Anda di halaman 1dari 64

HALAMAN JUDUL

1|Page
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. 1
DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA ........... 3
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM ........... 4
INFORMASI TAMBAHAN ................................................................................. 7
PESAWAT ATWOOD ......................................................................................... 9
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM ........................................................... 14
TETAPAN PEGAS ............................................................................................. 20
BANDUL REVERSIBEL ................................................................................... 26
MODULUS YOUNG .......................................................................................... 30
PANAS JENIS DAN KALORIMETER ............................................................. 37
CERMIN DAN LENSA ...................................................................................... 42
RANGKAIAN LISTRIK .................................................................................... 47
VISKOSITAS FLUIDA ...................................................................................... 56
KOEFISIEN MUAI PANJANG ......................................................................... 61

2|Page
MANAJERIAL LABORATORIUM FISIKA TERAPAN FT UNTIRTA
TAHUN AKADEMIK
2020/2021

KEPALA LABORATORIUM
Dr. Irma Saraswati, S.Si., M.T.

LABORAN
Erin Rismawan, S.T

ASISTEN LABORATORIUM
1. Adzra Hana Nabila T. Metalurgi
2. Akbar Vandito Adi T. Metalurgi
3. Aldi Syahril Anwar T. Elektro
4. Amalia Anugerah Mahallany T. Kimia
5. Dandy Indra Gunawan T. Mesin
6. Destia Maradhina T. Sipil
7. Ginda Quriatama T. Metalurgi
8. Ii Nurul Hapsari T. Metalurgi
9. Ilham Kiki Shahila T. Kimia
10. M Ahyarudin T. Sipil
11. Mohamad Fadli T. Metalurgi
12. Muhamad Toha T. Kimia
13. Muhammad Gofar T. Kimia
14. Muhammad Maulanna Zensih T. Elektro
15. Nadin Alifia T. Kimia
16. Nadya Fitri Asyuni T. Kimia
17. Niko Arfana Usti T. Elektro
18. Raffa Ikhwan Pratamaputra T. Metalurgi
19. Reza Hariansyah T. Elektro
20. Rifaldi Gustiawan T. Elektro
21. Shania Yosephin Ginting T. Kimia
22. Vini Hafidzatul Hakimah T. Metalurgi

3|Page
PERATURAN DAN TATA TERTIB PELAKSANAAN PRAKTIKUM
FISIKA DASAR FT UNTIRTA

A. Mekanisme Praktikum Online


1. Praktikum dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dibagikan.
2. Nama-nama asisten modul akan dipublikasikan melalui Instastory akun
Instagram Labotarorium Fisika Terapan 10 menit sebelum praktikum
dimulai.
3. Setiap grup menunjuk 1 (satu) orang perwakilan sebagai narahubung antara
anggota grup dengan asisten yang bersangkutan melalui “chat” sesuai
dengan kontak yang telah dipublikasikan sebelumnya. (Note: Perwakilan
dapat diubah setiap praktikumnya sesuai kesepakatan anggota grup).
4. Perwakilan yang telah ditunjuk oleh anggota grup menghubungi asisten
pada waktu praktikum dimulai. Fungsi perwakilan sebagai berikut:
 Menghubungi asisten yang bersangkutan sesuai jadwal praktikum
disertai dengan konfirmasi nama dan jumlah anggota yang akan
mengikuti praktikum dengan format sebagai berikut:
1. (nama/nim/grup/modul)
2. (nama/nim/grup/modul)
3. (nama/nim/grup/modul)
4. (nama/nim/grup/modul)
 Menerima arahan jalannya praktikum.
 Mendapatkan link Google meet.
 Menginformasikan kembali arahan asisten kepada anggotanya.
5. Setiap praktikan memasuki link Google meet dan mengikuti arahan asisten
selanjutnya.
6. Setelah praktikum dianggap selesai oleh asisten, praktikan wajib mengisi
kartu praktikum dengan cara screenshot Google meet bersama asisten
(wajah praktikan dan asisten harus jelas) kemudian absen Online yang
terdapat pada website Laboratorium Fisika Terapan.

4|Page
B. Peraturan Praktikum Online
1. Perwakilan grup harus menghubungi asisten paling lambat 15 menit
setelah waktu praktikum dimulai. (sanksi : keterlambatan konfirmasi maka
asisten berhak menolak untuk melanjutkan pelaksanaan praktikum online).
2. Perwakilan yang menghubungi asisten, wajib menggunakan bahasa
yang baik dan sopan. Jika tidak, asisten mempunyai hak untuk
membatalkan praktikum pada saat itu juga.
3. Setiap pratikan wajib menonton video Prosedur Percobaan (PROPER)
pada channel youtube “Laboratorium Fisika Terapan FT Untirta” yang
tertera sesuai dengan modul yang dipraktikumkan sebelum praktikum
berlangsung.
4. Setiap praktikan wajib menyalakan kamera dan menggunakan kemeja
berkerah selama praktikum berlangsung. Jika tidak, asisten
mempunyai hak untuk membatalkan praktikum pada saat itu juga.
5. Jika terdapat hal-hal yang perlu ditanyakan terkait modul yang sedang
diambil, maka tanyakan langsung kepada asisten yang bersangkutan
(Note: tidak menanyakan pada akun Instagram Laboratorium Fisika
Terapan).
6. SHIFTING dan CHANGESHIFT tidak berlaku dalam praktikum Online
ini.

C. Pengumpulan Laporan
1. Pengumpulan laporan maksimal 7 hari setelah praktikum dilaksanakan,
mulai pukul 08:00-17:00 (note: maksimal pukul 17:00)
2. Laporan dikumpulkan dengan 2 format yaitu .pdf dan .doc/.docx ke e-
mail lab.fisikaterapan@untirta.ac.id dengan nama file dan subjek berupa
[NIM][Kode Modul][Kode Asisten][dd-mm] (note dd-mm: tanggal dan
bulan praktikum). Contoh: [3332170028][01][MZ][11-08].
3. Pastikan laporan sudah lengkap sebelum dikirim (lengkap sesuai struktur
laporan dan diktat). Apabila laporan tidak lengkap, laporan tidak akan
dinilai.

5|Page
4. Apabila terlambat mengumpulkan laporan, kurang dari 24 jam dari
deadline seharusnya, maka nilai laporan dikurangi 50%.
5. Apabila terlambat mengumpulkan laporan lebih dari 24 jam dari deadline
seharusnya, maka laporan tidak akan dinilai.
6. Apabila terindikasi melakukan plagiasi laporan, maka pada bab yang
sama akan diberi nilai NOL.
7. Apabila ada revisi laporan, revisi dikumpulkan kembali 3 hari setelah
laporan diberikan kepada praktikan.

6|Page
INFORMASI TAMBAHAN

A. Kode Modul
1. Pesawat Atwood [1]
2. Hukum Kekekalan Momentum [2]
3. Tetapan Pegas [3]
4. Bandul Reversibel [4]
5. Modulus Young [5]
6. Panas Jenis dan Kalori Meter [6]
7. Cermis dan Lensa [7]
8. Rangkaian Listrik [8]
9. Viskositas Fluida [9]
10. Koefisien Muai Panjang [10]

B. Kode Asisten
1. Adzra Hana Nabila [AH]
2. Akbar Vandito Adi [AV]
3. Aldi Syahril Anwar [AS]
4. Amalia Anugerah Mahallany [AA]
5. Dandy Indra Gunawan [DI]
6. Destia Maradhina [DM]
7. Ginda Quriatama [GQ]
8. Ii Nurul Hapsari [IN]
9. Ilham Kiki Shahila [IK]
10. M Ahyarudin [MA]
11. Mohamad Fadli [MF]
12. Muhamad Toha [MT]
13. Muhammad Gofar [MG]
14. Muhammad Maulanna Zensih [MZ]
15. Nadin Alifia [NA]
16. Nadya Fitri Asyuni [NF]

7|Page
17. Niko Arfana Usti [NU]
18. Raffa Ikhwan Pratamaputra [RI]
19. Reza Hariansyah [RH]
20. Rifaldi Gustiawan [RG]
21. Shania Yosephin Ginting [SY]
22. Vini Hafidzatul Hakimah [VH]

C. Kontak Asisten
1. Adzra Hana Nabila 0881024124317 (WA)
2. Akbar Vandito Adi vndto (IG)
3. Aldi Syahril Anwar @aldisyahrilanwar (IG)
4. Amalia Anugerah Mahallany Amalianugrah (IG)
5. Dandy Indra Gunawan Dandy_indra (IG)
6. Destia Maradhina ndesstm_ (IG)
7. Ginda Quriatama gindaqrtm21 (Line)
8. Ii Nurul Hapsari @happpsah_ (IG)
9. Ilham Kiki Shahila @ilhamks (IG)
10. M Ahyarudin m_ahyarudin (IG)
11. Mohamad Fadli mohfadli (IG)
12. Muhamad Toha 082126233130 (WA)
13. Muhammad Gofar 081311241849 (WA)
14. Muhammad Maulanna Zensih zensih_maulana (IG)
15. Nadin Alifia nadinalifia (Line)
16. Nadya Fitri Asyuni nadyafitriasyuni (IG)
17. Niko Arfana Usti akara.asa (IG)
18. Raffa Ikhwan raffaikhwanp (IG)
19. Reza Hariansyah rzhariansyah (IG)
20. Rifaldi Gustiawan rifaldi_g (IG)
21. Shania Yosephin Ginting gintingshania (IG)
22. Vini Hafidzatul Hakimah vinvanven (IG)

8|Page
Modul 01
PESAWAT ATWOOD
A. Tujuan Percobaan
1. Mengenal besaran fisis momen inersia.
2. Mengenal Hukum Newton melalui sistem katrol.
3. Mengamati gerak dipercepat dan gerak dengan kecepatan tetap.
4. Memeriksa apakah Hukum Newton berlaku baik terhadap sistem katrol.
5. Menghitung harga momen inersia katrol bila percepatan gravitasi
diketahui.

B. Teori Dasar
1) Hukum Newton I: Jika suatu sistem (benda) tidak mendapat gaya dari
luar, maka sistem itu akan tetap dalam keadaannya.
∑F = 0 .......................................... (1.1)
2) Hukum Newton II, ditulis secara matematis :
F = m·a ........................................ (1.2)
di mana,
F: gaya yang bekerja pada sistem (N)
m: massa benda (kg)
a: percepatan yang dialami benda (m/s2)
3) Kesimpulan dari persamaan di atas:
a) Arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada
benda tersebut.
b) Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Bila gayanya
konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan.
c) Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami
percepatan. Sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda
mengalami percepatan maka tentu ada gaya yang menyebabkannya.
4) Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap
Vt  V0  a  t
....................................... (1.3)

9|Page
X t  X 0  V0 t  1 2 at 2 ............................. (1.4)

V 2  V02  2a X t  X 0  .......................... (1.5)

5) Benda yang bergerak melingkar melalui poros:


Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya,
maka pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang
ekivalen dengan persamaan gerak linier. Dalam hal ini ada besaran
fisis momen inersia I yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m)
pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu
harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya (harga
tersebut adalah harga yang tetap).
I~m
I ~ r2
6) Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada Gambar 1.1,
maka berlaku persamaan seperti berikut (bila dianggap M1 = M2 = M):
mg
a ....................................... (1.6)
2M  m  I
r2

A
M2

B
M1

Gambar 1.1 Katrol dengan Beban (Pesawat Atwood)

10 | P a g e
Pada saat M2 berada di titik A dan diberi beban tambahan m, maka
terjadi gerak dipercepat dengan persamaan (1.6). Saat melalui lubang B,
benda m akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang B dan menuju titik C
dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2+m berada di titik A.
Jika M1 dilepas dari klem, maka M2+m akan turun dari titik A ke C melewati
titik B dengan gerak dipercepat.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 1.1 Alat-alat Pesawat Atwood
No. Alat Jumah
1. Alat Pesawat Atwood 1 set
2. Tali penggantung :Benang nilon 1m
3. Pemegang beban pegas 1 buah
4. Neraca 1 buah
5. Beban Penggantung M1 dan M2 @ 100 g @ 1 buah
6 Beban tambahan m 20 g 2 buah
7. Penahan beban berlubang dan tanpa lubang @ 1 buah
8. Penggaris 1 buah
9 Stopwatch 1 buah

D. Prosedur Percobaan
1. Timbang massa M1, M2, m1 dan m2 masing-masing sebanyak 3 kali.
2. Gantungkan massa beban utama dan pada ujung-ujung tali kemudian
pasang pada katrol..
3. Pasangkan pada pemegang beban berpegas, selidiki apakah tiang
sejajar dengan tali. Jika tidak aturlah sampai sejajar
4. Tambahkan beban m pada beban M2 (Perhatikan Gambar 1.1)

11 | P a g e
5. Tekan pegas pada pemegang beban, maka M1 akan terlepas dari
pemegang beban dan bergerak ke atas, sedangkan M2 + m akan
bergerak ke bawah.
6. Catat waktu perpindahan M2+m dari A ke B (t1) dan dari B ke C (t2)!
7. Ulangi pengamatan sebanyak tiga kali untuk setiap jarak yang
ditentukan asisten.
a. Percobaan A: jarak A-B tetap, jarak B-C berubah
b. Percobaan B: Jarak A-B berubah, jarak dan B-C tetap.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


1. Pastikan tiang Pesawat Atwood berdiri tegak (tidak miring).
2. Pastikan pesawat tidak oleng ketika M1 dilepaskan.
3. Hindari mengubah kedudukan katrol.
4. Cara mengukur jarak XAB dan XBC karena beban tambahan m akan
terlepas ketika bagian atas M2 melewati titik B dan M2 akan berhenti
saat bagian bawahnya menyentuh titik C.
5. Waktu t1 (dari A ke B) mulai dicatat bersamaan dengan saat M1
dilepas.
E. Pertanyaan
1. Apabila diameter katrol dan massa beban dalam percobaan diubah, apakah
mampu mempengaruhi data yang didapatkan? Mengapa demikian?
2. Dua buah benda yang masing-masing bermassa 4 kg dan 12 kg digantung
dengan seutas tali melalui sebuah katrol yang massa dan diameternya
dapat diabaikan. Hitunglah percepatan gerak system dan tegangan yang
dialami oleh tali!

12 | P a g e
3.
4. Ujung sebuah balok bermassa 12 kg ditarik di sebuah bidang datar kasar
dengan gaya 60 N. Berapakah gaya gesek yang bekerja pada balok
tersebut jika koefisien gesek kinetiknya 0,2 dan gaya Tarik yag bekerja
pada balok tersebut membentuk sudut 53° terhadap garis vertikal?
5. Seorang mahasiswa FT UNTIRTA melakukan percobaan penimbangan
badan di dalam sebuah lift. Saat lift belum bergerak, timbangan
menunjukkan angka 65 kg. Sesaat setelah lift bergerak mahasiswa ini
merasa sedikit pusing dan timbangan pun menunjukkan angka tertinggi
sebesar 75 kg, hal ini terjadi pula sesaat sebelum lift behenti. Di tengah
perjalanan, ternyata timbangan menunjukkan angka konstan 72 kg.
Berapakah percepatan gerak lift tersebut? Mengapa timbangan
menunjukkan angka tertinggi sesaat lift akan bergerak dan berhenti?
Jelaskan!

13 | P a g e
Modul 02
HUKUM KEKEKALAN MOMENTUM

A. Tujuan Percobaan
1. Memverifikasi Hukum Kekekalan Momentum.
2. Membedakan tumbukan elastis dan tumbukan tidak elastis.

B. Teori Dasar
Jika ditinjau tumbukan antara dua benda yang bermassa dan

seperti diperlihatkan dalam gambar 2.1. Dalam selang tumbukan yang

sangat singkat kedua benda saling memberikan gaya pada yang lainnya.
Menurut Hukum Newton ketiga, pada setiap saat gaya yaitu gaya yang

bekerja pada benda A oleh benda B sama besar dan berlawanan arah
dengan yaitu gaya pada benda B oleh benda A.

Gambar 2.1 Benda A dan B saling bertumbukan

Perubahan momentum pada benda A akibat tumbukan ini adalah:

................................. (2.1)

dengan adalah harga rata-rata gaya dalam selang waktu tumbukan

. Perubahan momentum benda B akibat tumbukan adalah:

14 | P a g e
........................... (2.2)

dengan adalah harga rata-rata gaya dalam selang waktu tumbukan

. ...................................... (2.3)

Jika tidak ada gaya lain yang bekerja maka, dan

menyatakan perubahan momen tum total masing-masing benda. Tetapi


telah ketahui bahwa pada setiap saat sehingga dan

karena itu . Jika kedua benda kita anggap sebagai sebuah

sistem terisolasi, maka momentum total sistem adalah


. Jadi, jika tidak ada gaya luar yang bekerja maka

tumbukan tidak mengubah momentum total sistem. Gaya impulsif yang


bekerja selama tumbukan merupakan gaya internal, karena itu tidak
mempengaruhi momentum total sistem. Momentum dapat juga diperoleh
dari hasil kali besaran skalar massa dengan besaran vektor kecepatan,
sehingga momentum termasuk besaran vektor.
.......................................... ...(2.4)

Misalkan 2 buah benda (A dan B) dengan massa dan

bergerak dengan kecepatan dan . Kecepatan benda setelah tumbukan

dan . Hukum kekekalan momentum dapat kita tuliskan:

................... (2.5)

Jika kita dapat mengukur kecepatan kedua sistem sebelum dan


sesudah tumbukan, massa benda bisa kita ketahui, maka Hukum
Kekekalan Momentum dapat kita buktikan.

a. Tumbukan Lenting Sempurna


Jika kedua benda memiliki massa yang sama besar

dan benda A mula-mula diam . Benda B mendekati dan

15 | P a g e
menumbuk benda A dengan kecepatan maka kita akan

mendapatkan nilai dan , artinya kedua benda bertukar

kecepatan. Untuk benda dengan massa berbeda dan benda A mula-


mula diam persamaan (2.5) menjadi
....................... (2.6)

b. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


Jika massa benda A dan B sama besar, benda A mula-mula
diam, dan benda B bergerak dengan kecepatan . Setelah tumbukan

kecepatan kedua benda sama besar maka kecepatan benda setelah


tumbukan menjadi

Jika kedua benda memiliki kecepatan mula-mula tetapi untuk


arah yang sama maka kecepatan benda setelah tumbukan menjadi
. Jika massa kedua benda tidak sama persamaan

(2.5) menjadi
............................ (2.7)

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai
berikut:

Tabel 2.1 Alat-alat Percobaan Hukum Kekekalan Momentum

No. Alat Jumah


1. Alat Rel Udara 1 set
2. Kereta 2 buah
3. Pegas tumbuk 2 buah
4. Beban 1 set
5. Gerbang cahaya (photo gate) 2 buah

16 | P a g e
6. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 set
7. Velcro 2 buah
8. Penghalang cahaya dua jari 3 cm 2 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Susunlah alat seperti gambar 2.2.
2. Nyalakan peniup (blower).
3. Periksalah kerataan lintasan.
4. Pasangkan penghalang cahaya dengan jarak

5. Pasang pegas tumbuk pada 2 buah kereta yang bermassa sama.


6. Timbang kereta A dan B sebanyak 3 kali.
7. Timbang kereta + beban tambahan sebanyak 3 kali.

Gambar 2.2 Susunan Alat Rel Udara

b. Tumbukan Lenting Sempurna


1. Letakkan kereta di atas rel.

17 | P a g e
2. Kereta A dalam keadaan diam diantara 2 gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B diatas rel, lalu dorong kereta B sehingga
bergerak dengan kecepatan yang besarnya dapat diukur melalui

gerbang cahaya (lihat gambar 2.2).

4. Amati kecepatan kereta yang melewati gerbang cahaya sebelum


dan sesudah tumbukan pada pencacah waktu (time counter),
kemudian catat nilai kecepatan yang diperoleh.
5. Ulangi percobaan di atas dengan mengubah massa kereta dengan
menambahkan beban tambahan, lalu catat hasilnya.
6. Lakukan untuk beberapa kali dengan dorongan yang berbeda-beda.

Gambar 2.3 Susunan alat percobaan tumbukan lenting sempurna

C. Tumbukan Tidak Lenting Sama Sekali


1. Pasang Velcro pada kedua kereta dan penghalang cahaya hanya
pada salah satu kereta.
2. Letakkan kereta A di antara kedua gerbang cahaya.
3. Letakkan kereta B pada rel, lalu dorong kereta B sehingga
menumbuk kereta A (setelah tumbukan kedua kedua kereta akan
bergerak bersama-sama).
4. Amati kecepatan kereta yang melewati gerbang cahaya sebelum
dan sesudah tumbukan pada pencacah waktu (time counter),
kemudian catat nilai kecepatan yang diperoleh.
5. Ulangi langkah 2 s.d. 4 dengan menambahkan beban tambahan
pada kereta kemudian catat hasilnya.

18 | P a g e
6. Lakukan untuk beberapa dorongan yang berbeda-beda.

Gambar 2.4 Susunan alat percobaan tumbukan tidak lenting sama sekali

E. Pertanyaan
1. Jelaskan hubungan antara momentum dan implus, serta buktikan
persamaan matematisnya!
2. Sebutkan dan jelaskan aplikasi momentum dalam kehidupan sehari-
hari! (minimal 3)
3. Sebuah senapan massanya 2 kg menembakkan peluru yang massanya 2
gr dengan kelajuan 400 m/s, tentukan kecepatan senapan
sesaat peluru lepas dari senapan!
4. Sebuah bom meledak menghasilkan pecahan dua bagian yang bergerak
ke arah berlawanan. Rasio massa kedua pecahan tersebut ialah m1 :
m2 = 1 : 2. Bila energi yang dibebaskan adalah 5 x 106 J, maka
tentukan perbandingan kecepatan pecahan bom tersebut!

19 | P a g e
Modul 03
TETAPAN PEGAS

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan nilai tetapan pegas.
2. Menentukan hubungan antara gaya yang bekerja pada pegas dan
perpanjangan pegas.
3. Mengetahui hubungan periode dan massa beban pada osilasi pegas.
4. Memeriksa pengaruh besar simpangan awal pada periode osilasi dan nilai
tetapan pegas pipih.

B. Teori Dasar
Sebuah benda yang diregangkan oleh gaya akan mengalami pertambahan
panjang. Menurut Hooke, bila benda masih berada dalam keadaan elastis
(belum melampaui batas elastisnya), pertambahan panjang x sebanding
dengan besar gaya F yang meregangkan benda. Asas ini dapat dirumuskan
dalam bentuk persamaan 3.1. Pada persamaan tersebut, k adalah tetapan pegas
yang diselidiki. Grafik antara F dan x akan membentuk garis lurus.
k × x .......................................... (3.1)

Jika sebuah benda bermassa M digantung pada ujung bawah sebuah pegas,
ujung atas pegas dipasang pada titik yang tetap seperti pada Gambar 3.1,
massa menarik pegas ke bawah dengan gaya berat Mg yang menyebabkan
pegas teregang sehingga beban berada pada posisi O. Jika beban ditarik ke
bawah oleh gaya tambahan, pegas akan mulur sejauh x sehingga berada pada
titik A. Jika massa M dilepaskan, massa akan berosilasi harmonik ke atas dan
ke bawah di antara dua kedudukan ekstrim A dan B (titik O adalah titik
kesetimbangan beban M) dengan periode tetap. Massa tersebut dikatakan
melakukan satu osilasi jika beban bergerak dari titik A kembali ke titik A, dari
titik B kembali ke titik B, atau dari O kembali ke titik O setelah melewati titik

20 | P a g e
A dan B. waktu yang diperlukan untuk melakukan satu osilasi disebut periode
osilasi T. Jika waktu untuk n osilasi adalah t, maka periodenya adalah t/n.
Jika beban dilepaskan, gaya pemulih menurut hukum Hooke -kx
menghasilkan sebuah percepatan sebagaimana diberikan oleh Hukum Newton
kedua (persamaan 3.2). Persamaan 3.2 dapat diubah menjadi persamaan (3.3)
k × x = M × a .......................................... (3.2)
a=- x ............................................ (3.3)

Persamaan 3.3 merupakan persamaan dasar untuk gerak harmonik


sederhana dengan percepatan a sebanding dengan simpangan x, dan
periodenya diberikan oleh Persamaan (3.4) dan (3.5)

T ............................................... (3.4)

T2 ......................................... (3.5)
Titik tangkap
tetap

Gambar 3.1 Osilasi Beban yang Digantung pada Pegas

Suatu bahan elastik cenderung kembali ke bentuk awalnya ketika bahan


itu diubah bentuknya. Elastisitas berimplikasi adanya gaya pemulih sehingga
memungkinkan benda berosilasi. Benda yang bergerak secara berulang dalam
interval waktu atau periode tertentu dikatakan melakukan gerak periodik.
Sebagai contoh yaitu gerak periodik pada pegas pipih. Gerak periodik yang

21 | P a g e
terjadi disebut gerak harmonik sederhana yang digambarkan dengan fungsi
sinus atau cosinus.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 3.1 Alat-alat Percobaan Tetapan Pegas


No. Nama Alat Jumlah
1 Statif penggantung 1 set
2 Beban bercelah dan penggantung beban 1 set
3 Mistar 1 buah
4 Stopwatch 1 buah
5 Pegas helik 1 buah
6 Pegas pipih 1 buah
7 Perangkai beban dan pengencang 1 set
8 Penjepit pegas pipih 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Metode Pembebanan
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian Alat Percobaan Tetapan Pegas Metode Pembebanan

22 | P a g e
2. Gantung satu beban (W0) ke ujung bawah pegas. Nilai ini adalah
berat beban awal F0 untuk pegas, sehingga F0 = W0.
Catatan: dalam percobaan ini digunakan W = m×g. W adalah berat
beban (N), m massa (kg), dan g adalah percepatan gravitasi (g = 10
m/detik2)
3. Ukur panjang pegas awal l0. Catat nilai F0 dan l0.
4. Tambah satu beban pada beban awal dan ukur panjang pegas l. Catat
nilai W dan l.
5. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

b. Metode Osilasi
1. Susun alat percobaan seperti pada Gambar 3.2.
2. Gantung massa beban pada ujung bawah pegas.
3. Siapkan stopwatch untuk mengukur waktu osilasi.
4. Beri simpangan pada pegas dengan cara menarik ke bawah sejauh 
5 cm, kemudian lepaskan beban agar berosilasi di sekitar titik
setimbang dan jalankan stopwatch.
5. Hitung jumlah osilasi hingga sejumlah yang ditentukan asisten.
6. Berhentikan stopwatch dan catat waktu yang tertera.
7. Hitung waktu yang diperlukan untuk satu kali osilasi (periode T).
8. Ulangi langkah percobaan untuk tiap penambahan satu beban.

c. Osilasi pada Pegas Pipih


1. Rangkai alat percobaan seperti pada Gambar 3.3 dan tempatkan
rangkaian di dekat pinggir meja percobaan.

23 | P a g e
Gambar 3.3 Rangkaian Alat Percobaan Osilasi Pegas Pipih

2. Jepit pegas pipih dengan penjepit yang disediakan.


3. Pasang beban bercelah pada ujung pegas menggunakan perangkai
beban.
4. Siapkan stopwatch.
5. Ukur panjang pegas pipih mulai dari pusat massa beban di ujung
pegas ke sisi depan jepitan pegas.
6. Tarik beban ke alah satu sisi pegas sedemikian rupa sehingga beban
terdefleksi sejauh jarak yang ditentukan asisten dari titik
setimbangnya, yaitu titik O (Gambar 3.4). Ambil salah satu titik (A
atau B) sebagai titik acuan.

Gambar 3.4 Gerak Osilasi pada Pegas Pipih

7. Simpangkan pegas dari titik simpangan sejauh 3 cm (atau sesuai


jarak yang ditentukan asisten) lalu lepaskan dan mulai hidupkan
stopwatch. Hitung satu osilasi ketika beban kembali ke titik acuan
dalam arah gerak yang sama.

24 | P a g e
8. Lakukan hitungan sampai jumlah osilasi n yang ditentukan asisten.
Kemudian matikan stopwatch. Catat waktu t yang tertera pada
stopwatch.
9. Hitung nilai periode osilasi T menggunakan persamaan T = t/n.
10. Ulangi langkah percobaan dengan jarak simpangan lainnya.

E. Pertanyaan
1. Pada sebuah trampolin terdapat 40 buah pegas di sekeliling tepi trampolin,
dengan tiap pegas memiliki nilai konstanta pegas sebesar 100 . Jika
seorang anak dengan massa 50 kg menaiki trampolin tersebut dan dialami
masing-masing pegas berada pada posisi 20 dari sumbu horizontal,
berapakah besar pertambahan panjang yang dialami masing-masing
pegas? (g = 10 )

2. Sebuah helikopter menggunakan pegas sepanjang 1 m untuk menarik ke


atas sebuah kapal selam yang memiliki massa 7500 kg dengan kecepatan
penarikan 2 . Pegas mengalami peregangan sepanjangan 1,125 m.

Tentukan nilai konstanta pegas tersebut!


