PRAKTIKUM HIDRAULIKA
EDISI III
KELOMPOK : ....................................................
ASISTEN : ...................................................
NAMA : ....................................................
MODUL PRAKTIKUM
HIDRAULIKA
i
KATA PENGANTAR
Petunjuk praktikum ini kami susun untuk melengkapi materi praktikum mahasiswa
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNJANI yang diselenggarakan di
Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidraulika oleh Jurusan Teknik Sipil Fakultas
Teknik UNJANI.
Kami menyadari bahwa penyusunan buku petunjuk ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan. Akhir kata kami
ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya buku
petunjuk praktikum ini.
Tim Penyusun
1. Muhammad Rafi Imanudin (2411171119)
2. Rifaldi Aji Sarifudin (2411171075)
3. Hilda Afrianthy (2411171087)
4. Cesare Adi Nugraha (2411181039)
5. Carrentina Octaviani (2411181065)
6. Reisfa Nur Amelia (2411181114)
ii
TATA TERTIB PRAKTIKUM
A. PRAKTIKUM
1. Semua peserta praktikum wajib datang untuk mengikuti praktikum
sesuai jadwal yang telah ditentukan.
2. Peserta yang tidak dapat hadir pada saat praktikum dikarenakan sakit
wajib melampirkan surat dokter.
3. Berkaitan dengan point 1 dan 2, jika praktikan berhalangan hadir wajib
ijin terlebih dahulu kepada Asisten Laboratorium satu hari sebelum
praktikum, ijin pada saat hari praktikum praktikan dianggap tidak hadir.
4. Praktikan wajib datang 15 menit sebelum praktikum di mulai, terhitung
dari jam yang sudah ditentukan pada jadwal.
5. Keterlambatan maksimal 10 menit terhitung setelah jam praktikum yang
tercantum pada jadwal. Lebih dari itu praktikan dianggap tidak hadir atau
tidak mengikuti praktikum.
6. Dilarang merokok di dalam maupun di luar laboratorium pada saat
parktikum dilaksanakan.
7. Praktikan tidak diperkenankan untuk membawa senjata tajam, obat –
obatan terlarang, dan minuman keras.
8. Praktikan tidak diperkenankan untuk minum atau makan pada saat
pelaksanaan praktikum.
9. Peserta wajib membawa perlengkapan yang diperlukan pada saat
praktikum, kalkulator, mistar 30 cm, dan Buku petunjuk praktikum.
10. Praktikan wajib mengenakan pakaian rapih dan sopan, praktikan tidak
diperkenankan memakai celana pendek, sandal jepit, dan atribut lainnya
yang tidak wajar pada saat praktikum.
11. Praktikan wajib menjaga kebersihan laboratorium dan membersihkan
kembali laboratorium setelah kegiatan praktikum, jika tidak maka akan
diberikan pengurangan point bagi kelompok.
12. Tidak ada praktikum dan ujian susulan.
iii
B. PENGGUNAAN ALAT
1. Setelah dipergunakan, semua peralatan laboratorium harus dikembalikan
dalam keadaan baik dan bersih.
2. Kerusakan dan kehilangan peralatan laboratorium, karena kelalaian
menjadi tanggung jawab praktikan.
C. PENYUSUNAN LAPORAN
1. Lembar data dibuat rangkap 2 (satu untuk laboratoriu, dan satu untuk
mahasiswa).
2. Lembar data untuk laboratorium harus sudah diserahkan setelah
praktikum selesai.
3. Laporan diketik dan diasistensikan kepada asisten laboratorium
maksimal 1 minggu setelah waktu yang ditentukan.
4. Laporan yang sudah diketik kemudian ditulis tangan perorangan dan
diasistensikan kembali kepada asisten laboratorium 1 minggu setelah
laporan ketik di ACC.
5. Minimal asistensi 5x setelah praktikum dilaksanakan.
6. Proses asistensi dapat dilakukan di lingkungan kampus dan tidak
diperkenankan di luar lingkungan kampus.
iv
DAFTAR ISI
v
1.7.1. Kesimpulan................................................................................ 2-9
1.7.2. Saran ......................................................................................... 2-9
Modul 2 Loncatan Air Pada Saluran Terbuka ............................................... 2-10
2.1. Pendahuluan ......................................................................................... 2-10
2.2. Tujuan Percobaan ................................................................................. 2-12
2.3. Alat-alat Praktikum .............................................................................. 2-12
2.4. Prosedur Percobaan .............................................................................. 2-12
2.5. Data dan Hasil Percobaan ..................................................................... 2-13
2.6. Analisis Data ........................................................................................ 2-14
2.6.1. Menentukan Jenis Aliran........................................................... 2-14
2.6.2. Perhitungan Parameter Loncat Air .......................................... 2-17
2.7. Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 2-18
2.7.1. Kesimpulan................................................................................ 2-18
2.7.2. Saran ......................................................................................... 2-18
Modul 3 Debit Aliran pada Saluran Terbuka dengan Ambang .................... 2-19
3.1. Pendahuluan ......................................................................................... 2-19
3.2. Tujuan Percobaan ................................................................................. 2-21
3.3. Alat-alat Praktikum .............................................................................. 2-21
3.4. Prosedur Percobaan .............................................................................. 2-21
3.5. Data dan Hasil Percobaan ..................................................................... 2-22
3.6. Analisis Data ........................................................................................ 2-23
3.6.1. Menghitung Kecepatan Aliran .................................................. 2-23
3.6.2. Perhitungan Debit Aliran.......................................................... 2-23
3.7. Kesimpulan dan Saran .......................................................................... 2-24
3.7.1. Kesimpulan................................................................................ 2-24
3.7.2. Saran ......................................................................................... 2-24
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Hitungan profil muka air dengan metode integrasi grafis.......... 1-30
Tabel 1. 1 Data hasil pengukuran lebar dan kedalaman saluran ................. 2-4
Tabel 1. 2 Data hasil pembacaan kedalaman air normal dari pelimpah...... 2-4
Tabel 1. 3 Data hasil pembacaan jarak muka air normal dari pelimpah ..... 2-4
Tabel 1. 4 Jenis aliran pada pelimpah … berdasarkan kedalaman ............. 2-7
Tabel 1. 5 Jenis aliran pada pelimpah … berdasarkan jarak ....................... 2-7
Tabel 1. 6 Perhitungan metode tahapan langsung ....................................... 2-8
Tabel 1. 7 Perhitungan metode integrasi grafis........................................... 2-9
Tabel 2. 2 Pembacaan elevasi muka air pada saluran terbuka .................... 2-13
Tabel 2. 3 Jenis aliran dengan pintu air....................................................... 2-16
Tabel 2. 4 Jenis aliran dengan bendung ...................................................... 2-16
Tabel 2. 5 Parameter loncat air pada pintu air ............................................ 2-18
Tabel 3. 1 Dimensi ambang ........................................................................ 2-22
Tabel 3. 2 Pembacaan elevasi muka air dengan ambang ............................ 2-22
viii
BAB 1 Teori Pendukung
1.1. Manometer
Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur
perbedaan tekanan. Prinsip manometer adalah apabila zat cair dalam kondisi
keseimbangan maka tekanan di setiap titik pada bidang horizontal untuk zat cair
homogen adalah sama.
