PRAKTIKUM HIDRAULIKA
(STS4232)
PERCOBAAN
AMBANG TAJAM
Oleh :
2023
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM HIDRAULIKA
Jalan A. Yani KM 35,5 Banjarbaru Kalimantan Selatan, Indonesia
Telepon : 0511-4773858 Fax : 0511-4773858
LEMBAR PENGESAHAN
Banjarbaru, 2023
Mengetahui,
Co - Instruktur,
Syamsul Khair
2010811210055
Praktikum Hidraulika
( STS4232 )
BAB I
PENDAHULUAN
kedalaman air (h). Ambang tajam dapat bersifat hambatan (lebar) dasar sungai
dengan lebar saluran menyempit Sebagian atau menyempit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
adalah proses gesekan pada permukaan dasar saluran atau sungai yang
menyebabkan lapisan itu terkelupas sedikit demi sedikit. Makin tinggi
kecepatan aliran, makin besar kikisan atau gerusan yang terjadi.
Kecepatan aliran yang tinggi menyebabkan terjadinya tekanan
rendah/ negatif sehingga mengakibatkan kavitasi pada dinding saluran
luncur. Gaya yang disebabkan oleh tekanan negatif akan menarik unsur-
unsur pada struktur bangunan hidraulik yang selanjutnya akan
mengakibatkan pengelupasan pada permukaan dasar bangunan. Lama
kelamaan pengelupasan dasar bangunan hidraulik akan membentuk lubang
kecil yang selanjutnya menjadi lubang besar yang membahayakan struktur
hidraulik.
Untuk mengurangi kemampuan aliran dalam mengikis dasar
saluran, maka salah satu cara adalah memperkecil kecepatan aliran.
Kecepatan aliran dikurangi dengan memperkecil energi limpasan yang
lewat di atas saluran. Tangga-tangga yang dibangun pada permukaan hilir
bendung bisa mengurangi energi limpasan yang terjadi di hilir bendung.
(Krisnaysnti, 2017)
Sungai memiliki peran yang penting bagi kehidupan manusia. Hal
ini dapat kita lihat dari pemanfaatan sungai yang makin lama makin
kompleks seiring dengan perkembangan jumlah penduduk yang berarti
bertambah pula kebutuhan, mulai dari sarana transportasi, sumber air baku,
sumber tenaga listrik dan sebagainya.
Sungai dapat mengalami perubahan morfologi pada bentuk tampang
aliran yang disebabkan oleh faktor alam seperti tikungan dan faktor manusia
seperti pembangunan bangunan air.Salah satu bangunan yang terdapat di
sungai adalah jembatan yang merupakan sarana transportasi yang
menghubungkan daerah yang terpisah oleh sungai.Jembatan umumnya
terdiri dari dua bangunan penting, yaitu struktur bangunan atas dan struktur
bangunan bawah.
Salah satu struktur utama bangunan bawah jembatan adalah
abutmen jembatan yang selalu berhubungan langsung dengan aliran
sungai.Abutmen merupakan bangunan jembatan yang terletak di pinggir
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Pelimpah (Spillway) merupakan salah satu bangunan pelengkap dari bendungan yang berfungsi
sebagai pengaman terhadap bahaya air banjir yang melimpas diatas bendungan (overtopping). Selain
itu, bangunan pelimpah juga berfungsi agar debit hujan rancangan yang terjadi cepat mengalir sehingga
debit air tidak sempat meluas. Karakteristik aliran yang melewati bangunan pelimpah akan tergantung
kepada bentuk dan sifat pelimpah itu sendiri. Untuk kepentingan bangunan air seperti bendungan dan
bangunan air lainnya maka perihal karakteristik aliran sangatlah penting untuk menentukan bangunan
yang akan dipilih sesuai kebutuhannya. Pengkajian tentang hal ini dapat dilakukan melalui suatu
penelitian terhadap aliran pada saluran terbuka berukuran kecil yang melewati pelimpah dengan model
bangunan pelimpah type ogee. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik
aliran, pola aliran dan energy spesifik yang terjadi pada bangunan tersebut. Pada penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa aliran air dapat mengalami perubahan ketinggian karena adanya bangunan
pelimpah dan berpengaruh pada karakteristik alirannya. Dimana semakin tinggi muka air maka semakin
besar kecepatan yang terjadi.Pola aliran pada daerah hulu merupakan aliran sub kritis (FR<1)
kemudian menjadi kritis (FR = 1) pada saat melewati bangunan pelimpah. Setelah melewati bangunan
pelimpah maka aliran menjadi super kritis (FR > 1) dan berangsur-angsur menjadi normal kembali pada
saat berada di daerah hilir.Energi spesifik yang dihasilkan pada bangunan pelimpah tipe Ogee juga
bergantung pada jenis pelimpah yang diberikan.
ABSTRACT
Spillway is one of the complementary buildings of a dam that serves as a safety against flood water
hazards that overflow (overtopping). In addition, the overflow building also functions so that the design
rain discharge that occurs quickly flows so that the water discharge does not have time to expand. The
flow characteristics that pass through the overflow building will depend on the shape and nature of the
overflow itself. For the benefit of water structures such as dams and other water structures, the
characteristics of the flow are very important to determine the building to be chosen according to their
needs. An assessment of this can be done through a study of the flow in a small open channel that passes
through the overflow with the ogee type spillway model. The purpose of this study is to determine the
characteristics of flow, flow patterns and specific energy that occurs in the building. In this study it can
be concluded that the flow of water can experience changes in altitude due to the presence of overflow
buildings and affect the flow characteristics. Where the higher the water level, the greater the speed that
occurs. The flow pattern in the upstream area is a sub-critical flow (FR <1) then becomes critical (FR =
1) when passing through the overflow building. After passing through the overflow building, the flow
becomes super critical (FR> 1) and gradually becomes normal again when in the downstream area.
Specific energy produced in Ogee type overflow buildings also depends on the type of spill provided.
40
ISSN : 1979 9764
Jurnal Teknik Hidro
Volume 12 Nomor 2, Agustus 2019
41
Jurnal Teknik Hidro
Volume 12 Nomor 2, Agustus 2019
42
Bakhtiar, Joetata Hadihardaja
Karakteristik Aliran Air dalam Model Saluran Terbuka Menuju Kajian Hidrolika Erosi dan Transport Sedimen
MEDIA KOMUNIKASI
TEKNIK SIPIL
BMPTTSSI
ABSTRACT
ABSTRAK
Makalah ini merupakan rangkuman hasil pekerjaan penelitian yang dilakukan penulis
selama di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrodinamika Jurusan Teknik Sipil
Universitas Sangga Buana YPKP, bersama tim dosen dan para mahasiswa tugas akhir.
Tujuan penelitian terutama adalah untuk pembuktian model-model teoritik melalui
1
S3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Kampus Peleburan Jl. Hayam Wuruk Semarang
Email : bakhtiar_usb@yahoo.co.id (081394936664)
pengamatan langsung aliran air nyata dalam saluran yang dimodelkan. Dua bagian
eksperimen telah dilakukan yaitu dengan saluran kaca dan saluran kaca yang
dasarnya dihampar pasir, dengan demikian aliran air pada eksperimen kedua akan
membawa pasir, sehingga penelitian ini menguji karakteristik dua aliran dengan
viskositas yang berbeda. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik aliran air di saluran
terbuka yang diturunkan secara teoritik dan didekati dengan model matematik sesuai
dengan hasil pengamatan dan pengukuran pada model saluran di laboratorium.
Karakteristik yang terbuktikan menyangkut debit, kecepatan, kedalaman aliran,
bilangan Froude, jari-jari hidrolis, dan tegangan geser. Penelitian ini ditujukan pula
untuk mendalami aspek transportasi sedimen, sebagai penelitian lanjutannya.
Kata kunci: Debit teoritik, kecepatan aliran teoritik, bilangan Froude, debit
pengamatan, kecepatan aliran pengamatan, kedalaman aliran
pengamatan, jari-jari hidrolis, tegangan geser.
Gerusan merupakan fenomena alam yang disebabkan oleh aliran air yang mengikis dasar
saluran.Keberadaan jembatan pada badan sungai dapat mengganggu kestabilan sungai itu
sendiri.Abutmen merupakan bangunan jembatan yang terletak di pinggir sungai, yang dapat
mengakibatkan perubahan pola aliran.Bangunan seperti abutmen jembatan selain dapat merubah
pola aliran juga dapat menimbulkan perubahan bentuk dasar saluran sepeti penggerusan.Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bentuk pondasi abutmen terhadap kedalaman
gerusan yang terjadi di sekitar abutmen jembatan.Penelitian ini menggunakan skala laboratorium.
Percobaan dilakukan dengan menggunakan satu debit dan tiga variasi kedalaman aliran. Sedangkan
untuk model abutmen, digunakan tiga bentuk variasi.Abutmen yang memiliki gerusan paling dalam
adalah abutmen kedua dan abutmen ketiga memiliki kedalaman gerusan terkecil.Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa abutmen dengan tipe pondasi ketiga merupakan abutmen yang terbaik
karena memiliki kedalaman gerusan terkecil untuk tiap variasi kedalaman aliran dibandingkan dengan
tipe abutmen pertama dan kedua.
aliran berbalik arah vertikal ke atas, peristiwa ini 4. Bagaimana pola gerusan yang terjadi di
diikuti dengan terbawanya material dasar sekitar abutmen karena pengaruh debit dan
sehingga terbentuk aliran spiral yang akan kedalaman aliran?
menyebabkan gerusan dasar. Hal ini akan terus
berlanjut hingga tercapai keseimbangan.
Proses gerusan bisa menyebabkan erosi dan
degradasi di sekitar jembatan. Degradasi ini
berlangsung secara terus menerus hingga 1.3 Tujuan Penelitian
dicapai keseimbangan antara suplai dan
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian
angkutan sedimen yang saling memperbaiki.
ini yaitu untuk :
Apabila suplai sedimen dari hulu berkurang atau
1. Mengetahui pengaruh debit dan kedalaman
jumlah angkutan sedimen lebih besar daripada
aliran terhadap kedalaman gerusan lokal.
suplai sedimen, maka bisa menyebabkan
2. Mengetahui pengaruh kecepatan terhadap
terjadinya kesenjangan yang begitu menyolok
kedalaman gerusan.
antara degradasi dan agradasi di daerah fondasi
3. Mengetahui tipe abutmen yang memiliki
jembatan sehingga lubang gerusan (scour hole)
kedalaman gerusan yang terbesar.
pada abutmen maupun pilar jembatan akan
4. Mengetahui pengaruh tipe abutmen
lebih dalam bila tidak terdapat atau kurangnya
terhadap pola gerusan di sekitar abutmen.
suplai sedimen. Hal ini bisa menyebabkan
rusaknya abutmen maupun pilar jembatan
1.4 Manfaat Penelitian
(Abdurrosyid dan Fatchan, 2007).
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat
Kedalaman aliran merupakan salah satu
memberikan masukan pengetahuan dan
parameter yang mempengaruhi besarnya
pengembangannya pada bidang studi hidrolika
gerusan lokal yang terjadi di sekitar abutmen
yang berkaitan dengan gerusan lokal di sekitar
jembatan. Kedalaman aliran akan sangat
abutmen jembatan.Hasil penelitian ini juga
berpengaruh terhadap kecepatan aliran yang
diharapkan dapat sebagai masukan bagi
terjadi. Semakin dalam aliran yang terjadi maka
konsultan perencana dalam konstruksi
kecepatan semakin berkurang, apabila
bangunan air dalam hai ini adalah
kedalaman aliran berkurang maka kecepatan
pembangunan abutmen dan juga sebagai
akan bertambah, sehingga besarnya gerusan
informasi untuk penelitian lebih lanjut.
yang diakibatkan adanya pengaruh kedalaman
aliran akan berbeda pula (Affandi, 2007). Oleh
karena itu perlu adanya penelitian tentang 2. Dasar Teori
gerusan di sekitar abutmen jembatan akibat 2.1. Tinjauan Pustaka
parameter aliran sungai seperti debit,
kedalaman aliran serta bentuk pondasi abutmen Affandi (2007) melakukan penelitian
yang dapat mempengaruhi besarnya gerusan dengan judul Pengaruh Kedalaman Aliran
yang terjadi di sekitar abutmen jembatan. Terhadap Perilaku Gerusan Lokal Di Sekitar
Abutmen Jembatan dengan tipe abutmen yang
digunakan adalah semi circular-end abutment.
1.2Perumusan Masalah Variasi kedalaman yang digunakan adalah 0,09
Berdasarkan uraian dari latar belakang, m; 0,10 m; 0,11 m dan 0,12 m. Dari hasil
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa
penelitian ini adalah : kedalaman gerusan maksimum terjadi pada
1. Bagaimana pengaruh debit dan kedalaman kedalaman aliran 0,09 m sedangkan kedalaman
aliran terhadap kedalaman gerusan lokal? gerusan minimun terjadi pada kedalamam 0,12
2. Bagaimana pengaruh kecepatan aliran m. Semakin bertambah kedalaman aliran maka
terhadap kedalaman gerusan yang terjadi gerusan yang terjadi semakin kecil.Pola gerusan
pada dasar saluran ? yang terjadi di semua abutmen dengan berbagai
3. Abutmen manakah yang memiliki kedalaman aliran relatif sama meskipun dengan
kedalaman gerusan terbesar karena lebar dan kedalaman gerusan yang berbeda.
pengaruh debit dan kedalaman aliran ?
Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2019 ISSN: 2459-9727
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta
A. Amin Latif1*, Muhammad Saleh Pallu2, Farouk Maricar3, Mukhsan Putra Hatta4
1
Mahasiswa Program Doktor Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin
2,3,4
Dosen Departemen Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin
Jalan Poros Malino KM. 14,5, Gowa, Sulawesi Selatan
*
Email: aminlatif1970@gmail.com
Abstrak
Pintu sorong (sluice gate) merupakan salah satu konstruksi bangunan air yang dikenal dengan
bangunan ukur yang berfungsi untuk membagi air sesuai debit yang direncanakan dengan cara
mengatur tinggi muka air. Dalam mengoptimalisasikan peranan bangunan pintu air sebagai
pengatur debit dan pengatur tinggi muka air dihulu bangunan pintu air, sering dihadapkan pada
masalah gerusan lokal (local scouring) di sebelah hilir bangunan pintu air. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh tinggi bukaan pintu air terhadap bilangan Froude (Fr)
dengan dasar tanah lempung pada saluran terbuka. Penelitian ini berbentuk eksperimental di
laboratorium yang dilakukan di Laboratorium Hidrolika Fakultas Teknik Universitas
Hasanuddin. Penelitian ini dilakukan dengan 3 tinggi bukaan pintu sorong terhadap dasar
saluran (Yg) yaitu 0,5 cm, 1,0 cm dan 1,5 cm sedangkan debit pada 1382,837 cm3/detik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Yg = 0,5 cm; Y1 = 0,35 cm; Fr = 6,99; Ds = 4,2 cm, Yg = 1,0;
Y1 = 1,5 cm; Fr = 0,79; Ds = 1,95 cm dan Yg = 1,5; Y1 = 1,65 cm; Fr = 0,68; Ds = 1,6 cm.
Dengan demikian, semakin tinggi bukaan pintu air maka semakin kecil bilangan Froude yang
dihasilkan dan semakin kecil bilangan Froude maka semakin kecil kedalaman gerusan yang
timbul.
Kata kunci: pintu air, tinggi bukaan, bilangan Froude, kedalaman gerusan
PENDAHULUAN
Air merupakan kebutuhan pokok manusia. Pemanfaatannya untuk menunjang kehidupan
manusia dirasa makin hari makin berkembang. Mulai dari makan minum dan sanitasi sampai pada
produksi barang industri, penerangan dan irigasi, banyak mengandalkan potensi sumber air,
diantaranya air sungai, air tanah, dan sebagainya.
Sehubungan dengan pernanfaatan air untuk irigasi dan kebutuhan yang lain, seringkali
dibuatlah bangunan air seperti waduk, saluran, pintu air, terjunan, bendung dan lain sebagainya
guna mengatur dan mengendalikan air tersebut. Untuk menyalurkan air ke berbagai tempat guna
keperluan irigasi, drainase, air bersih dan sebagainya sering dibuat saluran dengan menggunakan
saluran terbuka. Pada pengoperasiannya untuk membagi air, mengatur debit dan sebagainya kadang-
kadang diperlukan suatu alat yang disebut pintu air. Banyak macam dan jenis pintu air dan salah satu
diantaranya adalah pintu sorong (sluice gate). Sewaktu pintu dioperasikan akan terjadi pola aliran di
daerah bukaan pintu yang, mana arus aliran tersebut akan berinteraksi dengan material-material
yang ada di sekelilingnya. Interaksi arus aliran dengan dasar saluran akan menyebabkan material
di dasar saluran tergerus. Apabila di dasar saluran tersebut bermaterial lunak atau material lepas
maka akan terjadi pola gerusan tertentu yang mencerminkan pola gerusan akibat aliran
tersebut.Fenomena tersebut dapat menyebabkan erosi dan degradasi di sekitar bangunan air.
Degradasi ini berlangsung secara terus menerus hingga tercapainya keseimbangan antara suplai
dengan angkutan sedimen yang saling memperbaiki.
Adanya perubahan pola aliran maka terjadi ketidak seimbangan antara jumlah angkutan
sedimen yang lebih besar dari suplai sedimennya. Hal ini menyebabkan semakin dalamnya lubang
gerusan (scour hole).
Banyak kasus-kasus tentang runtuhnya Bangunan Air bukan hanya disebabkan oleh factor
konstruksi, namun persoalan gerusan di sekitar BangunanAir juga bisa menjadi penyebab lain, hal ini
ditunjukkan karena prosesgerusan yang terjadi secara terus menerus sehingga terjadi penurunan
ketahanan pada bangunan tersebut.Dampak dari gerusan local harus diwaspadai karena dapat
berpengaruh pada penurunan stabilitas keamanan Bangunan Air. Mengingat kompleks dan
pentingnya permasalahan di atas, perlu dilakukan kajian tentang gerusan local (local scouring) di
sekitar Bangunan Air yang terdapat pada sungai akibat adanya pengaruh gerusan.
Berbagai penanganan masalah seperti gerusan lokal (local scouring) pada sebelah hilir
bangunan pintu air telah dilakukan, diantaranya dengan pembuatan landasan kolam olak atau
dikombinasikan dengan pemasangan peredam energi (End Sill). Bilangan Froude adalah sebuah
parameter non dimensional yang menunjukkan efek relatif dari efek inersia terhadap efek gravitasi
(Albas J. & Permana S., 2016).
Kedalaman aliran merupakan salah satu parameter yang mempengaruhi besarnya gerusan lokal
yang terjadi. Kedalaman aliran akan sangat berpengaruh terhadap kecepatan aliran yang terjadi.
Semakin dalam aliran yang terjadi maka kecepatan semakin berkurang, apabila kedalaman aliran
berkurang maka kecepatan akan bertambah, sehingga besarnya gerusan yang diakibatkan adanya
pengaruh kedalaman aliran akan berbeda pula (Affandi, 2007). Oleh karena itu, perlu adanya
penelitian tentang pengaruh tinggi bukaan pintu air terhadap bilangan Froude (Fr) dengan dasar tanah
lempung pada saluran terbuka akibat parameter aliran sungai seperti debit dan kedalaman aliran yang
dapat mempengaruhi besarnya gerusan yang terjadi di sekitar banguna pintu air.
TINJAUAN PUSTAKA
Gerusan
Proses erosi dan deposisi umumnya terjadi karena perubahan pola aliran terutama pada sungai
alluvial. Perubahan pola aliran terjadi karena adanya halangan pada aliran sungai tersebut, berupa
bangunan sungai seperti pilar jembatan dan abutmen. Bangunan semacam ini dipandang dapat
merubah geometri alur dan pola aliran yang selanjutnya diikuti gerusan lokal di sekitar bangunan
(Legono (1990) dalam Abdurrosyid dan Fatchan (2007)).
Legono (1990) dalam Abdurrosyid dan Fatchan (2009) membedakan tipe gerusan adalah :
1. Gerusan umum di alur sungai, tidak berkaitan sama sekali dengan ada atau tidak adanya bangunan
sungai.
2. Gerusan di lokalisir di alur sungai, terjadi karena penyempitan aliran sungai menjadi terpusat.
3. Gerusan lokal di sekitar bangunan, terjadi karena pola aliran lokal di sekitar bangunan sungai.
Mekanisme Gerusan
Dalam Chatterje dkk (1994) dikatakan tentang mekanisme gerusan di belakang pintu air. Debit
yang mengalir melalui pintu air membentuk suatu semburan (jet) di atas dasar erodibel. Kecepatan jet
yang tinggi menimbulkan tegangan gesek yang besar melebihi tegangan gesek kritik butiran yang
merupakan batas awal gerak butiran dan hal ini menyebabkan terbentuknya gerusan lokal di hilir
apron. Lubang gerusan yang terbentuk menyebabkan peningkatan kedalaman aliran lokal (pada
lubang gerusan tersebut) dan berakibat tegangan gesek di atas dasar menjadi kurang dan lebih kecil
dibandingkan tengangan gesek kritis material dasar sehingga terjadi penurunan material yang
ternagkut dan akhirnya tercapai tahap keseimbnagan dimana gerusan tidak bertambah lagi.
Perkembangan serusan sangat tergantung waktu. Awalnya gerusan berkembang dengan cepat
kemudian berkurang sampai tecapai tahap keseimbangan.
1) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Nusa Cendana
Jl. Adi Sucipto Penfui, Kupang, Indonesia
2) Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya
ABSTRACT
Stepped weir is generally a modification on the downstream face of a standard ogee weir. The overflow on
stepped weir classified in to three types: nappe flow, transition flow, and skimming flow. The skimming flow
more used in planning the weir because almost all the operations of weir for large discharge. This study
aimed to investigate and examine the advantages of stepped weir by conducting variations models such as
slope angle of weir, number of steps, and the value of Froude number. In this research, the models test of
stepped spillway carried out with two models of weir type were the ogee weir and the stepped weir. The
slope of stepped spillway (θ) are used 30˚ and 45˚, the number of steps (N) are 40 and 20, and the critical
depth to the height of steps (yc/h) ranging from 0,700 <yc/h<3.00 with the Froude number (Fr)< 10. The
results showed that friction factor of Darcy-Weisbach (f) for the stepped weir is 0.311 which affect the value
of energy loss. Levels of dissolved oxygen at stepped weir flow increased by 2.011% - 2.846%. The value of
relative energy losses (ΔE1/E0) are 86.129% on the stepped weir and 72.466% on the ogee weir. The increase
in value relative energy loss will affect the length of stilling basin in the downstream.
Keywords: stepped weir, relative energy loss, dissolved oxygen, skimming flow, friction factor
ABSTRAK
Bendung bertangga merupakan modifikasi dari profil standar untuk bendung tipe ogee. Aliran yang
melimpas pada bendung bertangga diklasifikasikan menjadi tiga tipe, yaitu aliran bebas, aliran transisi
dan aliran tenggelam. Aliran tenggelam ini lebih banyak digunakan dalam perencanaan bendung
dikarenakan hampir semua pengoperasian bendung adalah untuk perhitungan debit besar. Penelitian ini
bertujuan untuk menguji dan mengetahui keunggulan bendung bertangga dengan melakukan variasi
perlakuan model meliputi sudut kemiringan, jumlah anak tangga dan nilai bilangan Froude. Penelitian ini
dilakukan pengujian terhadap dua model tipe bendung yakni bendung ogee dan bendung bertangga pada
kondisi aliran tenggelam. Untuk variasi sudut kemiringan pelimpah (θ) yang digunakan 30˚ dan 45˚,
jumlah anak tangga (N) 40 dan 20 serta kedalaman kritis terhadap tinggi tangga (yc/h) berkisar
0,70 < yc/h < 3,00. Model penelitian ini menggunakan bilangan Froude (Fr) < 10. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor gesekan Darcy Weisbach (f) untuk bendung bertangga adalah 0,311 yang
mempengaruhi terhadap nilai kehilangan energi. Kadar oksigen terlarut pada aliran bendung bertangga
meningkat sebesar 2,011% - 2,846%. Sedangkan nilai kehilangan energi relatif (∆E1/E0) pada bendung
bertangga adalah 86,129% dan bendung ogee adalah 72,466%. Peningkatan nilai kehilangan energi relatif
akan mempengaruhi terhadap panjang kolam olak di hilir bendung.
Kata kunci: bendung bertangga, kehilangan energi relatif, oksigen terlarut, aliran tenggelam,
koefisien gesekan