KELOMPOK 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau
tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan
kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang
dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering
tidak disadari. Dalam modul ini akan dipelajari mengenai hilangnya
kemampuan kerja (kehilangan tinggi tekan) aliran fluida karena gesekan serta
sebab sebab lainnya saat melalui suatu jaringan tata pipa. Kehilangan tinggi
tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi karena factor gesekan (major los
ses) atau akibat factor perubahan bentuk geometri pipa (minor losses).
Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinum yang
mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri
merupakan zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara
continue/terus-menerus bila terkena tekanan atau gaya geser walaupun relatif
kecil atau bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, sedangkan seperti batu
dan benda-benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam
fluida karena tidak bisa mengalir. Seperti contohnya susu, minyak pelumas,
dan air merupakan contoh zat cair. Dan semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat
gas juga dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Pipa biasa digunakan untuk mengalirkan fluida seperti gas,cairan atau
uap,dari satu tempat. Dalam pembuatan instalasi pipa akan selalu ditemukan
berbagai jenis belokan yang akan mengakibatkan kerugian aliran atau
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum linear heat conduction yang akan
dilakukan kali ini adalah, sebagai berikut:
1. Mempelajari pengaruh efisien gesekan pada pipa.
2. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat:
a. Gesekan pada pipa lurus.
b. Ekspansi tiba-tiba.
c. Kontraksi tiba-tiba.
d. Tikungan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pipa
Pipa adalah sebuah selongsongan bundar (silinder berongga) yang
digunakan untuk mengalirkan fluida cairan atau gas. Pipa biasanya disamakan
dengan istilah tube, pipa tersebut biasanya terbuat dari bermacam-macam
bahan sesuai dengan kebutuhannya, seperti: besi, tembaga, kuningan, plastik,
pvc, alumunium, stainless. Pemilihan material pipa sangat membingungkan
sehingga perlu pemahaman mendalam untuk apa saluran sistem pipa itu
dibuat, mengingat setiap material memiliki keterbatasan dalam setiap
aplikasinya (Zamrozi et al., 2020). Pengertian dari pekerjaan pipa dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Jaringan pipa dalam
Jaringan pipa dalam adalah pemasangan atau penyambungan pipa-
pipa untuk pemasukkan dan pipa pengeluaran khusus yang terdapat di
dalam bangunan untuk segala keperluan alat plambing, seperti kamar
mandi, wc, tempat cuci piring (sink), tempat cuci tangan, tempat buang air
kecil (urinoir), jaringan pipa gas, jaringan pipa untuk keperluan rumah,
dan lain-lain.
B. Klasisfikasi Aliran
Sifat-sifat aliran fluida merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk
diteliti, baik fluida statik maupun fluida dinamik. Fluida zat cair yang
mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang tertentu menyebabkan
terjadinya kerugian energi berupa penurunan tekanan (pressure drop)
disebabkan oleh mayor losses akibat gesekan sepanjang dinding pipa maupun
minor losses akibat perubahan bentuk lokal saluran berupa belokan, katup,
maupun sambungan pipa dan juga tergantung besar koefisien gesek pipa
tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari, tidak saja menemui kasus untuk aliran
satu fase di sistem pemipaan, kenyataannya sering terjadi aliran multiphase
(dua fase, tiga fase, atau lebih). Aliran multifase adalah aliran yang fasenya
(padat, cair dan gas) saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan
setiap hubungan antar fase pergerakannya saling mempengaruhi. Sedangkan
aliran dua fase adalah aliran yang terdiri dari dua fase yang berbeda, dan
merupakan bagian aliran multiphase. (Wahyudi dan Agung Sugeng Widodo,
2014).
………...……………………..(1)
dimana,
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (
= Viskositas
D = Diameter (m)
= Densitas Fluida (
2. Aliran Tertutup
Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup (closed
conduits). Pada aliran tertutup tidak terdapat permukaan yang bebas (free
surface), dikarenakan seluruh saluran diisi oleh fluida. Pada aliran tertutup
permukaan fluida secara tidak langsung dipengaruhi oleh tekanan udara
luar keculi hanya oleh tekanan hidraulika yang ada dalam aliran saja.
Karakter struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari
kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter
pipa. Aliran fluida dalam pipa mungkin merupakan aliran laminar ataupun
turbulen. Dua klasifikasi aliran fluida diatas dikemukakan kali pertama
oleh Osborn Reynolds dengan menggunakan sebuah peralatan sederhana
seperti pada gambar.