1-1
1.2. Hukum Kontinuitas
Hukum Kontinuitas memastikan bahwa debit air yang masuk akan sama dengan
debit air yang keluar pada sebuah penampang tertutup. Prinsip ini dapat digunakan
untuk menghitung debit air yang melewati saluran melalui alat venturimeter.
Persamaan hukum kontinuitas dapat dilihat sebagai berikut:
Q = v×A (1.1)
Qmasuk = Q keluar (1.2)
A1 × v1 = A2 × A2 (1.3)
Dengan:
Q = Debit aliran (m3/detik)
v = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang aliran (m2)
1-2
Gambar 1. 3 Penerapan Hukum Bernaulli
P1 v1 2 P2 v2 2
Z1 + + = Z2 + + (1.4)
ρ×g 2g ρ×g 2×g
atau
P1 − P2 v1 2 − v2 2
Z1 − Z2 + + =0 (1.5)
ρ×g 2×g
1-3
P = Keliling basah (m)
IO = Kemiringan dasar saluran
3 Q 2
√ B)
( (1.10)
yc =
g
Dengan:
yc = Kedalaman kritis (m)
Q = Debit aliran (m3/detik)
B = Lebar penampang saluran (m)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
1-4
v = Kecepatan aliran (m/detik)
A = Luas penampang basah (m2)
B = Lebar permukaan air (m)
Q = Debit aliran (m3/detik)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
Berdasarkan posisi muka air yang terjadi terhadap kedudukan kedalaman air normal
(yn) dan kedalaman kritis (yc). Daerah 1 kedalaman air diatas yn dan yc, daerah 2
diantara yn dan yc, daerah 3 dibawah yn dan yc. Gambar profil muka air dapat dilihat
pada Gambar 1.4 sebagai berikut:
1-5
Gambar 1. 4 Profil muka air
1-6
Metode Tahapan Langsung (Direct Step Method)
v2
E = y+ (1.12)
2×g
Q2 × n2
If = (1.13)
A2 × R4/3
E1 − E1
∆x = (1.14)
IO − If
Dengan:
∆x = Jarak antara penampang 1 dan 2 (m)
E = Tinggi energi spesifik (m)
y = Kedalaman aliran air (m)
If = Kemiringan garis energi
v = Kecepatan aliran (m/detik)
n = Koefisien kekasaran Manning
R = Radius hidraulik (m)
g = Percepatan gravitasi (m/detik2)
1-7
Persamaan Umum
Tinjau saluran dengan muka air dimana perubahan muka air penampang 1 & 2
disebabkan oleh rintangan dengan gaya luar P pada aliran.
Asumsi
1. Distribusi kecepatan seragam & distribusi tekanan hidrostatis.
2. Dasar mendatar.
3. Tegangan geser batas diabaikan.
P1 − P2 = ρ Q (v2 − v1 ) (1.15)
1 1
( ρ g 𝑦1 2 − ρ g 𝑦2 2 ) B = ρ v1 y1 B (v2 − v1 ) (1.16)
2 2
1
ρ g (𝑦1 2 − 𝑦2 2 ) = ρ v1 y1 (v2 − v1 ) (1.17)
2
2 v1 y1
(y1 − y2 ) (y1 + y2 ) = (v2 − v1 ) (1.18)
g
Persamaan Kontinuitas:
y2
q = v1 y1 = v2 y2 → v2 = v (1.19)
y1 1
2 v1 2 y1
→ (y1 − y2 ) (y1 + y2 ) = (y1 − y2 ) (1.20)
g y2
2 v1 2 y1
(y1 + y2 ) = (1.21)
g y2
1-8
y2 y2 v1
(1 + ) = 2 Fr1 2 (Fr1 = ) (1.22)
y1 y1 √g y1
y2 1
= (√1 + 8 Fr1 2 − 1) → Momentum Balanger (1.23)
y1 2
y2 1
= (√1 + 8 Fr2 2 − 1) (1.24)
y1 2
8 Fr1
Fr2 = 3 (1.25)
(√1 + 8 Fr1 3 − 1)
2 q2
y1 y2 (y1 + y2 ) = (1.26)
g
Kehilangan Energi
Energi spesifik:
v1 2 q2
E1 = y1 + = y1 + (1.27)
2g 2 g y2 2
q2 y2 2 − y1 2
∆H = E1 − E2 = (y1 − y2 ) + (1.28)
2 g 4 y1 2 y2 2
y1 y2 (y1 + y2 ) ( y2 2 − y1 2 )
∆H = (y1 y2 ) + (1.29)
4 y1 2 y2 2
(y1 − y2 )3
∆H = (1.30)
4 y1 y2
1-9
1.7.1. Panjang Loncatan
Jarak antara titik awal loncatan air s/d titik pada permukaan air setelah gulungan
berakhir. Secara teoritis sulit ditentukan, maka diteliti masing-masing penyeldik:
1. Bliss & Chu : L/y2 ~ 4 @ 5 (1.31)
2. Smetana :L ~ 6 (y2 – y1) (1.32)
3. Silvester (1964) : L/y1 = 9.75 (F1 – 1)1.01 (1.33)
4. USBR :
1-10
1.7.2. Klasifikasi Loncatan Air Berdasarkan Bilangan Froude
Loncatan air tergantung pada bilangan Froude. Klasifikasi berdasarkan
penyelidikan USBR – menurut bilangan Froude aliran data :
1. Fr =1 : Aliran kritis, tidak berbentuk loncatan air.
2. Fr = 1 – 1,7 : Permukaan air mulai bergelombang kecil/ombak pada
permukaan air.
Loncatan Air Berombak (Undular Jump)
1-11
5. Fr = 4,5 – 9 : Timbul gulungan permukaan di bagian hilir pancaran
dengan kecepatan tinggi. Keadaan dan letak loncatan air
tidak banyak dipengaruhi perubahan kedalaman air hilir.
Seimbang dan baik, peredaman energi = 45 – 70 %
Loncatan Air Seimbang/Tetap (Steady Jump)
1.7.3. Aplikasi
Loncatan air berguna untuk meredam kelebihan energi pada daerah aliran super
kritis, selain itu berfungsi sebagai berikut:
1. Melindungi dasar saluran dari gerusan.
2. Dibatasi sebagian/seluruhnya dengan kolam olakan (stilling basin)
dengan dasar yang diperkuat.
1-12
Dapat dibuat ambang pengontrol :
1. Mengendalikan loncatan air.
2. Memperpendek jarak loncatan.
3. Memperbesar fungsi peredaman energi.
4. Menstabilkan kerja loncatan.
5. Menambah faktor keamanan.
1-13
1.7.5. Macam-macam Loncatan
Loncatan air terdiri dari 3 macam, yaitu sebagai berikut:
1. Loncatan dalam Konstraksi Aliran (Vena Contracta)
Kedalaman air dihilir (y2’) = kedalaman akhir konjugasi (y2).
Loncatan air terjadi langsung di hilir kedalaman awal konjugasi (y1)
Keadaan ideal untuk perlindungan terhadap gerusan.
2. Loncatan Mundur
Kedalaman air dihilir (y2’) < kedalaman akhir konjugasi (y2).
Loncatan air bergeser ke hilir.
3. Loncatan Tenggelam
Kedalaman air dihilir (y2’) > kedalaman akhir konjugasi (y2).
Loncatan air terdorong ke hulu Tenggelam
1-14
1.7.6. Aliran Berubah Beraturan
Penurunan persamaan dasar aliran berubah beraturan dilakukan dengan
menggunakan gambar 1.17. Gambar tersebut merupakan profil muka air dari aliran
berubah berarturan pada elemen sepanjang dx yang dibatasi tampang 1 dan 2.
Tinggi tekanan total terhadap garis referensi pada tampang 1 yaitu sebagai berikut:
v2
H = z + d cos θ + 𝑎 (1.34)
2×g
Dengan:
H = Tinggi tekanan total (m)
z = Jarak vertikal dasar saluran terhadap garis referensi (m)
d = Kedalaman aliran dihitung terhadap garis tegak lurus dasar (m)
θ = Sudut kemiringan dasar saluran (˚)
𝑎 = Koefisien energi (m2)
v = Kecepatan aliran rata-rata pada tampang 1 (m/detik)
1-15
Koefisien 𝑎 biasanya mempunyai nilai antara 1,05 dan 1,40 yang dihitung
berdasarkan distribusi vertikal dari kecepatan. Karena profil kecepatan ini tidak
diketahui, maka biasanya koefisien tersebut dihilangkan (dianggap 𝑎 = 1). Pada
pengaliran berubah beraturan, sudut kemiringan dasar saluran biasanya kecil hingga
d cos θ ≈ y. Dengan demikian persamaannya dapat ditulis menjadi:
v2
H= z+y+ (1.35)
2×g
Apabila suku kedua dariruas kiri dikalikan dx/dy dan kemudian diselesaikan untuk
mencari dy/dx, maka akan didapat:
dy Io − If
=
dx d v2
1 + dy (2 × g) (1.39)
d v2
Di dalam pengaliran berubah beraturan nilai ( ) merupakan perubahan tinggi
dy 2g
kecepatan. Oleh karena v = Q/A dengan Q adalah konstan dan dA/dy = T, maka
tinggi kecepatan dapat dikembangkan sebagai berikut:
d v2 Q2 dA−2 Q2 dA
( )= =− 3 (1.40)
dy 2 × g 2 × g dy gA dy
atau
1-16
d v2 Q2 × T
( )=− (1.41)
dy 2 × g g × A3
Dengan demikian persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk:
dy Io − If
=
dx Q2 × T (1.42)
1−
g × A3
atau
n2 × Q2
If =
A2 × R4/3 (1.44)
atau
Q2 × P
If =
C2 × A3 (1.46)
1-17
dy
Jika dx = 0, maka muka air sejajar dengan dasar saluran.
dy
Jika dx > 0, kedalaman air bertambah dengan arah aliran di sepanjang saluran.
dy
Jika dx < 0, kedalaman air berkurang dengan arah aliran disepanjang saluran.
1.8. Pelimpah
Pelimpah didefinisikan sebagai bukaan pada salah satu sisi kolam atau tangki
sehingga zat cair (biasanya zat cair) di dalam kolam tersebut melimpas di atas
pelimpas. Pelimpah ini serupa dengan lubang besar dimana elevasi permukaan zat
cair di sebelah hulu lebih rendah dari sisi atas lubang Gambar 1.19 (b).
Lapis zat cair yang melimpas di atas ambang pelimpah disebut dengan tiang tinggi
pelimpahan. Pelimpah biasanya digunakan untuk mengukur debit aliran. Di dalam
bangunan irigasi pelimpah ditempatkan pada saluran irigasi yang berfungsi untuk
mengukur debit aliran melalui saluran.
Berdasarkan bentuk puncaknya pelimpah bisa berupa ambang tipis atau ambang
lebar. Pelimpah disebut ambang tipis apabila tebal pelimpah 0,5 H < t < 0,66 H dan
disebut ambang lebar apabila t > 0,66 H. Apabila 0,5 H < t < 0,66 H keadaan aliran
adalah tidak stabil, dimana dapat terjadi kondisi aliran melalui pelimpah ambang
tipis atau ambang lebar. Gambar 1.19 (a) adalah pelimpah ambang tipis, yang
terdiri dari plat tipis dengan puncak tajam. Sedangkan gambar 1.19 (b) adalah
pelimpah ambang lebar. Bagian hulu dari puncaknya bisa berbentuk siku atau
dibulatkan.
1-18
Apabila panjang pelimpah sama dengan lebar kolam/saluran disebut pelimpah
tertekan seperti Gambar 1.20 (a). Pelimpah tertekan biasanya berbentuk segi empat.
Pelimpah ini tidak mengalami kontraksi samping. Apabila panjang pelimpah tidak
sama dengan lebar kolam/saluran, maka pelimpah mengalami kontraksi samping.
Pelimpah tipe ini disebut pelimpah dengan kontraksi samping Gambar 1.20 (b).
Menurut elevasi muka air di hilir, pelimpah bisa dibedakan menjadi pelimpah
terjunan (sempurna) dan pelimpah terendam (tak sempurna). Pelimpah disebut
terjunan apabila muka air hilir di bawah puncak pelimpah Gambar 1.21 (a),
sedangkan pelimpah terendam apabila muka air hilir di atas puncak pelimpah
Gambar 1.21 (b).
1-19
1.8.1. Debit Aliran Melalui Pelimpah Segi Empat
Dipandan suatu pelimpah segiempat di mana air mengalir seperti yang ditunjukkan
pada Gambar 1.23 dalam gambar tersebut H adalah tinggi pelimpahan (tinggi air di
atas ambang pelimpah), b adalah lebar pelimpah. Koefisien debit adalah Cd.
Dipandan suatu pias horizontal air setebal dh pada kedalaman h dari muka air.
Dengan menggunakan persamaan Bernoulli untuk titik 1 dan 2 (pada pias) maka:
P1 v1 2 P2 v2 2
z1 + + = z2 + + (1.47)
γ 2×g γ 2×g
Apabila di sebelah hulu pelimpah berupa kolam besar sehingga v1 = 0, dan tekanan
pada pias adalah atmosfer maka:
v2 2
z1 + 0 + 0 = z2 + 0 + (1.48)
2×g
atau
V2 = √2 × g (z1 × z2 ) = √2 × g × h (1.49)
∆H = b √2 × g × h1/2 × dh (1.52)
1-20
Debit total seluruh pelimpah dapat dihitung dengan mengintegralkan persamaan
1.53 di atas dari h = 0 pada muka air sampai h = H pada puncak ambang.
H
H
Q = Cd × b √2 × g ∫ h1/2 × dh = Cd × b √2 × g × [h3/2 ]0 (1.54)
0
2
Q = × Cd × b √2 × g × H 3/2 (1.55)
3
Apabila air yang melalui pelimpah mempunyai kecepatan awal maka dalam rumus
debit tersebut tinggi pelimpahan harus ditambah dengan tinggi kecepatan h a = v2/2g,
sehingga debit aliran menjadi:
2
Q = × Cd × b√2 × g × [(H + ha )3/2 − ha 3/2 ] (1.56)
3
1-21
α
b = 2 (H − h) tg dh (1.58)
2
Luas pias:
α
da = 2 (H − h) tg dh (1.59)
2
α 2 2 (1.66)
2Cd tg √2g ( H5/2 − H5/2 )
2 3 5
8 α (1.67)
Q = Cd tg √2g H 5/2
15 2
Apabila sudut α = 90º; Cd = 0,6 dan percepatan gravitasi g = 9,81 m/d², maka debit
aliran:
Q = 1,417 × H3/2 (1.68)
1-22
1.8.3. Debit Aliran Melalui Pelimpah Trapesium
Pelimpah trapesium merupakan gabungan dari pelimpah segi empat dan dua
pelimpah segitiga seperti ditunjukkan dalam gambar 1.26, dengan demikian debit
aliran melalui pelimpah tersebut adalah jumlah dari debit melalui pelimpah segi
empat dan pelimpah seitiga.
2 1 8 ∝ 1
Q = Cd1 b √2g H ⁄2 + Cd2 √2g tg H ⁄2 (1.69)
3 15 2
Dengan:
H = Tinggi pelimpahan (m)
Cd1 = Koefisien debit bagian segiempat
Cd2 = Koefisien debit bagian segitiga
b = Lebar bagian segiempat (m)
α = Sudut antara sisi pelimpah dengan garis vertikal (0)
1-23
Gambar 1. 27 Pelimpah ambang lebar
Debit aliran:
Q = Cd b h v = Cd b h√2g (H − h) (1.73)
Dari persamaan di atas terlihat bahwa debit aliran akan maksimum apabila nilai
(Hh2 - h3) maksimum, yang diperoleh dengan mendiferensialkan persamaan Q
terhadap h dan kemudian menyamakannya dengan nol.
dQ d 1
= Cd b √2g (Hh2 − h3 ) ⁄2 = 0 (1.75)
dh dh
2 Hh − 3 h2
1⁄ = 0 (1.76)
2 (Hh2 − h3 ) 2
1-24
2 Hh − 3 h2 = 0 (1.77)
2H−3h = 0 (1.78)
atau
2
h = H (1.79)
3
2 3
Q maks = Cd b √2g√H (2) − (2 H) (1.80)
3 3
2 Hh − 3 h2 4 8 3
1 = Cd b √2g√ H3 − H (1.81)
2 (Hh2 − h3 ) ⁄2 9 27
4 3
2 Cd b √2g√ H
2 Hh − 3 h = 27 (1.82)
2 H
2 H − 3 h = Cd b √2g H√ (1.83)
3 3
dQ 2 3
= Cd b √2g H ⁄2 (1.84)
dh 3√3
3⁄
Qmaks = 0,384 Cd b √2g H 2 (1.85)
Untuk percepatan gravitasi g = 9,81 m/d2.
3⁄
Qmaks = 0,384 Cd b √2 × 9,81 H 2 (1.86)
3⁄
Qmaks = 0,384 Cd b √2g H 2 (1.87)
atau
Qmaks = 1,71 Cd b H 3⁄2 (1.88)
1-25
aliran adalah jumlah aliran melalui tinggi pelimpasan bebas sebesar (H 1 - H2) dan
bagian aliran yang terendam dengan tinggi pelimpasan H2, jadi:
Q = Q1 + Q 2 (1.89)
Debit aliran pada pelimpasan bebas:
2 3
Q = Cd b √2g (H1 − H2 ) ⁄2 (1.90)
3
Debit aliran pada bagian pelimpasan terendam,
Q2 = Cd b √2g (H1 − H2 ) (1.91)
Sehingga,
2 3⁄
Q2 = Cd b√2g (H1 − H2 ) 2 + Cd b√2g (H1 − H2 ) (1.92)
3
1-26
Gambar 1. 29 Metode langkah langsung
v1 2 v2 2
z1 + y1 + = z2 + y2 + + hf (1.93)
2×g 2×g
mengingat:
z1 − z2 = IO × ∆x (1.94)
dan
hf = If × ∆x (1.95)
maka:
v1 2 v2 2
IO × ∆x + y1 + = y2 + + If × ∆x (1.96)
2g 2g
∆x = v2 2 v 2 (1.97)
(y2 + ) − (y1 + 1 )
2×g 2×g
IO − If
atau
ES2 − ES1
∆x = (1.98)
IO − If
Dengan mengetahui karakteristik aliran dan kekasaran pada satu penampang maka
kecepatan dan kedalaman aliran di penampang yang lain dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan diatas. Kemiringan garis energi If adalah nilai rata-rata
penampang 1 dan 2, yang dapat didasarkan pada persamaan Manning dan Chezy.
Apabila karakteristik aliran di kedua tampang diketahui maka jarak antara tampang
dapat dihitung dengan rumus diatas.
1-27
1.10. Metode Integrasi Grafis
Metode ini dapat digunakan untuk semua tipe aliran berubah beraturan, yang
didasarkan pada integrasi persamaan secara grafis. Prinsip dasar dan aplikasi
metoda tersebut akan dijelaskan di bawah. Persamaan dapat ditulis dalam bentuk :
dx Q² × T
1−
= g × A³ (1.99)
dy
Io − If
Ruas kanan dari persamaan di atas hanya merupakan fungsi dari y untuk bentuk
saluran tertentu, sehingga dapat ditulis sebagai f (y), sehingga persamaan menjadi :
dx = f (y) dy (1.100)
Dipandang suatu pias saluran yang dibatasi dua tampang lintang yang berjarak x 1
dan x2 dari titik O yang mempunyai kedalaman y1 dan y2 , lihat Gambar 1.30 (a).
Dari gambar tersebut didapat persamaan sebagai berikut:
x = x 2 − x1 (1.101)
y2 y2
x2
dx
∫ dx = ∫ f (y) dy = ∫ dy (1.102)
x1 dy
y1 y1
dx
Dengan menggunakan persamaan untuk setiap nilai y dapat dihitung nilai , dan
dy
dx
selanjutnya dapat digambar grafik hubungan antara dy
dan y seperti terlihat dalam
1-28
gambar 1.30 (b). Seperti terlihat dalam persamaan nilai x adalah sama dengan
dx
luasan yang diarsir, yang dibentuk oleh kurva, sumbu x dan ordinat dari pada
dy
nilai y1 dan y2. Dengan menghitung luasan tersebut maka dapat diperoleh nilai x.
Contoh
Suatu saluran segi empat dengan lebar dasar B = 10 m. kedalaman air normal yn =
2,71 m dan kedalaman air di batas hilir adalah 4,87 m. Kemiringan saluran I o =
0,0005. Koefisien kekasaran Chezy C = 50 m2 /d. Koefisien Coriolis α = 1,11 dan
percepatan gravitasi g = 9,81 m/d2 . Hitung profil muka air dengan metode integrasi
grafis.
Penyelesaian
Luas tampang basah : A = 10 × 2,71 = 27,1 m2
Keliling basah : P = 10 + 2 × 2,71 = 15,42 m2
A
Jari-jari hidraulis : R = P = 1,76 m
α × Q2 T 1,11 × 40,22 10
1− × 1 − ×
g A³ 9,81 A³
f (y) = =
IO − If 0,0005 − If
1828,5
1−
f (y) = A³
0,0005 − If
Di mana nilai If dapat dihitung dengan rumus Chezy :
Q = A × C × R√2 × If √2
atau
Q² (40,2)² 0,6464
If = = =
2
R × A × C² 2
R × A × 50² R × A2
1-29
Hitungan selanjutnya berdasarkan persamaan-persamaan diatas, dilakukan dengan
menggunakan tabel dibawah. Nilai y pada kolom kedua dari tabel tersebut
ditentukan secara sembarang kecuali nilai pada batas hulu dan hilir yang telah
diketahui.
Hubungan antar y dan f (y) dibuat dalam bentuk grafik di bawah. Jarak antara dua
stasiun adalah sama dengan luas dari masing- masing pias pada grafik.
1-30
0,29
xO − x1 = xO1 = (∞ + 6565) × = ∞
2
0,50
x1 − x2 = x12 = (6565 + 3924) × = 2622 m
2
0,50
x2 − x3 = x23 = (3924 + 3055) × = 1745 m
2
0,50
x3 − x4 = x34 = (3055 + 2685) × = 1435 m
2
0,37
x4 − x5 = x45 = (2685 + 2524) × = 964 m
2
Jarak kumulatif :
xmax − x4 = 964 m
xmax − x3 = 2399 m
xmax − x2 = 4144 m
xmax − x1 = 6766 m
xmax − x0 = ∞
1-31
BAB 2 Petunjuk Praktikum
Modul 1
Aliran Air pada Saluran Terbuka
1.1. Pendahuluan
Saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas disebut saluran
terbuka. Contoh dari saluran terbuka adalah sungai, saluran irigasi, drainase dan
saluran-saluran lain yang bentuk dan kondisi geometrinya bermacam-macam.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa tipe aliran saluran terbuka adalah:
2-1
a. Aliran Tidak Tetap Berubah Lambat Laun (Gradually Varied Unsteady
Flow)
b. Aliran Tidak Tetap Berubah dengan Cepat (Rapidly Varied Unsteady
Flow)
Perbedaan aliran tetap dan aliran tidak tetap: WAKTU sebagai ukuran. Dikatakan
aliran tetap bila kedalaman aliran tidak berubah/konstan selama jangka waktu
tertentu. Perbedaan aliran seragam dan aliran berubah: RUANG sebagai ukuran.
Dikatakan aliran seragam bila kedalaman aliran sama/konstan pada setiap
penampang saluran.
2-2
3. Pompa Centrifugal
4. Pelimpah
5. Stopwatch
6. Mistar
2-3
Tabel 1. 1 Data hasil pengukuran lebar dan kedalaman saluran
Segmen Lebar (cm) Kedalaman (cm) Luas (cm2)
1
2
3
4
…
Rata-rata
Tabel 1. 3 Data hasil pembacaan jarak muka air normal dari pelimpah
Titik Tinjau Kedalaman Air dari Pelimpah
No dari pelimpah (cm)
(cm) Pelimpah 1 Pelimpah 2 Pelimpah 3
1
2
3
4
…
2-4
Menghitung Luas Penampang Basah (A)
A =b×y
= …….cm2
Io = …… cm
2-5
5. Kedalaman Normal (yn)
Dengan menggambarkan metode trial and error atau dengan bantuan
perangkat solver maka dapat ditentukan nilai yn untuk setiap ruas saluran
sebagai berikut:
Diketahui :
a. Debit aliran (Q) = ..... cm3/detik
b. Lebar saluran rata-rata (b) = ..... cm
c. Kemiringan dasar saluran (Io) = ..... cm
Kedalaman normal dihitung dengan persamaan Manning :
2
Q 1 yn × b
= 3 2 × (2 × y + b)3 × √Io
yn × b [2 × yn × (0,009)32 + b × (0,009)2 ]3 n
19,5 + 2 yn
3 Q 2
( )
yc = √ B
g
= ...... cm
7. Jenis Saluran
Jenis saluran ditentukan dengan membandingkan kedalaman normal (yn)
dengan kedalaman kritis (yc).
Diketahui :
a. Kedalaman normal (yn) = ...... cm
b. Kedalaman kritis (yc) = ...... cm
Karena nilai yn ........ dari yc maka salurannya.......
2-6
8. Jenis Aliran
Jenis aliran ditentukan berdasarkan bilangan Froude.
Diketahui:
a. Kecepatan (v) = ...... cm/detik
b. Perceptan gravitasi (g) = ...... cm/detik2
c. Luas penampang basah (A) = ...... cm2
d. Lebar saluran (b) = ...... cm
Menghitung Bilangan Froud (Fr):
v
Fr = = …..
A
√g ×
b
2-7
Q
f. Kecepatan aliran (v) = v = A = ..... cm/detik
v
g. Bilangan Froude (Fr) = Fr = = .......
A
√g ×
b
Kedalaman b A P R v Q E Δx X
No ΔE Io If
(cm) (cm) (cm²) (cm) (cm) (cm/detik) (cm³/detik) (cm) (cm) (cm)
2-8
v2
i. Energi (Eatas) = E = y1 + 2g = ..... cm
v2
j. Energi (Ebawah) = E = y2 + 2g = ...... cm
Diketahui :
a. Luas tampang basah (A) = B × y = .... cm2
b. Keliling basah (P) = B + (2 × y) = …. cm
A
c. Jari-jari hidraulis (R) = P = ....m
n2 × Q2
d. Kemiringan garis energi (If) = =...
A2 × R4/3
α × Q2 T
1−
g A³
e. F (y) = = ...
IO − If
2-9
Modul 2
Loncatan Air Pada Saluran Terbuka
2.1. Pendahuluan
Pada saluran terbuka, bila kedalaman aliran mengalami perubahan, maka
permukaan air pun turut mengalami perubahan. Perubahan yang cepat pada
kedalaman aliran dari kedudukan yang rendah kedudukan yang tinggi adalah
merupakan peristiwa dalam hidraulika. Peristiwa seperti ini dalam hidraulika
disebut air loncat atau Hydrolic Jump dan alirannya dapat digolongkan dalam aliran
berubah cepat (Rapidly Varied Flow). Hal ini akan terjadi jika pada aliran tersebut
mengalami gangguan di dalam pengalirannya. Misalnya dengan adanya
pemasangan pintu sorong (penyekatan). Pintu sorong adalah sekat yang dapat diatur
bukaannya. Pada bangunan air, apliaksi pintu sorong adalah pintu pembilas.
Fungsinya yaitu untuk mencegah sedimen layang masuk ke dalam pintu
pengambilan (intake) dan membilas sedimen yang menghalangi aliran.
2-10
Dalam percobaan ini kita akan mengamati panjang loncatan juga tinggi loncatan
yang diakibatkan oleh bukaan pintu sorong.
Definisi bendung menurut ARS Group, 1982, Analisa Upah dan Bahan BOW
(Burgerlijke Openbare Werken), bendung adalah bangunan air (beserta
kelengkapannya) yang dibangun melintang sungai atau pada sudetan untuk
meninggikan taraf muka air sehingga dapat dialirkan secara gravitasi ke tempat
yang membutuhkannya.
2-11
Pada percobaan ini ada beberapa rumus yang akan digunakan untuk menghitung
gaya-gaya yang bekerja pada pintu sorong dan koefsien-koefisien lainnya. Antara
lain Persamaan Kontinuitas, Hukum Bernoulli, dan Persamaan Momentum.
2-12
4. Catat lebar dasar saluran air dari jarak tiap segmen saluran yang sudah
ditentukan;
5. Hitung kecepatan dengan cara menghitung waktu pada saat air mengalir
dari hulu sampai hilir;
6. Pasang pintu air, dan sisipkan malam di sisi sampingnya agar air tidak
rembes;
7. Hidupkan kembali alat tanpa mengubah pompa pengatur debit;
8. Ukur tinggi bukaan pintu air dan catat ketinggian y1, y2, dan y2’;
9. Setelah percobaan pintu air lakukan langkah 6-8 dengan menggunakan
bendung;
10. Gambar sketsa profil muka air sepanjang saluran dan pastikan posisi
loncatan air;
11. Matikan pompa, tutup kran pemasukan air dan keluarkan air dari dalam
alat dan simpan kembali alat-alat yang dipakai.
2-13
2.6. Analisis Data
2.6.1. Menentukan Jenis Aliran
1. Kecepatan Aliran (v)
Diketahui:
a. Panjang saluran (L) = ……. cm
b. Waktu Pengaliran (t) = ……. Detik
Menghitung Kecepatan (v)
L
v =
t
= …….cm/detik
Io = …… cm
2-14
Diketahui :
a. Debit aliran (Q) = ..... cm3/detik
b. Lebar saluran rata-rata (b) = ..... cm
c. Kemiringan dasar saluran (Io) = ..... cm
Kedalaman normal dihitung dengan persamaan Manning :
2
Q 1 y
= 3 2 × (2 ×ny× b+ b)3 × √Io
yn × b [2 × yn × (0,009)3
2 + b × (0,009)2 ]3 n
19,5 + 2 yn
3 Q 2
( )
yc = √ Bg
= ...... cm
2-15
Diketahui:
a. Kecepatan (v) = ...... cm/detik
b. Perceptan gravitasi (g) = ...... cm/detik2
c. Luas penampang basah (A) = ...... cm2
d. Lebar saluran (b) = ...... cm
Menghitung Bilangan Froud (Fr):
v
Fr = = …..
A
√g ×
b
2-16
2.6.2. Perhitungan Parameter Loncat Air
Dengan adanya bendung dan pintu air di saluran, maka akan terjadi fenomena
loncat air di hilir. Pada fenomena loncat air, perlu diperhatikan dan ditentukan
panjang, ketinggian awal dan ketinggian akhir loncat air serta kehilangan energi
pada loncat air. Parameter-parameter loncat air tersebut dapat ditentukan
berdasarkan perhitungan berikut :
Diketahui :
1. Tinggi Awal Loncat Air dari Pengukuran Bendung (y1)
a. Ysebelum = ..... cm
b. Tinggi bendung = ..... cm
c. y1 = ysebelum – tinggi bendung = ..... cm
2. Tinggi Akhir Loncat Air (y2)
a. y1 = ..... cm
b. Bilangan Froude (Fr) = ..... cm
1
c. y2 = × y1 (√1 + 8 Fr3 2 − 1) = ..... cm
2
Ambil yang terbesar dari kedua cara penentuan panjang loncar air
2-17
5. Kehilangan Energi pada Loncat Air (Δe)
a. y1 = ..... cm
b. y2 = ..... cm
( y 2 − y1 ) 3
c. Δe = = ..... cm
4 × y1 × y 2
1
g. Tinggi Akhir Loncat Air (y2) = × y1 (√1 + 8 Fr32 − 1) = ..... cm
2
2-18
Modul 3
Debit Aliran pada Saluran Terbuka dengan Ambang
3.1. Pendahuluan
Ambang adalah salah satu jenis bangunan air yang dapat digunakan untuk
menaikkan tinggi muka air serta menentukan debit aliran air. Dalam merancang
bangunan air seperti dam, bendung, dan pelimpah, perlu diketahui sifat-sifat
karakteristik aliran air yang melewatinya. Pengetahuan ini diperlukan untuk
membuat bangunan air yang akan sangat berguna dalam pendistribusian air maupun
pengaturan sungai. Dalam percobaan ini akan ditinjau aliran pada ambang yang
merupakan aliran berubah tiba-tiba. Ambang adalah penghalang yang terbenam di
bawah permukaan air. Dengan memperhatikan aliran pada ambang dapat dipelajari
karakteristik dan sifat aliran secara garis besar. Berdasarkan bidang memanjang
searah aliran, maka ambang dibagi menjadi dua tipe, yaitu:
1. Ambang Tajam (Sharp Crested Weir)
Disebut ambang tajam apabila lebar ambang (B) kurang dari setengah dari
tinggi ambang (1/2 H).
2. Ambang Lebar (Broad Crested Weir)
Apabila disebut ambang tebal (lebar) yaitu lebar ambang (B) lebih besar dari
dua pertiga tinggi ambangnya (2/3 H).
Terdapat perbedaan bentuk fisik antara ambang lebar dan ambang tajam, sehingga
mempengaruhi jatuhnya aliran. Pada ambang lebar air akan jatuh lebih lunak dari
ambang tajam, meskipun tinggi dan lebar ambang sama. Perbedaan bentuk fisik
antara ambang lebar dan ambang tajam dapat dilihat pada Gambar 3.1 di bawah ini.
2-19
Gambar 3. 2 Ambang lebar
Pada praktikum ini yang akan diamati adalah aliran dalam saluran terbuka yang
dianggap prismatik, agar dapat membantu didalam mengamati dan
menganalisanya. Ambang yang digunakan dalam percobaan ini adalah ambang
lebar dan tanpa ambang.
Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik aliran yang melalui ambang dengan
tipe karakteristik sebagai berikut:
1. Keadaan Loncat
Keadaan loncat adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran tidak
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
2. Keadaan Peralihan
Keadaan peralihan adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran
mulai dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
3. Keadaan Tenggelam
Keadaan tenggelam adalah keadaan ketika tinggi muka air di hulu saluran
dipengaruhi oleh tinggi muka air di hilir saluran.
Selanjutnya, kondisi profil aliran pada ketiga posisi diatas digambarkan. Untuk fase
air loncat akan terjadi apabila penambahan pelimpah pada hilir saluran tidak
mengakibatkan naiknya muka air di hulu. Keadaan aliran yang terjadi adalah aliran
yang sempurna (tanpa perubahan muka air) sedangkan kondisi tenggelam diperoleh
jika pada penambahan sekat di hilir saluran mempengaruhi tinggi muka air di hulu.
Untuk kondisi peralihan berada diantara kedua tingkatan diatas (hingga sedikit
sekali pengaruhnya terhadap muka air di hulu).
2-20
Untuk menggambarkan suatu profil dari aliran yang terjadi diambil titik-titik pada
setiap keadaan tinggi aliran, yang mana titik-titik tersebut akan membentuk suatu
garis-garis yang menunjukkan profil pada aliran tersebut. Selain itu akan diperoleh
suatu hubungan antara debit dengan tinggi muka air dari atas ambang, serta
hubungan antara debit dan ambang (He) dengan koefesien pengaliran (C), sehingga
dapat di peroleh gambaran karakteristik aliran yang diperoleh oleh ambang tersebut.
2-21
4. Catat lebar dasar saluran air dari jarak tiap segmen saluran yang sudah
ditentukan;
5. Hitung kecepatan dengan cara menghitung waktu pada saat air mengalir
dari hulu sampai hilir;
6. Pasang model pelimpah ambang lebar, dan sisipkan malam di sisi
sampingnya agar air tidak rembes;
7. Hidpukan kembali pompa dan catat ketinggian air pada titik-titik kritis;
8. Lakukan langkag 6-7 untuk pelimpah ambang tajam;
9. Gambar sketsa profil muka air sepanjang saluran dan pastikan posisi
loncatan air;
10. Matikan pompa, tutup kran pemasukan air dan keluarkan air dari dalam
alat dan simpan kembali alat-alat yang dipakai.
2-22
3.6. Analisis Data
3.6.1. Menghitung Kecepatan Aliran
1. Perhitungan Kecepatan Aliran pada Ambang Lebar
Diketahui:
a. Tinggi ambang lebar = …… cm
b. Tinggi air sebelum ambang (y1) = …… cm
c. Tinggi air setelah ambang (y2) = …… cm
d. Tinggi air di hulu ambang (H) = y1 – Tinggi ambang lebar = … cm
e. Tinggi air di hilir ambang (h) = y2 – Tinggi ambang lebar = … cm
f. Percepatan gravitasi (g) = …… cm/detik2
Menghitung Kecepatan (v)
v = √2 × g (H − h) = ……. cm/detik
2-23
Menghitung Debit Aliran (Q)
Q = Cd × b × h × v = .... cm3/detik
2-24