Anda di halaman 1dari 59

lOMoARcPSD|29166056

Laporan Akhir Mekflu Modul 3

Fisika (Institut Teknologi Sumatera )

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)
lOMoARcPSD|29166056

LAPORAN PRAKTIKUM MS3134 MEKANIKA FLUIDA 2


Modul 3 Kehilangan Tinggi Tekan

KELOMPOK 13

Antero Jona Vialin 120170023


Berkat Saut Manjadi Purba 120170028
Mishbah Shabhan Syaib 120170030
Feldrico Andreas Sitanggang 120170123

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI


PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2022

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fluida merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap hari manusia menghirupnya, meminumnya, terapung atau
tenggelam di dalamnya. Setiap hari pesawat udara terbang melaluinya dan
kapal laut mengapung di atasnya. Demikian juga kapal selam dapat
mengapung atau melayang di dalamnya. Air yang diminum dan udara yang
dihirup juga bersirkulasi di dalam tubuh manusia setiap saat meskipun sering
tidak disadari. Dalam modul ini akan dipelajari mengenai hilangnya
kemampuan kerja (kehilangan tinggi tekan) aliran fluida karena gesekan serta
sebab sebab lainnya saat melalui suatu jaringan tata pipa. Kehilangan tinggi
tekan suatu fluida dalam pipa dapat terjadi karena factor gesekan (major los
ses) atau akibat factor perubahan bentuk geometri pipa (minor losses).
Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinum yang
mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri
merupakan zat yang bisa mengalami perubahan-perubahan bentuknya secara
continue/terus-menerus bila terkena tekanan atau gaya geser walaupun relatif
kecil atau bisa juga dikatakan suatu zat yang mengalir, sedangkan seperti batu
dan benda-benda keras atau seluruh zat padat tidak digolongkan kedalam
fluida karena tidak bisa mengalir. Seperti contohnya susu, minyak pelumas,
dan air merupakan contoh zat cair. Dan semua zat cair itu dapat
dikelompokan ke dalam fluida karena sifatnya yang dapat mengalir dari satu
tempat ke tempat yang lain. Selain zat cair, zat gas juga termasuk fluida. Zat
gas juga dapat mengalir dari satu tempat ke tempat lain. Hembusan angin
merupakan contoh udara yang berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Pipa biasa digunakan untuk mengalirkan fluida seperti gas,cairan atau
uap,dari satu tempat. Dalam pembuatan instalasi pipa akan selalu ditemukan
berbagai jenis belokan yang akan mengakibatkan kerugian aliran atau

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

kerugian energi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kerugian aliran


atau energi yang terjadi pada instalasi pipa dengan belokan 90°, belokan siku,
dan belokan 180° dengan variasi kecepatan aliran (v) mulai dari bilangan
reynold (Re) 1000 – bilangan reynold (Re) 7000 yang berupa head loss. Pipa-
pipa penyalur haruslah cukup besar mengalirkan kebutuhan yang
diperkirakan dengan tekanan yang memadai. Pengaruh aliran dalam pipa-pipa
pelengkap pada awalnya diabaikan, tetapi dapat dihitung kemudian. Aliran
didalam jaringan pipa penyalur dianalisis untuk memenuhi kebutuhan di
berbagai wilayah yang berbeda. Dalam memilih pipa-pipa penyalur,
kebutuhan kapasitas masa depan haruslah di pertimbangkan.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum linear heat conduction yang akan
dilakukan kali ini adalah, sebagai berikut:
1. Mempelajari pengaruh efisien gesekan pada pipa.
2. Menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan akibat:
a. Gesekan pada pipa lurus.
b. Ekspansi tiba-tiba.
c. Kontraksi tiba-tiba.
d. Tikungan

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pipa
Pipa adalah sebuah selongsongan bundar (silinder berongga) yang
digunakan untuk mengalirkan fluida cairan atau gas. Pipa biasanya disamakan
dengan istilah tube, pipa tersebut biasanya terbuat dari bermacam-macam
bahan sesuai dengan kebutuhannya, seperti: besi, tembaga, kuningan, plastik,
pvc, alumunium, stainless. Pemilihan material pipa sangat membingungkan
sehingga perlu pemahaman mendalam untuk apa saluran sistem pipa itu
dibuat, mengingat setiap material memiliki keterbatasan dalam setiap
aplikasinya (Zamrozi et al., 2020). Pengertian dari pekerjaan pipa dapat
dibagi dalam dua kelompok yaitu :
1. Jaringan pipa dalam
Jaringan pipa dalam adalah pemasangan atau penyambungan pipa-
pipa untuk pemasukkan dan pipa pengeluaran khusus yang terdapat di
dalam bangunan untuk segala keperluan alat plambing, seperti kamar
mandi, wc, tempat cuci piring (sink), tempat cuci tangan, tempat buang air
kecil (urinoir), jaringan pipa gas, jaringan pipa untuk keperluan rumah,
dan lain-lain.

Gambar 3.2.1 Jaringan Pipa Dalam

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

2. Jaringan pipa luar


Jaringan pipa luar adalah pemasangan atau penyambungan pipa-pipa
di luar bangunan. Batasan tanggung jawab perawatan dan perbaikan
kerusakan adalah sebagai berikut : dari meteran ke dalam (instalasi dalam
rumah) adalah tanggung jawab yang punya rumah (gedung). dari meteran
ke luar adalah tanggung jawab PDAM atau pihak penjual jasa.

Gambar 3.2.2 Jaringan Pipa Luar

B. Klasisfikasi Aliran
Sifat-sifat aliran fluida merupakan suatu hal yang sangat menarik untuk
diteliti, baik fluida statik maupun fluida dinamik. Fluida zat cair yang
mengalir melalui sebuah pipa dengan panjang tertentu menyebabkan
terjadinya kerugian energi berupa penurunan tekanan (pressure drop)
disebabkan oleh mayor losses akibat gesekan sepanjang dinding pipa maupun
minor losses akibat perubahan bentuk lokal saluran berupa belokan, katup,
maupun sambungan pipa dan juga tergantung besar koefisien gesek pipa
tersebut.Dalam kehidupan sehari-hari, tidak saja menemui kasus untuk aliran
satu fase di sistem pemipaan, kenyataannya sering terjadi aliran multiphase
(dua fase, tiga fase, atau lebih). Aliran multifase adalah aliran yang fasenya
(padat, cair dan gas) saling berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan
setiap hubungan antar fase pergerakannya saling mempengaruhi. Sedangkan
aliran dua fase adalah aliran yang terdiri dari dua fase yang berbeda, dan
merupakan bagian aliran multiphase. (Wahyudi dan Agung Sugeng Widodo,
2014).

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Aliran fluida di dalam sebuah pipa mungkin merupakan aliran laminar


atau aliran turbulen. Osborne Reynolds (1842-1912), ilmuwan dan ahli
matematika Inggris, adalah orang yang pertama kali membedakan dua
klasifikasi aliran ini dengan menggunakan sebuah peralatan sederhana. Untuk
laju aliran yang cukup kecil, guratan zat pewarna (sebuah garis gurat) akan
tetap berupa garis yang terlihat jelas selama mengalir, dengan hanya sedikit
saja menjadi kabur karena difusi molekuler dari zat pewarna ke air di
sekelilingnya. Untuk suatu laju aliran sedang yang lebih besar, guratan zat
pewarna berfluktuasi menurut waktu dan ruang, dan olakan putusputus
dengan perilaku tak beraturan muncul di sepanjang guratan (Hariyono et al.,
2016).
Sementara itu, untuk laju aliran yang cukup besar guratan zat pewarna
dengan sangat segera menjadi kabur dan menyebar di seluruh pipa dengan
pola yang acak. Ketiga karakteristik ini, yang masing-masing disebut sebagai
aliran laminar, transisi dan turbulen. Kita tidak seharusnya menyebutkan
besaran berdimensi sebagai "besar" atau "kecil" seperti "laju aliran yang
cukup kecil". Untuk aliran pipa parameter tak berdimensi yang paling penting
adalah bilangan Reynolds, Re yaitu perbandingan antara efek inersia dan
viskos dalam aliran.

………...……………………..(1)
dimana,
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (
= Viskositas
D = Diameter (m)
= Densitas Fluida (

Artinya, aliran di dalam sebuah pipa adalah laminar, transisi atau


turbulen jika bilangan Reynoldsnya "cukup kecil", "sedang" atau "cukup
besar". Bukan hanya kecepatan fluida yang menentukan sifat aliran, namun
kerapatan, viskositas dan diameter pipa juga sama pentingnya. Parameter-
parameter ini menghasilkan bilangan Reynolds. Perbedaan antara aliran pipa

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

laminar dan turbulen dan ketergantungannya terhadap sebuah besaran tak


berdimensi yang sesuai pertama kali ditunjukkan oleh Osborne Reynolds pada
tahun 1883 (Hariyono et al., 2016).
Dalam perkembangan ilmu pengetahuan berbagai studi telah
dilakukan untuk mengamati kerugian-kerugian yang terjadi pada
sistem perpipaan. Selama fluida mengalir melalui pipa akan terjadi
kerugian gesekan antara fluida dengan dinding-dinding pipa, yang disebut
dengan mayor losses. Berdasarkan klasifikasinya pada aliran terbagi menjadi
2 jenis, yaitu :
1. Aliran Terbuka
Aliran pada saluran terbuka terjadi akibat percepatan gravitasi
dengan bentuk saluran yang tertutup sebagian. Fluida pada saluran terbuka
memiliki bentuk permukaan bebas dan fluida hanya mendapatkan tekanan
akibat berat fluida tersebut dan tekanan atmosfir. Oleh karena itu, aliran
pada saluran terbuka cenderung menghasilkan kecepatan aliran yang tidak
di setiap bagian saluran sehingga analisis tidak dapat dilakukan secara
umum untuk seluruh bagian saluran. Aliran pada saluran terbuka juga
dapat terjadi pada pipa atau salura aliran tidak memenuhi penampang
saluran tersebut.
Aliran pada saluran terbuka dikarateristikan oleh kontak oleh kontak
permukaan fluida dengan atmosfir. Pergerakan aliran fluida pada arah
menurun dengan debit aliran adalah fungsi landaian saluran (channel
slope). Analisis pada saluran terbuka sebenarnya cukup kompleks,
sehingga untuk dapat melakukan analisis dengan baik maka harus
memahami prinsi dasar aliran.(Harianja & Gunawan, 2007)

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Gambar 3.2.3 Contoh Aliran Terbuka

2. Aliran Tertutup
Saluran yang tertutup bagian atasnya disebut saluran tertutup (closed
conduits). Pada aliran tertutup tidak terdapat permukaan yang bebas (free
surface), dikarenakan seluruh saluran diisi oleh fluida. Pada aliran tertutup
permukaan fluida secara tidak langsung dipengaruhi oleh tekanan udara
luar keculi hanya oleh tekanan hidraulika yang ada dalam aliran saja.
Karakter struktur aliran internal (dalam pipa) sangat tergantung dari
kecepatan rata-rata aliran dalam pipa, densitas, viskositas dan diameter
pipa. Aliran fluida dalam pipa mungkin merupakan aliran laminar ataupun
turbulen. Dua klasifikasi aliran fluida diatas dikemukakan kali pertama
oleh Osborn Reynolds dengan menggunakan sebuah peralatan sederhana
seperti pada gambar.

Gambar 3.2.4 Ilustrasi Jenis Aliran

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Untuk membedakan suatu aliran fluida turbulen atau laminar dapat


menggunakan bilangan tak berdimensi yang disebut bilangan Reynolds.
Bilangan itu dihitung dengan persamaan sebagai berikut:

………………...……………(2)
Dimana,
Re = Bilangan Reynolds (tak berdimensi)
V = Kecepatan rata-rata (ft/s atau m/s)
D = Diameter pipa (ft atau m)
µ = Viskositas

sehingga, apabila Re < 2100 maka aliran fluida bersifat laminer, Re


> 4000 maka aliran fluida bersifat turbulen, 2100 < Re<4000 maka aliran
bersifat transisi (Ermadi & Darmanto, 2017).
a. Aliran laminer
Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisanlapisan, atau
lamina-lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam
aliran laminer ini viskositas berfungsi untuk merendam kecendrungan
terjadinya gerakan relatif antara lapisan.
b. Aliran transisi
Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer
kealiran turbulen. Akibat dari perbedaan sifat antara aliran laminar
dengan aliran turbulen dalam hal kehilangan energi akibat gaya gesek.
c. Aliran turbulen
Aliran dimana pergerakan dari partikel – partikel fluida sangat
tidak menentu karena mengalami percampuran serta putaran partikel
antar lapisan, yang mengakibatkan saling tukar momentum dari satu
bagian fluida kebagian fluida yang lain dalam skala yang besar. Dalam
keadaan aliran turbulen maka turbulensi yang terjadi membangkitkan
tegangan geser yang merata diseluruh fluida sehingga menghasilkan
kerugian – kerugian aliran.(Hariyono et al., 2016)

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

C. Kehilangan Tinggi Tekan Mayor


Kerugian mayor atau mayor losses adalah kehilangan tekanan akibat
gesekan aliran fluida pada sistem aliran dengan luas penampang tetap atau
konstan (Takwim & Witono, 2020). Kerugian head akibat dari gesekan dapat
dihitung dengan menggunakan persamaan Darcy Weisbach yaitu:

……………………………….(3)
dimana,
= Head mayor (m)
L = Panjang pipa (m)
D = Diameter pipa (m)
v = Kecepatan (m/s)
g = Gravitasi bumi (m/s2)
f = Faktor gesek (didapat dari diagram moody)

Pada aliran laminar, nilai faktor gesek tidak bergantung pada kekasaran
dinding pipa. Faktor gesek hanya fungsi dari bilangan Reynold. Pada aliran
turbulen, faktor gesek merupakan fungsi dari bilangan Reynold dan kekasaran
relatif, dimana e ialah kekasaran absolut dari permukaan pipa. Untuk
menentukan nilai f digunakan persamaan dengan kriteria bilangan Reynold
(Re). Bilangan Reynolds merupakan perbandingan gaya-gaya inersia dengan
gaya-gaya kekentalan, yang dikenalkan oleh Osbone Reynolds (1882) dan
dikembangkan olah Lord Rayleigh (1892). Dalam menentukan nilai koefisien
gesek, f selain ditentukan oleh bilangan R, juga dipengaruhi oleh kekasaran
mutlak ε (ε =0.05 mm dari bahan PVC) dan diameter ipa (D) yang digunakan.
Koefisien gesek (f) dapat ditentukan berdasarkan hubungan antara R dan ε D,
dengan menggunakan "Diagram Moody" (Ridwan & Rahmandani, 2015).

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Gambar 3.2.5 Diagram Moody

D. Kehilangan Tinggi Tekan Minor


Kerugian minor atau minor losses adalah kehilangan tekanan akibat
gesekan yang terjadi pada katub-katub, sambungan tee, sambungan belokan
dan pada luas penampang yang tidak konstan (Ardana, 2022). Pada aliran
yang melewati belokan katub head loss minor yang terjadi dapat dihitung
dengan persamaan Darcy Weisbach, yaitu :j

.................................................(4)
dimana,
= Head minor (m)
v = Kecepatan ()
g = Gaya Gravitasi (
k = Koefisien kerugian

1. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat ekspansi Tiba-Tiba


a. Ekspansi Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 3.2.6 Ekspansi Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Persamaannya adalah :
….……………...(5)

b. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 3.2.7 Ekspansi Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Persamaannya adalah :
………………..(6)
2. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Kontraksi Tiba-Tiba
a. Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 3.2.8 Kontraksi Tanpa Kehilangan Tinggi Tekan

b. Dengan Kehilangan Tinggi Tekan

Gambar 3.2.9 Kontraksi Dengan Kehilangan Tingi Tekan

3. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Adanya Katub

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Kehilangan tinggi tekan akibat katub () adalah


………………...…..…………..(7)

….…………………….(8)
Koefisien kehilangan energi K dan adalah
………..……………………...(9)

4. Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa

Gambar 3.2.10 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa


Persamaan kehilangan tinggi tekan akibat tikungan pada pipa adalah
sebagai berikut:

…………….……………..(10)
dimana,
= Kehilangan tinggi tekan akibat tikungan pada pipa
K = Koefisien kehilangan tinggi tekan

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Gambar 3.2.11 Kehilangan Tinggi Tekan Akibat Tikungan Pada Pipa

E. Reynolds Number
Reynold mempelajari kondisi dimana satu jenis aliran berubah menjadi
aliran jenis lain, dan menemukan bahwa kecepatan kritis, dimana aliran
laminer berubah menjadi aliran turbulen, bergantung pada empat variable
yaitu ; diameter tabung / pipa (D), viskositas fluida (), densitas fluida ()
dan kecepatan linear fluida (V). Lebih jauh ia menemukan bahwa empat
faktor itu dapat digabungkan menjadi satu gugus, dan bahwa perubahan
macam aliran berlangsung pada suatu nilai tertentu gugus itu. Pengelompokan
variabel menurut penemuannya itu adalah :

…………………………….(11)
Dimana,
D = Diameter tabung
V = kecepatan linier fluida
 = Densitas zat cair
 = Viskositas zat cair

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Gugus variabel tanpa dimensi itu dinamakan angka reynold (Reynolds


Number). Pada transisi laminer menjadi aliran turbulen dapat berlangsung
pada suatu kisaran angka reynold yang cukup luas aliran laminar selalu
ditemukan pada angka reynold dibawah 2.100, tetapi bisa terdapat pada angka
reynold sampai beberapa ribu yaitu dalam kondisi khusus dimana lubang
masuk tabung sangat baik kebundarannya dan zat cair didalam tangki sangat
tenang. Pada kondisi aliran biasa, aliran itu turbulen pada angka reynold
diatas kira-kira 4.000. Antara 2.100 dan 4.000, terdapat suatu daerah transisi
dimana jenis aliran itu mungkin laminar atau turbulen.
Ketika suatu aliran fluida berada pada kondisi turbulen yang mana aliran
fluida memiliki kecepatan yang berubah-ubah dan mengandung pertikel-
partikel yang bergerak secara acak dan tidak stabil. Aliran turbulen ini hanya
terbentuk ketika kecepatan fluida sangat tinggi dan berubah-ubah. Maka,
untuk mengetahui suatu aliran fluida tergolong kedalam aliran turbulen
diperlukan nilai Reynolds number dengan persamaan sebaga berikut :

……………………..………...(12)
dimana,
V = Kecepatan rata-rata di dalam pipa (
D = Diameter (m)
= Kekentalan kinematic fluida (

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Alat
Adapun alat yang akan digunakan pada praktikum kehilangan tinggi
tekan sebagai berikut :
1. Suatu Jaringan / Sirkuit Pipa

Gambar 3.3.1 Jaringan/Sirkuit Pipa

Yang terdiri dari dua buah sirkuit terpisah, masing-masing terdiri


dari komponen pipa yang dilengkapi selang Piezometer. Dua sirkuit pipa
itu adalah sirkuit biru dan sirkuit abu-abu

2. Bangku Hidraulik

Gambar 3.3.2 Hydraulic Bench

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Mesin Hydraulic Bench biasanya digunakan untuk mengukur alat air.


Umumnya digunakan PDAM untuk mengtahui debit minimum dan
maksimum.

3. Termometer

Gambar 3.3.3 Termometer

Termometer biasanya digunakan untuk mengukur suhu air pada


praktikum kehilangan tinggi tekan pada praktikum kali ini.

4. Pompa Tangan

Gambar 3.3.4 Pompa Udara


Pompa Tangan berfungsi untuk mengeluarkan sisa air pada rangkain
pipa

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

B. Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada praktikum kehilangan tinggi
tekan sebagai berikut :
1. Air

Gambar 3.3.5 Air

Digunakan sebagai bahan utama dalam melaksanakan praktikum kali


ini, yang mana diukur debitnya.

C. Prosedur Praktikum
Adapun Prosedur Praktikum yang akan digunakan pada praktikum
kehilangan tinggi tekan sebagai berikut
1. Memeriksa tabung-tabung piezometer sehingga tidak ada udara yang
terjebak di dalamnya. Melakukan prosedur ini dengan jalan
memompakan udara ke dalam tabung piezometer untuk menurunkan
permukaan air di dalam tabung hingga didapat suatu ketinggian yang
sama hingga memudahkan pengamatan.
2. Membuka sirkuit abu-abu semaksimal mungkin untuk mendapatkan
aliran yang maksimum di sepanjang pipa. Sirkuit biru dalam keadaan
tertutup.
3. Membaca dan mencatat angka pada piezometer pipa 3 dan 4 untuk
gesekan pipa lurus, piezometer pipa 7 dan 8 untuk ekspansi, pipa 9 dan
10 untuk konstruksi.
4. Mencatat debit yang dihasilkan dengan prinsip kerja bangku hidraulik

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

5. Mengubah besar debit air dengan jalan mengatur kran pengatur masuk air
pada sistem pipa dan mencatat ketinggian tabung dan debit. Lakukan
untuk beberapa pengamatan
6. Setelah selesai pada Sirkuit abu-abu. Mengganti ke sirkuit biru dengan
jalan menutup kran pada sirkuit abu-abu dan membuka kran pada sirkuit
biru. Mengikuti prosedur 2 sampai 4 untuk beberapa pengamatan.

Secara umum, prosedur kerja tersebut dapat terangkum dalam diagram


alir sebagai berikut :

Gambar 3.3.6 Diagram Alir Prosedur Praktikum

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Praktikum


Dari praktikum modul 3 Kehilangan Tinggi Tekan dengan menggunakan
volume yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut :
1. Tabel hasil praktikum
Tabel 3.4.1 Data saat pipa abu-abu dibuka
Waktu Tinggi Piezometer (mm)
No Volume ()
(s) 3 4 7 8 9 10
1 5 0,004 650 633 298 275 781 746
2 2,77 0,004 654 605 312 264 797 728
3 2,06 0,004 668 583 344 264 817 701
4 1,7 0,004 814 521 563 331 1020 665
5 1,27 0,004 814 515 557 328 1020 658

Tabel 3.4.2 Data saat pipa biru dibuka


Waktu Volume Tinggi Piezometer (mm)
No
(s) (m3) 1 2 5 6 11 12 13 14 15 16
1 5,15 0,004 72 72 70 52 277 245 215 208 231 215
2 2,77 0,004 93 102 96 45 292 220 229 180 257 191
3 2,4 0,004 119 131 125 54 319 220 249 175 283 191
4 2,22 0,004 192 212 202 89 375 233 311 186 256 205
5 1,45 0,004 256 285 274 114 255 244 372 193 427 214

2. Data dan rumus yang digunakan


Adapun data dan rumus yang digunakan untuk perhitungan kali ini
adalah sebagai berikut :

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

a. Data yang telah diketahui


1) Viskositas = 0,000899
2) Volume = 0,001
3) Luas pipa biru (L) = 0, 000145
4) Luas pipa abu-abu (L) = 0,000539
5) Percepatan gravitasi (g) = 9,81 m/s
6) Panjang pipa biru (p) = 6,887 m
7) Panjang pipa abu-abu (p) = 1,856 m
8) Diameter pipa sirkuit abu-abu (d) = 0,0262 m
9) Diameter pipa sirkuit biru (d) = 0,0136 m
10) Suhu (T) = 25°C

b. Rumus yang digunakan


1) Rumus menghitung debit (Q)

2) Rumus menghitung kecepatan aliran pada pipa (v)

3) Rumus menghitung Head Loss Mayor () (H3 dan H4)

4) Rumus menghitung Head Loss Mayor () (H9 dan H8)

5) Rumus menghitung Head Loss Mayor () (H8 dan H7)

6) Rumus menghitung Head Loss Mayor () (H6 dan H5)

7) Rumus menghitung bilangan Reynolds Number ()

8) Rumus menghitung

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

9) Rumus menghitung

10) Rumus menghitung log dan log Q

11) Rumus menghitung HL (he)

12) Rumus menghitung HL (he=0)

13) Rumus menghitung Hf

14) Rumus menghitung HLG

15) Rumus menghitung kb

16) Rumus menghitung kl

3. Tabel hasil perhitungan


Adapun tabel hasil perhitungan pada praktikum kali ini adalah
sebagai berikut :

Tabel 3.4.3 Data hasil perhitungan pipa lurus biru (3&4)


KTT akibat gesekan pipa biru (h3 & h4)
n Log
o Q(m^3/s) V(m/s) Hf Re fb fdw Hf Log Q
1 0,00078 5,36 0,017 81,033 0,105 2,296E-05 -1,770 -3,110
2 0,00144 9,96 0,049 150,658 0,090 1,914E-05 -1,310 -2,840
3 0,00167 11,49 0,085 173,884 0,087 2,493E-05 -1,071 -2,778
4 0,00180 12,43 0,293 187,983 0,085 7,352E-05 -0,533 -2,744
5 0,00276 19,02 0,299 287,808 0,077 3,201E-05 -0,524 -2,559

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Tabel 3.4.4 Data hasil perhitungan pipa lurus abi-abu (8&9)

Data hasil perhitungan pipa lurus abu abu (h8 & h9)
V(m/s Log
no Q(m^3/s) ) Hf Re fb fdw Hf Log Q
1 0,00080 1,48 0,506 43,256 0,123 6,362E-02 -0,296 -3,097
2 0,00144 2,68 0,533 78,079 0,106 2,057E-02 -0,273 -2,840
3 0,00194 3,60 0,553 104,989 0,099 1,180E-02 -0,257 -2,712
4 0,00235 4,37 0,689 127,222 0,094 1,001E-02 -0,162 -2,628
5 0,00315 5,84 0,692 170,298 0,087 5,613E-03 -0,160 -2,502
Tabel 3.4.5 Data hasil perhitungan akibat ekspansi tiba-tiba (7 & 8)
KTT akibat ekspnasi tiba-tiba (h7 & h8)
V(m/s
No Q(m^3/s) HL (m) HL (he≠ 0) HL (he =0)
)
1 0,00080 1,48 0,023 0,10413 0,02210
2 0,00144 2,68 0,048 0,33927 0,07200
3 0,00194 3,60 0,08 0,61345 0,13018
4 0,00235 4,37 0,232 0,90077 0,19115
5 0,00315 5,84 0,229 1,61400 0,34250

Tabel 3.4.6 Data hasil perhitungan kontraksi tiba-tiba (9 & 10)


KTT akibat kontaksi tiba-tiba (h9 & h10)
Q(m^3/s
No V(m/s) HL (m) HL (he≠ 0) HL (he =0)
)
1 0,00080 1,48 0,035 0,10413 0,02210
2 0,00144 2,68 0,069 0,33927 0,07200
3 0,00194 3,60 0,116 0,61345 0,13018
4 0,00235 4,37 0,355 0,90077 0,19115
5 0,00315 5,84 0,362 1,61400 0,34250

Tabel 3.4.7 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R=0 (5 & 6)
Tikungan siku tajam R = 0 (h5 & h6)
Q(m^3/s V(m/s
No Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
) )
1 0,00078 5,36 81,033 0,105 0,018
77,998 -77,980 -53,323 -53,323
230,89
2 0,00144 9,96 150,658 0,090 0,051 -230,839 -45,665 -45,665
0
296,74
3 0,00167 11,49 173,884 0,087 0,071 -296,669 -44,056 -44,056
0
4 0,00180 12,43 187,983 0,085 0,113 340,117 -340,004 -43,202 -43,202
5 0,00276 19,02 287,808 0,077 0,16 716,72 -716,563 -38,842 -38,842

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Tabel 3.4.8 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R=12.7mm (1 &2)
Tikungan siku tajam R = 12,7 mm (h1 & h2)
No Q(m^3/s) V(m/s) Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
1 0,00078 5,36 81,033 0,105 0 77,998 -77,998 -53,335 -53,181
2 0,00144 9,96 150,658 0,090 0,009 230,890 -230,881 -45,673 -45,541
3 0,00167 11,49 173,884 0,087 0,012 296,740 -296,728 -44,065 -43,938
4 0,00180 12,43 187,983 0,085 0,02 340,117 -340,097 -43,214 -43,089
5 0,00276 19,02 287,808 0,077 0,029 716,723 -716,694 -38,849 -38,737

Tabel 3.4.9 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R= 50mm (15 &
16)
Tikungan siku tajam R = 50 mm (h15 & h16)
N Q(m^3/s V(m/s
Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
o ) )
0,10 0,01
1 0,00078 5,36 81,033 77,998 -77,982 -53,324 -52,716
5 6
150,65 0,09 0,06 230,89
2 0,00144 9,96 -230,824 -45,662 -45,142
8 0 6 0
173,88 0,08 0,09 296,74
3 0,00167 11,49 -296,648 -44,053 -43,551
4 7 2 0
187,98 0,08 0,05 340,11
4 0,00180 12,43 -340,066 -43,210 -42,717
3 5 1 7
287,80 0,07 0,21 716,72
5 0,00276 19,02 -716,510 -38,839 -38,397
8 7 3 3

Tabel 3.4.10 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R= 100mm (11 &
12)
Tikungan siku tajam R = 100 mm (h11 & h12)
N Q(m^3/s V(m/s
Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
o ) )
0,10 0,03
1 0,00078 5,36 81,033 77,998 -77,966 -53,313 -52,097
5 2
150,65 0,09 0,07 230,89
2 0,00144 9,96 -230,818 -45,661 -44,620
8 0 2 0
173,88 0,08 0,09 296,74
3 0,00167 11,49 -296,641 -44,052 -43,048
4 7 9 0
187,98 0,08 0,14 340,11
4 0,00180 12,43 -339,975 -43,198 -42,213
3 5 2 7
287,80 0,07 0,01 716,72
5 0,00276 19,02 -716,712 -38,850 -37,965
8 7 1 3

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Tabel 3.4.11 Data hasil perhitungan tikungan siku tajam R= 150mm (13 &
14)
Tikungan siku tajam R = 150 mm (h13 & h14)
N Q(m^3/s V(m/s
Re Fb Ht Hf HLG Kb Ki
o ) )
0,10 0,00
1 0,00078 5,36 81,033 77,998 -77,991 -53,330 -51,506
5 7
150,65 0,09 0,04 230,89
2 0,00144 9,96 -230,841 -45,666 -44,104
8 0 9 0
173,88 0,08 0,07 296,74
3 0,00167 11,49 -296,666 -44,056 -42,549
4 7 4 0
187,98 0,08 0,12 340,11
4 0,00180 12,43 -339,992 -43,201 -41,723
3 5 5 7
287,80 0,07 0,17 716,72
5 0,00276 19,02 -716,544 -38,841 -37,513
8 7 9 3

4. Perhitungan
Berikut merupakan hasil perhitungan dari hasil praktikum pada
modul Kehilangan Tinggi Tekan sebagai berikut :
a. KTT akibat gesekkan pipa lurus biru (3 & 4)
1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number

Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808

4) Menghitung Fb

Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077

5) Menghitung

Posisi = 1; = = 0,017 m
Posisi = 2; = = 0,049 m
Posisi = 3; = = 0,085 m
Posisi = 4; = = 0,293 m
Posisi = 5; = = 0,299 m

6) Menghitung fdw

Posisi = 1; =
= 2,296
Posisi = 2; =

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

= 1,914
Posisi = 3; =
= 2,493
Posisi = 4; =
= 7,352
Posisi = 5; =
= 3,201

7) Menghitung Log Hf

Posisi = 1; = = -1,770
Posisi = 2; = = -1,310
Posisi = 3; = = -1,071
Posisi = 4; = = -0,533
Posisi = 5; = = -0,524

8) Menghitung Log Q

Posisi = 1; = = -3,110
Posisi = 2; = = -2,840
Posisi = 3; = = -2,778
Posisi = 4; = = -2,744
Posisi = 5; = = -2,559

b. KTT akibat gesekan pipa lurus abu-abu (8 & 9)


1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00080
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00194
Posisi = 4; = = 0,00235
Posisi = 5; = = 0,00315

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number

Posisi = 1; = = 43,256
Posisi = 2; = = 78,079
Posisi = 3; = = 104,989
Posisi = 4; = = 127,222
Posisi = 5; = = 170,298

4) Menghitung Fb

Posisi = 1; = = 43,256
Posisi = 2; = = 78,079
Posisi = 3; = = 104,989
Posisi = 4; = = 127,222
Posisi = 5; = = 170,298

5) Menghitung

Posisi = 1; = = 0.506 m
Posisi = 2; = = 0.533 m
Posisi = 3; = = 0.553 m
Posisi = 4; = = 0.689 m

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 5; = = 0.692 m

6) Menghitung fdw

Posisi = 1; =
= 6,362
Posisi = 2; =
= 2,057
Posisi = 3; =
= 1,180
Posisi = 4; =
= 1,001
Posisi = 5; =
= 5,613

7) Menghitung Log Hf

Posisi = 1; = = -0,296
Posisi = 2; = = -0,273
Posisi = 3; = = -0,257
Posisi = 4; = = -0,162
Posisi = 5; = = -0,160

8) Menghitung Log Q

Posisi = 1; = = -3,097
Posisi = 2; = = -2,840
Posisi = 3; = = -2,712
Posisi = 4; = = -2,628
Posisi = 5; = = -2,502

c. KTT akibat ekspansi tiba-tiba (7 & 8)

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00080
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00194
Posisi = 4; = = 0,00235
Posisi = 5; = = 0,00315

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung Head Loss Mayor (HL)

Posisi = 1; = = 0.023 m
Posisi = 2; = = 0.048 m
Posisi = 3; = = 0.080 m
Posisi = 4; = = 0.232 m
Posisi = 5; = = 0.229 m

4) Menghitung HL (he)

Posisi = 1;
=
= 0,10413
Posisi = 2;
=
= 0,33927

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 3;
=
= 0,61345
Posisi = 4;
=
= 0,90077
Posisi = 5;
=
= 1,61400

5) Menghitung HL (he=0)

Posisi = 1;
=
= 0,02210
Posisi = 2;
=
= 0,07200
Posisi = 3;
=
= 0,13018
Posisi = 4;
=
= 0,19115
Posisi = 5;
=
= 0,34250

d. KTT akibat kontraksi tiba-tiba (9 & 10)


1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00080

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00194
Posisi = 4; = = 0,00235
Posisi = 5; = = 0,00315

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung Head Loss Mayor (HL)

Posisi = 1; = = 0.035 m
Posisi = 2; = = 0.069 m
Posisi = 3; = = 0.116 m
Posisi = 4; = = 0.355 m
Posisi = 5; = = 0.362 m

4) Menghitung HL (he)

Posisi = 1;
=
= 0,10413
Posisi = 2;
=
= 0,33927
Posisi = 3;
=
= 0,61345

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 4;
=
= 0,90077
Posisi = 5;
=
= 1,61400

5) Menghitung HL (he=0)

Posisi = 1;
=
= 0,02210
Posisi = 2;
=
= 0,07200
Posisi = 3;
=
= 0,13018
Posisi = 4;
=
= 0,19115
Posisi = 5;
=
= 0,34250

e. KTT akibat tikungan tajam R = 0 (5 & 6)


1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 5; = = 0,00276

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number (Re)

Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808

4) Menghitung

Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077

5) Menghitung Ht

Posisi = 1; = = 0.018 m
Posisi = 2; = = 0.051 m
Posisi = 3; = = 0.071 m
Posisi = 4; = = 0.113 m

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 5; = = 0.16 m

6) Menghitung Hf

Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
=340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m

7) Menghitung HLG

Posisi = 1; = 0.018 m - 77,998 m


= -77,980 m
Posisi = 2; = 0.051 m - 230,890m
= -230,839 m
Posisi = 3; = 0.071 m - 296,740 m
= -296,669 m
Posisi = 4; = 0.113 m - 340,117 m
= -340,004 m
Posisi = 5; = 0.16 m - 716,723 m
= -716,563 m

8) Mengitung kb

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842

9) Menghitng kl

Posisi = 1;
=
= -53,323
Posisi = 2;
=
= -45,665
Posisi = 3;
=
= -44,056
Posisi = 4;
=
= -43,202
Posisi = 5;
=
= -38,842

f. KTT akibat tikungan tajam R = 12,7 mm (1 & 2)


1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00078

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number (Re)

Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808

4) Menghitung

Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077

5) Menghitung Ht

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 1; = = 0 m
Posisi = 2; = = 0.009 m
Posisi = 3; = = 0.012 m
Posisi = 4; = = 0.02 m
Posisi = 5; = = 0.029 m

6) Menghitung Hf

Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
=340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m

7) Menghitung HLG

Posisi = 1; = 0.018 m - 77,998 m


= -77,980 m
Posisi = 2; = 0.051 m - 230,890m
= -230,839 m
Posisi = 3; = 0.071 m - 296,740 m
= -296,669 m
Posisi = 4; = 0.113 m - 340,117 m
= -340,004 m
Posisi = 5; = 0.16 m - 716,723 m
= -716,563 m

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

8) Mengitung kb

Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842

9) Menghitng kl

Posisi = 1;
=
= -53,323
Posisi = 2;
=
= -45,665
Posisi = 3;
=
= -44,056
Posisi = 4;
=
= -43,202
Posisi = 5;
=
= -38,842

g. KTT akibat tikungan tajam R = 50 mm (15 & 16)

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number (Re)

Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808

4) Menghitung

Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

5) Menghitung Ht

Posisi = 1; = = 0.016 m
Posisi = 2; = = 0.066 m
Posisi = 3; = = 0.092 m
Posisi = 4; = = 0.051 m
Posisi = 5; = = 0.213 m

6) Menghitung Hf

Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
=340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m

7) Menghitung HLG

Posisi = 1; = 0.018 m - 77,998 m


= -77,980 m
Posisi = 2; = 0.051 m - 230,890m
= -230,839 m
Posisi = 3; = 0.071 m - 296,740 m
= -296,669 m
Posisi = 4; = 0.113 m - 340,117 m
= -340,004 m

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 5; = 0.16 m - 716,723 m


= -716,563 m

8) Mengitung kb

Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842

9) Menghitng kl

Posisi = 1;
=
= -53,323
Posisi = 2;
=
= -45,665
Posisi = 3;
=
= -44,056
Posisi = 4;
=
= -43,202
Posisi = 5;
=

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

= -38,842

h. KTT akibat tikungan tajam R =100 mm (11 & 12)


1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; = = 0,00078
Posisi = 2; = = 0,00144
Posisi = 3; = = 0,00167
Posisi = 4; = = 0,00180
Posisi = 5; = = 0,00276

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number (Re)

Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808

4) Menghitung

Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077

5) Menghitung Ht

Posisi = 1; = = 0.032 m
Posisi = 2; = = 0.072 m
Posisi = 3; = = 0.099 m
Posisi = 4; = = 0.142 m
Posisi = 5; = = 0.011 m

6) Menghitung Hf

Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
= 340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m

7) Menghitung HLG

Posisi = 1; = 0,032 m - 77,998 m


= -77,991 m
Posisi = 2; = 0,072 m - 230,890 m
= -230,841 m
Posisi = 3; = 0.099 m - 296,740 m

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

= -296,666 m
Posisi = 4; = 0.142 m - 340,117 m
= -339,992 m
Posisi = 5; = 0.011 m - 716,723 m
= -716,544 m

8) Mengitung kb

Posisi =1; =
= -53,323
Posisi =2; =
= -45,665
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,202
Posisi =5; =
= -38,842

9) Menghitng kl

Posisi = 1;
=
= -52,097
Posisi = 2;
=
= -44,620
Posisi = 3;
=
= -43,048
Posisi = 4;
=

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

= -42,213
Posisi = 5;
=
= -38,965

i. KTT akibat tikungan tajam R = 150 mm (13 & 14)


1) Menghitung debit (Q)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

2) Menghitung kecepatan (v)

Posisi = 1; =
Posisi = 2; =
Posisi = 3; =
Posisi = 4; =
Posisi = 5; =

3) Menghitung bilangan Reynold Number (Re)

Posisi = 1; = = 81,033
Posisi = 2; = = 150,658
Posisi = 3; = = 173,884
Posisi = 4; = = 187,983
Posisi = 5; = = 287,808

4) Menghitung

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Posisi = 1; = = 0,105
Posisi = 2; = = 0,090
Posisi = 3; = = 0,087
Posisi = 4; = = 0,085
Posisi = 5; = = 0,077

5) Menghitung Ht

Posisi = 1; = = 0.007 m
Posisi = 2; = = 0.049 m
Posisi = 3; = = 0.074 m
Posisi = 4; = = 0.125 m
Posisi = 5; = = 0.179 m

6) Menghitung Hf

Posisi = 1; =
= 77,998 m
Posisi = 2; =
= 230,890 m
Posisi = 3; =
= 296,740 m
Posisi = 4; =
= 340,117 m
Posisi = 5; =
= 716,723 m

7) Menghitung HLG

Posisi = 1; = 0,007 m - 77,998 m


= -77,991 m
Posisi = 2; = 0,049 m - 230,890 m

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

= -230,841 m
Posisi = 3; = 0.074 m - 296,740 m
= -296,666 m
Posisi = 4; = 0.125 m - 340,117 m
= -339,992 m
Posisi = 5; = 0.179 m - 716,723 m
= -716,544 m

8) Mengitung kb

Posisi =1; =
= -53,330
Posisi =2; =
= -45,666
Posisi =3; =
= -44,056
Posisi =4; =
= -43,201
Posisi =5; =
= -38,841

9) Menghitung kl

Posisi = 1;
=
= -51,506
Posisi = 2;
=
= -44,104
Posisi = 3;
=
= -42,549
Posisi = 4;

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

=
= -41,723
Posisi = 5;
=
= -37,513

B. Pembahasan
Pada praktikum Kehilangan Tinggi Tekan (KTT) ini diketahui bahwa
faktor yang menyebabkan berkurangnya debit air dalam sebuah pipa adalah
karena gesekan pipa lurus, ekspansi tiba-tiba, kontraksi tiba-tiba dan tikungan
pada saluran. Pada praktikum ini kehilangan tinggi tekan yang diamati
adalah tinggi tekan pada sirkuit biru lurus dan abu-abu lurus, ekspansi
dan kontraksi tiba-tiba pada sirkuit biru, dan tikungan tajam pada R = 0
mm, R = 12.7 mm, R = 50 mm, R = 100 mm, dan R = 150 mm pada sirkuit
abu-abu dengan melakukan percobaan sebanyak lima kali percobaan dengan
volume konstan yaitu .
Pada perbandingan nilai antara Fb dan Re pada masing-masing pipa
lurus biru dan pipa lurus abu-abu memiliki nilai yang saling berbanding
terbalik dimana semakin kecil nilai Fb maka besarnya nilai Re akan semakin
besar. Sehingga nilai Fb yang didapat berbanding terbalik dengan nilai Re
yang dihasilkan pada saat percobaan. Untuk pipa lurus biru perbandingan
nilai Fdw dan Re adalah saling berbanding terbalik. Akan tetapi pada
percobaan yang dilakukan pada aliran pipa lurus abu-abu nilai Fdw yang
dilakukan pada percobaan keempat pada pipa biru mengalami kenaikan
setelah sebelumnya terjadi penurunan pada percobaan sebelum-sebelumnya.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Hubungan Log Hf Dengan Log Q Pada Pipa Lurus Biru Dan Pipa Lurus Abu- Abu
0.000 0.000
-1.770 -1.310 -1.071 -0.533 -0.524
-0.500 -0.500

-1.000 -1.000

-1.500 -1.500
Log Q

-2.000 -2.000
-2.502
-2.559
-2.500 -2.712 -2.628 -2.500
-2.840 -2.778 -2.744
-3.097
-3.000 -3.000
-3.110
-3.500 -3.500

Pipa Log ��
Abu-Abu Pipa Biru

Gambar 3.4.1 Grafik hubungan Log Hf dengan Log Q pipa lurus biru dan pipa
luru abu- abu

Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara Log Hf dengan Log Q pada pipa lurus biru dan pipa lurus
abu-abu seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Dapat dilihat dari grafik
bahwa terjadi kenaikan yang signifikan seiring membesarnya Log Hf pada
Log Q. Hasil pipa lurus biru tersebut yang paling rendah terdapat pada
percobaan ke satu dengan Log Q-nya -3,110 dan Log Hf-nya sebesar -1.770,
dan hasil yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan Log Q -2,559
dan Log Hf-nya sebesar -0.524. Pada hasil pipa lurus abu-abu tersebut yang
paling rendah terdapat pada percobaan ke satu dengan Log Q-nya -3,097 dan
Log Hf-nya sebesar -0.296, dan hasil yang tertinggi terdapat pada percobaan
ke lima dengan Log Q -2,502 dan Log Hf-nya sebesar -0.160. Hasil yang
didapatkan dari masing-masing pengujian meningkat secara perlahan dari nilai
rendah ke nilai tinggi yang dipengaruhi oleh kecepatan per waktu, jika
semakin cepat maka akan mendapatkan hasil yang berbanding lurus dengan
kecepatannya dan itu akan terjadi jika sebaliknya yang mana ketika
kecepatannya rendah maka hasil perhitungan kedua Log akan rendah juga.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Hubungan Re Dengan Fb Pada Pipa Lurus Biru Dan Pipa Lurus Abu-Abu
0.140
0.123
0.120
0.105 0.106
0.099 0.094
0.100 0.090 0.087 0.087
0.080 0.077
0.085
Fb

0.060

0.040

0.020

0.000
81.033 150.658 173.884 187.983 287.808

Re
Pipa Biru Pipa Abu-Abu

Gambar 3.4.2 Grafik hubungan Re dengan Fb pada pipa lurus biru dan pipa lurus
abu-abu

Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara Re dengan Fb pada pipa lurus biru pipa lurus abu-abu seperti
yang ditunjukan pada grafik di atas. Dapat dilihat dari grafik bahwa terjadi
penurunan yang signifikan seiring membesarnya Re. Hasil pipa lurus biru
tersebut nilai yang paling rendah terdapat pada percobaan ke lima dengan Fb-
nya 0,077 dan Re-nya sebesar 287,808, dan nilai yang tertinggi terdapat pada
percobaan ke satu dengan Fb-nya 0,123 dan Re-nya sebesar 81,033. Pipa lurus
abu-abu hasil tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke lima
dengan Fb-nya 0,087 dan Re-nya sebesar 170,298, dan nilai yang tertinggi
terdapat pada percobaan ke satu dengan Fb-nya 0,123 dan Re-nya sebesar
43,256. Hasil yang didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat
disimpulkan bahwa ketika Re semakin tinggi akan mendapatkan nilai Fb yang
akan semakin rendah dan sebaliknya ketika Re semakin rendah maka Fb akan
semakin tinggi.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Hubungan Re Dengan Fdw Pada Pipa Lurus Biru Dan Pipa Lurus Abu-Abu
8.000E-05 7.352E-05 7.000E-02
6.362E-02
7.000E-05 6.000E-02
6.000E-05
5.000E-02
5.000E-05
4.000E-02
Fdw

4.000E-05
3.201E-05
3.000E-02
3.000E-05 2.057E-02 2.493E-05
2.296E-05
2.000E-02
2.000E-05 1.914E-05 1.180E-02 1.001E-02
1.000E-05 1.000E-02
5.613E-03
0.000E+00 0.000E+00
43.256 78.079 104.989 127.222 170.298

Pipa Biru Re Pipa Abu-Abu

Gambar 3.4.3 Grafik hubungan Re dengan Fdw pada pipa lurus biru dan pipa
lurus abu-abu

Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara Re dengan Fdw pada pipa lurus biru dan pipa lurus abu-abu
seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Hasil grafik bahwa terjadi naik dan
turunnya hasil perhitungan atau juga bisa dikatan terjadi hasil yang stagnasi
yang signifikan seiring membesarnya Re. Hasil pipa lurus biru tersebut nilai
yang paling rendah terjadi pada percobaan ke dua dengan Fdw-nya 1,914xdan
Re-nya sebesar 150,685, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke
empat dengan Fdw-nya 7,352x dan Re-nya sebesar 187,983. Hasil pipa lurus
abu-abu tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke lima
dengan Fdw-nya 5,613xdan Re-nya sebesar 170,298, dan nilai yang tertinggi
terdapat pada percobaan ke satu dengan Fdw-nya 6,362x dan Re-nya sebesar
43,256. Hasil yang didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat
disimpulkan bahwa hasil yang telah didapat dari perhitungan terjadi hasil
yang stagnasi karena hal ini dipengaruhi oleh perbedaan Head Loss yang
berbeda-beda, terjadinya stagnasi ini salah satunya dikarenakan oleh Head
Loss yang bermacam-macam.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

Hubungan HL (he≠0) Dengan HL (he=0) Ekspansi Tiba-Tiba Dan Kontraksi Tiba-Tiba


0.40000
0.35000
0.34250
0.34250
0.30000
0.25000
HL (he=0)

0.20000 0.19115

0.15000 0.13018
0.10000 0.13018
0.07200
0.05000
0.02210
0.00000
0.10413 0.33927 0.61345 0.90077 1.61400

HL (he≠0)
Ekspansi Kontraksi

Gambar 3.4.4 Grafik hubungan HL (he≠0) dengan HL (he=0) ekspansi tiba-tiba


dan kontraksi tiba-tiba

Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara hubungan HL (he≠0) dengan HL (he=0) ekspansi tiba-tiba
seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Hasil grafik bahwa terjadi
kenaikkan pada HL (he=0) yang signifikan seiring membesarnya nilai HL
(he≠0). Hasil ekspansi tiba-tiba perhitungan tersebut nilai yang paling rendah
terjadi pada percobaan ke satu dengan HL (he=0)-nya 0,02210 dan HL (he≠0)-
nya sebesar 0,10413, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima
dengan HL (he=0)-nya 0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400. Hasil
kontraksi tiba-tiba perhitungan tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada
percobaan ke satu dengan HL (he=0)-nya 0,10413 dan HL (he≠0)-nya sebesar
0,02210, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan HL
(he=0)-nya 0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400. Hasil yang
didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat disimpulkan bahwa hasil
yang telah didapat dari perhitungan terjadi hasil yang menaik secara signifikan
seiring dengan besarnya nilai HL (he≠0) maka nilai HL (he=0) juga akan
membesar, dapat disimpulkan dengan kata lain bahwa nilai yang telah didapat
berbanding lurus dengan kenaikan keduanya, dan sebaliknya jika nilai

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

keduanya menurun secara signifikan maka hasil pada grafik akan terlihat
menurun.

Hubungan Kb Dengan Kl Tikungan Tajam R = 0, 12.7, 50, 100, 150 mm


0.000
-53.323 -45.665 -44.056 -43.202 -38.842
-10.000

-20.000
Kb

-30.000
-38.849
-38.839
-38.850
-38.841
-41.667
-41.669 -40.867
-40.860
-40.861
-40.000 -43.189
-43.188
-43.191 -44.056
-44.065 -43.214 -38.842
-45.665
-45.673
-43.202
-50.000
-53.323
-53.335
-53.324
-53.313
-53.330

-60.000

0 12,7
Kl50 100 150

Gambar 3.4.5 Grafik hubungan Kb dengan Kl tikungan tajam R = 0, 12.7, 50,


100, 150 mm

Perhitungan yang telah dilakukan pada pratikum kali ini didapatkan data
hubungan antara hubungan Kb dengan Kl tikungan tajam R = 0, 12.7, 50, 100,
150 mm seperti yang ditunjukan pada grafik di atas. Hasil grafik bahwa terjadi
kenaikkan pada Kb yang signifikan seiring membesarnya nilai Kl. Hasil
perhitungan R = 0 tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke
satu dengan Kb-nya -53,323 dan Kl-nya sebesar -53,323, dan nilai yang
tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan Kb-nya -38,842 dan Kl-nya
sebesar -38,842. Hasil R = 12.7 mm perhitungan tersebut nilai yang paling
rendah terjadi pada percobaan ke satu dengan Kb-nya -53,335 dan Kl-nya
sebesar -53,181, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima
dengan Kb-nya -38,849 dan Kl-nya sebesar -38,737. Hasil R = 50 mm
perhitungan tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke satu
dengan Kb-nya -53,324 dan Kl-nya sebesar -52,716, dan nilai yang tertinggi
terdapat pada percobaan ke lima dengan Kb-nya -38,839 dan Kl-nya sebesar
-38,397. Pada hasil R = 100 mm perhitungan tersebut nilai yang paling rendah

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

terjadi pada percobaan ke satu dengan Kb-nya -53,313 dan Kl-nya sebesar
-52,097, dan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan Kb-
nya -38,85 dan Kl-nya sebesar -37,965. Hasil R = 150 mm perhitungan
tersebut nilai yang paling rendah terjadi pada percobaan ke satu dengan Kb-
nya --53,33 dan Kl-nya sebesar -51,506, dan nilai yang tertinggi terdapat pada
percobaan ke lima dengan Kb-nya -38,841 dan Kl-nya sebesar -37,513. Hasil
yang didapatkan dari masing-masing pengujian, dapat disimpulkan bahwa
hasil yang telah didapat dari perhitungan terjadi hasil yang menaik secara
signifikan seiring dengan besarnya nilai Kl maka nilai Kb juga akan
membesar, dapat disimpulkan bahwa dengan kata lain nilai yang telah didapat
berbanding lurus dengan kenaikan keduanya, dan sebaliknya jika nilai
keduanya menurun secara signifikan maka hasil pada grafik akan terlihat
menurun. Hal yang mempengaruhi adalah dari jari-jarinya (R), pada
perhitungan ini R bernilai 0, 12.7, 50, 100, 150 mm maka hal tersebutlah yang
mempengaruhi hasil akhirnya.
Perhitungan semua tikungan tajam dari R yang bernilai 0, 12.7 mm, 50
mm, 100 mm, dan 150 mm, dapat disimpulkan dengan sederhana yaitu bahwa
niali jari-jari mempengaruhi dari perhitungan tikungan tajam. Hasil grafik
yang telah dijabarkan hasil dari nilai R yang semakin besar maka nilai Kl-nya
terus meningkat besar, maka dari itu kami menyimpulkan pada perhitungan
tikungan tajam dipengaruhi oleh nilai jari-jari (R).

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari modul 3 yang berjudul
Kehilangan Tinggi Tekan adalah sebagai berikut.
1. Praktikan dapat mengetahui koefisien gesekan pada pipa dengan
memahami prinsip dari kehilangan tinggi tekan.
2. Hasil dari kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus biru memiliki nilai
maximum dengan nilai HL=0,299 m pada debit 0,00276 m^3/s.
kehilangan tinggi tekan pada pipa lurus abu-abu memiliki nilai
maximum dengan nilai HL=0,692 m pada debit 0,00315 m^3/s
3. Adapun hasil praktikum kehilangan tinggi tekan ini yang berupa Head
Loss dengan dua jenis Head Loss. Perhitungan yang telah dilakukan
pada pratikum kali ini didapatkan data hubungan antara hubungan HL
(he≠0) dengan HL (he=0). Hasil ekspansi tiba-tiba didapat perhitungan
dengan nilai yang tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan
HL (he=0)-nya 0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400.
4. Hasil kontraksi tiba-tiba didapat perhitungan dengan nilai yang
tertinggi terdapat pada percobaan ke lima dengan HL (he=0)-nya
0,34250 dan HL (he≠0)-nya sebesar 1,61400. Hasil yang didapatkan
dari masing-masing pengujian, dapat disimpulkan bahwa hasil yang
telah didapat dari perhitungan terjadi hasil yang menaik secara
signifikan seiring dengan besarnya nilai HL (he≠0) maka nilai HL
(he=0) juga akan membesar, Dapat disimpulkan dengan kata lain
bahwa nilai yang telah didapat berbanding lurus dengan kenaikan
keduanya, dan sebaliknya jika nilai keduanya menurun secara
signifikan maka hasil pada grafik akan terlihat menurun.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

5. Kehilangan tinggi tekan pada tikungan R = 0, 12.7, 50, 100, 150 mm


memiliki nilai yang sama. Nilai kehilangan tinggi tekan maximunnya
yaitu sebesar HF = 716,723 pada debit 0.00276m^3

B. Saran
Adapun beberapa saran yang diberikan pada praktikum kali ini
adalah sebagai berikut.
1. Sebaiknya dalam proses praktikum di berikan penjelasan lebih lengkap
mengenai proses pengerjaan perhitungan.
2. Sebaiknya kegiatan praktikum di lakukan secara luring agar lebih
memahami proses praktikum.
3. Sebaiknya dalam proses praktikum ada penjelasan lebih banyak
mengenai materi yang di bahas.
4. Sebaiknya video modul proses praktikum di buat lebih baik agar
praktikan dapat mengerti apa isi yang di sampaikan.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)


lOMoARcPSD|29166056

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Y. (2022). TERHADAP DAYA KELUARAN PEMBANGKIT LISTRIK


TENAGA MIKRO HIDRO ( PLTMH ) BINTANG ASIH.
Ermadi, D., & Darmanto. (2017). Perancangan Alat Praktikum Pengujian
Headloss Aliran Fluida Tak Termampatkan. Jurnal Ilmiah Cendekia Eksakta,
2(2), 1–7.
Harianja, J. A., & Gunawan, S. (2007). Majalah Ilmiah UKRIM Edisi 1/th XII.
Majalah Ilmiah UKRIM Edisi, 1(12), 18.
Hariyono, Rubiono, G., & Mujianto, H. (2016). Study Eksperimental Perilaku
Aliran Fluida Pada Sambungan Belokan Pipa. V-Max, 1(1), 12–17.
Ridwan, D., & Rahmandani, D. (2015). Analisis Hidrolika Jaringan Irigasi Pipa
Bertekanan ( Studi Kasus Di Desa Cikurubuk Buah Dua Sumedang ). Jurnal
Teknik Hidraulik, 6(1), 13–26.
Takwim, R. N. A., & Witono, K. (2020). Pengaruh Variasi Posisi Pemasangan Dan
Arah Aliran Fluida Terhadap Kinerja Venturi Vakum. Info-Teknik, 20(1), 31.
https://doi.org/10.20527/infotek.v20i1.6956
Wahyudi dan Agung Sugeng Widodo, S. (2014). Analisis Aliran Fluida Dua Fase
(Udara-Air) melalui Belokan 45 o. Jurnal Rekayasa Mesin, 5(3), 217–224.
Zamrozi, K., Imansyah, N., & Zain, A. (2020). Rancang bangun sistem informasi
geografis jaringan pipa pdam tirta taman. Jurnal JARPI.

Downloaded by O29_ ADINDA FITRI LESTARI (adinda.121170029@student.itera.ac.id)

Anda mungkin juga menyukai