Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PRAKTIKUM HIDROLIKA

SALURAN TERBUKA

OLEH :

KELOMPOK 6
Putu Nadira Aurellia (2105561050)
Ade Utri Natalia (2105561051)
I Gusti Ngurah Nyoman Bagus Supurta (2105561052)
Cecilia Amanda (2105561055)
I Gede Gilang Baskara (2105561058)
Kadek Pande Yudistira Pradnya Mahaputra (2105561059)
Gusti Ayu Amara Vita Atiramaniya (2105561060)
Helena Lanny (2105561061)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
serta rahmat Nya, kami ddapaty melakukan dan akhirnya dapat menyusun laporan
Praktikum Hidrolika Saluran Terbuka ini, sebagai syarat untuk memenuhi
persyaratan dalam mata kuliah Hidrolika, serta untuk menunjang kemampuan kami
dalam menerapkan praktek hidrolika ini kedepannya.
Dalam menyusun laporan Praktikum Hidrolika ini, kami sadar bahwa
susunannya masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu kami memohon maaf
apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam laporan kami ini. Kami pun
membuka kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan laporan kami ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu Hidrolika, serta
seluruh pihak yang telah memberi bimbingannya pada kami selama praktikum
hingga terselesaikannya laporan praktikum ini. Besar harapan kami semoga
Laporan Praktikum Hidrolika Saluran Terbuka ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Jimbaran, 13 Desember 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
I. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1
II. LINGKUP PERCOBAAN ........................................................................... 1
III. TUJUAN DAN KEGUNAAN ................................................................. 1
IV. ATURAN MENGIKUTI PRAKTIKUM ................................................. 2
V. ISI LAPORAN ............................................................................................. 2
PERCOBAAN A .................................................................................................... 5
I. TUJUAN ...................................................................................................... 5
II. TEORI DASAR ........................................................................................... 5
III. PERALATAN .......................................................................................... 6
IV. CARA KERJA ......................................................................................... 6
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN ...................................... 7
VI. KESIMPULAN ...................................................................................... 16
PERCOBAAN B ................................................................................................... 18
I. TUJUAN .................................................................................................... 18
II. TEORI DASAR ......................................................................................... 18
III. PERALATAN ........................................................................................ 19
IV. CARA KERJA ....................................................................................... 20
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN .................................... 20
VI. KESIMPULAN ...................................................................................... 32
PERCOBAAN C ................................................................................................... 33
I. TUJUAN .................................................................................................... 33
II. TEORI DASAR ......................................................................................... 33
III. PERALATAN ........................................................................................ 34
IV. CARA KERJA ....................................................................................... 34
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN .................................... 35
VI. KESIMPULAN ...................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 40
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41

ii
PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pada mata kuliah Hidrolika mengenai penjelasan Aliran Terbuka yang
secara teoritis mengenai penjelasan fenomena aliran pada saluran terbuka yang
memiliki berbagai sifat. Sehingga, kerap kali sulit dimengerti oleh mahasiswa
secara jelas untuk meggambarkan aliran pada suatu bangunan air. Oleh karena itu,
kegiatan praktikum hidrolika Saluran Terbuka dapat membantu untuk menunjang
pemahaman mahasiswa mengenai Aliran Saluran Terbuka.

II. LINGKUP PERCOBAAN


Pada kegiatan praktikum hidrolika mengenai “Saluran terbuka” ini,
pengujiaannya dengan menggunakan 3 (tiga) jenis bangunan air dalam saluran
terbuka, yaitu:
a. Pintu Tegak (Sluice Gate)
b. Loncatan Hidarulik
c. Bendung Ambang Lebar (Board Crested Weir)
Jenis bangunan yang digunakan sesuai dengan terapan di lapangan. Hal
tersebut karena bangunan tersebut berfungsi sebagai pengontrol aliran di saluran
terbuka. Adapun materi yang diperagakan dalam percobaan ini, yaitu:
a. Debit aliran yang melalui sluice gate.
b. Loncatan Hidrolis.
c. Sifat-sifat aliran: sub-kritis, kritis dan superkritis.

III. TUJUAN DAN KEGUNAAN


Dalam praktikum hidrolika Saluran Terbuka didapatkan tujuan dan
kegunaan, meliputi:
• Tujuan Praktikum
Mahasiswa dapat mengenal dan menambah pemahaman terhadap
kaitannya dengan materi mata kuliah hidrolika mengenai Aliran Saluran

1
Terbuka, seperti sifat – sifat saluran terbuka setelah melakukan praktikum,
serta dapat menggambarkan aliran pada suatu bangunan air.
• Kegunaan Praktikum
Mahasiswa dapat mempertajam pengetahuan dan memahami mengenai
permasalahan hidrolika, khusunya pada aliran saluran terbuka.

IV. ATURAN MENGIKUTI PRAKTIKUM


a. Praktikum dikerjakan oleh mahasiswa secara berkelompok di bawah
bimbingan dari asisten yang diambil dari anggota kelompok dosen bidang
keahlian hidro di program studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Udayana.
b. Batas waktu penyelesaian laporannsetiap kelompok adalah satu bulan
setelah pelaksanaan praktikum
c. Apabila dalam batas waktu tersebut laporan belum selesai dan disetujui
oleh asisten, maka kelompok yang bersangkutan dinyatakan gugur.
d. Laporan dibuat dalam kertas dengan ukuran A4, diketik dengan jarak 1,5
spasi dan dijilid dengan warna sampul Fakultas Teknik.
e. Laporan asli dikumpul di Lab. Hidraulika, sedangkan sebagai arsip setiap
anggota kelompok berupa fotocopy-nya.
f. Pada saat berlangsungnya praktikum, setiap kelompok didampingi oleh
teknisi dan asisten. Bila asisten tidak hadir, maka pelaksanaan praktikum
akan ditunda, dan hasil praktikum harus di acc oleh asisten.
g. Setiap anggota kelompok harus hadir dan mengikuti praktikum sampai
selesai. Jika diketahui melanggar hal tersebut, maka anggota kelompok
yang bersangkutan dinyatakan gugur.

V. ISI LAPORAN
Isi laporan menyajikan bagian-bagian sebagai berikut:
I. PELAKSANAAN PERCOBAAN
1.1 TEORI DASAR
1.2 PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1.3 CARA KERJA

2
1.4 TABULASI DATA PERCOBAAN
II. HASIL DAN PEMBAHASAN
2.1 PERHITUNGAN
2.2 PEMBAHASAN
2.3 GAMBAR HASIL PERCOBAAN
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

3
PRAKTIKUM HIDROLIKA
SALURAN TERBUKA
Materi Percobaan A
Debit Aliran yang Melalui “Sluice Gate”

Dikerjakan Oleh
Putu Nadira Aurellia (2105561050)
Ade Utri Natalia (2105561051)
I Gusti Ngurah Nyoman Bagus Supurta (2105561052)
Cecilia Amanda (2105561055)
I Gede Gilang Baskara (2105561058)
Kadek Pande Yudistira Pradnya Mahaputra (2105561059)
Gusti Ayu Amara Vita Atiramaniya (2105561060)
Helena Lanny (2105561061)

Disetujui Oleh :

Nama :
NIP.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2022

4
PERCOBAAN A
Debit Aliran yang Melalui “Sluice Gate”

I. TUJUAN
a. Mendemonstrasikan aliran melalui pintu sorong.
b. Menunjukkan bahwa pintu sorong dapat digunakan sebagai alat ukur dan
pengatur debit

II. TEORI DASAR


Sluice gate mempunyai dua kondisi, yakni pengaliran bebas dan
pengaliran tenggelam. Kondisi pengaliran bebas dicapai ketika aliran di depan pintu
adalah subkritis dan di belakang pintu adalah superkiritis. Kondisi pengaliran
tenggelam akan dicapai ketika kedalaman air di belakang pintu lebih tinggi dari
bukaan pintu.
Berikut merupakan persamaan sluice gate :
a. Pengaliran bebas :
Q = Cd . b .yg 2 . g .y0

dengan
Q = debit yang melalui pintu (m3/det)
Cd = koefisien debit
b = lebar pintu
yg = tinggi bukaan pintu (m)
yo = tinggi muka air di hulu (m)
b. Pengaliran tenggelam :
Q = Cd . b . yg 2 . g .(y0 - y1 )

c. Total head di hulu dan hilir pintu


2
V0 Q2
H 0 = y0 + = y0 +
2g 2 g (y0 b) 2
2
V1 Q2
H1 = y1 + = y1 +
2g 2 g (y1 b) 2
dengan :

5
H0 = total head di hulu pintu
H1 = total head di hilir pintu
V0 = kecepatan rerata di hulu pintu
V1 = kecepatan rerata di hilir pintu
y0 = tinggi muka air di hulu pintu
y1 = tinggi muka air di hilir pintu

Vo 2
2g Total Head Line

H1 or
Ho V12 E1
or
2g
yon Eo
Q Water Surface
Vo yg
y1
V1

Section 0 Section 1

III. PERALATAN
a. Flume (saluran terbuka)
b. Pintu Tegak (sluice gate)
c. Point Gauge
d. Pitot Meter (tabung pitt dan manometer)

IV. CARA KERJA


a. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran terbuka horizontal dan posisi
pintu tegak lurus dasar saluran.
b. Letakkan point gauge di sebelah hilir dan sebelah hulu pintu.
c. Atur dan pasang Pitot Meter disisi Flume.
d. Aturlah tinggi bukaan pintu (yg) = 20 mm dari dasar saluran sebagai tinggi
bukaan awal percobaan.

6
e. Buka katup kontrol aliran pada tangki agar alir mengalir dalam Flume, dan
atur tinggi muka air di hulu (yo) = ….. mm, pastikan dalam kondisi
konstan.
f. Pada ketinggian yo dalam butir (e), ukur dan catat Q dan y1. Untuk nilai Q,
dapat dilihat langsung pada pencatat debit di dekat katup kontrol aliran
pada tangki. Dan nilai Q ini dikontrol oleh hasil pengukuran Pitot Meter.
g. Naikkan tinggi bukaan pintu (yg) sampai mencapai ketinggian maksimum
= …… mm dengan setiap interval kenaikan H = ……. mm. Dalam hal
ini ketinggian yo nilainya dipertahankan seperti dalam butir (e) dengan
variasi debit.
h. Setiap kali mengadakan perubahan tinggi bukaan pintu (yg), ukur dan catat
Q dan y1 .
i. Ulangi prosedure di atas dengan menggunakan Q yang konstan, tetapi
dengan y0 yang bervariasi (minimum 5 variasi). Catat nilai y0 dan y1.

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Tabel Hasil Percobaan :
Lebar flume ( b ) = 0,075 meter
Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/dt2
A. Hasil Pengukuran Debit (Q1 dan Q2) Dengan dua kali percobaan
untuk mendapatkan hasil rata-rata debit
• Q (debit) = volume m3 / waktu (s)
Q1 = 0,01 m3 / 8,70 s = 0,00115
Q2= 0,01 m3 / 7,68 s = 0,0013
Q1 Rata-Rata = 0,00115 + 0,0013 = 0,00245 / 2 = 0,001225
m3/waktu (s)
• Q (debit) = volume m3 / waktu (s)
Q1 = 0,01 m3 / 8,31 s = 0,001203
Q2= 0,01 m3 / 8,38 s = 0,001193
Q2 Rata-Rata = 0,001203 + 0,001193= 0,0024 / 2 = 0,001198
m3/waktu (s)

7
B. Hasil Pengukuran Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate)
dengan Q1 konstan
yg (m) y0 (m) y1(m) Q1 (m3/dt)
0,02 0,154 0,014 0,001225
0,024 0,124 0,018 0,001225
0,028 0,1 0,022 0,001225
0,032 0,08 0,026 0,001225

C. Hasil Pengukuran Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate)


dengan Q2 konstan
yg (m) y0 (m) y1(m) Q2 (m3/dt)
0,02 0,169 0,015 0,001198
0,024 0,129 0,018 0,001198
0,028 0,105 0,02 0,001198
0,032 0,09 0,025 0,001198

D. Perhitungan Percobaan A (Q1 konstan)

yg (m) y0 (m) y1(m) Q1 (m3/dt)


0,02 0,154 0,014 0,001225
0,024 0,124 0,018 0,001225
0,028 0,1 0,022 0,001225
0,032 0,08 0,026 0,001225

a. Perhitungan A0
Untuk menghitung A0 menggunakan rumus :
A0 = b x y0
1. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,02 = 0,0015 m2
2. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,024 = 0,0018 m2
3. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,028 = 0,0021 m2
4. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,032 = 0,0024 m2
-

b. Perhitungan A1
Untuk menghitung A1 menggunakan rumus :

8
A1 = b x y1
1. A1 = b x y1 = 0,075 x 0,014 = 0,00105 m2
2. A1 = b x y1 = 0,075 x 0,018 = 0,00135 m2
3. A1 = b x y1 = 0,075 x 0,022 = 0,00165 m2
4. A1 = b x y1 = 0,075 x 0,026 = 0,00195 m2

c. Perhitungan V0
Untuk menghitung V0 menggunakan rumus :
𝑸
V0 = 𝑨
𝟎

𝑄 0,001225
1. = = 0,82 m/dt
𝐴0 0,0015
𝑄 0,001225
2. = = 0,68 m/dt
𝐴0 0,0018
𝑄 0,001225
3. = = 0,58 m/dt
𝐴0 0,0021
𝑄 0,001225
4. = = 0,51 m/dt
𝐴0 0,0024

d. Perhitungan V1
Untuk menghitung V1 menggunakan rumus :
𝑸
V1 = 𝑨
𝟏

𝑄 0,001225
1. = = 1,167 m/dt
𝐴1 0,00105
𝑄 0,001225
2. = = 0,907 m/dt
𝐴1 0,00135
𝑄 0,001225
3. = = 0,742 m/dt
𝐴1 0,00165
𝑄 0,001225
4. = = 0,628 m/dt
𝐴1 0,00195

e. Perhitungan H0
Untuk menghitung H0 menggunakan rumus :
𝑽𝟎 𝟐
H0 = 𝒚 𝟎 + 𝟐𝒈

𝑉0 2 0,822
1. 𝑦0 + = 0,154 + 2(9,81) = 0,188 m
2𝑔

𝑉0 2 0,682
2. 𝑦0 + = 0,124 + 2(9,81) = 0,148 m
2𝑔

9
𝑉0 2 0,582
3. 𝑦0 + = 0,1 + 2(9,81) = 0,117 m
2𝑔

𝑉0 2 0,512
4. 𝑦0 + = 0,08 + 2(9,81) = 0,093 m
2𝑔

f. Perhitungan H1
Untuk menghitung H1 menggunakan rumus :
𝑽𝟏 𝟐
H1 = 𝒚 𝟏 + 𝟐𝒈

𝑉1 2 1,1672
1. 𝑦1 + = 0.014 + = 0,083 m
2𝑔 2(9,81)

𝑉1 2 0,9072
2. 𝑦1 + = 0.018 + 2(9,81) = 0,060 m
2𝑔

𝑉1 2 0,7422
3. 𝑦1 + = 0.022 + 2(9,81) = 0,050 m
2𝑔

𝑉1 2 0,6282
4. 𝑦1 + = 0.026 + 2(9,81) = 0,046 m
2𝑔

g. Perhitungan Cd
Untuk menghitung Cd menggunakan rumus :
𝑸
Cd = 𝒃 𝒙 𝒚
𝒈 𝒙 √𝟐𝒈 𝒙 𝒚𝟎

𝑄 0,001225
1. = = 0,470
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.02 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.154

𝑄 0.00125
2. = = 0,436
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.024 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.124

𝑄 0,001225
3. = = 0,416
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.028 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.1

𝑄 0,001225
4. = = 0,407
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.032 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.08

E. Perhitungan Percobaan A (Q2 konstan)


yg (m) y0 (m) y1(m) Q2 (m3/dt)
0,02 0,169 0,015 0,001198
0,024 0,129 0,018 0,001198
0,028 0,105 0,02 0,001198
0,032 0,09 0,025 0,001198

a. Perhitungan A0

10
Untuk menghitung A0 menggunakan rumus :
A0 = b x y0
1. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,169 = 0,013 m2
2. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,129 = 0,0097 m2
3. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,105 = 0,0079 m2
4. A0 = b x y0 = 0,075 x 0,09 = 0,0068 m2

b. Perhitungan A1
Untuk menghitung A1 menggunakan rumus :
A1 = b x y1
I. A1 = b x y1 = 0,075x 0,015 = 0,0011 m2
II. A1 = b x y1 = 0,075x 0,018 = 0,0014 m2
III. A1 = b x y1 = 0,075x 0,02 = 0,0015 m2
IV. A1 = b x y1 = 0,075x 0,025 = 0,0019 m2

c. Perhitungan V0
Untuk menghitung V0 menggunakan rumus :
𝑸
V0 = 𝑨
𝟎

𝑄 0,001198
1. = = 0,092 m/dt
𝐴0 0,013
𝑄 0,001198
2. = = 0,124 𝑚/𝑑𝑡
𝐴0 0,0097
𝑄 0,001198
3. = = 0,152 m/dt
𝐴0 0,0079
𝑄 0,001198
4. = = 0,176 m/dt
𝐴0 0,0068

d. Perhitungan V1
Untuk menghitung V1 menggunakan rumus :
𝑸
V1 = 𝑨
𝟏

𝑄 0,001198
1. = = 1,089 m/dt
𝐴1 0,0011
𝑄 0,001198
2. = = 0,856 m/dt
𝐴1 0,0014
𝑄 0,001198
3. = = 0,799 m/dt
𝐴1 0,0015

11
𝑄 0,001198
4. = = 0,631 m/dt
𝐴1 0,0019

e. Perhitungan H0
Untuk menghitung H0 menggunakan rumus :
𝑽𝟎 𝟐
H0 = 𝒚 𝟎 + 𝟐𝒈

𝑉0 2 0,0922
1. 𝑦0 + = 0,169 + 2(9,81) = 0,169 m
2𝑔

𝑉0 2 0,1242
2. 𝑦0 + = 0,129 + = 0,130 m
2𝑔 2(9,81)

𝑉0 2 0,1522
3. 𝑦0 + = 0,105 + 2(9,81) = 0,106 m
2𝑔

𝑉0 2 0,1762
4. 𝑦0 + = 0,09 + 2(9,81) = 0,092 m
2𝑔

f. Perhitungan H1
Untuk menghitung H1 menggunakan rumus :
𝑽𝟏 𝟐
H1 = 𝒚 𝟏 + 𝟐𝒈

𝑉1 2 1,0892
1. 𝑦1 + = 0.015 + 2(9,81) = 0,075 m
2𝑔

𝑉1 2 0,8562
2. 𝑦1 + = 0.018 + 2(9,81) = 0,055 m
2𝑔

𝑉1 2 0,7992
3. 𝑦1 + = 0.02 + 2(9,81) = 0,053 m
2𝑔

𝑉1 2 0,6312
4. 𝑦1 + = 0.025 + 2(9,81) = 0,045 m
2𝑔

g. Perhitungan Cd
Untuk menghitung Cd menggunakan rumus :
𝑸
Cd = 𝒃 𝒙 𝒚
𝒈 𝒙 √𝟐𝒈 𝒙 𝒚𝟎

𝑄 0,001198
1. = = 0,439
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.02 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.169
𝑄 0,001198
2. = = 0,418
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.024 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.129
𝑄 0,001198
3. = = 0,397
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.028 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.105

12
𝑄 0,001198
4. = = 0,376
𝑏 𝑥 𝑦𝑔 𝑥 √2𝑔 𝑥 𝑦0 0.075 𝑥 0.032 𝑥 √2(9.81) 𝑥 0.09

HASIL PEMBAHASAN
a. Tabel Hasil Perhitungan Data Percobaan A (Q1 Konstan)
yg y0 y1 V0 V1 A0 A1 H0 H1
No Cd
2 2
(m) (m) (m) (m/dt) (m/dt) (m ) (m ) (m) (m)
1 0,02 0,154 0,014 0,82 1,167 0,0015 0,00105 0,470 0,188 0,083
2 0,024 0,124 0,018 0,68 0,907 0,0018 0,00135 0,436 0,148 0,060
3 0,028 0,1 0,022 0,58 0,742 0,0021 0,00165 0,416 0,117 0,050
4 0,032 0,08 0,026 0,51 0,628 0,0024 0,00195 0,407 0,093 0,046

b. Tabel Hasil Perhitungan Data Percobaan A (Q2 Konstan)


yg y0 y1 V0 V1 A0 H0 H1
No A1 (m2) Cd
2
(m) (m) (m) (m/dt) (m/dt) (m ) (m) (m)
1 0,02 0,169 0,015 0,092 1,089 0,013 0,0011 0,439 0,169 0,075
2 0,024 0,129 0,018 0,124 0,856 0,0097 0,0014 0,418 0,130 0,055
3 0,028 0,105 0,02 0,152 0,799 0,0079 0,0015 0,397 0,106 0,053
4 0,032 0,09 0,025 0,176 0,631 0,0068 0,0019 0,376 0,092 0,045

• Gambarkan grafik antara Q dengan Yo untuk Yg konstan dan grafik antara


Yo dengan Yg untuk kondisi Q konstan, untuk menunjukkan karakteristik
aliran.
Pada percobaan, hanya dilakukan pengaliran Q konstan dengan dua debit
yang berbeda, sehingga Yg yang diuji tetap memiliki variasi yang sama
dan tidak konstan. Berikut adalah grafik antara Yo dengan Yg untuk
kondisi Q1 dan Q2 konstan

13
Dari grafik di atas didapatkan grafik linier yang berarti bahwa :
berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, antara ketinggian muka air
sebelum melalui pintu (sluice gate) dengan notasi (Yo) berbanding terbalik
dengan ketinggian bukaan pintu (Yg) untuk kondisi dimana debit air yang
mengalir melalui saluran (Q) konstan. Pada saat debit air mengalir
konstan, semakin besar bukaan pintu (Yg), maka ketinggian muka air yang
mengalir sebelum melalui pintu (Yo) akan menurun.
• Gambarkan grafik antara Cd dengan Q untuk Yg konstan dan grafik antara
Cd dengan Yg untuk kondisi Q1 dan Q2 konstan, untuk menunjukkan
perubahan nilai Cd dalam aliran

14
Pada percobaan, hanya dilakukan pengaliran Q konstan dengan dua
debit yang berbeda, sehingga Yg yang diuji tetap memiliki variasi yang
sama dan tidak konstan. Berikut adalah grafik Cd dengan Yg untuk
kondisi Q konstan yang menunjukkan perubahan nilai Cd dalam aliran

Berdasarkan grafik di atas didapatkan grafik linier yang berarti bahwa,


berdasarkan praktikum yang dilakukan, pada saat debit (Q) yang mengalir
melalui suatu saluran adalah konstan, maka antara ketinggian bukaan
pintu (Yg) dengan koefisien debit (Cd) dengan rumus Cd =
𝑸
terjadi hubungan yang berlawanan /berbanding terbalik.
𝒃 𝒙 𝒚𝒈 𝒙 √𝟐𝒈 𝒙 𝒚𝟎

Semakin tinggi bukaan pintu, maka nilai koefisien debitnya akan semakin
kecil.

15
VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam percobaan dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Pengaruh dari nilai Yg dan Q terhadap nilai Cd untuk pengaliran melalui
sluice gate dengan Q1 dan Q2 konstan
a. Dengan bertambahnya nilai Yg maka nilai Yo menjadi berkurang
(berbanding terbalik) dan yang pada titik batasnya ketika Yo = Yg
akan terlihat seperti tidak terdapat pintu yang menghalangi air.
b. Dengan bertambahnya nilai Yg maka nilai Cd menjadi berkurang
(berbanding terbalik). Dapat dilihat pada grafik di atas.
c. Dalam percobaan ini, parameter yang sangat berpengaruh terhadap
nilai Cd adalah Yg, Y0, dan Q (debit aliran).
2. Perbandingan hasil perhitungan H0 dan H1
a. Besar nilai H1 berbanding lurus dengan H0. Semakin besar nilai H1,
maka nilai H0 juga semakin besar dan demikian sebaliknya.
b. Untuk nilai Q konstan;
• Nilai H0 mengalami penurunan tetapi nilai yang dimiliki masih
lebih besar dari nilai H1
• Nilai H1 mengalami penurunan
c. Perbedaan itu terjadi karena dipengaruhi oleh nilai Q, Vo ,dan Yo
pada perhitungan Ho dan nilai Q, V1, dan Y1 pada perhitungan H1.

16
PRAKTIKUM HIDROLIKA
SALURAN TERBUKA
Materi Percobaan B
Loncatan Hidrolik

Dikerjakan Oleh
Putu Nadira Aurellia (2105561050)
Ade Utri Natalia (2105561051)
I Gusti Ngurah Nyoman Bagus Supurta (2105561052)
Cecilia Amanda (2105561055)
I Gede Gilang Baskara (2105561058)
Kadek Pande Yudistira Pradnya Mahaputra (2105561059)
Gusti Ayu Amara Vita Atiramaniya (2105561060)
Helena Lanny (2105561061)

Disetujui Oleh :

Nama :
NIP.

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2022

17
PERCOBAAN B
“LONCATAN HIDROLIK”

I. TUJUAN
Menunjukkan karakteristik loncat air pada aliran setelah ‘sluice gate’

II. TEORI DASAR


Loncatan hidraulik merupakan salah satu bentuk aliran berubah secara
cepat (rapidly variete flow). Loncatan hidraulik terjadi apabila aliran di saluran
berubah dari super kritis menjadi subkritis.
Pemakaian praktis dari loncatan hidrolik, antara lain: (1) sebagai peredam
energi pada bendungan, saluran, dan struktur hidrolik yang lain dan untuk
mencegah pengikisan struktur di bagian hilir; (2) untuk menaikkan kembali tinggi
energi atau permukaan air pada daerah hilir saluran pengukur dan juga menjaga
agar permukaan air saluran irigasi atau saluran distribusi yang lain tetap tinggi; (3)
untuk memperbesar tekanan pada lapis lindung sehingga memperkecil tekanan
angkat pada struktur tembok, dengan memperbesar kedalaman air pada lapis
lindung; (4) untuk memperbesar debit, dengan mempertahankan air bawah balik,
karena tinggi energi efektif akan berkurang bila air bawah dapat menghilangkan
loncatan hidrolik; (5) untuk menunjukkan kondisi-kondisi aliran tertentu, misal
adanya aliran superkritis atau adanya penampang kontrol, sehingga letak pos
pengukuran dapat ditentukan.

Suatu loncat hidrolik dapat terbentuk dalam saluran apabila memenuhi persamaan
berikut.
𝑦3 1 2 )0,5
= {(1 + 8𝐹𝑟1 − 1}
𝑦1 2
Dengan
y1 = tinggi muka air sebelum loncatan
y3 = tinggi muka air setelah loncatan

18
𝑉1
Fr1 = bilangan Froude saat y1, 𝐹𝑟 = (𝑔.𝑦1)0,5

Dari gambar di atas dapat dilihat hubungan kehilangan tinggi (∆H) dengan
kedalaman air sebelum loncatan (y1) dan kedalaman air setelah loncatan (y3)
dapat dijabarkan sebagai berikut:
𝑉𝑎2 𝑉𝑏 2
𝛥𝐻 = 𝑦1 + {𝑦3 + }
2𝑔 2𝑔
Persamaan dapat disederhanakan sebagai berikut.
(𝑦3 − 𝑦1)3
𝛥𝐻 =
4 𝑦1 𝑦3
Dengan:
∆H = total kehilangan energi sepanjang loncat air
Va = kecepatan rata-rata sebelum loncat air (m/dt)
ya = kedalaman rata-rata sebelum loncat air (m)
Vb = kecepatan rata-rata setelah loncat air (m/dt)
yb = kedalaman rata-rata setelah loncat air (m)

III. PERALATAN
a. Flume (Saluran terbuka)
b. Pintu Tegak
c. Point Gauge

19
d. Pitot Meter
e. Stopwatch
f. Mistar

IV. CARA KERJA


a. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran tebuka horizontal dan
posisi pintu tegak lurus dasar saluran.
b. Letakkan point gauge di sebelah hilir dan setelah hulu pintu.
c. Atur dan pasang pitot meter di sisi flume.
d. Aturlah tinggi bukaan pintu (yg) = 20 mm dan tinggi muka air di hulu
pintu (y0) =….mm, dan pastikan dalam kondisi konstan.
e. Letakkan tail gate di sisi paling ujung flume.
f. Alirkan air perlahan-lahan dengan membuka katup control aliran,
sampai membentuk loncatan air di sebelah hilir pintu. Amati dan
gambar sketsa loncatan airnya.
g. Naikkan tinggi muka air di hulu dengan memutar katup kontrol aliran
dan naikkan pula tail gate di ujung flume. Amati loncatan air dan
gambar sketsanya.
h. Untuk tiap langkah di atas, ukur dan catat nilai-nilai y1, yg, y3 dan Q.
i. Ulangi lagi prosedur di atas untuk variasi Q yang lain dan tinggi
bukaan yg.

V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN


Tabel Hasil Percobaan :
Lebar flume (b) = 0,075 meter
Percepatan gravitasi = 9,81 m/dt

• Q1 (debit) = V (Volume) / S (Waktu)


= 0,01 m3 / 8,20 s
= 0,0012195 m3/s
• Q2 (debit) = V (Volume) / S (Waktu)
= 0,01 m3 / 8,35 s

20
= 0,001197 m3/s
• Perhitungan: Dengan Q konstan
Kondisi Q1 konstan = 0,0012195 m3/s dan g = 9.81 m/dt2
𝑉12 𝑉12 0,000222
= 1. 𝑔 . = = 4,52
𝑔. 𝑌1 𝑌1 9,81 . 0,014

𝑉12 0,000292
2. 𝑔 . = = 4,76
𝑌1 9,81 . 0,018

𝑉12 0,000352
3. 𝑔 . = = 5,67
𝑌1 9,81 . 0,022

𝑉12 0,000422
4. = = 6,91
𝑔 . 𝑌1 9,81 . 0,026

𝑌3 0,062
= 1. 0,014 = 4,42
𝑌1
0,065
2. 0,018 = 3,61
0,065
3. 0,022 = 2,95
0,065
4. 0,026 = 2,5

𝑉12 𝑌3
No.
𝑔 . 𝑌1 𝑌1

1 4,52 4,42

2 4,76 3,61

3 5,67 2,95

4 6,91 2,5

𝑉12 𝑌3
Grafik hubungan antara 𝑔 . dengan
𝑌1 𝑌1

21
Chart Title
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Kondisi Q2 konstan = 0,001197 m3/s dan g = 9.81 m/dt2


𝑉12 𝑉12 0,000232
= 1. = = 3,59
𝑔. 𝑌1 𝑔. 𝑌1 9,81 . 0,015

𝑉12 0,000282
2. = = 4,43
𝑔. 𝑌1 9,81 . 0,018

𝑉12 0,000312
3. = = 4,89
𝑔. 𝑌1 9,81 . 0,02

𝑉12 0,000392
4. = = 6,2
𝑔. 𝑌1 9,81 . 0,025

𝑌3 0,048
= 1. = 3,2
𝑌1 0,015
0,049
2. = 2,72
0,018
0,05
3. = 2,5
0,02
0,055
4. = 2,2
0,025

No. 𝑉12 𝑌3
𝑌1
𝑔 . 𝑌1
1 3,59 3,2

2 4,43 2,72

3 4,89 2,5

4 6,2 2,2

22
𝑉12 𝑌3
Grafik hubungan antara 𝑔 . dengan
𝑌1 𝑌1

Chart Title
3.5

2.5

1.5
1

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7

𝑌3 𝑉12
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan 𝑌1 dengan 𝑔 . berbanding
𝑌1

𝑌3 𝑉12
lurus dimana jika nilai 𝑌1 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 maka nilai 𝑔 . semakin tinggi. Dimana Q1
𝑌1

konstan = 0,0012195 𝑚3 /s dan Q2 konstan = 0,001197 m3/

A. Hasil Pengukuran Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate)


dengan Q1 konstan
NO Yg (m) Yo (m) Y1 (m) Y3 (m) Q (m3dt)
1 0,02 0,154 0,014 0,062 0,0012195
2 0,024 0,124 0,018 0,065 0,0012195
3 0,028 0,1 0,022 0,065 0,0012195
4 0,032 0,08 0,026 0,065 0,0012195

B. Hasil Pengukuran Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate)


dengan Q2 konstan
NO Yg (m) Yo (m) Y1 (m) Y3 (m) Q (m3dt)
1 0,02 0,169 0,015 0,048 0,001197
2 0,024 0,129 0,018 0,049 0,001197
3 0,028 0,105 0,02 0,05 0,001197
4 0,032 0,09 0,025 0,055 0,001197

A. Perhitungan V1

23
Tabel 1
Rumus V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1
1. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,0012195÷ 0,075.0,014 = 0,00022 𝑚
2. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,0012195 ÷ 0,075.0,018 = 0,00029 𝑚
3. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,0012195 ÷ 0,075.0,022 = 0,00035 𝑚
4. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,0012195 ÷ 0,075.0,026 = 0,00042𝑚

Tabel 2
1. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,001197÷ 0,075.0,015 = 0,00023 𝑚
2. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,001197 ÷ 0,075.0,018 = 0,00028 𝑚
3. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,001197 ÷ 0,075.0,02 = 0,00031 𝑚
4. V1 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌1 = 0,001197 ÷ 0,075.0,025 = 0,00039 𝑚

B. Perhitungan V3
Rumus V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3
Tabel 1
1. V3= 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,0012195÷ 0,075.0,062 = 0,00100 𝑚
2. V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,0012195÷ 0,075.0,065 = 0,00105 𝑚
3. V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,0012195÷ 0,075.0,065 = 0,00105 𝑚
4. V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,0012195÷ 0,075.0,065 = 0,00105 𝑚

Tabel 2
1. V3= 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,001197÷ 0,075.0,048 = 0,00076 𝑚
2. V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,001197÷ 0,075.0,049 = 0,00078 𝑚
3. V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,001197÷ 0,075.0,05 = 0,00079 𝑚
4. V3 = 𝑄 ÷ 𝑏. 𝑌3 = 0,001197÷ 0,075.0,055 = 0,00087 𝑚

C. Perhitungan H1
Rumus H1 = 𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔
Tabel 1
1. H1 = 𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,014 + 0,000222 ÷ 2.9,81 = 0,0150 𝑚
2. H1 =𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,018 + 0,000292 ÷ 2.9,81 = 0,0194 𝑚

24
3. H1 =𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,022 + 0,000352 ÷ 2.9,81 = 0,0237 𝑚
4. H1 =𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,026 + 0,000422 ÷ 2.9,81 = 0,0280 𝑚

Tabel 2
1. H1 = 𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,015 + 0,000232 ÷ 2.9,81 = 0,0161 𝑚
2. H1 =𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,018 + 0,000282 ÷ 2.9.81 = 0,0193 𝑚
3. H1 =𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,02 + 0,000312 ÷ 2.9,81 = 0,0215 𝑚
4. H1 =𝑌1 + 𝑉12 ÷ 2𝑔 = 0,025 + 0,000392 ÷ 2.9,81 = 0,0269 𝑚

D. Perhitungan H3
Rumus H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔
Tabel 1
1. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,062 + 0,001002 ÷ 2.9,81 = 0,0620 𝑚
2. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,065 + 0,001052 ÷ 2.9,81 = 0,0650 𝑚
3. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,065 + 0,001052 ÷ 2.9,81 = 0,0650 𝑚
4. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,065 + 0,001052 ÷ 2.9,81 = 0,0650 𝑚

Tabel 2
1. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,048 + 0,000762 ÷ 2.9,81 = 0,0480 𝑚
2. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,049 + 0,000782 ÷ 2.9,81 = 0,0490 𝑚
3. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,05 + 0,000792 ÷ 2.9,81 = 0,0500 𝑚
4. H3 = 𝑌3 + 𝑉32 ÷ 2𝑔 = 0,055 + 0,000872 ÷ 2.9,81 = 0,0550 𝑚

E. Perhitungan ∆𝐻
(𝑌3−𝑌1)3
Rumus ∆𝐻 = 4𝑌3.𝑌1

Tabel 1
(𝑌3−𝑌1)3 (0,062−0,014)3
1. ∆𝐻 = = = 0,03185 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,062𝑥0,014
(𝑌3−𝑌1)3 (0,065−0,018)3
2. ∆𝐻 = = = 0,02218 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,065𝑥0,018
(𝑌3−𝑌1)3 (0,065−0,022)3
3. ∆𝐻 = = = 0,01389 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,065𝑥0,022
(𝑌3−𝑌1)3 (0,065−0,026)3
4. ∆𝐻 = = = 0,0087 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,065𝑥0,026

25
Tabel 2
(𝑌3−𝑌1)3 (0,048−0,015)3
1. ∆𝐻 = = = 0,01247𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,048𝑥0,015
(𝑌3−𝑌1)3 (0,049−0,018)3
2. ∆𝐻 = = = 0,00844 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,049𝑥0,018
(𝑌3−𝑌1)3 (0,05−0,02)3
3. ∆𝐻 = = = 0,00675 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,05𝑥0,02
(𝑌3−𝑌1)3 (0,055−0,025)3
4. ∆𝐻 = = = 0,00490 𝑚
4𝑌3.𝑌1 4𝑥0,055𝑥0,025

TABEL HASIL PERHITUNGAN LONCATAN HIDROLIS UNTUK YG


KONSTAN
Tabel 1
No Yg(m) Yo(m) Y1(m) Y3(m) V1(m) V3(m) Q(m) H1(m) H3(m) ∆𝑯(m)
1 0,02 0,154 0,014 0,062 0,00022 0,00100 0,0012195 0,0150 0,0620 0,03185
2 0,024 0,124 0,018 0,065 0,00029 0,00105 0,0012195 0,0194 0,0650 0,02218
3 0,028 0,1 0,022 0,065 0,00035 0,00105 0,0012195 0,0237 0,0650 0,01389
4 0,032 0,08 0,026 0,065 0,00042 0,00105 0,0012195 0,0280 0,0650 0,0087

Tabel 2
No Yg(m) Yo(m) Y1(m) Y3(m) V1(m) V3(m) Q(m) H1(m) H3(m) ∆𝑯(m)
1 0,02 0,154 0,015 0,048 0,00023 0,00076 0,001197 0,0161 0,0480 0,01247
2 0,024 0,124 0,018 0,049 0,00028 0,00078 0,001197 0,0194 0,0490 0,00844
3 0,028 0,1 0,02 0,05 0,00031 0,00079 0,001197 0,0215 0,0500 0,00675
4 0,032 0,08 0,025 0,055 0,00039 0,00087 0,001197 0,0269 0,0550 0,00490

Gambarkan grafik antara Q dengan Yo untuk Yg konstan dan grafik antara


Yo dengan Yg untuk kondisi Q konstan, untuk menunjukkan karakteristik aliran.
Pada percobaan, hanya dilakukan pengaliran Q konstan dengan dua debit
yang berbeda, sehingga Yg yang diuji tetap memiliki variasi yang sama dan tidak
konstan. Berikut adalah grafik antara Yo dengan Yg untuk kondisi Q1 dan Q2
konstan
A. GRAFIK HUBUNGAN ANTARA V12/GY1 DENGAN Y3/Y1
TABEL 1 (Untuk Q1)

26
NO V12/gy1 y3/y1
1 3,52 4,43
2 4,76 3,61
3 5,68 2,94
4 6,91 2,5

TABEL 2 (Untuk Q2)


NO V12/gy1 y3/y1
1 3,60 3,2
2 4,44 2,72
3 4,90 2,5
4 6,20 2,2

Grafik untuk Q1 dan Q2 sesuai tabel diatas


𝑌3
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan 𝑦1 dengan
𝑉1^2 𝑌3 𝑉1^2
berbanding lurus dimana jika nilai 𝑦1 tinggi maka nilai akan semakin
𝑔𝑌1 𝑔𝑌1

tinggi.

B. GRAFIK HUBUNGAN ANTARA ∆H/Y1 DENGAN Y3/Y1.


Grafik Tabel 1 (Q1)

Grafik Tabel 2 (Q2)

27
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan Y3/Y1 dengan
∆H/Y1 berbanding lurus, dimana jika Y3/Y1 tinggi maka nilai ∆H/Y1 akan
semakin tinggi. Dimana Q1 konstan = 0,0012195 𝑚3 /s dan Q2 konstan =
0,001197 m3/s

TABEL 1 (Untuk Q1)


No ∆H/y1 y3/y1.
1 0.23 4.43
2 1.23 3.61
3 0.63 2.94
4 0.33 2.5

TABEL 2 (Untuk Q2)


No ∆H/y1 y3/y1.
1 0.83 3.2
2 0.47 2.72
3 0.34 2.5
4 0.20 2.2

GRAFIK ada 2 untuk Q1 dan Q2 sesuai tabel diatas


Grafik Tabel 1 (Q1)

28
Grafik Tabel 2 (Q2)

𝑌3
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan 𝑦1 dengan
∆𝐻 ∆𝐻 𝑌3
berbanding lurus, dimana jika nilai tinggi maka nilai 𝑦1 akan tinggi.
𝑌1 𝑌1

C. HITUNG NILAI YC
3
Rumus Yc = √𝛼 . 𝑄 2 ÷ 𝑔. 𝑏 2

Tabel 1
3 3
Yc = √𝛼 . 𝑄 2 ÷ 𝑔. 𝑏 2 = √1. 0,00121952 ÷ 9.91. 0,0752 =
2,69508 𝑥10−5

29
Tabel 2
3 3
Yc = √𝛼 . 𝑄 2 ÷ 𝑔. 𝑏 2 = √1. 0,0011972 ÷ 9.91. 0,0752 = 210

TABEL 1
No Y1 Yc Y3
1 0,014 2,69508 𝑥10−5 0,062
2 0,018 2,69508 𝑥10−5 0,065
3 0,022 2,69508 𝑥10−5 0,065
4 0,026 2,69508 𝑥10−5 0,065

TABEL 2
No Y1 Yc Y3
1 0,015 2,59915 𝑥10−5 0,048
2 0,018 2,59915 𝑥10−5 0,049
3 0,02 2,59915 𝑥10−5 0,05
4 0,025 2,59915 𝑥10−5 0,055

Melihat tabel di atas, maka dapat disimpulkan nilai Yc terletak diantara Y1 dan Y3.
Maka: Y1 < Yc < Y3

D. HITUNG NILAI ∆H/YC

TABEL 1
No ∆H Yc ∆H/yc
1 0,03185 2,69508 𝑥10−5 1181,78
2 0,02218 2,69508 𝑥10−5 822,98
3 0,01389 2,69508 𝑥10−5 515,38
4 0,0087 2,69508 𝑥10−5 322,81

TABEL 2

30
No ∆H Yc ∆H/yc

1 0,01247 2,59915 𝑥10−5 479,77

2 0,00844 2,59915 𝑥10−5 3402,65

3 0,00675 2,59915 𝑥10−5 259,70

4 0,00490 2,59915 𝑥10−5 188,52

GRAFIK
A. Grafik Tabel 1 (∆H/YC)

B. Tabel 2 (∆H/YC)

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan 𝑌𝑐 dengan ∆H/

31
yc berbanding lurus, dimana jika nilai ∆𝐇 tinggi maka nilai ∆H/yc akan tinggi.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Pada loncatan hidrolis, terjadi pengurangan kecepatan aliran secara


mendadak dari V1 menjadi V3 dan pertambahan kedalaman aliran dari Y1
menjadi Y3.
2. Dari kurva hubungan antara energi spesifik ∆H ∆HYc, didapatkan grafik
cenderung linier, ini menunjukkan bahwa kehilangan (ΔH) sebanding atau
berbanding lurus dengan perhitungan ∆HYc . Namun terdapat juga
penurunan yang tidak terlalu besar dalam grafik tersebut. Hal ini dapat
terjadi karena kesalahan dalam pengukuran sehingga diperlukan percobaan
lebih lanjut.

3. Loncatan hidrolik yang mana batas energi masih dalam batas toleransi
diaplikasikan untuk menurunkan kecepatan aliran air yang mengalir
melewati pintu air melalui suatu saluran air. Sehubungan dengan hal
tersebut, energi yang mengalir akan menurun/berkurang. Energi yang
berpindah setelah loncatan adalah menjauhi sluice gate (menuju bagian
hilir).

32
PERCOBAAN C
Bendung Ambang Lebar (Broad Crested Weir)

I. TUJUAN
1. Mendemostrasikan liran melalui ambang lebar.
2. Menunjukkan bahwa ambang lebar dapat digunakan untuk mengukur
debit

II. TEORI DASAR


Peluap disebut ambang lebar jika B > 0.66 H, dengan B adalah lebar
peluap/ambang lebar dan H adalah tinggi peluapan. Dipandang dari A dan B, tinggi
air di atas peluap pada titik A adalah H, sedang pada titik B adalah yc atau h.
Kondisi aliran di hilir peluap ambang lebar tidak mengalami ‘obstruction’,
hal ini menunjukkan bahwa aliran di atas ambang adalah maksimum. Dalam
kondisi demikian terjadi aliran kritis di atas ambang, sehingga dipakai menjadi
dasar mengukur energi spesifik. Bila kecepatan di hulu ambang kecil, nilai tinggi
kecepatan (V2/2g) dapat diabaikan dan energi spesifik di atas ambang adalah E =
H.
Debit aliran yang lewat ambang dapat dihitung dengan formula :

Q = Cd . B . 2 g . H h 2 - h 3
(1)
dan
H = 2/3 . H (2)
Substitusikan (2) ke (1), maka
Qmaks = 1.71 Cd . B . H3/2
dengan :
Q = debit di atas ambang (m3/det)
B = lebar ambang (m)
H = tinggi peluapan (m)
Cd = koefisien debit

33
III. PERALATAN
1. Flume (saluran terbuka)
2. Model ambang lebar (Broad Crested Weir)
3. Point Gauge
4. Pitot Meter (Tabung Pitot dan Manometer)

IV. CARA KERJA


a. Siapkan peralatan dan pastikan posisi flume dan peluap ambang lebar
horisontal.
b. Alirkan air secara perlahan-lahan sampai melimpah sedikit di atas ambang
dan hentikan aliran.
c. Ukur dan catat tinggi air di hulu ambang sebagai data BATAS
permukaannya.
d. Alirkan air kembali untuk mendapatkan ketinggian H tertentu di atas
ambang, dan naikkan aliran untuk mendapatkan data H yang lain sebanyak
4 kali dengan interval kenaikan ( H) = ……….mm. Catatan ( H)
maksimum = 10 mm.
e. Pada setiap langkah percobaan ukur dan catat nilai H, Q, yo, yc dan L
(panjang pengempangan, lihat gambar).
f. Gambarkan profil aliran yang terjadi di setiap pengaliran.

34
V. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Lebar ambang (b) = 7,9 cm —> 0,079 m
Tinggi ambang (P) = 10 cm —> 0,1 m
Percepatan gravitasi = 9,81 m/dt2
A. Data Perhitungan
volume (m3 )
• Q (debit) = waktu (s)

0,01 m3
- Q1 = = 0,001111 m3 /s
9s
0,01 m3
- Q2 = = 0,000970 m3 /s
10,31s

0,01 m3
- Q3 = = 0,000769 m3 /s
13 s
0,01 m3
- Q4 = 29,5 s
= 0,000339 m3 /s
0,002 m3
- Q5 = = 0,000023 m3 /s
87 s

• H (tinggi peluapan)
- H1 = 70 mm → 0,07 m → 0,07 m
- H2 = 64 mm → 0,064 m → 0,06 m
- H3 = 50 mm → 0,05 m → 0,05 m
- H4 = 30 mm → 0,03 m → 0,03 m
- H5 = 15 mm → 0,015 m → 0,02 m

Y0 YC L H Q
Variasi
(m) (m) (m) (m) (m3/det)
1. 0,177 0,045 0,110 0,07 0,001111
2. 0,174 0,041 0,120 0,06 0,000970
3. 0,160 0,033 0,130 0,05 0,000769
4. 0,139 0,02 0,210 0,03 0,000339
5. 0,124 0,01 0,285 0,02 0,000023
Perhitungan:
Hitung nilai Cd untuk setiap nilai Q
• Perhitungan H3/2

35
1. H3/2 = (0,07)3/2 = 0,018520259 = 0,0185
2. H3/2 = (0,06)3/2 = 0,016190862 = 0,0162
3. H3/2 = (0,05)3/2 = 0,011180340 = 0,0112
4. H3/2 = (0,03)3/2 = 0,005196152 = 0,0052
5. H3/2 = (0,02)3/2 = 0,001837117 = 0,0018

• Perhitungan Cd
Q
Rumus: Cd =
1.71.x.b.x.H 3 / 2
Q 0,001111
1. Cd = 3/ 2
= 1,71 x 0,079 x 0,0185 = 0,44454
1.71.x.b.x.H
Q 0,000970
2. Cd = 3/ 2
= 1,71 x 0,079 x 0,0162 = 0,44323
1.71.x.b.x.H
Q 0,000769
3. Cd = 3/ 2
= 1,71 x 0,079 x 0,0112 = 0,50825
1.71.x.b.x.H
Q 0,000339
4. Cd = 3/ 2
= 1,71 x 0,079 x 0,0052 = 0,48258
1.71.x.b.x.H
Q 0,000023
5. Cd = 3/ 2
= 1,71 x 0,079 x 0,0018 = 0,09458
1.71.x.b.x.H
Y0 YC L H Q
Percobaan H3/2 Cd
(m) (m) (m) (m) (m3/det)
1. 0,177 0,045 0,110 0,07 0,001111 0,0185 0,44454
2. 0,174 0,041 0,120 0,06 0,000970 0,0162 0,44323
3. 0,160 0,033 0,130 0,05 0,000769 0,0112 0,50825
4. 0,139 0,02 0,210 0,03 0,000339 0,0052 0,48258
5. 0,124 0,01 0,285 0,02 0,000023 0,0018 0,09458

B. Hasil Pembahasan
1. Hasil perhitungan Cd untuk setiap nilai Q
Berdasarkan hasil perhitungan, didapat nilai Cd untuk setiap nilai Q seperti
dalam tabel berikut:

H Q
Percobaan 3
H3/2 Cd
(m) (m /det)

36
1. 0,07 0,001111 0,0185 0,44454
2. 0,06 0,000970 0,0162 0,44323
3. 0,05 0,000769 0,0112 0,50825
4. 0,03 0,000339 0,0052 0,48258
5. 0,02 0,000023 0,0018 0,09458

2. Grafik Hubungan Q dan H, Q dan Cd serta H dan Cd

HUBUNGAN ANTARA Q DENGAN H


0.08
0.07
0.07
0.06
0.06
0.05
0.05

0.04
H

0.03
0.03
0.02
0.02

0.01

0
0.001111 0.00097 0.000769 0.000339 0.000023
Q

H Linear (H)

Besarnya debit (Q) belum tentu mempengaruhi tinggi peluapan (H).


Dimana dilihat dari grafik di atas menunjukkan bahwa tinggi peluap tiak seteruhnya
meningkat.

37
HUBUNGAN ANTARA Q DENGAN Cd
0.6
0.50825
0.48258
0.5 0.44454 0.4432

0.4
Cd

0.3

0.2
0.09458
0.1

0
0.001111 0.000970 0.000769 0.000339 0.000023
Q

Cd Linear (Cd)

Besarnya debit (Q) mempengaruhi besarnya koefisien debit (Cd), dimana


setiap pertambahan Q belum tentu menyebabkan nilai Cd meningkat dan
sebaliknya.

HUBUNGAN ANTARA H DENGAN Cd


0.6
0.50825
0.48258
0.5 0.44454 0.44323

0.4
Cd

0.3

0.2
0.09458
0.1

0
0.07 0.06 0.05 0.03 0.02
H

Cd Linear (Cd)

38
Besarnya tinggi peluapan (H) mempengaruhi nilai koefisien debit (Cd),
dimana setiap pertambahan H belum tentu menyebabkan nilai Cd meningkat dan
sebaliknya.

3. Rumus Empiris Hubungan Q dan H

Q = Cd × b
2g (Hh 2
− h3 )

dimana h = 2/3 H

Q = Cd × b 2x9.81 (H (2 / 3H ) 2
− ( 2 / 3H ) 3 )
4 3
Q = Cd × b × 4.43 H
27
Q = Cd × b × 1.71 H 3 / 2( )
Q = 1.71× Cd × b × H 3 / 2

Dimana:
Q = debit di atas ambang (m3/det)
b = lebar ambang (m)
H = tinggi peluapan (m)
Cd = koefisien debit

VI. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam praktikum dan perhitungan yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa nilai Cd rata-rata ialah 1,17 tidak selalu tetap untuk setiap nilai Q
2. Aliran diatas ambang tidak parallel

Panjang pengempangan (L) tidak berpengaruh terhadap nilai Cd, hal ini
Q
terbukti dengan persamaan: Cd =
1,71.x.b.x.H 3 / 2

39
DAFTAR PUSTAKA

Anggrahini, Hidrolika Saluran Terbuka, Surabaya : Dieta Pratama, 1997.


Triatmodjo, B., Hidrolika I, Yogyakarta : Beta Offset, 1996.
- - - , Praktikum Hidrolika Saluran Terbuka, Malang : UPT FT-UNIBRAW,
1990.

40
LAMPIRAN

A. Daftar Pembagian Tugas


1. Putu Nadira Aurellia (2105561050)
• Mencatat data hasil percobaan B
• Mengamati alat pada percobaan B
• Menghitung data percobaan
2. Ade Utri Natalia (2105561051)
• Mencatat data hasil percobaan B
• Mengamati alat percobaan B
• Menghitung data percobaan B
3. I Gusti Ngurah Nyoman Bagus Supurta (2105561052)
• Mengoperasikan alat percobaan A
• Memastikan alat percobaan A berjalan sesuai prosedur
• Mempersiapkan Stopwatch untuk mengukur waktu pada percobaan
A
• Mengamati Alat pada percobaan A
4. Cecilia Amanda (2105561055)
• Mencatat data hasil percobaan C
• Mengamati alat percobaan C
• Menghitung data percobaan C
5. I Gede Gilang Baskara (2105561058)
• Mengoperasikan alat percobaan B
• Memastikan alat percobaan B berjalan sesuai prosedur
• Mempersiapkan Stopwatch untuk mengukur waktu pada percobaan
B
• Mengamati Alat pada percobaan B
6. Kadek Pande Yudistira Pradnya Mahaputra (2105561059)
• Mengoperasikan alat percobaan C
• Memastikan alat percobaan C berjalan sesuai prosedur
• Mempersiapkan Stopwatch untuk mengukur waktu pada percobaan
C
• Mengamati Alat pada percobaan C
7. Gusti Ayu Amara Vita Atiramaniya (2105561060)
• Mencatat data hasil percobaan A
• Mengamati alat pada percobaan A
• Menghitung data percobaan A
8. Helena Lanny (2105561061)
• Mencatat data hasil percobaan A
• Mengamati alat pada percobaan A
• Menghitung data percobaan A

41
B. Dokumentasi Kegiatan Praktikum

42

Anda mungkin juga menyukai