Oleh:
Kelompok I
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi
Wasa karena atas asung kertha wara nugraha-Nya tim penulis dapat menyelesaikan Tugas
Laporan Praktikum Mekanika Fluida dan Hidrolika.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah terlibat dan memberikan perhatian serta bimbingan, baik langsung maupun tidak
langsung, antara lain:
1. Bapak Ir. Ida Bagus Ngurah Purbawijaya, MSi., MT. selaku Dosen Pengampu
mata kuliah Mekanika Fluida dan Hidrolika semester 2.
2. Semua pihak yang telah memberikan informasi, bantuan, dorongan dan perhatian
kepada tim penulis sehingga laporan praktikum ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih sangat jauh dari kata
sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan laporan ini selanjutnya.
Penulis
Page | i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Page | ii
PENDAHULUAN
Materi Percobaan : A
DEBIT ALIRAN YANG MELALUI “SLUICE GATE”
Dikerjakan oleh
Kelompok : 1
Disetujui oleh :
LABORATORIUM HIDRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
2.1.1 TUJUAN
a. Mendemonstrasikan aliran melalui pintu sorong.
b. Menunjukan bahwa pintu sorong dapat digunakan sebagai alat ukur dan pengatur
debit.
Q = Cd x b x Yg x 2.g.Y0
Dimana :
Q = debit yang melalui pintu (m 3 s )
Cd = koefisien debit
b = lebar pintu (m)
Yg = tinggi bukaan pintu (m)
Y0 = tinggi muka air di hulu (m)
b. Pengaliran Tenggelam
Untuk pengaliran tenggelam, debit diperoleh dengan rumus :
Q = Cd x b x Yg x 2.g.(Y0 − Yg )
V02 Q2
H 0 = Y0 + = Y0 +
2.g.(Y0 xb)
2
2.g
V12 Q2
H 1 = Y1 + = Y1 +
2.g .(Y1 xb)
2
2. g
2
V0
2. g
Total head line
V1
2 H1
H0
2.g E1
V Y E0
0 0 Water
Y
V Y surface
g
1
1
Section 0 Section 1
Gambar 1.1
c. Point Gauge
Cara Kerja
a. Siapkan peralatan posisi flume ( saluran terbuka ) horizontal dan posisi pintu (
sluice gate ) tegak lurus dasar saluran.
b. Point gauge diletakkan disebelah hulu dan hilir pintu untuk mengukur
ketinggian airnya.
c. Pitot meter dipasang di sisi flume untuk mengukur debit air yang mengalir
dalam flume.
d. Tinggi bukaan pintu ( Y0 ) = 20 mm dari dasar saluran sebelah tinggi bukaan
awal percobaan.
e. Katup kontrol aliran pada tangki dibuka agar air mengalir dalam flume. Tinggi
muka air di hulu ( Y0 ) di atur supaya mencapai 60 mm dari dasar saluran.
f. Untuk mencapai ketinggian tersebut, debit air yang keluar diatur sedemikian
rupa dan nilainya dapat dilihat pada pitot meter.
g. Tinggi bukaan pintu ( Yg ) dinaikkan dengan interval 5 mm sampai ketinggian
40 mm. Dalam hal ini ketinggian Y0 dipertahankan dengan mengatur debitnya.
h. Debit air yang mengalir ( Q ) dan tinggi air di hilir ( Y1 ) dicatat setiap
menaikkan bukaan pintu.
i. Prosedur di atas diulangi dengan menggunakan Q yang konstan dan bukaan
pintu yang bervariasi ( minimum 5 variasi ). Catat nilai Y0 dan Y1.
Perhitungan Debit 1
Volume Waktu Debit
20 21 0.952381
20 20 1
0 0 0
0 0 0
Q Total 1.952381
Q Rata Rata 0.97619
Perhitungan Debit 2
Volume Waktu Debit
20 30 0.000714
20 27 0.001524
0 0 0
0 0 0
Q Total 0.002238
Q Rata Rata 0.001119
Perhitungan Debit 3
Volume Waktu Debit
20 17 1.176471
20 15 1.333333
0 0 0
0 0 0
Q Total 2.509804
Q Rata Rata 1.254902
D. Hasil Perhitungan
a. Hitung Cd untuk setiap nilai Q
Percobaan I
Perhitungan untuk nilai Yg konstan
variasi yg (m y0 (m) y1 (m) Q (m3/s)
1 0.02 0.091 0.025 0.000976
2 0.02 0.107 0.026 0.001119
3 0.02 0.123 0.028 0.001255
4 0.02 0.157 0.025 0.001667
• Perhitungan V1
Q
Rumus : V1 =
Y1 .b
Q 0.000976
1. V1 = = = 0.501 m/dt
Y1 .b 0.025 x0.078
Q 0.000704
2. V1 = = = 0.552 m/dt
Y1 .b 0.026 x0.078
Q 0.001255
3. V1 = = = 0.575 m/dt
Y1 .b 0.028 x0.078
Q 0.001667
4. V1 = = = 0.855 m/dt
Y1 .b 0.025 x0.078
• Perhitungan Ho
Vo 2
Rumus : Ho = Yo +
2g
Vo 2 0.138 2
1. Ho = Yo + = 0.091 + = 0.092m
2g 2 x9.81
Vo 2 0.134 2
2. Ho = Yo + = 0.107 + = 0.108 m
2g 2 x9.81
Vo 2 0.131 2
3. Ho = Yo + = 0.123 + = 0.124 m
2g 2 x9.81
Vo 2 0.136 2
4. Ho = Yo + = 0.157 + = 0.158 m
2g 2 x9.81
• Perhitungan Cd
Q
Rumus : Cd =
b.x.Yg .x. 2.g.Yo
0.000976
1. Cd = = 0.468
0.078.x.0.020.x. 2 x9.81x0.091
0.000704
2. Cd = = 0.495
0.078.x.0.020.x. 2 x9.81x0.066
0.001255
3. Cd = = 0.518
0.078.x.0.020.x. 2 x9.81x0.123
0.001667
4. Cd = = 0.609
0.078.x.0.020.x. 2 x9.81x0.157
Menghitung 𝑨𝟎 Menghitung𝑨𝟏
𝑸 𝑸
𝑨𝟎 = 𝑨𝟏 =
𝑽𝟎 𝑽𝟏
1. 𝐴0 = 0,0071𝑚2 1. 𝐴1 = 0,0020𝑚2
2. 𝐴0 = 0,0083𝑚2 2. 𝐴1 = 0,0020𝑚2
3. 𝐴0 = 0,0096𝑚2 3. 𝐴1 = 0,0022 𝑚2
4. 𝐴0 = 0,0122𝑚2 4. 𝐴1 = 0,0020 𝑚2
Grafik 1.2
0,600 0,609
0,500 0,518
0,468 0,495
0,400
0,300
0,200
0,100
0,000
0,000976 0,001119 0,001255 0,001667
Q
Grafik 1.3
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, pada kondisi bukaan pintu ( Yg ) konstan,
maka besarnya nilai koefisien debit ( Cd ) berbanding lurus dengan besarnya debit yang
mengalir ( Q ). Dimana semakin besar debit yang mengalir pada suatu saluran, maka
koefisien debit yang terjadi juga akan semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya.
• Perhitungan Vo
Q
Rumus : Vo =
Yo.b
Q 0.002151
1. Vo = = = 0.240m/dt
Yo.b 0.115 x0.078
Q 0.002151
2. Vo = = = 0.263 m/dt
Yo.b 0.105 x0.078
Q 0.002151
3. Vo = = = 0.306 m/dt
Yo.b 0.090 x0.078
Q 0.002151
4. Vo = = = 0.345 m/dt
Yo.b 0.080 x0.078
• Perhitungan V1
Q
Rumus : V1 =
Y1 .b
Q 0.002151
1. V1 = = = 0.919 m/dt
Y1 .b 0.030 x0.078
Q 0.002151
2. V1 = = = 0.890 m/dt
Y1 .b 0.031x0.078
Q 0.002151
3. V1 = = = 0.788 m/dt
Y1 .b 0.035 x0.078
Q 0.002151
4. V1 = = = 0.766 m/dt
Y1 .b 0.036 x0.078
Vo 2 0.240 2
1. Ho = Yo + = 0.115 + = 0.118 m
2g 2 x9.81
Vo 2 0.2632
2. Ho = Yo + = 0.105 + = 0.109 m
2g 2 x9.81
Vo 2 0.306 2
3. Ho = Yo + = 0.090 + = 0.095 m
2g 2 x9.81
Vo 2 0.345 2
4. Ho = Yo + = 0.080 + = 0.086 m
2g 2 x9.81
• Perhitungan H1
2
V1
Rumus : H 1 = Y1 +
2g
2
V 0.918 2
1. H 1 = Y1 + 1 = 0.030 + = 0.073 m
2g 2 x9.81
2
V1 0.890 2
2. H 1 = Y1 + = 0.031 + = 0.071 m
2g 2 x9.81
2
V1 0.788 2
3. H 1 = Y1 + = 0.035 + = 0.067 m
2g 2 x9.81
2
V1 0.766 2
4. H 1 = Y1 + = 0.036 + = 0.066 m
2g 2 x9.81
• Perhitungan Cd
Q
Rumus : Cd =
b.x.Yg .x. 2.g.Yo
0.002151
1. Cd = = 0.918
0.078.x.0.020.x. 2 x9.81x0.115
0.002151
2. Cd = = 0.769
0.078.x.0.025.x. 2 x9.81x0.105
0.002151
3. Cd = = 0.692
0.078.x.0.030.x. 2 x9.81x0.090
0.002151
4. Cd = = 0.629
0.078.x.0.035.x. 2 x9.81x0.080
Tabel Hasil Perhitungan Debit Aliran Melalui Pintu Tegak (Sluice Gate)
dengan Q konstan
Yg Yo Y1 Vo V1 Ao A1 Q
No (m) (m) (m) ( m/dt) ( m/dt ) ( m2 ) ( m2 ) ( m3/dt ) Cd
1 0.02 0.115 0.03 0.24 0.919 0.009 0.0023 0.002151 0.918
2 0.025 0.105 0.031 0.263 0.89 0.0082 0.0024 0.002151 0.769
3 0.03 0.09 0.035 0.306 0.788 0.007 0.0027 0.002151 0.692
4 0.035 0.08 0.036 0.345 0.766 0.0062 0.0028 0.002151 0.629
Grafik 1.4
Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, antara ketinggian muka air sebelum
melalui pintu (sluice gate) dengan notasi (Yo) berbanding terbalik dengan ketinggian bukaan
pintu (Yg) untuk kondisi dimana debit air yang mengalir melalui saluran (Q) konstan. Pada
saat debit air mengalir konstan, semakin besar bukaan pintu (Yg), maka ketinggian muka air
Grafik 1.5
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, pada saat debit (Q) yang mengalir melalui suatu
saluran adalah konstan, maka antara ketinggian bukaan pintu (Yg) dengan koefisien debit
(Cd) terjadi hubungan yang berlawanan / berbanding terbalik. Semakin tinggi bukaan pintu,
maka nilai koefisien debitnya akan semakin kecil
Besarnya gravitasi yang digunakan dalam perhitungan adalah 9,81 m/s2. Nilai𝐶𝑑 didapat
dengan menggunakan persamaan:
𝑸
𝑪𝒅 =
𝒀𝒈 × 𝒃 × √𝟐𝒈. 𝒀𝟎
Untuk nilai total Head di hulu (𝐻0 ) dan total Head di hilir (𝐻1 ) didapat dengan
menggunakan persamaan:
𝑽𝟐𝟎 𝑸𝟐
𝑯𝟎 = 𝒀𝟎 + ( ) = 𝒀𝟎 +
𝟐𝒈 𝟐𝒈(𝒀𝟎 . 𝒃)𝟐
𝑽𝟐𝟏 𝑸𝟐
𝑯𝟏 = 𝒀𝟏 + ( ) = 𝒀𝟏 +
𝟐𝒈 𝟐𝒈(𝒀𝟏 . 𝒃)𝟐
SARAN
1. Di dalam melakukan pengukuran debit aliran sebaiknya dilakukan sebanyak 2 atau
lebih untuk setiap masing-masing percobaan agar memperoleh hasil yang lebih
akurat.
2. Kesalahan data dapat terjadi karena beberapa alat praktikum yang sudah rusak.
Materi Percobaan : B
LONCATAN HIDRAULIK
Dikerjakan oleh
Kelompok : 1
Disetujui oleh :
LABORATORIUM HIDRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
Laporan Pratikum Mekanika Fluida dan Hidrolika | 21
2.2 PERCOBAAN B “LONCATAN HIDRAULIK”
2.2.1 TUJUAN
Menunjukkan karakteristik loncat air pada aliran setelah ‘sluice gate’.
2
V3
2.g
2
V1 H H
H0 H3
2.g 1
Y
Y Y
Y V V
Y V Y V
berikut :
= . (1 + 8.Fr21 ) − 1
y3 1 0,5
y1 2
Dengan :
y1 = tinggi muka air sebelum loncatan.
y3 = tinggi muka air setelah loncatan.
V1
Fr1 = bilangan froude saat y1, Fr =
(g.y1 )0,5
Dari gambar di atas dapat dilihat hitungan kehilangan tinggi ( H ) dengan kedalaman
air sebelum loncatan atau ( ya ) dan kedalaman air setelah loncatan (yb) dapat dijabarkan
sebagai berikut:
Va2 Vb2
H = y a + . yb +
2g 2g
Karena sectionnya sempit, maka ya = y1, dan dapat disederhanakan oleh rumus berikut
ini:
H =
( y3 − y1 )
3
4 y1 y3
Dengan:
H = total kehilangan energi sepanjang loncat air.
Va = kecepatan rata-rata sebelum loncat air (m/dt)
ya = kedalaman rata-rata sebelum loncat air (m).
Vb = kecepatan rata-rata setelah loncat air (m/dt)
yb = kedalaman rata-rata setelah loncat air (m).
c. Point Gauge
CARA KERJA
a. Siapkan peralatan dan pastikan posisi saluran tebuka horizontal dan posisi pintu tegak
lurus dasar saluran.
b. Letakkan point gauge di sebelah hilir dan setelah hulu pintu.
c. Atur dan pasang pitot meter di sisi flume.
d. Aturlah tinggi bukaan pintu (yg) = 20 mm dan tinggi muka air di hulu pintu (y 0) =
…….mm, dan pastikan dalam kondisi konstan.
e. Letakkan tail gate di sisi paling ujung flume.
f. Alirkan air perlahan-lahan dengan membuka katup control aliran, sampai membentuk
loncatan air di sebelah hilir pintu. Amati dan gambar sketsa loncatan airnya.
g. Naikkan tinggi muka air di hulu dengan memutar katup kontrol aliran dan naikkan
pula tail gate di ujung flume. Amati loncatan air dan gambar sketsanya.
h. Untuk tiap langkah di atas, ukur dan catat nilai-nilai y1, yg, y3 dan Q.
B. Hasil Perhitungan
Kondisi Q konstan
Percobaan Yg ( m ) Yo ( m ) Y1 ( m ) Y3 ( m ) Q ( m3/dt
)
a. Perhitungan V1
Q Q
Rumus : V1 = =
A1 b.xY1
Q 0.00175
1. V1 = = = 0.975 m/dt
b.Y1 0.078 x0.023
Q 0.00175
3. V1 = = = 0.701 m/dt
b.Y1 0.078 x0.032
Q 0.00175
4. V1 = = = 0.801 m/dt
b.Y1 0.078 x0.032
b. Perhitungan V3
Q Q
Rumus : V3 = =
A3 b.Y3
Q 0.00175
1. V3 = = = 0.351 m/dt
Y3 .b 0.064 x0.078
Q 0.00175
2. V3 = = = 0.329 m/dt
Y3 .b 0.068 x0.078
Q 0.00175
3. V3 = = = 0.321 m/dt
Y3 .b 0.070 x0.078
Q 0.00175
4. V3 = = = 0.345 m/dt
Y3 .b 0.065 x0.078
c. Perhitungan H1
Q2
Rumus : H 1 = Yo + (Yoxb)2
2g
0.00175 2
1. H 1 = 0..150 + (0.150 x0.078)2 = 0.150 m
2 x9.81
0.00175 2
2. H 1 = 0.170 + (0.170 x0.078)2 = 0.170 m
2 x9.81
0.00175 2
3. H 1 = 0.112 + (0.112 x0.078)2 = 0.112 m
2 x9.81
0.00175 2
4. H 1 = 0.92 + (0.92 x0.078)2 = 0.92 m
2 x9.81
d. Perhitungan ΔH
1. H =
(0.064 − 0.023)3 = 0.012 m
4 x0.023 x 0.064
2. H =
(0.068 − 0.028)3 = 0.0084 m
4 x0.028 x0.068
3. H =
(0.070 − 0.032 )3 = 0.0061 m
4 x0.032 x0.070
4. H =
(0.065 − 0.028)3 = 0.0069 m
4 x0.028 x0.065
e. Perhitungan H3
Rumus : H 3 = H 1 − H
Yg Yo Y1 Y3 V1 V3 Q H1 H3 H
3
No. (m) (m) (m) (m) ( m/dt ) ( m/dt) ( m /dt ) (m) (m) (m)
1 0.02 0.15 0.023 0.064 0.975 0.351 0.00175 0.15 0.138 0.012
2 0.025 0.13 0.028 0.068 0.801 0.329 0.00175 0.17 0.122 0.0084
3 0.03 0.112 0.032 0.07 0.701 0.321 0.00175 0.112 0.106 0.0061
4 0.035 0.092 0.028 0.065 0.801 0.345 0.00175 0.92 0.913 0.0069
2
V1 Y
a. Hitung V1 dan gambarkan grafik hubungan hubungan antara dan 3
gxY1 Y1
2
V1 Y
Kondisi Q konstan = 0.002151 m3/dt dan grafik hubungan antara dan 3
gxY1 Y1
; g = 9.81 m/dt2
2 2
V1 V1 0.975 2
1. = = 4.213
gxY1 gxY1 9.81x0.023
Y3 Y3 0.064
1. = = 2.782
Y1 Y1 0.023
Y3 0.068
2. = = 2.429
Y1 0.028
Y3 0.070
3. = = 2.188
Y1 0.032
Y3 0.065
4. = = 2.321
Y1 0.028
No. V1
2
Y3
gxY1 Y1
1 4.213 2.782
2 2.336 2.429
3 0.447 2.188
4 2.335 2.321
10
9 y = 0,0441x + 2,158
R² = 0,8778
8
7
6
Y3 5
Y1 4
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
2
V1
gxY1
Grafik 2.2
2
Y3 V1
Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa hubungan dengan berbanding lurus
Y1 gxY1
2
Y3 V1
dimana jika nilai tinggi maka nilai akan semakin tinggi. Dimana Q = 0.00175
Y1 gxY1
2
3 Y3 V1
m /dt, dengan nilai = 0,044. + 2.158
Y1 gxY1
H Y
b. Hitung ΔH/Y1 dan gambarkan grafik hubungan antara dengan 3
Y1 Y1
Perhitungan: Dengan Q konstan
H 0.012
1. = 0.5217
Y1 0.023
0.0084
2. = 0.1929
0.028
0.061
3. = 1.9063
0.032
0.0069
4. = 0.2464
0.028
H Y3
No.
Y1 Y1
H Y
Grafik hubungan antara dengan 3 dengan kondisi Q konstan
Y1 Y1
10
9 y = 1,0782x + 2,2447
8 R² = 0,8327
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7
Grafik 2.3
Y3 H
0.002151 m3/dt, dengan nilai = 1,078. +2,244
Y1 Y1
C. Hitunglah nilai Yc dan ujilah apakah Y1<Yc<Y3 dengan Q konstan, α = 1,
g = 9,81 m/s2
1/ 3
.Q 2
Yc = 2
g.b
1/ 3
1(0.00175) 2
Yc = 2
= 0.038
9,81x0.078
Karena Q konstan , maka nilai Yc sama untuk setiap percobaan yaitu 0,043
Melihat tabel di atas, maka dapat disimpulkan nilai Yc terletak diantara Y 1 dan Y3.
Maka: Y1 < Yc < Y3
D. Hitung nilai H / Yc
No. H Yc H
(m) (m) Yc
Percobaan II
Tabel Hasil Percobaan dengan Yg Konstan
Kondisi Yg konstan
Yo Y3
No. Yg (m) Y1 (m) Q (m3/dt)
(m) (m)
1. 0,020 0.112 0.019 0.054 0.0012
A. Perhitungan V1
Q Q
Rumus : V1 = =
A1 b Y1
Q 0,0012
1. V1 = = = 0,8097 m/dt
b Y1 0.078 0,019
Q 0.0016
2. V1 = = = 1,1396 m/dt
b Y1 0.078 0,018
Q 0.0017
3. V1 = = = 1,2821 m/dt
b Y1 0.078 0,017
Q 0.0018
4. V1 = = = 1,2821 m/dt
b Y1 0.078 0,018
Q 0.0020
5. V1 = = = 1,5083 m/dt
b Y1 0.078 0,017
B. Perhitungan V3
Q Q
Rumus : V3 = =
A3 b Y3
Q 0.0012
a. V3 = = = 0,2849 m/dt
Y3 b 0.078 0,054
Q 0.0016
b. V3 = = = 0,3156 m/dt
Y3 b 0.078 0,065
Q 0.0017
c. V3 = = = 0,3159 m/dt
Y3 b 0.078 0,069
Q 0.0018
d. V3 = = = 0,2997 m/dt
Y3 b 0.078 0,077
Q 0.0017
e. V3 = = = 0,2914 m/dt
Y3 b 0.078 0,088
V12
Rumus : H 1 = Y1 +
2g
0,8097 2
f. H 1 = 0,019 + = 0,0524 m
2 9,81
1,1396 2
g. H 1 = 0,018 + = 0,0842 m
2 9,81
1,28212
h. H 1 = 0,017 + = 0,1008 m
2 9,81
1,28212
i. H 1 = 0,018 + = 0,1018 m
2 9,81
1,5083 2
j. H 1 = 0,017 + = 0,1330 m
2 9,81
D. Perhitungan H3
V32
Rumus : H 3 = Y3 +
2g
0,2849 2
k. 𝐻3 = 0,054 + = 0,0581 m
2 9,81
0,3156 2
l. 𝐻3 = 0,065 + = 0,0701 m
2 9,81
0,3159 2
m. 𝐻3 = 0,069 + = 0,0741 m
2 9,81
0,2997 2
n. 𝐻3 = 0,077 + = 0,0816 m
2 9,81
0,2914 2
o. 𝐻3 = 0,088 + = 0,0923 m
2 9,81
• Perhitungan ∆𝑯 :
(𝒀𝟑 − 𝒀𝟏 )𝟑
∆𝑯 =
𝟒𝒀𝟑 𝒀𝟏
(0,054 − 0,019) 3
1.∆𝑯 = = 0,0104 m
4 0,054 0,019
(0,065 − 0,018) 3
2.∆𝑯 = = 0,0222 m
4 0,065 0,018
(0,069 − 0,017) 3
3.∆𝑯 = = 0,0300 m
4 0,069 0,017
(0,077 − 0,018) 3
4.∆𝑯 = = 0,0370 m
4 0,077 0,018
(0,017 − 0,088) 3
5.∆𝑯 = = 0,0598 m
4 0,017 0,088
Yg Yo Y1 Y3 V1 V3 Q H1 H3 H
No. (m) (m) (m) (m) (m/dt) (m/dt) (m3/dt) (m) (m) (m)
1 0,02 0,112 0,019 0,054 0,8097 0,2849 0,0012 0,0524 0,0581 0,0104
2 0,02 0,136 0,018 0,065 11,396 0,3156 0,0016 0,0842 0,0701 0,0222
3 0,02 0,140 0,017 0,069 12,821 0,3159 0,0017 0,1008 0,0741 0,0300
4 0,02 0,143 0,018 0,077 12,821 0,2997 0,0018 0,1018 0,0816 0,0370
5 0,02 0,165 0,017 0,088 15,083 0,2914 0,0020 0,1330 0,0923 0,0598
𝑽𝟐 𝒀
Grafik hubungan antara 𝒈𝒀𝟏 dan 𝒀𝟑 dengan g=9,81 m/dt2, Yg konstan
𝟏 𝟏
Rumus :
Rumus :
𝑽𝟐𝟏 𝒀𝟑
No.
𝒈𝒀𝟏 𝒀𝟏
1 3,5176 2,8421
2 7,3547 3,6111
3 9,8558 4,0588
4 9,3083 4,2778
5 13,6413 5,1765
5
5,1765
4 4,2778
4,0588
3,6111
Y3/Y1 3
2,8421
2
0
3,5176 7,3547 9,8558 9,3083 13,6413
V12/gY1
Grafik 2.3
𝑽𝟐 𝒀
Hubungan Antara 𝒈𝒀𝟏 dan 𝒀𝟑 saat Yg konstan
𝟏 𝟏
Hitung nilai 𝒀𝒄 dan ujilah apakah 𝒀𝟏 < 𝒀𝒄 < 𝒀𝟑 dengan ∝= 𝟏 dan g=9,81 m/det2
Rumus :
Melihat tabel diatas, maka dapat disimpulkan tidak semuanya nilai 𝑌1 < 𝑌𝑐 dan
sudah bisa dipastikan kalo nila 𝑌𝑐 < 𝑌3 . Hal tersebut dapat kita lihat pada tabel diatas.
∆𝑯
Hitung nilai
𝒀𝒄
∆𝑯
Yg konstan, maka nilai 𝒀𝒄
No. ∆𝑯 𝒀𝒄 ∆𝑯
𝒀𝒄
1 0,0104 0,0412 0,2537
2 0,0222 0,0489 0,4532
3 0,0300 0,0508 0,5904
∆𝑯
Q konstan, maka nilai 𝒀𝒄
∆𝑯 𝒀𝒄 ∆𝑯
No.
𝒀𝒄
∆𝑯
Hasil perhitungan ∆𝑯 dan dengan Yg konstan, dapat dilihat sebagai berikut:
𝒀𝒄
∆𝑯
Hasil perhitungan ∆𝑯 dan dengan Yg konstan
𝒀𝒄
∆𝑯
No. ∆𝑯
𝒀𝒄
1 0,0154 0,4120
2 0,0222 0,0489
3 0,0300 0,0508
4 0,0370 0,0525
5 0,0598 0,0560
0,05
0,048
0,04
0,037
0,03 0,03
(m) 0,0222
0,02
0,0154
0,01
0
0,0412 0,0489 0,0508 0,0525 0,056
Grafik 2.4
∆𝑯
Hubungan antara ∆𝑯 dengan saat Yg konstan
𝒀𝒄
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan , maka
dapat ditarik kesimpulan:
H
a. Hasil perhitungan H dan dengan Q konstan, dapat dilihat sebagai berikut:
Yc
No. H H
(m) Yc
1. 0.012 0.3158
2. 0.0084 0.2211
3. 0.0061 0.1605
4. 0.0069 0.1815
1,2
y = 23,25x - 6E-05
1 R² = 1
0,8
H 0,6
Yc
0,4
0,2
0
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06
-0,2
H
Grafik 2.5
Dimana Q = 0.002151 m3/dt
H
Dari kurva hubungan antara energi spesifik H dengan , didapatkan grafik linier
Yc
H
dengan nilai = 23,25. H - 6.10-5 dan R2=1, ini menunjukkan bahwa kehilangan ( ΔH )
Yc
H
sebanding atau berbanding lurus dengan perhitungan .
Yc
H
b. Hasil perhitungan H dan dengan Yg konstan, dapat dilihat sebagai berikut.
Yc
∆𝑯
No. ∆𝑯
𝒀𝒄
1 0,0154 0,412
2 0,0222 0,0489
3 0,030 0,0508
4 0,037 0,0525
5 0,0598 0,056
Grafik 2.6
Loncatan hidrolik yang mana batas energi masih dalam batas toleransi diaplikasikan
untuk menurunkan kecepatan aliran air yang mengalir melewati pintu air melalui suatu
saluran air. Sehubungan dengan hal tersebut, energi yang mengalir akan menurun/berkurang.
Energi yang berpindah setelah loncatan adalah menjauhi sluice gate (menuju bagian hilir).
SARAN
Sebaiknya untuk mempercepat kerja percobaan menggunakan alat pengukur debit
(Pitot meter) untuk mengukur debit aliran air.
Kekentalan air diperhitungkan karena air kotor
Sebaiknya dasar saluran diberikan gesekan dengan menambahkan batu/kerikil agar
percobaan lebih mendekati keadaan di lapangan.
Materi Percobaan : C
BENDUNG AMBANG LEBAR
Dikerjakan oleh
Kelompok : 1
Disetujui oleh :
LABORATORIUM HIDRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2015
2.3.1 TUJUAN
a. Mendemonstrasikan aliran melalui ambang lebar.
b. Menunjukkan bahwa ambang lebar dapat digunakan untuk mengukur debit.
2.3.2 TEORI DASAR
Peluap disebut ambang lebar apabila B > 0,66 H, dengan B adalah peluap / ambang lebar
dan H adalah tinggi peluapan. Dipandang dari A dan B tinggi air di atas peluap pada titik A
adalah H, sedang pada titik B adalah yc (h).
Kondisi aliran di hilir peluap ambang lebar tidak mengalami ”obstruction”, hal ini
menunjukkan bahwa aliran di atas ambang adalah maksimum. Dalam kondisi demikian
Laporan Pratikum Mekanika Fluida dan Hidrolika | 43
terjadi aliran kritis di atas ambang, sehingga dapat dipakai sebagai dasar mengukur energi
2
spesifik. Bila kecepatan di hulu ambang kecil, maka nilai tinggi kecepatan V0 dapat
2g
diabaikan dan energi spesifik di atas ambang adalah E = H.
Debit aliran yang lewat ambang lebar dapat dihitung dengan formula :
Q = Cd .B. 2 g . Hyc 2 − yc 2
dan,
2
yc = H
3
3
Qmaks = 1,71.Cd.B.H 2
keterangan :
Q = debit di atas ambang (m3/s).
B = lebar ambang (m).
H = tinggi peluap (m). ;
Cd = koefisien debit.
2
V0
2
2.g L V1
2.g
yc
E H
0
Y
P
0
PERALATAN
a. Flume (Saluran Terbuka)
c. Point Gauge
d. Pitot Meter
B. Hasil Perhitungan
A. Hitung nilai Cd untuk setiap nilai Q
Tabel hasil pengamatan Bendung Ambang Lebar
Variasi Yo ( m ) Yc ( m ) L(m) H ( m ) Q ( m3/dt )
Yo Yc L H Q
Percobaan H3/2 Cd
3
(m) (m) (m) (m) (m /dt)
1 0.127 0.009 0.275 0.027 0.00039 0.00444 0.650
2 0.132 0.0115 0.259 0.032 0.00053 0.00572 0.689
3 0.137 0.0145 0.245 0.037 0.00077 0.00712 0.809
4 0.142 0.016 0.234 0.042 0.00106 0.0086 0.924
5 0.147 0.0185 0.23 0.047 0.00135 0.01018 0.994
0,07
0,06
0,05
H (m)
0,04
0,03
0,02
0,01
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005
Q (m3/dt)
Grafik 3.2
Dari grafik di atas didapatkan grafik linier dengan nilai H= 10,74.Q + 0,028 yang berarti
bahwa besarnya debit ( Q ) mempengaruhi tinggi peluapan ( H ). Dimana semakin besar
debit, maka tinggi peluapan akan semakin besar, begitu pula sebaliknya.
1,6
1,4
1,2
1
Cd
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,001 0,002 0,003 0,004 0,005
Q (m3/dt)
Grafik 3.3
Dari grafik tersebut didapatkan grafik linier dengan nilai Cd= 225,5.Q + 0,724 yang
berarti bahwa besarnya debit ( Q ) mempengaruhi besarnya koefisien debit ( Cd ) dimana
pertambahan debit aliran menyebabkan pertambahan pada nilai Cd.
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 0,02 0,04 0,06 0,08
H (m)
Grafik 3.4
Dari grafik di atas didapatkan grafik linier dengan nilai Cd= 19,37.H + 0,206 yang
berarti bahwa besarnya tinggi peluapan ( H ) mempengaruhi nilai koefisien debit ( Cd ),
dimana pertambahan H akan menyebabkan nilai Cd meningkat dan sebaliknya.
Q = Cd b 2g (Hh 2
− h3 ) ; dimana h = 2/3 H
Q = Cd b 2x9.81 (H (2 / 3H ) 2
− (2 / 3H ) 3 )
4 3
Q = Cd b 4.43 H
27
(
Q = Cd b 1.71 H 3 / 2 )
Q = 1.71 Cd b H 3 / 2
Dimana :
Q = debit di atas ambang (m3/dt)
b = lebar ambang (m)
H = tinggi peluapan (m)
Cd = koefisien debit
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dalam percobaan dan perhitungan yang telah dilakukan , maka
dapat ditarik kesimpulan :
DAFTAR PUSTAKA
Van Te Chow. 1985. Hidrolika Saluran Terbuka (Open Channel Hydraulics- alih bahasa
oleh Ir.E.V.Nensi Rosalina, M.Eng. Jakarta : Erlangga Terbitan asli McGr