Anda di halaman 1dari 79

MODUL

PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
2021
DR. IRMA SARASWATI, S.SI., M.T. &
TIM LABORATORIUM FISIKA TERAPAN

LABORATORIUM FISIKA TERAPAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA ............ 3
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............. 4
INFORMASI TAMBAHAN................................................................................. 11
PESAWAT ATWOOD ......................................................................................... 13
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM ............................................................. 19
MODULUS YOUNG ........................................................................................... 26
PANAS JENIS DAN KALORIMETER ............................................................... 33
RANGKAIAN LISTRIK ...................................................................................... 39
TETAPAN PEGAS ............................................................................................... 48
VISKOSITAS FLUIDA ........................................................................................ 55
BANDUL REVERSIBEL ..................................................................................... 60
KOEFISIEN MUAI PANJANG ........................................................................... 64
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM ............................................................... 69
PENGUJIAN AKHIR SEMESTER...................................................................... 79

2|Page
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT
UNTIRTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

KEPALA LABORATORIUM
Dr. Irma Saraswati, S.Si., M.T.

LABORAN

Erin Rismawan, S.T.

ASISTEN LABORATORIUM

1. Abdul Kholiq T. Kimia


2. Akbar Vandito Adi T. Metalurgi
3. Aldi Syahril Anwar T. Elektro
4. Amalia Anugerah Mahallany T. Kimia
5. Dandy Indra Gunawan T. Mesin
6. Diar Meliani T. Metalurgi
7. Ii Nurul Hapsari T. Metalurgi
8. Ilham Kiki Shahila T. Kimia
9. Irawan Adhi Putra T. Metalurgi
10. Jofan Pradana T. Elektro
11. Listiyani Nurwindya Sari T. Kimia
12. M Ahyarudin T. Sipil
13. Maftazani Firdaus T. Kimia
14. Mohamad Fadli T. Metalurgi
15. Muhamad Toha T. Kimia
16. Muhammad Ammar Abi Yaffi T. Kimia
17. Muhammad Fikri Firdaus T. Elektro
18. Muhammad Gofar T. Kimia
19. Nadya Fitri Asyuni T. Kimia
20. Naufal Rasendriya Azmi T. Mesin
21. Raffa Ikhwan Pratamaputra T. Metalurgi
22. Rifaldi Gustiawan T. Elektro
23. Yusda Warahmah T. Industri

3|Page
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
FISIKA DASAR FT UNTIRTA

A. Mekanisme / teknis praktikum


a) Mekanisme / teknis untuk praktikan Online
1. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
dibagikan.
2. Nama-nama asisten modul akan dipublikasikan melalui
Instastory akun Instagram Labotarorium Fisika Terapan 20 menit
sebelum praktikum dimulai.
3. Setiap grup menunjuk 1 (satu) orang perwakilan sebagai
narahubung antara anggota grup dengan asisten yang
bersangkutan melalui “chat” sesuai dengan kontak yang telah
dipublikasikan sebelumnya. (Note: Perwakilan dapat diubah
setiap praktikumnya sesuai kesepakatan anggota grup).
4. Perwakilan yang telah ditunjuk oleh anggota grup menghubungi
asisten setelah nama-nama asisten modul dipublikasikan melalui
Instastory akun Instagram Labotarorium Fisika Terapan. Fungsi
perwakilan sebagai berikut:
Menghubungi asisten yang bersangkutan sesuai jadwal praktikum
disertai dengan mengumpulkan laporan sementara tulis tangan
(bab 1, bab 2, bab 3, lampiran B: pretest), serta konfirmasi nama
dan jumlah anggota yang akan mengikuti praktikum dengan
format sebagai berikut :
 (nama/nim/grup/modul)
 (nama/nim/grup/modul)
 (nama/nim/grup/modul)
 (nama/nim/grup/modul)
Contoh : (Fulan/333xxxxxxx/F9/Pesawat Atwood)

4|Page
(Fuad/333xxxxxxx/F9/Pesawat Atwood)
5. Jika terdapat kekurangan pada laporan sementara, maka asisten
berhak untuk mengembalikan laporan sementara dan diberikan
waktu maksimal 10 menit setelah jam praktikum dimulai untuk
merevisi laporan sementara. Apabila melebihi waktu yang telah
ditentukan, maka nilai laporan akan dikurangi 10 poin. Kemudian
apabila laporan sementara sudah sesuai, maka perwakilan grup
menerima arahan jalannya praktikum, mendapatkan link online
meeting, dan menginformasikan kembali arahan asisten kepada
anggotanya.
6. Setiap praktikan memasuki link online meeting dan mengikuti
arahan asisten selanjutnya.
7. Setelah praktikum dianggap selesai oleh asisten, praktikan wajib
mengisi kartu praktikum dengan cara screenshot online meeting
bersama asisten (wajah praktikan dan asisten harus jelas)
kemudian absen online di google form Laboratorium Fisika
Terapan.

b) Mekanisme / teknis untuk praktikan Offline


1. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
dibagikan.
2. Praktikan hadir di laboratorium fisika terapan paling lambat 15
menit sebelum jadwal yang telah dibagikan.
3. Praktikan mengumpulkan laporan sementara tulis tangan (bab 1,
bab 2, bab 3, lampiran B: pretest) dan kartu praktikum di
laboratorium fisika terapan.
4. Jika terdapat kekurangan pada laporan sementara, maka asisten
berhak untuk mengembalikan laporan sementara dan diberikan
waktu maksimal 10 menit setelah jam praktikum dimulai untuk
merevisi laporan sementara. Apabila melebihi waktu yang telah
ditentukan, maka nilai laporan akan dikurangi 10 poin.

5|Page
5. Jika sudah sesuai format, praktikan dipersilahkan memasuki
laboratorium fisika terapan.
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan mengikuti arahan
asisten.
7. Setelah praktikum dianggap selesai oleh asisten, praktikan
mengisi kartu praktikum yang ditandatangani oleh asisten yang
bersangkutan, serta mengisi absen online di google form
Laboratorium Fisika Terapan.

B. Peraturan praktikum
a) Peraturan praktikan Online
1. Perwakilan grup harus menghubungi asisten 20 menit sebelum
waktu praktikum dimulai. (Sanksi: keterlambatan konfirmasi
maka asisten berhak menolak untuk melanjutkan pelaksanaan
praktikum online).
2. Perwakilan yang menghubungi asisten, wajib menggunakan
bahasa yang baik dan sopan. Jika tidak, asisten mempunyai hak
untuk membatalkan praktikum pada saat itu juga.
3. Sebelum praktikum berlangsung, setiap praktikan wajib
menonton video Prosedur Percobaan (PROPER) pada channel
YouTube “Laboratorium Fisika Terapan 2021” yang tertera
sesuai dengan modul yang dipraktikumkan.
4. Setiap praktikan wajib menyalakan kamera dan menggunakan
kemeja berkerah selama praktikum berlangsung. Jika tidak,
asisten mempunyai hak untuk membatalkan praktikum pada saat
itu juga.
5. Praktikan wajib menjaga suasana kondusif, seperti memastikan
bahwa koneksi internet stabil dalam kondisi baik, tidak bercanda,
tidak dalam perjalanan, dan tidak melakukan kegiatan lain selama
praktikum berlangsung. Apabila praktikan mengganggu jalannya

6|Page
praktikum dapat dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai tes
lisan atau konsekuensi lain dari asisten yang bersangkutan.
6. Jika terdapat hal-hal yang perlu ditanyakan terkait modul yang
sedang diambil, maka tanyakan langsung kepada asisten yang
bersangkutan (Note: tidak menanyakan pada akun Instagram
Laboratorium Fisika Terapan).
7. Praktikan diperbolehkan mengikuti praktikum susulan apabila:
a) Praktikan berhalangan hadir karena sakit wajib disertai
dengan surat keterangan sakit yang diserahkan ke
Laboratorium Fisika Terapan paling lambat dua hari setelah
jadwal praktikum yang seharusnya. Surat sakit dikirimkan
kepada asisten yang bersangkutan dengan format .pdf.
b) Praktikan mengikuti lomba dengan melampirkan surat
keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.

b) Peraturan praktikan Offline


1. Praktikan wajib memastikan kondisi kesehatannya dalam
keadaan baik dan tidak menunjukkan gejala Covid-19 sebelum
hadir praktikum.
2. Praktikan wajib hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai
dengan mematuhi protokol kesehatan, seperti menggunakan
masker dan jika diperlukan menggunakan face shield.
3. Praktikan wajib berpakaian rapih dan sopan, mengenakan kemeja
lengan panjang berkerah, dan sepatu.
4. Keterlambatan lebih dari 15 menit dari waktu praktikum dikenai
sanksi berupa asisten berhak menolak untuk melanjutkan
pelaksanaan praktikum.
5. Setiap kelompok diwajibkan membawa minimal dua buah modul
dan dua buah diktat perhitungan. Apabila tidak membawa, maka
kelompok tersebut tidak diperbolehkan untuk praktikum.
6. Praktikan diperbolehkan mengikuti praktikum susulan apabila:

7|Page
a) Praktikan berhalangan hadir karena sakit wajib disertai
dengan surat keterangan sakit yang diserahkan ke
Laboratorium Fisika Terapan paling lambat dua hari setelah
jadwal praktikum yang seharusnya. Surat sakit dikirimkan
kepada asisten yang bersangkutan dengan format .pdf.
b) Praktikan mengikuti lomba dengan melampirkan surat
keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Praktikan wajib menaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium
Fisika Terapan.
8. Praktikan wajib memelihara kebersihan dan bertanggung jawab
atas kelengkapan alat-alat praktikum. Apabila terjadi kerusakan
pada alat praktikum dan fasilitas Laboratorium Fisika Terapan
menjadi tanggung jawab praktikan yang bersangkutan.
9. Praktikan dilarang membawa makanan, minuman, obat-obatan
terlarang, dan barang-barang yang membahayakan ke dalam
Laboratorium Fisika Terapan.
10. Praktikan wajib menjaga suasana kondusif, seperti tidak bercanda
selama praktikum berlangsung. Apabila praktikan mengganggu
jalannya praktikum dapat dikenakan sanksi berupa pengurangan
nilai tes lisan atau konsekuensi lain dari asisten yang
bersangkutan.
11. Praktikan tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi
selama praktikum berlangsung. Jika praktikan melanggar dapat
dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai tes lisan.
12. Praktikan tidak diperkenankan memakai perhiasan berlebih yang
dapat mengganggu jalannya praktikum.
13. Praktikan wajib mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten
dan Dosen Laboratorium Fisika Terapan.
14. Praktikan wajib membawa kalkulator scientific untuk melakukan
pengolahan data.

8|Page
15. Setiap pratikan wajib membaca dan memahami modul yang akan
dipraktikumkan.

C. Pengumpulan Laporan Praktikum


a) Pengumpulan Laporan Praktikum Online
1. Pengumpulan laporan maksimal 7 hari setelah praktikum
dilaksanakan pada jam 17.00 WIB. Apabila pengumpulan laporan
di luar jam kerja, maka laporan tidak akan diterima dan tidak akan
dinilai. (Note: Pengumpulan laporan pada jam kerja, dari jam
08.00 sampai 17.00).
2. Laporan dibuat dengan cara tulis tangan kemudian di scan dan
dikumpulkan dengan format .pdf ke e-mail
lab.fisikaterapan@untirta.ac.id dengan nama file dan subjek
berupa [NIM][Kode Modul][Grup][Kode Asisten][dd-mm] (note
dd-mm: tanggal dan bulan praktikum). Contoh:
[3332170028][PA][A1][NR][11-08].
3. Pastikan laporan sudah lengkap sebelum dikirim (lengkap sesuai
struktur laporan dan diktat). Apabila laporan tidak lengkap,
laporan tidak akan dinilai.
4. Apabila terlambat mengumpulkan laporan, kurang dari 24 jam
dari deadline seharusnya, maka nilai laporan dikurangi 50%.
5. Apabila terlambat mengumpulkan laporan lebih dari 24 jam dari
deadline seharusnya, maka laporan tidak akan dinilai.
6. Apabila terindikasi melakukan plagiasi laporan, maka pada bab
yang sama akan diberi nilai NOL.
7. Apabila ada revisi laporan, revisi dikumpulkan kembali 3 hari
setelah laporan diberikan kepada praktikan. (Note: Hanya
berlaku pada laporan pertama).
8. Bagi praktikan Online, semua laporan dari praktikum putaran1
sampai putaran 7 (7 laporan modul) wajib dikumpulkan dalam

9|Page
bentuk hardcopy setelah praktikum berakhir dan sebelum UAS.
(info pengumpulan menyusul).

b) Pengumpulan Laporan Praktikan Offline


1. Membawa kartu praktikum.
2. Pengumpulan laporan maksimal 7 hari setelah praktikum
dilaksanakan pada jam 17.00 WIB. Apabila pengumpulan
laporan di luar jam kerja, maka laporan tidak akan diterima dan
tidak akan dinilai. (Note : Pengumpulan laporan pada jam kerja,
dari jam 08.00 sampai 17.00).
3. Apabila terlambat mengumpulkan laporan, kurang dari 24 jam
dari deadline seharusnya, maka nilai laporan dikurangi 50%.
4. Apabila terlambat mengumpulkan laporan lebih dari 24 jam dari
deadline seharusnya, maka laporan tidak akan dinilai.
5. Apabila terindikasi memplagiat laporan, maka pada Bab yang
sama akan diberi nilai NOL.
6. Apabila blangko percobaan hilang, maka Bab IV, Bab V,
Lampiran A, dan Lampiran C diberi nilai NOL.
7. Apabila kartu praktikum hilang, maka praktikan wajib mengisi
surat pernyataan kehilangan kartu praktikum. Apabila kartu
praktikum hilang untuk kedua kali, maka tidak diperbolehkan
mengikuti praktikum.
8. Apabila ada revisi laporan, revisi dikumpulkan kembali 3 hari
setelah laporan diberikan kepada praktikan. (Note: Hanya berlaku
pada laporan pertama)
9. Pastikan laporan sudah lengkap sebelum dikumpulkan (sesuai
struktur laporan). Apabila laporan tidak lengkap, laporan akan
dikembalikan untuk dilengkapi hingga batas jam pengumpulan.

10 | P a g e
INFORMASI TAMBAHAN

A. Kode Modul
1. Pesawat Atwood [PA]
2. Hukum Kekekalan Momentum [HKM]
3. Modulus Young [MY]
4. Panas Jenis dan Kalori Meter [PJK]
5. Rangkaian Listrik [RL]
6. Tetapan Pegas [TP]
7. Viskositas Fluida [VF]
8. Bandul Reversibel [BR]
9. Koefisien Muai Panjang [KMP]

B. Kode Asisten
1. Abdul Kholiq [AK]
2. Akbar Vandito Adi [AV]
3. Aldi Syahril Anwar [AS]
4. Amalia Anugerah Mahallany [AA]
5. Dandy Indra Gunawan [DI]
6. Diar Meliani [DM]
7. Ii Nurul Hapsari [IN]
8. Ilham Kiki Shahila [IK]
9. Irawan Adhi Putra [IA]
10. Jofan Pradana [JP]
11. Listiyani Nurwindya Sari [LN]
12. M Ahyarudin [MA]
13. Maftazani Firdaus [MZ]
14. Mohamad Fadli [MF]
15. Muhamad Toha [MT]
16. Muhammad Ammar Abi [AB]
17. Muhammad Fikri Firdaus [FF]
11 | P a g e
18. Muhammad Gofar [MG]
19. Nadya Fitri Asyuni [NF]
20. Naufal Rasendriya Azmi [NR]
21. Raffa Ikhwan Pratamaputra [RI]
22. Rifaldi Gustiawan [RG]
23. Yusda Warahmah [YW]

12 | P a g e
Modul 01
PESAWAT ATWOOD
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal besaran fisis momen inersia.
2. Mengenal Hukum Newton melalui sistem katrol.
3. Mengamati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap.
4. Memeriksa apakah Hukum Newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi diketahui.

B. Teori Dasar
1) Hukum Newton I: Jika suatu sistem (benda) tidak mendapat gaya dari
luar, maka sistem itu akan tetap dalam keadaannya.
∑F = 0 ......................................................................................... (1.1)
2) Hukum Newton II, ditulis secara matematis :
F = m·a ........................................................................................ (1.2)
di mana,
F: gaya yang bekerja pada sistem (N)
m: massa benda (kg)
a: percepatan yang dialami benda (m/s2)
3) Kesimpulan dari persamaan di atas:
a) Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
b) Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Bila gayanya
konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan.
c) Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan. Sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda
mengalami percepatan maka tentu ada gaya yang menyebabkannya.
4) Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap
Vt  V0  a  t
....................................................................................(1.3)
X t  X 0  V0 t  1 2 at 2
...................................................................(1.4)
13 | P a g e
V 2  V02  2a X t  X 0  ................................................................(1.5)

5) Benda yang bergerak melingkar melalui poros:


Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya,
maka pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang
ekivalen dengan persamaan gerak linier. Dalam hal ini ada besaran fisis
momen inersia I yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m) pada
gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya (harga
tersebut adalah harga yang tetap).
I~m
I ~ r2
6) Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada Gambar 1.1,
maka berlaku persamaan seperti berikut (bila dianggap M1 = M2 = M):
mg
a
2M  m  I
r2 ...........................................................................(1.6)

14 | P a g e
A
M2

B
M1

Gambar 1.1 Katrol dengan Beban (Pesawat Atwood)

Pada saat M2 berada di titik A dan diberi beban tambahan m, maka


terjadi gerak dipercepat dengan persamaan (1.6). Saat melalui lubang B,
benda m akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang B dan menuju titik C
dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2+m berada di titik A.
Jika M1 dilepas dari klem, maka M2+m akan turun dari titik A ke C melewati
titik B dengan gerak dipercepat.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 1.1 Alat-alat Pesawat Atwood

No. Alat Jumah


1. Alat Pesawat Atwood 1 set
2. Tali penggantung :Benang nilon 1m
3. Pemegang beban pegas 1 buah

15 | P a g e
4. Neraca 1 buah
5. Beban Penggantung M1 dan M2 100 g 1 buah
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang 1 buah
8. Penggaris 1 buah
9 Stopwatch 1 buah

D. Prosedur Percobaan
1. Timbang massa M1, M2, m1 dan m2 masing-masing sebanyak 3 kali.
2. Gantungkan massa beban utama dan pada ujung-ujung tali kemudian
pasang pada katrol..
3. Pasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang sejajar
dengan tali. Jika tidak aturlah sampai sejajar
4. Tambahkan beban m pada beban M2 (Perhatikan Gambar 1.1)
5. Tekan pegas pada pemegang beban, maka M1 akan terlepas dari
pemegang beban dan bergerak ke atas, sedangkan M2 + m akan bergerak
ke bawah.
6. Catat waktu perpindahan M2+m dari A ke B (t1) dan dari B ke C (t2)!
7. Ulangi pengamatan sebanyak tiga kali untuk setiap jarak yang
ditentukan asisten.
a. Percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B: Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Pastikan tiang Pesawat Atwood berdiri tegak (tidak miring).
2. Pastikan pesawat tidak oleng ketika M1 dilepaskan.
3. Hindari mengubah kedudukan katrol.
4. Cara mengukur jarak XAB dan XBC karena beban tambahan m akan
terlepas ketika bagian atas M2 melewati titik B dan M2 akan berhenti
saat bagian bawahnya menyentuh titik C.
5. Waktu t1 (dari A ke B) mulai dicatat bersamaan dengan saat M1 dilepas.
16 | P a g e
E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Jelaskan pengertian dari gerak lurus beraturan dan gerak lurus tidak
beraturan!
2. Jelaskan apa yang dimaksud percepatan dan kecepatan!
3. Jelaskan apa yang dimaksud momen inersia dan torsi!
4. Sebutkan letak aplikasi hukum Newton 1, 2, dan 3 pada peristiwa yang
terjadi selama percobaan dengan menggunakan alat Pesawat Atwood!
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan:
a. Besaran fisis dan matematis.
b. Besaran skalar dab vector.
c. Besaran pokok dan turunan.

POST-TEST
1. Dua buah benda yang masing-masing bermassa 6,5 kg dan 24 kg digantung
dengan seutas tali melalui sebuah katrol yang massa dan diameternya dapat
diabaikan. Hitunglah percepatan gerak system dan tegangan yang dialami
oleh tali!
2. Ujung sebuah balok bermassa 12 kg ditarik di sebuah bidang datar kasar
dengan gaya 70 N. Berapakah gaya gesek yang bekerja pada balok tersebut
jika koefisien gesek kinetiknya 0,2 dan gaya Tarik yag bekerja pada balok
tersebut membentuk sudut 53° terhadap garis vertikal?
3. Seorang mahasiswa FT UNTIRTA melakukan percobaan penimbangan
badan di dalam sebuah lift. Saat lift belum bergerak, timbangan
menunjukkan angka 65 kg. Sesaat setelah lift bergerak mahasiswa ini
merasa sedikit pusing dan timbangan pun menunjukkan angka tertinggi
sebesar 75 kg, hal ini terjadi pula sesaat sebelum lift behenti. Di tengah
perjalanan, ternyata timbangan menunjukkan angka konstan 72 kg.
Berapakah percepatan gerak lift tersebut? Mengapa timbangan
menunjukkan angka tertinggi sesaat lift akan bergerak dan berhenti?
Jelaskan!

17 | P a g e
4. Sasuke melempar suriken dengan kecepatan awal 12 m/s dengan sudut 53°
dari sumbu x, berapa tinggi maksimum yang dapat dicapai oleh suriken
tersebut? (g= 9,8 m/s2)
5. Naruto sedang menaiki patung wajah hokage yang memiliki ketinggian 65
m, dia berniat untuk mencoret-coret patung itu. Ketika dia sedang asik
mencoret-coret patung wajah hokage, dia terpeleset dan terjatuh (tanpa
kecepatan awal). Tentukan berapa lama waktu naruto terjatuh sampai ke
permukaan tanah! (g=9,8 m/s2)

18 | P a g e
Modul 02
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

A. Tujuan Percobaan
1. Memverifikasi hukum kekekalan momentum.
2. Membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis.

B. Teori Dasar
Perhatikan tumbukan antara dua benda bermassa 𝑚 dan 𝑚 seperti
pada Gambar 2.1. Dalam selang tumbukan yang sangat singkat, kedua benda
saling memberikan gaya pada benda lain. Menurut Hukum Newton Ketiga,
setiap gaya yang bekerja pada benda A (𝐹 ) oleh benda B (𝐹 ) sama besar
dan berlawanan arah dengan 𝐹 .

Gambar 2.1 Benda A dan B Saling Bertumbukan

Perubahan momentum pada benda A akibat tumbukan ini adalah:


∆𝑃 = ∫ 𝐹 𝑑𝑡 = 𝐹 ∆𝑡 ......................................................................... (2.1)

dengan 𝐹 adalah harga rata-rata gaya 𝐹 dalam selang waktu tumbukan


∆𝑡 = 𝑡 − 𝑡 . Perubahan momentum benda B akibat tumbukan adalah:
∆𝑃 = ∫ 𝐹 𝑑𝑡 = 𝐹 ∆𝑡 ........................................................................ (2.2)

dengan 𝐹 adalah harga rata-rata gaya 𝐹 dalam selang waktu tumbukan


∆𝑡 = 𝑡 − 𝑡 . .......................................................................................... (2.3)

19 | P a g e
Jika tidak ada gaya lain yang bekerja, maka ∆𝑃 dan ∆𝑃
menyatakan perubahan momentum total masing-masing benda. Tetapi telah
ketahui bahwa pada setiap saat 𝐹 = −𝐹 sehingga 𝐹 = 𝐹 , karenanya
∆𝑃 = ∆𝑃 . Jika kedua benda dianggap sebagai sebuah sistem terisolasi,
maka momentum total sistem adalah 𝑝 = ∆𝑃 + ∆𝑃 = 0. Jadi, jika tidak
ada gaya luar yang bekerja maka tumbukan tidak mengubah momentum
total sistem. Gaya impulsif yang bekerja selama tumbukan merupakan gaya
internal, karenanya tidak mempengaruhi momentum total sistem.
Momentum dapat juga diperoleh dari hasil kali besaran skalar massa dengan
besaran vektor kecepatan, sehingga momentum termasuk besaran vektor.
𝑝 = 𝑚 × 𝑣 ........................................................................................... ...(2.4)

Misalkan dua buah benda (A dan B) dengan massa 𝑚 dan 𝑚


bergerak dengan kecepatan 𝑣 dan 𝑣 . Kecepatan benda setelah tumbukan
𝑣 dan 𝑣 . Hukum kekekalan momentum dapat dituliskan:
𝑚 . 𝑣 + 𝑚 . 𝑣 = 𝑚 . 𝑣 + 𝑚 . 𝑣 ...............................................(2.5)

Jika kecepatan kedua sistem sebelum dan sesudah tumbukan dapat


diukur, massa benda bisa diketahui, maka Hukum Kekekalan Momentum
dapat dibuktikan.

a. Tumbukan Lenting Sempurna


Jika kedua benda memiliki massa yang sama besar 𝑚 = 𝑚
dan benda A mula-mula diam 𝑣 = 0, lalu benda B mendekati dan
menumbuk benda A dengan kecepatan 𝑣 , maka akan didapatkan nilai
𝑣 = 𝑣 dan 𝑣 = 0, artinya kedua benda bertukar kecepatan. Untuk
benda dengan massa berbeda dan benda A mula-mula diam, maka
Persamaan (2.5) menjadi:
𝑚 .𝑣 = 𝑚 .𝑣 + 𝑚 .𝑣 .........................................................(2.6)

20 | P a g e
b. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Jika massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula diam,
dan benda B bergerak dengan kecepatan 𝑣. Setelah tumbukan kecepatan
kedua benda sama besar maka kecepatan benda setelah tumbukan
menjadi 𝑣 = 1⁄2 𝑣
Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk
arah yang sama, maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi 𝑣 =
1⁄2 (𝑣 + 𝑣 ). Jika massa kedua benda tidak sama persamaan (2.5)
menjadi:
𝑚 . 𝑣 = (𝑚 + 𝑚 )𝑣′ ................................................................ (2.7)

C. Alat-alat Percobaan
Alat-alat percobaan yang digunakan pada percobaan Hukum
Kekekalan Momentum adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Alat-alat Percobaan Hukum Kekekalan Momentum

No. Alat Jumah


1. Alat Rel Udara 1 set
2. Kereta 2 buah
3. Pegas tumbuk 2 buah
4. Beban 1 set
5. Gerbang cahaya (photo gate) 2 buah
6. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 set
7. Velcro 2 buah
8. Penghalang cahaya dua jari 3 cm 2 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Susun alat seperti Gambar 2.2.
2. Nyalakan peniup (blower).

21 | P a g e
3. Periksa kerataan lintasan.
4. Pasangkan penghalang cahaya dengan jarak (𝑋 = 50 𝑐𝑚).
5. Pasang pegas tumbuk pada dua buah kereta yang bermassa sama.
6. Timbang kereta A dan B sebanyak tiga kali.
7. Timbang kereta + beban tambahan sebanyak 3 kali.

Gambar 2.2 Susunan Alat Rel Udara

b. Tumbukan Lenting Sempurna


1. Letakkan kereta di atas rel.
2. Posisikan kereta A dalam keadaan diam diantara 2 gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B di atas rel, lalu dorong kereta B sehingga bergerak
dengan kecepatan 𝑣 yang besarnya dapat diukur melalui gerbang
cahaya 𝐺 (Perhaitkan Gambar 2.2).
4. Amati kecepatan kereta yang melewati gerbang cahaya sebelum dan
sesudah tumbukan pada pencacah waktu (time counter), kemudian
catat nilai kecepatan yang diperoleh.

22 | P a g e
5. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah massa kereta dengan
menambahkan beban tambahan, lalu catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda.

Gambar 2.3 Susunan alat percobaan tumbukan lenting sempurna

c. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


1. Pasang velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya pada
salah satu kereta.
2. Letakkan kereta A di antara kedua gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B pada rel, lalu dorong kereta B sehingga
menumbuk kereta A (setelah tumbukan kedua, kedua kereta akan
bergerak bersama-sama).
4. Amati kecepatan kereta yang melewati gerbang cahaya sebelum dan
sesudah tumbukan pada pencacah waktu (time counter), kemudian
catat nilai kecepatan yang diperoleh.
5. Ulangi langkah dua s.d. empat dengan menambahkan beban
tambahan pada kereta kemudian catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda.

Gambar 2.4 Susunan alat percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali
23 | P a g e
E. Pertanyaan
PRETEST
1. Jelaskan yang dimaksud dengan kecepatan dan kelajuan!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan hukum kekekalan momentum dan
koefisien restitusi!
3. Apa arti dari “tidak ada gaya dari luar yang bekerja pada sistem” pada
hukum kekekalan momentum? Berikan contohnya!
4. Jelaskan hubungan antara momentum dan implus, serta buktikan
melalui persamaan matematis!
5. Sebutkan dan jelaskan aplikasi momentum dalam kehidupan sehari-
hari! (minimal 3)

POST TEST
1. Sebuah senapan bermassa 2 kg menembakkan peluru bermassa 2 gr
dengan kelajuan 400 m/s, tentukan kecepatan senapan
sesaat peluru lepas dari senapan!
2. Sebuah bola bermassa 2,5 kg dijatuhkan dari ketinggian 2,5 meter dan
mengenai lantai. Kemudian dipantulkan kembali sampai ketinggian 1,7
meter. Jika g = 9,8 m/s2, tentukan impuls karena berat bola jatuh dan
koefisien restitusinya!
3. Sebuah gerbong kereta dengan massa 10.000 kg bergerak dengan laju
108 km/jam. Gerbong tersebut menabrak gerbong lain (yang massanya
½ dari gerbong pertama) dalam keadaan diam. Akibat tabrakan tersebut,
gerbong tersambung menjadi satu. Berapakah kecepatan bersama dari
gerbong tersebut?
4. Di dalam perahu terdapat dua orang anak. Anak A bermassa 75 kg, anak
B bermassa 50 kg dan perharu bermassa 225 kg. Jika perahu bergerak
ke arah kanan dengan kecepatan 20 m/s, tentukan kecepatan perahu saat
ini jika anak A meloncat ke kiri dengan kelajuan 50 m/s!

24 | P a g e
5. Sebuah bom meledak menghasilkan pecahan dua bagian yang bergerak
ke arah berlawanan. Rasio massa kedua pecahan tersebut ialah m1 : m2 =
1 : 2. Bila energi yang dibebaskan adalah 5 x 106 J, maka tentukan
perbandingan kecepatan pecahan bom tersebut!

25 | P a g e
Modul 03
MODULUS YOUNG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam.

B. Teori Dasar
Ketika gaya diberikan pada suatu benda, maka akan terjadi dua perubahan.
Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi gerak
dipercepat). Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang diberikan
terhadap benda. Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang berkaitan
dengan besar gaya yang diberikan, posisi benda, dan bahan benda tersebut.

Gaya luar tersebut disebut tegangan (stress), 𝝈 yang dinyatakan dengan


persamaan berikut.

𝜎 = .........................................................................................................(3.1)

Regangan, 𝜺 yang disebabkan dinyatakan dengan persamaan:


𝜀= ........................................................................................................(3.2)

Tegangan sebanding dengan regangan yang dinyatakan dengan persamaan


berikut.

𝜎 = 𝑌𝜀 .......................................................................................................(3.3)

𝒀 adalah modulus Young yang menentukan sifat elastisitas bahan.

Modulus Young menjelaskan tentang perubahan suatu benda dalam batas


elastisitasnya. Pada percobaan ini akan ditentukan nilai modulus Young dari
berbagai jenis logam. Saat memberikan gaya ke bawah pada bagian tengah
balok logam, akan muncul regangan yang menyebabkan balok bengkok ke

26 | P a g e
bawah. Tinggi kelekukan 𝑯 harus berbanding lurus dengan penambahan
beban, lihat gambar 3.1.

Persamaan modulus Young dapat dinyatakan sebagai berikut.

Y= ...............................................................................................(3.4)

Dimana 𝑊 adalah berat beban yang akan ditambahkan ke balok, 𝐿 adalah


jarak antara dua ujung balok, 𝐻 adalah tinggi lekukan balok yang bengkok, 𝑏
adalah lebar balok dan 𝑡 adalah tebal balok.

Gambar 3.1 Batang Logam Yang Dibengkokan

Dial Indicator/Dial Gauge


Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak
penyimpangan yang sangat kecil dari sebuah bidang, baik bidang datar,
silinder, atau bulat. Seperti untuk mengukur kerataan bidang, atau mendeteksi
perbedaan tinggi yang sangat kecil dari dua buah permukaan datar. Dial
indicator memiliki ketelitian 0,01 mm dengan jarum penunjuk panjang
(mikro) dan pendek (makro).

Gambar 3.2 Dial Indicator

27 | P a g e
Cara menggunakan dial indicator:

1. Tekan sensor dan amati pergerakan jarum. Jika sensor ditekan maka jarum
panjang akan bergerak ke kanan (searah jarum jam) dan jarum pendek
bergerak ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Jika sensor dilepas maka
kedua jarum akan kembali ke posisi awal yaitu skala nol.
2. Saat pemasangan, pastikan bahwa dial indicator tegak lurus dengan
bidang yang akan diukur.
3. Jangan memberikan tekanan atau hentakan yang tiba-tiba pada dial
indicator saat melakukan pengukuran.
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala dan
paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.
Cara membaca skala pada dial indicator:
1. Saat pengukuran, perhatikan jarum panjang terlebih dahulu. Jarum
panjang menunjukan skala nonius. Satu ruas bernilai 0,01 mm. Jika jarum
panjang melakukan satu putaran penuh, maka jarum pendek akan bergerak
satu strip, yaitu sebesar 1 mm.
2. Misalkan jarum panjang menunjukkan skala 11, berarti 11 × 0,01 mm =
0,011 mm.
3. Jarum pendek menunjukkan skala 1 mm tiap ruasnya. Jika jarum pendek
melakukan satu putaran penuh, maka pengukuran bernilai 10 mm yang
merupakan skala pengukuran maksimal.
4. Misalkan jarum pendek menunjukkan skala 3 atau lebih dari 3 namun
kurang dari 4, maka pembacaan skala 3 × 1 mm = 3 mm.

28 | P a g e
Gambar 3.3 Contoh Pembacaan Dial Indicator

1. Jarum panjang menunjukkan skala 14. Satu ruas bernilai 0,01 mm maka
skala pembacaan jarum panjang adalah 14 × 0,01 mm = 0,14 mm.
2. Jarum pendek menunjukkan skala lebih dari satu. Satu ruas bernilai 1 mm,
maka skala pembacaan jarum pendek adalah 1 × 1 mm = 1 mm.
3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah 0,14 mm +
1 mm = 1,14 mm.

Tabel 3.1 Modulus Young referensi beberapa material

Bahan 𝒀 (𝐆𝐩𝐚)
Baja 200
Aluminium 70
Kuningan 90
Tembaga 103 – 124

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2 Alat-alat Percobaan Modulus Young
No. Nama Alat Jumlah
1 Rel aluminium, panjang 600 mm 1 set
2 Statif penyangga balok, besi, panjang 300 mm 1 set

29 | P a g e
3 Batang rel aluminium 1 buah
4 Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan
1 buah
dapat dipasang)
5 Beban bercelah 5 × beban 50 g 10 × beban 10 g 1 buah
6 Penggantung beban dengan bukaan bentuk V 1 buah
7 Logam yang diukur
a. Baja
1 set
b. Aluminium
c. Kuningan
8 Jangka sorong 1 buah
9 Dial indicator 1 buah

D. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.4.
2. Ukur panjang, lebar, dan tebal logam. Lakukan sebanyak tiga kali. Catat
hasil pengukuran yang didapat.
3. Letakkan logam yang akan diukur pada dudukan atau penumpu logam dan
atur posisinya. Pastikan jarak kedua statif penyangga sesuai dengan nilai
yang ditentukan asisten.
4. Letakkan beban penggantung pada pemegang beban kemudian tambahkan
bebannya hingga mencapai massa maksimum: 250 gram.
5. Atur dial indicator agar menyentuh permukaan logam namun jarum tetap
berada di angka nol.
6. Lepaskan beban satu per satu, catat berat beban dan hasil pengukurannya.
7. Pastikan bahwa meja yang digunakan tidak bergerak (kokoh) saat
melakukan percobaan dan lepaskan beban secara perlahan untuk
menghindari kesalahan pengukuran.
8. Lepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung beban akan
naik dan menekan dial indicator. Baca nilai yang terukur dan catat
hasilnya di dalam tabel. Setiap massa beban yang dilepaskan sama dengan
massa beban yang ditambahkan pada penggantung beban. Maka pada
30 | P a g e
kolom massa beban, catat massa beban yang dilepaskan bukan yang
digantung.
9. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
10. Ulangi langkah yang sama menggunakan logam yang berbeda.

Gambar 3.4 Rangkaian Alat Percobaan

E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Apa yang dimaksud dengan modulus young?
2. Hukum apa yang berlaku pada modulus young dan bagaimana bunyinya?
3. Apa yang dimaksud dengan tegangan dan regangan? Tuliskan rumusan
matematisnya!
4. Gambarkan kurva tegangan-regangan beserta bagian-bagiannya!
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai pada modulus young?

POST-TEST
1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta peristiwa necking, baik
secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
2. Seutas kawat baja memiliki panjang 10 m dan luas penampang
7 × 10 m2. Modulus elastis baja 2 × 10 N/m2. Sebuah gaya
dikerjakan untuk menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,4 m.
Hitung gaya tarik itu!
31 | P a g e
3. Gambarkan kurva tegangan–regangan untuk bahan logam, polimer, dan
keramik! Jelaskan perbedaan ketiganya!
4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan
sebuah tali nilon yang panjangnya 90 m dan tebalnya 5,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 100 kg, tali bertambah panjang 1,7 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan 𝜋 = 3,14 dan g =
9,8 m/s2).
5. Buktikan penurunan rumus pada Persamaan (3.4) !

32 | P a g e
Modul 04
PANAS JENIS DAN KALORIMETER

A. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor jenis benda menggunakan kalorimeter

B. Teori Dasar
Bila benda yang suhunya lebih tinggi disentuhkan (atau
dicampurkan) dengan benda yang suhunya lebih rendah, kalor mengalir dari
benda yang suhu nya lebih tinggi ke benda yang suhu nya lebih rendah.
Sebelum orang mengetahui bahwa kalor adalah energi, orang sudah
menegtahui bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diterima.
Asas ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Inggris kelahiran Perancis
bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu, asas ini dinamai Asas
Black.
𝑄 = 𝑄
Kalorimeter merupakan serangkaian alat yang dirancang untuk
menentukan kalor. Pada dasarnya kalorimeter adalah wadah (bejana) dari
logam yang di “selimuti” atau diberi jaket agar kalor sukar pindah ke udara
di sekitar bejana. Bejana ditutup dengan tutup yang terbuat dari bahan yang
tidak menghantarkan kalor dan kalor jenisnya kecil, sehingga kalor yang
diambilnya dapat diabaikan. Pada tutupnya terdapat lubang untuk
memegang thermometer dan pengaduk. Pengaduk biasanya terbuat dari
logam yang sejenis dengan kalorimeter. Kalor yang diambilnya sering
diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti.
Pada percobaan menentukan kalor jenis benda dengan menggunakan
kalorimeter, kalorimeter diisi air. Benda yang kalor jenisnya hendak
ditentukan dimasukan ke dalam kalorimeter (“dicampurkan” dengan
kalorimeter). Bila benda yang hendak ditentukan kalor jenis itu lebih tinggi

33 | P a g e
suhunya daripada suhu kalorimeter (+isinya), benda tersebut memberikan
kalor kepada kalorimeter. Akibatnya suhu kalorimeter beserta isinya naik,
sedangkan suhu benda yang dimasukan ke dalam kalorimeter turun. Suhu
akhir benda dan kalorimeter menjadai sama.
Misalkan massa benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya itu
𝑚 , kalor jenisnya 𝑐 , suhu awalnya 𝑇. Misalkan massa kalorimeter 𝑚 ,
kalor jenisnya 𝑐 , massa pengaduk 𝑚 , kalor jenis pengaduk 𝑐 , massa air
di dalam kalorimeter 𝑚 , kalor jenisnya 𝑐 . Misalkan suhu awal kalorimeter
dan isinya 𝑇 , dan 𝑇 < 𝑇. Setelah benda dan kalorimeter dicampurkan,
misalkan suhu akhirnya menjadi 𝑇 . Suhu kalorimeter beserta isinya naik
sebesar (𝑇 − 𝑇 ). Suhu benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya turun
(𝑇 − 𝑇 ). Jadi kalorimeter beserta isinya menerima kalor sebesar:
𝑄 = 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ).............................. (4.1)

Benda yang kalor jenisnya hendak ditentukan memberikan kalor


sebesar:

𝑄 = 𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ) ................................................................. (4.2)

Menurut hukum kekekalan energi (Asas Black) 𝑄 = 𝑄 . Jadi:

𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ) = 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ) .....................(4.3)

atau

. . . ( )
𝐶 = ( )
.............................. (4.4)

𝑐 dapat dihitung jika besaran-besaran lain diketahui atau dapat diukur.

34 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan

Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1 Alat-alat percobaan panas jenis dan kalorimeter

No. Alat Jumah

1. Termometer 2 buah

2. Kalorimeter 1 set

3. Kubus materi 4 buah

4. Gelas kimia 250 mL 2 buah

5. Neraca 1 buah

4. Pemanas elektrik 1 buah

8. Dasar statif 1 buah

9. Kaki statif 1 buah

10. Batang statif 250 mm 1 buah

11. Boss-head 1 buah

12. Tali nilon Secukupnya

13. Stopwatch 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan daftar alat.
2. Kenali bahan kalorimeter dan bahan pengaduk. Jika bahannya sama,
maka kalor jenisnya sama (Caluminium).
3. Ikat salah satu kubus materi, misal balok besi dengan tali nilon.
4. Tuangkan 200 mL air ke dalam gelas kimia.
b. Menentukan Kalor Jenis Kubus Materi
1. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya sebanyak 3 kali.

35 | P a g e
2. Isi kalorimeter dengan air sebanyak 125 mL dan timbang sebanyak
3 kali dan catat massa nya.
3. Pasang kalorimeter dan perlengkapannya. Gunakan termometer
untuk mengukur suhu kalorimeter.
4. Catat hasilnya sebagai suhu awal 𝑇 .
5. Timbang kubus materi sebanyak 3 kali.
6. Letakan gelas kimia berisi 200 mL air diatas pemanas elektrik.
7. Masukkan kubus materi ke dalam gelas kimia beserta termometer
dengan menggantungkannya pada statif menggunakan tali nilon.
8. Panaskan gelas kimia tersebut hingga suhu 90°C.
9. Catat suhu air di dalam gelas kimia tersebut sebagai suhu awal benda
yang dipanaskan (𝑇 = 90°𝐶).
10. Buka penutup kalorimeter, dekatkan kalorimeter sedekat mungkin
dengan gelas kimia. Lalu angkat kubus materi dari dalam gelas kimia
dan segera masukkan ke dalam kalorimeter kemudian tutup kembali
dengan rapat.
11. Aduk kalorimeter sambil mengamati perubahan suhu yang
ditunjukan termometer. Catat suhu setiap 15 detik sekali hingga
diperoleh suhu yang konstan atau maksimum. Catat suhu akhir
kalorimeter sebagai 𝑇 .
12. Lakukan langkah serupa dengan diatas untuk menentukan kalor jenis
kubus materi lainnya (misal: kuningan, tembaga, aluminium).

E. Pertanyaan
PRE TEST
1. Jelaskan yang disebut dengan kalorimeter? Sertakan bagaimana prinsip
kerja nya!
2. Bagaimana panas dapat berpindah? Jelaskan dan berikan contoh masing-
masing!

36 | P a g e
3. Terdapat sebuah batang besi dan satu bak berisikan air yang dijemur pada
suhu 39 0C dibawah terik matahari yang sama, manakah yang lebih lama
menjadi panas ketika disentuh? Jelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi!
4. Seorang mahasiswa ingin melakukan suatu percobaan di salah satu
laboratorium, ia menyiapkan gelas kimia berukuran 250 mL lalu mengisinya
dengan air yang bermassa 128 gram, ketika di cek suhu air dalam gelas
kimia tersebut adalah 30 0C. Lalu sebuah logam tembaga dengan suhu 100
0C dimasukkan kedalam air tersebut. Namun, massa logam tembaga belum
diketahui nilainya, maka berapakah massa dari logam tembaga tersebut?
Apabila kesetimbangan termal yang terjadi pada suhu 36 0C. ( c air = 4200
J/Kg0C, c tembaga = 390 J/Kg0C)
5. Suatu fluida memiliki koefisien konveksi termal 0,01 kal/msC kemudian
memiliki luas penampang aliran 10 cm2. Jika fluida tersebut mengalir pada
sebuah dinding dengan suhu 1000C dan menuju dinding lainya dengan suhu
500C, lalu kedua dinding dalam keadaan sejajar, maka berapa besar kalor
yang dirambatkan?

POST-TEST
1. Suatu zat bermassa 3 kg membutuhkan kalor sebanyak 9,45 KJ untuk menaikkan
suhunya dari 20°C ke 90°C. Tentukan kalor jenis zat tersebut!
2. Sebuah Es bermassa 4 kg memiliki suhu -2°C. Es tersebut dimasukkan ke gelas
berisi air dingin yang bersuhu 10°C. Jika suhu campurannya 0°C dan tidak ada
es yang tersisa, tentukan banyaknya air dingin dalam gelas tersebut! (ces = 2.100
J/kg°C dan cair = 4.200 J/kg°C).
3. Pada praktikum panas jenis dan kalorimeter, salah satu prosedur percobaan
adalah memanaskan air dan kubus materi hingga mencapai suhu tertentu.
Jelaskan peristiwa yang terjadi!
4. Perhatikan grafik pemanasan 1 kg es berikut ini!

37 | P a g e
Kalor jenis es 2.100 J/kg°C, kalor lebur es 334.000 J/kg dan kalor jenis air
adalah 4.200 J/kg°C, berapakah kalor yang dibutuhkan dalam proses P-Q-R
adalah....
5. Pelat besi dengan tebal 10 mm memiliki luas penampang 1000 cm2. Satu
permukaan memiliki suhu 150 oC dan permukaan lain 200 oC. Hitung panas
yang melewati pelat setiap detiknya. Koefisien konduksi termal besi 80
W/m.K. Hitung besar panas yang melewati pelat.

38 | P a g e
Modul 05
RANGKAIAN LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Menguji Hukum Ohm dengan menggunakan hambatan dan beberapa
komponen elektronik.
2. Menguji kebenaran rumus tegangan dan arus listrik untuk rangkaian seri
dan paralel pada hambatan-hambatan listrik.
3. Menguji Hukum Kirchoff pada resistor baik terhubung seri maupun paralel.
4. Memahami cara kerja osiloskop serta dapat menggambar bentuk
gelombang tegangan dan beban yang ditampilkan melalui osiloskop.

B. Teori Dasar
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu beda
potensial. Pada saat itu, George Simon Ohm (1787 – 1854) melakukan eksperimen
pertama kali yang menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam (I) yang
nilainya sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada
kedua ujung kawat logam.
I  V ........................................................ (5.1)
Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh kawat
terhadap aliran elektron. Dengan mengambil analogi aliran air, dinding pipa,
pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap aliran air. Hal
yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan atom dalam kawat.
Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk suatu tegangan
tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu besaran yang
berbanding terbalik dengan arus.
V
I= ..................................................... (5.2)
R

39 | P a g e
Dimana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V
adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir
melalui komponen tersebut. Persamaan (5.2) dapat ditulis sebagai berikut :
V = IR ...................................................... (5.3)
Persamaan (5.3) diatas dikenal sebagai persamaan Hukum Ohm. Banyak
fisikawan mengatakan bahwa persamaan (5.3) bukanlah suatu hukum melainkan
hanya definisi untuk hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, cukup dengan
mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan
yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari suatu bahan atau komponen adalah
konstan, tidak tergantung pada tegangan. Tetapi persamaan (5.3) tidak berlaku
umum untuk bahan dan komponen lain seperti diode, tabung vakum, transistor, dan
lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan
deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).
Selanjutnya untuk lebih mendalami konsep rangkaian listrik terdapat satu
hukum lagi yang harus dipahami, yaitu hukum kirchoff. Hukum Kirchhoff adalah
dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial (umumnya
dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Terdapat dua hukum kirchoff yang
membahas tentang tegangan dan arus, berikut adalah penjelasannya.
1. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule),
karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk
rangkaian yang multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika
arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik
pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan yang
masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah
yang sama.

40 | P a g e
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik
percabangan tersebut”.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:
∑ IMasuk = ∑ IKeluar ............................................. (5.4)
Contoh pada sebuah kasus, perhatikanlah gambar di bawah ini.

Gambar 5.1 Rangkaian Pembagi Arus

Besar arus I = I1 + I2 + I3, untuk mencari nilai I1, I2 dan I3 secara matematis
dapat menggunakan persamaan seperti berikut.
R2 R3
I1 = I ....................................... (5.5)
R1 R2 +R1 R3 +R2 R3 s
R1 R3
I2 = I ....................................... (5.6)
R1 R2 +R1 R3 +R2 R3 s
R1 R2
I3 = I ....................................... (5.7)
R1 R2 +R1 R3 +R2 R3 s

2. Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpul (loop rule),
karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam
satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti
dari adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada

41 | P a g e
sembarang titik dengan potensial V, dengan demikian energi yang dimiliki oleh
muatan tersebut adalah QV. Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi
simpal tersebut, maka muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan
energi atau kehilangan sebagian energinya saat melalu resistor baterai atau
elemen lainnya. Namun saat kembali ke titik awalnya, energinya akan kembali
menjadi QV.
Hukum kirchoff 2 berbunyi seperti berikut, “Pada setiap rangkaian
tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”. Contoh pada
sebuah kasus, Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 5.2 Rangkaian Pembagi Tegangan

Besar arus V = V1 + V2 + V3, untuk mencari nilai V1, V2 dan V3 secara


matematis dapat menggunakan persamaan seperti berikut.
R1
V1 = Vs .............................................. (5.8)
R1 +R2 +R3
R2
V2 = Vs .............................................. (5.9)
R1 +R2 +R3
R3
V2 = Vs ............................................ (5.10)
R1 +R2 +R3

42 | P a g e
C. Alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 5.1 Alat-alat Percobaan Rangkaian Listrik

No. Alat Jumah


1. Multimeter 1 set
2. Catu Daya DC (0-12 V, 3 A) 1 buah
3. Komponen elektronik Resistor 3 buah
4. Komponen elektronik NTC 1 buah
5. Komponen elektronik PTC 1 buah
6. Komponen elektronik Lampu 1 buah
7. Kabel-kabel penghubung 1 set

D. Prosedur Percobaan
Hukum Ohm
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 5.3 dibawah ini.

Kx SPST1

DC

Gambar 5.3 Rangkaian Hukum Ohm

Dimana:
A = Amperemeter DC
Kx = Komponen yang akan ditentukan hambatannya
2) Aturlah posisi output, set komponen elektronik sehingga Kx = Resistor
3) Atur posisi saklar pada catu daya DC sehingga keluarannya adalah 0 Volt.

43 | P a g e
4) Tutup switch S, kemudian atur keluaran catu daya sehingga lebih besar dari
0 Volt.
5) Catat kedudukan amperemeter (I) dan kedudukan voltmeter (V) yang
ditentukan oleh asisten.
6) Ulangi percobaan ini beberapa kali (minimum 5 kali) untuk harga-harga I
dan tegangan V yang berbeda.
7) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = NTC
8) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = PTC
9) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = Lampu

Hukum I Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 5.4, dimana nilai dari
R1, R2, dan R3 ditentukan oleh Asisten.

Gambar 5.4 Rangkaian Hukum I Kirchoff

2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.


3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar arus yang melewati masing-masing resistor menggunakan
Amperemeter (A) yang terpasang seri pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

44 | P a g e
Hukum II Kirchoff

Gambar 5.5 Rangkaian Hukum II Kirchoff

1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 5.5, dimana nilai dari
R1, R2, dan R3 ditentukan oleh Asisten.
2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.
3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar tegangan yang pada masing-masing resistor menggunakan
Voltmeter (V) yang terpasang paralel pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

Pembangkitan Gelombang Menggunakan Osiloskop

Gambar 5.6 Pembangkitan Menggunakan Osiloskop


1) Susunlah rangkain seperti pada percobaan Hukum II Kirchaff dengan
Tegangan sumber yang telah ditetapkan
2) Nyalakan Osiloskop , Kemudian ambil dan sambungkan ujung dari kabel
probe dengan channel 1 pada osiloskop.
3) Kemudian atur Volt/Div sebesar 5 Volt/Div

45 | P a g e
4) Untuk mengukur tegangan yang akan terbaca dengan osiloskop , hubungkan
kabel probe dengan secara paralel pada tiap resistor dan tegangan resitor.
5) Amati bentuk gelombang yang tertampil pada layar osiloskop.

E. Pertanyaan Modul
PRE-TEST
1. Jelaskan Definisi dari Arus Listrik , Tegangan Listrik dan Hambatan Listrik
dan tuliskan persamaan dari definisi Arus listrik , Tegangan listrik dan
Hambatan listrik.
2. Jelaskan perbedaan resistor dan resistansi.
3. Jika diberikan tiga buah resistor dimana R1= 5 Ohm, R2= 7 Ohm dan R3=10
Ohm
A. Berapa besar hambatan total dari R1 ,R2 dan R3 jika dihubungkan
secara seri?
B. Berapa besar hambatan total rangkaian jika R1//R2//R3 dirangkai secara
paralel ?
4. Apa yang anda ketahui tentang osiloskop?
5. Jelaskan perbedaan Direct Current (DC) dan Alternating Current (AC)!

POST-TEST
1. Mengapa pada praktikum modul rangkaian listrik menggunakan listrik
DC?
2. penerapan Hukum Ohm, Hukum Kirchoff I, dan Hukum Kirchoff II
dalam kehidupan sehari-hari?
3. Hitunglah hambatan total (Rab) pada rangkaian berikut ini!

4. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

46 | P a g e
Jika diketahui E=24 V R1 = 330 Ω; R2 = 1,5 kΩ; dan R3 = 470 Ω. Maka

A. Besar Hambatan Total rangkaian


B. Besarnya I Total rangkaian
C. Besarnya tegangan V1,V2 dan V3
5. Perhatikan gambar berikut!

Tentukan :
A. Berapa besar arus I2 yang keluar pada titik (node) A
B. Berapa besar arus I1 yang menuju pada titik (node) C
C. Berapa besar Arus I3 yang menuju pada titk (node) E
D. Berapa besar Arus I4 yang menuju pada titik (node) F
E. Berapa Arus I5 yang menuju pada titik (node) F

47 | P a g e
Modul 06
TETAPAN PEGAS

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai tetapan pegas.
2. Menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dan
perpanjangan pegas.
3. Mengetahui hubungan periode dan massa beban pada osilasi pegas.
4. Memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada periode osilasi dan nilai
tetapan pegas pipih.

B. Teori Dasar
Sebuah benda yang diregangkan oleh gaya akan mengalami pertambahan
panjang. Menurut Hooke, bila benda masih berada dalam keadaan elastis
(belum melampaui batas elastisnya), pertambahan panjang x sebanding dengan
besar gaya F yang meregangkan benda. Asas ini dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaan 6.1. Pada persamaan tersebut, k adalah tetapan pegas yang
diselidiki. Grafik antara F dan x akan membentuk grafik linier.
F = - k × ∆x ..........................................................................................(6.1)

Jika sebuah benda bermassa M digantung pada ujung bawah sebuah pegas,
ujung atas pegas dipasang pada titik yang tetap seperti pada Gambar 6.1, massa
menarik pegas ke bawah dengan gaya berat (M×g) yang menyebabkan pegas
teregang sehingga beban berada pada posisi O. Jika beban ditarik ke bawah
oleh gaya tambahan, pegas akan mulur sejauh x sehingga berada pada titik A.
Jika massa M dilepaskan, massa akan berosilasi harmonik ke atas dan ke bawah
di antara dua kedudukan ekstrim A dan B (titik O adalah titik kesetimbangan
beban M) dengan periode tetap. Massa tersebut dikatakan melakukan satu
osilasi jika beban bergerak dari titik A kembali ke titik A, dari titik B kembali
ke titik B, atau dari O kembali ke titik O setelah melewati titik A dan B. waktu

48 | P a g e
yang diperlukan untuk melakukan satu osilasi disebut periode osilasi T. Jika
waktu untuk n osilasi adalah t, maka periodenya adalah t/n.
Jika beban dilepaskan, gaya pemulih menurut hukum Hooke -kx
menghasilkan sebuah percepatan sebagaimana diberikan oleh Hukum Newton
kedua (persamaan 6.2). Persamaan 6.2 dapat diubah menjadi persamaan (6.3)
-k × x = M × a ..................................................................................... (6.2)
a = -k × x / M .......................................................................................(6.3)

Persamaan 6.3 merupakan persamaan dasar untuk gerak harmonik


sederhana dengan percepatan a sebanding dengan simpangan x, dan periodenya
diberikan oleh Persamaan (6.4) dan (6.5)

T .............................................................................................(6.4)

T2 .........................................................................................(6.5)
Titik tangkap
tetap

Gambar 6.1 Osilasi Beban yang Digantung pada Pegas

Suatu bahan elastik cenderung kembali ke bentuk awalnya ketika bahan


itu diubah bentuknya. Elastisitas berimplikasi adanya gaya pemulih sehingga
memungkinkan benda berosilasi. Benda yang bergerak secara berulang dalam
interval waktu atau periode tertentu dikatakan melakukan gerak periodik.
Sebagai contoh yaitu gerak periodik pada pegas pipih. Gerak periodik yang

49 | P a g e
terjadi disebut gerak harmonik sederhana yang digambarkan dengan fungsi
sinus atau cosinus.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.1 Alat-alat Percobaan Tetapan Pegas
No. Nama Alat Jumlah
1 Statif penggantung 1 set
2 Beban bercelah dan penggantung beban 1 set
3 Mistar 1 buah
4 Stopwatch 1 buah
5 Pegas helik 1 buah
6 Pegas pipih 1 buah
7 Perangkai beban dan pengencang 1 set
8 Penjepit pegas pipih 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Metode Pembebanan
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 6.2.

Gambar 6.2 Rangkaian Alat Percobaan Tetapan Pegas Metode Pembebanan

2. Gantung satu beban (W0) ke ujung bawah pegas. Nilai ini adalah berat
beban awal F0 untuk pegas, sehingga F0 = W0.
50 | P a g e
Catatan: dalam percobaan ini digunakan W = m×g. W adalah berat
beban (N), m massa (kg), dan g adalah percepatan gravitasi (g = 10
m/detik2)
3. Ukur panjang pegas awal l0. Catat nilai F0 dan l0.
4. Tambah satu beban pada beban awal dan ukur panjang pegas l. Catat
nilai W dan l.
5. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

b. Metode Osilasi
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 6.2.
2. Gantung massa beban pada ujung bawah pegas.
3. Siapkan stopwatch untuk mengukur waktu osilasi.
4. Beri simpangan pada pegas dengan cara menarik ke bawah sejauh  5
cm, kemudian lepaskan beban agar berosilasi di sekitar titik setimbang
dan jalankan stopwatch.
5. Hitung jumlah osilasi hingga sejumlah yang ditentukan asisten.
6. Berhentikan stopwatch dan catat waktu yang tertera.
7. Hitung waktu yang diperlukan untuk satu kali osilasi (periode T).
8. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

c. Osilasi pada Pegas Pipih


1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 6.3 dan tempatkan
rangkaian di dekat pinggir meja percobaan.

Gambar 6.3 Rangkaian Alat Percobaan Osilasi Pegas Pipih

51 | P a g e
2. Jepit pegas pipih dengan penjepit yang disediakan.
3. Pasang beban bercelah pada ujung pegas menggunakan perangkai
beban.
4. Siapkan stopwatch.
5. Ukur panjang pegas pipih mulai dari pusat massa beban di ujung pegas
ke sisi depan jepitan pegas.
6. Tarik beban ke alah satu sisi pegas sedemikian rupa sehingga beban
terdefleksi sejauh jarak yang ditentukan asisten dari titik
setimbangnya, yaitu titik O (Gambar 6.4). Ambil salah satu titik (A
atau B) sebagai titik acuan.

Gambar 6.4 Gerak Osilasi pada Pegas Pipih

7. Simpangkan pegas dari titik simpangan sejauh 3 cm (atau sesuai jarak


yang ditentukan asisten) lalu lepaskan dan mulai hidupkan stopwatch.
Hitung satu osilasi ketika beban kembali ke titik acuan dalam arah
gerak yang sama.
8. Lakukan hitungan sampai jumlah osilasi n yang ditentukan asisten.
Kemudian matikan stopwatch. Catat waktu t yang tertera pada
stopwatch.
9. Hitung nilai periode osilasi T menggunakan persamaan T = t/n.
10. Ulangi langkah percobaan dengan jarak simpangan lainnya.

52 | P a g e
E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Apa itu gerak harmonis sederhana?
2. Jelaskan dan sebutkan macam-macam gerak harmonis sederhana!
3. Sebutkan syarat-syarat suatu benda dikatakan sebagai pegas!
4. Mengapa suatu benda jika diberikan gaya yang sangat besar dapat putus,
patah atau rusak? Jelaskan berdasarkan hukum hooke!
5. Apa yang dimaksud dengan konstanta pegas? Faktor apa saja yang
memengaruhi nilai konstanta pegas?

POST-TEST
1. Pada sebuah trampolin terdapat 40 buah pegas di sekeliling tepi trampolin,
dengan tiap pegas memiliki nilai konstanta pegas sebesar 100 . Jika
seorang anak dengan massa 50 kg menaiki trampolin tersebut dan dialami
masing-masing pegas berada pada posisi 20 dari sumbu horizontal,
berapakah besar pertambahan panjang yang dialami masing-masing
pegas? (g = 10 )

2. Sebuah helikopter menggunakan pegas sepanjang 1 m untuk menarik ke


atas sebuah kapal selam yang memiliki massa 7500 kg dengan kecepatan
penarikan 2 . Pegas mengalami peregangan sepanjangan 1,125 m.

Tentukan nilai konstanta pegas tersebut!


3. Pegas merupakan alat yang dapat membantu mempermudah beban
pekerjaan manusia. Beberapa pekerjaan yang berat apabila harus dilakukan
sendiri tanpa alat bantu akan menjadi mudah dengan memanfaatkan pegas.
Sebutkan dan jelaskan berbagai kegunaan pegas dalam kehidupan sehari-
hari berikut dengan cara kerja pegas tersebut!
4. Buktikan penurunan rumus periode osilasi dari persamaan hukum hooke!
5. Diketahui data hasil percobaan tetepan pegas sebagai berikut:
F1 = 250 N X0 = 10 m
F2 = 510 N X1 = 10,25 m

53 | P a g e
Tentukan nilai konstanta pegas dan pertambahan panjang dialami pegas
pada saat diberikan gaya kedua! Gambarkan grafik F terhadap ∆x, Apakah
sesuai dengan grafik hukum hooke? Jelaskan!

54 | P a g e
Modul 07
VISKOSITAS FLUIDA
A. Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas atau kekentalan suatu zat cair

B. Teori Dasar
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir, dalam
hal ini zat cair dan zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal fluida
(internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling
gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul.
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya
gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas
juga disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.
×
𝜂= ……..………………………………………………(7.1)

Keterangan:

𝜂 = Viskositas (Pa.s)

𝑟 = Jari-jari benda (m)

𝑔 = Gravitasi bumi (m/s2)

𝜌 = Massa jenis benda (kg/m3)

𝜌 = Massa jenis fluida (kg/m3)

𝑣 = Kecepatan benda (m/s)


Pada kenyataannya, nilai kecepatan jatuh bola dipengaruhi oleh kedekatan
bola dengan dinding tabung silinder. Oleh karena itu, untuk hasil pengukuran
55 | P a g e
yang lebih baik, bola harus dijatuhkan di tengah tabung. Namun, untuk hasil
yang lebih baik lagi, lakukan koreksi terhadapat nilai v0 menggunakan
persamaan koreksi Ladenburg:

𝑣 = 𝑣 1 + 2,4 ........................................................................................... (7.2)

Dimana v adalah kecepatan bola yang terukur dan R adalah jari-jari tabung.

Viskometer adalah alat untuk mengukur kekentalan suatu fluida


berdasarkan kecepatan alir fluida tersebut. Nilai viskositas didapatkan dengan
cara mengalirkan fluida yang akan diukur viskositasnya dengan demikian,
hambatan yang mengalami benda pemutar atau dialiri akan diketahui dan
menunjukkan besar viskositas fluida tersebut.

Gambar 7.1 Alat ukur Viskometer manual

Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh


koefisien viskositas. Pada percobaan ini variasi dilakukan terhadap ketinggian
fluida serta ukuran diameter bola yang dijatuhkan menggunakan viskometer.
Sehingga akan didapatkan empat nilai viskositas dari masing-masing variasi,
kemudian keempat nilai tersebut dibandingkan satu sama lain (dalam percobaan
ini tidak diperlukan pembanding dengan literatur dikarenakan setiap nilai
viskositas dipengaruhi oleh temperatur, sedangkan temperatur pada setiap
praktikum dilaksanakan kemungkinan berbeda-beda).

56 | P a g e
𝜌 = 2700 𝑘𝑔/𝑚

𝜌 = 1260 𝑘𝑔/𝑚

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 7.2 Alat-alat percobaan Viskositas Fluida
No. Alat Jumah
1. Stopwatch 1 buah
2. Mikrometer sekrup 1 buah
3. Gelas kimia 100 ml 1 buah
4. Tiang penahan batang 1 buah
5. Viskometer 1 set
6. Bola aluminium 2 buah
7. Pinset 1 buah

D. Prosedur Praktikum
1. Letakkan tabung viskositas pada permukaan bidang datar seperti di atas
meja yang kokoh.
2. Pasang dua buah penanda di antara jarak yang akan dilalui oleh bola.
Gunakan penanda berupa karet gelang atau tali, kemudian pasangkan di dua
lokasi yang berbeda seperti pada gambar.
3. Ukur jarak h diantara dua penanda seakurat mungkin.
4. Pastikan bahwa bola aluminium bersih dan mengkilap, bebas dari kotoran,
dan siap digunakan.
5. Gunakan mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter bola.
Ulangi pengukuran beberapa kali dan hitung jari-jari bola berdasarkan hasil
pengukuran tersebut.
6. Tentukan sisi penanda yang akan dijadikan acuan pengukuran waktu.

57 | P a g e
7. Isi tabung dengan cairan kental (gliserin) yang akan diukur viskositasnya.
Isi hingga mencapai 10 cm dari atas tabung.
8. Siapkan stopwatch, kemudian sambil melihat kearah tabung viskositas,
jatuhkan bola tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti gerakan bola.
Nyalakan stopwatch saat bola melewati batas acuan pertama (penanda atas)
dan hentikan stopwatch tepat saat bola melewati batas acuan kedua
(penanda bawah).
9. Catat nilai waktu t yang dibutuhkan bola untuk bergerak sepanjang jarak h
yang tercatat oleh stopwatch.
10. Ulangi langkah 8 menggunakan bola yang sama sebanyak 10 kali sehingga
diperoleh sejumlah nilai t, kemudian rata-ratakan nilai tersebut dan hitung
kecepatannya 𝑣 = menggunakan t hasil rata-rata.

11. Gunakan data hasil perhitungan tersebut untuk menghitung nilai η


menggunakan persamaan 7.1.

E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Sebutkan dan jelaskan pengertian dari fluida dan zat apa saja yang tergolong
fluida!
2. Jelaskan kelompok fluida berdasarkan arah pergerakannya dan jenis
alirannya!
3. Jelaskan pemahaman dari viskositas fluida!
4. Sebutkan metode yang dapat digunakan dalam pengukuran viskositas dari
suatu fluida!
5. Jelaskan pengertian dari Reynolds Number dan tuliskan pula rumusnya serta
bagaimana pengaruhnya terhadap jenis aliran fluida!

POST-TEST
1. Sebuah pipa dengan diameter dalam 50 cm diuji proses kerjanya dengan
mengalirkan fluida dengan densitas 1000 kg/m3 dan viskositas sebesar 3,5
Ns/m2 secepat 30 m/s. Ternyata ketika diuji aliran yang terbentuk turbulen,
58 | P a g e
dan harus dibuat laminar dengan kecepatan semaksimal mungkin. Berapa
kecepatan maksimal yang bisa dicapai agar aliran laminar? (Laminer = Re
< 2000)
2. Pengujian viskositas suatu fluida yang bermassa jenis 1500 kg/m3 dilakukan
dengan menggunakan bola yang memiliki diameter 2 cm dan densitas 3200
kg/m3. Diketahui bola dimasukan ke dalam fluida dan jatuh dengan
kecepatan 37 x 10-2 m/s, serta didapat viskositas sebesar X. Bila pada fluida
yang sama diuji dengan bola berdiameter 4 cm, hitunglah kecepatan bola
jatuh!
3. Suatu pipa berdiameter 0,5 m mengaliri suatu cairan yang berdensitas 1700
kg/m3 dan viskositas 2 Pa.s. Untuk meningkatkan produktivitas proses,
seorang piping engineer menginginkan aliran fluida memiliki kecepatan
sebesar 10 m/s. Apakah hal tersebut aman untuk dilakukan atau dapat
membahayakan? Sertakan alasan dan kalkulasi yang mendasari alasan
tersebut!
4. Sebutkan dan jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi nilai viskositas
dari fluida?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan fluida Newtonian dan non Newtonian,
serta berikan contohnya!

59 | P a g e
Modul 08
BANDUL REVERSIBEL

A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep bandul reversibel.
2. Dapat menentukan percepatan gravitasi bumi.

B. Teori Dasar
Bandul reversibel merupakan bandul fisis yang memiliki pasangan titik
tumpu dengan jarak tertentu. Bandul tersebut dapat diosilasikan pada kedua
titik tumpu tersebut, dalam hal ini tittik tumpu A dan B, seperti pada Gambar
8.1. Ketika bandul digerakan melewati titik keseimbangannya, maka terdapat
gaya pemulih yang disebabkan oleh gravitasi sehingga terbentuklah gerakan
osilasi yang beraturan sehingga membentuk gerak harmoni sederhana. Periode
bandul pada kedua titik tumpu itu dapat dibuat sama dengan mengatur letak
beban B di sepanjang batang bandul.

Jika bandul ditumpu pada titik tumpu A, maka periodenya (TA) dapat dituliskan

𝑇 = 2𝜋 . .
..................................................................................(8.1)

dengan IA adalah momen inersia pendulum terhadap titik tumpu A, m massa


pendulum, yA adalah jarak antara titik tumpu A dan pusat gravitasi. Jika kita
ganti .
dengan lA , persamaan (8.1) dapat tuliskan kembali

𝑇 = 2𝜋 ............................................................................................(8.2)

60 | P a g e
beban A

titik tumpu A

beban B

titik tumpu B

Gambar 8.1 Percobaan bandul reversibel

Jika bandul di tumpu di B, dengan cara yang sama, periode dapat dituliskan

𝑇 = 2𝜋 ...........................................................................................(8.3)

Pada saat TA sama dengan TB, sehingga lA = lB = l, ini merupakan panjang ekuivalen
bandul dan sama dengan jarak antara kedua titik tumpu tersebut. Percepatan
gravitasi dapat dihitung dengan persamaan

𝑇 = 2𝜋 ..................................................................................................(8.4)

TA dan TB merupakan fungsi dari y, jarak beban B terhadap titik tumpu A. Hubungan
antara TA dan y ; dan antara TB dan y akan diketahui dari percobaan.

Dari grafik TA terhadap y dan TB terhadap y, perpotongannya menunjukkan TA =


TB.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

61 | P a g e
Tabel 8.1 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel
No. Alat Jumlah
1. Bandul Reversibel 1 set
2. Gerbang cahaya 1 buah
3. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 buah
8. Dasar statif 1 buah
5. Batang statif 500 mm 1 buah
6. Boss-head 1 set
7. Penggaris 50 cm 1 buah

D. Prosedur Percobaan

1. Pastikan jarak beban A terhadap mata pisau pertama sejauh 11 cm,


diukur dari masing-masing pusat massa.
2. Pastikasn jarak antara mata pisau pertama dan kedua sejauh 50 cm.
3. Atur beban B terhadap mata pisau pertama, sesuai dengan blangko
percobaan.
4. Nyalakan time counter dan pilih mode cycle dengan menekan tombol
“FUNCTION”
5. Atur osilasi bandul sebanyak 10 kali dengan menekan tombol “CH.
OVER”
6. Letakkan bandul pada bantalan bandul dengan ketentuan untuk
percobaan pertama mata pisau A menjadi tumpuan.
7. Lepaskan bandul dan biarkan bandul berosilasi sebanyak 10 kali.
8. Catat waktu osilasi yang dapat terlihat pada time counter.
9. Pada percobaan kedua, putar bandul sehingga mata pisau kedua menjadi
tumupan.
10. Ulangi percobaan yang sama seperti percobaan yang sebelumnya.

62 | P a g e
D. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Apa pengertian dari bandul matematis dan bandul reversible? Jelaskan,
serta lamirkan dalam pengaplikasiannya!
2. Sebutkan hukum yang berlaku pada bandul reversible!
3. Apa itu gravitasi? Jelaskan bunyi hukum gravitasi!
4. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara percepatan gravitasi dan
gravitasi!
5. Jelaskan perbedaan antara gerak osilasi dan gerak harmonis sederhana!

POST-TEST
1. Jelaskan bagaimana bandul reversibel dapat digunakan untuk
menentukan nilai percepatan gravitasi!
2. Jelaskan metode apa saja yang dapat dilakukan untuk memperoleh
harga percepatan gravitasi bumi selain menggunakan bandul reversibel
?
3. Sebuah bandul matematis terdiri dari tali yang mempunyai panjang 45
cm dan pada ujung bawah tali digantungi beban bermassa 386,6 gram.
Jika percepatan gravitasi 9.8 m/s2 maka berapakah periode dan
frekuensi ayunan bandul sederhana?
4. Diketahui jari-jari bumi 4,23 kali jari-jari bulan, massa bumi 72,3 kali
massa bulan dan percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2. Jika berat
seseorang dibumi adalah 350 N. Hitunglah percepatan gravitasi bulan
dan berat orang tersebut saat di bulan!
5. Diketahui ada 2 planet dengan massa yang berbeda yaitu 4120 kg dan
1225,2 kg. Kedua planet ini memiliki jarak 126 km. Berata besar gaya
gravitasi antara dua planet?

63 | P a g e
Modul 09
KOEFISIEN MUAI PANJANG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien muai panjang dari kedua bahan yang berbeda.

B. Teori Dasar
Muai panjang didefinisikan sebagai pertambahan panjang benda yang
panjangnya satu satuan panjang (m) dengan kenaikan suhu satu satuan suhu.
Koefisien muai panjang diperoleh dari perubahan panjang batang dengan bahan
tertentu yang memuai akibat dialiri uap panas. Misalnya sebuah benda dengan
panjang L, mengalami perubahan suhu yang besarnya ΔT. Jika ΔT nilainya
cukup kecil, maka perubahan panjang ΔL umumnya berbanding lurus dengan
L dan ΔT. Secara matematis dinyatakan dengan:
ΔL = α L ΔT…………………………………………………………(9.1)
dengan α adalah koefisien muai panjang bahan.

Pemuaian panjang hanya terjadi pada benda padat dan tidak terjadi pada
benda cair ataupun gas. Untuk benda padat, perubahan suhu berpengaruh pada
seluruh bagian benda. Logam merupakan benda isotropik, sehingga hanya
perlu diukur pada satu dimensi. Perubahan satu dimensi. Perubahan satu
dimensi dari benda padat, yaitu panjang, lebar, dan tebal, dinamakan pemuaian
linier. Arah pemuaian mungkin berbeda, namun jika arah pemuaiannya sama
maka disebut pemuaian isotropik.

Pada percobaan ini, akan diukur koefisien muai panjang α untuk batang
tembaga, alumunium, dan gelas.

64 | P a g e
Tabel 9.1 Nilai referensi muai panjang beberapa bahan
Bahan α/°C
Alumunium 24 x 10-6
Tembaga 17 x 10-6
Kasa borosilikat 3,3 x 10-6
Besi 12 x 10-6
Baja 11 x 10-6

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 9.2 Alat-alat percobaan Koefisien Muai Panjang
No. Alat Jumah

1. Tabung kaca 1 buah

2. Landasan tabung kaca 1 buah

3. Selang silikon 1 buah

4. Dial Indikator 1 buah

5. Batang alumunium 1 buah

6. Batang tembaga 1 buah

7. Batang kaca borosilikat 1 buah

5. Pembangkit uap 1 buah

9. Termometer 1 buah

9. Pemanas listrik 1 buah

D. Prosedur Praktikum
a. Persiapan Alat
1. Rangkai alat muai panjang seperti pada Gambar 11.1
2. Peralatan terdiri dari sebuah jaket/tabung uap dengan alat ukur (dial
indicator) untuk mengukur ΔL batang. Uap dialirkan dari pembangkit
uap kedalam tabung uap menggunakan selang.
65 | P a g e
Gambar 9.1 Alat muai panjang

3. Perhatikan cara pembacaan skala pada alat ukur yang memiliki


ketelitian 0,01 mm. Satu garis skala pada penunjuk panjang bernilai
0,01 mm sehingga satu skala penuh bernilai 1 mm (skala yang terbaca
dibagi 100). Sedangkan satu garis skala pada skala penunjuk pendek
bernilai 1 mm.
4. Saat pengukuran, perhatikan skala penunjuk pendek terlebih dahulu,
kemudian baca skala yang ditunjuk oleh jarum panjang.
5. Harap berhati-hati terhadap uap dan logam panas pada percobaan ini.

b. Langkah-Langkah Percobaan
1. Ukur panjang batang tembaga pada suhu kamar (L). Catat hasil
pengukuran di Tabel 1 sebagai nilai Li.
2. Masukkan batang kedalam tabung kaca seperti pada Gambar 11.1.
Salah satu ujung batang dipasang pada sekrup ujung tetap dan ujung
lain batang menekan lengan alat ukur sebesar ΔL
CATATAN: Gunakan kain, sapu tangan, atau sarung tangan saat
menyentuh batang logam agar tidak meningkatkan suhu batang
tersebut.
3. Putar casing alat ukur untuk mensejajarkan titik nol pada skala dengan
jarum penunjuk panjang. Saat batang memuai, jarum penunjuk akan
bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.

66 | P a g e
4. Nyalakan pemanas listrik. Pilih pengaturan pemanas listrik yang sesuai
dengan kebutuhan, tidak diskala maksimum.
5. Saat uap mulai mengalir, perhatikan alat ukur dan termometer. Tunggu
hingga pembacaaan suhu pada termometer stabil.
6. Catat nilai suhu yang diukur termometer (Tf) dan pemuaian panjang
batang logam (ΔL) yang ditunjukkan oleh perpindahan jarum penunjuk
alat ukur ΔL. (baca cara membaca alat ukur dibagian “Persiapan Alat”).
Ingat bahwa ΔL merupakan selisih antara pembacaan alat ukur sebelum
dan sesudah dialiri uap.
7. Matikan pemanas listrik
8. Ulangi percobaan untuk batang alumunium dan batang gelas kaca
borosilikat.
PERHATIAN : Berhati-hatilah terhadap air kondensasi didalam tabung uap
atau saat melepaskan batang yang masih panas karena dapat menyebabkan
luka bakar.

E. Pertanyaan
Pre test
1. Apa yang dimaksud dengan pemuaian dan koefisien muai panjang?
2. Jelaskan macam - macam proses perpindahan panas ? Sebutkan pula contoh
peristiwanya!
3. Sebutkan jenis pemuaian yang terjadi pada zat padat!
4. Jelaskan tentang anomali air pada proses pemuaian!
5. Tuliskan penurunan rumus pemuaian pada tiap jenis pemuaian zat padat!

Post test
1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemuaian zat gas!
2. Tuliskan hukum - hukum yang berlaku pada tiap jenis pemuaian zat!
3. 10 liter air dipanaskan hingga kenaikan suhu 75oC, sehingga meluap dari
panci. Setelah pemanasan berhenti, didapat bahwasannya sisa air yang tidak
ikut meluap sebesar 4,35 liter. Berapa koefisien muai zat dari air tersebut?

67 | P a g e
4. Sebuah besi mempunyai panjang sebesar 35 m ketika diukur pada suhu
ruang sebesar 25oC. bila besi tersebut dimasukan ke dalam wadah bersuhu
450oC, berapakah panjang totalnya? (α = 1,2 x 10-5 m/oC)
5. Sebuah pelat besi berbentuk pesegi dipanaskan sampai suhu 150oC sehingga
memuai dengan pertambahan luas sebesar 0,87 cm2.Bila koefisien muai besi
adalah 1,2 x 10-5 m/oC, berapakah panjang sisi awal pelat tersebut?

68 | P a g e
Modul 10
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM

A. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pengukuran menggunakan jangka sorong,
mikrometer sekrup, neraca teknis, dial indicator serta multimeter.

B. Teori Dasar
Pengukuran adalah proses perbandingan suatu besaran dengan
besaran standar yang sejenis. Secara umum pengukuran dapat
digambarkan seperti dibawah ini,

Gambar 11.1 Diagram Umum Pengukuran

Besaran adalah sejumlah tertentu dari sesuatu yang dapat


dinyatakan secara fisik, contohnya panjang, berat dan energi. Besaran
standar adalah besaran yang telah disepakati dan diakui secara meluas,
sebagai pembanding terhadap besaran lain yang sejenis. Besaran standar dan
satuannya dikelompokkan atas dua jenis yaitu:
1) Besaran Pokok
2) Besaran Turunan

Besaran pokok adalah besaran dan satuan tunggal, sedangkan besaran


turunan adalah besaran dan satuan yang merupakan kombinasi dari

69 | P a g e
berbagai besaran dan satuan pokok. Berikut ini adalah besaran- besaran
pokok :
Tabel 11.1 Besaran dan Satuan Standar Pokok

Satuan
Nama Besaran
Nama Simbol
Besaran Pokok
Panjang meter [m]
Massa kilogram [kg]
Waktu second [s]
Arus Listrik Ampere [A]
Temperatur Kelvin [K]
Thermodinamik
Jumlah Zat mole [mole]
Intensitas Cahaya candella [cd]
Besaran Tambahan
Sudut Bidang radiant
Sudut Ruang steradiant

Pada percobaan ini, kita akan mencoba untuk melakukan pengukuran


untuk besaran panjang dan massa. Untuk besaran panjang, pengukuran akan
dilakukan menggunakan jangka sorong dan micrometer sekrup. Sedangkan
untuk besaran massa, pengukuran dilakukan menggunakan neraca teknis.
Jangka sorong adalah alat ukur untuk mengukur besaran panjang. Di
mana alat ukur ini dipakai untuk pengukuran yang memerlukan
ketelitian sampai dengan 0,1 mm.

Gambar 11.2 Jangka Sorong dan Bagian-bagiannya

70 | P a g e
Beberapa pengukuran dengan memakai jangka
sorong
a) Untuk mengukur panjang atau diameter luar benda.
Cara penggunaannya, benda diletakkan diantara rahang (A1 – A2),
kemudian tekan dan doronglah pada roda F secara perlahan dengan ibu jari
sehingga rahang menjepit benda. Kemudian bacalah nilai ukur pada skala
utama (D1 atau D2) dan skala nonius (E1 atau E2).
b) Untuk mengukur diameter dalam benda.
Caranya masukkan rahang (B1 – B2) kedalam lubang atau
diameter bagian dalam dan tariklah roda F secara perlahan dengan ibu
jari sehingga rahang mengenai tepi lubang benda. Kemudian bacalah nilai
ukur pada skala utama (D) dan skala nonius (E).
c) Untuk mengukur kedalaman benda.
Caranya masukkan bagian ekor jangka sorong (C 1 – C2) kedalam
lubang dan tariklah roda F secara perlahan kebelakang hingga bagian
belakang jangka sorong terlihat. Kemudian bacalah nilai ukur pada
skala utama (D) dan skala nonius (E).
Salah satu jenis mikrometer yang sering dipakai adalah mikrometer
sekrup yang mempunyai ketelitian 0,01 mm.

Gambar 11.3 Mikrometer Sekrup dan Bagian-bagiannya


1) Mikrometer sekrup terdiri dari bagian yang diam (rangka F), padanya
terdapat alas A1 dan skala utama B. Bagian yang bergerak yaitu
sekrup (D) berskala C, silinder A2 dan sekrup pemutar halus (E).

71 | P a g e
2) Skala C ikut berputar dengan sekrup D, skala C dibagi dalam 50
skala dan bila D berputar satu putaran, maka C dan juga A2 akan
maju/mundur sejauh 0,5 mm terhadap skala B. Jadi satu bagian skala
pada C adalah sama dengan 0,01 mm. Sedangkan pembagian skala
pada B adalah 1 mm dan 0,5 mm.
3) Untuk cara pengukurannya, benda diletakkan antara alas A1 dan
A2, kemudian sekrup D diputar sampai A1 dan A2 menyinggung
benda. Jangan terlalu memutar sekrup K hingga benda tertekan karena
berakibat pada pengukuran yang salah.
4) Tebal benda (A1 - A2) adalah jumlah skala B ditambah skala C.
5) Contoh pembacaan skala (perhatikan gambar)!

Hasil pengukuran menunjukkan tebal benda adalah sebesar (4,17 ±


0,002) mm.Angka 4 diperoleh dari skala B, angka0,17 diperoleh
dari skala C. angka 0,002 adalah angka kesalahan dari mikrometer
sekrup (20% dari skala terkecil).
6) Sebelum melakukan pengukuran periksalah dahulu titik nolnya
(koreksi titik nol) yaitu dengan jalan memutar sekrup D sehingga A1 -
A2 berimpit dan periksalah apakah angka nol pada skala C berimpit
dengan garis melintang pada skala B. Bila penunjukkan positif,
maka pengukuran harus dikurangkan dan sebaliknya jika negatif,
pengukuran harus ditambahkan.

Neraca Teknis adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur


berat dari suatu benda secara teliti.

72 | P a g e
Gambar 11.4 Neraca Teknis dan Bagian-bagiannya

Cara Menggunakannya adalah sebagai berikut :


a) Perhatikan batas maksimum dari setiap neraca teknis demikian pula
batas minimunnya (C).
b) Sebelum menimbang periksalah kedudukan neraca apakah sudah
berdiri tegak (dilihat dari bandul D) dan perlu juga diperhatikan
adalah praktikan tidak diperkenankan mengubah skrup pengatur F.
c) pada umumnya jarum gandar B tidak dapat berhenti karena pengaruh
dari luar (angin). Oleh karena itu, dianjurkan untuk digunakan dalam
ruangan tertutup.
d) Dalam melakukan penimbangan, peletakan anak timbangan adalah
disebelah kanan dan benda yang akan ditimbang diletakkan disebelah
kiri (standar Laboratorium).
e) Waktu meletakkan atau mengambil anak timbangan hanya
diperbolehkan bila ”Jarum gandar B” berhenti berayun.
f) Anak timbangan sama sekali tidak boleh dipegang atau disentuh
dengan tangan dianjurkan untuk menggunakan alat penjepit.
g) Zat yang dapat merusak pinggan neraca (A) dilarang diletakkan
dipinggan, tetapi harus dibersihkan dulu.
h) Pada waktu melepas alat penahan (E) harus dijaga agar simpangan
jarum tidak terlalu besar.

73 | P a g e
i) Penimbangan dianggap selesai bila jarum petunjuk telah tepat pada
titik nol (Titik setimbang).

Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur


jarak penyimpangan yang sangat kecil dari sebuah bidang, baik bidang datar,
silinder, atau bulat. Misalnya untuk mengukur kerataan bidang, atau
mendeteksi perbedaan tinggi yang sangat kecil dari dua buah permukaan
datar. Dial indicator memiliki ketelitian 0,01 mm dengan jarum penunjuk
panjang (mikro) dan pendek (makro).

Gambar 11.5 Dial Indicator

Cara menggunakan dial indicator:


1. Tekan sensor dan amati pergerakan jarum. Jika sensor ditekan maka
jarum panjang akan bergerak ke kanan (searah jarum jam) dan jarum
pendek bergerak ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Jika sensor
dilepas maka kedua jarum akan kembali ke posisi awal yaitu skala nol.
2. Saat pemasangan, pastikan bahwa dial indicator tegak lurus dengan
bidang yang akan diukur.
3. Jangan memberikan tekanan atau hentakan yang tiba-tiba pada dial
indicator saat melakukan pengukuran.

74 | P a g e
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala dan
paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.

Cara membaca skala pada dial indicator:


1. Saat pengukuran, perhatikan jarum panjang terlebih dahulu. Jarum
panjang menunjukan skala nonius. Satu ruas bernilai 0,01 mm. Jika
jarum panjang melakukan satu putaran penuh, maka jarum pendek akan
bergerak satu strip, yaitu sebesar 1 mm.
2. Misalkan jarum panjang menunjukkan skala 11, berarti 11 x 0,01 mm
= 0,11 mm.
3. Jarum pendek menunjukkan skala 1 mm tiap ruasnya. Jika jarum
pendek melakukan satu putaran penuh, maka pengukuran bernilai 10
mm yang merupakan skala pengukuran maksimal.
4. Misalkan jarum pendek menunjukkan skala 3 atau lebih dari 3 namun
kurang dari 4, maka pembacaan skala 3 x 1 mm = 3 mm.

Gambar 11.5 Pembacaan Dial Indicator


1. Jarum panjang menunjukkan skala 14. Satu ruas bernilai 0,01 mm maka
skala pembacaan jarum panjang adalah 14 x 0,01 = 0,14 mm.
2. Jarum pendek menunjukkan skala lebih dari satu. Satu ruas bernilai 1
mm, maka skala pembacaan jarum pendek adalah 1 x 1 mm = 1 mm.

75 | P a g e
3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah 0,14 mm + 1
mm + 1,14 mm.

Salah satu jenis alat ukur listrik adalah multimeter. Multimeter memiliki
beberapa kegunaan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengukur resistansi/tahanan (Ω = Ohm)
2. Mengukur tegangan searah (DCV = Direct Current Voltage)
3. Mengukur tegangan bolak- balik (ACV = Alternating Current Voltage)
4. Mengukur Arus (A = Ampere)
5. Mengukur kapasitas kapasitor (μF = mikrofarad)
6. Menentukan jenis dan penguatan dari transistor (PNP/NPN, hFE)

Gambar 11.6 Multimeter


C. Alat – Alat Percobaan
Alat yang akan digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut.

No Nama Alat Jumlah

1 Jangka sorong 1 buah

2 Mikrometer Sekrup 1 buah

76 | P a g e
3 Neraca Teknis 1 buah

4 Dial Indicator 1 set

5 Multimeter 1 set

6 Keping logam yang akan diukur 1 buah

7 Batang logam yang akan diukur 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Pengukuran menggunakan jangka sorong
1. Siapkan keping dan jangka sorong.
2. Ukurlah panjang keping dengan menggunakan jangka sorong
pada tiga titik yang berbeda. Pastikan pada saat mengukur titik
lurus.
3. Ukurlah lebar keping dengan menggunakan jangka sorong pada
tiga titik yang berbeda. Pastikan paa saat mengukur titik ukur
lurus.
4. Catatlah data yang didapat pada blangko percobaan.

b. Pengukuran menggunakan mikrometer sekrup


1. Siapkang keping dan mikrometer sekrup.
2. Ukurlah tebal keping dengan menggunakan micrometer sekrup
pada tiga titik yang berbeda. Pastikan pada saat mengukur titik
ukur lurus.
3. Catatlah data yang didapat pada blangko percobaan.

c. Pengukuran menggunakan neraca teknis


1. Siapkan keping dan taruh keping pada salah satu sisi neraca
teknis.

77 | P a g e
2. simpan anak timbangan pada sisi lain neraca teknis hingga
neraca dalam keadaan setimbang dan lakukan pengukuran
sebanyak tiga kali.
3. Catatlah data yang didapat pada blangko percobaan.

d. Pengukuran menggunakan dial indicator


1. Letakan logam yang akan diukur pada penahan dan atur posisinya
pada braket pendukung.
2. Letakkan beban pada pemegang beban kemudian tambahkan
bebannya.
3. Sesuaikan tinggi indikator, pindahkan pemegang beban tepat di
bawah indikator dan paskan posisinya dengan celah beban.
4. Amati skala pembacaan pada indikator dan atur pada posisi yang
sesuai.
5. Atur penyangga balok pada posisi yang sesuai.
6. Lepaskan beban dan amati perubahan ketinggian logam dengan
membaca skala pada dial indicator.
7. Catat data yang didapat pada blangko percobaan.

e. Pengukuran menggunakan multimeter


1. Siapkan komponen listrik yang akan diukur.
2. Susun rangakain listrik yang akan diukur.
3. Sambungkan multimeter dengan rangkaian tersebut.
4. Atur multimeter sesuai dengan variabel yang akan diukur, misal :
mencari nilai arus.
5. Amati nilai variabel yang terbaca pada multimeter.
6. Catat data yang didapat pada blangko percobaan.

78 | P a g e
Modul 11
PENGUJIAN AKHIR SEMESTER

A. Tujuan
Mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi modul yang
telah di praktikumkan.

B. Tata Tertib Ujian Akhir Semester Praktikum Fisika Dasar Semester


Ganjil 2021/2022
1. Peserta diwajibkan menggunakan kemeja saat UAS berlangsung.
2. Peserta diwajibkan untuk masuk Zoom Meeting 5 menit sebelum UAS
dimulai.
3. Peserta diwajibkan menyalakan kamera saat UAS berlangsung.
4. Peserta dianjurkan menggunakan device berupa laptop dan menggunakan
akun email UNTIRTA saat log-in ke Zoom Meeting.
5. Link pengerjaan UAS dan link absensi kehadiran UAS akan dibagikan melalui
chat box pada ruang Zoom Meeting.
6. Peserta mengerjakan UAS berupa pilihan ganda untuk 9 (sembilan) modul
dengan masing-masing soal setiap modul berjumlah 6 (enam) soal selama 120
menit.
7. Barang-barang yang boleh digunakan saat mengerjakan soal UAS yaitu
pulpen, pensil, kertas kosong, dan kalkulator. Selain yang disebutkan TIDAK
DIPERBOLEHKAN.
8. Peserta dilarang melihat catatan, modul, dan searching jawaban di Google
atau situs pencarian lain selama UAS berlangsung. Jika peserta terindikasi
melakukan pelanggaran, maka UAS akan dianggap GUGUR.
9. Peserta dilarang kerja sama antara peserta lain selama UAS berlangsung. Jika
peserta terindikasi melakukan pelanggaran, maka UAS akan dianggap
GUGUR.

79 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai