(STS4232)
Oleh:
Kelompok 20
No. Nama NIM
1. Muhammad Aiman Habibie 2110811110001
2. Hamid Nur Mukhlis 2110811210062
3. Ricardo Pratyadana 2110811210001
4. Aprilia Farda Yolianti Sera 2110811320069
5. Thalia Reysha Sari 2110811220015
6. Siti Fatimah Azzaharah 2110811320007
Dosen Pembimbing :
Elma Sofia, S.T.,M.T.
NIP. 19930617 201903 2 024
Banjarbaru, ............................2023
Menyetujui
Mengetahui:
Dosen Pembimbing Mata Kuliah
Kepala Laboratorium
Praktikum Hidraulika
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Laporan Praktikum Hidraulika
dapat kami selesaikan. Laporan ini kami susun berdasarkan hasil praktikum
Hidraulika yang dilaksanakan pada Laboratorium Hidraulika Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
Tujuan dari praktikum ini adalah merupakan suatu kegiatan wajib bagi
mahasiswa yang mengambil Mata Kuliah Praktikum Hidraulika, agar dapat
mengetahui karakteristik aliran pada saluran terbuka secara langsung dan dapat
membandingkannya dengan pendekatan teoritis yang telah dipelajari pada
matakuliah Hidraulika (STS4232/HSKB412) dan sesuai dengan ilmu yang
diperoleh dari bahan-bahan kuliah yang berhubungan dengan hal-hal tersebut.
Atas terselenggaranya praktikum Hidraulika ini, kami mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Dr. Novitasari, ST., MT. Selaku Ketua Laboratorium Hidraulika
2. Ibu Elma Sofia, S.T., MT. Selaku Dosen Pembimbing Laporan Praktikum.
3. Para Instruktur Laboratorium Hidraulika atas bimbingan dan arahannya
selama pelaksanaan praktikum.
Banjarbaru, 2023
Penyusun,
Kelompok 20
DAFTAR ISI
1.5 Perhitungan........................................................................................... 2
1.6 Kesimpulan........................................................................................... 8
2.5 Perhitungan......................................................................................... 20
2.6 Kesimpulan......................................................................................... 26
2.7.2 28
3. Laporan Sementara...................................................................... 44
2. Contoh Perhitungan..................................................................... 48
4. Grafik .......................................................................................... 50
3. Laporan Sementara...................................................................... 54
2. Contoh Perhitungan..................................................................... 59
4. Grafik .......................................................................................... 63
3. Laporan Sementara...................................................................... 72
4.5 Perhitungan......................................................................................... 77
4.6 Kesimpulan......................................................................................... 84
KEGIATAN ASISTENSI
Banjarbaru,..........................2023
Dosen Pembimbing
BAB I
ALIRAN MELALUI AMBANG LEBAR
1.5 Perhitungan
1.5.1 Dasar Teori
Jika aliran kritik lewat puncak ambang lebar seperti tergambar
dalam Gambar 1.1., maka debit aliran per satuan lebar adalah :
2 2
𝑞 = 3 × ℎ𝑢 × √3 × 𝑔 × ℎ𝑢′………………………...…………….(1.1)
𝑄𝑡 = 𝑞 × 𝑏 ………………………………………………………. (1.2)
2
ℎ𝑤 = 3 × ℎ𝑢 = ℎ 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠…………………………………...……...(1.3)
dengan :
𝑣2 𝑄2
h = Total head di hulu bendung: ℎ = 𝑌1 + 2𝑔 = 𝑌1 + 2𝑔(𝑌 ×𝑏)2 ....(1.7)
1
dengan :
hu = Tinggi peluapan di atas puncak bendung = Y1 – p
hw'
hw
y1 p
L
Yps
2 2
𝑞= × 5,5 × √ × 981 × 5.5
3 3
3
𝑄 = 219,908 𝑐𝑚 ⁄𝑠
𝑄𝑡 = 𝑞 × 𝑏
𝑄𝑡 = 219,908 × 7.9
3
𝑄𝑡 = 1737,273 𝑐𝑚 ⁄𝑠
5,2 − 10
=
5,5
= −0,873 𝑐𝑚
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas didapat data hasil perhitungan dari data yang
didapat pada saat praktikum percobaan Ambang Lebar.
1.5.4 Grafik
• Hubungan Qact vs (Y3 – p) / hu
-0.500
-0.600 y = 1312.1x - 2.2174
-0.700 R² = 0.2553
-0.800
-0.900
-1.000
0.001080 0.001120 0.001160 0.001200 0.001240 0.001280 0.001320
Qact (m3/dt)
1.6 Kesimpulan
1. Dari hasil percobaan, nilai koefisien debit (Cd) yang dihasilkan adalah
antara 0,559 sampai dengan 0,682.
2. Dari hasil percobaan, batas moduler ambang ((Y3-P)/hu) yang
dihasilkan adalah antara -0.873 sampai dengan -0.323 . Hubungan yang
terlihat adalah berbanding lurus dimana semakin besar nilai debit aktual
(Qact) maka semakin besar nilai batas moduler ambang ((Y3-P)/hu).
Hubungan Qact vs ((Y3 – P)/hu) dapat dilihat pada grafik hubungan Q
vs ((Y3 – P)/hu).
3. Pada aliran diatas ambang tajam semakin tinggi apabila debit yang
mengalir semakin besar. Dan jikalau ditaruh pintu sorong di ujung
aliran ada batas dimana ketinggian aliran atas ambang tajam berubah.
4. Pada grafik didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada grafik hubungan Cd vs hw/L dapat dilihat bahwa nilai Cd dan
hw/L berbanding terbalik yang artinya semakin besar nilai Cd
maka nilai hw/L akan semakin besar, begitupun sebaliknya.
b. Pada grafik hubungan Cd vs hu/L didapatkan kesimpulan bahwa
hubungan Cd dan hu/L juga berbanding terbalik yang artinya
semakin besar nilai Cd maka nilai hu/L akan semakin besar,
begitupun juga sebaliknya.
1.7 Lampiran
1.7.1 Gambar Profil
Gambar 1. 10 Penggaris
BAB II
ALIRAN MELALUI AMBANG TAJAM
No. ∆H Y1 Y3 hw Ket
1. 14 123 18 8 Melekat
2. 40 141 38 33 Tertekan
3. 170 137 53 43 Bebas
4. 200 171 153 50 Tenggelam
5. 200 167 148 46 Tenggelam
6. 155 159 52 39 Bebas
7. 35 139 37 31 Tertekan
8. 12 122 17 7 Melekat
Berdasarkan Tabel 1.2 diatas berisikan data yang didapat pada saat praktikum
percobaan Ambang Tajam.
2.5 Perhitungan
2.5.1 Dasar Teori
Dasar Ambang Tipis dan Ambang Lebar
hu = hc hu
hc
Gambar 2.1 menunjukkan gambar ambang tipis (A; t < 0.5 Hu)
dan Ambang lebar (B, t > 0,66 Hu ) ; aliran tidak stabil apabila : 0.5 Hu
< t < 0.66 Hu. Pada ambang tipis nilai hu=hc sedangkan pada ambang
lebar nilai hu > hc.
Terisi
udara
sepenu
Terisi
udara
sebagia
Q1 = (1,08 – 1 × 10) Q
Q1
Q2 = 1,84 × K × L × hu3/2
Q2
K = Konstanta
L = Lebar Ambang
hu = Hup Stream
Q3 = (1,2 – 1,3) Q
Q3
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 𝐶 × √∆𝐻………………………….(2.2)
Keterangan :
Qemp = Debit Empiris
Cd = Koefisien Debit
b = Lebar Saluran Terbuka
h = Tinggi Peluapan di sebelah Hulu Ambang Tajam
Qact = Debit Nyata
C = Angka Kalibrasi (253773)
Jika ambang tajam pada seluruh lebar saluran maka koefisien debit
(Cd) adalah sama dengan :
ℎ
𝐶𝑑1 = 0,602 + 0,05 × 𝑝……………………(2.3)
𝑄𝑎𝑐𝑡
𝐶𝑑1 = 𝑄𝑒𝑚𝑝…………………………………(2.4)
Keterangan :
𝐶𝑑1 = Koefisien debit dari rumus empiris
h = Tinggi Peluapan di sebelah Hulu Ambang Tajam
p = Tinggi Ambang Tipis dari Dasar
Cd = Koefisien Debit
𝐶𝑑1 = 0,66
2 3
𝑄𝑒𝑚𝑝 = × 0,66 × 79 × √2 × 9,81 × 1232
3
3
𝑄𝑒𝑚𝑝 = 6596314 𝑚𝑚 ⁄𝑠
Dengan menggunakan persamaan (2.2) maka didapatkan nilai
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 253773 × √14
3
𝑄𝑎𝑐𝑡 = 949532 𝑚𝑚 ⁄𝑠
1⁄
2
((9810 × 3802 )/(2 × 115))
= 1⁄
(2 × 9810 × 14) 2
= 4,735
Perbandingan Cv dan Cd
6.000
Cv (koefisien kecepatan)
5.000
4.000
3.000
Data 1 - 4
2.000
Data 5 - 8
1.000
0.000
0.65 0.66 0.66 0.67 0.67 0.68 0.68
Cd (koefisien debit)
2.6 Kesimpulan
1. Cd adalah koefisien debit aliran di atas ambang. Nilai Cd dipengaruhi
oleh nilai debit (Q), semakin besar nilai Q maka semakin besar pula
nilai Cd. Dari hasil percobaan nilai koefisien debit (Cd) yang dihasilkan
adalah antara 0,14 sampai dengan 0,42
2. Koefisien kecepatan (Cv), dipengaruhi oleh nilai debit (Q). Semakin
kecil nilai debit, maka akan semakin kecil juga nilai koefisien kecepatan
(Cv) yang didapatkan. Nilai koefisien kecepatan (Cv) berkisar antara
1,176 sampai dengan 4,966 .
3. Profil muka air pada peluapan diatas ambang tajam berdasarkan data
yang diperoleh mendapatkan kondisi aliran ambang tajam melekat,
aliran ambang tajam tertekan, aliran ambang tajam bebas dan aliran
ambang tajam tenggelam.
2.7 Lampiran
2.7.1 Gambar Profil
BAB III
ALIRAN MELALUI PINTU SORONG & LONCATAN AIR
H Yo Xo Yg Xg Y1 X1 Ya Xa Yb Xb Y3 X3 b
No
(mmHg) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
1 15 45 1900 10 2000 8 2030 25 2060 34 2150 34 2150 78.1
2 15 50 1900 7 2000 5 2035 18 2070 26 2160 26 2160 78.1
3 25 103 1900 7 2000 6 2180 22 2160 29 2530 29 2570 78.1
4 25 83 1900 10 2000 9 2130 27 2140 37 2560 37 2560 78.1
Berdasarkan Tabel 3.1 di atas berisikan data yang didapat pada saat
praktikum percobaan Pintu Sorong.
3.1.5 Perhitungan
1. Dasar Teori
𝑄𝑡 = 𝑞 × 𝑏...........................................................................(3.10)
Keterangan :
Qact = Debit nyata
Qt = Debit teoritis
Koefisien Debit Teoritis :
𝑄
𝐶𝑑 = 𝑏×𝑌𝑔×√2𝑔×𝑌 ..............................................................(3.11)
0
2. Contoh Perhitungan
Untuk contoh perhitungan ini digunakan data percobaan no. 1
∆H = 15 mmHg
g (gravitasi) = 9,81 m / s2 = 9810 mm/ s2
b (lebar saluran) = 79 mm
Yg = 10 mm
Yo = 45 mm
Y1 = 8 mm
Ya = 25 mm
Yb = 34 mm
Y3 = 32 mm
• Debit Teoritis
Dengan menggunakan persamaan (3.2) maka didapatkan
nilai :
79×8 ×√2×9810×45
𝑄𝑡 = 8
√ +1
45
3
𝑄 = 547194 mm ⁄s
𝐶𝑑 = 1
𝐶𝑐 = 0,8
𝐶𝑑 = 1,799
𝐶𝑑1 = 0,737
3. Tabel Perhitungan
Tabel 3.2 Data Hasil Perhitungan Pintu Sorong
H Qt Qact
Cc Cv Cd Fh Fg yg/yo Fg/Fh Cd Cd1
(mmHg) mm3/s mm3/s
15 0.800 1.00 0.737 547194 982858.603 6008.63 1450.60 0.222 0.241 1.796 15
15 0.714 1.00 0.681 373023 982858.603 9069.35 1101.39 0.140 0.121 2.635 15
25 0.857 1.00 0.833 655016 1268865.000 45204.48 2852.19 0.068 0.063 1.937 25
25 0.900 1.00 0.855 861794 1268865.000 26138.75 3265.14 0.120 0.125 1.472 25
4. Grafik
• Hubungan Cv vs Yg / Y0
Hubungan Cv VS Yg/Y0
1.20 1.00
1.00
0.80
Yg/Yo
0.60
0.40 Serie
0.140
0.20 s1
0.00
0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20
Cv
• Hubungan Cc vs Yg / Y0
Hubungan Cc VS Yg/Y0
0.250
0.200
0.150
Yg/Yo
0.100
Series1
0.050
0.000
0.70 0.72 0.74 0.76 0.78 0.80 0.82
Cc
800000.000
600000.000
400000.000
200000.000
0.000
0.600 0.650 0.700 0.750 0.800 0.850 0.900 0.950
Cd
2030000
Q (mm3/s) 2020000
2010000
2000000
1990000
0.400 0.490 0.580 0.670 0.760 0.850 0.940
Cd
3.1.6 Kesimpulan
1. Pada hasil percobaan nilai Cv yang didapat sama seperti teori
yang berkisar antara (0,95 < Cv < 1), dalam prakteknya nilai Cv
yang dihasilkan berkisar 1,00 untuk semua aliran.
2. Dari hasil perhitungan, didapatkan nilai koefisien kontraksi (Cd)
berkisar 1,472 sampai dengan 2,635.
3. Dari Percobaan didapat pola aliran air yang berbeda , dimana
semakin besar bukaan pintu sorong maka semakin kecil
kecepatannya, sedangkan semakin kecil bukaan pintu sorong
maka semakin cepat aliran yang bekerja.
3.1.7 Lampiran
1. Gambar Profil
2. Gambar Alat
3. Laporan Sementara
Berdasarkan Tabel 3.3 diatas berisikan data yang didapat pada saat
praktikum percobaan Pintu Sorong
3.2.5 Perhitungan
1. Dasar Teori
V0 Fg 𝑉21
2𝑔
H1
y0
Fh
H1 = E1
yg y1
2. Contoh Perhitungan
Untuk contoh perhitungan ini digunakan data percobaan no. 1
∆H = 180 mmHg
g = 9,81 m/s2 = 9810 mm/s2
b = 79 mm
𝜌 = 0,001 g/mm3
Yo = 45 mm
Y1 = 8 mm
Yg = 10 mm
Q = 982858,603 mm3/s
• Menghitung Koefisien Kontraksi (Cc) menggunakan
persamaan (3.6)
8
Cc = 10
= 0.800
= 1,00
𝐶 𝑑 = 1.796
𝐹ℎ = 6008.63 𝑔⁄𝑚𝑚2 . 𝑠 2
𝐹𝑔 = 1450,6 𝑔⁄𝑚𝑚2 . 𝑠 2
• Menghitung yg/yo
10
yg/yo = 45 = 0.222
• Menghitung Fg/Fh
1450,6
Fg/Fh = = 0.241
6008.63
4. Grafik
• Hubungan Fg/Fh vs Yg/Y0
0.100
0.050
0.000
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250 0.300
Fg/Fh
3.2.6 Kesimpulan
1. Distribusi tekanan non hidrostatik (Fg) adalah resultan gaya
dorong pada pintu sorong yang dipengaruhi oleh Yo, Y1, dan Q
di mana nilai Fg adalah 6796.88 g/mm2.det2 sampai dengan
8459.69 g/mm2.det2.
2. Distribusi tekanan hidrostatik (Fh) adalah resultan gaya dorong
pada pintu sorong yang dipengaruhi oleh Yo, Yg, dan g di mana
nilai Fh adalah 15936.35 g/mm2.det2 sampai dengan 26859.78
g/mm2.det2.
3.2.7 Lampiran
1. Gambar Profil
2. Gambar Alat
3. Laporan Sementara
3.3.5 Perhitungan
1. Dasar Teori
1 1
∑ 𝐹𝑥 = × 𝜌 × 𝑔 × 𝑌𝑎2 − × 𝜌 × 𝑔 × 𝑌𝑏2 …..…………...(3.18)
2 2
atau
𝑌𝑏 1 8×𝑣𝑎2
= 2 [√(1 + 𝑔×𝑌𝑎2) − 1]………………………………(3.21)
𝑌𝑎
Dengan :
E : Energi Spesifik (m)
Y : Kedalaman Air (m)
Q : Debit Aliran (m3/s)
g : Gravitasi = 9,81 m/s2
Yc : Kedalaman Kritis
2. Contoh Perhitungan
Untuk contoh perhitungan digunakan data percobaan no. 1
∆H = 220 mmHg
g = 9810 mm/s2
b = 79 mm
Yg = 35 mm
Y0 = 121 mm
Y1 = 86 mm
Ya = 92 mm
Yb = 100 mm
Y3 = 96 mm
𝑉
𝐹𝑟 =
√𝑔 × 𝑌
Untuk pengambilan data Fr, data yang digunakan ialah data
di hulu air (Ya) :
1101.19
𝐹𝑟 = = 1.159
√9810 × 92
𝑀𝑎 = 𝑄 × 𝑉𝑎
𝑀𝑎 = 8003413,24 × 1101,19
𝑀𝑎 = 88098958625,75
𝑀𝑏 = 𝑄 × 𝑉𝑏
𝑀𝑎 = 8003413,24 × 1013,09
𝑀𝑎 = 81050657919,31
∆𝑀 = 𝑀𝑎 − 𝑀𝑏
𝑀𝑎 = 88098958625,75 − 81050657919,31
𝑀𝑎 = 7048300706,44
o Perhitungan Lj act
𝐿𝑗 𝑎𝑐𝑡 = 𝑋𝑏 − 𝑋𝑎
= 2750 − 2330
= 420
1 220 1.159 0.030 8.813 x 1015 2.3212 x 1015 6.492 x 1015 516 63.565 48 420
2 220 1,.251 0.136 9.181 x 1015 2.6451 x 1015 6.54 x 1015 474 87.380 66 430
3 210 1.247 0.200 6.425 x 1015 2.292 x 1015 4.1 x 1015 384 95.301 72 420
4 210 1.166 0.123 6.247 x 1015 2.0159 x 1015 4.23 x 1015 408 150.815 114 330
Tabel 3.8 di atas berisikan hasil perhitungan dari data yang didapat
pada praktikum percobaan Loncat Air.
4. Grafik
• Hubungan ∆M dan Q
6000000
4000000 Data 1 - 3
2000000
0
0 10000000000000000
ΔM
Grafik 3.6 Hubungan ∆M dan Q
• Hubungan ∆E dan Q
Q (mm3/s)
8.E+06
8.E+06
8.E+06 8.E+06
8.E+06
0 0.05 0.1 0.15
ΔE (mm)
Grafik 3.6 Hubungan ∆E dan Q untuk Sekat 5 cm
Grafik 3.7 Hubungan ∆E dan Q untuk Sekat 5 cm
6.E+06
6.E+06
6.E+06
6.E+06 6.E+06
6.E+06
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25
ΔE (mm)
Lj (mm)
495
490
485
480 474
475
470
418 420 422 424 426 428 430 432
Lj act (mm)
395
390
384
385
380
0 100 200 300 400 500
Lj act (mm)
3.3.6 Kesimpulan
1. ΔM adalah perubahan momentum pada loncatan air. Nilai ΔM
dipengaruhi oleh nilai debit (Q), semakin besar nilai debit (Q)
maka semakin besar pula nilai ΔM. Dari hasil percobaan nilai
Perubahan Momentum (ΔM) yang dihasilkan adalah antara
7048300706,44 sampai dengan 1605324627,67 sementara nilai Q
berkisar antara 6164890,54 sampai dengan 8003413,24
(mm³/det).
2. Berdasarkan hasil yang didapatkan, kehilangan energi pada
loncat air (ΔE) berbanding lurus dengan nilai debit (Q), semakin
besar nilai debit (Q) maka semakin besar pula nilai kehilangan
energi pada loncatan air (ΔE) dan begitu pula sebaliknya. . Dari
hasil percobaan nilai kehilangan energi (ΔE) yang dihasilkan
adalah antara 0,030 sampai dengan 0,123
3. Berdasarkan hasil yang didapatkan, loncatan air teoritis (Lj),
berbanding terbalik dengan nilai loncatan air nyata (Lj act)
semakin tinggi nilai panjang loncatan air teoritis (Lj) akan
semakin rendah nilai panjang loncatan air nyata (Lj act) begitu
pula sebaliknya.
3.3.7 Lampiran
1. Gambar Profil
2. Gambar Alat
3. Laporan Sementara
BAB IV
PENGUKURAN KECEPATAN ALIRAN DI SALURAN
Tabel 4.2 di atas berisikan data yang didapat dari pembacaan pada
alat Current Meter pada praktikum percobaan Saluran Alam.
4.5 Perhitungan
4.5.1 Dasar Teori
• Beberapa cara pengukuran kecepatan aliran
a. Pengukuran dengan pelampung
b. Pengukuran dengan velocity headrod
c. Pengukuran dengan Trupp’s ripple meter
d. Pengukuran dengan Current Meter
• Cara (a) dan (d) digunakan untuk praktikum ini
• Pengukuran debit; cara sederhana untuk mengukur debit adalah
dengan cara tidak langsung yaitu dengan pengukuran kecepatan
aliran.
n = Jumlah Putaran
a, b = Tetapan (Nilai ini ditetapkan dalam kalibrasi)
2. Current Meter yang dipakai dengan sumbu m mendatar
3. Pengukuran vertikal pada dua titik 0,2H dan 0,8H (H =
Kedalaman) :
(𝑉0,2 +𝑉0,8 )
𝑉= ………………………..………………..(4.3)
2
dengan :
V0,2 = V pada kedalaman 0,2 dari permukaan air
V0,6 = V pada kedalaman 0,6 dari permukaan air
V0,8 = V pada kedalaman 0,8 dari permukaan air
Vp = V pada permukaan air
Vd = V pada dasar sungai
𝑉𝑛 +𝑉𝑛+1 𝐻𝑛 +𝐻𝑛+1
𝑄 = ∑[ ][ ] [𝐵]……………………………(4.7)
2 2
𝑄 = ∑ 𝐻𝑛 × 𝑉𝑛 × 𝐵……………………………………….(4.8)
dengan :
B = Lebar Penampang Basah
Vn = Kecepatan rata – rata aliran pada penampang pias
Hn = Tinggi penampang basah pada pias
Perhitungan Pias ke 1 :
𝐿
𝑉𝑘𝑖𝑟𝑖 =
𝑇
10
𝑉𝑘𝑖𝑟𝑖 =
130
𝑉𝑘𝑖𝑟𝑖 = 0,0765 𝑚/𝑠
𝐿
𝑉𝑇𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =
𝑇
10
𝑉𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ =
234,17
𝑉𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎ℎ = 0,0427 𝑚/𝑠
𝐿
𝑉𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 =
𝑇
10
𝑉𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 =
182,435
𝑉𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 0,0548 𝑚/𝑠
Untuk pias 1,
Hn = 0,95 m
Vn = 0,0675 m/s
B = 2,13 m
Q = 1,95 × 0,0675 × 2,13 = 0,1366 m3/s
Untuk pias 2 dan pias 3, perhitungan sama dengan diatas, Didapat
Q masing – masing pias adalah :
Q1 = 0,1366 m3/s
Q2 = 3,4506 m3/s
Q3 = 2,4304 m3/s
Tabel 4.3 di atas berisikan hasil perhitungan dari data yang didapat
pada praktikum percobaan Saluran Alam dengan Pelampung.
Tabel 4.4 di atas berisikan hasil perhitungan dari data yang didapat
pada pembacaan alat Current meter pada praktikum percobaan
Saluran Alam.
4.5.4 Grafik
• Hubungan Kedalaman vs Kecepatan
1.000
0.800
Kedalaman
Pias 1
0.600 Pias 2
Pias 3
0.400
0.200
0.000
0.000 0.500 1.000 1.500 2.000 2.500
Kecepatan
Grafik 4. 1 Hubungan H vs V
2
Kedalaman
1.5
0.5
0
0.0000 0.5000 1.0000 1.5000 2.0000 2.5000 3.0000 3.5000 4.0000
Debit
4.6 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari perhitungan di atas, yaitu sebagai
berikut :
4.6.1 Percobaan dengan Pelampung
Kecepatan rata-rata yang didapat dari percobaan dengan
pelampung adalah 0,1000 m/det.
4.6.2 Percobaan dengan Current Meter
Kecepatan rata - rata yang didapat dari percobaan dengan Current
meter adalah, pias 1 sebesar 0,0675 m/det, pias 2 sebesar 1,3064 m/det
dan pias 3 sebesar 0,5357 m/det.
Debit aliran yang dihasilkan dari percobaan dengan Current meter
dengan Mid Area Method adalah pias 1 sebesar 0,1366 m3/det, pias 2
sebesar 3,4506 m3/det dan pias 3 sebesar 2,4304 m3/det.
4.6.3 Perbedaan Hasil Percobaan
Kecepatan rata-rata yang didapat dari percobaan dengan
pelampung dan dari percobaan current meter memiliki perbedaan yang
cukup besar. Yaitu pada percobaan dengan pelampung diperoleh
kecepatan rata-rata sebesar 0,1000 m/det dan percobaan dengan current
meter diperoleh kecepatan rata-rata sebesar 0,02251 m/det. Hal ini
dikarenakan saat percobaan dilakukan, terdapat banyak variabel yang
mempengaruhi hasil percobaan, terutama kedalaman saluran alam
(yang didasarnya terdapat endapan) sangat mempengaruhi perhitungan
current meter.
4.7 Lampiran
4.7.1 Gambar Profil