jika sebuah benda bermassa M digantung pada ujung bawah sebuah pegas,
ujung atas pegas dipasang pada titik yang tetap seperti pada Gambar 3.1,
massa menarik pegas ke bawah dengan gaya berat Mg yang menyebabkan
pegas teregang sehingga beban berada pada posisi O. Jika beban ditarik ke
bawah oleh gaya tambahan, pegas akan mulur sejauh x sehingga berada pada
titik A. Jika massa M dilepaskan, massa akan berosilasi harmonik ke atas dan
ke bawah di antara dua kedudukan ekstrim A dan B (titik O adalah titik
kesetimbangan beban M) dengan periode tetap. Massa tersebut dikatakan
melakukan satu osilasi jika beban bergerak dari titik A kembali ke titik A, dari

18 | P a g e
titik B kembali ke titik B, atau dari O kembali ke titik O setelah melewati titik
A dan B. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu osilasi disebut periode
osilasi T. Jika waktu untuk n osilasi adalah t, maka periodenya adalah t/n.
Jika beban dilepaskan, gaya pemulih menurut hukum Hooke -kx
menghasilkan sebuah percepatan sebagaimana diberikan oleh Hukum Newton
kedua (persamaan 3.2). Persamaan 3.2 dapat diubah menjadi persamaan (3.3)
k × x = M × a .................................................................................... (3.2)

a=- x ...................................................................................... (3.3)

Persamaan 3.3 merupakan persamaan dasar untuk gerak harmonik


sederhana dengan percepatan a sebanding dengan simpangan x, dan
periodenya diberikan oleh Persamaan (3.4) dan (3.5)

T ............................................................................................. (3.4)

T2 ......................................................................................... (3.5)
Titik tangkap
tetap

Gambar 3.1 Osilasi Beban yang Digantung pada Pegas

Suatu bahan elastik cenderung kembali ke bentuk awalnya ketika bahan


itu diubah bentuknya. Elastisitas berimplikasi adanya gaya pemulih sehingga
memungkinkan benda berosilasi. Benda yang bergerak secara berulang dalam
interval waktu atau periode tertentu dikatakan melakukan gerak periodik.

19 | P a g e
Sebagai contoh yaitu gerak periodik pada pegas pipih. Gerak periodik yang
terjadi disebut gerak harmonik sederhana yang digambarkan dengan fungsi
sinus atau cosinus.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alat-alat Percobaan Tetapan Pegas
No. Nama Alat Jumlah
1 Statif penggantung 1 set
2 Beban bercelah dan penggantung beban 1 set
3 Mistar 1 buah
4 Jam henti 1 buah
5 Pegas helik 1 buah
6 Pegas pipih 1 buah
7 Perangkai beban dan pengencang 1 set

D. Prosedur Percobaan
a. Metode Pembebanan
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Percobaan Tetapan Pegas Metode Pembebanan

2. Gantung satu beban (W0) ke ujung bawah pegas. Nilai ini adalah
berat beban awal F0 untuk pegas, sehingga F0 = W0.

20 | P a g e
Catatan: dalam percobaan ini digunakan W = m×g. W adalah berat
beban (N), m massa (kg), dan g adalah percepatan gravitasi (g = 10
m/detik2)
3. Ukur panjang pegas awal l0. Catat nilai F0 dan l0.
4. Tambah satu beban pada beban awal dan ukur panjang pegas l. Catat
nilai W dan l.
5. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

b. Metode Osilasi
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 3.2.
2. Gantung massa beban pada ujung bawah pegas.
3. Siapkan jam henti untuk mengukur waktu osilasi.
4. Beri simpangan pada pegas dengan cara menarik ke bawah sejauh 
3 cm, kemudian lepaskan beban agar berosilasi di sekitar titik
setimbang dan jalankan jam henti.
5. Hitung jumlah osilasi hingga sejumlah yang ditentukan asisten.
6. Berhentikan jam henti dan catat waktu yang tertera.
7. Hitung waktu yang diperlukan untuk satu kali osilasi (periode T).
8. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

c. Osilasi pada Pegas Pipih


1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.3 dan tempatkan
rangkaian di dekat pinggir meja percobaan.

Gambar 3.3 Rangkaian Alat Percobaan Osilasi Pegas Pipih

21 | P a g e
2. Jepit pegas pipih dengan penjepit yang disediakan.
3. Pasang beban bercelah pada ujung pegas menggunakan perangkai
beban.
4. Siapkan jam henti.
5. Ukur panjang pegas pipih mulai dari pusat massa beban di ujung
pegas ke sisi depan jepitan pegas.
6. Tarik beban ke alah satu sisi pegas sedemikian rupa sehingga beban
terdefleksi sejauh jarak yang ditentukan asisten dari titik
setimbangnya, yaitu titik O (Gambar 3.4). Ambil salah satu titik (A
atau B) sebagai titik acuan.

Gambar 3.4 Gerak Osilasi pada Pegas Pipih

7. Simpangkan pegas dari titik simpangan lalu lepaskan dan mulai


hidupkan jam henti. Hitung satu osilasi ketika beban kembali ke titik
acuan dalam arah gerak yang sama.
8. Lakukan hitungan sampai jumlah osilasi n yang ditentukan asisten.
Kemudian matikan jam henti. Catat waktu t yang tertera pada jam
henti.
9. Hitung nilai periode osilasi T menggunakan persamaan T = t/n.
10. Ulangi langkah percobaan dengan jarak simpangan lainnya.

22 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Pada sebuah trampolin terdapat 40 buah pegas di sekeliling tepi trampolin,
dengan tiap pegas memiliki nilai konstanta pegas sebesar 100 . Jika
seorang anak dengan massa 50 kg menaiki trampolin tersebut dan dialami
masing-masing pegas berada pada posisi 20 dari sumbu horizontal,
berapakah besar pertambahan panjang yang dialami masing-masing
pegas? (g = 10 )

2. Sebuah helikopter menggunakan pegas sepanjang 1 m untuk menarik ke


atas sebuah kapal selam yang memiliki massa 7500 kg dengan kecepatan
penarikan 2 . Pegas mengalami peregangan sepanjangan 1,125 m.

Tentukan nilai konstanta pegas tersebut!


3. Pegas merupakan alat yang dapat membantu mempermudah beban
pekerjaan manusia. Beberapa pekerjaan yang berat apabila harus
dilakukan sendiri tanpa alat bantu akan menjadi mudah dengan
memanfaatkan pegas. Sebutkan dan jelaskan berbagai kegunaan pegas
dalam kehidupan sehari-hari berikut dengan cara kerja pegas tersebut!
4. Buktikan penurunan rumus periode osilasi dari persamaan hukum hooke!

23 | P a g e
Modul 04
BANDUL REVERSIBEL
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep bandul reversibel.
2. Dapat menentukan percepatan gravitasi bumi.

B. Teori Dasar

Bandul reversibel merupakan bandul fisis yang memiliki pasangan


titik tumpu dengan jarak tertentu. Bandul tersebut dapat diosilasikan pada
kedua titik tumpu tersebut, dalam hal ini tittik tumpu A dan B, seperti pada
Gambar 4.1. Periode bandul pada kedua titik tumpu itu dapat dibuat sama
dengan mengatur letak beban B di sepanjag batang bandul.

Jika bandul ditumpu pada titik tumpu A, periodenya TA dapat dituliskan

................................................................................. (4.1)

dengan IA adalah momen inersia pendulum terhadap titik tumpu A, m massa


pendulum, yA adalah jarak antara titik tumpu A dan pusat gravitasi. Jika kita
ganti dengan lA , persamaan (4.1) dapat tuliskan kembali

............................................................................................ (4.2)

24 | P a g e
beban A

titik tumpu A

beban B

titik tumpu B

Gambar 4.1 Percobaan bandul reversibel

Jika bandul di tumpu di B, dengan cara yang sama, periode dapat dituliskan

........................................................................................... (4.3)

Pada saat TA samadengan TB, sehingga lA = lB = l, ini merupakan panjang ekipalen


bandul dan sama dengan jarak antara kedua titik tumpu tersebut. Percepatan
gravitasi dapat dihitung dengan persamaan

.................................................................................................. (4.4)

TA dan TB merupakan fungsi dari y, jarak beban B terhadap titik tumpu A.


Hubungan antara TA dan y ; dan antara TB dan y akan diketahui dari percobaan.

Dari grafik TA terhadap y dan TB terhadap y, perpotongannya menunjukkan TA =


TB.

25 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel

No. Alat Jumah


1. Bandul Reversibel 1 set
2. Gerbang cahaya 1 buah
3. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 buah
4. Dasar statif 1 buah
5. Batang statif 500 mm 1 buah
6. Boss-head 1 set
7. Penggaris 50 cm 1 buah

D. Prosedur Percobaan

1. Pastikan jarak antara mata pisau pertama dengan mata pisau kedua
berjarak 50 cm. Catatlah sebagai l.
2. Pastikan beban A sehingga berjarak 11 cm dari mata pisau pertama!
Catat sebagai yo.
3. Atur beban A sehingga berjarak 5 cm dari mata pisau pertama.
Catatlah sebagai y.
4. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm kemudian lepaskan sehingga
bandul berosilasi. Ukurlah waktu untuk 10 osilasi dengan
menggunakan jam henti. Catatlah sebagai tA1.
5. Balikkan bandul sehingga mata pisau kedua berada di atas bantalan
pisau.
6. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm kemudian lepaskan sehingga
bandul berosilasi. Ukurlah waktu untuk 10 osilasi dengan
menggunakan jam henti. Catatlah sebagai tB1. Hitunglah periodenya,
TB1.
7. Balikkan kembali bandul pada posisi semula.
8. Geser beban B sehingga jaraknya menjadi 10 cm. Catatlah sebagai y2.
Lakukan langkah 4 s/d 7.

26 | P a g e
9. Lakukan langkah 4 s/d 7 untuk jarak beban B selanjutnya dengan jarak
y3, y4, dan seterusnya hingga pada jarak 45 cm, dengan pergeseran
beban 5 cm.

E. Pertanyaan

1. Cara apa saja yang dapat dilakukan untuk memperoleh harga percepatan
gravitasi bumi selain menggunakan bandul reversibel?
2. Suatu satelit bergerak mengitari planet Bumi dengan jari-jari orbit
mendekati jari-jari bumi ( ). Jika jari-jari Bumi
dan percepatan gravitasi di orbit satelit tersebut dianggap sama dengan
percepatan gravitasi di permukaan Bumi yaitu 9,8 m/s. Berapakah
kelajuan satelit tersebut untuk mengorbit Bumi!
3. Diketahui jari-jari bumi 3,7 kali jari-jari bulan, massa bumi 81,3 kali
massa bulan dan percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2. Jika berat
seseorang dibumi adalah 500 N. Hitunglah percepatan gravitasi bulan dan
berat orang tersebut saat di bulan!
4. Buktikan penurunan rumus persamaan (4.4) !

27 | P a g e
Modul 05
MODULUS YOUNG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam.

B. Teori Dasar
Ketika memberikan gaya ke suatu benda, maka akan terjadi dua
perubahan. Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi
gerak dipercepat). Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang
diberikan terhadap benda. Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang
berkaitan dengan besar gaya yang diberikan, posisi benda an bahan benda
tersebut.

Gaya luar tersbut disebut tegangan (stress), yang dinyatakan dengan


persamaan

...................................................................................................... (5.1)

Regangan, yang disebabkan dinyatakan dengan persamaan

..................................................................................................... (5.2)

Tegangan sebanding dengan regangan yang dinyatakan dengan persamaan


berikut

.................................................................................................... (5.3)

adalah modulus Young yang menentukan sifat elastisitas bahan.

Modulus Young menjelaskan tentang perubahan suatu benda dalam batas


elastisitasnya. Pada percobaan ini akan ditentukan nilai modulus Young

28 | P a g e
dari berbagai jenis logam. Saat memberikan gaya ke bawah pada bagian
tengah balok logam, akan muncul regangan yang menyebabkan balok
bengkok ke bawah. Tinggi kelekukan harus berbanding lurus dengan
penambahan beban, lihat gambar 5.1.

Persamaan modulus Young dapat dinyatakan sebagai berikut:

.............................................................................................. (5.4)

Dimana adalah berat beban yang akan ditambahkan ke balok, adalah


jarak antara dua ujung balok, adalah tinggi lekukan balok yang
bengkok, adalah lebar balok dan adalah tebal balok.

Gambar 5.1 Batang Logam Yang Dibengkokan

Dial Indicator/Dial Gauge


Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak
penyimpangan yang sangat kecil dari sebuah bidang, baik bidang datar,
silinder, atau bulat. Misalnya untuk mengukur kerataan bidang, atau
mendeteksi perbedaan tinggi yang sangat kecil dari dua buah permukaan
datar. Dial indicator memiliki ketelitian 0,01 mm dengan jarum penunjuk
panjang (mikro) dan pendek (makro).

29 | P a g e
Gambar 5.2 Dial Indicator

Cara menggunakan dial indicator:

1. Tekan sensor dan amati pergerakan jarum. Jika sensor ditekan maka
jarum panjang akan bergerak ke kanan (searah jarum jam) dan jarum
pendek bergerak ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Jika sensor
dilepas maka kedua jarum akan kembali ke posisi awal yaitu skala nol.
2. Saat pemasangan, pastikan bahwa dial indicator tegak lurus dengan
bidang yang akan diukur.
3. Jangan memberikan tekanan atau hentakan yang tiba-tiba pada dial
indicator saat melakukan pengukuran.
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala
dan paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.
Cara membaca skala pada dial indicator:

1. Saat pengukuran, perhatikan jarum panjang terlebih dahulu. Jarum


panjang menunjukan skala nonius. Satu ruas bernilai 0,01 mm. Jika
jarum panjang melakukan satu putaran penuh, maka jarum pendek
akan bergerak satu strip, yaitu sebesar 1 mm.
2. Misalkan jarum panjang menunjukkan skala 11, berarti
.

30 | P a g e
3. Jarum pendek menunjukkan skala 1 mm tiap ruasnya. Jika jarum
pendek melakukan satu putaran penuh, maka pengukuran bernilai 10
mm yang merupakan skala pengukuran maksimal.
4. Misalkan jarum pendek menunjukkan skala 3 atau lebih dari 3 namun
kurang dari 4, maka pembacaan skala .

Gambar 5.3 Contoh Pembacaan Dial Indicator

1. Jarum panjang menunjukkan skala 14. Satu ruas bernilai 0,01 mm


maka skala pembacaan jarum panjang adalah
.
2. Jarum pendek menunjukkan skala lebih dari satu. Satu ruas bernilai 1
mm, maka skala pembacaan jarum pendek adalah .
3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah
.

Tabel 5.1 Modulus Young referensi beberapa material

Bahan
Baja 210
Aluminium 70
Kuningan 90
Tembaga 103 – 124

31 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.2 Alat-alat Percobaan Modulus Young

No. Nama Alat Jumlah


1 Rel aluminium, panajang 600 mm 1 set
2 Statif penyangga balok, besi, panjang 300 mm 1 set
3 Batang rel aluminium 1 buah
4 Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan
1 buah
dapat dipasang)
5 Beban bercelah 5 × beban 50 g10×beban 10 g 1 buah
6 Penggantung beban dengan bukaan bentuk V 1 buah
7 Balok yang diukur
a. Baja
1 set
b. Aluminium
c. Kuningan

D. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat percobaan seperti pada gambar 5.4.
2. Ukur panjang, lebar dan tebal logam.
3. Letakkan balok yang akan diukur pada penahan dan atur posisinya
pada braket pendukung.
4. Letakkan beban pada pemegang beban kemudian tambahkan bebannya
hingga mencapai massa maksimum: 250 gram. Catat massa beban
pada tabel sebagai nilai 0 gram.
5. Sesuaikan tinggi indikator, pindahkan pemegang beban tepat di bawah
indikator dan paskan posisinya dengan celah beban.
6. Amati skala pembacaan pada indikator dan atur pada posisi yang
sesuai.
7. Atur penyangga balok pada posisi yang sesuai dan catat nilainya
sebagai nilai .

32 | P a g e
8. Lepaskan beban satu per satu, catat berat beban dan hasil
pengukurannya. Catatan: balok yang bengkok dan indikator akan
kembali ke posisi awalnya dalam waktu dan cara yang berbeda.
9. Pastikan bahwa meja yang digunakan tidak bergerak (kokoh) saat
melakukan percobaan dan lepaskan beban secara perlahan untuk
menghindari kesalahan pengukuran.
10. Lepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung beban
akan naik dan menekan dial indicator. Baca nilai yang terukur dan
catat haislnya di dalam tabel. Setiap massa beban yang dilepaskan
sama dengan massa beban yang ditambahkan pada penggantung
beban. Maka pada kolom massa beban, catat massa beban yang
dilepaskan bukan yang digantung.
11. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
12. Ulangi langkah 2-6 menggunakan balok berbeda. Lakukan hingga
pengukuran untuk enam jenis balok selesai dilakukan.

Gambar 5.4 Rangkaian Alat Percobaan Modulus Young

33 | P a g e
E. Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta pristiwa necking baik
secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
2. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang
m2. Modulus elastis baja N/m2. Sebuah gaya dikerjakan
untuk menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya
tarik itu!
3. Bagaimana perbedaan grafik tegangan –regangan antara bahan logam,
polimer, dan keramik ?
4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan
sebuah tali nilon yang panjangnya 50 m dan tebalnya 1,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 80 kg, tali bertambah panjang 1,6 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan dan g =
9,8 m/s2)
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (5.4) !

34 | P a g e
Modul 06
PANAS JENIS DAN KALORIMETER

A. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor jenis benda menggunakan kalorimeter

B. Teori Dasar
Bila benda yang suhunya lebih tinggi disentuhkan (atau
dicampurkan) dengan benda yang suhunya lebih rendah, kalor mengalir
dari benda yang suhu nya lebih tinggi ke benda yang suhu nya lebih
rendah. Sebelum orang mengetahui bahwa kalor adalah energi, orang
sudah menegtahui bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang
diterima. Asas ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Inggris
kelahiran Perancis bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu,
asas ini dinamai Asas Black.
Kalorimeter adalah alat yang sengaja dirancang untuk mengukur
kalor. Pada dasarnya kalorimeter adalah wadah (bejana) dari logam yang
di “selimuti” atau diberi jaket agar kalor sukar pindah ke udara di sekitar
bejana. Bejana ditutup dengan tutup yang terbuat dari bahan yang tidak
menghantarkan kalor dan kalor jenisnya kecil, sehingga kalor yang
diambilnya dapat diabaikan. Pada tutupnya terdapat lubang untuk
memegang thermometer dan pengaduk. Pengaduk biasanya terbuat dari
logam yang sejenis dengan kalorimeter. Kalor yang diambilnya sering
diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti. Gambar 6.1
memperlihatkan bagan sebuah kalorimeter dengan perlengkapannya.
Pada percobaan menentukan kalor jenis benda dengan
menggunakan kalorimeter, kalorimeter diisi air. Benda yang kalor jenisnya
hendak ditentukan dimasukan ke dalam kalorimeter (“dicampurkan”
dengan kalorimeter). Bila benda yang hendak ditentukan kalor jenis itu

35 | P a g e
lebih tinggi suhunya daripada suhu kalorimeter (+isinya), benda tersebut
memberikan kalor kepada kalorimeter. Akibatnya suhu kalorimeter beserta
isinya naik, sedangkan suhu benda yang dimasukan ke dalam kalorimeter
turun. Suhu akhir benda dan kalorimeter menjadai sama.
Misalkan massa benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya itu
, kalor jenisnya , suhu awalnya . Misalkan massa kalorimeter ,
kalor jenisnya , massa pengaduk , kalor jenis pengaduk , massa air

di dalam kalorimeter , kalor jenisnya . Misalkan suhu awal


kalorimeter dan isinya , dan . Setelah benda dan kalorimeter
dicampurkan, misalkan suhu akhirnya menjadi . Suhu kalorimeter
beserta isinya naik sebesar . Suhu benda yang hendak ditentukan
kalor jenisnya turun . Jadi kalorimeter beserta isinya menerima
kalor sebesar:

Benda yang kalor jenisnya hendak ditentukan memberikan kalor


sebesar:

Menurut hukum kekekalan energi (Asas Black) . Jadi:

..................... (6.1)

atau

............................................ (6.2)

dapat dihitung jika besaran-besaran lain diketahui atau dapat diukur.

36 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan

Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.1 Alat-alat percobaan panas jenis dan kalorimeter

No. Alat Jumah

1. Termometer 1 buah

2. Kalorimeter 1 buah

3. Kubus materi 4 buah

4. Gelas kimia 250 mL 1 buah

5. Neraca 1 buah

6. Klem universal 1 buah

7. Pembakar spiritus 1 buah

8. Dasar statif 1 buah

9. Kaki statif 1 buah

10. Batang statif 250 mm 2 buah

11. Batang statif 500 mm 1 buah

12. Batang gelas 1 buah

13. Boss-head 2 buah

14. Tali nilon 1 gulung

15. Magnetic Stirrer 1 unit

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan daftar alat.
2. Kenali bahan kalorimeter dan bahan pengaduk. Jika bahannya
sama, kalor jenisnya sama.
3. Ikat salah satu kubus materi, misal balok besi dengan benang.

37 | P a g e
4. Jepit gelas kimia menggunakan klem universal (gambar 6.2).
5. Aduk larutan CuSO4 sampai endapan dibawah wadah hilang.
b. Menentukan Kalor Jenis Kubus Materi
1. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya sebanyak 3 kali.
Jika bahan keduanya sama, penimbangan dapat dilakukan
sekaligus.
2. Isi bagian kalorimeter dengan air bersih, lalu timbang

sebanyak 3 kali dan catat massa nya.


3. Pasang kalorimeter dan perlengkapannya seperti pada gambar 6.1.
Gunakan termometer untuk mengukur suhu kalorimeter.
4. Tunggu barang menit, lalu baca suhu kalorimeter + isinya.
Catat hasilnya sebagai suhu awal .
5. Timbang kubus besi 3 kali.
6. Isi gelas dengan air bersih kira-kira sampai penuh.

7. Masukkan kubus besi ke dalam gelas kimia lalu tempatkan


pemanas uap di atas kasa pada kaki tiga
8. Nyalakan pembakar spiritus dan pasang di bawah gelas kimia
untuk mendidihkan.
9. Panaskan gelas kimia tersebut selama 2 menit hingga air mendidih.
10. Catat suhu air di dalam gelas kimia tersebut sebagai suhu awal
benda yang dipanaskan .
11. Buka penutup kalorimeter, pegang jaketnya sedekat mungkin
dengan gelas kimia. Lalu angkat kubus besi dari dalam gelas kimia
kemudian segera masukkan ke dalam kalorimeter.
12. Tutup kalorimeter dan aduk sambil mengamati suhu yang
ditunjukan termometer. Catat suhu setiap 15 detik sekali hingga
diperoleh suhu yang konstan atau maksimum. Inilah suhu akhir
kalorimeter + isinya .
13. Lakukan langkah serupa dengan diatas untuk menentukan kalor
jenis kubus materi lainnya (misal: kuningan, tembaga, aluminium).

38 | P a g e
E. Pertanyaan

1. Sebutkan jenis-jenis kalorimeter dan jelaskan prinsip kerja dari


kalorimeter pada percobaan ini!
2. Jelaskan bunyi Hukum Termodinamika nol, 1, 2 dan 3!
3. Es bermassa 100 g pada suhu dimasukkan ke dalam bejana
berisi 100 g air bersuhu . Jika bejana tiak menyerap kalor,
berapakah suhu campuran tersebut saat mencapai kesetimbangan?
( , , )
4. Sebuah ruang (AC) memiliki kaca jendela yang luasnya 2m x 1.5m
dan tebelnya 3.2mm,jika suhu pada permukaan dalam kaca 25 oC dan
suhu pada permukaan luar kaca 30 oC ,berapa laju konduksi kalor yang
masuk kedalam ruang tersebut!
5. Jelaskan pembuktian rumus pada persamaan (6.2) !

39 | P a g e
Modul 07
CERMIN DAN LENSA

A. Tujuan Percobaan

1. Menentukan jarak fokus cermin dan perbesaran bayangan cermin


cembung dan cekung.

2. Mengamati dan memahami sinar istimewa yang terjadi pada


cermin cembung dan cekung serta sifat pemantulan cahaya pada
cermin cembung.

3. Mengamati perbedaan sinar pantul yang dibentuk lensa bikonveks


dan plankonkaf.

B. Teori Dasar

Cahaya sebagai gelombang memiliki karakteristik antara lain:


1. Cahaya dapat merambat lurus
2. Cahaya dapat dipantulkan
3. Cahaya dapat menembus benda bening
4. Cahaya dapat dibiaskan
5. Cahaya dapat diuraikan

Benda dikatakan sebagai sumber cahaya ketika benda-benda


tersebut mampu memancarkan gelombang cahaya. Contohnya ialah
matahari, api, lampu, dan lain-lain. Berkas cahaya digolongkan menjadi
3 macam:
1. Berkas cahaya yang menyebar (divergen) merupakan berkas cahaya
yang berasal dari satu titik kemudian menyebar ke segala arah.
2. Berkas cahaya sejajar merupakan berkas cahaya yang sejajar satu
sama lain.
3. Berkas cahaya mengumpul merupakan berkas cahaya yang menuju

40 | P a g e
satu titik tertentu (konvergen).

Cermin adalah permukaan yang licin dan dapat menciptakan


pantulan bayangan benda dengan sempurna. Cermin datar terbuat dari
sebuah kaca yang sudah dilapisi dengan amalgam perak. Dengan cermin
datar, maka bayangan yang terbentuk akan sama persis dengan benda
aslinya. Lensa merupakan benda bening dalam sistem optik yang
dibatasi oleh dua atau lebih permukaan pembias. Permukaan pembias
dapat berupa permukaan cekung (negatif/divergen), dapat juga berupa
permukaan cembung (positif/konvergen). Dalam sistem pembiasan,
permukaan sferis (merupakan permukaan lengkung, seperti bola)
memiliki dua titik yang menjadi perhatian, yaitu titik fokus (Gambar
3.1) dan titik utama. Titik fokus permukaan pembias pertama F
ditentukan dengan menganggap bahwa bayangan oleh permukaan
pembias kedua terletak di tak terhingga (s2 = ∞).

(a) (b)
Gambar 7.1 Titik fokus: (a) pertama, (b) kedua.

Titik fokus permukaan pembias kedua F dapat dicari dengan


menganggap benda terletak jauh sekali (s2 = ∞). Berkas cahaya
divergen dari titik fokus F mengalami deviasi pada kedua permukaan
dan bila sinar- sinar datang maupun sinar yang telah terdeviasi kita
proyeksikan ke depan atau ke belakang, maka akan berpotongan
pada suatu titik yang terletak pada suatu bidang. Bidang ini disebut
bidang utama. Jarak antara titik fokus dengan bidang utama
merupakan jarak fokus f. Hubungan antara jarak benda s dan jarak

41 | P a g e
bayangan s’ adalah:

.................................................. (7-1)

Perbesaran lensa m didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi


bayangan y’ dengan tinggi benda sebenarnya y.

.................................................. (7-2)

dengan s’ adalah jarak bayangan akhir terhadap pusat optik dan s adalah
jarak benda terhadap pusat optik. Dari persamaan 7.1 dan 7.2 diperoleh:

..................................................... (7-3)

...................................................... (7-4)

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 7.1 Alat-alat percobaan Cermin dan Lensa

No. Alat Jumah

1. Catu daya 1 buah

2. Kotak cahaya bermagnet 2 buah

3. Kabel penghubung 4 buah

4. Lensa bikonveks, plankonkaf @ 1 buah

5. Cermin cekung, cermin cembung 1 buah

6. Filter warna 4 buah

7. Penunjuk panah 2 buah

8. Diafragma 1 dan 2 celah 2 buah

42 | P a g e
9. Diafragma 3 dan 4 celah 2 buah

10. Penggaris 1 buah

11. Cakram optik berskala sejajar 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Prosedur Percobaan Jarak Fokus Lensa dan perbesaran bayangan

1) Pasangkan cermin cembung dan gambarkan sumbu utamanya.


2) Nyalakan catu daya
3) Arahkan kotak cahaya pertama lurus dan kotak cahaya kedua
disesuaikan sehingga membentuk benda dengan tinggi 2 cm.
4) Amati sinar pantul yang terbentuk yang sesuai dengan bentuk sinar
istimewa pada cermin cembung.
5) Ukur tinggi banyangan dan tinggi benda
6) Ukur jarak cermin ke benda dan jarak dari cermin ke bayangan
7) Tentukan perbesaran bayangan.
8) Tentukan besarnya fokus cermin

9) Ulangi percobaan tinggi benda yang berbeda yaitu 4 cm.

10) Ulangi langkah 1-8 untuk cermin cekung.

b. Karakteristik Cahaya dan sinar istimewa


1) Arahkan kotak cahaya lurus
2) Pasangakan diafragma 5 celah untuk mengamati pemantulan pada
cermin cembung
3) Pasangakan diafragma 1 celah untuk mengamati pembentukan
sinar istimewa pada cermin cembung dan cermin cekung
4) Pasangakan diafragma 5 celah untuk mengamati sinar pantul pada
lensa plankonkaf, bikonveks, plankonveks, konkaf-konveks.

5) Nyalakan catu daya lalu atur kedudukan kotak cahaya dan


lensa sehingga membentuk sinar datang dan sinar pantul.

43 | P a g e
6) Perhatikan sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dibiaskan.

7) Gambarlah hasil pengamatan Anda pada blangko percobaan.

E. Pertanyaan

1. Jelaskan mengenai hukum snellius dan apa kaitnnya dalam percobaan


ini.

2. Kapan bayangan nyata dan bayangan maya terbentuk pada cermin


cermbung dan cekung? Apa perbedaan kedua bayangan tersebut?

3. Apakah lensa cekung dan lensa cembung dapat digabung dalam


aplikasinya? Sebutkan contoh aplikasi penggabungan dari kedua lensa
ini!

4. Seseorang yang menderita rabun dekat mempunyai titik dekat sebesar


50 cm. Jika orang tersebut ingin membaca dengan jarak normal (25
cm), maka berapa kekuatan lensa dari kacamata yang harus dipakai
orang tersebut?
5. Amatilah diagram pembentukan bayangan oleh mikroskop berikut ini!

Hitung berapa besar pembesaran mikroskop jika berkas sinar yang


keluar dari lensa okuler merupakan berkas sejajar, dan mata yang
mengamati berpenglihatan normal (Sn = 25 cm)

44 | P a g e
Modul 08
RANGKAIAN LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Menguji Hukum Ohm dengan menggunakan hambatan beberapa
komponen elektronik.
2. Menguji kebenaran rumus untuk hubungan seri dan paralel dari hambatan-
hambatan listrik.
3. Menguji Hukum Kirchoff pada rangkaian resistor baik terhubung seri
maupun paralel.
4. Memahami penggunaan osiloskop serta dapat menggambar bentuk
gelombang tegangan sumber dan beban yang ditampilkan di osiloskop.

B. Teori Dasar
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu
beda potensial. Adalah George Simon Ohm (1787 – 1854) yang pertama kali
secara eksperimen menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam (I)
sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada
kedua ujungnya.
I  V……………………………………………………………….(8.1)
Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh
kawat terhadap aliran elektron. Mengambil analogi dengan aliran air, dinding
pipa, pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap
aliran air. Hal yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan atom
dalam kawat. Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk
suatu tegangan tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu
besaran yang berbanding terbalik dengan arus.
V
I= …………………………………………………………..(8.2)
R

45 | P a g e
Di mana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya,
V adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang
mengalir melalui komponen tersebut. Persamaan (8.2) dapat ditulis sebagai
berikut :
V = IR ……………………………………………………… (8.3)
Persamaan (8.3) dikenal sebagai Hukum Ohm.
Banyak fisikawan mengatakan bahwa persamaan (8.3) bukanlah suatu
hukum melainkan hanya definisi untuk hambatan. Jika kita menyatakan
Hukum Ohm, cukup dengan mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor
logam sebanding dengan tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R)
dari suatu bahan atau komponen adalah konstan, tidak tergantung pada
tegangan. Tetapi persamaan (3) tidak berlaku umum untuk bahan dan
komponen lain seperti diode, tabung vakum, transistor, dan lain-lain.
Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan
deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).
Selanjutnya untuk lebih mendalami konsep rangkaian listrik terdapat satu
hukum lagi yang harus dipahami, yaitu hukum kirchoff. Hukum Kirchhoff
adalah dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial
(umumnya dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini
pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama
Gustav Robert Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Terdapat dua hukum
kirchoff yang membahas tentang tegangan dan arus, berikut adalah
penjelasannya.
1. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction
rule), karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini
diperlukan untuk rangkaian yang multisimpal yang mengandung titik-titik
percabangan ketika arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada
akumulasi muatan listrik pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan
demikian, jumlah muatan yang masuk di dalam setiap titik akan
meninggalkan titik tersebut dengan jumlah yang sama.

46 | P a g e
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik
percabangan tersebut”.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:

........................................................................ (8.4)

Contoh pada sebuah kasus, perhatikanlah gambar di bawah ini.

Gambar 8.1 Rangkaian Pembagi Arus

Besar arus I = I1 + I2 + I3, untuk mencari nilai I1, I2 dan I3 secara matematis
dapat menggunakan persamaan seperti berikut.

.......................................................(8.5)

.......................................................(8.6)

...................................................... (8.7)

47 | P a g e
2. Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpal (loop
rule), karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik
percabangan dalam satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan.
Hukum ini merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika
kita memiliki suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V,
dengan demikian energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV.
Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka
muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan energi atau
kehilangan sebagian energinya saat melalu resistor baterai atau elemen
lainnya. Namun saat kebali ke titik awalnya, energinya akan kembali
menjadi QV.
Hukum kirchoff 2 berbunyi seperti berikut, “Pada setiap rangkaian
tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”. Contoh pada
sebuah kasus, Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 8.2 Rangkaian Pembagi Tegangan

Besar arus V = V1 + V2 + V3, untuk mencari nilai V1, V2 dan V3 secara


matematis dapat menggunakan persamaan seperti berikut.

................................................................. (8.8)

................................................................. (8.9)

.................................................................(8.10)

48 | P a g e
C. Alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 8.1 Alat-alat Percobaan Rangkaian Listrik

No. Alat Jumah


1. Multimeter 1 set
2. Sumber tegangan DC (0-12 V, 3 A) 1 buah
3. Komponen elektronik (Resistor, NTC, PTC, dan
@1 buah
Lampu)
4. Kabel-kabel penghubung 1 set

D. Prosedur Percobaan
Hukum Ohm
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.3

Kx SPST1

DC

Gambar 8.3 Rangkaian Hukum Ohm

Dimana:
A = Amperemeter DC
Kx = Komponen yang akan ditentukan hambatannya
2) Aturlah posisi output, set komponen elektronik sehingga Kx = Resistor
3) Atur posisi saklar pada catu daya DC sehingga keluarannya adalah 0 Volt.
4) Tutup switch S, kemudian atur keluaran catu daya sehingga lebih besar
dari 0 Volt.
5) Catat kedudukan amperemeter (I) dan kedudukan voltmeter (V) yang
ditentukan oleh asisten.

49 | P a g e
6) Ulangi percobaan ini beberapa kali (minimum 5 kali) untuk harga-harga I
dan tegangan V yang berbeda.
7) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = NTC
8) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = PTC
9) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = Lampu

Hukum I Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.4, dimana nilai
dari R1, R2, dan R3 berturut-turut sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan 200 Ω.

Gambar 8.4 Rangkaian Hukum I Kirchoff

2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.


3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar tegangan dari masing-masing resistor menggunakan voltmeter
(V) yang terpasang paralel pada tiap resitor, lalu catat hasilnya pada
blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

Hukum II Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.5, dimana nilai
dari R1, R2, dan R3 berturut-turut sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan 200 Ω.

50 | P a g e
Gambar 8.5 Rangkaian Hukum II Kirchoff

2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.


3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar arus yang lewat dari masing-masing resistor menggunakan
amperemeter (A) yang terpasang seri pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

E. Pertanyaan
1. Percobaan A
a. Apa saja penerapan hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari?
b. Sebuah kawat pajang 10 meter dengan diameter 2 mm dan hambatan
jenisnya 2,14.10-6 ohmmeter. Hambatan kawat tersebut adalah ….
c. Diketahui nilai tegangan pada suatu rangkaian sebesar 24 volt dan nilai
arus yang terbaca pada amperemeter sebesar 10 mA. Berapakah nilai
resistansinya?
2. Percobaan B
a. Perhatikan gambar percabangan arus listrik dibawah ini!

51 | P a g e
Berapa nilai kuat arus lisrik I4?
b. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

Tentukan besarnya kuat arus rangkaian tersebut apabila besarnya ε1 =


12 V, ε2 = 6 V, dan R1 = 2 Ω, R2 = 6 Ω, serta R3 = 4 Ω.
c. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

Jika diketahui ε1 = 18 V; ε2 = 7 V; ε3 = 12 V; R1 = 24 Ω; R2 = 5 Ω; dan


R3 = 7 Ω. Besar kuat arus lisrik I adalah...

3. Buktikan penurunan rumus Hukum Ohm, Hukum Kirchoff 1, Hukum


Kirchoff 2 !

52 | P a g e
Modul 9
REAKTANSI, INDUKTANSI, dan
KAPASITANSI (RLC)
A. Tujuan Percobaan
1. Mempelajari sifat rangkaian RLC
2. Menentukan nilai induktansi sebuah kumparan (induktor)
3. Menggambar bentuk gelombang dan diagram phasor antara tegangan
dengan arus
4. Menghitung beda fasa yang terjadi pada rangkaian.
B. Teori Dasar
Arus AC atau kepanjangan dari Alternating Current adalah arus yang
sifatnya mempunyai dua arah atau lebih di kenal dengan sebutan arus bolak-
balik yang tidak memiliki sisi negatif, dan hanya mempunyai ground
(bumi). Arus AC biasa di gunakan untuk tegangan listrik PLN sebesar
misalnya 220 Volt 50 hertz, ini adalah tegangan standar untuk Indonesia.
Pada dasarnya, di setiap rangkaian arus AC pasti mempunyai nilai
induktansi, hambatan dan kapasitansi. Akan tetapi nilai hambatan,
kapasitansi dan induktansi tergantung pada jenis komponen di dalam
rangkaian tersebut, yang dalam keadaan tertentu nilainya dapat diabaikan
sedangkan pada kondisi lain tidak dapat diabaikan. Dalam arus AC, terdapat
hambatan yang disebut impedansi (Z) yang terdiri dari :
Hambatan Resistif (R)
Hambatan Induktif (XL)
Hambatan Kapasitif (XC)
Persamaan untuk mencari nilai impedansi rangkaian R-L-C dapat
ditunjukan dengan persamaan:

.................................................................. (9.1)

53 | P a g e
Pada rangkaian R-L-C, terdapat 3 kemungkinan impedansi Z dengan
sudut fase, yaitu:
1. XL > XC : rangkaian bersifat induktif, arus tertinggal dari tegangan
sebesar (lagging)

2. XL < XC : rangkaian bersifat kapasitif, arus mendahului dari


tegangan sebesar (leading)

3. XL = XC : rangkaian bersifat resistif (terjadi resonansi), arus sefase


dengan tegangan.
a. Rangkaian Resinansi Seri

Gambar 9.1 Rangkaian Listrik dengan Hubungan Seri

Gambar di atas menunjukan sebuah rangkaian listrik dengan arus


bolak-balik dengan susunan seri yang terdiri dari E sebuah tegangan arus
bolak-balik, bangku kapasitor (C), induktor (L), hambatan (R) dan sebuah
miliamperemeter (mA).
Jika E adalah besarnya tegangan efektif dan ω besarnya frekuensi
sudut arus bolak-balik, maka besarnya arus efektif (I) yang mengalir
melalui rangkaian tersebut adalah :

................................................................... (9.2)
Dimana:
R = besarnya tahanan (Ω)
L = besarnya induktansi dari konduktor (H)

54 | P a g e
C = besarnya kapasitansi dari kapasitor (F)
I = kuat arus (A)
V = tegangan (V)
ω = frekuensi sudut ( )

b. Perbedaan phase pada rangkaian RLC


Dua gelombang dikatakan sefase, bila keduanya berfrekuensi sama
dan titik-titik yang bersesuaian berada pada tempat yang sama selama
osilasi (misalnya, keduanya berada pada puncak) pada saat yang sama. Jika
yang terjadi sebaliknya, keduanya tidak sefase.

Gambar 9.2 Beda Fasa

Bila dua buah gelombang dengan persamaan Ф = Фm cos ωt dan e


= Em sin ωt dilukiskan secara bersamaan dalam satu susunan sumbu
Cartesius seperti pada Gambar 9.2, maka terlihat bahwa kedua gelombang
tersebut tidak mempunyai nilai harga yang sama walau pada waktu (saat)
yang sama. Dengan kata lain kedua gelombang tersebut tidak memiliki nilai
nol atau nilai maksimum pada waktu yang bersamaan, walaupun periode
ataupun frekuensi kedua gelombang tersebut sama. Dari gambar kedua
gelombang tersebut terlihat bahwa gelombang flux Ф = Фm cos ωt bergeser
ke kiri sejauh radian (90 ) atau seperempat perioda terhadap gelombang

tegangan e = Em sin ωt .
Berikut ini merupakan metode pengukuran beda fasa dengan
menggunakan osiloskop:

55 | P a g e
a. Metode Dual Trace
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal A, sedangkan sinyal kedua
dihubungkan pada kanal B dari osiloskop. Pada layar osiloskop akan terlihat
gambar bentuk tegangan kedua sinyal tersebut. Beda fasa dapat dihitung θ =
∆t/T x 360˚.

Gambar 9.3 Metode Dual Trace

b. Metode Lissajous
Sinyal pertama dihubungkan pada kanal B, dan sinyal kedua
dihubungkan pada kanal A osiloskop. Ubah mode osiloskop menjadi mode
x-y. Pada layar akan terlihat suatu lintasan berbentuk lingkaran, garis lurus,
atau elips dimana dapat langsung ditentukan beda fasa antara kedua sinyal
tersebut.

Gambar 9.4 Metode Lissajous

56 | P a g e
Beda sudut fasa didapatkan dengan menggunkan perasamaan berikut.

............................................................................... (9.3)
c. Berdasarkan Komponen
Selain menggunakan dual trace dan lissajous untuk dapat mengetahui
beda fasa pada suatu rangkaian RLC dapat menggunakan persamaan sebagai
berikut.

................................................................................. (9.4)

C. Alat – alat Percobaan


Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 9.1 Alat-alat percobaan RLC
No Alat Dan Bahan Jumlah
1 Function generator 1 Buah
2 Osiloskop. 1 Buah
3 Kabel probe. 2 Buah
4 Kapasitor. 3 Buah
5 Kumparan (induktor). 1 Buah
6 Hambatan. 2 Buah
7 Multimeter. 1 Buah
8 Kabel-kabel penghubung. Seperlunya

D. Prosedur Percobaan
Percobaan 1
1. Susunlah Susunlah rangkaian seperti Gambar 9.5.

57 | P a g e
R L
C
Vs

Gambar 9.5 Rangkaian Listrik AC Untuk Percoban 1


2. Sambungkan catu daya AC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.
3. Pilih harga tegangan AC dengan cara memutar selektor pada catu daya
AC tersebut. Catat harga tegangan yang terdapat pada voltmeter AC.
4. Atur harga R sesuai pada blangko percobaan.
5. Atur harga C sesuai pada blangko percobaan dengan cara memasang
seri/ paralel kapasitor.
6. Catat harga I yang terbaca pada amperemeter AC tersebut.
7. Ulangi langkah no. 5 - 6 untuk berbagai nilai C.
8. Ulangi langkah no. 4 - 7 untuk berbagai nilai R

Percobaan 2
1. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini. Saklar dalam keadaan
terbuka (OFF).

A B

Vs

D C
Gambar 9. 6 Rangkaian Percobaan 3

58 | P a g e
2. Atur frekuensi keluaran VS (function generator) menjadi 255 Hz.
3. Atur harga R sesuai pada blangko percobaan.
4. Atur harga C sesuai pada blangko percobaan dengan cara memasang
seri/ paralel kapasitor.
5. Tampilkan bentuk gelombang tegangan VR pada kanal 1, dengan
menghubungkan probe osiloskop pada titik A – D.
6. Tampilkan bentuk gelombang tegangan VC pada kanal 2, dengan cara
menghubungkan probe pada titik B – D.
7. Amati gelombang pada osiloskop, kemudian catat beda fasanya pada
blanko percobaan.

Percobaan 3
1. Susunlah rangkaian seperti gambar dibawah ini. Saklar dalam keadaan
terbuka (OFF).

Gambar 9. 7 Rangkaian Percobaan 2

2. Atur tegangan sumber Vs sampai bernilai 6 Volt rms.


3. Tampilkan bentuk gelombang tegangan Vs pada kanal 1, dengan
menghubungkan probe Oscilloscope pada titik A – C.
4. Tampilkan bentuk gelombang arus pada kanal 2, dengan cara
menghubungkan probe pada titik A – B.
5. Ukur VS, VR, VL, VC dan I, kemudian catat pada blanko percobaan.
6. Hitung beda fase antara Vs dengan I secara grafik (dengan melalui
bentuk gelombang Oscilloscope), serta bandingkan dengan hasil

59 | P a g e
perhitungan secara matematis dengan menggunakan nilai komponen
terpasang sebagai beban.

E. Pertanyaan
1. Apakah rangkaian RLC dapat terjadi pada rangkaian listrik dengan arus
bolak-balik!
2. Apa yang dimaksud dengan diagram fasor? Gambarkan diagram fasor
rangkaian seri RLC !
3. Suatu rangkaian seri RLC dengan R= 700 Ω , L= 10 H , dan C= 25 µF.
Tentukan sifat rangkaian, impedansinya dan tegangan pada tiap
komponen jika rangkaian dihubungkan pada sumber arus bolak-balik
dengan tegangan= 23 sin 45t Volt .
4. Pada soal no 3. Jika frekuensi resonansi 20 Hz , berapakah nilai
induktansi yang dapat kita gunakan agar terjadi resonansi?
5. Jelaskan pembuktian rumus pada persamaan (9.1) !

60 | P a g e
Modul 10
JEMBATAN WHEATSTONE

A. Tujuan Percobaan
1) Menentukan besarnya hambatan listrik dengan menggunakan
metode jembatan wheatstone.
2) Menguji kebenaran rumus untuk hubungan seri dan paralel dari
hambatan-hambatan listrik.

B. Teori Dasar
Salah satu cara untuk megukur suatu hambatan yang belum diketahui
nilainya adalah dengan menggunakan rangkaian jembatan wheatstone.
Metode jembatan wheatstone pada dasarnya membandingkan besar
hambatan yang belum diketahui dengan besar hambatan listrik yang
sudah diketahui nilainya. Pada gambar 10.1 ditunjukan prinsip kerja dari
rangkaian jembatan wheatstone.

Gambar 10. 1 Rangkaian Jembatan Wheatstone

Dengan:

E : Catu daya dc
G : Zero detector (Galvanometer)
Rx : Hambatan yang akan diukur

61 | P a g e
Dengan mengatur nilai R1, R2, dan / atau Rb maka dapat dibuat
agar arus yang melalui galvanometer sama dengan nol. Bila keadaan
setimbang ini telah tercapai , diperoleh hubungan :

................................. (10.1)

Untuk menyederhanakan rangkaian dan mempermudah pengukuran,


hambatan R1 dan R2 diganti, dengan kawat lurus serba sama dengan
panjang L seperti yang ditunjukkan pada gambar 10.2. Hambatan R1
sebanding dengan panjang kawat L1 dan hambatan R2 sebanding dengan
panjang kawat L2 .Nilai L1 dan L2 ditentukan oleh posisi kotak geser C.
Hambatan rheostat Rg digunakan untuk membatasi arus yang
melalui rangkaian dan mengatur kepekaan galvanometer. Untuk
meningkatkan ketelitian pengukuran, dipasang komutator yang berfungsi
untuk membalikan arah arus di dalam rangkaian.

Gambar 10.2 Rangkaian Alat Percobaan

Dengan:

E : Catu daya dc

S: Saklar

62 | P a g e
G: Galvanometer

Rs: Hambatan biasa


Rb: Bangku hambatan

AB: Kawat pada papan jembatan wheatstone

Rx: Hambatan yang diukur

Dengan menggeser – geserkan kotak geser C pada kawat AB dan atau

mengubah–ubah nilai Rb dapat dicapai keadaan di mana galvanometer

menunjukan nilai nol. Bila hal ini telah tercapai, maka Rx dapat dinyatakan
dengan persamaan :

................................ (10.2)

C. Alat-alat Percobaan
NO ALAT DAN BAHAN JUMLAH
1 Catu daya DC. 1 buah
2 Hambatan biasa. 2 buah
3 Resitor Variabel. 1 buah
4 Hambatan yang belum diketahui 2 buah
nilainya.
5 Galvanometer (Zero detector). 1 buah

6 Papan jembatan wheatstone. 1 buah

7 Kabel-kabel penghubung. Seperlunya

8 Komutator 1 buah

9 Catu daya DC. 1 buah

63 | P a g e
D. Prosedur Percobaan

1) Susunlah rangkaian untuk percobaan seperti pada gambar 4.2

dengan Rx1 sebagai hambatan yang belum diketahui nilainya.


Perhatikan supaya saklar S awal dalam keadaan terbuka
(off).(Catatan : jika ingin menserikan atau memparalelkan, jumper
dengan menggunakan kabel penghubung )
2) Aturlah hambatan geser Rs sebesar 50 Ω
3) Atur tegangan catu daya sebesar 12 volt, kemudian saklar S
dipindah ke posisi On.

4) Atur hambatan bangku Rb sebesar 50 Ω


5) Carilah titik nol di galvanometer pada kawat AB dengan
menggeserkan kotak geser C.( Catatan : Rangkaian JW diparalelkan
di titik A dan B, tidak di galvanometernya )

6) Setelah setimbang, catat nilai Rb ,L1 dan L2 lengkap dengan


ketelitiannya.
7) Matikan catu daya atau pindahkan saklar ke posisi off.

8) Ganti hambatan Rx1 dengan Rx2 dan ulangi langkah 3 s/d 7 di atas.

9) Ganti Rx2 dengan rangkaian seri Rx1 dan Rx2, dan ulangi langkah 3
s/d 7 di atas.

10) Ganti rangkaian seri Rx1 dan Rx2 dengan rangkaian paralel Rx1 dan

Rx2, dan ulangi langkah 3 s/d 7 di atas.

E. Pertanyaan

1. Bagaimana aplikasi Jembatan Wheatstone dalam kehidupan sehari-hari?


2. Bagaimanakah cara membaca resistansi resistor melalui cincin gelang
resistor?
3. Perhatikan gambar berikut ini! Suatu sirkuit terdiri dari 2 buah resistor
dengan resistansi dan , resistor variabel dengan

64 | P a g e
resistansi yang dapat disesuaikaan, resistor yang tidak diketahui
nilainya, dan baterai seperti pada gambar. Ketika
disesuaikan hingga , tidak ada arus yang mengalir melalui
ampermeter. Berapakah resistansi dari resistor yang tidak diketahui
tersebut?

4. Apa kegunaan dari galvanometer dalam jembatan wheatstone?


5. Jelaskan pembuktian rumus pada persamaan (10.2) !

65 | P a g e
Modul 11
VISKOSITAS FLUIDA

A. Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas atau kekentalan suatu zat cair

B. Teori Dasar
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir,
dalam hal ini zat cair dan zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal
fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida
saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara
molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul.
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh
adanya gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Viskositas juga disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.

………………………………………......…(11.1)

Keterangan:

= Viskositas (Pa.s)

= Jari-jari benda (m)

= Gravitasi bumi (m/s2)

= Massa jenis benda (kg/m3)

= Massa jenis fluida (kg/m3)

= Kecepatan benda (m/s)

66 | P a g e
Pada kenyataannya, nilai kecepatan jatuh bola dipengaruhi oleh kedekatan
bola dengan dinding tabung silinder. Oleh karena itu, untuk hasil pengukuran
yang lebih baik, bola harus dijatuhkan di tengah tabung. Namun, untuk hasil
yang lebih baik lagi, lakukan koreksi terhadapat nilai v0 menggunakan
persamaan koreksi Ladenburg:

...................................... (11.2)

Dimana v adalah kecepatan bola yang terukur dan R adalah jari-jari


tabung.
Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh
koefisien viskositas. Berikut ini adalah tabel viskositas untuk berbagai fluida:
Tabel 11.1 Koefisien Viskositas untuk Berbagai Fluida

Fluida Temperatur (oC) Koefisien Viskositas, η (Pa.s)

0 1,8 10-3

Air 20 1,0 10-3

100 0,3 10-3

Oli Mesin (SAE 10) 30 200 10-3

Udara 20 0,018 10-3

Hidrogen 0 0,009 10-3

Uap Air 100 0,013 10-3

Viskometer adalah alat untuk mengukur kekentalan suatu fluida


berdasarkan kecepatan alir fluida tersebut. Nilai viskositas didapatkan dengan
cara mengalirkan fluida yang akan diukur viskositasnya dengan demikian,
hambatan yang mengalami benda pemutar atau dialiri akan diketahui dan
menunjukkan besar viskositas fluida tersebut.

67 | P a g e
Gambar 11.1 Alat ukur Viskometer manual

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 11.2 Alat-alat percobaan Viskositas Fluida
No. Alat Jumah
1. Stopwatch 1 buah
2. Mikrometer sekrup 1 buah
3. Gelas kimia 100 ml 1 buah
4. Tiang penahan batang 1 buah
5. Viskometer 1 set

D. Prosedur Praktikum
1. Letakkan tabung viskositas pada permukaan bidang datar seperti di atas
meja yang kokoh.
2. Pasang dua buah penanda di antara jarak yang akan dilalui oleh bola.
Gunakan penanda berupa karet gelang atau tali, kemudian pasangkan di
dua lokasi yang berbeda seperti pada gambar.
3. Ukur jarak h diantara dua penanda seakurat mungkin.

68 | P a g e
4. Pastikan bahwa bola baja bersih dan mengkilap, bebas dari kotoran, dan
siap digunakan.
5. Gunakan mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter bola.
Ulangi pengukuran beberapa kali dan hitung rata-rata diameter untuk
memperoleh jari-jari bola.
6. Tentukan sisi penanda yang akan dijadikan acuan pengukuran waktu.
7. Isi tabung dengan cairan kental yang akan diukur viskositasnya. Isi hingga
mencapai 10 cm dari atas tabung.
8. Siapkan stopwatch, kemudian sambil melihat kearah tabung viskositas,
jatuhkan bola tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti gerakan bola.
Nyalakan stopwatch saat bola melewati batas acuan pertama (penanda
atas) dan hentikan stopwatch tepat saat bola melewati batas acuan kedua
(batas bawah).
9. Catat nilai waktu t yang dibutuhkan bola untuk bergerak sepanjang jarak h
yang tercatat oleh stopwatch hitung kecepatannya .

10. Untuk hasil yang lebih baik, ulangi langkah percobaan menggunakan bola
yang sama beberapa kali sehingga diperoleh sejumlah nilai η, kemudian
rata-ratakan nilai tersebut.
11. Untuk hasil yang lebih baik lagi, lakukan koreksi nilai η menggunakan
persamaan koreksi Ladenburgh (persamaan 2).
12. Agar dapat menggunakan persamaan tersebut, ukur jari-jari dalam tabung
menggunakan jangka sorong.
13. Lakukan replikasi sebanyak 10 kali untuk masing-masing percobaan
dengan benda yang memiliki jari-jari yang berbeda.

E. Pertanyaan
1. Apakah hanya fluida zat cair saja yang memiliki nilai viskositas?
2. Suatu pipa berdiameter 40 cm dialiri air dengan densitas 1000 kg/cm3 dan
nilai viskositas absolut sebesar 0,01 poise. Jika kecepatan aliran air dalam

69 | P a g e
pipa tersebut sebesar 8,7 x 10-3 m/s maka tentukan apakah sifat aliran
tersebut.
3. Apa yang dimaksud Reynold number? Apa hubungan viskositas dengan
Reynold number?
4. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (11.1)!
5. Lantai yang basah oleh air yang memiliki viskositas 0,01 poise di lap
menggunakan lembaran plastik halus dengan kecepatan 15 cm/s dan gaya
tangensial sebesar 20 dyne. Lapisan cairan yang terbentuk antara lembaran
plastik dan meja adalah 0,8 mm. Jika pada bagian lantai yang lain ada
tumpahan minyak yang memiliki viskositas 0,84, berapa gaya yang
diperlukan untuk mempertahankan kecepatan yang sama dengan asumsi
bahwa semua parameter lainnya tetap sama.

70 | P a g e
Modul 12
VOLTAMETER TEMBAGA

A. Tujuan Percobaan
Menera sebuah amperemeter dengan voltameter tembaga.

B. Teori Dasar
Sebuah voltameter (atau coulometer) merupakan serangkaian instrumen
yang digunakan untuk mengukur kuantitas listrik (muatan listrik). Voltameter
tidak sama dengan voltmeter yang mengukur beda potensial listrik. Voltameter
pada dasarnya merupakan sebuah sel elektrolisis dan pengukurannya dilakukan
dengan cara menimbang zat yang terdeposisi pada katoda selama selang waktu
tertentu (t).
Menurut hukum Faraday tentang elektrolisis, massa zat (Δm) yang
dihasilkan pada elektroda (katoda atau anoda) berbanding lurus dengan jumlah
muatan listrik (q) yang digunakan selama elektrolisis.

...................................................... (12.1)

e adalah berat ekivalen, yaitu massa atom (Ar) dibagi elektron valensi (n). Kuat
arus i merupakan jumlah muatan q (coulomb) yang mengalir setiap waktu t
(detik). Nilai 1 F atau 1 faraday setara dengan 96500 coulomb. Dengan
demikian:

..................................................... (12.2)

71 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 12.1 Alat-alat percobaan Voltameter Tembaga
No. Alat Jumah
1. Set-up voltameter: bejana, anoda, katoda 1 buah
2. Larutan elektrolit (CuSO4)
3. Catu daya 1 buah
4. Resistor 1 buah
5. Amperemeter 1 buah
6. Kabel-kabel penghubung

D. Prosedur Praktikum

Gambar 12.1 Rangkaian Percobaan Voltameter Tembaga

1) Bersihkan katoda dengan kertas ampelas hingga bersih.


2) Buat rangkaian seperti pada gambar 12.1
3) Tuangkan larutan tembaga sulfat ke dalam bejana
4) Jalankan arus dan aturlah Rg sehingga ampermeter menunjukkan
kuat arus i ampere (ditentukan oleh asisten)
5) Putus hubungan dengan sumber arus dan jangan mengubah rangkaian
lagi.

72 | P a g e
6) Timbang katoda secara teliti dengan menggunakan neraca teknis.
7) Pasang katoda pada rangkaian.
8) Jalankan arus selama t detik (ditentukan asisten). Usahakan agar
kuat arus tetap i ampere dengan mengatur Rg.
9) Setelah t detik putuskan arus dan ambil katoda lalu keringkan pada
kompor listrik
10) Timbanglah lagi katoda hasil percobaan dengan teliti.
11) Ulangi percobaan point 1 s.d. 10 untuk beberapa kuat arus dan
waktu yang berlainan (ditentukan oleh asisten)

E. Pertanyaan
1. Tuliskan deret volta berdasarkan dari nilai potensial sel yang paling
rendah ke yang paling tinggi!
2. Sebutkan empat perbedaan antara katoda dan anoda!
3. Pada elektrolisis leburan Al2O3 (Ar O = 16; Al = 27), diperoleh 0,45
gram Al. Jumlah muatan listrik yang diperlukan dari reaksi tersebut
adalah …
4. Sebanyak 1 liter larutan CrCl3 1,0 M dielektrolisis dengan arus 12
Ampere. Waktu yang diperlukan untuk mengendapkan semua logam
kromium (Ar = 52) adalah ...
5. Jelaskan pembuktian rumus pada persamaan (12.1) !

73 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai