PRAKTIKUM HIDROLIKA
Disusun Oleh:
Laporan Praktikum Hidrolika ini, telah diperiksa dan disetujui oleh dosen
pembimbing mata kuliah praktikum hidrolika yang di susun oleh
KELOMPOK 10
i
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ii
LEMBAR PENGESAHAN.........................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I ALIRAN AIR PADA SALURAN TERBUKA ..............................1
A. Pendahuluan ....................................................................1
B. Alat yang digunakan ..........................................................1
C. Teori Dasar .......................................................................2
D. Prosedur Percobaan ..........................................................4
E. Analisa Perhitungan ..........................................................5
BAB II PELIMPAH .................................................................................11
I Maksud dan Tujuan ...............................................................11
II Alat yang digunakan .............................................................11
III Prosedur Percobaan ............................................................11
IV Teori Dasar ..........................................................................12
V Mengukur Debit ....................................................................15
BAB III OSBORNE REYNOLD ..............................................................18
A. Pengertian ..........................................................................18
BAB IV JARINGAN PIPA .......................................................................25
1.1 pendahuluan.........................................................................25
1.2 tujuan praktikum ...................................................................25
1.3 alat-alat percobaan ..............................................................31
1.4 Teori dasar dan penurunan rumus.......................................33
BAB V PENUTUP ..................................................................................52
KESIMPULAN ...........................................................................52
SARAN ....................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................53
DOKUMENTASI PRAKTIKUM .................................................................
iii
BAB I
SALURAN TERBUKA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Untuk menghitung debit saluran air dapat digunakan ambang lebar,
sedangkan aplikasinya dilapangan ambang lebar banyak digunakan
pada saluran irigasi yang fungsinya menentukan debit dari air yang
mengalir pada saluran tersebut.
2. Maksud dan Tujuan
a. Menghitung debit, kecepatan, koefisien debit, dan koefisien
kecepatan.
b. Menentukan jenis aliran dari perhitungan angka froud
B. ALAT YANG DIGUNAKAN
a) Multi purpose teaching flume
b) Model ambang lebar/ broad crester weir
Model ini merupakan tiruan ambang lebar di saluran irigasi.
Model ini terbuat dari glass reinforced plastic yang berbentuk prisma
segi empat dengan punggung dibuat streamline. Konstruksi ini pada
umumnya banyak digunakan di lapangan untuk mengukur debit di
saluran terbuka, karena akan memberikan akurasi dan keandalan
pengukuran, disamping juga kemudahan dalam pembuatan
konstruksi dan perawatannya.
c) Point gauge
d) Mistar/ pita ukur
1
e) Ember plastic
f) Stop wacth
g) Gelas ukur.
C. DASAR TEORI
Q = 0,000952 m3/dt
yc = 0,018 m
h = 0,137733 m hu = 0,034 m
P = 0,1 m yt = 0,011 m
Yo = 0,134 m
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/dt)
v2
H = tinggi tekanan total hulu ambang = Yo+
2. g
P = tinggi ambang (m)
Yo = kedalaman hulu ambang (m)
Yc = tinggi muka air di atas hulu ambang (m)
Yt = tinggi muka air setelah hulu ambang (m)
hu = tinggi muka air di atas hilir ambang = Yo – P (m)
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/dt)
h = tinggi total hulu ambang (m)
2
Cd = koefisien debit
b = lebar ambang (m)
Keterangan:
Q = debit aliran (m3/dt)
hu = tinggi muka air hulu ambang (m)
Cd = koefisien debit
Cv = koefisien kecepatan
b = lebar ambang (m)
3
dengan membuat peredam energy aliran, misalnya dengan
memasang lantai beton atau batu-batu cukup besar di hilir ambang.
Tingkat kekritikan aliran tersebut dapat ditentukan dengan
mencari bilangan Froud dengan persamaan:
v
F= …………(2.3)
√g . D
Keterangan:
F = angka Froud (froud number)
D = kedalaman aliran (m)
Dimana jika:
F<1 disebut aliran subkritik.
F=1 disebut aliran kritik.
F>1 disebut aliran super kritik.
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Pasanglah ambang lebar pada model saluran terbuka.