………………...……………(2)
Dimana,
Re = Bilangan Reynolds (tak berdimensi)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = Diameter pipa (ft atau m)
µ = Viskositas
……………………………….(3)
dimana,
= Head mayor (m)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan (m/s)
g = Gravitasi bumi (m/s2)
f = Faktor gesek (didapat dari diagram moody)
Pada aliran laminar, nilai faktor gesek tidak bergantung pada kekasaran
dinding pipa. Faktor gesek hanya fungsi dari bilangan Reynold. Pada aliran
turbulen, faktor gesek merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan kekasaran
relatif, dimana e ialah kekasaran absolut dari permukaan pipa. Untuk
menentukan nilai f digunakan persamaan dengan kriteria bilangan Reynold
(Re). Bilangan Reynolds merupakan perbandingan gaya-gaya inersia dengan
gaya-gaya kekentalan, yang dikenalkan oleh Osbone Reynolds (1882) dan
dikembangkan olah Lord Rayleigh (1892). Dalam menentukan nilai koefisien
gesek, f selain ditentukan oleh bilangan R, juga dipengaruhi oleh kekasaran
mutlak ε (ε =0.05 mm dari bahan PVC) dan diameter ipa (D) yang digunakan.
Koefisien gesek (f) dapat ditentukan berdasarkan hubungan antara R dan ε D,
dengan menggunakan "Diagram Moody" (Ridwan & Rahmandani, 2015).
.................................................(4)
dimana,
= Head minor (m)
v = Kecepatan ()
g = Gaya Gravitasi (
k = Koefisien kerugian
Persamaannya adalah :
….……………...(5)
Persamaannya adalah :
………………..(6)
2. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-Tiba
a. Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan
….…………………….(8)
Koefisien kehilangan energi K dan adalah
………..……………………...(9)
…………….……………..(10)
dimana,
= Kehilangan tinggi tekan akibat tikungan pada pipa
K = Koefisien kehilangan tinggi tekan
E. Reynolds Number
Reynold mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi
aliran jenis lain, dan menemukan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran
laminer berubah menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat variable
yaitu ; diameter tabung / pipa (D), viskositas fluida (), densitas fluida ()
dan kecepatan linear fluida (V). Lebih jauh ia menemukan bahwa empat
faktor itu dapat digabungkan menjadi satu gugus, dan bahwa perubahan
macam aliran berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan
variabel menurut penemuannya itu adalah :
…………………………….(11)
Dimana,
D = Diameter tabung
V = kecepatan linier fluida
= Densitas zat cair
= Viskositas zat cair
……………………..………...(12)
dimana,
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (
D = Diameter (m)
= Kekentalan kinematic fluida (
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A. Alat
Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum kehilangan tinggi
tekan sebagai berikut :
1. Suatu Jaringan / Sirkuit Pipa
2. Bangku Hidraulik
3. Termometer
4. Pompa Tangan
B. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada praktikum kehilangan tinggi
tekan sebagai berikut :
1. Air
C. Prosedur Praktikum
Adapun Prosedur Praktikum yang akan digunakan pada praktikum
kehilangan tinggi tekan sebagai berikut
1. Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada udara yang
terjebak di dalamnya. Melakukan prosedur ini dengan jalan
memompakan udara ke dalam tabung piezometer untuk menurunkan
permukaan air di dalam tabung hingga didapat suatu ketinggian yang
sama hingga memudahkan pengamatan.
2. Membuka sirkuit abu-abu semaksimal mungkin untuk mendapatkan
aliran yang maksimum di sepanjang pipa. Sirkuit biru dalam keadaan
tertutup.
3. Membaca dan mencatat angka pada piezometer pipa 3 dan 4 untuk
gesekan pipa lurus, piezometer pipa 7 dan 8 untuk ekspansi, pipa 9 dan
10 untuk konstruksi.
4. Mencatat debit yang dihasilkan dengan prinsip kerja bangku hidraulik
5. Mengubah besar debit air dengan jalan mengatur kran pengatur masuk air
pada sistem pipa dan mencatat ketinggian tabung dan debit. Lakukan
untuk beberapa pengamatan
6. Setelah selesai pada Sirkuit abu-abu. Mengganti ke sirkuit biru dengan
jalan menutup kran pada sirkuit abu-abu dan membuka kran pada sirkuit
biru. Mengikuti prosedur 2 sampai 4 untuk beberapa pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
8) Rumus menghitung
9) Rumus menghitung
Data hasil perhitungan pipa lurus abu abu (h8 & h9)
V(m/s Log
no Q(m^3/s) ) Hf Re fb fdw Hf Log Q
1 0,00080 1,48 0,506 43,256 0,123 6,362E-02 -0,296 -3,097
2 0,00144 2,68 0,533 78,079 0,106 2,057E-02 -0,273 -2,840
3 0,00194 3,60 0,553 104,989 0,099 1,180E-02 -0,257 -2,712
4 0,00235 4,37 0,689 127,222 0,094 1,001E-02 -0,162 -2,628
5 0,00315 5,84 0,692 170,298 0,087 5,613E-03 -0,160 -2,502
Tabel 3.4.5 Data hasil perhitungan akibat ekspansi tiba-tiba (7 & 8)
KTT akibat ekspnasi tiba-tiba (h7 & h8)
V(m/s
No Q(m^3/s) HL (m) HL (he≠ 0) HL (he =0)
)
1 0,00080 1,48 0,023 0,10413 0,02210
2 0,00144 2,68 0,048 0,33927 0,07200
3 0,00194 3,60 0,08 0,61345 0,13018
4 0,00235 4,37 0,232 0,90077 0,19115
5 0,00315 5,84 0,229 1,61400 0,34250
Tabel 3.4.7 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R=0 (5 & 6)
Tikungan siku tajam R = 0 (h5 & h6)
Q(m^3/s V(m/s
No Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
) )
1 0,00078 5,36 81,033 0,105 0,018
77,998 -77,980 -53,323 -53,323
230,89
2 0,00144 9,96 150,658 0,090 0,051 -230,839 -45,665 -45,665
0
296,74
3 0,00167 11,49 173,884 0,087 0,071 -296,669 -44,056 -44,056
0
4 0,00180 12,43 187,983 0,085 0,113 340,117 -340,004 -43,202 -43,202
5 0,00276 19,02 287,808 0,077 0,16 716,72 -716,563 -38,842 -38,842
Tabel 3.4.8 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R=12.7mm (1 &2)
Tikungan siku tajam R = 12,7 mm (h1 & h2)
No Q(m^3/s) V(m/s) Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
1 0,00078 5,36 81,033 0,105 0 77,998 -77,998 -53,335 -53,181
2 0,00144 9,96 150,658 0,090 0,009 230,890 -230,881 -45,673 -45,541
3 0,00167 11,49 173,884 0,087 0,012 296,740 -296,728 -44,065 -43,938
4 0,00180 12,43 187,983 0,085 0,02 340,117 -340,097 -43,214 -43,089
5 0,00276 19,02 287,808 0,077 0,029 716,723 -716,694 -38,849 -38,737
Tabel 3.4.9 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R= 50mm (15 &
16)
Tikungan siku tajam R = 50 mm (h15 & h16)
N Q(m^3/s V(m/s
Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
o ) )
0,10 0,01
1 0,00078 5,36 81,033 77,998 -77,982 -53,324 -52,716
5 6
150,65 0,09 0,06 230,89
2 0,00144 9,96 -230,824 -45,662 -45,142
8 0 6 0
173,88 0,08 0,09 296,74
3 0,00167 11,49 -296,648 -44,053 -43,551
4 7 2 0
187,98 0,08 0,05 340,11
4 0,00180 12,43 -340,066 -43,210 -42,717
3 5 1 7
287,80 0,07 0,21 716,72
5 0,00276 19,02 -716,510 -38,839 -38,397
8 7 3 3
Tabel 3.4.10 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R= 100mm (11 &
12)
Tikungan siku tajam R = 100 mm (h11 & h12)
N Q(m^3/s V(m/s
Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
o ) )
0,10 0,03
1 0,00078 5,36 81,033 77,998 -77,966 -53,313 -52,097
5 2
150,65 0,09 0,07 230,89
2 0,00144 9,96 -230,818 -45,661 -44,620
8 0 2 0
173,88 0,08 0,09 296,74
3 0,00167 11,49 -296,641 -44,052 -43,048
4 7 9 0
187,98 0,08 0,14 340,11
4 0,00180 12,43 -339,975 -43,198 -42,213
3 5 2 7
287,80 0,07 0,01 716,72
5 0,00276 19,02 -716,712 -38,850 -37,965
8 7 1 3
Tabel 3.4.11 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R= 150mm (13 &
14)
Tikungan siku tajam R = 150 mm (h13 & h14)
N Q(m^3/s V(m/s
Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
o ) )
0,10 0,00
1 0,00078 5,36 81,033 77,998 -77,991 -53,330 -51,506
5 7
150,65 0,09 0,04 230,89
2 0,00144 9,96 -230,841 -45,666 -44,104
8 0 9 0
173,88 0,08 0,07 296,74
3 0,00167 11,49 -296,666 -44,056 -42,549
4 7 4 0
187,98 0,08 0,12 340,11
4 0,00180 12,43 -339,992 -43,201 -41,723
3 5 5 7
287,80 0,07 0,17 716,72
5 0,00276 19,02 -716,544 -38,841 -37,513
8 7 9 3
4. Perhitungan
Berikut merupakan hasil perhitungan dari hasil praktikum pada
modul Kehilangan Tinggi Tekan sebagai berikut :
a. KTT akibat gesekkan pipa lurus biru (3 & 4)
1) Menghitung debit (Q)
Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808
4) Menghitung Fb
Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077
5) Menghitung
Posisi = 1; = = 0,017 m
Posisi = 2; = = 0,049 m
Posisi = 3; = = 0,085 m
Posisi = 4; = = 0,293 m
Posisi = 5; = = 0,299 m
6) Menghitung fdw
Posisi = 1; =
= 2,296
Posisi = 2; =
= 1,914
Posisi = 3; =
= 2,493
Posisi = 4; =
= 7,352
Posisi = 5; =
= 3,201
7) Menghitung Log Hf
Posisi = 1; = = -1,770
Posisi = 2; = = -1,310
Posisi = 3; = = -1,071
Posisi = 4; = = -0,533
Posisi = 5; = = -0,524
8) Menghitung Log Q
Posisi = 1; = = -3,110
Posisi = 2; = = -2,840
Posisi = 3; = = -2,778
Posisi = 4; = = -2,744
Posisi = 5; = = -2,559
Posisi = 1; = = 0,00080
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00194
Posisi = 4; = = 0,00235
Posisi = 5; = = 0,00315
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 43,256
Posisi = 2; = = 78,079
Posisi = 3; = = 104,989
Posisi = 4; = = 127,222
Posisi = 5; = = 170,298
4) Menghitung Fb
Posisi = 1; = = 43,256
Posisi = 2; = = 78,079
Posisi = 3; = = 104,989
Posisi = 4; = = 127,222
Posisi = 5; = = 170,298
5) Menghitung
Posisi = 1; = = 0.506 m
Posisi = 2; = = 0.533 m
Posisi = 3; = = 0.553 m
Posisi = 4; = = 0.689 m
Posisi = 5; = = 0.692 m
6) Menghitung fdw
Posisi = 1; =
= 6,362
Posisi = 2; =
= 2,057
Posisi = 3; =
= 1,180
Posisi = 4; =
= 1,001
Posisi = 5; =
= 5,613
7) Menghitung Log Hf
Posisi = 1; = = -0,296
Posisi = 2; = = -0,273
Posisi = 3; = = -0,257
Posisi = 4; = = -0,162
Posisi = 5; = = -0,160
8) Menghitung Log Q
Posisi = 1; = = -3,097
Posisi = 2; = = -2,840
Posisi = 3; = = -2,712
Posisi = 4; = = -2,628
Posisi = 5; = = -2,502
Posisi = 1; = = 0,00080
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00194
Posisi = 4; = = 0,00235
Posisi = 5; = = 0,00315
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 0.023 m
Posisi = 2; = = 0.048 m
Posisi = 3; = = 0.080 m
Posisi = 4; = = 0.232 m
Posisi = 5; = = 0.229 m
4) Menghitung HL (he)
Posisi = 1;
=
= 0,10413
Posisi = 2;
=
= 0,33927
Posisi = 3;
=
= 0,61345
Posisi = 4;
=
= 0,90077
Posisi = 5;
=
= 1,61400
5) Menghitung HL (he=0)
Posisi = 1;
=
= 0,02210
Posisi = 2;
=
= 0,07200
Posisi = 3;
=
= 0,13018
Posisi = 4;
=
= 0,19115
Posisi = 5;
=
= 0,34250
Posisi = 1; = = 0,00080
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00194
Posisi = 4; = = 0,00235
Posisi = 5; = = 0,00315
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 0.035 m
Posisi = 2; = = 0.069 m
Posisi = 3; = = 0.116 m
Posisi = 4; = = 0.355 m
Posisi = 5; = = 0.362 m
4) Menghitung HL (he)
Posisi = 1;
=
= 0,10413
Posisi = 2;
=
= 0,33927
Posisi = 3;
=
= 0,61345
Posisi = 4;
=
= 0,90077
Posisi = 5;
=
= 1,61400
5) Menghitung HL (he=0)
Posisi = 1;
=
= 0,02210
Posisi = 2;
=
= 0,07200
Posisi = 3;
=
= 0,13018
Posisi = 4;
=
= 0,19115
Posisi = 5;
=
= 0,34250
Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808
4) Menghitung
Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077
5) Menghitung Ht
Posisi = 1; = = 0.018 m
Posisi = 2; = = 0.051 m
Posisi = 3; = = 0.071 m
Posisi = 4; = = 0.113 m
Posisi = 5; = = 0.16 m
6) Menghitung Hf
Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
=340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m
7) Menghitung HLG
8) Mengitung kb
Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842
9) Menghitng kl
Posisi = 1;
=
= -53,323
Posisi = 2;
=
= -45,665
Posisi = 3;
=
= -44,056
Posisi = 4;
=
= -43,202
Posisi = 5;
=
= -38,842
Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808
4) Menghitung
Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077
5) Menghitung Ht
Posisi = 1; = = 0 m
Posisi = 2; = = 0.009 m
Posisi = 3; = = 0.012 m
Posisi = 4; = = 0.02 m
Posisi = 5; = = 0.029 m
6) Menghitung Hf
Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
=340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m
7) Menghitung HLG
8) Mengitung kb
Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842
9) Menghitng kl
Posisi = 1;
=
= -53,323
Posisi = 2;
=
= -45,665
Posisi = 3;
=
= -44,056
Posisi = 4;
=
= -43,202
Posisi = 5;
=
= -38,842
Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808
4) Menghitung
Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077
5) Menghitung Ht
Posisi = 1; = = 0.016 m
Posisi = 2; = = 0.066 m
Posisi = 3; = = 0.092 m
Posisi = 4; = = 0.051 m
Posisi = 5; = = 0.213 m
6) Menghitung Hf
Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
=340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m
7) Menghitung HLG
8) Mengitung kb
Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842
9) Menghitng kl
Posisi = 1;
=
= -53,323
Posisi = 2;
=
= -45,665
Posisi = 3;
=
= -44,056
Posisi = 4;
=
= -43,202
Posisi = 5;
=
= -38,842
Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808
4) Menghitung
Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077
5) Menghitung Ht
Posisi = 1; = = 0.032 m
Posisi = 2; = = 0.072 m
Posisi = 3; = = 0.099 m
Posisi = 4; = = 0.142 m
Posisi = 5; = = 0.011 m
6) Menghitung Hf
Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
= 340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m
7) Menghitung HLG
= -296,666 m
Posisi = 4; = 0.142 m - 340,117 m
= -339,992 m
Posisi = 5; = 0.011 m - 716,723 m
= -716,544 m
8) Mengitung kb
Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842
9) Menghitng kl
Posisi = 1;
=
= -52,097
Posisi = 2;
=
= -44,620
Posisi = 3;
=
= -43,048
Posisi = 4;
=
= -42,213
Posisi = 5;
=
= -38,965
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =
Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808
4) Menghitung
Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077
5) Menghitung Ht
Posisi = 1; = = 0.007 m
Posisi = 2; = = 0.049 m
Posisi = 3; = = 0.074 m
Posisi = 4; = = 0.125 m
Posisi = 5; = = 0.179 m
6) Menghitung Hf
Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
= 340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m
7) Menghitung HLG
= -230,841 m
Posisi = 3; = 0.074 m - 296,740 m
= -296,666 m
Posisi = 4; = 0.125 m - 340,117 m
= -339,992 m
Posisi = 5; = 0.179 m - 716,723 m
= -716,544 m
8) Mengitung kb
Posisi =1; =
= -53,330
Posisi =2; =
= -45,666
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,201
Posisi =5; =
= -38,841
9) Menghitung kl
Posisi = 1;
=
= -51,506
Posisi = 2;
=
= -44,104
Posisi = 3;
=
= -42,549
Posisi = 4;
=
= -41,723
Posisi = 5;
=
= -37,513
B. Pembahasan
Pada praktikum Kehilangan Tinggi Tekan (KTT) ini diketahui bahwa
faktor yang menyebabkan berkurangnya debit air dalam sebuah pipa adalah
karena gesekan pipa lurus, ekspansi tiba-tiba, kontraksi tiba-tiba dan tikungan
pada saluran. Pada praktikum ini kehilangan tinggi tekan yang diamati
adalah tinggi tekan pada sirkuit biru lurus dan abu-abu lurus, ekspansi
dan kontraksi tiba-tiba pada sirkuit biru, dan tikungan tajam pada R = 0
mm, R = 12.7 mm, R = 50 mm, R = 100 mm, dan R = 150 mm pada sirkuit
abu-abu dengan melakukan percobaan sebanyak lima kali percobaan dengan
volume konstan yaitu .
Pada perbandingan nilai antara Fb dan Re pada masing-masing pipa
lurus biru dan pipa lurus abu-abu memiliki nilai yang saling berbanding
terbalik dimana semakin kecil nilai Fb maka besarnya nilai Re akan semakin
besar. Sehingga nilai Fb yang didapat berbanding terbalik dengan nilai Re
yang dihasilkan pada saat percobaan. Untuk pipa lurus biru perbandingan
nilai Fdw dan Re adalah saling berbanding terbalik. Akan tetapi pada
percobaan yang dilakukan pada aliran pipa lurus abu-abu nilai Fdw yang
dilakukan pada percobaan keempat pada pipa biru mengalami kenaikan
setelah sebelumnya terjadi penurunan pada percobaan sebelum-sebelumnya.
Hubungan Log Hf Dengan Log Q Pada Pipa Lurus Biru Dan Pipa Lurus Abu- Abu
0.000 0.000
-1.770 -1.310 -1.071 -0.533 -0.524
-0.500 -0.500
-1.000 -1.000
-1.500 -1.500
Log Q
-2.000 -2.000
-2.502
-2.559
-2.500 -2.712 -2.628 -2.500
-2.840 -2.778 -2.744
-3.097
-3.000 -3.000
-3.110
-3.500 -3.500
Pipa Log ��
Abu-Abu Pipa Biru
Gambar 3.4.1 Grafik hubungan Log Hf dengan Log Q pipa lurus biru dan pipa
luru abu- abu
Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara Log Hf dengan Log Q pada pipa lurus biru dan pipa lurus
abu-abu seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Dapat dilihat dari grafik
bahwa terjadi kenaikan yang signifikan seiring membesarnya Log Hf pada
Log Q. Hasil pipa lurus biru tersebut yang paling rendah terdapat pada
percobaan ke satu dengan Log Q-nya -3,110 dan Log Hf-nya sebesar -1.770,
dan hasil yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan Log Q -2,559
dan Log Hf-nya sebesar -0.524. Pada hasil pipa lurus abu-abu tersebut yang
paling rendah terdapat pada percobaan ke satu dengan Log Q-nya -3,097 dan
Log Hf-nya sebesar -0.296, dan hasil yang tertinggi terdapat pada percobaan
ke lima dengan Log Q -2,502 dan Log Hf-nya sebesar -0.160. Hasil yang
didapatkan dari masing-masing pengujian meningkat secara perlahan dari nilai
rendah ke nilai tinggi yang dipengaruhi oleh kecepatan per waktu, jika
semakin cepat maka akan mendapatkan hasil yang berbanding lurus dengan
kecepatannya dan itu akan terjadi jika sebaliknya yang mana ketika
kecepatannya rendah maka hasil perhitungan kedua Log akan rendah juga.
Hubungan Re Dengan Fb Pada Pipa Lurus Biru Dan Pipa Lurus Abu-Abu
0.140
0.123
0.120
0.105 0.106
0.099 0.094
0.100 0.090 0.087 0.087
0.080 0.077
0.085
Fb
0.060
0.040
0.020
0.000
81.033 150.658 173.884 187.983 287.808
Re
Pipa Biru Pipa Abu-Abu
Gambar 3.4.2 Grafik hubungan Re dengan Fb pada pipa lurus biru dan pipa lurus
abu-abu
Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara Re dengan Fb pada pipa lurus biru pipa lurus abu-abu seperti
yang ditunjukan pada grafik di atas. Dapat dilihat dari grafik bahwa terjadi
penurunan yang signifikan seiring membesarnya Re. Hasil pipa lurus biru
tersebut nilai yang paling rendah terdapat pada percobaan ke lima dengan Fb-
nya 0,077 dan Re-nya sebesar 287,808, dan nilai yang tertinggi terdapat pada
percobaan ke satu dengan Fb-nya 0,123 dan Re-nya sebesar 81,033. Pipa lurus
abu-abu hasil tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke lima
dengan Fb-nya 0,087 dan Re-nya sebesar 170,298, dan nilai yang tertinggi
terdapat pada percobaan ke satu dengan Fb-nya 0,123 dan Re-nya sebesar
43,256. Hasil yang didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat
disimpulkan bahwa ketika Re semakin tinggi akan mendapatkan nilai Fb yang
akan semakin rendah dan sebaliknya ketika Re semakin rendah maka Fb akan
semakin tinggi.
Hubungan Re Dengan Fdw Pada Pipa Lurus Biru Dan Pipa Lurus Abu-Abu
8.000E-05 7.352E-05 7.000E-02
6.362E-02
7.000E-05 6.000E-02
6.000E-05
5.000E-02
5.000E-05
4.000E-02
Fdw
4.000E-05
3.201E-05
3.000E-02
3.000E-05 2.057E-02 2.493E-05
2.296E-05
2.000E-02
2.000E-05 1.914E-05 1.180E-02 1.001E-02
1.000E-05 1.000E-02
5.613E-03
0.000E+00 0.000E+00
43.256 78.079 104.989 127.222 170.298
Gambar 3.4.3 Grafik hubungan Re dengan Fdw pada pipa lurus biru dan pipa
lurus abu-abu
Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara Re dengan Fdw pada pipa lurus biru dan pipa lurus abu-abu
seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Hasil grafik bahwa terjadi naik dan
turunnya hasil perhitungan atau juga bisa dikatan terjadi hasil yang stagnasi
yang signifikan seiring membesarnya Re. Hasil pipa lurus biru tersebut nilai
yang paling rendah terjadi pada percobaan ke dua dengan Fdw-nya 1,914xdan
Re-nya sebesar 150,685, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke
empat dengan Fdw-nya 7,352x dan Re-nya sebesar 187,983. Hasil pipa lurus
abu-abu tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke lima
dengan Fdw-nya 5,613xdan Re-nya sebesar 170,298, dan nilai yang tertinggi
terdapat pada percobaan ke satu dengan Fdw-nya 6,362x dan Re-nya sebesar
43,256. Hasil yang didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat
disimpulkan bahwa hasil yang telah didapat dari perhitungan terjadi hasil
yang stagnasi karena hal ini dipengaruhi oleh perbedaan Head Loss yang
berbeda-beda, terjadinya stagnasi ini salah satunya dikarenakan oleh Head
Loss yang bermacam-macam.
0.20000 0.19115
0.15000 0.13018
0.10000 0.13018
0.07200
0.05000
0.02210
0.00000
0.10413 0.33927 0.61345 0.90077 1.61400
HL (he≠0)
Ekspansi Kontraksi
Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara hubungan HL (he≠0) dengan HL (he=0) ekspansi tiba-tiba
seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Hasil grafik bahwa terjadi
kenaikkan pada HL (he=0) yang signifikan seiring membesarnya nilai HL
(he≠0). Hasil ekspansi tiba-tiba perhitungan tersebut nilai yang paling rendah
terjadi pada percobaan ke satu dengan HL (he=0)-nya 0,02210 dan HL (he≠0)-
nya sebesar 0,10413, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima
dengan HL (he=0)-nya 0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400. Hasil
kontraksi tiba-tiba perhitungan tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada
percobaan ke satu dengan HL (he=0)-nya 0,10413 dan HL (he≠0)-nya sebesar
0,02210, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan HL
(he=0)-nya 0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400. Hasil yang
didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat disimpulkan bahwa hasil
yang telah didapat dari perhitungan terjadi hasil yang menaik secara signifikan
seiring dengan besarnya nilai HL (he≠0) maka nilai HL (he=0) juga akan
membesar, dapat disimpulkan dengan kata lain bahwa nilai yang telah didapat
berbanding lurus dengan kenaikan keduanya, dan sebaliknya jika nilai
keduanya menurun secara signifikan maka hasil pada grafik akan terlihat
menurun.
-20.000
Kb
-30.000
-38.849
-38.839
-38.850
-38.841
-41.667
-41.669 -40.867
-40.860
-40.861
-40.000 -43.189
-43.188
-43.191 -44.056
-44.065 -43.214 -38.842
-45.665
-45.673
-43.202
-50.000
-53.323
-53.335
-53.324
-53.313
-53.330
-60.000
0 12,7
Kl50 100 150
Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara hubungan Kb dengan Kl tikungan tajam R = 0, 12.7, 50, 100,
150 mm seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Hasil grafik bahwa terjadi
kenaikkan pada Kb yang signifikan seiring membesarnya nilai Kl. Hasil
perhitungan R = 0 tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke
satu dengan Kb-nya -53,323 dan Kl-nya sebesar -53,323, dan nilai yang
tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan Kb-nya -38,842 dan Kl-nya
sebesar -38,842. Hasil R = 12.7 mm perhitungan tersebut nilai yang paling
rendah terjadi pada percobaan ke satu dengan Kb-nya -53,335 dan Kl-nya
sebesar -53,181, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima
dengan Kb-nya -38,849 dan Kl-nya sebesar -38,737. Hasil R = 50 mm
perhitungan tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke satu
dengan Kb-nya -53,324 dan Kl-nya sebesar -52,716, dan nilai yang tertinggi
terdapat pada percobaan ke lima dengan Kb-nya -38,839 dan Kl-nya sebesar
-38,397. Pada hasil R = 100 mm perhitungan tersebut nilai yang paling rendah
terjadi pada percobaan ke satu dengan Kb-nya -53,313 dan Kl-nya sebesar
-52,097, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan Kb-
nya -38,85 dan Kl-nya sebesar -37,965. Hasil R = 150 mm perhitungan
tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke satu dengan Kb-
nya --53,33 dan Kl-nya sebesar -51,506, dan nilai yang tertinggi terdapat pada
percobaan ke lima dengan Kb-nya -38,841 dan Kl-nya sebesar -37,513. Hasil
yang didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat disimpulkan bahwa
hasil yang telah didapat dari perhitungan terjadi hasil yang menaik secara
signifikan seiring dengan besarnya nilai Kl maka nilai Kb juga akan
membesar, dapat disimpulkan bahwa dengan kata lain nilai yang telah didapat
berbanding lurus dengan kenaikan keduanya, dan sebaliknya jika nilai
keduanya menurun secara signifikan maka hasil pada grafik akan terlihat
menurun. Hal yang mempengaruhi adalah dari jari-jarinya (R), pada
perhitungan ini R bernilai 0, 12.7, 50, 100, 150 mm maka hal tersebutlah yang
mempengaruhi hasil akhirnya.
Perhitungan semua tikungan tajam dari R yang bernilai 0, 12.7 mm, 50
mm, 100 mm, dan 150 mm, dapat disimpulkan dengan sederhana yaitu bahwa
niali jari-jari mempengaruhi dari perhitungan tikungan tajam. Hasil grafik
yang telah dijabarkan hasil dari nilai R yang semakin besar maka nilai Kl-nya
terus meningkat besar, maka dari itu kami menyimpulkan pada perhitungan
tikungan tajam dipengaruhi oleh nilai jari-jari (R).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari modul 3 yang berjudul
Kehilangan Tinggi Tekan adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat mengetahui koefisien gesekan pada pipa dengan
memahami prinsip dari kehilangan tinggi tekan.
2. Hasil dari kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus biru memiliki nilai
maximum dengan nilai HL=0,299 m pada debit 0,00276 m^3/s.
kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus abu-abu memiliki nilai
maximum dengan nilai HL=0,692 m pada debit 0,00315 m^3/s
3. Adapun hasil praktikum kehilangan tinggi tekan ini yang berupa Head
Loss dengan dua jenis Head Loss. Perhitungan yang telah dilakukan
pada pratikum kali ini didapatkan data hubungan antara hubungan HL
(he≠0) dengan HL (he=0). Hasil ekspansi tiba-tiba didapat perhitungan
dengan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan
HL (he=0)-nya 0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400.
4. Hasil kontraksi tiba-tiba didapat perhitungan dengan nilai yang
tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan HL (he=0)-nya
0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400. Hasil yang didapatkan
dari masing-masing pengujian, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
telah didapat dari perhitungan terjadi hasil yang menaik secara
signifikan seiring dengan besarnya nilai HL (he≠0) maka nilai HL
(he=0) juga akan membesar, Dapat disimpulkan dengan kata lain
bahwa nilai yang telah didapat berbanding lurus dengan kenaikan
keduanya, dan sebaliknya jika nilai keduanya menurun secara
signifikan maka hasil pada grafik akan terlihat menurun.
B. Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya dalam proses praktikum di berikan penjelasan lebih lengkap
mengenai proses pengerjaan perhitungan.
2. Sebaiknya kegiatan praktikum di lakukan secara luring agar lebih
memahami proses praktikum.
3. Sebaiknya dalam proses praktikum ada penjelasan lebih banyak
mengenai materi yang di bahas.
4. Sebaiknya video modul proses praktikum di buat lebih baik agar
praktikan dapat mengerti apa isi yang di sampaikan.
DAFTAR PUSTAKA