PRAKTIKUM
FISIKA DASAR
2021
DR. IRMA SARASWATI, S.SI., M.T. &
TIM LABORATORIUM FISIKA TERAPAN
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA ............ 3
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ............. 4
INFORMASI TAMBAHAN................................................................................. 11
PESAWAT ATWOOD ......................................................................................... 13
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM ............................................................. 19
MODULUS YOUNG ........................................................................................... 26
PANAS JENIS DAN KALORIMETER ............................................................... 33
RANGKAIAN LISTRIK ...................................................................................... 39
TETAPAN PEGAS ............................................................................................... 48
VISKOSITAS FLUIDA ........................................................................................ 55
BANDUL REVERSIBEL ..................................................................................... 60
KOEFISIEN MUAI PANJANG ........................................................................... 64
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM ............................................................... 69
PENGUJIAN AKHIR SEMESTER...................................................................... 79
2|Page
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT
UNTIRTA
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KEPALA LABORATORIUM
Dr. Irma Saraswati, S.Si., M.T.
LABORAN
ASISTEN LABORATORIUM
3|Page
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN
PRAKTIKUM
FISIKA DASAR FT UNTIRTA
4|Page
(Fuad/333xxxxxxx/F9/Pesawat Atwood)
5. Jika terdapat kekurangan pada laporan sementara, maka asisten
berhak untuk mengembalikan laporan sementara dan diberikan
waktu maksimal 10 menit setelah jam praktikum dimulai untuk
merevisi laporan sementara. Apabila melebihi waktu yang telah
ditentukan, maka nilai laporan akan dikurangi 10 poin. Kemudian
apabila laporan sementara sudah sesuai, maka perwakilan grup
menerima arahan jalannya praktikum, mendapatkan link online
meeting, dan menginformasikan kembali arahan asisten kepada
anggotanya.
6. Setiap praktikan memasuki link online meeting dan mengikuti
arahan asisten selanjutnya.
7. Setelah praktikum dianggap selesai oleh asisten, praktikan wajib
mengisi kartu praktikum dengan cara screenshot online meeting
bersama asisten (wajah praktikan dan asisten harus jelas)
kemudian absen online di google form Laboratorium Fisika
Terapan.
5|Page
5. Jika sudah sesuai format, praktikan dipersilahkan memasuki
laboratorium fisika terapan.
6. Selama praktikum berlangsung, praktikan mengikuti arahan
asisten.
7. Setelah praktikum dianggap selesai oleh asisten, praktikan
mengisi kartu praktikum yang ditandatangani oleh asisten yang
bersangkutan, serta mengisi absen online di google form
Laboratorium Fisika Terapan.
B. Peraturan praktikum
a) Peraturan praktikan Online
1. Perwakilan grup harus menghubungi asisten 20 menit sebelum
waktu praktikum dimulai. (Sanksi: keterlambatan konfirmasi
maka asisten berhak menolak untuk melanjutkan pelaksanaan
praktikum online).
2. Perwakilan yang menghubungi asisten, wajib menggunakan
bahasa yang baik dan sopan. Jika tidak, asisten mempunyai hak
untuk membatalkan praktikum pada saat itu juga.
3. Sebelum praktikum berlangsung, setiap praktikan wajib
menonton video Prosedur Percobaan (PROPER) pada channel
YouTube “Laboratorium Fisika Terapan 2021” yang tertera
sesuai dengan modul yang dipraktikumkan.
4. Setiap praktikan wajib menyalakan kamera dan menggunakan
kemeja berkerah selama praktikum berlangsung. Jika tidak,
asisten mempunyai hak untuk membatalkan praktikum pada saat
itu juga.
5. Praktikan wajib menjaga suasana kondusif, seperti memastikan
bahwa koneksi internet stabil dalam kondisi baik, tidak bercanda,
tidak dalam perjalanan, dan tidak melakukan kegiatan lain selama
praktikum berlangsung. Apabila praktikan mengganggu jalannya
6|Page
praktikum dapat dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai tes
lisan atau konsekuensi lain dari asisten yang bersangkutan.
6. Jika terdapat hal-hal yang perlu ditanyakan terkait modul yang
sedang diambil, maka tanyakan langsung kepada asisten yang
bersangkutan (Note: tidak menanyakan pada akun Instagram
Laboratorium Fisika Terapan).
7. Praktikan diperbolehkan mengikuti praktikum susulan apabila:
a) Praktikan berhalangan hadir karena sakit wajib disertai
dengan surat keterangan sakit yang diserahkan ke
Laboratorium Fisika Terapan paling lambat dua hari setelah
jadwal praktikum yang seharusnya. Surat sakit dikirimkan
kepada asisten yang bersangkutan dengan format .pdf.
b) Praktikan mengikuti lomba dengan melampirkan surat
keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
7|Page
a) Praktikan berhalangan hadir karena sakit wajib disertai
dengan surat keterangan sakit yang diserahkan ke
Laboratorium Fisika Terapan paling lambat dua hari setelah
jadwal praktikum yang seharusnya. Surat sakit dikirimkan
kepada asisten yang bersangkutan dengan format .pdf.
b) Praktikan mengikuti lomba dengan melampirkan surat
keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan.
7. Praktikan wajib menaati tata tertib yang berlaku di Laboratorium
Fisika Terapan.
8. Praktikan wajib memelihara kebersihan dan bertanggung jawab
atas kelengkapan alat-alat praktikum. Apabila terjadi kerusakan
pada alat praktikum dan fasilitas Laboratorium Fisika Terapan
menjadi tanggung jawab praktikan yang bersangkutan.
9. Praktikan dilarang membawa makanan, minuman, obat-obatan
terlarang, dan barang-barang yang membahayakan ke dalam
Laboratorium Fisika Terapan.
10. Praktikan wajib menjaga suasana kondusif, seperti tidak bercanda
selama praktikum berlangsung. Apabila praktikan mengganggu
jalannya praktikum dapat dikenakan sanksi berupa pengurangan
nilai tes lisan atau konsekuensi lain dari asisten yang
bersangkutan.
11. Praktikan tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi
selama praktikum berlangsung. Jika praktikan melanggar dapat
dikenakan sanksi berupa pengurangan nilai tes lisan.
12. Praktikan tidak diperkenankan memakai perhiasan berlebih yang
dapat mengganggu jalannya praktikum.
13. Praktikan wajib mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Asisten
dan Dosen Laboratorium Fisika Terapan.
14. Praktikan wajib membawa kalkulator scientific untuk melakukan
pengolahan data.
8|Page
15. Setiap pratikan wajib membaca dan memahami modul yang akan
dipraktikumkan.
9|Page
bentuk hardcopy setelah praktikum berakhir dan sebelum UAS.
(info pengumpulan menyusul).
10 | P a g e
INFORMASI TAMBAHAN
A. Kode Modul
1. Pesawat Atwood [PA]
2. Hukum Kekekalan Momentum [HKM]
3. Modulus Young [MY]
4. Panas Jenis dan Kalori Meter [PJK]
5. Rangkaian Listrik [RL]
6. Tetapan Pegas [TP]
7. Viskositas Fluida [VF]
8. Bandul Reversibel [BR]
9. Koefisien Muai Panjang [KMP]
B. Kode Asisten
1. Abdul Kholiq [AK]
2. Akbar Vandito Adi [AV]
3. Aldi Syahril Anwar [AS]
4. Amalia Anugerah Mahallany [AA]
5. Dandy Indra Gunawan [DI]
6. Diar Meliani [DM]
7. Ii Nurul Hapsari [IN]
8. Ilham Kiki Shahila [IK]
9. Irawan Adhi Putra [IA]
10. Jofan Pradana [JP]
11. Listiyani Nurwindya Sari [LN]
12. M Ahyarudin [MA]
13. Maftazani Firdaus [MZ]
14. Mohamad Fadli [MF]
15. Muhamad Toha [MT]
16. Muhammad Ammar Abi [AB]
17. Muhammad Fikri Firdaus [FF]
11 | P a g e
18. Muhammad Gofar [MG]
19. Nadya Fitri Asyuni [NF]
20. Naufal Rasendriya Azmi [NR]
21. Raffa Ikhwan Pratamaputra [RI]
22. Rifaldi Gustiawan [RG]
23. Yusda Warahmah [YW]
12 | P a g e
Modul 01
PESAWAT ATWOOD
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal besaran fisis momen inersia.
2. Mengenal Hukum Newton melalui sistem katrol.
3. Mengamati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap.
4. Memeriksa apakah Hukum Newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi diketahui.
B. Teori Dasar
1) Hukum Newton I: Jika suatu sistem (benda) tidak mendapat gaya dari
luar, maka sistem itu akan tetap dalam keadaannya.
∑F = 0 ......................................................................................... (1.1)
2) Hukum Newton II, ditulis secara matematis :
F = m·a ........................................................................................ (1.2)
di mana,
F: gaya yang bekerja pada sistem (N)
m: massa benda (kg)
a: percepatan yang dialami benda (m/s2)
3) Kesimpulan dari persamaan di atas:
a) Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
b) Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Bila gayanya
konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan.
c) Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan. Sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda
mengalami percepatan maka tentu ada gaya yang menyebabkannya.
4) Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap
Vt V0 a t
....................................................................................(1.3)
X t X 0 V0 t 1 2 at 2
...................................................................(1.4)
13 | P a g e
V 2 V02 2a X t X 0 ................................................................(1.5)
14 | P a g e
A
M2
B
M1
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
15 | P a g e
4. Neraca 1 buah
5. Beban Penggantung M1 dan M2 100 g 1 buah
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang 1 buah
8. Penggaris 1 buah
9 Stopwatch 1 buah
D. Prosedur Percobaan
1. Timbang massa M1, M2, m1 dan m2 masing-masing sebanyak 3 kali.
2. Gantungkan massa beban utama dan pada ujung-ujung tali kemudian
pasang pada katrol..
3. Pasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang sejajar
dengan tali. Jika tidak aturlah sampai sejajar
4. Tambahkan beban m pada beban M2 (Perhatikan Gambar 1.1)
5. Tekan pegas pada pemegang beban, maka M1 akan terlepas dari
pemegang beban dan bergerak ke atas, sedangkan M2 + m akan bergerak
ke bawah.
6. Catat waktu perpindahan M2+m dari A ke B (t1) dan dari B ke C (t2)!
7. Ulangi pengamatan sebanyak tiga kali untuk setiap jarak yang
ditentukan asisten.
a. Percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B: Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.
POST-TEST
1. Dua buah benda yang masing-masing bermassa 6,5 kg dan 24 kg digantung
dengan seutas tali melalui sebuah katrol yang massa dan diameternya dapat
diabaikan. Hitunglah percepatan gerak system dan tegangan yang dialami
oleh tali!
2. Ujung sebuah balok bermassa 12 kg ditarik di sebuah bidang datar kasar
dengan gaya 70 N. Berapakah gaya gesek yang bekerja pada balok tersebut
jika koefisien gesek kinetiknya 0,2 dan gaya Tarik yag bekerja pada balok
tersebut membentuk sudut 53° terhadap garis vertikal?
3. Seorang mahasiswa FT UNTIRTA melakukan percobaan penimbangan
badan di dalam sebuah lift. Saat lift belum bergerak, timbangan
menunjukkan angka 65 kg. Sesaat setelah lift bergerak mahasiswa ini
merasa sedikit pusing dan timbangan pun menunjukkan angka tertinggi
sebesar 75 kg, hal ini terjadi pula sesaat sebelum lift behenti. Di tengah
perjalanan, ternyata timbangan menunjukkan angka konstan 72 kg.
Berapakah percepatan gerak lift tersebut? Mengapa timbangan
menunjukkan angka tertinggi sesaat lift akan bergerak dan berhenti?
Jelaskan!
17 | P a g e
4. Sasuke melempar suriken dengan kecepatan awal 12 m/s dengan sudut 53°
dari sumbu x, berapa tinggi maksimum yang dapat dicapai oleh suriken
tersebut? (g= 9,8 m/s2)
5. Naruto sedang menaiki patung wajah hokage yang memiliki ketinggian 65
m, dia berniat untuk mencoret-coret patung itu. Ketika dia sedang asik
mencoret-coret patung wajah hokage, dia terpeleset dan terjatuh (tanpa
kecepatan awal). Tentukan berapa lama waktu naruto terjatuh sampai ke
permukaan tanah! (g=9,8 m/s2)
18 | P a g e
Modul 02
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM
A. Tujuan Percobaan
1. Memverifikasi hukum kekekalan momentum.
2. Membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis.
B. Teori Dasar
Perhatikan tumbukan antara dua benda bermassa 𝑚 dan 𝑚 seperti
pada Gambar 2.1. Dalam selang tumbukan yang sangat singkat, kedua benda
saling memberikan gaya pada benda lain. Menurut Hukum Newton Ketiga,
setiap gaya yang bekerja pada benda A (𝐹 ) oleh benda B (𝐹 ) sama besar
dan berlawanan arah dengan 𝐹 .
19 | P a g e
Jika tidak ada gaya lain yang bekerja, maka ∆𝑃 dan ∆𝑃
menyatakan perubahan momentum total masing-masing benda. Tetapi telah
ketahui bahwa pada setiap saat 𝐹 = −𝐹 sehingga 𝐹 = 𝐹 , karenanya
∆𝑃 = ∆𝑃 . Jika kedua benda dianggap sebagai sebuah sistem terisolasi,
maka momentum total sistem adalah 𝑝 = ∆𝑃 + ∆𝑃 = 0. Jadi, jika tidak
ada gaya luar yang bekerja maka tumbukan tidak mengubah momentum
total sistem. Gaya impulsif yang bekerja selama tumbukan merupakan gaya
internal, karenanya tidak mempengaruhi momentum total sistem.
Momentum dapat juga diperoleh dari hasil kali besaran skalar massa dengan
besaran vektor kecepatan, sehingga momentum termasuk besaran vektor.
𝑝 = 𝑚 × 𝑣 ........................................................................................... ...(2.4)
20 | P a g e
b. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali
Jika massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula diam,
dan benda B bergerak dengan kecepatan 𝑣. Setelah tumbukan kecepatan
kedua benda sama besar maka kecepatan benda setelah tumbukan
menjadi 𝑣 = 1⁄2 𝑣
Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk
arah yang sama, maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi 𝑣 =
1⁄2 (𝑣 + 𝑣 ). Jika massa kedua benda tidak sama persamaan (2.5)
menjadi:
𝑚 . 𝑣 = (𝑚 + 𝑚 )𝑣′ ................................................................ (2.7)
C. Alat-alat Percobaan
Alat-alat percobaan yang digunakan pada percobaan Hukum
Kekekalan Momentum adalah sebagai berikut.
D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Susun alat seperti Gambar 2.2.
2. Nyalakan peniup (blower).
21 | P a g e
3. Periksa kerataan lintasan.
4. Pasangkan penghalang cahaya dengan jarak (𝑋 = 50 𝑐𝑚).
5. Pasang pegas tumbuk pada dua buah kereta yang bermassa sama.
6. Timbang kereta A dan B sebanyak tiga kali.
7. Timbang kereta + beban tambahan sebanyak 3 kali.
22 | P a g e
5. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah massa kereta dengan
menambahkan beban tambahan, lalu catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda.
Gambar 2.4 Susunan alat percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali
23 | P a g e
E. Pertanyaan
PRETEST
1. Jelaskan yang dimaksud dengan kecepatan dan kelajuan!
2. Jelaskan yang dimaksud dengan hukum kekekalan momentum dan
koefisien restitusi!
3. Apa arti dari “tidak ada gaya dari luar yang bekerja pada sistem” pada
hukum kekekalan momentum? Berikan contohnya!
4. Jelaskan hubungan antara momentum dan implus, serta buktikan
melalui persamaan matematis!
5. Sebutkan dan jelaskan aplikasi momentum dalam kehidupan sehari-
hari! (minimal 3)
POST TEST
1. Sebuah senapan bermassa 2 kg menembakkan peluru bermassa 2 gr
dengan kelajuan 400 m/s, tentukan kecepatan senapan
sesaat peluru lepas dari senapan!
2. Sebuah bola bermassa 2,5 kg dijatuhkan dari ketinggian 2,5 meter dan
mengenai lantai. Kemudian dipantulkan kembali sampai ketinggian 1,7
meter. Jika g = 9,8 m/s2, tentukan impuls karena berat bola jatuh dan
koefisien restitusinya!
3. Sebuah gerbong kereta dengan massa 10.000 kg bergerak dengan laju
108 km/jam. Gerbong tersebut menabrak gerbong lain (yang massanya
½ dari gerbong pertama) dalam keadaan diam. Akibat tabrakan tersebut,
gerbong tersambung menjadi satu. Berapakah kecepatan bersama dari
gerbong tersebut?
4. Di dalam perahu terdapat dua orang anak. Anak A bermassa 75 kg, anak
B bermassa 50 kg dan perharu bermassa 225 kg. Jika perahu bergerak
ke arah kanan dengan kecepatan 20 m/s, tentukan kecepatan perahu saat
ini jika anak A meloncat ke kiri dengan kelajuan 50 m/s!
24 | P a g e
5. Sebuah bom meledak menghasilkan pecahan dua bagian yang bergerak
ke arah berlawanan. Rasio massa kedua pecahan tersebut ialah m1 : m2 =
1 : 2. Bila energi yang dibebaskan adalah 5 x 106 J, maka tentukan
perbandingan kecepatan pecahan bom tersebut!
25 | P a g e
Modul 03
MODULUS YOUNG
A. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam.
B. Teori Dasar
Ketika gaya diberikan pada suatu benda, maka akan terjadi dua perubahan.
Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi gerak
dipercepat). Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang diberikan
terhadap benda. Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang berkaitan
dengan besar gaya yang diberikan, posisi benda, dan bahan benda tersebut.
𝜎 = .........................................................................................................(3.1)
∆
𝜀= ........................................................................................................(3.2)
𝜎 = 𝑌𝜀 .......................................................................................................(3.3)
26 | P a g e
bawah. Tinggi kelekukan 𝑯 harus berbanding lurus dengan penambahan
beban, lihat gambar 3.1.
Y= ...............................................................................................(3.4)
27 | P a g e
Cara menggunakan dial indicator:
1. Tekan sensor dan amati pergerakan jarum. Jika sensor ditekan maka jarum
panjang akan bergerak ke kanan (searah jarum jam) dan jarum pendek
bergerak ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Jika sensor dilepas maka
kedua jarum akan kembali ke posisi awal yaitu skala nol.
2. Saat pemasangan, pastikan bahwa dial indicator tegak lurus dengan
bidang yang akan diukur.
3. Jangan memberikan tekanan atau hentakan yang tiba-tiba pada dial
indicator saat melakukan pengukuran.
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala dan
paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.
Cara membaca skala pada dial indicator:
1. Saat pengukuran, perhatikan jarum panjang terlebih dahulu. Jarum
panjang menunjukan skala nonius. Satu ruas bernilai 0,01 mm. Jika jarum
panjang melakukan satu putaran penuh, maka jarum pendek akan bergerak
satu strip, yaitu sebesar 1 mm.
2. Misalkan jarum panjang menunjukkan skala 11, berarti 11 × 0,01 mm =
0,011 mm.
3. Jarum pendek menunjukkan skala 1 mm tiap ruasnya. Jika jarum pendek
melakukan satu putaran penuh, maka pengukuran bernilai 10 mm yang
merupakan skala pengukuran maksimal.
4. Misalkan jarum pendek menunjukkan skala 3 atau lebih dari 3 namun
kurang dari 4, maka pembacaan skala 3 × 1 mm = 3 mm.
28 | P a g e
Gambar 3.3 Contoh Pembacaan Dial Indicator
1. Jarum panjang menunjukkan skala 14. Satu ruas bernilai 0,01 mm maka
skala pembacaan jarum panjang adalah 14 × 0,01 mm = 0,14 mm.
2. Jarum pendek menunjukkan skala lebih dari satu. Satu ruas bernilai 1 mm,
maka skala pembacaan jarum pendek adalah 1 × 1 mm = 1 mm.
3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah 0,14 mm +
1 mm = 1,14 mm.
Bahan 𝒀 (𝐆𝐩𝐚)
Baja 200
Aluminium 70
Kuningan 90
Tembaga 103 – 124
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut.
Tabel 3.2 Alat-alat Percobaan Modulus Young
No. Nama Alat Jumlah
1 Rel aluminium, panjang 600 mm 1 set
2 Statif penyangga balok, besi, panjang 300 mm 1 set
29 | P a g e
3 Batang rel aluminium 1 buah
4 Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan
1 buah
dapat dipasang)
5 Beban bercelah 5 × beban 50 g 10 × beban 10 g 1 buah
6 Penggantung beban dengan bukaan bentuk V 1 buah
7 Logam yang diukur
a. Baja
1 set
b. Aluminium
c. Kuningan
8 Jangka sorong 1 buah
9 Dial indicator 1 buah
D. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.4.
2. Ukur panjang, lebar, dan tebal logam. Lakukan sebanyak tiga kali. Catat
hasil pengukuran yang didapat.
3. Letakkan logam yang akan diukur pada dudukan atau penumpu logam dan
atur posisinya. Pastikan jarak kedua statif penyangga sesuai dengan nilai
yang ditentukan asisten.
4. Letakkan beban penggantung pada pemegang beban kemudian tambahkan
bebannya hingga mencapai massa maksimum: 250 gram.
5. Atur dial indicator agar menyentuh permukaan logam namun jarum tetap
berada di angka nol.
6. Lepaskan beban satu per satu, catat berat beban dan hasil pengukurannya.
7. Pastikan bahwa meja yang digunakan tidak bergerak (kokoh) saat
melakukan percobaan dan lepaskan beban secara perlahan untuk
menghindari kesalahan pengukuran.
8. Lepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung beban akan
naik dan menekan dial indicator. Baca nilai yang terukur dan catat
hasilnya di dalam tabel. Setiap massa beban yang dilepaskan sama dengan
massa beban yang ditambahkan pada penggantung beban. Maka pada
30 | P a g e
kolom massa beban, catat massa beban yang dilepaskan bukan yang
digantung.
9. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
10. Ulangi langkah yang sama menggunakan logam yang berbeda.
E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Apa yang dimaksud dengan modulus young?
2. Hukum apa yang berlaku pada modulus young dan bagaimana bunyinya?
3. Apa yang dimaksud dengan tegangan dan regangan? Tuliskan rumusan
matematisnya!
4. Gambarkan kurva tegangan-regangan beserta bagian-bagiannya!
5. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi nilai pada modulus young?
POST-TEST
1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta peristiwa necking, baik
secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
2. Seutas kawat baja memiliki panjang 10 m dan luas penampang
7 × 10 m2. Modulus elastis baja 2 × 10 N/m2. Sebuah gaya
dikerjakan untuk menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,4 m.
Hitung gaya tarik itu!
31 | P a g e
3. Gambarkan kurva tegangan–regangan untuk bahan logam, polimer, dan
keramik! Jelaskan perbedaan ketiganya!
4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan
sebuah tali nilon yang panjangnya 90 m dan tebalnya 5,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 100 kg, tali bertambah panjang 1,7 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan 𝜋 = 3,14 dan g =
9,8 m/s2).
5. Buktikan penurunan rumus pada Persamaan (3.4) !
32 | P a g e
Modul 04
PANAS JENIS DAN KALORIMETER
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor jenis benda menggunakan kalorimeter
B. Teori Dasar
Bila benda yang suhunya lebih tinggi disentuhkan (atau
dicampurkan) dengan benda yang suhunya lebih rendah, kalor mengalir dari
benda yang suhu nya lebih tinggi ke benda yang suhu nya lebih rendah.
Sebelum orang mengetahui bahwa kalor adalah energi, orang sudah
menegtahui bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang diterima.
Asas ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Inggris kelahiran Perancis
bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu, asas ini dinamai Asas
Black.
𝑄 = 𝑄
Kalorimeter merupakan serangkaian alat yang dirancang untuk
menentukan kalor. Pada dasarnya kalorimeter adalah wadah (bejana) dari
logam yang di “selimuti” atau diberi jaket agar kalor sukar pindah ke udara
di sekitar bejana. Bejana ditutup dengan tutup yang terbuat dari bahan yang
tidak menghantarkan kalor dan kalor jenisnya kecil, sehingga kalor yang
diambilnya dapat diabaikan. Pada tutupnya terdapat lubang untuk
memegang thermometer dan pengaduk. Pengaduk biasanya terbuat dari
logam yang sejenis dengan kalorimeter. Kalor yang diambilnya sering
diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti.
Pada percobaan menentukan kalor jenis benda dengan menggunakan
kalorimeter, kalorimeter diisi air. Benda yang kalor jenisnya hendak
ditentukan dimasukan ke dalam kalorimeter (“dicampurkan” dengan
kalorimeter). Bila benda yang hendak ditentukan kalor jenis itu lebih tinggi
33 | P a g e
suhunya daripada suhu kalorimeter (+isinya), benda tersebut memberikan
kalor kepada kalorimeter. Akibatnya suhu kalorimeter beserta isinya naik,
sedangkan suhu benda yang dimasukan ke dalam kalorimeter turun. Suhu
akhir benda dan kalorimeter menjadai sama.
Misalkan massa benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya itu
𝑚 , kalor jenisnya 𝑐 , suhu awalnya 𝑇. Misalkan massa kalorimeter 𝑚 ,
kalor jenisnya 𝑐 , massa pengaduk 𝑚 , kalor jenis pengaduk 𝑐 , massa air
di dalam kalorimeter 𝑚 , kalor jenisnya 𝑐 . Misalkan suhu awal kalorimeter
dan isinya 𝑇 , dan 𝑇 < 𝑇. Setelah benda dan kalorimeter dicampurkan,
misalkan suhu akhirnya menjadi 𝑇 . Suhu kalorimeter beserta isinya naik
sebesar (𝑇 − 𝑇 ). Suhu benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya turun
(𝑇 − 𝑇 ). Jadi kalorimeter beserta isinya menerima kalor sebesar:
𝑄 = 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ).............................. (4.1)
𝑄 = 𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ) ................................................................. (4.2)
𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ) = 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 + 𝑚 . 𝑐 (𝑇 − 𝑇 ) .....................(4.3)
atau
. . . ( )
𝐶 = ( )
.............................. (4.4)
34 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
1. Termometer 2 buah
2. Kalorimeter 1 set
5. Neraca 1 buah
D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan daftar alat.
2. Kenali bahan kalorimeter dan bahan pengaduk. Jika bahannya sama,
maka kalor jenisnya sama (Caluminium).
3. Ikat salah satu kubus materi, misal balok besi dengan tali nilon.
4. Tuangkan 200 mL air ke dalam gelas kimia.
b. Menentukan Kalor Jenis Kubus Materi
1. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya sebanyak 3 kali.
35 | P a g e
2. Isi kalorimeter dengan air sebanyak 125 mL dan timbang sebanyak
3 kali dan catat massa nya.
3. Pasang kalorimeter dan perlengkapannya. Gunakan termometer
untuk mengukur suhu kalorimeter.
4. Catat hasilnya sebagai suhu awal 𝑇 .
5. Timbang kubus materi sebanyak 3 kali.
6. Letakan gelas kimia berisi 200 mL air diatas pemanas elektrik.
7. Masukkan kubus materi ke dalam gelas kimia beserta termometer
dengan menggantungkannya pada statif menggunakan tali nilon.
8. Panaskan gelas kimia tersebut hingga suhu 90°C.
9. Catat suhu air di dalam gelas kimia tersebut sebagai suhu awal benda
yang dipanaskan (𝑇 = 90°𝐶).
10. Buka penutup kalorimeter, dekatkan kalorimeter sedekat mungkin
dengan gelas kimia. Lalu angkat kubus materi dari dalam gelas kimia
dan segera masukkan ke dalam kalorimeter kemudian tutup kembali
dengan rapat.
11. Aduk kalorimeter sambil mengamati perubahan suhu yang
ditunjukan termometer. Catat suhu setiap 15 detik sekali hingga
diperoleh suhu yang konstan atau maksimum. Catat suhu akhir
kalorimeter sebagai 𝑇 .
12. Lakukan langkah serupa dengan diatas untuk menentukan kalor jenis
kubus materi lainnya (misal: kuningan, tembaga, aluminium).
E. Pertanyaan
PRE TEST
1. Jelaskan yang disebut dengan kalorimeter? Sertakan bagaimana prinsip
kerja nya!
2. Bagaimana panas dapat berpindah? Jelaskan dan berikan contoh masing-
masing!
36 | P a g e
3. Terdapat sebuah batang besi dan satu bak berisikan air yang dijemur pada
suhu 39 0C dibawah terik matahari yang sama, manakah yang lebih lama
menjadi panas ketika disentuh? Jelaskan mengapa hal tersebut bisa terjadi!
4. Seorang mahasiswa ingin melakukan suatu percobaan di salah satu
laboratorium, ia menyiapkan gelas kimia berukuran 250 mL lalu mengisinya
dengan air yang bermassa 128 gram, ketika di cek suhu air dalam gelas
kimia tersebut adalah 30 0C. Lalu sebuah logam tembaga dengan suhu 100
0C dimasukkan kedalam air tersebut. Namun, massa logam tembaga belum
diketahui nilainya, maka berapakah massa dari logam tembaga tersebut?
Apabila kesetimbangan termal yang terjadi pada suhu 36 0C. ( c air = 4200
J/Kg0C, c tembaga = 390 J/Kg0C)
5. Suatu fluida memiliki koefisien konveksi termal 0,01 kal/msC kemudian
memiliki luas penampang aliran 10 cm2. Jika fluida tersebut mengalir pada
sebuah dinding dengan suhu 1000C dan menuju dinding lainya dengan suhu
500C, lalu kedua dinding dalam keadaan sejajar, maka berapa besar kalor
yang dirambatkan?
POST-TEST
1. Suatu zat bermassa 3 kg membutuhkan kalor sebanyak 9,45 KJ untuk menaikkan
suhunya dari 20°C ke 90°C. Tentukan kalor jenis zat tersebut!
2. Sebuah Es bermassa 4 kg memiliki suhu -2°C. Es tersebut dimasukkan ke gelas
berisi air dingin yang bersuhu 10°C. Jika suhu campurannya 0°C dan tidak ada
es yang tersisa, tentukan banyaknya air dingin dalam gelas tersebut! (ces = 2.100
J/kg°C dan cair = 4.200 J/kg°C).
3. Pada praktikum panas jenis dan kalorimeter, salah satu prosedur percobaan
adalah memanaskan air dan kubus materi hingga mencapai suhu tertentu.
Jelaskan peristiwa yang terjadi!
4. Perhatikan grafik pemanasan 1 kg es berikut ini!
37 | P a g e
Kalor jenis es 2.100 J/kg°C, kalor lebur es 334.000 J/kg dan kalor jenis air
adalah 4.200 J/kg°C, berapakah kalor yang dibutuhkan dalam proses P-Q-R
adalah....
5. Pelat besi dengan tebal 10 mm memiliki luas penampang 1000 cm2. Satu
permukaan memiliki suhu 150 oC dan permukaan lain 200 oC. Hitung panas
yang melewati pelat setiap detiknya. Koefisien konduksi termal besi 80
W/m.K. Hitung besar panas yang melewati pelat.
38 | P a g e
Modul 05
RANGKAIAN LISTRIK
A. Tujuan Percobaan
1. Menguji Hukum Ohm dengan menggunakan hambatan dan beberapa
komponen elektronik.
2. Menguji kebenaran rumus tegangan dan arus listrik untuk rangkaian seri
dan paralel pada hambatan-hambatan listrik.
3. Menguji Hukum Kirchoff pada resistor baik terhubung seri maupun paralel.
4. Memahami cara kerja osiloskop serta dapat menggambar bentuk
gelombang tegangan dan beban yang ditampilkan melalui osiloskop.
B. Teori Dasar
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu beda
potensial. Pada saat itu, George Simon Ohm (1787 – 1854) melakukan eksperimen
pertama kali yang menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam (I) yang
nilainya sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada
kedua ujung kawat logam.
I V ........................................................ (5.1)
Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh kawat
terhadap aliran elektron. Dengan mengambil analogi aliran air, dinding pipa,
pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap aliran air. Hal
yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan atom dalam kawat.
Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk suatu tegangan
tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu besaran yang
berbanding terbalik dengan arus.
V
I= ..................................................... (5.2)
R
39 | P a g e
Dimana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V
adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir
melalui komponen tersebut. Persamaan (5.2) dapat ditulis sebagai berikut :
V = IR ...................................................... (5.3)
Persamaan (5.3) diatas dikenal sebagai persamaan Hukum Ohm. Banyak
fisikawan mengatakan bahwa persamaan (5.3) bukanlah suatu hukum melainkan
hanya definisi untuk hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, cukup dengan
mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan tegangan
yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari suatu bahan atau komponen adalah
konstan, tidak tergantung pada tegangan. Tetapi persamaan (5.3) tidak berlaku
umum untuk bahan dan komponen lain seperti diode, tabung vakum, transistor, dan
lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum fundamental, tetapi merupakan
deskripsi dari suatu kelompok material tertentu (konduktor logam).
Selanjutnya untuk lebih mendalami konsep rangkaian listrik terdapat satu
hukum lagi yang harus dipahami, yaitu hukum kirchoff. Hukum Kirchhoff adalah
dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial (umumnya
dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Terdapat dua hukum kirchoff yang
membahas tentang tegangan dan arus, berikut adalah penjelasannya.
1. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule),
karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk
rangkaian yang multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika
arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik
pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan yang
masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah
yang sama.
40 | P a g e
Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik
percabangan tersebut”.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:
∑ IMasuk = ∑ IKeluar ............................................. (5.4)
Contoh pada sebuah kasus, perhatikanlah gambar di bawah ini.
Besar arus I = I1 + I2 + I3, untuk mencari nilai I1, I2 dan I3 secara matematis
dapat menggunakan persamaan seperti berikut.
R2 R3
I1 = I ....................................... (5.5)
R1 R2 +R1 R3 +R2 R3 s
R1 R3
I2 = I ....................................... (5.6)
R1 R2 +R1 R3 +R2 R3 s
R1 R2
I3 = I ....................................... (5.7)
R1 R2 +R1 R3 +R2 R3 s
2. Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpul (loop rule),
karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan dalam
satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini merupakan bukti
dari adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki suatu muatan Q pada
41 | P a g e
sembarang titik dengan potensial V, dengan demikian energi yang dimiliki oleh
muatan tersebut adalah QV. Selanjutnya, jika muatan mulai bergerak melintasi
simpal tersebut, maka muatan yang kita miliki akan mendapatkan tambahan
energi atau kehilangan sebagian energinya saat melalu resistor baterai atau
elemen lainnya. Namun saat kembali ke titik awalnya, energinya akan kembali
menjadi QV.
Hukum kirchoff 2 berbunyi seperti berikut, “Pada setiap rangkaian
tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”. Contoh pada
sebuah kasus, Perhatikan gambar di bawah ini.
42 | P a g e
C. Alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
D. Prosedur Percobaan
Hukum Ohm
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 5.3 dibawah ini.
Kx SPST1
DC
Dimana:
A = Amperemeter DC
Kx = Komponen yang akan ditentukan hambatannya
2) Aturlah posisi output, set komponen elektronik sehingga Kx = Resistor
3) Atur posisi saklar pada catu daya DC sehingga keluarannya adalah 0 Volt.
43 | P a g e
4) Tutup switch S, kemudian atur keluaran catu daya sehingga lebih besar dari
0 Volt.
5) Catat kedudukan amperemeter (I) dan kedudukan voltmeter (V) yang
ditentukan oleh asisten.
6) Ulangi percobaan ini beberapa kali (minimum 5 kali) untuk harga-harga I
dan tegangan V yang berbeda.
7) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = NTC
8) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = PTC
9) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = Lampu
Hukum I Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 5.4, dimana nilai dari
R1, R2, dan R3 ditentukan oleh Asisten.
44 | P a g e
Hukum II Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 5.5, dimana nilai dari
R1, R2, dan R3 ditentukan oleh Asisten.
2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.
3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar tegangan yang pada masing-masing resistor menggunakan
Voltmeter (V) yang terpasang paralel pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.
45 | P a g e
4) Untuk mengukur tegangan yang akan terbaca dengan osiloskop , hubungkan
kabel probe dengan secara paralel pada tiap resistor dan tegangan resitor.
5) Amati bentuk gelombang yang tertampil pada layar osiloskop.
E. Pertanyaan Modul
PRE-TEST
1. Jelaskan Definisi dari Arus Listrik , Tegangan Listrik dan Hambatan Listrik
dan tuliskan persamaan dari definisi Arus listrik , Tegangan listrik dan
Hambatan listrik.
2. Jelaskan perbedaan resistor dan resistansi.
3. Jika diberikan tiga buah resistor dimana R1= 5 Ohm, R2= 7 Ohm dan R3=10
Ohm
A. Berapa besar hambatan total dari R1 ,R2 dan R3 jika dihubungkan
secara seri?
B. Berapa besar hambatan total rangkaian jika R1//R2//R3 dirangkai secara
paralel ?
4. Apa yang anda ketahui tentang osiloskop?
5. Jelaskan perbedaan Direct Current (DC) dan Alternating Current (AC)!
POST-TEST
1. Mengapa pada praktikum modul rangkaian listrik menggunakan listrik
DC?
2. penerapan Hukum Ohm, Hukum Kirchoff I, dan Hukum Kirchoff II
dalam kehidupan sehari-hari?
3. Hitunglah hambatan total (Rab) pada rangkaian berikut ini!
46 | P a g e
Jika diketahui E=24 V R1 = 330 Ω; R2 = 1,5 kΩ; dan R3 = 470 Ω. Maka
Tentukan :
A. Berapa besar arus I2 yang keluar pada titik (node) A
B. Berapa besar arus I1 yang menuju pada titik (node) C
C. Berapa besar Arus I3 yang menuju pada titk (node) E
D. Berapa besar Arus I4 yang menuju pada titik (node) F
E. Berapa Arus I5 yang menuju pada titik (node) F
47 | P a g e
Modul 06
TETAPAN PEGAS
A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai tetapan pegas.
2. Menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dan
perpanjangan pegas.
3. Mengetahui hubungan periode dan massa beban pada osilasi pegas.
4. Memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada periode osilasi dan nilai
tetapan pegas pipih.
B. Teori Dasar
Sebuah benda yang diregangkan oleh gaya akan mengalami pertambahan
panjang. Menurut Hooke, bila benda masih berada dalam keadaan elastis
(belum melampaui batas elastisnya), pertambahan panjang x sebanding dengan
besar gaya F yang meregangkan benda. Asas ini dapat dirumuskan dalam
bentuk persamaan 6.1. Pada persamaan tersebut, k adalah tetapan pegas yang
diselidiki. Grafik antara F dan x akan membentuk grafik linier.
F = - k × ∆x ..........................................................................................(6.1)
Jika sebuah benda bermassa M digantung pada ujung bawah sebuah pegas,
ujung atas pegas dipasang pada titik yang tetap seperti pada Gambar 6.1, massa
menarik pegas ke bawah dengan gaya berat (M×g) yang menyebabkan pegas
teregang sehingga beban berada pada posisi O. Jika beban ditarik ke bawah
oleh gaya tambahan, pegas akan mulur sejauh x sehingga berada pada titik A.
Jika massa M dilepaskan, massa akan berosilasi harmonik ke atas dan ke bawah
di antara dua kedudukan ekstrim A dan B (titik O adalah titik kesetimbangan
beban M) dengan periode tetap. Massa tersebut dikatakan melakukan satu
osilasi jika beban bergerak dari titik A kembali ke titik A, dari titik B kembali
ke titik B, atau dari O kembali ke titik O setelah melewati titik A dan B. waktu
48 | P a g e
yang diperlukan untuk melakukan satu osilasi disebut periode osilasi T. Jika
waktu untuk n osilasi adalah t, maka periodenya adalah t/n.
Jika beban dilepaskan, gaya pemulih menurut hukum Hooke -kx
menghasilkan sebuah percepatan sebagaimana diberikan oleh Hukum Newton
kedua (persamaan 6.2). Persamaan 6.2 dapat diubah menjadi persamaan (6.3)
-k × x = M × a ..................................................................................... (6.2)
a = -k × x / M .......................................................................................(6.3)
T .............................................................................................(6.4)
T2 .........................................................................................(6.5)
Titik tangkap
tetap
49 | P a g e
terjadi disebut gerak harmonik sederhana yang digambarkan dengan fungsi
sinus atau cosinus.
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 6.1 Alat-alat Percobaan Tetapan Pegas
No. Nama Alat Jumlah
1 Statif penggantung 1 set
2 Beban bercelah dan penggantung beban 1 set
3 Mistar 1 buah
4 Stopwatch 1 buah
5 Pegas helik 1 buah
6 Pegas pipih 1 buah
7 Perangkai beban dan pengencang 1 set
8 Penjepit pegas pipih 1 buah
D. Prosedur Percobaan
a. Metode Pembebanan
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 6.2.
2. Gantung satu beban (W0) ke ujung bawah pegas. Nilai ini adalah berat
beban awal F0 untuk pegas, sehingga F0 = W0.
50 | P a g e
Catatan: dalam percobaan ini digunakan W = m×g. W adalah berat
beban (N), m massa (kg), dan g adalah percepatan gravitasi (g = 10
m/detik2)
3. Ukur panjang pegas awal l0. Catat nilai F0 dan l0.
4. Tambah satu beban pada beban awal dan ukur panjang pegas l. Catat
nilai W dan l.
5. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.
b. Metode Osilasi
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 6.2.
2. Gantung massa beban pada ujung bawah pegas.
3. Siapkan stopwatch untuk mengukur waktu osilasi.
4. Beri simpangan pada pegas dengan cara menarik ke bawah sejauh 5
cm, kemudian lepaskan beban agar berosilasi di sekitar titik setimbang
dan jalankan stopwatch.
5. Hitung jumlah osilasi hingga sejumlah yang ditentukan asisten.
6. Berhentikan stopwatch dan catat waktu yang tertera.
7. Hitung waktu yang diperlukan untuk satu kali osilasi (periode T).
8. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.
51 | P a g e
2. Jepit pegas pipih dengan penjepit yang disediakan.
3. Pasang beban bercelah pada ujung pegas menggunakan perangkai
beban.
4. Siapkan stopwatch.
5. Ukur panjang pegas pipih mulai dari pusat massa beban di ujung pegas
ke sisi depan jepitan pegas.
6. Tarik beban ke alah satu sisi pegas sedemikian rupa sehingga beban
terdefleksi sejauh jarak yang ditentukan asisten dari titik
setimbangnya, yaitu titik O (Gambar 6.4). Ambil salah satu titik (A
atau B) sebagai titik acuan.
52 | P a g e
E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Apa itu gerak harmonis sederhana?
2. Jelaskan dan sebutkan macam-macam gerak harmonis sederhana!
3. Sebutkan syarat-syarat suatu benda dikatakan sebagai pegas!
4. Mengapa suatu benda jika diberikan gaya yang sangat besar dapat putus,
patah atau rusak? Jelaskan berdasarkan hukum hooke!
5. Apa yang dimaksud dengan konstanta pegas? Faktor apa saja yang
memengaruhi nilai konstanta pegas?
POST-TEST
1. Pada sebuah trampolin terdapat 40 buah pegas di sekeliling tepi trampolin,
dengan tiap pegas memiliki nilai konstanta pegas sebesar 100 . Jika
seorang anak dengan massa 50 kg menaiki trampolin tersebut dan dialami
masing-masing pegas berada pada posisi 20 dari sumbu horizontal,
berapakah besar pertambahan panjang yang dialami masing-masing
pegas? (g = 10 )
53 | P a g e
Tentukan nilai konstanta pegas dan pertambahan panjang dialami pegas
pada saat diberikan gaya kedua! Gambarkan grafik F terhadap ∆x, Apakah
sesuai dengan grafik hukum hooke? Jelaskan!
54 | P a g e
Modul 07
VISKOSITAS FLUIDA
A. Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas atau kekentalan suatu zat cair
B. Teori Dasar
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir, dalam
hal ini zat cair dan zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal fluida
(internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling
gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas
disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul
sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul.
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh adanya
gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Viskositas
juga disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.
×
𝜂= ……..………………………………………………(7.1)
Keterangan:
𝜂 = Viskositas (Pa.s)
Dimana v adalah kecepatan bola yang terukur dan R adalah jari-jari tabung.
56 | P a g e
𝜌 = 2700 𝑘𝑔/𝑚
𝜌 = 1260 𝑘𝑔/𝑚
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 7.2 Alat-alat percobaan Viskositas Fluida
No. Alat Jumah
1. Stopwatch 1 buah
2. Mikrometer sekrup 1 buah
3. Gelas kimia 100 ml 1 buah
4. Tiang penahan batang 1 buah
5. Viskometer 1 set
6. Bola aluminium 2 buah
7. Pinset 1 buah
D. Prosedur Praktikum
1. Letakkan tabung viskositas pada permukaan bidang datar seperti di atas
meja yang kokoh.
2. Pasang dua buah penanda di antara jarak yang akan dilalui oleh bola.
Gunakan penanda berupa karet gelang atau tali, kemudian pasangkan di dua
lokasi yang berbeda seperti pada gambar.
3. Ukur jarak h diantara dua penanda seakurat mungkin.
4. Pastikan bahwa bola aluminium bersih dan mengkilap, bebas dari kotoran,
dan siap digunakan.
5. Gunakan mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter bola.
Ulangi pengukuran beberapa kali dan hitung jari-jari bola berdasarkan hasil
pengukuran tersebut.
6. Tentukan sisi penanda yang akan dijadikan acuan pengukuran waktu.
57 | P a g e
7. Isi tabung dengan cairan kental (gliserin) yang akan diukur viskositasnya.
Isi hingga mencapai 10 cm dari atas tabung.
8. Siapkan stopwatch, kemudian sambil melihat kearah tabung viskositas,
jatuhkan bola tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti gerakan bola.
Nyalakan stopwatch saat bola melewati batas acuan pertama (penanda atas)
dan hentikan stopwatch tepat saat bola melewati batas acuan kedua
(penanda bawah).
9. Catat nilai waktu t yang dibutuhkan bola untuk bergerak sepanjang jarak h
yang tercatat oleh stopwatch.
10. Ulangi langkah 8 menggunakan bola yang sama sebanyak 10 kali sehingga
diperoleh sejumlah nilai t, kemudian rata-ratakan nilai tersebut dan hitung
kecepatannya 𝑣 = menggunakan t hasil rata-rata.
E. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Sebutkan dan jelaskan pengertian dari fluida dan zat apa saja yang tergolong
fluida!
2. Jelaskan kelompok fluida berdasarkan arah pergerakannya dan jenis
alirannya!
3. Jelaskan pemahaman dari viskositas fluida!
4. Sebutkan metode yang dapat digunakan dalam pengukuran viskositas dari
suatu fluida!
5. Jelaskan pengertian dari Reynolds Number dan tuliskan pula rumusnya serta
bagaimana pengaruhnya terhadap jenis aliran fluida!
POST-TEST
1. Sebuah pipa dengan diameter dalam 50 cm diuji proses kerjanya dengan
mengalirkan fluida dengan densitas 1000 kg/m3 dan viskositas sebesar 3,5
Ns/m2 secepat 30 m/s. Ternyata ketika diuji aliran yang terbentuk turbulen,
58 | P a g e
dan harus dibuat laminar dengan kecepatan semaksimal mungkin. Berapa
kecepatan maksimal yang bisa dicapai agar aliran laminar? (Laminer = Re
< 2000)
2. Pengujian viskositas suatu fluida yang bermassa jenis 1500 kg/m3 dilakukan
dengan menggunakan bola yang memiliki diameter 2 cm dan densitas 3200
kg/m3. Diketahui bola dimasukan ke dalam fluida dan jatuh dengan
kecepatan 37 x 10-2 m/s, serta didapat viskositas sebesar X. Bila pada fluida
yang sama diuji dengan bola berdiameter 4 cm, hitunglah kecepatan bola
jatuh!
3. Suatu pipa berdiameter 0,5 m mengaliri suatu cairan yang berdensitas 1700
kg/m3 dan viskositas 2 Pa.s. Untuk meningkatkan produktivitas proses,
seorang piping engineer menginginkan aliran fluida memiliki kecepatan
sebesar 10 m/s. Apakah hal tersebut aman untuk dilakukan atau dapat
membahayakan? Sertakan alasan dan kalkulasi yang mendasari alasan
tersebut!
4. Sebutkan dan jelaskan faktor apa saja yang mempengaruhi nilai viskositas
dari fluida?
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan fluida Newtonian dan non Newtonian,
serta berikan contohnya!
59 | P a g e
Modul 08
BANDUL REVERSIBEL
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep bandul reversibel.
2. Dapat menentukan percepatan gravitasi bumi.
B. Teori Dasar
Bandul reversibel merupakan bandul fisis yang memiliki pasangan titik
tumpu dengan jarak tertentu. Bandul tersebut dapat diosilasikan pada kedua
titik tumpu tersebut, dalam hal ini tittik tumpu A dan B, seperti pada Gambar
8.1. Ketika bandul digerakan melewati titik keseimbangannya, maka terdapat
gaya pemulih yang disebabkan oleh gravitasi sehingga terbentuklah gerakan
osilasi yang beraturan sehingga membentuk gerak harmoni sederhana. Periode
bandul pada kedua titik tumpu itu dapat dibuat sama dengan mengatur letak
beban B di sepanjang batang bandul.
Jika bandul ditumpu pada titik tumpu A, maka periodenya (TA) dapat dituliskan
𝑇 = 2𝜋 . .
..................................................................................(8.1)
𝑇 = 2𝜋 ............................................................................................(8.2)
60 | P a g e
beban A
titik tumpu A
beban B
titik tumpu B
Jika bandul di tumpu di B, dengan cara yang sama, periode dapat dituliskan
𝑇 = 2𝜋 ...........................................................................................(8.3)
Pada saat TA sama dengan TB, sehingga lA = lB = l, ini merupakan panjang ekuivalen
bandul dan sama dengan jarak antara kedua titik tumpu tersebut. Percepatan
gravitasi dapat dihitung dengan persamaan
𝑇 = 2𝜋 ..................................................................................................(8.4)
TA dan TB merupakan fungsi dari y, jarak beban B terhadap titik tumpu A. Hubungan
antara TA dan y ; dan antara TB dan y akan diketahui dari percobaan.
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
61 | P a g e
Tabel 8.1 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel
No. Alat Jumlah
1. Bandul Reversibel 1 set
2. Gerbang cahaya 1 buah
3. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 buah
8. Dasar statif 1 buah
5. Batang statif 500 mm 1 buah
6. Boss-head 1 set
7. Penggaris 50 cm 1 buah
D. Prosedur Percobaan
62 | P a g e
D. Pertanyaan
PRE-TEST
1. Apa pengertian dari bandul matematis dan bandul reversible? Jelaskan,
serta lamirkan dalam pengaplikasiannya!
2. Sebutkan hukum yang berlaku pada bandul reversible!
3. Apa itu gravitasi? Jelaskan bunyi hukum gravitasi!
4. Sebutkan dan jelaskan perbedaan antara percepatan gravitasi dan
gravitasi!
5. Jelaskan perbedaan antara gerak osilasi dan gerak harmonis sederhana!
POST-TEST
1. Jelaskan bagaimana bandul reversibel dapat digunakan untuk
menentukan nilai percepatan gravitasi!
2. Jelaskan metode apa saja yang dapat dilakukan untuk memperoleh
harga percepatan gravitasi bumi selain menggunakan bandul reversibel
?
3. Sebuah bandul matematis terdiri dari tali yang mempunyai panjang 45
cm dan pada ujung bawah tali digantungi beban bermassa 386,6 gram.
Jika percepatan gravitasi 9.8 m/s2 maka berapakah periode dan
frekuensi ayunan bandul sederhana?
4. Diketahui jari-jari bumi 4,23 kali jari-jari bulan, massa bumi 72,3 kali
massa bulan dan percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2. Jika berat
seseorang dibumi adalah 350 N. Hitunglah percepatan gravitasi bulan
dan berat orang tersebut saat di bulan!
5. Diketahui ada 2 planet dengan massa yang berbeda yaitu 4120 kg dan
1225,2 kg. Kedua planet ini memiliki jarak 126 km. Berata besar gaya
gravitasi antara dua planet?
63 | P a g e
Modul 09
KOEFISIEN MUAI PANJANG
A. Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien muai panjang dari kedua bahan yang berbeda.
B. Teori Dasar
Muai panjang didefinisikan sebagai pertambahan panjang benda yang
panjangnya satu satuan panjang (m) dengan kenaikan suhu satu satuan suhu.
Koefisien muai panjang diperoleh dari perubahan panjang batang dengan bahan
tertentu yang memuai akibat dialiri uap panas. Misalnya sebuah benda dengan
panjang L, mengalami perubahan suhu yang besarnya ΔT. Jika ΔT nilainya
cukup kecil, maka perubahan panjang ΔL umumnya berbanding lurus dengan
L dan ΔT. Secara matematis dinyatakan dengan:
ΔL = α L ΔT…………………………………………………………(9.1)
dengan α adalah koefisien muai panjang bahan.
Pemuaian panjang hanya terjadi pada benda padat dan tidak terjadi pada
benda cair ataupun gas. Untuk benda padat, perubahan suhu berpengaruh pada
seluruh bagian benda. Logam merupakan benda isotropik, sehingga hanya
perlu diukur pada satu dimensi. Perubahan satu dimensi. Perubahan satu
dimensi dari benda padat, yaitu panjang, lebar, dan tebal, dinamakan pemuaian
linier. Arah pemuaian mungkin berbeda, namun jika arah pemuaiannya sama
maka disebut pemuaian isotropik.
Pada percobaan ini, akan diukur koefisien muai panjang α untuk batang
tembaga, alumunium, dan gelas.
64 | P a g e
Tabel 9.1 Nilai referensi muai panjang beberapa bahan
Bahan α/°C
Alumunium 24 x 10-6
Tembaga 17 x 10-6
Kasa borosilikat 3,3 x 10-6
Besi 12 x 10-6
Baja 11 x 10-6
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 9.2 Alat-alat percobaan Koefisien Muai Panjang
No. Alat Jumah
9. Termometer 1 buah
D. Prosedur Praktikum
a. Persiapan Alat
1. Rangkai alat muai panjang seperti pada Gambar 11.1
2. Peralatan terdiri dari sebuah jaket/tabung uap dengan alat ukur (dial
indicator) untuk mengukur ΔL batang. Uap dialirkan dari pembangkit
uap kedalam tabung uap menggunakan selang.
65 | P a g e
Gambar 9.1 Alat muai panjang
b. Langkah-Langkah Percobaan
1. Ukur panjang batang tembaga pada suhu kamar (L). Catat hasil
pengukuran di Tabel 1 sebagai nilai Li.
2. Masukkan batang kedalam tabung kaca seperti pada Gambar 11.1.
Salah satu ujung batang dipasang pada sekrup ujung tetap dan ujung
lain batang menekan lengan alat ukur sebesar ΔL
CATATAN: Gunakan kain, sapu tangan, atau sarung tangan saat
menyentuh batang logam agar tidak meningkatkan suhu batang
tersebut.
3. Putar casing alat ukur untuk mensejajarkan titik nol pada skala dengan
jarum penunjuk panjang. Saat batang memuai, jarum penunjuk akan
bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.
66 | P a g e
4. Nyalakan pemanas listrik. Pilih pengaturan pemanas listrik yang sesuai
dengan kebutuhan, tidak diskala maksimum.
5. Saat uap mulai mengalir, perhatikan alat ukur dan termometer. Tunggu
hingga pembacaaan suhu pada termometer stabil.
6. Catat nilai suhu yang diukur termometer (Tf) dan pemuaian panjang
batang logam (ΔL) yang ditunjukkan oleh perpindahan jarum penunjuk
alat ukur ΔL. (baca cara membaca alat ukur dibagian “Persiapan Alat”).
Ingat bahwa ΔL merupakan selisih antara pembacaan alat ukur sebelum
dan sesudah dialiri uap.
7. Matikan pemanas listrik
8. Ulangi percobaan untuk batang alumunium dan batang gelas kaca
borosilikat.
PERHATIAN : Berhati-hatilah terhadap air kondensasi didalam tabung uap
atau saat melepaskan batang yang masih panas karena dapat menyebabkan
luka bakar.
E. Pertanyaan
Pre test
1. Apa yang dimaksud dengan pemuaian dan koefisien muai panjang?
2. Jelaskan macam - macam proses perpindahan panas ? Sebutkan pula contoh
peristiwanya!
3. Sebutkan jenis pemuaian yang terjadi pada zat padat!
4. Jelaskan tentang anomali air pada proses pemuaian!
5. Tuliskan penurunan rumus pemuaian pada tiap jenis pemuaian zat padat!
Post test
1. Sebutkan dan jelaskan jenis pemuaian zat gas!
2. Tuliskan hukum - hukum yang berlaku pada tiap jenis pemuaian zat!
3. 10 liter air dipanaskan hingga kenaikan suhu 75oC, sehingga meluap dari
panci. Setelah pemanasan berhenti, didapat bahwasannya sisa air yang tidak
ikut meluap sebesar 4,35 liter. Berapa koefisien muai zat dari air tersebut?
67 | P a g e
4. Sebuah besi mempunyai panjang sebesar 35 m ketika diukur pada suhu
ruang sebesar 25oC. bila besi tersebut dimasukan ke dalam wadah bersuhu
450oC, berapakah panjang totalnya? (α = 1,2 x 10-5 m/oC)
5. Sebuah pelat besi berbentuk pesegi dipanaskan sampai suhu 150oC sehingga
memuai dengan pertambahan luas sebesar 0,87 cm2.Bila koefisien muai besi
adalah 1,2 x 10-5 m/oC, berapakah panjang sisi awal pelat tersebut?
68 | P a g e
Modul 10
PENGENALAN ALAT PRAKTIKUM
A. Tujuan Percobaan
Mempelajari cara pengukuran menggunakan jangka sorong,
mikrometer sekrup, neraca teknis, dial indicator serta multimeter.
B. Teori Dasar
Pengukuran adalah proses perbandingan suatu besaran dengan
besaran standar yang sejenis. Secara umum pengukuran dapat
digambarkan seperti dibawah ini,
69 | P a g e
berbagai besaran dan satuan pokok. Berikut ini adalah besaran- besaran
pokok :
Tabel 11.1 Besaran dan Satuan Standar Pokok
Satuan
Nama Besaran
Nama Simbol
Besaran Pokok
Panjang meter [m]
Massa kilogram [kg]
Waktu second [s]
Arus Listrik Ampere [A]
Temperatur Kelvin [K]
Thermodinamik
Jumlah Zat mole [mole]
Intensitas Cahaya candella [cd]
Besaran Tambahan
Sudut Bidang radiant
Sudut Ruang steradiant
70 | P a g e
Beberapa pengukuran dengan memakai jangka
sorong
a) Untuk mengukur panjang atau diameter luar benda.
Cara penggunaannya, benda diletakkan diantara rahang (A1 – A2),
kemudian tekan dan doronglah pada roda F secara perlahan dengan ibu jari
sehingga rahang menjepit benda. Kemudian bacalah nilai ukur pada skala
utama (D1 atau D2) dan skala nonius (E1 atau E2).
b) Untuk mengukur diameter dalam benda.
Caranya masukkan rahang (B1 – B2) kedalam lubang atau
diameter bagian dalam dan tariklah roda F secara perlahan dengan ibu
jari sehingga rahang mengenai tepi lubang benda. Kemudian bacalah nilai
ukur pada skala utama (D) dan skala nonius (E).
c) Untuk mengukur kedalaman benda.
Caranya masukkan bagian ekor jangka sorong (C 1 – C2) kedalam
lubang dan tariklah roda F secara perlahan kebelakang hingga bagian
belakang jangka sorong terlihat. Kemudian bacalah nilai ukur pada
skala utama (D) dan skala nonius (E).
Salah satu jenis mikrometer yang sering dipakai adalah mikrometer
sekrup yang mempunyai ketelitian 0,01 mm.
71 | P a g e
2) Skala C ikut berputar dengan sekrup D, skala C dibagi dalam 50
skala dan bila D berputar satu putaran, maka C dan juga A2 akan
maju/mundur sejauh 0,5 mm terhadap skala B. Jadi satu bagian skala
pada C adalah sama dengan 0,01 mm. Sedangkan pembagian skala
pada B adalah 1 mm dan 0,5 mm.
3) Untuk cara pengukurannya, benda diletakkan antara alas A1 dan
A2, kemudian sekrup D diputar sampai A1 dan A2 menyinggung
benda. Jangan terlalu memutar sekrup K hingga benda tertekan karena
berakibat pada pengukuran yang salah.
4) Tebal benda (A1 - A2) adalah jumlah skala B ditambah skala C.
5) Contoh pembacaan skala (perhatikan gambar)!
72 | P a g e
Gambar 11.4 Neraca Teknis dan Bagian-bagiannya
73 | P a g e
i) Penimbangan dianggap selesai bila jarum petunjuk telah tepat pada
titik nol (Titik setimbang).
74 | P a g e
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala dan
paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.
75 | P a g e
3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah 0,14 mm + 1
mm + 1,14 mm.
Salah satu jenis alat ukur listrik adalah multimeter. Multimeter memiliki
beberapa kegunaan, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Mengukur resistansi/tahanan (Ω = Ohm)
2. Mengukur tegangan searah (DCV = Direct Current Voltage)
3. Mengukur tegangan bolak- balik (ACV = Alternating Current Voltage)
4. Mengukur Arus (A = Ampere)
5. Mengukur kapasitas kapasitor (μF = mikrofarad)
6. Menentukan jenis dan penguatan dari transistor (PNP/NPN, hFE)
76 | P a g e
3 Neraca Teknis 1 buah
5 Multimeter 1 set
D. Prosedur Percobaan
a. Pengukuran menggunakan jangka sorong
1. Siapkan keping dan jangka sorong.
2. Ukurlah panjang keping dengan menggunakan jangka sorong
pada tiga titik yang berbeda. Pastikan pada saat mengukur titik
lurus.
3. Ukurlah lebar keping dengan menggunakan jangka sorong pada
tiga titik yang berbeda. Pastikan paa saat mengukur titik ukur
lurus.
4. Catatlah data yang didapat pada blangko percobaan.
77 | P a g e
2. simpan anak timbangan pada sisi lain neraca teknis hingga
neraca dalam keadaan setimbang dan lakukan pengukuran
sebanyak tiga kali.
3. Catatlah data yang didapat pada blangko percobaan.
78 | P a g e
Modul 11
PENGUJIAN AKHIR SEMESTER
A. Tujuan
Mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa terhadap materi modul yang
telah di praktikumkan.
79 | P a g e