2. Alirkan air kedalam model saluran terbuka.
3. Ukurlah debit aliran sampai 3 kali untuk 1 bukaan.
4. Catat harga h, Yo, Yc, Q, Yt.
5. Amati aliran yang terjadi.
6. Gambar profil aliran yang terjadi.
7. Ulangi percobaan untuk debit yang lain.
8. Menghitung harga Cd &Cv berdasarkan formula (3.1) dan (3.2)
9. Membuat grafik : Cd dan Q Cv dan Q
v dan Q
10. Titik-titik pada grafik tersebut dihubungkan dengan garis yang
dibuat dari suatu persamaan regresi.
11. Mencari bahasan dari hasil grafik, mengambil kesimpulan antara
hubungan variable tersebut.
4
12. Menentukan tingkat kekritikan aliran dengan menghitung angka
froud untuk setiap percobaan (sebelum, di atas & sesudah
ambang).
Persamaan tambahan yang bisa dipakai:
Menghitung kecepatan aliran (v):
Dengan:
A = luas tampang basah (m2)
Q = debit (m3/dt)
E. ANALISA PENGHITUNGAN
1. Pada kondisi bukaan I
B= 0.097 m
P= 0.1 m
Sumber: hasil pengujian dan perhitungan
-Menghitung debit (Q):
V
Rumus: Q =
t
0.0024
Q1 =
2.52
= 0.000952 m3/dt
5
0.0027
Q 2=
2.74
= 0.000986 m3/dt
0.0026
Q 3=
2.83
= 0.000919 m3/dt
0,000952+ 0,000986+0,000919
Qrata =
3
0.002857
=
3
0.000883+0.00060+0.000714
= 0.000952
3
m3/dt
0,0024+0,0027+ 0,0026
V =
3
V = 0,00257 m3
-Menghitung tampang awal (Ao)
Rumus: Ao = B.Yo
Ao = 0.097 m x 0.134 m
= 0.012998 m2
-Menghitung kecepatan
6
Q
Rumus: v0 =
A0
0.000952
=
0.012998
= 0.073242 m/dt
v0
h = Y 0+
2∗9.81
0.073242
= 0.134+
2∗9.81
= 0.137733 m
3
h2 = 0.051116 m3/2
hu = Yo – P
¿ 0.034 m
3
hu 2 = 0.006269 m3/2
-Menghitung Cd
Q
Rumus: Cd = 3
B∗h 2
= 0.192013
-Menghitung Cv
Q
Rumus: Cv = 3
B∗hu 2 ∗Cd
= 8.136752
v0 = 0.073242 m/dt
Q
vc =
B∗Yc
7
= 0.545246 m/dt
Q
Vvt t =
B∗Yt
= 0.892221 m/dt
-Perhitungan angka Froud:
v0
F ( Yo ) =
√ gD
191.5672
=
√ 9.81∗0.134
= 0.063882
Jika F<1, maka aliran tersebut subkritik
vc
F ( Yc ) =
√ gD
0,545246
=
√ 9.81∗0.018
= 1.297544
Jika F>1 , maka aliran tersebut super kritik
vt
F ( Yt ) =
√ gD
0,892221
=
√ 9.81∗0,011
= 2,716070
8
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso
No Nilai Keterangan
Simbol
Q rata-rata (m 3 /detik ¿
1 0.000952
2 V (m/detik) 0.002567
9
3 Yo (m) 0.134
4 Yc (m) 0,018
5 Yt (m 0,011
6 Cd 0.192013
7 Cv 8.136752
2. Saran
10
BAB II
11
IV. TEORI DASAR
Sebagaimana diketahui, pelimpah berfungsi untuk mengatur
debit dan tinggi air yang akan melalui suatu saluran air. Maka untuk
mengetahui besarnya, diperlukan percobaan – percobaan yang
sesuai dengan bentuknya.
Untuk mendapatkan persamaan pengaliran, maka kita perlu
memperhatikan luasnya : dA = B.dh.
Pa1da gambar di bawah ini diketahui kecepatan teoritis air
yang mengalir melalui pelimpah = √ 2 gh , maka debit yang mengalir
melalui element ini adalah :
dQ = B . dh . √ 2 gh
h h
Q = ∫ d . Q=∫ B . dh . √ 2 gh
0 0
= 2/3 . B . H . √ 2 gh
= 2/3 . 4 . 15 . 11,29
= 1,5 . 4 . 15 . 11,29
= 6 . 15 . 11,29
= 1.016,1
12
Q = 2/3 Cd x B x H . √ 2 gh
3 .Q
Cd =
2. B √2 g . H
3 /2
3 . 1.016,1
Cd =
2. 17,68 .58,09
=1,48
Dimana :
B = Lebar dasar pelimpah
Cd = Koefisien pengaliran
H = Tinggi air dasar pelimpah
13
b = H . tg /2
b = (H – h) . tg /2
Luas Elemen : dA = (2b) . dh
dA = 2 (15 – 5,5) . -0,57 . 4,5
dA = 2 .9,5. -2,56
dA = 19 . -2,56
dA = -48,64
Kecepatan air yang mengalir melalui elemen : V= √ 2 gh
V= 10,39
Elemen debit dQ yang melalui pelimpah = Cd. dA . V
= 0,6 .-48,64 . 10,39
= -303,22
dQ = Cd.2 (H – h) . tg /2 . dh √ 2 gh
dQ = 0,6 . 2. 14 . -0,57 . 4,5 . 10,39
dQ = -447,73
dQ = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 gh (H – h) . h1/2 . dh
dQ = 0,6 .2 . -0,57 . 98,71. 2,35 . 4,5
dQ = -713,99
H
Q = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 gh [H . 2/3 . h3/2 – 2/5 h5/2¿0
Q = 0,6 . 2 . -0,57 . 4.227,59 . 3
Q = 8.675,01
4
Q = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 g ( – Hh5/2)
15
Q = 0,6 . 2 . -0,57 . -916,62
14
Q = 626,97
Q = Cd . 2 . tg /2 . √ 2 g . (H5/2)
Q = 0,6 . 2 . -0,57 . 3851,67
Q = -2634,54
15Q
Cd = 8 .tg ❑ . √ 2 g H 5/ 2
2
1. A pabila tinggi muka air tetap dan debit makin besar, makan
Cd-nya makin besar.
2. Apabila debit tetap, muka air H makin besar, maka Cd – nya
makin kecil.
V. MENGUKUR DEBIT
CARA UNTUK MENGUKUR DEBIT TEORITIS
Menghitung H
Menghitung debit dengan rumus yang sesuai
Bagaimana menghitung H?
15
Biarkan ujung “titik ukur” menyentuh level air. Catat
bacaannya sebagai h0.
Biarkan ketinggian air naik dan air mengalir di atas pintu
air.
Naikkan pengukur titik untuk menyentuh permukaan air
yang baru. Catat bacaan sebagai h1.
Menghitung Debit Teoritis :
Qth = 2/3 B √ 2 g . H3/2
=1,5.4.4,42.7,61,5
= 555,64
Qth = 18/15 tan (/2) H5/2
16
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso
1. Kesimpulan
Bangunan pelimpah berfungsi untuk mengalirkan air banjir yang masuk
ke dalam embung agar tidak membahayakan keamanan tubuh
embung.
2. Saran
Agar tetap menjaga kebersihan lingkungan.
BAB III
17
OSBORNE REYNOLD
A. Pengertian
• vs-kecepatan fluida,
• L-panjang karakteristik,
• μ-viskositas absolut fluida dinamis,
• ν- viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ,
• ρ- kerapatan (densitas) fluida.
1. Aliran Laminer
Aliran laminer adalah aliran fluida yang dapat bergerak dengan
18
kondisi lapisan-lapisan yang membentuk garis-garis alir yang tidak
berpotongan satu sama lain. Hal tersebut ditunjukan oleh
percobaan Osborne reynolds. Pada laju aliran rendah aliran laminer
tergambar sebagai filamen panjang yang mengalir sepanjang
aliran. Aliran ini memiliki Bilangan Reynolds lebih kecil dari 2300
2. Aliran Turbelen
Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikelnya bergerak
secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang
saling berinteraksi. Akibat dari hal tersebut garis alir antara partikel
fluidanya saling berpotongan. Oleh osborne reynolds digambarkan
sebagai bentuk yang tidak stabil yang bercampur dalam waktu
yang begitu cepat yang selanjutnya memecah dan menjadi tidak
terlihat. Aliran turbulen ini mempunyai bilangan yang lebih besar
dari 4000. Aliran yang mempunyai bilangan reynold antara 2300 –
4000 ada yang menyebut sebagai aliran dalam keadaan transisi.
Sehingga terjadi perubahan dari kondisi laminer menuju aliran
turbulen.
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso
19
Pekerjaan : Praktikum Hidrolika Dikerjakan : Kelompok 10
Lokasi : Laboratorium UNSIMAR Asisten Dosen : Savilla Salsabila Sabuka,S.T
Bahan : Air Tanggal : 19, Desember 2021
20
Waktu s t Diukur 28,75 Waktu yang diambil
pengumpulan untuk
mengumpulkan
volume air pada
tabung silinder
Lihat tabel
Viskositas m²/s v Diukur 0,000000895
kinematik
Volume terkumpul
Waktu pengumpulan
Kecepatan fluida
Kecepatan Cm/s V Dihitung 11,566 melalui pipa
Debit
V=
Luasan pipa
21
Diameter m d Turbulen 0,002 pada pipa
pipa s pecobaan
percobaan Diameter
diukur dalam
mm.
Konversikasi
ke meter untuk
Perhitungan
22
n volume air
pada tabung
silinder
Temperatur air
Temperatur °C ° Diukur 25° yang
air meninggalkan
session
percobaan.
0,000000895 Lihat tabel
Viskositas m²/s v Diukur
kinematik
Kecepatan
Kecepatan Cm/s V Dihitung 155,5 fluida melalui
pipa
V=
Debit
Luasan pipa
ud
Re =
Angka Re Dihitung 347,598 v
Reynolds
23
OSBORN REYNOLD
400,000
347,598
350,000
300,000
250,000
REYNOLD
200,000 RE
150,000
100,000
50,000 25,846
0
11,566 155,55
KECEPATAN
1. Kesimpulan
Umumnya aliran fluida terdiri atas:
24
BAB IV
JARINGAN PIPA
(KEHILANGAN TINGGI TEKAN)
A. Pendahuluan
I. Latar Belakang
Kehilangan tinggi tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi
karena faktor gesekan (major losses) atau akibat faktor
perubahan bentuk geometri pipa (minor losses). Kehilangan
tinggi tekan yang akan dipelajari pada modul I ini adalah
kehilangan tinggi tekan akbat:
b. Kontraksi tiba-tiba
c. Ekspansi tiba-tiba
b. Persamaan Bernoulli
c. Persamaan Darcy-Weisbach
d. Persamaan Blassius
II. Tujuan
25
akibat :
• Ekspansi tiba-tiba,
B. Landasan Teori
Dimana:
26
II. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Ekspansi Tiba-tiba
a. Tanpa kehilangan tinggi tekan
Gambar 3.1 Ekspansi tanpa Kehilangan Tinggi Tekan
Persamaannya adalah:
(3.2)
Persamaannya adalah:
[( ) ( ) ]
2 4
V1
2
D1 D
¿¿¿ = − 1 (3.3)
g D2 D2
27
III. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-tiba
Persamaannya adalah:
[ ( )]
4
V 12 D
¿¿¿ = 1− 1 (3.4)
g D2
Persamaannya adalah:
[ ( )( )]
2
V 22 D 1
¿¿¿ = 1− 1 − −1 (3.5)
2g D2 CC
Keterangan:
28
P2 : Tekanan pada titik tinjau 2
γ : pg
g : Percepatan grafitasi
P 1−P2
hL =
pg
ℎ𝐿 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = 12,6 ℎ𝐿
𝐾 = ℎ𝐿 ¿ )
𝐾𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 = ℎ𝐿 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 ¿)
29
Keterangan :
Dimana:
•
hL = kehilangan energi akibat tikungan
•
K = koefisien kehilangan tinggi tekan
ℎ𝐿 = ℎ𝐿𝐵 + ℎ𝑓
( ht −h f ) 2 g
KB = 2
(3.6)
V
b. Akibat Gesekan Pipa
[ [ ] ]
❑
2g πR
KL= 2 hr− 1− hf (3.7)
V 2L
30
Dimana:
• g = percepatan gravitasi
• R = jari-jari tikungan
• L = panjang lintasan
C. Alat-Alat Percobaan
D. Prosedur Kerja
31
Prosedur kerja percobaan ini adalah :
32
1. 4. Teori Dasar dan Penurunan Rumus
1. Menghitung besar debit bangku hidrolik
v
Q=
t
Diketauhi :
0,00059
Q1¿ =0,000027 m3/s
21,66
0,0005
Q2¿ =0,000027 m3/s
18,31
Q1+Q 2
∑Q ¿
2
0,000027+0,000027
∑Q¿ =0,000027 m3/s
2
VI. Menghitung kehilangan tinggi tekan gesekan pada pipa lurus (pipa
biru)
Diketauhi :
33
Massa jenis air 25˚C (p) = 1000 kg/m3
Panjang pipa = 0,9144 m
h3 = 0,21 m
h4 = 0,189m
A = π D2
4
22
A= ׿ ¿
7
Q 2,7 × 10−5
v= = = 0,1862m/s
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
−2
0,1862 ×1,36 ×10
R= −6
=2823,0992
0,897 ×10
34
Menghitung koefisien gesekkan menurut Blassius
0,316 0,316
fBlassius = = =0,00012
R0,25 2823,09920,25
2 g hL D
fDarcy-Weisbach =
L v2
VII. Menghitung kehilangan tinggi tekan gesekan pada pipa lurus (pipa
abu-abu)
Diketauhi :
A = π D2
4
22
A= ׿ ¿
7
35
Menghitung kecepatan aliran (v)
Q 2,7 × 10−5
v= = = 0,1862 m/s
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
−2
0,1862 ×2,62 ×10
R= −6
=5549,9886
0,897 ×10
0,316
fBlassius = 0,25
R
0,316
= 0,25
=0,0366
5549,9886
36
2 g hL D
fDarcy-Weisbach =
L v2
h7 = 0,211 m
h8 = 0,210 m
Menghitung debit
Menghitung kecepatan pada titik tinjau 1 (v1)
Q
v=
A
2,7 ×10−5
v= = 0,1862
1,45 ×10−4
[( ) ( ) ]
2 4
(P8 −P 7) v 7² D7 D
= − 7
y g D8 D8
37
( P8−P7 )
=¿
y
[( ) ( )]
,2 2 4
0,1862 0,0136 0,0136
hL sehingga, hL = −
9,81 0,0262 0,0262
= 0,000696m
[ ( )]
4
( P8 −P 7) v 7² D
= 1− 7
y g D8
0,18622
[ ( )]
4
0,0136
1−
9,81 0,0262
= 0,0032m
h9 = 0,209 m
h10 = 0,188 m
Menghitung debit
Menghitung kecepatan pada titik tinjau 2 (v2)
Q
v=
A
38
2,7 ×10−5
v= = 0,1862
1,45 ×10−4
A2/ 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
A1
Cc 0,62 0,63 0,64 0,65 0,68 0,71 0,75 0,81 0,89 1
4 2 3 9 1 2 5 3 2
[( ) )]
4
(
2
( P2−P1 ) v 2² D1 1
= − −1
y 2g D2 Cc
39
( P2−P1 )
=¿
y
[ ( ) ( )]
2 4 2
0,1862 0,0136 1
1− − −1
2× 9,81 0,0262 0,639
= 0,0011 m
[ ( )]
4
( P2−P1 ) v 2² D
= 1− 2
y 2g D2
0,18622
[ ( )]
4
0,0136
1−
2× 9,81 0,0262
= 0,0032m
40
Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
Q 2,7 × 10−5
v= = =0,1862
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =2823,0992
0,897 ×10−6
41
v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,057 – 0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=26,03
v 0,1862
KL=
2g
v
2( [ ] )
ht −
πR
2L
hf
2× 9,81
0,1862
2 (
× 0,043− [
π ×2823,0992
2 ×0,9089 ] )
×0,011 =5289,8384
Q 2,7 × 10−5
v= = =0,1862
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
42
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =2823,0992
0,897 ×10−6
KL=
2g
v
2 ( [ ] )
ht−
πR
2 L
hf
2 ×9,81
0,762759
2 (
× 0,045−
[
π ×2824
2 ×0,9089 ] )
×7274,19 =4,92479
43
D = 26,2 mm = 0,0262 m
A = 5,39 × 10-4 m2
r = 100 mm = 0,1 m
jarak titik 11 dan 12 = 0,9144-(2 × 0,1) + 0,5 × π × 0,1
= 0,8715 m
Q = 1,106 × 10-4 m3/s
h11 = 0,435 m ; h12 = 0,440 m
Q 1,106 × 10−4
v= = =0,762759
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
0,18629 ×1,36 × 10−2
R= =¿2823,0992
0,897 ×10−6
44
ht = h11 – h12 = 0,435 – 0,440 = 0,005
fL v 2 383,8771× 0,8715× 0,18622
Nilai hf = = =36162,823
D2 g 0,0136 ×2 ×9,81
KL=
2g
v ( [ ] )
2
ht −
πR
2L
hf
2 ×9,81
0,762759
2 (
× 0,005− [
π ×11616,48
2 ×0,8715 ] )
×6974,87 =4,92479
45
Menghitung kecepatan aliran pada tikungan
Q 1,106 × 10−4
v= = =0,762759
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
−2
0,1862 ×1,36 ×10
R= −6
=2823,0992
0,897 ×10
46
v2
K ; dari rumus tersebut kita bisa mencari nilai K
2g
( ht−hf )2 g (0,015−0,011)
KB= 2
=2× 9,81 2
=2,2636
v 0,1862
KL=
2g
v
2( [ ] )
ht −
πR
2L
hf
2 ×9,81
0,762759
2 (
× 0,057− [
π ×2823,0992
2 ×0,850 ] )
×0,011 =10252,4729
Q 2,7 × 10−5
v= = =0 , 1862
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
47
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =11616,48
0,897 ×10−6
KL=
2g
v ( [ ] )
2
ht−
πR
2L
hf
2× 9,81
0,1862
2 (
× 0,015−
[
π ×2823,0992
2 ×0,850 ] )
×0,011 =10252,4729
48
D = 26,2 mm = 0,0262 m
A = 5,39 × 10-4 m2
r = 50 mm = 0,05 m
jarak titik 15 dan 16 = 0,9144-(2 × 0,05) + 0,5 × π × 0,05
= 0,8929 m
Q = 2,7× 10-5 m3/s
h15 = 0,260 m ; h16 = 0,98 m
Q 2,7 × 10−5
v= = =0,1862
A 1,45 ×10−4
v× D
R=
μ
0,1862 ×1,36 ×10−2
R= =2823,0992
0,897 ×10−6
49
ht = h15 – h16 = 0,260 – 0,98 = 0,72
fL v 2 0,018× 0,9089 ×0,1862
Nilai hf = = =0,011
D2 g 0,0136 ×2 ×9,81
KL=
2g
v
2( [ ] )
ht −
πR
2L
hf
2× 9,81
2
׿ 51082,1538
0,1862
50
LABORATORIUM TEKNIK
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SINTUWU MAROSO
S Jl. P. Timor No. 01 Telp (0452) 21257, 21737 Fax. (0452) 324242
Kode Pos 94619 Poso
Data lengkap yang kami peroleh dari percobaan ini dapat dilihat lebih lanjut
pada tabel 3.1.
No Pengukuran Debit
Percobaan Waktu Volume Debit
1 19,99 0,000545 0,000027
Tabel 4.3 Hasil perhitungan kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus sirkuit biru
Debit Q V
No (10-4 H3 (m) H4(m) Hl (m) RE fB (10-2) fD-W(10- (m/s)
m3/s) 2
)
1 O,000027 0,21 0,189 0,241 0,04334 0,00012 0,0752 0,1862
6
Tabel 4.4 Hasil perhitungan kehilangan tinggin tekan pada pipa lurus sierkuit abu-abu
Debit Q
51
Tabel 4.5 Hasil perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat ekspansi tiba-tiba
Debit Q
Tabel 4.6 Hasil perhitungan kehilangan tinggi tekan akibat konstraksi tiba-tiba
Debit Q
1. Kesimpulan
Dari hasil pengujian dibuktikan bahwa adanya kehilangan tinggi tekanan yang
diakibatkan oleh gesekan pada pipa lurus konstraksi ekspansi dan tikungan.
2. Saran
Pada pengumpulan data sistem jringan pipa dan asset perpipaan sebaiknya di
data secara akurat.
52
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dengan melakukan Praktikum Laboratorium Hidrolika ini,
mahasiswa diharapkan dapat melakukan pengujian dilapangan seperti
apa yang telah dipelajari selama melakukan praktikum di Laboratorium
Hidrolika saat berada dilingkungan pekerjaan. Baik itu pengujian untuk
mengukur debit air maupun mengukur kecepatan air dengan
menggunakan beberapa pengujian air. Selain itu mahasiswa juga
diharapkan nantinya dapat merancang sendiri bangunan air yang pas
dengan datadata yang diperoleh dilapangan sebagai acuan bangunan ait
tersebut. Serta mahasiswa juga diharapkan bisa melakukan pengujian-
pengujian ini jika nantinya diminta saat telah masuk kedunia pekerjaan
yang sebenarnya.
B. SARAN
53
DAFTAR PUSTAKA
word_pelimpah
word_osborne Reynold
https://bpsdm.pu.go.id
https://sippa.ciptakarya.pu.go.id
https;//pdrcoffee.com
http://repository.unand.oc.id
54
55
S
56