3. Pegas merupakan alat yang dapat membantu mempermudah beban
pekerjaan manusia. Beberapa pekerjaan yang berat apabila harus dilakukan
sendiri tanpa alat bantu akan menjadi mudah dengan memanfaatkan pegas.
Sebutkan dan jelaskan berbagai kegunaan pegas dalam kehidupan sehari-
hari berikut dengan cara kerja pegas tersebut!
4. Buktikan penurunan rumus periode osilasi (persamaan 3.4) dari persamaan
hukum hooke!

25 | P a g e
Modul 04
BANDUL REVERSIBEL
A. Tujuan Percobaan
1. Memahami konsep bandul reversibel.
2. Dapat menentukan percepatan gravitasi bumi.

B. Teori Dasar
Bandul reversibel merupakan bandul fisis yang memiliki pasangan titik
tumpu dengan jarak tertentu. Bandul tersebut dapat diosilasikan pada kedua
titik tumpu tersebut, dalam hal ini tittik tumpu A dan B, seperti pada Gambar
4.1. Periode bandul pada kedua titik tumpu itu dapat dibuat sama dengan
mengatur letak beban B di sepanjang batang bandul.

Jika bandul ditumpu pada titik tumpu A, periodenya TA dapat dituliskan

......................................(4.1)

dengan IA adalah momen inersia pendulum terhadap titik tumpu A, m massa


pendulum, yA adalah jarak antara titik tumpu A dan pusat gravitasi. Jika kita

ganti dengan lA , persamaan (4.1) dapat tuliskan kembali

.............................................. (4.2)

26 | P a g e
beban A

titik tumpu A

beban B

titik tumpu B

Gambar 4.1 Percobaan bandul reversibel

Jika bandul di tumpu di B, dengan cara yang sama, periode dapat dituliskan

........................................... (4.3)

Pada saat TA sama dengan TB, sehingga lA = lB = l, ini merupakan panjang ekipalen
bandul dan sama dengan jarak antara kedua titik tumpu tersebut. Percepatan
gravitasi dapat dihitung dengan persamaan

............................................. (4.4)

TA dan TB merupakan fungsi dari y, jarak beban B terhadap titik tumpu A.


Hubungan antara TA dan y ; dan antara TB dan y akan diketahui dari percobaan.

Dari grafik TA terhadap y dan TB terhadap y, perpotongannya menunjukkan TA =


TB.

27 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel


No. Alat Jumlah
1. Bandul Reversibel 1 set
2. Gerbang cahaya 1 buah
3. Pencacah pewaktu (timer counter AT 01) 1 buah
4. Dasar statif 1 buah
5. Batang statif 500 mm 1 buah
6. Boss-head 1 set
7. Penggaris 50 cm 1 buah

D. Prosedur Percobaan

1. Pastikan jarak antara mata pisau pertama dengan mata pisau kedua
berjarak 50 cm. Catatlah sebagai l.
2. Pastikan beban A sehingga berjarak 11 cm dari mata pisau pertama!
Catat sebagai yo.
3. Atur beban B sehingga berjarak 5 cm dari mata pisau pertama.
Catatlah sebagai y.
4. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm kemudian lepaskan sehingga
bandul berosilasi. Ukurlah waktu untuk 10 osilasi dengan
menggunakan time counter. Catatlah sebagai tA1.
5. Balikkan bandul sehingga mata pisau kedua berada di atas bantalan
pisau.
6. Simpangkan bandul sejauh kira-kira 3 cm kemudian lepaskan sehingga
bandul berosilasi. Ukurlah waktu untuk 10 osilasi dengan
menggunakan jam henti. Catatlah sebagai tB1. Hitunglah periodenya,
TB1.

28 | P a g e
7. Balikkan kembali bandul pada posisi semula.
8. Geser beban B sehingga jaraknya menjadi 10 cm. Catatlah sebagai y2.
Lakukan langkah 4 s/d 7.
9. Lakukan langkah 4 s/d 7 untuk jarak beban B selanjutnya dengan jarak
y3, y4, dan seterusnya hingga pada jarak 45 cm, dengan pergeseran
beban 5 cm.

E. Pertanyaan
1. Cara apa saja yang dapat dilakukan untuk memperoleh harga percepatan
gravitasi bumi selain menggunakan bandul reversibel?
2. Sebuah bandul matematis terdiri dari tali yang mempunyai panjang 30 cm
dan pada ujung bawah tali digantungi beban bermassa 500 gram. Jika
percepatan gravitasi 9.8 m/s2 maka berapakah periode dan frekuensi
ayunan bandul sederhana?
3. Diketahui jari-jari bumi 3,7 kali jari-jari bulan, massa bumi 81,3 kali
massa bulan dan percepatan gravitasi bumi sebesar 9,8 m/s2. Jika berat
seseorang dibumi adalah 500 N. Hitunglah percepatan gravitasi bulan dan
berat orang tersebut saat di bulan!
4. Diketahui ada 2 planet dengan massa yang berbeda yaitu 4020 kg dan
1020 kg. Kedua planet ini memiliki jarak 105 km. Berata besar gaya
gravitasi antara dua planet?

29 | P a g e
Modul 05
MODULUS YOUNG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan nilai modulus young pada berbagai jenis logam.

B. Teori Dasar
Ketika memberikan gaya ke suatu benda, maka akan terjadi dua
perubahan. Pertama adalah perubahan gerak (misalnya dari diam menjadi
gerak dipercepat). Perubahan ini berkaitan dengan massa dan gaya yang
diberikan terhadap benda. Perubahan yang kedua disebut deformasi, yang
berkaitan dengan besar gaya yang diberikan, posisi benda an bahan benda
tersebut.

Gaya luar tersbut disebut tegangan (stress), yang dinyatakan dengan

persamaan

.................................................. (5.1)

Regangan, yang disebabkan dinyatakan dengan persamaan

................................................. (5.2)

Tegangan sebanding dengan regangan yang dinyatakan dengan persamaan


berikut

................................................ (5.3)

adalah modulus Young yang menentukan sifat elastisitas bahan.

30 | P a g e
Modulus Young menjelaskan tentang perubahan suatu benda dalam batas
elastisitasnya. Pada percobaan ini akan ditentukan nilai modulus Young
dari berbagai jenis logam. Saat memberikan gaya ke bawah pada bagian
tengah balok logam, akan muncul regangan yang menyebabkan balok
bengkok ke bawah. Tinggi kelekukan harus berbanding lurus dengan

penambahan beban, lihat gambar 5.1.

Persamaan modulus Young dapat dinyatakan sebagai berikut:

........................................... (5.4)

Dimana adalah berat beban yang akan ditambahkan ke balok, adalah

jarak antara dua ujung balok, adalah tinggi lekukan balok yang

bengkok, adalah lebar balok dan adalah tebal balok.

Gambar 5.1 Batang Logam Yang Dibengkokan

Dial Indicator/Dial Gauge


Dial indicator merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur jarak
penyimpangan yang sangat kecil dari sebuah bidang, baik bidang datar,
silinder, atau bulat. Misalnya untuk mengukur kerataan bidang, atau
mendeteksi perbedaan tinggi yang sangat kecil dari dua buah permukaan
datar. Dial indicator memiliki ketelitian 0,01 mm dengan jarum penunjuk
panjang (mikro) dan pendek (makro).

31 | P a g e
Gambar 5.2 Dial Indicator

Cara menggunakan dial indicator:

1. Tekan sensor dan amati pergerakan jarum. Jika sensor ditekan maka
jarum panjang akan bergerak ke kanan (searah jarum jam) dan jarum
pendek bergerak ke kiri (berlawanan arah jarum jam). Jika sensor
dilepas maka kedua jarum akan kembali ke posisi awal yaitu skala nol.
2. Saat pemasangan, pastikan bahwa dial indicator tegak lurus dengan
bidang yang akan diukur.
3. Jangan memberikan tekanan atau hentakan yang tiba-tiba pada dial
indicator saat melakukan pengukuran.
4. Jika jarum panjang tidak menunjuk tepat pada angka nol, maka putar
rangka hitam yang mengelilingi dial indicator untuk memutar skala
dan paskan jarum panjang agar berada tepat di angka nol untuk
memudahkanpengukuran.
Cara membaca skala pada dial indicator:

1. Saat pengukuran, perhatikan jarum panjang terlebih dahulu. Jarum


panjang menunjukan skala nonius. Satu ruas bernilai 0,01 mm. Jika
jarum panjang melakukan satu putaran penuh, maka jarum pendek
akan bergerak satu strip, yaitu sebesar 1 mm.
2. Misalkan jarum panjang menunjukkan skala 11, berarti
.

32 | P a g e
3. Jarum pendek menunjukkan skala 1 mm tiap ruasnya. Jika jarum
pendek melakukan satu putaran penuh, maka pengukuran bernilai 10
mm yang merupakan skala pengukuran maksimal.
4. Misalkan jarum pendek menunjukkan skala 3 atau lebih dari 3 namun
kurang dari 4, maka pembacaan skala .

Gambar 5.3 Contoh Pembacaan Dial Indicator

1. Jarum panjang menunjukkan skala 14. Satu ruas bernilai 0,01 mm


maka skala pembacaan jarum panjang adalah
.

2. Jarum pendek menunjukkan skala lebih dari satu. Satu ruas bernilai 1
mm, maka skala pembacaan jarum pendek adalah .

3. Jadi hasil pembacaan dari dial indicator tersebut adalah


.

Tabel 5.1 Modulus Young referensi beberapa material

Bahan

Baja 210
Aluminium 70
Kuningan 90
Tembaga 103 – 124

33 | P a g e
C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:
Tabel 5.2 Alat-alat Percobaan Bandul Reversibel
No. Nama Alat Jumlah
1 Rel aluminium, panjang 600 mm 1 set
2 Statif penyangga balok, besi, panjang 300 mm 1 set
3 Batang rel aluminium 1 buah
4 Indikator dengan dudukan (dapat digerakkan dan
1 buah
dapat dipasang)
5 Beban bercelah 5 × beban 50 g 10 × beban 10 g 1 buah
6 Penggantung beban dengan bukaan bentuk V 1 buah
7 Logam yang diukur
a. Baja
1 set
b. Aluminium
c. Kuningan
8 Jangka sorong 1 buah
9 Dial indicator 1 buah

D. Prosedur Percobaan
1. Rangkai alat percobaan seperti pada gambar 5.4.
2. Ukur panjang, lebar dan tebal logam. Lakukan sebanyak 3 kali. Catat
hasil pengukuran yang didapat.
3. Letakkan logam yang akan diukur pada dudukan atau penumpu logam
dan atur posisinya. Pastikan jarak kedua statif penyangga sesuai
dengan nilai yang ditentukan asisten.
4. Letakkan beban penggantung pada pemegang beban kemudian
tambahkan bebannya hingga mencapai massa maksimum: 250 gram.
5. Atur dial indicator agar menyentuh permukaan logam namun jarum
tetap berada di angka nol.

34 | P a g e
6. Lepaskan beban satu per satu, catat berat beban dan hasil
pengukurannya.
7. Pastikan bahwa meja yang digunakan tidak bergerak (kokoh) saat
melakukan percobaan dan lepaskan beban secara perlahan untuk
menghindari kesalahan pengukuran.
8. Lepaskan satu beban, perhatikan bahwa lekukan penggantung beban
akan naik dan menekan dial indicator. Baca nilai yang terukur dan
catat hasilnya di dalam tabel. Setiap massa beban yang dilepaskan
sama dengan massa beban yang ditambahkan pada penggantung
beban. Maka pada kolom massa beban, catat massa beban yang
dilepaskan bukan yang digantung.
9. Nilai berat beban dan tinggi lekukan balok harus berbanding lurus.
10. Ulangi langkah yang sama menggunakan logam yang berbeda.

Gambar 5.4 Rangkaian Alat Percobaan

E. Pertanyaan
1. Jelaskan fungsi grafik tegangan-regangan serta pristiwa necking baik
secara mikroskopis maupun secara makroskopis yang terdapat pada grafik
teganagn-regangan tersebut !
2. Seutas kawat baja memiliki panjang 4 m dan luas penampang m2 .

Modulus elastis baja N/m2. Sebuah gaya dikerjakan untuk

35 | P a g e
menarik kawat itu sehingga bertambah panjang 0,3 m. Hitung gaya tarik
itu!
3. Bagaimana perbedaan grafik tegangan–regangan antara bahan logam,
polimer, dan keramik ?
4. Untuk keamanan dalam mendaki, seorang pendaki gunung menggunakan
sebuah tali nilon yang panjangnya 50 m dan tebalnya 1,0 cm. Ketika
menopang pendaki yang bermassa 80 kg, tali bertambah panjang 1,6 m.
Tentukan modulus elastisitas nilon tersebut! (Gunakan dan g =

9,8 m/s2)
5. Buktikan penurunan rumus pada persamaan (5.4) !

36 | P a g e
Modul 06
PANAS JENIS DAN KALORIMETER
A. Tujuan Percobaan
Menentukan kalor jenis benda menggunakan kalorimeter

B. Teori Dasar
Bila benda yang suhunya lebih tinggi disentuhkan (atau
dicampurkan) dengan benda yang suhunya lebih rendah, kalor mengalir
dari benda yang suhu nya lebih tinggi ke benda yang suhu nya lebih
rendah. Sebelum orang mengetahui bahwa kalor adalah energi, orang
sudah menegtahui bahwa kalor yang diberikan sama dengan kalor yang
diterima. Asas ini pertama kali ditemukan oleh ahli kimia Inggris
kelahiran Perancis bernama Joseph Black (1728-1799). Oleh karena itu,
asas ini dinamai Asas Black.
................................................... (6.1)

Kalorimeter adalah alat yang sengaja dirancang untuk mengukur


kalor. Pada dasarnya kalorimeter adalah wadah (bejana) dari logam yang
di “selimuti” atau diberi jaket agar kalor sukar pindah ke udara di sekitar
bejana. Bejana ditutup dengan tutup yang terbuat dari bahan yang tidak
menghantarkan kalor dan kalor jenisnya kecil, sehingga kalor yang
diambilnya dapat diabaikan. Pada tutupnya terdapat lubang untuk
memegang thermometer dan pengaduk. Pengaduk biasanya terbuat dari
logam yang sejenis dengan kalorimeter. Kalor yang diambilnya sering
diperhitungkan untuk memperoleh hasil yang lebih teliti.
Pada percobaan menentukan kalor jenis benda dengan
menggunakan kalorimeter, kalorimeter diisi air. Benda yang kalor jenisnya
hendak ditentukan dimasukan ke dalam kalorimeter (“dicampurkan”
dengan kalorimeter). Bila benda yang hendak ditentukan kalor jenis itu
lebih tinggi suhunya daripada suhu kalorimeter (+isinya), benda tersebut

37 | P a g e
memberikan kalor kepada kalorimeter. Akibatnya suhu kalorimeter beserta
isinya naik, sedangkan suhu benda yang dimasukan ke dalam kalorimeter
turun. Suhu akhir benda dan kalorimeter menjadai sama.
Misalkan massa benda yang hendak ditentukan kalor jenisnya itu
, kalor jenisnya , suhu awalnya . Misalkan massa kalorimeter ,
kalor jenisnya , massa pengaduk , kalor jenis pengaduk , massa air

di dalam kalorimeter , kalor jenisnya . Misalkan suhu awal


kalorimeter dan isinya , dan . Setelah benda dan kalorimeter
dicampurkan, misalkan suhu akhirnya menjadi . Suhu kalorimeter
beserta isinya naik sebesar . Suhu benda yang hendak ditentukan
kalor jenisnya turun . Jadi kalorimeter beserta isinya menerima
kalor sebesar:
.................. (6.2)

Benda yang kalor jenisnya hendak ditentukan memberikan kalor


sebesar:
........................................ (6.3)

Menurut hukum kekekalan energi (Asas Black) . Jadi:

.......(6.4)

atau

....................................... (6.5)

dapat dihitung jika besaran-besaran lain diketahui atau dapat diukur.

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 6.1 Alat-alat percobaan panas jenis dan kalorimeter

38 | P a g e
No. Alat Jumah
1. Termometer 2 buah
2. Kalorimeter 1 set
3. Kubus materi 4 buah
4. Gelas kimia 250 mL 2 buah
5. Neraca 1 buah
6. Pemanas elektrik 1 buah
8. Dasar statif 1 buah
9. Kaki statif 1 buah
10. Batang statif 250 mm 1 buah
11. Boss-head 1 buah
12. Tali nilon Secukupnya
13. Stopwatch 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Persiapan Alat
1. Siapkan alat-alat yang diperlukan sesuai dengan daftar alat.
2. Kenali bahan kalorimeter dan bahan pengaduk. Jika bahannya
sama, maka kalor jenisnya sama (Caluminium).
3. Ikat salah satu kubus materi, misal balok besi dengan tali nilon.
4. Tuangkan 200 mL air ke dalam gelas kimia.
b. Menentukan Kalor Jenis Kubus Materi
1. Timbang kalorimeter kosong dan pengaduknya sebanyak 3 kali.
2. Isi kalorimeter dengan air sebanyak 125 mL dan timbang sebanyak
3 kali dan catat massa nya.
3. Pasang kalorimeter dan perlengkapannya. Gunakan termometer
untuk mengukur suhu kalorimeter.
4. Catat hasilnya sebagai suhu awal .
5. Timbang kubus materi sebanyak 3 kali.
6. Letakan gelas kimia berisi 200 mL air diatas pemanas elektrik.

39 | P a g e
7. Masukkan kubus materi ke dalam gelas kimia beserta termometer
dengan menggantungkannya pada statif.
8. Panaskan gelas kimia tersebut hingga suhu 90°C.
9. Catat suhu air di dalam gelas kimia tersebut sebagai suhu awal
benda yang dipanaskan .
10. Buka penutup kalorimeter, dekatkan kalorimeter sedekat mungkin
dengan gelas kimia. Lalu angkat kubus materi dari dalam gelas
kimia dan segera masukkan ke dalam kalorimeter kemudian tutup
kembali dengan rapat.
11. Aduk kalorimeter sambil mengamati perubahan suhu yang
ditunjukan termometer. Catat suhu setiap 15 detik sekali hingga
diperoleh suhu yang konstan atau maksimum. Catat suhu akhir
kalorimeter sebagai .
12. Lakukan langkah serupa dengan diatas untuk menentukan kalor
jenis kubus materi lainnya (misal: kuningan, tembaga, aluminium).

E. Pertanyaan

1. Sebutkan jenis-jenis kalorimeter dan jelaskan prinsip kerja dari


kalorimeter pada percobaan ini!
2. Dalam ruang yang dingin, bagian atas meja logam atau meja marmer
terasa jauh lebih dingin bila disentuh dibandingkan permukaan kayu
meskipun suhu keduanya sama. Jelaskan mengapa hal ini terjadi!

3. Jelaskan bunyi Hukum Termodinamika nol, 1, 2 dan 3!


4. Sebuah lampu pijar memakai kawat wolfram dengan luas 2 x 10-
6
m2 dan emisivitasnya 0,5. Jika bola lampu berpijar dengan suhu 800
K selama 10 second (σ = 5,67 x 10-8 W/m2K4 ), maka hitunglah jumlah
energi radiasi yang dipancarkan oleh lampu pijar tersebut.
5. Balok es bermassa 20 gram bersuhu 0°C dicelupkan pada 400 gram air
bersuhu 30°C yang diletakkan dalam wadah khusus. Anggap wadah

40 | P a g e
tidak menyerap kalor. Jika kalor jenis air 1 kal.g−1 °C−1 dan kalor lebur
es 80 kal.g −1, maka suhu akhir campuran adalah?

41 | P a g e
Modul 07
CERMIN DAN LENSA

A. Tujuan Percobaan
1. Menentukan jarak fokus cermin dan perbesaran bayangan cermin
cembung dan cekung.
2. Mengamati dan memahami sinar istimewa yang terjadi pada
cermin cembung dan cekung serta sifat pemantulan cahaya pada
cermin cembung.
3. Mengamati perbedaan sinar pantul yang dibentuk lensa bikonveks
dan plankonkaf.

B. Teori Dasar
Cahaya sebagai gelombang memiliki karakteristik antara lain:
1. Cahaya dapat merambat lurus
2. Cahaya dapat dipantulkan
3. Cahaya dapat menembus benda bening
4. Cahaya dapat dibiaskan
5. Cahaya dapat diuraikan
Benda dikatakan sebagai sumber cahaya ketika benda-benda
tersebut mampu memancarkan gelombang cahaya. Contohnya ialah
matahari, api, lampu, dan lain-lain. Berkas cahaya digolongkan menjadi
3 macam:
1. Berkas cahaya yang menyebar (divergen) merupakan berkas
cahaya yang berasal dari satu titik kemudian menyebar ke segala
arah.
2. Berkas cahaya sejajar merupakan berkas cahaya yang sejajar satu
sama lain.
3. Berkas cahaya mengumpul merupakan berkas cahaya yang

42 | P a g e
menuju satu titik tertentu (konvergen).

Cermin adalah permukaan yang licin dan dapat menciptakan


pantulan bayangan benda dengan sempurna. Cermin datar terbuat dari
sebuah kaca yang sudah dilapisi dengan amalgam perak. Dengan cermin
datar, maka bayangan yang terbentuk akan sama persis dengan benda
aslinya. Lensa merupakan benda bening dalam sistem optik yang
dibatasi oleh dua atau lebih permukaan pembias. Permukaan pembias
dapat berupa permukaan cekung (negatif/divergen), dapat juga berupa
permukaan cembung (positif/konvergen). Dalam sistem pembiasan,
permukaan sferis (merupakan permukaan lengkung, seperti bola)
memiliki dua titik yang menjadi perhatian, yaitu titik fokus (Gambar
3.1) dan titik utama. Titik fokus permukaan pembias pertama F
ditentukan dengan menganggap bahwa bayangan oleh permukaan
pembias kedua terletak di tak terhingga (s2 = ∞).

(a) (b)
Gambar 7.1 Titik fokus: (a) pertama, (b) kedua.

Titik fokus permukaan pembias kedua F dapat dicari dengan


menganggap benda terletak jauh sekali (s2 = ∞). Berkas cahaya
divergen dari titik fokus F mengalami deviasi pada kedua permukaan
dan bila sinar- sinar datang maupun sinar yang telah terdeviasi kita
proyeksikan ke depan atau ke belakang, maka akan berpotongan pada
suatu titik yang terletak pada suatu bidang. Bidang ini disebut bidang
utama. Jarak antara titik fokus dengan bidang utama merupakan jarak
fokus f. Hubungan antara jarak benda s dan jarak bayangan s’ adalah:

43 | P a g e
....................................................(7-1)

Perbesaran lensa m didefinisikan sebagai perbandingan antara tinggi


bayangan y’ dengan tinggi benda sebenarnya y.

...................................................(7-2)

dengan s’ adalah jarak bayangan akhir terhadap pusat optik dan s adalah
jarak benda terhadap pusat optik. Dari persamaan 3.1 dan 3.3 diperoleh:

.........................................................(7-3)

.........................................................(7-4)

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 7.1 Alat-alat percobaan gelombang permukaan


No. Alat Jumah

1. Catu daya 1 buah

2. Kotak cahaya bermagnet 2 buah

3. Kabel penghubung 4 buah

4. Lensa bikonveks, plankonkaf @ 1 buah

5. Cermin cekung, cermin cembung 1 buah

6. Filter warna 4 buah

7. Penunjuk panah 2 buah

44 | P a g e
8. Diafragma 1 dan 2 celah 2 buah

9. Diafragma 3 dan 4 celah 2 buah

10. Penggaris 1 buah

11. Cakram optik berskala sejajar 1 buah

D. Prosedur Percobaan
a. Karakteristik Cahaya dan sinar istimewa
1) Arahkan kotak cahaya lurus
2) Pasangakan diafragma 5 celah untuk mengamati pemantulan pada
cermin cembung
3) Pasangakan diafragma 1 celah untuk mengamati pembentukan
sinar istimewa pada cermin cembung dan cermin cekung
4) Pasangakan diafragma 5 celah untuk mengamati sinar pantul pada
lensa plankonkaf, bikonveks, plankonveks, konkaf-konveks.
5) Nyalakan catu daya lalu atur kedudukan kotak cahaya dan
lensa sehingga membentuk sinar datang dan sinar pantul.
6) Perhatikan sinar-sinar datang dan sinar-sinar yang dibiaskan.
7) Gambarlah hasil pengamatan Anda pada blangko percobaan.

b. Prosedur Percobaan Jarak Fokus Lensa dan perbesaran


bayangan
1) Pasangkan cermin cembung dan gambarkan sumbu utamanya.
2) Nyalakan catu daya
3) Arahkan kotak cahaya pertama lurus dan kotak cahaya kedua
disesuaikan sehingga membentuk benda dengan tinggi 2 cm.
4) Amati sinar pantul yang terbentuk yang sesuai dengan bentuk sinar
istimewa pada cermin cembung.
5) Ukur tinggi banyangan dan tinggi benda
6) Ukur jarak cermin ke benda dan jarak dari cermin ke bayangan
7) Tentukan perbesaran bayangan.

45 | P a g e
8) Tentukan besarnya fokus cermin
9) Ulangi percobaan tinggi benda yang berbeda yaitu 4 cm.
10)Ulangi langkah 1-8 untuk cermin cekung.

E. Pertanyaan
1. Jelaskan mengenai hukum snellius dan apa kaitnnya dalam
percobaan ini.
2. Kapan bayangan nyata dan bayangan maya terbentuk pada
cermin cermbung dan cekung? Apa perbedaan kedua bayangan
tersebut?
3. Apakah lensa cekung dan lensa cembung dapat digabung
dalam aplikasinya? Sebutkan contoh aplikasi penggabungan dari
kedua lensa ini!
4. Seseorang yang menderita rabun dekat mempunyai titik dekat
sebesar 50 cm. Jika orang tersebut ingin membaca dengan jarak
normal (25 cm), maka berapa kekuatan lensa dari kacamata yang
harus dipakai orang tersebut?
5. Amatilah diagram pembentukan bayangan oleh mikroskop
berikut ini!

Hitung berapa besar pembesaran mikroskop jika berkas sinar yang


keluar dari lensa okuler merupakan berkas sejajar, dan mata yang
mengamati berpenglihatan normal (Sn = 25 cm)

46 | P a g e
Modul 08
RANGKAIAN LISTRIK

A. Tujuan Percobaan
1. Menguji Hukum Ohm dengan menggunakan hambatan dan beberapa
komponen elektronik.
2. Menguji kebenaran rumus tegangan dan arus listrik untuk rangkaian seri
dan paralel pada hambatan-hambatan listrik.
3. Menguji Hukum Kirchoff pada resistor baik terhubung seri maupun
paralel.
4. Memahami cara kerja osiloskop serta dapat menggambar bentuk
gelombang tegangan dan beban yang ditampilkan melalui osiloskop.

B. Teori Dasar
Untuk menghasilkan arus listrik dalam satu rangkaian diperlukan suatu beda
potensial. Pada saat itu, George Simon Ohm (1787 – 1854) melakukan eksperimen
pertama kali yang menunjukkan bahwa arus listrik dalam kawat logam (I) yang
nilainya sebanding dengan beda potensial atau tegangan (V) yang diberikan pada
kedua ujung kawat logam.
I  V ........................................................ (8.1)
Secara tepat berapa besarnya arus yang mengalir dalam kawat tidak hanya
bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang diberikan oleh kawat
terhadap aliran elektron. Dengan mengambil analogi aliran air, dinding pipa,
pinggir sungai dan batu di tengahnya memberikan hambatan terhadap aliran air.
Hal yang serupa, elektron diperlambat oleh interaksi dengan atom dalam kawat.
Hambatan yang lebih tinggi akan mengurangi arus listrik untuk suatu tegangan
tertentu. Sehingga hambatan dapat didefinisikan sebagai suatu besaran yang
berbanding terbalik dengan arus.
V
I= ..................................................... (8.2)
R

47 | P a g e
Di mana R adalah hambatan dari kawat atau komponen elektronik lainnya, V
adalah beda potensial yang melewati komponen dan I adalah arus yang mengalir
melalui komponen tersebut. Persamaan (8.2) dapat ditulis sebagai berikut :
V = IR ....................................................... (8.3)
Persamaan (8.3) diatas dikenal sebagai persamaan Hukum Ohm. Banyak
fisikawan mengatakan bahwa persamaan (8.3) bukanlah suatu hukum melainkan
hanya definisi untuk hambatan. Jika kita menyatakan Hukum Ohm, cukup dengan
mengatakan bahwa arus yang melalui konduktor logam sebanding dengan
tegangan yang diberikan. Karenanya hambatan (R) dari suatu bahan atau
komponen adalah konstan, tidak tergantung pada tegangan. Tetapi persamaan
(8.3) tidak berlaku umum untuk bahan dan komponen lain seperti diode, tabung
vakum, transistor, dan lain-lain. Karenanya Hukum Ohm bukanlah hukum
fundamental, tetapi merupakan deskripsi dari suatu kelompok material tertentu
(konduktor logam).
Selanjutnya untuk lebih mendalami konsep rangkaian listrik terdapat satu
hukum lagi yang harus dipahami, yaitu hukum kirchoff. Hukum Kirchhoff adalah
dua persamaan yang berhubungan dengan arus dan beda potensial (umumnya
dikenal dengan tegangan) dalam rangkaian listrik. Hukum ini pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ahli fisika Jerman yang bernama Gustav Robert
Kirchhoff (1824-1887) pada tahun 1845. Terdapat dua hukum kirchoff yang
membahas tentang tegangan dan arus, berikut adalah penjelasannya.
1. Hukum Kirchoff 1
Hukum Kirchhoff 1 dikenal sebagai hukum percabangan (junction rule),
karena hukum ini memenuhi kekekalan muatan. Hukum ini diperlukan untuk
rangkaian yang multisimpal yang mengandung titik-titik percabangan ketika
arus mulai terbagi. Pada keadaan tunak, tidak ada akumulasi muatan listrik
pada setiap titik dalam rangkaian. Dengan demikian, jumlah muatan yang
masuk di dalam setiap titik akan meninggalkan titik tersebut dengan jumlah
yang sama. Hukum Kirchhoff 1 menyatakan bahwa:

48 | P a g e
“Jumlah arus listrik yang masuk melalui titik percabangan dalam suatu
rangkaian listrik sama dengan jumlah arus yang keluar melalui titik
percabangan tersebut”.
Secara umum rumus hukum Kirchhoff 1 dapat dituliskan sebagai berikut:
............................................. (8.4)

Contoh pada sebuah kasus, perhatikanlah gambar di bawah ini.

Gambar 8.1 Rangkaian Pembagi Arus

Besar arus I = I1 + I2 + I3, untuk mencari nilai I1, I2 dan I3 secara


matematis dapat menggunakan persamaan seperti berikut.

....................................... (8.5)

....................................... (8.6)

....................................... (8.7)

2. Hukum Kirchoff 2
Hukum Kirchhoff 2 juga sering disebut sebagai hukum simpul (loop
rule), karena pada kenyataannya beda potensial diantara dua titik percabangan
dalam satu rangkaian pada keadaan tunak adalah konstan. Hukum ini
merupakan bukti dari adanya hukum konservasi energi. Jika kita memiliki

49 | P a g e
suatu muatan Q pada sembarang titik dengan potensial V, dengan demikian
energi yang dimiliki oleh muatan tersebut adalah QV. Selanjutnya, jika
muatan mulai bergerak melintasi simpal tersebut, maka muatan yang kita
miliki akan mendapatkan tambahan energi atau kehilangan sebagian
energinya saat melalu resistor baterai atau elemen lainnya. Namun saat kebali
ke titik awalnya, energinya akan kembali menjadi QV.
Hukum kirchoff 2 berbunyi seperti berikut, “Pada setiap rangkaian
tertutup, jumlah beda potensialnya harus sama dengan nol”. Contoh pada
sebuah kasus, Perhatikan gambar di bawah ini.

Gambar 8.2 Rangkaian Pembagi Tegangan

Besar arus V = V1 + V2 + V3, untuk mencari nilai V1, V2 dan V3 secara


matematis dapat menggunakan persamaan seperti berikut.

.............................................. (8.8)

.............................................. (8.9)

............................................ (8.10)

50 | P a g e
C. Alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 8.1 Alat-alat Percobaan Rangkaian Listrik

No. Alat Jumah


1. Multimeter 1 set
2. Catu Daya DC (0-12 V, 3 A) 1 buah
3. Komponen elektronik Resistor 3 buah
4. Komponen elektronik NTC 1 buah
5. Komponen elektronik PTC 1 buah
6. Komponen elektronik Lampu 1 buah
7. Kabel-kabel penghubung 1 set

D. Prosedur Percobaan
Hukum Ohm
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.3 dibawah ini.

Kx SPST1

DC

Gambar 8.3 Rangkaian Hukum Ohm

Dimana:
A = Amperemeter DC
Kx = Komponen yang akan ditentukan hambatannya
2) Aturlah posisi output, set komponen elektronik sehingga Kx = Resistor

51 | P a g e
3) Atur posisi saklar pada catu daya DC sehingga keluarannya adalah 0 Volt.
4) Tutup switch S, kemudian atur keluaran catu daya sehingga lebih besar
dari 0 Volt.
5) Catat kedudukan amperemeter (I) dan kedudukan voltmeter (V) yang
ditentukan oleh asisten.
6) Ulangi percobaan ini beberapa kali (minimum 5 kali) untuk harga-harga I
dan tegangan V yang berbeda.
7) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = NTC
8) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = PTC
9) Ulangi langkah 1 sampai 5 untuk Kx = Lampu

Hukum I Kirchoff
1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.4, dimana nilai
dari R1, R2, dan R3 berturut-turut sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan 150 Ω.

Gambar 8.4 Rangkaian Hukum I Kirchoff

2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.


3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar arus yang melewati masing-masing resistor menggunakan
Amperemeter (A) yang terpasang seri pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

52 | P a g e
Hukum II Kirchoff

Gambar 8.5 Rangkaian Hukum II Kirchoff

1) Susunlah rangkaian seperti yang terlihat pada Gambar 8.5, dimana nilai
dari R1, R2, dan R3 berturut-turut sebesar 50 Ω, 100 Ω, dan 150 Ω.
2) Sambungkan catu daya DC ke jala-jala listrik PLN dan nyalakan.
3) Pilih harga tegangan DC dengan cara memutar selektor pada catu daya DC
tersebut, lalu catat harga tegangan sumber tersebut.
4) Ukur besar tegangan yang pada masing-masing resistor menggunakan
Voltmeter (V) yang terpasang paralel pada tiap resitor, lalu catat hasilnya
pada blangko percobaan.
5) Ulangi percobaan ini dengan nilai tegangan sumber yang berbeda.

Pembangkitan Gelombang Menggunakan Osiloskop

Gambar 8.6 Pembangkitan Menggunakan Osiloskop

1) Susunlah rangkain seperti pada percobaan Hukum II Kirchaff dengan


Tegangan sumber yang telah ditetapkan
2) Nyalakan Osiloskop , Kemudian ambil dan sambungkan ujung dari kabel
probe dengan channel 1 pada osiloskop.

53 | P a g e
3) Kemudian atur Volt/Div sebesar 5 Volt/Div
4) Untuk mengukur tegangan yang akan terbaca dengan osiloskop ,
hubungkan kabel probe dengan secara paralel pada tiap resistor dan
tegangan resitor.
5) Amati bentuk gelombang yang tertampil pada layar osiloskop.

E. Pertanyaan
1. Percobaan A
a. Apa saja penerapan hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari?
b. Sebuah kawat pajang 10 meter dengan diameter 2 mm dan hambatan
jenisnya 2,14.10-6 ohmmeter. Hambatan kawat tersebut adalah?
c. Diketahui nilai tegangan pada suatu rangkaian sebesar 24 volt dan nilai
arus yang terbaca pada amperemeter sebesar 10 mA. Berapakah nilai
resistansinya?
2. Percobaan B
a. Perhatikan gambar percabangan arus listrik dibawah ini!

Berapa nilai kuat arus lisrik pada cabang I4?


b. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

54 | P a g e
Tentukan besarnya kuat arus rangkaian tersebut apabila besarnya ε1 =
12 V, ε2 = 6 V, dan R1 = 2 Ω, R2 = 6 Ω, serta R3 = 4 Ω.
c. Perhatikan gambar rangkaian listrik dibawah ini!

Jika diketahui ε1 = 18 V; ε2 = 7 V; ε3 = 12 V; R1 = 24 Ω; R2 = 5 Ω; dan


R3 = 7 Ω. Maka besar kuat arus lisrik total Itotal adalah...

55 | P a g e
Modul 09
VISKOSITAS FLUIDA

A. Tujuan Percobaan
Menentukan viskositas atau kekentalan suatu zat cair

B. Teori Dasar
Viskositas atau kekentalan merupakan gaya gesekan antara molekul-
molekul yang menyusun suatu fluida (fluida itu zat yang dapat mengalir,
dalam hal ini zat cair dan zat gas). Viskositas adalah gaya gesekan internal
fluida (internal = dalam). Jadi molekul-molekul yang membentuk suatu fluida
saling gesek-menggesek ketika fluida tersebut mengalir. Pada zat cair,
viskositas disebabkan karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara
molekul sejenis). Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh
tumbukan antara molekul.
Jadi, viskositas adalah kekentalan suatu fluida yang disebabkan oleh
adanya gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida.
Viskositas juga disebut sebagai ketahanan fluida jika menerima gaya dari luar.

………………………………………………(9.1)

Keterangan:

= Viskositas (Pa.s)

= Jari-jari benda (m)

= Gravitasi bumi (m/s2)

= Massa jenis benda (kg/m3)

= Massa jenis fluida (kg/m3)

56 | P a g e
= Kecepatan benda (m/s)

Pada kenyataannya, nilai kecepatan jatuh bola dipengaruhi oleh kedekatan


bola dengan dinding tabung silinder. Oleh karena itu, untuk hasil pengukuran
yang lebih baik, bola harus dijatuhkan di tengah tabung. Namun, untuk hasil
yang lebih baik lagi, lakukan koreksi terhadapat nilai v0 menggunakan
persamaan koreksi Ladenburg:

................................ (9.2)

Dimana v adalah kecepatan bola yang terukur dan R adalah jari-jari tabung.

Viskositas fluida yang berbeda dapat dinyatakan secara kuantitatif oleh


koefisien viskositas. Berikut ini adalah tabel viskositas untuk berbagai fluida:

Tabel 9.1 Koefisien Viskositas untuk Berbagai Fluida


Fluida Temperatur (oC) Koefisien Viskositas, η (Pa.s)

0 1,8 10-3

Air 20 1,0 10-3

100 0,3 10-3

Oli Mesin (SAE 10) 30 200 10-3

Udara 20 0,018 10-3

Hidrogen 0 0,009 10-3

Uap Air 100 0,013 10-3

0 10.000 10-3
Gliserin
20 1.500 10-3

57 | P a g e
23 1.400 10-3

60 81 10-3

Viskometer adalah alat untuk mengukur kekentalan suatu fluida


berdasarkan kecepatan alir fluida tersebut. Nilai viskositas didapatkan dengan
cara mengalirkan fluida yang akan diukur viskositasnya dengan demikian,
hambatan yang mengalami benda pemutar atau dialiri akan diketahui dan
menunjukkan besar viskositas fluida tersebut.

Gambar 9.1 Alat ukur Viskometer manual

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 9.2 Alat-alat percobaan Viskositas Fluida


No. Alat Jumah
1. Stopwatch 1 buah

58 | P a g e
2. Mikrometer sekrup 1 buah
3. Gelas kimia 100 ml 1 buah
4. Tiang penahan batang 1 buah
5. Viskometer 1 set
6. Bola aluminium 2 buah
7. Pinset 1 buah
D. Prosedur Praktikum
1. Letakkan tabung viskositas pada permukaan bidang datar seperti di atas
meja yang kokoh.
2. Pasang dua buah penanda di antara jarak yang akan dilalui oleh bola.
Gunakan penanda berupa karet gelang atau tali, kemudian pasangkan di
dua lokasi yang berbeda seperti pada gambar.
3. Ukur jarak h diantara dua penanda seakurat mungkin.
4. Pastikan bahwa bola aluminium bersih dan mengkilap, bebas dari kotoran,
dan siap digunakan.
5. Gunakan mikrometer atau jangka sorong untuk mengukur diameter bola.
Ulangi pengukuran beberapa kali dan hitung rata-rata diameter untuk
memperoleh jari-jari bola.
6. Tentukan sisi penanda yang akan dijadikan acuan pengukuran waktu.
7. Isi tabung dengan cairan kental (gliserin) yang akan diukur viskositasnya.
Isi hingga mencapai 10 cm dari atas tabung.
8. Siapkan stopwatch, kemudian sambil melihat kearah tabung viskositas,
jatuhkan bola tepat di tengah permukaan zat cair dan ikuti gerakan bola.
Nyalakan stopwatch saat bola melewati batas acuan pertama (penanda
atas) dan hentikan stopwatch tepat saat bola melewati batas acuan kedua
(batas bawah).
9. Catat nilai waktu t yang dibutuhkan bola untuk bergerak sepanjang jarak h
yang tercatat oleh stopwatch hitung kecepatannya .

59 | P a g e
10. Untuk hasil yang lebih baik, ulangi langkah 8 dan 9 menggunakan bola
yang sama sebanyak 10 kali sehingga diperoleh sejumlah nilai t, kemudian
rata-ratakan nilai tersebut. Gunakan t rata-rata untuk menghitung nilai η.
11. Untuk hasil yang lebih baik lagi, lakukan koreksi nilai η menggunakan
persamaan koreksi Ladenburgh (persamaan 2).
12. Agar dapat menggunakan persamaan tersebut, ukur jari-jari dalam tabung
menggunakan jangka sorong.
13. Lakukan replikasi sebanyak 10 kali untuk masing-masing percobaan
dengan benda yang memiliki jari-jari yang berbeda.

E. Pertanyaan
1. Apa yang dimaksud dengan fluida? Sebutkan contoh zat yang termasuk
fluida!
2. Apa yang dimaksud Reynold number? Apa hubungan viskositas dengan
Reynold number? Serta jelaskan tipe aliran fluida dan hubungannya
dengan Reynold Number!
3. Suatu pipa berdiameter 40 cm dialiri air dengan densitas 1000 kg/cm3 dan
nilai viskositas absolut sebesar 0,01 poise. Jika kecepatan aliran air dalam
pipa tersebut sebesar 8,7 x 10-3 m/s maka tentukan apakah sifat aliran
tersebut.
4. Sebuah bola bermassa 30 kg/m³ dijatuhkan vertikal ke dalam suatu fluida
dengan massa jenis 2000 kg/m³ dan voskositas sebesar 2,5 x 10-3 Pa.s. Bila
dalam waktu 150 sekon menempuh jarak sejauh 97 cm, berapakah besar
diameter bola?

60 | P a g e
Modul 10
KOEFISIEN MUAI PANJANG

A. Tujuan Percobaan
Menentukan koefisien muai panjang dari dua bahan yang berbeda.

B. Teori Dasar
Muai panjang didefinisikan sebagai pertambahan panjang benda yang
panjangnya satu satuan panjang (m) dengan kenaikan suhu satu satuan suhu.
Koefisien muai panjang diperoleh dari perubahan panjang batang dengan
bahan tertentu yang memuai akibat dialiri uap panas. Misalnya sebuah benda
dengan panjang L, mengalami perubahan suhu yang besarnya ΔT. Jika ΔT
nilainya cukup kecil, maka perubahan panjang ΔL umumnya berbanding
lurus dengan L dan ΔT. Secara matematis dinyatakan dengan :
ΔL = α L ΔT ............................................ (10.1)
Dengan α adalah koefisien muai panjang bahan..

Pemuaian panjang hanya terjadi pada benda padat dan tidak terjadi pada
benda cair ataupun gas. Untuk benda padat, perubahan suhu berpengaruh
pada seluruh bagian benda. Logam merupakan benda isotropik, sehingga
hanya perlu diukur pada satu dimensi. Perubahan satu dimensi. Perubahan
satu dimensi dari benda padat, yaitu panjang, lebar, dan tebal, dinamakan
pemuaian linier. Arah pemuaian mungkin berbeda, namun jika arah
pemuaiannya sama maka disebut pemuaian isotropik.

Pada percobaan ini, akan diukur koefisien muai panjang α untuk batang
tembaga, alumunium, dan gelas.

61 | P a g e
Tabel 10.1 Nilai referensi muai panjang beberapa bahan
Bahan α/°C
Alumunium 24 x 10-6
Tembaga 17 x 10-6
Kasa borosilikat 3,3 x 10-6
Besi 12 x 10-6
Baja 11 x 10-6

C. Alat-alat Percobaan
Adapun alat-alat percobaan yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Tabel 10.2 Alat-alat percobaan Koefisien Muai Panjang


No. Alat Jumah

1. Tabung kaca 1 buah

2. Landasan tabung kaca 1 buah

3. Selang silikon 1 buah

4. Dial Indikator 1 buah

5. Batang alumunium 1 buah

6. Batang tembaga 1 buah

7. Batang kaca borosilikat 1 buah

8. Pembangkit uap 1 buah

9. Termometer 1 buah

10. Pemanas listrik 1 buah

D. Prosedur Praktikum
a. Persiapan Alat
1. Rangkai alat muai panjang seperti pada Gambar 10.1

62 | P a g e
2. Peralatan terdiri dari sebuah jaket/tabung uap dengan alat ukur (dial
indicator) untuk mengukur ΔL batang. Uap dialirkan dari pembangkit
uap kedalam tabung uap menggunakan selang.

Gambar 10.1 Alat muai panjang

3. Perhatikan cara pembacaan skala pada alat ukur yang memiliki


ketelitian 0,01 mm. Satu garis skala pada penunjuk panjang bernilai
0,01 mm sehingga satu skala penuh bernilai 1 mm (skala yang terbaca
dibagi 100). Sedangkan satu garis skala pada skala penunjuk pendek
bernilai 1 mm.
4. Saat pengukuran, perhatikan skala penunjuk pendek terlebih dahulu,
kemudian baca skala yang ditunjuk oleh jarum panjang.
5. Harap berhati-hati terhadap uap dan logam panas pada percobaan ini.

b. Langkah-Langkah Percobaan
1. Ukur panjang batang tembaga pada suhu kamar (L). Catat hasil
pengukuran di Tabel 1 sebagai nilai Li.
2. Masukkan batang kedalam tabung kaca seperti pada Gambar 10.1.
Salah satu ujung batang dipasang pada sekrup ujung tetap dan ujung
lain batang menekan lengan alat ukur sebesar ΔL
CATATAN : Gunakan kain, sapu tangan, atau sarung tangan saat
menyentuh batang logam agar tidak meningkatkan suhu batang
tersebut.

63 | P a g e
3. Putar casing alat ukur untuk mensejajarkan titik nol pada skala dengan
jarum penunjuk panjang. Saat batang memuai, jarum penunjuk akan
bergerak berlawanan dengan arah jarum jam.
4. Nyalakan pemanas listrik. Pilih pengaturan pemanas listrik yang
sesuai dengan kebutuhan, tidak diskala maksimum.
5. Saat uap mulai mengalir, perhatikan alat ukur dan termometer.
Tunggu hingga pembacaaan suhu pada termometer stabil.
6. Catat nilai suhu yang diukur termometer (Tf) dan pemuaian panjang
batang logam (ΔL) yang ditunjukkan oleh perpindahan jarum
penunjuk alat ukur ΔL. (baca cara membaca alat ukur dibagian
“Persiapan Alat”). Ingat bahwa ΔL merupakan selisih antara
pembacaan alat ukur sebelum dan sesudah dialiri uap.
7. Matikan pemanas listrik
8. Ulangi percobaan untuk batang alumunium dan batang gelas kaca
borosilikat.

PERHATIAN : Berhati-hatilah terhadap air kondensasi didalam tabung uap


atau saat melepaskan batang yang masih panas karena dapat menyebabkan
luka bakar.
E. Pertanyaan
1. Apa saja faktor yang dapat mempengaruhi proses pemuaian zat padat.
Jelaskan!
2. Sebutkan dan jelaskkan aplikasi proses pemuaian zat padat dalam dunia
Teknik (minimal 3)!
3. Sebatang aluminium memiliki Panjang 200 mm pada suhu 253 K. jika
koefisien muai Panjang aluminium 24.10-6/oC maka pertambahan luas
pada suhu 80oC adalah.…m2
4. Sebuah jendela kaca berukuran 40 cm x 50 cm pada suhu 20oC. Koefisien
muai Panjang kaca 0.4.10-5/K. berapakah ukuran jendela kaca jika suhunya
naik menjadi 50oC

64 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai