Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN

PRAKTIKUM HIDROLIKA

Disusun Oleh:

MEI KRISNALIN O. PELURU (92011410141087)


NURUL IZZAH (92011410141052)
YERLIN RABE (92011410141046)
ROBERT TAMPANG ALLO (92011410141032)
RIFAT A. MONDOLU (92011410141026)

UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Hidrolika ini, telah diperiksa dan disetujui oleh dosen
pembimbing mata kuliah praktikum hidrolika yang di susun oleh

Mahasiswa Fakultas Teknik

Jurusan Sipil Universitas Sintuwu Maroso

KELOMPOK 10

NO MATA KULIAH ASISTEN DOSEN TANDA TANGAN


1. PRAKTIKUM HIDROLIKA Robin Sirait, S.T

2. PRAKTIKUM HIDROLIKA Savilla Salsabila Sabuka S.T

3. PRAKTIKUM HIDROLIKA I Gede Merta Wahyudi S.T

Poso, 20 Desember 2021


Mengetahui
Kepala Laboratorium Teknik Sipil
Universitas Sintuwu Maroso

YULISNAWATI LAWODI, S.T.,M.T


NIDN : 0904078303

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa


atas kasih dan penyertaanya sehingga kami dapat menyusun
laporan ini dengan baik. Laporan Praktikum Hidrolika ini merupakan
salah satu persyaratan akademik pada fakultas Teknik Jurusan
Sipil Universitas Sintuwu Maroso.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh


dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan
pembuatan laporan selanjutnya.

Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :


1. Ibu Yulisnawati Lawodi, S.T.,M.T
2. Koordinator Laboratorium
3. Asisiten Laboratorium Teknik UNSIMAR Poso

Dimana telah mengarahkan serta mendampingi kami dari


awal praktikum sampai selesainya penyusunan laporan ini.

Semoga laporan praktikum ini dapat diterima dan


bermanfaat bagi rekan-rekan yang akan melakukan praktikum
dimasa yang akan datang.

Poso, 20 DESEMBER 2021

DAFTAR ISI

ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I ALIRAN AIR PADA SALURAN TERBUKA ..............................1
A. Pendahuluan ....................................................................1
B. Alat yang digunakan ..........................................................1
C. Teori Dasar .......................................................................2
D. Prosedur Percobaan ..........................................................4
E. Analisa Perhitungan ..........................................................5
BAB II PELIMPAH .................................................................................11
I Maksud dan Tujuan ...............................................................11
II Alat yang digunakan .............................................................11
III Prosedur Percobaan ............................................................11
IV Teori Dasar ..........................................................................12
V Mengukur Debit ....................................................................15
BAB III OSBORNE REYNOLD ..............................................................18
A. Pengertian ..........................................................................18
BAB IV JARINGAN PIPA .......................................................................25
1.1 pendahuluan.........................................................................25
1.2 tujuan praktikum ...................................................................25
1.3 alat-alat percobaan ..............................................................31
1.4 Teori dasar dan penurunan rumus.......................................33
BAB V PENUTUP ..................................................................................52
KESIMPULAN ...........................................................................52
SARAN ....................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................53
DOKUMENTASI PRAKTIKUM .................................................................

iii
BAB I

SALURAN TERBUKA

(ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR)

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan ambang lebar,
sedangkan aplikasinya dilapangan ambang lebar banyak digunakan
pada saluran irigasi yang fungsinya menentukan debit dari air yang
mengalir pada saluran tersebut.
2. Maksud dan Tujuan
a. Menghitung debit, kecepatan, koefisien debit, dan koefisien
kecepatan.
b. Menentukan jenis aliran dari perhitungan angka froud
B. ALAT YANG DIGUNAKAN
a) Multi purpose teaching flume
b) Model ambang lebar/ broad crester weir
Model ini merupakan tiruan ambang lebar di saluran irigasi.
Model ini terbuat dari glass reinforced plastic yang berbentuk prisma
segi empat dengan punggung dibuat streamline. Konstruksi ini pada
umumnya banyak digunakan di lapangan untuk mengukur debit di
saluran terbuka, karena akan memberikan akurasi dan keandalan
pengukuran, disamping juga kemudahan dalam pembuatan
konstruksi dan perawatannya.
c) Point gauge
d) Mistar/ pita ukur

1
e) Ember plastic
f) Stop wacth
g) Gelas ukur.

C. DASAR TEORI

Peluap disebut ambang lebar apabila B>0.097 hu, dengan B adalah


lebar peluap, dan hu adalah tinggi peluap.

Q = 0,000952 m3/dt
yc = 0,018 m
h = 0,137733 m hu = 0,034 m

P = 0,1 m yt = 0,011 m
Yo = 0,134 m

Keterangan:
Q = debit aliran (m3/dt)
v2
H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+
2. g
P = tinggi ambang (m)
Yo = kedalaman hulu ambang (m)
Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)
Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)
hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)

Ambang lebar merupakan salah satu konstruksi pengukur debit.


Debit aliran yang terjadi pada ambang lebar dihitung dengan
menggunakan formula sebagai berikut:
Q = Cd *b* (h^3/2) …………… (2.1)

Keterangan:
Q = debit aliran (m3/dt)
h = tinggi total hulu ambang (m)

2
Cd = koefisien debit
b = lebar ambang (m)

debit aliran juga dapat dihitung dengan:


3
Q=Cd∗Cv∗b∗hu ………………. (2.2)
2

Keterangan:
Q = debit aliran (m3/dt)
hu = tinggi muka air hulu ambang (m)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan
b = lebar ambang (m)

Dengan adanya ambang, akan terjadi efek pembendungan di


sebelah hulu ambang. Efek ini dapat dilihat dari naiknya permukaan
air bila dibandingkan dengan sebelum dipasang ambang. Dengan
demikian, pada penerapan di lapangan harus diantisipasi
kemungkinan banjir di hulu ambang.
Secara teori naiknya permukaan air ini merupakan gejala alam
dari aliran dimana untuk memperoleh aliran air yang stabil, maka air
akan mengalir dengan kondisi aliran subkritik, karena aliran jenis ini
tidak akan menimbulkan gerusan (erosi) pada permukaan saluran.
Pada saat melewati ambang biasanya aliran akan berperilaku
sebagai aliran kritik, selanjutnya aliran akan mencari posisi stabil.
Pada kondisi tertentu misalkan dengan adanya terjunan atau-
kemiringan saluran yang cukup besar, setelah melewati ambang
aliran dapat pula berlaku sebagai aliran super kritik.
Pada penerapan di lapangan apabila kondisi super kritik ini
terjadi maka akan sangat membahayakan, dimana dasar tebing
saluran akan tergerus. Strategi penanganan tersebut diantaranya

3
dengan membuat peredam energy aliran, misalnya dengan
memasang lantai beton atau batu-batu cukup besar di hilir ambang.
Tingkat kekritikan aliran tersebut dapat ditentukan dengan
mencari bilangan Froud dengan persamaan:
v
F= …………(2.3)
√g . D
Keterangan:
F = angka Froud (froud number)
D = kedalaman aliran (m)
Dimana jika:
F<1 disebut aliran subkritik.
F=1 disebut aliran kritik.
F>1 disebut aliran super kritik.

D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka.
2. Alirkan air kedalam model saluran terbuka.
3. Ukurlah debit aliran sampai 3 kali untuk 1 bukaan.
4. Catat harga h, Yo, Yc, Q, Yt.
5. Amati aliran yang terjadi.
6. Gambar profil aliran yang terjadi.
7. Ulangi percobaan untuk debit yang lain.
8. Menghitung harga Cd &Cv berdasarkan formula (3.1) dan (3.2)
9. Membuat grafik : Cd dan Q Cv dan Q
v dan Q
10. Titik-titik pada grafik tersebut dihubungkan dengan garis yang
dibuat dari suatu persamaan regresi.
11. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara
hubungan variable tersebut.

4
12. Menentukan tingkat kekritikan aliran dengan menghitung angka
froud untuk setiap percobaan (sebelum, di atas & sesudah
ambang).
Persamaan tambahan yang bisa dipakai:
Menghitung kecepatan aliran (v):

Dengan:
A = luas tampang basah (m2)
Q = debit (m3/dt)

Table II.1 data debit yang didapatkan saat pengujian

No Volume (m3) Waktu (detik) Debit (m 3 / detik )


1 0.0024 2.52 0.000952
2 0.0027 2.74 0.000986
3 0.0026 2.83 0.000919
Rata-rata 0.000952

E. ANALISA PENGHITUNGAN
1. Pada kondisi bukaan I
B= 0.097 m
P= 0.1 m
Sumber: hasil pengujian dan perhitungan
-Menghitung debit (Q):

V
Rumus: Q =
t

0.0024
Q1 =
2.52

= 0.000952 m3/dt

5
0.0027
Q 2=
2.74
= 0.000986 m3/dt
0.0026
Q 3=
2.83
= 0.000919 m3/dt

-Menghitung debit rata-rata (Q )


Q1+Q2 +Q3
Rumus : Qrata =
3

0,000952+ 0,000986+0,000919
Qrata =
3
0.002857
=
3
0.000883+0.00060+0.000714
= 0.000952
3
m3/dt

-Menghitung volume rata-rata (V ¿


V 1+V 2+V 3
Rumus: V =
3

0,0024+0,0027+ 0,0026
V =
3
V = 0,00257 m3
-Menghitung tampang awal (Ao)
Rumus: Ao = B.Yo

Ao = 0.097 m x 0.134 m
= 0.012998 m2
-Menghitung kecepatan

6
Q
Rumus: v0 =
A0
0.000952
=
0.012998
= 0.073242 m/dt

v0
h = Y 0+
2∗9.81

0.073242
= 0.134+
2∗9.81
= 0.137733 m
3
h2 = 0.051116 m3/2

hu = Yo – P
¿ 0.034 m
3
hu 2 = 0.006269 m3/2

-Menghitung Cd

Q
Rumus: Cd = 3
B∗h 2

= 0.192013
-Menghitung Cv

Q
Rumus: Cv = 3
B∗hu 2 ∗Cd

= 8.136752
v0 = 0.073242 m/dt

Q
vc =
B∗Yc

7
= 0.545246 m/dt
Q
Vvt t =
B∗Yt
= 0.892221 m/dt
-Perhitungan angka Froud:

v0
F ( Yo ) =
√ gD
191.5672
=
√ 9.81∗0.134
= 0.063882
Jika F<1, maka aliran tersebut subkritik

vc
F ( Yc ) =
√ gD
0,545246
=
√ 9.81∗0.018
= 1.297544
Jika F>1 , maka aliran tersebut super kritik

vt
F ( Yt ) =
√ gD
0,892221
=
√ 9.81∗0,011
= 2,716070

Jika F>1 , maka aliran tersebut super kritik

8
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso

Pekerjaan : Praktikum Hidrolika Dikerjakan : Kelompok 10


Lokasi : Laboratorium UNSIMAR Asisten Dosen : I Gede Merta Wahyudi,S.T
Bahan : Air Tanggal : 19, Desember 2021

Tabel II.2 Data yang diperoleh dari perhitungan

No Nilai Keterangan
Simbol
Q rata-rata (m 3 /detik ¿
1 0.000952

2 V (m/detik) 0.002567

9
3 Yo (m) 0.134

4 Yc (m) 0,018

5 Yt (m 0,011

6 Cd 0.192013

7 Cv 8.136752

8 F (Yo) 0.063882 Subkritik

9 F (Yc) 1.297544 Super kritik

10 F (Yt) 2.716070 Super kritik

F. kesimpulan dan saran


1. kesimpulan

Berdasarkan pengujian didapatkan hasil angka froud di Yo = 0.063882


yang termasuk dalam kondisi aliran subkritik,aliran subkritik tidak
menimbulkan gerusan (erusi) pada permukaan saluran.sedangkan hasil
angka froud di Yc = 1.297544 dan Yt= 2.716070 yang termasuk dalam
kondisi aliran super kritik yang dapat menimbulkan erosi pada permukaan
saluran.

2. Saran

Saat praktek open channel, ketelitian dalam pembacaan atau mencari


data sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengumpulan
data.

10
BAB II

PELIMPAH (DISCHARGE OVER A NOTCH)

I. MAKSUD DAN TUJUAN


Untuk menentukan dan meneliti pengaruh koefisien debit
(Cd) terhadap besarnya debit dan tinggi muka air yang terjadi.

II. ALAT YANG DIGUNAKAN

1. Bak penampung air


2. Bak pengalian
3. Pelimpah berbentuk segitiga
4. Alat tinggi muka air
5. Gelas ukur
6. Stopwatch

III. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Pelimpah dipasang pada bak pengaliran.


2. Air dialirkan dari bak penampungan ke bak pengaliran dan
diusahakan agar tinggi muka air yang melalui pelimpah,
tingginya menjadi konstan.
3. Setelah konstan, melalui selang air yang dialirkan dari bak
pengaliran kemudian ditampung selama beberapa detik
(ditentukan oleh asisten).
4. Diulangi percobaan di atas dengan waktu yang berbeda.
5. Diulangi percobaan dengan debit yang berbeda.

11
IV. TEORI DASAR
Sebagaimana diketahui, pelimpah berfungsi untuk mengatur
debit dan tinggi air yang akan melalui suatu saluran air. Maka untuk
mengetahui besarnya, diperlukan percobaan – percobaan yang
sesuai dengan bentuknya.
Untuk mendapatkan persamaan pengaliran, maka kita perlu
memperhatikan luasnya : dA = B.dh.
Pa1da gambar di bawah ini diketahui kecepatan teoritis air
yang mengalir melalui pelimpah = √ 2 gh , maka debit yang mengalir
melalui element ini adalah :
dQ = B . dh . √ 2 gh
h h

Q = ∫ d . Q=∫ B . dh . √ 2 gh
0 0

= 2/3 . B . H . √ 2 gh
= 2/3 . 4 . 15 . 11,29
= 1,5 . 4 . 15 . 11,29
= 6 . 15 . 11,29
= 1.016,1

Nilai Q diatas adalah secara teoritis, dalam keadaan


sebenarnya air yang meluap lebih kecil dari (b.dh). maka perlu
diintroduksi bila mana konstanta (Cd) yang disebut koefisien lepas.
Nilai Cd ini ditentukan secara eksperimen. Dalam praktek debit
yang mengalir adalah :

12
Q = 2/3 Cd x B x H . √ 2 gh
3 .Q
Cd =
2. B √2 g . H
3 /2

3 . 1.016,1
Cd =
2. 17,68 .58,09
=1,48

Dimana :
B = Lebar dasar pelimpah
Cd = Koefisien pengaliran
H = Tinggi air dasar pelimpah

Dari rumus dapat asumsi :


1. Apabila tinggi muka air tetap dan debit makin besar, maka
Cd-nya makin besar.
2. Apabila debit tetap, muka air H makin besar, maka Cd-nya
makin kecil.
Fungsi dari pelimpah adalah untuk mengatur debit dan tinggi
muka air yang melalui saluran air. Salah satunya adalah ambang
tajam dengan jenis pelimpah/peluap segitiga.

13
b = H . tg /2
b = (H – h) . tg /2
Luas Elemen : dA = (2b) . dh
dA = 2 (15 – 5,5) . -0,57 . 4,5
dA = 2 .9,5. -2,56
dA = 19 . -2,56
dA = -48,64
Kecepatan air yang mengalir melalui elemen : V= √ 2 gh
V= 10,39
Elemen debit dQ yang melalui pelimpah = Cd. dA . V
= 0,6 .-48,64 . 10,39
= -303,22
dQ = Cd.2 (H – h) . tg /2 . dh √ 2 gh
dQ = 0,6 . 2. 14 . -0,57 . 4,5 . 10,39
dQ = -447,73

dQ = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 gh (H – h) . h1/2 . dh
dQ = 0,6 .2 . -0,57 . 98,71. 2,35 . 4,5
dQ = -713,99

dQ = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 gh (H . h1/2 – h3/2) . dh


dQ = 0,6 . 2 . -0,57 . 268,06 . 4,5
dQ = -825,09

H
Q = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 gh [H . 2/3 . h3/2 – 2/5 h5/2¿0
Q = 0,6 . 2 . -0,57 . 4.227,59 . 3
Q = 8.675,01

4
Q = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 g ( – Hh5/2)
15
Q = 0,6 . 2 . -0,57 . -916,62

14
Q = 626,97

Q = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 g . (H5/2)
Q = 0,6 . 2 . -0,57 . 3851,67
Q = -2634,54

15Q
Cd = 8 .tg ❑ . √ 2 g H 5/ 2
2

Dalam teori, biasanya Cd = 0.6, tetapi dalam prakteknya Cd


sebenarnya tergantung pada tinggi pelimpah, bentuk pelimpah dan
lain sebagainya. Asumsi – asumsi yang dapat diambil dari pelimpah
segitiga adalah :

1. A pabila tinggi muka air tetap dan debit makin besar, makan
Cd-nya makin besar.
2. Apabila debit tetap, muka air H makin besar, maka Cd – nya
makin kecil.

V. MENGUKUR DEBIT
CARA UNTUK MENGUKUR DEBIT TEORITIS
 Menghitung H
 Menghitung debit dengan rumus yang sesuai

Bagaimana menghitung H?

 Biarkan air mengalir di atas pintu air hingga ketinggian air


turun sampai “tingkat ambang” pintu air dan aliran air
berhenti.

15
 Biarkan ujung “titik ukur” menyentuh level air. Catat
bacaannya sebagai h0.
 Biarkan ketinggian air naik dan air mengalir di atas pintu
air.
 Naikkan pengukur titik untuk menyentuh permukaan air
yang baru. Catat bacaan sebagai h1.
 Menghitung Debit Teoritis :
Qth = 2/3 B √ 2 g . H3/2
=1,5.4.4,42.7,61,5
= 555,64
Qth = 18/15 tan (/2) H5/2

CARA UNTUK MENGUKUR DEBIT AKTUAL


 Biarkan air mengalir di atas pintu air.
 Kumpulkan air di tangki pengukur.
 Tutup saluran pembuangan sehingga air terkumpul di
tangki pengukur.
 Catat waktu yang diperlukan untuk mengisi volume
tertentu.
 Saat air naik di tangki pengukur, itu juga akan naik di
tabung pengukur yang terhubung.
 Catat waktu t yang diperlukan agar ketinggian air naik dari
suatu R1 ke R2.
 Debit aktual = Volume / waktu = (R2 – R1) / t

16
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso

Pekerjaan : Praktikum Hidrolika Dikerjakan : Kelompok 10


Lokasi : Laboratorium UNSIMAR Asisten Dosen : Savilla Salsabila Sabuka,S.T
Bahan : Air Tanggal : 19, Desember 2021

PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

No H0 H1 H= Debit R1 R2 Time t Debit Debit


H1 – H0 Teoritis (Liter) (Liter) (Second) Aktual Aktual
Qth = (Qact = (R2 Cd = Qact /
***** – R 1) / t Qth
1 9 9,5 0,5 555,64 800 740 28,75 -2,087 -0,000313 P
ta
3
2 8,5 9,5 1 555,64 800 740 28,8 -2,083 -0,000299 c

Kesimpulan Dan Saran :

1. Kesimpulan
Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk
ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh
embung.
2. Saran
Agar tetap menjaga kebersihan lingkungan.

BAB III

17
OSBORNE REYNOLD

A. Pengertian

Bilangan Reynolds merupakan rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap


gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya
tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan Reynolds ini dapat
digunakan untuk mengidentikasikan jenis aliran yang berbeda, seperti
jenis aliran laminar dan turbulen. Dimana nama tersebut diambil dari
Osborne Reynolds (1842–1912) yang mengusulkannya di tahun 1883.
Bilangan Reynold merupakan salah satu bilangan yang tidak berdimensi
yang sangat penting dalam mekanika fluida dan dapat digunakan seperti
halnya dengan bilangan yang tidak berdimensi lainnya. Untuk memberikan
kriteria dalam menentukan dynamic similitude. Jika dua pola aliran yang
mirip secara geometris, mungkin pada fluida yang berbeda dan laju alir
yang berbeda pula, memiliki nilai bilangan tidak berdimensi yang relevan
dan keduanya disebut mempunyai kemiripan dinamis.
Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:
dengan:

•   vs-kecepatan fluida,
•   L-panjang karakteristik,
•   μ-viskositas absolut fluida dinamis,
•   ν- viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
•   ρ- kerapatan (densitas) fluida.

Misalnya pada aliran dalam pipa, panjang karakteristik adalah diameter


pipa, jika penampang pipa bulat, atau diameter hidraulik, untuk
penampang tak bulat.
Pengertian Aliran Laminer dan Aliran Turbelen

1. Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran fluida yang dapat bergerak dengan

18
kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir yang tidak
berpotongan satu sama lain. Hal tersebut ditunjukan oleh
percobaan Osborne reynolds. Pada laju aliran rendah aliran laminer
tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang
aliran. Aliran ini memiliki Bilangan Reynolds lebih kecil dari 2300

2. Aliran Turbelen
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikelnya bergerak
secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang
saling berinteraksi. Akibat dari hal tersebut garis alir antara partikel
fluidanya saling berpotongan. Oleh osborne reynolds digambarkan
sebagai bentuk yang tidak stabil yang bercampur dalam waktu
yang begitu cepat yang selanjutnya memecah dan menjadi tidak
terlihat. Aliran turbulen ini mempunyai bilangan yang lebih besar
dari 4000. Aliran yang mempunyai bilangan reynold antara 2300 –
4000 ada yang menyebut sebagai aliran dalam keadaan transisi.
Sehingga terjadi perubahan dari kondisi laminer menuju aliran
turbulen.

LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso

19
Pekerjaan : Praktikum Hidrolika Dikerjakan : Kelompok 10
Lokasi : Laboratorium UNSIMAR Asisten Dosen : Savilla Salsabila Sabuka,S.T
Bahan : Air Tanggal : 19, Desember 2021

3.Judul Satua Lambang Tipe Nilai Deskripsi


kolom n

Diameter pipa m d Transisi 0,002 Diameter pada pipa


percobaan pecobaan
Diameter diukur
dalam mm.
Konversikasi ke
meter untuk
Perhitungan

Volume m³ V Diukur 0,00000000066 Volume fluida yang


terkumpul terkumpul
Pada silinder
pengukur. Volume
diukur dalam ml.
Konversikan ke
dalam meter kubik
untuk perhitungan
(bagi pembacaan
dengan 1,000,000)

20
Waktu s t Diukur 28,75 Waktu yang diambil
pengumpulan untuk
mengumpulkan
volume air pada
tabung silinder

Temperatur °C ° Diukur 25° Temperatur air


air yang meninggalkan
session percobaan.

Lihat tabel
Viskositas m²/s v Diukur 0,000000895
kinematik

Debit m³/s Qt Dihitung 23,131 v


Qt = =
t

Volume terkumpul
Waktu pengumpulan
Kecepatan fluida
Kecepatan Cm/s V Dihitung 11,566 melalui pipa
Debit
V=
Luasan pipa

Angka Re Dihitung 25,846 ud


Re =
v
Reynolds

Judul kolom Satua Lamban Tipe Nilai Deskripsi


n g

21
Diameter m d Turbulen 0,002 pada pipa
pipa s pecobaan
percobaan Diameter
diukur dalam
mm.
Konversikasi
ke meter untuk
Perhitungan

Volume m³ V Diukur Volume fluida


terkumpul 0,0000000000089 yang
5 terkumpul
Pada silinder
pengukur.
Volume diukur
dalam ml.
Konversikan
ke dalam
meter kubik
untuk
perhitungan
(bagi
pembacaan
dengan
1,000,000)

Waktu s t Diukur 28,8 Waktu yang


pengumpula diambil untuk
n mengumpulka

22
n volume air
pada tabung
silinder
Temperatur air
Temperatur °C ° Diukur 25° yang
air meninggalkan
session
percobaan.
0,000000895 Lihat tabel
Viskositas m²/s v Diukur
kinematik

Kecepatan
Kecepatan Cm/s V Dihitung 155,5 fluida melalui
pipa
V=
Debit
Luasan pipa
ud
Re =
Angka Re Dihitung 347,598 v

Reynolds

Data teknis: Diameter pipa d = 0,002 m


Luasan melintang pipa A = 7,854 × 10ˉ 5 m2
(Dimensi-dimensi dari peralatan berikut ini bisa diperiksa kembali sebagai
bagian dari prosedur percobaan dan diganti dengan pengukuran anda
sendiri )

Grafik Hubungan antar Kecepatan (V) dan Reynold (R)

23
OSBORN REYNOLD
400,000
347,598
350,000
300,000
250,000
REYNOLD

200,000 RE
150,000
100,000
50,000 25,846
0
11,566 155,55
KECEPATAN

1. Kesimpulan
Umumnya aliran fluida terdiri atas:

1. Aliran di dalam saluran, yaitu aliran yang di batasi oleh aliran


permukaan keras.
2. Sekitar benda, yang dikelilingi oleh fluida yang selanjutnya tidak
terbatas.Laminer : yaitu aliran dengan fluida yang bergerak dalam
lapisan-lapisan, atau lamina-lamina, dengan satu lapisan, meluncur
dengan lancer pada lapisan-lapisan yang berseblahan dengan
momentum saling-tukar secara molekuler saja. Aliran turbulen : yaitu
aliran dengan aliran fluida yang gerakannya tidak teratur dan gerakan
partikelnya tidak teratur, dengan adanya momentum tukar dalam arah
horizontal yang besar. Aliran transisi : yaitu kondisi dimana aliran
lamina perlahan berubah, aliran ini agak sulit di amati dimana aliran
laminar berubah menjadi turbulen.

2. Kritik Dan Saran


Sebaik disarankan untuk mencari sumber lain sebagai pembanding
untuk makalah ini, dan untuk mendapatkan yang lebih banyak lagi.

24
BAB IV
JARINGAN PIPA
(KEHILANGAN TINGGI TEKAN)

A. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Kehilangan tinggi tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi
karena faktor gesekan (major losses) atau akibat faktor
perubahan bentuk geometri pipa (minor losses). Kehilangan
tinggi tekan yang akan dipelajari pada modul I ini adalah
kehilangan tinggi tekan akbat:

a. Faktor gesekan pipa lurus

b. Kontraksi tiba-tiba

c. Ekspansi tiba-tiba

d. Tikungan pada pipa katup (valve)

Dalam analisis perhitungan percobaan aliran pada pipa


ini,digunakan berbagai acuan dasar rumus yang diambil dari:

a. Persamaan Kontinuitas (continuity equation)

b. Persamaan Bernoulli

c. Persamaan Darcy-Weisbach

d. Persamaan Blassius

e. Bilangan Reynolds (Reynolds series )

II. Tujuan

Tujuan percobaan ini adalah :

a. Mempelajari pengaruh koefisien gesekan pada


pipa.

b. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan

25
akibat :

• Gesekan pada pipa lurus,

• Ekspansi tiba-tiba,

• Kontraksi tiba-tiba, dan tikungan.

B. Landasan Teori

I. Kehilangan Tinggi Tekan pada Pipa Lurus


Suatu pipa lurus dengan diameter (D) yang tetap, akan
mempunyai kehilangan tinggi tekan akibat gesekan
sepanjang pipa (L) sebesar:
2
Lv
ℎ𝐿 = f (3.1)
2 Dg

Dimana:

 hL = kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (m)

 f = koefisien gesek (tidak berdimensi)

 L = panjang pipa (m)

 D = diameter pipa (m)

 v = kecepatan aliran (m/detik)

 g = percepatan gravitasi (m/detik2 )

Persamaan di atas dikenal sebagai persamaan Darcy-


Weisbach dengan f sebagai konstanta tidak berdimensi
yang merupakan fungsi dari bilangan Reynolds dari aliran
dan kekasaran permukaan pipa.

26
II. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-tiba
a. Tanpa kehilangan tinggi tekan
Gambar 3.1 Ekspansi tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Persamaannya adalah:

(3.2)

b. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan


Gambar 3.2 Ekspansi dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Persamaannya adalah:

[( ) ( ) ]
2 4
V1
2
D1 D
¿¿¿ = − 1 (3.3)
g D2 D2

27
III. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-tiba

a. Tanpa kehilangan tinggi tekan

Gambar 3.3 Kontraksi tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Persamaannya adalah:

[ ( )]
4
V 12 D
¿¿¿ = 1− 1 (3.4)
g D2

b. Dengan kehilangan tinggi tekan

Gambar 3.4 Kontraksi dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Persamaannya adalah:

[ ( )( )]
2
V 22 D 1
¿¿¿ = 1− 1 − −1 (3.5)
2g D2 CC

Keterangan:

 Pi : Tekanan pada titik tinjau 1

28
 P2 : Tekanan pada titik tinjau 2

 V1 : Kecepatan fluida pada titik tinjau 1

 V2 : Kecepatan fluida pada titik tinjau 2

 Z : Ketinggian titik tinjau 1 dari datum

 Z2: Ketinggian titik tinjau 2 dari datum

 γ : pg

 p : Massa jenis fluida

 g : Percepatan grafitasi

IV. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Adanya Katup


Kehilangan Tinggi Tekan Akibat katup (hL) adalah

P 1−P2
hL =
pg

ℎ𝐿 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 12,6 ℎ𝐿

Koefisien kehilangan energi K dan Kkoreksi adalah

𝐾 = ℎ𝐿 ¿ )

𝐾𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = ℎ𝐿 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 ¿)

V. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa

29
Keterangan :

------------ = Panjang lintasan

^----------^ = Panjang yang diketahui

Rumus umum kehilangan tinggi tekan pada pipa:


2
V
hL = K
2g

Dimana:

hL = kehilangan energi akibat tikungan


K = koefisien kehilangan tinggi tekan

Kehilangan tinggi tekan di dalam pipa di tikungan dan


sepanjang yang diamati (hT)

ℎ𝐿 = ℎ𝐿𝐵 + ℎ𝑓

Kehilangan tinggi tekan pada tikungan dibedakan atas dua


macam:
1.
Akibat perubahan geometri (hLB) dengan koefisien
tinggi tekan KB
2.
Akibat geometri dan gesekan pada tikungan %
lingkaran (hLL) dengan koefisien kehilangan tinggi
tekan KL

a. Akibat Perubahan Geometri Pipa

( ht −h f ) 2 g
KB = 2
(3.6)
V
b. Akibat Gesekan Pipa

[ [ ] ]

2g πR
KL= 2 hr− 1− hf (3.7)
V 2L

30
Dimana:

• g = percepatan gravitasi

• R = jari-jari tikungan

• L = panjang lintasan

• hT = kehilangan tinggi tekan pada tikungan

• hT = kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus

C. Alat-Alat Percobaan

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah Suatu


jaringan/sirkuit pipa, yang terdiri dari dua buah sirkuit yang
terpisah, masing-masing terdiri dari komponen pipa yang
dilengkapi selang piezometer. Dua sirkuit pipa itu adalah sirkuit
biru dan sirkuit abu-abu.

Gambar 3.6 Jaringan/Sirkuit Pipa

D. Prosedur Kerja

31
Prosedur kerja percobaan ini adalah :

a. Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada


udara yang terjebak di dalamnya. Prosedur ini dilakukan
dengan jalan memompakan udara ke dalam tabung piezometer
untuk menurunkan permukaan air di dalam tabung hingga
didapat suatu ketinggian yang sama hingga memudahkan
pengamatan.

b. Sirkuit biru dalam keadaan tertutup, sirkuit abu-abu dibuka


semaksimal mungkin guna mendapatkan aliran yang
maksimum di sepanjang pipa.

c. Membaca dan mencatat angka pada piezometer pipa


3 dan 4 untuk gesekan pipa lurus, piezometer pipa 7
dan 8 untuk ekspansi, pipa 9 dan 10 untuk kontraksi.

d. Catat debit yang dihasilkan dengan prinsip kerja


bangku hidrolik.

e. Mengubah besar debit air dengan jalan mengatur


kran pengatur masuk air pada sistem pipa dan catat.
ketinggian tabung dan debit. Lakukan untuk
beberapa pengamatan.

f. Setelah selesai pada sirkuit abu-abu ganti ke sirkuit


biru dengan jalan menutup kran pada sirkuit abu-abu
dan buka kran pada sirkuit biru. Ikuti prosedur 2
sampai 4 untuk beberapa pengamatan.

32
1. 4. Teori Dasar dan Penurunan Rumus
1. Menghitung besar debit bangku hidrolik

v
Q=
t
Diketauhi :

0,00059
Q1¿ =0,000027 m3/s
21,66

0,0005
Q2¿ =0,000027 m3/s
18,31

- Menghitung Debit rata-rata

Q1+Q 2
∑Q ¿
2

0,000027+0,000027
∑Q¿ =0,000027 m3/s
2

VI. Menghitung kehilangan tinggi tekan gesekan pada pipa lurus (pipa
biru)

Diketauhi :

D pipa biru (D) = 0,0136 m


Debit (Q) = 0,000027 m3/s
Viskositas 25˚C (V) = 0,897 Ns/m2

33
Massa jenis air 25˚C (p) = 1000 kg/m3
Panjang pipa = 0,9144 m
h3 = 0,21 m
h4 = 0,189m

Menghitung luas penampang pipa biru

A = π D2
4
22
A= ׿ ¿
7

Menghitung kecepatan aliran (v)

Q 2,7 × 10−5
v= = = 0,1862m/s
A 1,45 ×10−4

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (h L)

hL = h3 – h4 = 0,21 – 0,189 = 0,021 m

Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)

v× D
R=
μ
−2
0,1862 ×1,36 ×10
R= −6
=2823,0992
0,897 ×10

34
Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

0,316 0,316
fBlassius = = =0,00012
R0,25 2823,09920,25

Menghitung koefisien gesekkan menurut Darcy-Weisbach

2 g hL D
fDarcy-Weisbach =
L v2

2× 9,81× 0,15 ×1,36 ×10−2


= = 0,0752
0,9144 × 0,7627592

VII. Menghitung kehilangan tinggi tekan gesekan pada pipa lurus (pipa
abu-abu)

Diketauhi :

D pipa biru (D) = 0,0262m


Debit (Q) = 0,000027 m3/s
Viskositas 25˚C (V) = 2,7 Ns/m2
Massa jenis air 25˚C (p) = 1000 kg/m3
Panjang pipa = 0,9144 m
h8 = 0,210 m
h9 = 0,209 m

Menghitung luas penampang pipa biru

A = π D2
4
22
A= ׿ ¿
7

35
Menghitung kecepatan aliran (v)

Q 2,7 × 10−5
v= = = 0,1862 m/s
A 1,45 ×10−4

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat gesekan (h L)

hL = h8 – h9 = 0,210– 0,209 = 0,001 m

Menghitung besar bilangan Reynolds (Re)

v× D
R=
μ
−2
0,1862 ×2,62 ×10
R= −6
=5549,9886
0,897 ×10

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

0,316
fBlassius = 0,25
R

0,316
= 0,25
=0,0366
5549,9886

Menghitung koefisien gesekkan menurut Darcy-Weisbach

36
2 g hL D
fDarcy-Weisbach =
L v2

2× 9,81× 0,01× 1,36 ×10−2


= = 0 ,0841
0,9144 × 0,18622

VIII. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba-tiba

D7 = 1,36 × 10-2 m ; A7 = 1,45 × 10-4 m2


D8 = 2,62 × 10-2 m ; A8 = 5,39 × 10-4 m2

h7 = 0,211 m
h8 = 0,210 m
Menghitung debit
Menghitung kecepatan pada titik tinjau 1 (v1)
Q
v=
A

2,7 ×10−5
v= = 0,1862
1,45 ×10−4

Menghitung perbedaan tinggi tekan berdasarkan pengamatan


hL = h8 – h7
= 0,210– 0,211= 0,001

Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan adanya


kehilangan tinggi tekan (he ≠ 0 ¿

[( ) ( ) ]
2 4
(P8 −P 7) v 7² D7 D
= − 7
y g D8 D8

37
( P8−P7 )
=¿
y

[( ) ( )]
,2 2 4
0,1862 0,0136 0,0136
hL sehingga, hL = −
9,81 0,0262 0,0262
= 0,000696m

Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa adanya


Kehilangan tinggi tekan (he = 0)

[ ( )]
4
( P8 −P 7) v 7² D
= 1− 7
y g D8

0,18622
[ ( )]
4
0,0136
1−
9,81 0,0262
= 0,0032m

IX. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat kontraksi tiba-tiba

D9 = 2,62 × 10-2 m ; A9 = 5,39 × 10-4 m2


D10 =1,36 × 10-2 m ; A10 = 1,45 × 10-4 m2

h9 = 0,209 m
h10 = 0,188 m
Menghitung debit
Menghitung kecepatan pada titik tinjau 2 (v2)
Q
v=
A

38
2,7 ×10−5
v= = 0,1862
1,45 ×10−4

Menghitung perbedaan tinggi tekan berdasarkan pengamatan


hL = h9 – h10
= 0,209 – 0,188= 0,021

Cari harga koefisien kontraksi Cc !


Cari perbandingan luas 2 dan luas 1,lalu gunakan interpolasi dari
table ketetapan yang ada

A2/ 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
A1
Cc 0,62 0,63 0,64 0,65 0,68 0,71 0,75 0,81 0,89 1
4 2 3 9 1 2 5 3 2

Dari table melalui interpolasi didapat Cc = 0,639

Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan dengan adanya


kehilangan tinggi tekan (he ≠ 0 ¿

[( ) )]
4

(
2
( P2−P1 ) v 2² D1 1
= − −1
y 2g D2 Cc

39
( P2−P1 )
=¿
y

[ ( ) ( )]
2 4 2
0,1862 0,0136 1
1− − −1
2× 9,81 0,0262 0,639
= 0,0011 m

Menghitung perbedaan tinggi tekan hasil perhitungan tanpa adanya


Kehilangan tinggi tekan (he = 0)

[ ( )]
4
( P2−P1 ) v 2² D
= 1− 2
y 2g D2

0,18622
[ ( )]
4
0,0136
1−
2× 9,81 0,0262

= 0,0032m

X. Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat tikungan pada pipa

a). Pipa 1 dan 2 (tikungan standar)


Diketauhi :
D = 13,6 mm = 0,0136 m
A = 1,45 × 10-4 m2
r = 12,7 mm = 0,0127 m
jarak titik 1 dan 2 = 0,9144-(2 × 0,0127) + 0,5 × π × 0,0127
= 0,9089 m
Q = 2,7 × 10-5 m3/s
h1 = 0,241 m ; h2 = 0,184 m

40
Menghitung kecepatan aliran pada tikungan

Q 2,7 × 10−5
v= = =0,1862
A 1,45 ×10−4

Menghitung bilangan Reynold

v× D
R=
μ
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =2823,0992
0,897 ×10−6

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

fBlassius = 0,316 × R – 0,25

= 0,316 × (2823,0992 ¿ – 0,25 = 0,018

Menghitung kehilangan tinggi tekan total (h t adalah dari selisih


piezometer untuk tikungan)dan kehilangan tinggi tekan akibat gesekkan

 ht = h1 - h2 = 0,241 - 0,184= 0,057


fL v 2 0,018× 0,9089 ×0,1862
 Nilai hf = = =0,011
D2 g 0,0136 ×2 ×9,81

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri yaitu hLB


dan menghitung besarnya KB f. Menghitung besarnya KL
LB = ht – hf
h

0,057 – 0,011= 0,046m

41
v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,057 – 0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=26,03
v 0,1862

KL=
2g
v
2( [ ] )
ht −
πR
2L
hf

2× 9,81
0,1862
2 (
× 0,043− [
π ×2823,0992
2 ×0,9089 ] )
×0,011 =5289,8384

b). Pipa 5 dan 6 (tikungan tajam)


Diketauhi :
D = 13,6 mm = 0,0136 m
A = 1,45 × 10-4 m2
r = 0 mm = 0 m
jarak titik 1 dan 2 = 0,9144-(2 × 0) + 0,5 × π × 0,0
= 0,9144 m
Q = 2,7 × 10-5 m3/s
h5 = 0, m ; h6 = 0,740 m

Menghitung kecepatan aliran pada tikungan

Q 2,7 × 10−5
v= = =0,1862
A 1,45 ×10−4

Menghitung bilangan Reynold

v× D
R=
μ

42
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =2823,0992
0,897 ×10−6

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

fBlassius = 0,316 × R – 0,25

= 0,316 × (2823,0992 ¿ – 0,25 = 0,0434

Menghitung kehilangan tinggi tekan total (h t adalah dari selisih


piezometer untuk tikungan)dan kehilangan tinggi tekan akibat gesekkan
 ht = h5 – h6 = 0,507 – 0,428 = 0,079
fL v 2 0,018× 0,9089 ×0,18622
 Nilai hf = = =¿0,0021
D2 g 0,0136 ×2 × 9,81

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri yaitu hLB


dan menghitung besarnya KB f. Menghitung besarnya KL
LB = ht – hf
h

0,057 – 0,011 = 0,046 m


v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,057 – 0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=¿26,0314
v 0,1862

KL=
2g
v
2 ( [ ] )
ht−
πR
2 L
hf

2 ×9,81
0,762759
2 (
× 0,045−
[
π ×2824
2 ×0,9089 ] )
×7274,19 =4,92479

c). Pipa 11 dan 12 (tikungan tajam r = 100 mm)


Diketauhi :

43
D = 26,2 mm = 0,0262 m
A = 5,39 × 10-4 m2
r = 100 mm = 0,1 m
jarak titik 11 dan 12 = 0,9144-(2 × 0,1) + 0,5 × π × 0,1
= 0,8715 m
Q = 1,106 × 10-4 m3/s
h11 = 0,435 m ; h12 = 0,440 m

Menghitung kecepatan aliran pada tikungan

Q 1,106 × 10−4
v= = =0,762759
A 1,45 ×10−4

Menghitung bilangan Reynold

v× D
R=
μ
0,18629 ×1,36 × 10−2
R= =¿2823,0992
0,897 ×10−6

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

fBlassius = 0,316 × R – 0,25

= 0,316 × (2824,4638 ¿ – 0,25 = 0,043346

Menghitung kehilangan tinggi tekan total (h t adalah dari selisih


piezometer untuk tikungan)dan kehilangan tinggi tekan akibat gesekkan

44
 ht = h11 – h12 = 0,435 – 0,440 = 0,005
fL v 2 383,8771× 0,8715× 0,18622
 Nilai hf = = =36162,823
D2 g 0,0136 ×2 ×9,81

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri yaitu hLB


dan menghitung besarnya KB f. Menghitung besarnya KL
LB = ht – hf
h

0,005 – 6974,87= 6974 ,865m


v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,005 – 6974,87)
KB= 2
=2× 9,81 2
=235212,35
v 0,762759

KL=
2g
v ( [ ] )
2
ht −
πR
2L
hf

2 ×9,81
0,762759
2 (
× 0,005− [
π ×11616,48
2 ×0,8715 ] )
×6974,87 =4,92479

d). Pipa 13 dan 14 (tikungan tajam r = 150 mm)


Diketauhi :
D = 26,2 mm = 0,0262 m
A = 5,39 × 10-4 m2
r = 150 mm = 0,15 m
jarak titik 13 dan 14 = 0,9144-(2 × 0,15) + 0,5 × π × 0,15
= 0,850 m
Q = 1,106 × 10-4 m3/s
h13 = 0,375 m ; h14 = 0,350 m

45
Menghitung kecepatan aliran pada tikungan

Q 1,106 × 10−4
v= = =0,762759
A 1,45 ×10−4

Menghitung bilangan Reynold

v× D
R=
μ
−2
0,1862 ×1,36 ×10
R= −6
=2823,0992
0,897 ×10

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

fBlassius = 0,316 × R – 0,25

= 0,316 × (2823,0992 ¿ – 0,25 = 0,043352

Menghitung kehilangan tinggi tekan total (h t adalah dari selisih piezometer


untuk tikungan)dan kehilangan tinggi tekan akibat gesekkan
 ht = h13 – h14 = 0,213 – 0,198 = 0,015
fL v 2 891,8493× 0,850 ×0,18622
 Nilai hf = = =98,4990
D2 g 0,0136 ×2 × 9,81

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri yaitu hLB


dan menghitung besarnya KB f. Menghitung besarnya KL
LB = ht – hf
h

0,015 –0,011= 0,004

46
v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,015−0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=2,2636
v 0,1862

KL=
2g
v
2( [ ] )
ht −
πR
2L
hf

2 ×9,81
0,762759
2 (
× 0,057− [
π ×2823,0992
2 ×0,850 ] )
×0,011 =10252,4729

d). Pipa 13 dan 14 (tikungan tajam r = 150 mm)


Diketauhi :
D = 26,2 mm = 0,0262 m
A = 5,39 × 10-4 m2
r = 150 mm = 0,15 m
jarak titik 13 dan 14 = 0,9144-(2 × 0,15) + 0,5 × π × 0,15
= 0,850 m
Q = 2,7 × 10-5 m3/s
h13 = 0,213 m ; h14 = 0,198 m

Menghitung kecepatan aliran pada tikungan

Q 2,7 × 10−5
v= = =0 , 1862
A 1,45 ×10−4

Menghitung bilangan Reynold

v× D
R=
μ

47
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =11616,48
0,897 ×10−6

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

fBlassius = 0,316 × R – 0,25

= 0,316 × (2328,0992 ¿ – 0,25 = 0,018

Menghitung kehilangan tinggi tekan total (h t adalah dari selisih


piezometer untuk tikungan)
dan kehilangan tinggi tekan akibat gesekkan
 ht = h13 – h14 = 0,213 – 0,198 = 0,015
fL v 2 0,018× 0,850 ×0,18622
 Nilai hf = = =0,0019
D2 g 0,0136 ×2 × 9,81

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri yaitu hLB


dan menghitung besarnya KB f. Menghitung besarnya KL
LB = ht – hf
h

0,015 – 0,011= 0,004


2
v
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,015 – 0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=2.2636
v 0,1862

KL=
2g
v ( [ ] )
2
ht−
πR
2L
hf

2× 9,81
0,1862
2 (
× 0,015−
[
π ×2823,0992
2 ×0,850 ] )
×0,011 =10252,4729

e). Pipa 15 dan 16 (tikungan tajam r = 50 mm)


Diketauhi :

48
D = 26,2 mm = 0,0262 m
A = 5,39 × 10-4 m2
r = 50 mm = 0,05 m
jarak titik 15 dan 16 = 0,9144-(2 × 0,05) + 0,5 × π × 0,05
= 0,8929 m
Q = 2,7× 10-5 m3/s
h15 = 0,260 m ; h16 = 0,98 m

Menghitung kecepatan aliran pada tikungan

Q 2,7 × 10−5
v= = =0,1862
A 1,45 ×10−4

Menghitung bilangan Reynold

v× D
R=
μ
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =2823,0992
0,897 ×10−6

Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius

fBlassius = 0,316 × R – 0,25

= 0,316 × (2823,0992 ¿ – 0,25 = 0,018

Menghitung kehilangan tinggi tekan total (h t adalah dari selisih


piezometer untuk tikungan)
dan kehilangan tinggi tekan akibat gesekkan

49
 ht = h15 – h16 = 0,260 – 0,98 = 0,72
fL v 2 0,018× 0,9089 ×0,1862
 Nilai hf = = =0,011
D2 g 0,0136 ×2 ×9,81

Menghitung kehilangan tinggi tekan akibat perubahan geometri yaitu hLB


dan menghitung besarnya KB f. Menghitung besarnya KL
LB = ht – hf
h

0,72 –0,011= 731


v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,72 – 0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=40751,0208
v 0,1862

KL=
2g
v
2( [ ] )
ht −
πR
2L
hf

2× 9,81
2
׿ 51082,1538
0,1862

50
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
S Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso

Pekerjaan : Praktikum Hidrolika Dikerjakan : Kelompok 10


Lokasi : Laboratorium UNSIMAR Asisten Dosen : I Gede Merta Wahyudi,S.T
Bahan : Air Tanggal : 19, Desember 2021

Data lengkap yang kami peroleh dari percobaan ini dapat dilihat lebih lanjut
pada tabel 3.1.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan debit air

No Pengukuran Debit
Percobaan Waktu Volume Debit
1 19,99 0,000545 0,000027

Tabel 4.3 Hasil perhitungan kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus sirkuit biru

Debit Q V
No (10-4 H3 (m) H4(m) Hl (m) RE fB (10-2) fD-W(10- (m/s)
m3/s) 2
)
1 O,000027 0,21 0,189 0,241 0,04334 0,00012 0,0752 0,1862
6

Tabel 4.4 Hasil perhitungan kehilangan tinggin tekan pada pipa lurus sierkuit abu-abu

Debit Q

No (10-4 H8 (m) H9(m) Hl (m) RE fB (10-2) fD-W(10- V (m/s)


m3/s) 2
)

1 O,000027 0,210 0,209 0,241 0,04335 0,0366 0,0841 0,1862


2

51
Tabel 4.5 Hasil perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba-tiba

Debit Q

No (10-4 H8 (m) H7(m) V1 (m/s2) Hl (m) He  0 He = 0


m3/s)

1 O,000027 0,210 0,211 0,1862 0,241 0,00696 0,0032

Tabel 4.6 Hasil perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat konstraksi tiba-tiba

Debit Q

No (10-4 H9 (m) H10(m) V2 (m) Cc Hl (m) Hk  0 Hk = 0


m3/s) (m) (m)

1 O,000027 0,209 0,188 0,1862 0,681 0,241 0,0011 0,0032

Kesimpulan dan Saran.

1. Kesimpulan

Dari hasil pengujian dibuktikan bahwa adanya kehilangan tinggi tekanan yang
diakibatkan oleh gesekan pada pipa lurus konstraksi ekspansi dan tikungan.

2. Saran
Pada pengumpulan data sistem jringan pipa dan asset perpipaan sebaiknya di
data secara akurat.

52
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan melakukan Praktikum Laboratorium Hidrolika ini,
mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengujian dilapangan seperti
apa yang telah dipelajari selama melakukan praktikum di Laboratorium
Hidrolika saat berada dilingkungan pekerjaan. Baik itu pengujian untuk
mengukur debit air maupun mengukur kecepatan air dengan
menggunakan beberapa pengujian air. Selain itu mahasiswa juga
diharapkan nantinya dapat merancang sendiri bangunan air yang pas
dengan datadata yang diperoleh dilapangan sebagai acuan bangunan ait
tersebut. Serta mahasiswa juga diharapkan bisa melakukan pengujian-
pengujian ini jika nantinya diminta saat telah masuk kedunia pekerjaan
yang sebenarnya.

B. SARAN

 Saat melakukan praktikum kita harus teliti dalam memasukkan data


agar tidak terjadi kesalahan pada saat perhitungan.
 Saat melakukan praktikum ada baiknya kita bekerja dengan serius,
agar apa yang kita lakukan dalam praktikum tersebut dapat kita
ingat dan terapkan nantinya didunia kerja.
 Selain itu juga dibutuhkan kerjasama yang baik antar anggota
kelompok saat melakukan pengujian, agar hasil pengujian bisa
sesuai dengan apa yang kita inginkan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Https://youtu.be/UpBwo2Aystw Jaringan Pipa

https://youtu.be/EleimewGKpE Open channel

pdf_moduliii_kehilangan tinggi tekan

word_pelimpah

word_osborne Reynold

modul praktikum Hidrolika

https://bpsdm.pu.go.id

https://sippa.ciptakarya.pu.go.id

https;//pdrcoffee.com

http://repository.unand.oc.id

54
55
S

56

Anda mungkin juga menyukai