Anda di halaman 1dari 24

PRINSIP-PRINSIP EVALUASI DAN ASESMEN

Penulis Kelompok 3 :
Nama : Khoirunisa Widyaningrum (1813022021)
Nisa Fadilah (1813022029)
Vemia Utami (1813022035)
Qonita Puja Kesuma (1813022045)
Dara Arka Fidela (1813022047)

Kelas :A

Mata Kuliah : Evaluasi Pembelajaran Fisika


Dosen : Dr. Undang Rosidin M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
DAFTAR ISI

Halaman

COVER ................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1....................................................................................................................Pri
nsip - Prinsip Evaluasi Pembelajaran........................................................3
2.2....................................................................................................................Pri
nsip - Prinsip Asesmen..............................................................................7
2.3....................................................................................................................Pri

nsip - Prinsip Asesmen Berbasis Kelas.....................................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...............................................................................................17
3.2 Saran..........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................18

LAMPIRAN.........................................................................................................19

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, karena berkat Rahmat, Taufik, serta
Hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Evaluasi Pembelajaran Fisika yang berjudul “Prinsip-Prinsip
Evaluasi dan Asesmen”. Shalawat beserta Salam semoga selalu tercurahkan
kepada baginda Rasulullah SAW, selaku revolusioner sejati yang sangat kita
harapkan syafaatnya kelak di Yaumil Qiyamah.
Kami telah berusaha dengan semaksimal mungkin agar
dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik mungkin dan
sebenar-benarnya. Kami menyadari makalah ini jauh dari
kesempurnaan baik materi, penganalisaan, dan pembahasan.
Semua hal ini dikarenakan keterbatasan, kemampuan , dan
pengalaman.
Makalah kami bertujuan untuk memberikan paparan
mengenai prinsip-prinsip evaluasi dan asesmen pembelajaran
yang sangat erat dalam kehidupan kita sehari-hari. Kami
berharap makalah ini dapat diterima dan dipahami bagi para
pembaca. Dan kami juga mengharapkan saran dan kritik dari
semua pihak terutama yang bersifat membangun, guna
terciptaanya kesempurnaan makalah ini. Dan bila didalamnya
ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi dan
dimaafkan.
Terlepas dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin

Bandarlampung, Maret 2020

iii
Penulis

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses pembelajaran memiliki serangkaian persiapan dan perlakuan baik


pada dasar maupun pengembangannya. Namun salah satu ciri dari pembelajaran
adalah adanya asesmen dan evaluasi, baik evaluasi yang dilakukan oleh diri
sendiri maupun evalusi oleh guru. Evaluasi merupakan hasil dari refleksi belajar
yang telah dilakukan. Sedangkan asesmen yang didahului dengan kegiatan
pengukuran merupakan kegiatan menafsirkan dan mendeskripsikan hasil
pengukuran tersebut yang kemudian dalam evaluasi, nilai tersebut ditetapkan.
Tingkatan keberhasilan dalam belajar dikatakan berhasil apabila semua tujuan
belajar tercapai sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam melakukan sebuah
evaluasi juga ada beberapa prinsip yang harus diterapkan, begitupula dengan
Asesmen.
Berdasarkan penjelasan singkat mengenai evaluasi dan asesmen di atas,
maka makalah ini dibuat untuk mengetahui prinsip – prinsip dari evaluasi dan
asesmen sehingga penerapan evaluasi dan asesmen tersebut dapat dilakukan
dengan maksimal sesuai dengan prinsipnya.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:


1. Apa yang dimaksud prinsip-prinsip evaluasi dan asesmen?
2

2. Apa saja prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan


evaluasi pembelajaran ?
3. Apa saja prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam melakukan
asesmen ?

1.3. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, yaitu:


1. Untuk mengetahui pengertian dari prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran
dan asesmen
2. Untuk mengetahui prinsip - prinsip evaluasi pembelajaran
3. Untuk mengetahui prinsip - prinsip asesmen
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Prinsip Evaluasi Pembelajaran dan Asesmen

Prinsip yang berasal dari asal kata ” PRINSIPRA” yang artinya permulan
dengan suatu cara tertentu melahirkan hal –hal lain , yang keberadaanya
tergantung dari pemula itu, prisip ini merupakam hasil perpaduan antara kajian
teoriitik dan teori lapangan yang terarah yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan yang dimaksudkan.
(Halaen, 2002: 63 )

Prayitno mengatakan : ” Bahwa prinsip merupakan hasil kajian teoritik dan


telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang
dimaksudkan ”. Jadi dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prinsip –
prinsip evaluasi dan asesmen merupakan pemaduan hasil – hasil teori dan praktek
yang dirumuskan dan dijadikan pedoman sekaligus dasar bagi peyelengaran
evaluasi dan asesmen.

2.2 Prinsip-prinsip Pelaksanaan Evaluasi

Pada hakikatnya, evaluasi pembelajaran dilakukan untuk mengetahui sejauh


mana pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajarinya, untuk
mengetahui kefektifan pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi hasil belajar
mempunyai beberapa prinsip yang harus terpenuhi. Prinsip-prinsip tersebut
merupakan perhatian yang penting dalam pelaksanaan evaluasi. Adapun dalam
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5
4

dijelaskan bahwa prinsip penilaian hasil belajar antara lain:


1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan
yang diukur
2) Obyektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas,
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik
karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku,
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender
4) Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembeajaran
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek
kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai,
untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan
mengikuti langkah-langkah baku
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segimekanisme, prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.

Menurut Arikunto (2012:24) ada satu prinsip umum dan penting dalam kegiatan
evaluasi, yaitu adanya tringulasi atau hubungan erat tiga komponen yaitu antara:
1) Tujuan Pembelajaran
2) Kegiatan Pembelajaran atau KKM
3) Evaluasi
5

Tringulasi oleh Arikunto (2012:24) digambarkan dalam bagan sebagai berikut:

Tujuan

KBM Evaluasi

Gambar 2.1 Triangulasi Komponen Evaluasi

Penjelasan dari bagan tringulasi diatas adalah:


1) Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana mengajar
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai, sehingga kegiatan pembelajaran
atau KBM tentunya juga akan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. KBM akan diselaraskan dengan tujuan pembelajaran sehingga
kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dimaksudkan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
2) Hubungan antara tujuan dan evaluasi
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur sejauh mana
tujuan sudah tercapai. Dalam menyusun alat dan teknik untuk evaluasi harus
mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
3) Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus mengacu atau disesuaikan
dengan KBM yang dilaksanakan. Misalnya, bila dalam kegiatan belajar
mengajar yang dilakukan oleh guru lebih berorientasi pada ketrampilan, maka
evaluasinya juga harus mengukur aspek ketrampilan siswa.

Menurut Rosidin (2017 : 52-53), suatu evaluasi dalam pendidikan akan dapat
berjalan dengan lancar dan terlaksana dengan baik apabila telah memenuhi
beberapa prinsip dasar, yaitu sebagai berikut:
6

a. Prinsip Kesinambungan (Continuity)


Adalah evaluasi hasil beljar yang dilaksanakan secara teratur dan sambung
menyambung dari waktu kewaktu, dengan perencanaan yang matang dan
terjadwal dapat dimungkinkan seorang evaluator dapat mengetahui
perkembangan dari peserta didik, dan hal ini juga berguna bagi evaluator
untuk memberikan langkah-lagkah dan kebijakan yang perlu diambil untuk
langkah yang akan datang, sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.
b. Prinsip Keseluruhan (comprehensive)
Dalam melakukankan evaluasi suatu objek, guru harus mengambil seluruh
objek itu sebagai bahan evauasi. Misalnya, jika objek itu adalah peserta didik,
maka seluruh aspek kepribadian peserta didik itu harus dieveluasi, baik yang
menyangkut kognitif, afektif maupun psikmotor. Begitu juga dengan objek-
objek evaluasi yang lain.
c. Prinsip Obyektifitas ( Objectivity)
Evaluasi hasil belajar terlepas dari faktor-faktor yang bersifat subyektif.
Dalam memberikan evaluasi, seorang evaluator harus memberikan data
dengan benar dan apa adanya ( sesuai dengan kenyataan) dan tidak
memasukkan kepentingan apapun dalam pemberian evaluasi tersebut,
sehingga evaluasi yang dilakukan benar-benar murni dan tidak terkontaminasi
oleh kepentingan sepihak.
d. Prinsip Kooperatif (Cooperative)
Dalam kegiatan evaluasi, guru hendaknya bekerjasama dengan semua pihak,
seperti orang tua peserta didik, sesama guru, kepala sekolah termasuk dengan
peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar semua pihak merasa puas
dengan hasil evaluasi dan merasa dihargai.
e. Prinsip Praktis (Practical)
Mengandung arti mudah digunakan, baik oleh guru itu sendiri yang
menyusun alat evaluasi maupun orang lain yang akan menggunakan alat
tersebut. Untuk itu harus diperhatikan bahasa dan petunjuk mengerjakan soal.
7

Dari berbagai pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa untuk


memperoleh hasil evaluasi yang lebih baik, maka pelaksanaan evaluasi hendaknya
memperhatikan prinsip-prinsip : kontinuitas, komprehensif, objektivitas,
kooperatif, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran hendaknya (a)
dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang harus dievaluasi, materi
yang akan dievaluasi, alat evaluasi dan interpretasi hasil evaluasi (b) menjadi
bagian integral dari proses pembelajaran (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus
menggunakan berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif (d) diikuti
dengan tindak lanjut.

2.3 Prinsip-Prinsip Assesmen

Memberikan gambaran yang maksimal tentang proses pendidikan dan


pembelajaran, serta kemajuan dan tingkat pencapaian peserta didik dalam belajar
hanya dimungkinkan jika assesmen dan evaluasi pendidikan dan pembelajaran
dilakukan dengan baik dan benar. Untuk itu, pendidikan perlu mewujudkan
prinsip-prinsip assessment pendidikan dalam konteks yang sesungguhnya.
Menurut Rosidin (2017: 56-60), Prinsip yang biasa dijadikan pedoman dalam
memilih dan menggunakan assesmen pembelajaran secara bermakna, yaitu:

1. Sasaran Pembelajaran yang Akan di Nilai Assesmen Harus Jelas


Sebelum dapat melakukan assesmen terhadap seorang siswa, kita harus
benar-benar memahami apa yang dimaksud dengan pengetahuan (knowledge)
kecakapan atau keterampilan (skill) dan unjuk kerja (performance), karena
informasi yang hendak dikumpulkan terkait dengan ketiga aspek tersebut.
Pengetahuan, keterampilan/kecakapan, dan unjuk kerja yang akan dipelajari atau
dilaukan peserta didik kadang-kadang disebut sebagai sasaran pembelajaran
(Learning targets), tau standar pembelajaran (Learning Standars). Semakin jelas
sasaran pembelajaran yang akan kita capai, maka akan semakin baik pula proses
pemilihan teknik assesmen yang tepat.
8

2. Teknik-teknik Assesmen yang di Pilih harus Benar-benar Sesuai dengan


Masing-Masing Sasaran Pembelajaran.
Apakah sebagai guru ingin menilai bagaimana siswa memecahkan masalah
dalam pembelajaran bidang studi tertentu?Atau hendak menilai bagaimana
menanggapi pendapat temannya dalam sebuah diskusi? Bila itu yang hendak
dilakukan, berarti akan melakukan assesmen terhadap suatu proses. Hal tersebut
harus dipertimbangkan ketika hendak melakukan proses assesmen, sehingga
teknik assesmen yang dipilih bisa sepraktis dan seefisien mungkin, kendati aspek
kepraktisan dan efisiensi tidak boleh menjadi pertimbangan utama dan
mengalahkan aspek lainnya.

3. Teknik-teknik Assesmen yang dipilih harus benar-benar memenuhi


kebutuhan pembelajaran.
Pemilihan alat asesmen yang tidak hanya mampu membantu kita untuk
memperoleh data atau informasi tentang proses dan hasil pembohong, namun
juga akan sangat membantu bagi peserta didik. Alat esmen yang tepat akan
memberikan petunjuk kepada peserta didik jadi dari awal mereka bisa
mengetahui berbagai kegiatan konkrit ane barus mereka melakukan di dalam
proses pembelajaran. Teknik-teknik asesmen yang dipilih juga harus memberi
kesempatan kepada pembelajar untuk menentukan apa yang telah dicapainya dan
apa yang barus mereka lakukan untuk memperbaiki unjuk kerja (kinerja) mereka.
Karena itu, Anda harus dapat memilih metode asesmen yang memungkinkan
Anda dapat memberikan umpan balik yang menentang pembelajar.

4. Jika memungkinkan, untuk masing-masing sasaranpembelajaran harus


digunakan berbagai indikatorprestasi pembelajaran
Salah satu format asesmen (seperti pertanyaan dengan jawaban singkat atau
latihan mencarikan pasangan atau latihan yang cocok) berikan pilihan yang
sesuai dengan apa yang telah dipelajari oleh siswa. Karena salah satu format
asesmen sebaiknya memberikan hanya pada satu aspek dari tujuan pembelajaran
yang kompleks, maka format yang dilakukan asesmen ini tidak dapat mendukung
sasaran pembelajaran yang diperlukan untuk mendukung keseluruhan.
9

5. Ketika seorang pendidik menginterpretasi atau melakukan penafsiran


terhadap hasil asesmen, maka kita harus mempertimbangkan kelemahan-
kelemahannya.
Kita menggunakan beberapa jenis asesmen, informasi yang kita peroleh pada
umumnya, sebagian dari apa yang telah disetujui oleh pembelanjaan dari hasil
penelitian yang dibuat oleh seluruh orang. Informasi yang diperoleh dari proses
sebagai memiliki kesalahan sampel atau kesalahan, juga ndak kalah pentingnya
adalah faktor fakta seperti halnya komunikasi fisik dan siswa juga meningkatkan
tingkat akurasi informasi yang kita peroleh. Ketika membuat kepuusan yang
didasarkan pada informas hasil assesmen sejumlah kelemahan atau keterbatasan
harus tetap diperhitungkan.

Adapun prinsip-prinsip umum dalam mengembangkan sebuah assesmen yang


baik, adalah sebagai berikut:
1. Holistik dan Berkesinambungan
Prinsip ini menunjukkan berapa pentingnya cakupa yang luas dari alat ukur
yang digunakan, sesuai dengan materi pelajaran. Menyeluruh, berarti penilaian
oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan meggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan
peserta didik. Cakupan itu bukan cuma- mata saja yang dilihat dari materi luas
yang dibahas, lebih baik juga domain (aspek) yang diterima. Melalui tes objektif,
banyak informasi yang dapat dikumpulkan, tetapi sangat sedikit yang berkaitan
dengan minat, keterampilan, sikap, kepribadian, serta proses kurikulum.
Pertanyaan, bagus digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang alat,
media, sarana dan prasarana, tetapi kurang tepat untuk mengukur hasil belajar.
Dengan menggunakan tes esai, informasi yang dikumpulkan sedikit, tetapi
kemampuan menalar, dan mengemukakan pendapat dapat dijaring dengan baik.

2. Kontinyu
Asesmen yang baik dilakukan pada awal dan akhir suatu kegiatan saja,
dengan kata lain hanya dilakukan pada saat atau momentum, diperlukan
10

dilakukanlah dilakukan terus-menerus. Pada saat program pendidikan mulai


dirancang, seharusnya sudah dimulai dengan asesmen untuk mengetahui jauh
peserta didik sudah menguasai materi yang akan diberikan (perilaku masuk).
Dengan cara yang demikian, dapat dipilih materi dan strategi yang tepat, kelas
organisasi yang tepat dan menarik, waktu yang sesuai, dan sumber belajar yang
mendukung kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

3. Objektif
Pengolahan dan analisis data yang dilakukanlah obyektif. Gambaran yang
Sesungguhnya tentang peristiwa, peristiwa, objek dan sasaran yang dibahas
hanya dapat dilakukan asesmen yang objektif. Untuk menilai Rujat, dapat
dilakukan oleh pendidik / penilai yang mampu di bidang tersebut dan memahami
tujuan pendidikan, serta menguasa cara mengembangkan instrumen yang baik.
Data yang terkumpul dengan menggunakan alat asesmen yang telah dirakit,
selanjutnya diskor dan disetujui objektif dan ditegaskan dengan jelas dan tegas,
juga tidak memihak.

4. Sistematis
Berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku. Oleh karena itu, penilaia dirancag dan dilakukan dengan
mengikuti prosedur dan prinsip-prinsip yang di tetap kan. Dalam penilaian
kelas, contohnya guru mata pelajaran IPA menyiapkan rencana penilaian,
dengan menyusun silabus dan RPP.

5. Shahih
Suatu prosedur asesmen dapat digunakan jika relevan dengan tujuan
pendidikan / pembelajaran dan karakteristik unjuk kerja yang diniai dengan
menggunakan instrumen asesmen yang tepat, valid, dan dapat diandalkan Tidak
ada alat asesmen tunggal yang mampu dan dapat diakses semua komponen
pendidikan, sesuai dengan kurikulum, program, proses pendidikan, peserta didik
dan proses awal, peserta didik, serta proses dan hasil belajar. Untuk pengetahuan
siap pakai (materi hafalan / materi yang dihafal) umpamanya, dapat digunakan
11

tes dalam bentuk: betul-salah (benar-salah); Tapi bentuk ini tidak digunakan
untuk mempelajari tingkat pemahaman, keterampilan berpikir atau mengubah
sikap peserta didik. Untuk mengubah sikap peserta didik, pendidik dan tenaga
penunjang lainnya memerlukanlah mencari instrumen atau asesmen lain sehingga
dapat merangkum semua yang dibutuhkan sesuai dengan tantangan peserta didik
yang sebenarnya.

6. Akuntabel
Berarti dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, juga
hasil. Oleh karena itu, dilakukan dengan mengikuti prinsip-prinsip keilmuan
dalam penilaian dan keputusan yang diambil dengan dasar yang objektif. Makin
banyak dan relevan infromast dikumpulkan melalui asesmen, semakin baik
tingkat kepercayaan terhadap keputusan yang diambil melalui evaluasi
pendidikan Keputusa yang diambil tentang suatu komponen pendidikan, seperti
ku pendidikan, akan lebih tepat mempertimbangkan asesor menggunakan
berbagai te dan instrumen dalam perdebatan. Asesor dapat melakukan
pengamatan saat individu yang sedang melakukan proses pendidikan Dengan
data yang lengkap sebagai hasil tentang proses pembelajaran, maka keputusan
serta pemberian makna terhadap asesmen menjadi lebih terarah, tepat dan dapat
diandalkan.

7. Terpadu
Asesmen yang baik dilakukannya dilakukan oleh suatu tim. Penggunaan
asesor lebih dari satu orang besar sangat penting dalam menentukan objektivitas
asesmen. Cara ini dapat mengurangi subjektivitas yang mungkin timbul,
dibandingkan dapat dilakukan oleh satu orang saja. Disamping itu, disetujui
asesor merupakan suatu tim, mereka dapat melakukan dialog sesama mereka dan
membahas tentang orang yang dinilainya. Dengan demikian diharapkan apa yang
mereka peroleh dari komponen pembelajaran yang disetujui, maka hasil yang
diharapkan. hal ini hasil evaluasi benar-benar dibuat dasar untuk memperbaiki
Selain itu, diatur juga berarti oleh pendidik, yaitu salah satu komponen yang tak
terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran yang
12

diselenggarakan oleh peserta didik yang gagal, sementara instrumen yang


digunakan harus memenuhi persyaratan kualitatif, berarti proses pembelajaran
kurang baik. Dalam hal demikian, pendidik harus memperbaiki perencanaan dan
pembelajaran.

8. Terbuka
Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan
keputusan yang dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu,
pendidik menginformasikan prosedur dan kriteria penilaian terhadap peserta
didik. Selaian itu, pihak yang berkepentingan dapat mengakses prosedur dan
kriteria serta dasar penilaian yang diguankan. Asesmen bukanlah tujuan,
melainkan cara dalam menyediakan informasi untuk mencapai suatu tujuan.
Banyak kesalahan yang mungkin terjadi pada instrumen yang digunakan.
Kesalahan pertama akan ada pada saat menyusun instrumen. Apakah instrumen
itu telah dirakit sesuai dengan yang sebenarnya? Apakah tujuan yang dirumuskan
sudah benar? Kesalahan lain terletakpada aspek yang dinilai telah mencakup
semua aspek materi pelajaran, ataukah hanya aspek-aspek tertentu saja dan tidak
mewakili patokan atau standar yang sebenarnya? Upayakanlah seoptimal
mungkin memenuhi patokan atau standar yang telah ditetapkan dalam melakukan
asesmen yang baik. Kehati-hatian akan mengurangi dan menimimalkan kesalahn
yang akan terjadi, dan secara langsung juga tidak langsung akan memberikan
dampak positif terhadap peningkatan dan peningkatan mutu pendidikan.

9. Edukatif
Asesmen pendidikan bersifat mendidik. Hal penting yang perlu diperhatikan
adalah asesmen, adalah suatu proses penyediaan informasi, bukan pengambilan
keputusan untuk suatu kebijakan. Kumpulan data harus sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya, kontinu dan menyeluruh. Olah dan analisis data dilakukan
dengan benar, dan penyampaian informasi analis kepada yang dinilai,
pengambilan keputusan yang pantas diterima dengan cara yang benar. Orang
yang dinilai serta pengambil keputusan akan mengetahui siapa yang setuju dalam
bidang yang diminta, di mana posisi lembaganya saat menyetujui dan kemana
13

arah yang hendak ditempuhnya. Asesmen mengubah mendidik bukan


menyebarluaskan kelemahan dan kesalahan orang atau unit yang dinilai.

2.4 Prinsip-Prinsip Asesmen Berbasis Kelas

Prinsip asesmen berbasis kelas adalah patokan yang harus dipedomani ketika
Anda sebagai guru melakukan asesmen hasil dan proses belajar. Menurut
Arikunto (2013), Terdapat 6 prinsip dasar asesmen hasil belajar yang harus
dipedomani yaitu:
a. Prinsip Validitas
Validitas dalam asesmen mempunyai pengertian bahwa dalam melakukan
penilaian harus ”menilai apa yang seharusnya dinilai dan alat penilaian yang
digunakan sesuai dengan apa yang seharusnya dinilai dengan menggunakan alat
yang sesuai untuk mengukur kompetensi”. Sebagai contoh:
Kompetensi Alat Penilaian

A : Kemampuan siswa X : Wawancara, observasi tes


berbicara untuk menceritakan performa
dirinya dan keluarganya (dalam
tema: Aku dan Keluargaku)

B : Kemampuan menggunakan Y : Tes perbuatan (performa),


mikroskop observasi

Jika guru menilai kompetensi A dan alat penilaian yang digunakan adalah X,
penilaian ini valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian
X, dalam kenyataan yang dinilai bukan kompetensi A tetapi B, penilaian ini tidak
valid. Jika yang hendak dinilai kompetensi A dengan alat penilaian X, dalam
kenyataan yang dipakai justru alat penilaian Y, penilaian ini tidak valid.
b. Prinsip Reliabilitas
14

Pengertian Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi hasil penilaian. Penilaian


yang ajeg (reliable) memungkinkan perbandingan yang reliable, menjamin
konsistensi, dan keterpercayaan. Misal, dalam menilai unjuk kerja, penilaian akan
reliabel jika hasil yang diperoleh itu cenderung sama bila unjuk kerja itu
dilakukan lagi dengan kondisi yang relatif sama. Untuk menjamin reliabilitas
petunjuk pelaksanaan unjuk kerja dan penskorannya harus jelas. Contoh yang lain
adalah dalam menguji kompetensi siswa dalam melakukan eksperimen di
laboratorium. Sepuluh siswa melakukan eksperimen dan masingmasing menulis
laporannya. Penilaian ini reliable jika guru dapat membandingkan taraf
penguasaan 10 siswa itu dengan kompetensi eksperimen yang dituntut dalam
kurikulum. Penilaian ini reliable jika 30 siswa yang sama mengulangi eksperimen
yang sama dalam kondisi yang sama dan hasilnya ternyata sama. Kondisi yang
sama misalnya: 1) tidak ada siswa yang sakit, 2) penerangan/pencahayaan dalam
laboratorium sama, 3) suhu udara dalam lab sama, 4) alat yang digunakan sama
Penilaian tersebut tidak reliable jika ada kondisi yang berubah, misalnya ada 3
siswa yang sakit tetapi dipaksa melakukan eksperimen yang sama, dan ternyata
hasilnya berbeda.

c. Terfokus pada kompetensi


Telah Anda pahami bahwa konsekuensi perubahan kurikulum juga akan
menuntut perubahan dalam sistem penilaiannya. Dalam pelaksanaan kurikulum
berbasis kompetensi, penilaian harus terfokus pada pencapaian kompetensi
(rangkaian kemampuan), bukan pada penguasaan materi (pengetahuan). Untuk
bisa mencapai itu penilaian harus dilakukan secara berkesinambungan, dimana
penilaian dilakukan secara terencana, bertahap dan terus menerus untuk
memperoleh gambaran pencapaian kompetensi peserta didik dalam kurun waktu
tertentu.

d. Prinsip Komprehensif
Dalam proses pembelajaran, Anda sebagai pendidik pasti telah menyusun
rencana pembelajaran yang secara jelas menggambarkan standar kompetensi dan
15

kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa serta indikator yang menggambarkan
keberhasilannya. Untuk itu penilaian yang dilakukan harus menyeluruh mencakup
seluruh domain yang tertuang pada setiap kompetensi dasar dengan menggunakan
beragam cara dan alat untuk menilai beragam kompetensi atau kemampuan siswa
sehingga tergambar profil kemampuan siswa.

e. Prinsip Objektivitas
Obyektif dalam konteks penilaian di kelas adalah bahwa proses penilaian yang
dilakukan harus meminimalkan pengaruh-pengaruh atau pertimbangan subyektif
dari penilai. Dalam implementasinya penilaian harus dilaksanakan secara
obyektif. Dalam hal tersebut, penilaian harus adil, terencana, berkesinambungan,
menggunakan bahasa yang dapat dipahami siswa, dan menerapkan kriteria yang
jelas dalam pembuatan keputusan atau pemberian angka (skor).

f. Prinsip Mendidik
Prinsip ini sangat perlu Anda pahami bahwa penilaian dilakukan bukan untuk
mendiskriminasi siswa (lulus atau tidak lulus) atau menghukum siswa, tetapi
untuk mendiferensiasi siswa (sejauh mana seorang siswa membuat kemajuan atau
posisi masing-masing siswa dalam rentang cakupan pencapaian suatu
kompetensi). Berbagai aktivitas penilaian harus memberikan gambaran
kemampuan siswa, bukan gambaran ketidakmampuannya. Jadi, penilaian yang
mendidik artinya proses penilaian hasil belajar harus mampu memberikan
sumbangan positif pada peningkatan pencapaian hasil belajar peserta didik,
dimana hasil penilaian harus dapat memberikan umpan balik dan motivasi kepada
peserta didik untuk lebih giat belajar. Pada akhirnya Proses dan hasil penilaian
dapat dijadikan dasar untuk memotivasi, memperbaiki proses pembelajaran bagi
guru, meningkatkan kualitas belajar dan membina peserta didik agar tumbuh dan
berkembang secara optimal.

Dalam asesmen berbasis kelas untuk pelaksanaan Kurikulum Berbasis


Kompetensi serta implementasi dari standar penilaian dari BSNP perlu
16

ditambahkan pedoman penilaian pada setiap kelompok mata pelajaran yang secara
rinci dirumuskan sebagai berikut:
a. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
serta kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian dilakukan
melalui:
• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan kepribadian peserta didik.
• Ujian, ulangan, atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif siswa.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang
sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.

b. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan


teknologi diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau bentuk lain yang sesuai
dengan karakteristik materi yang dinilai.

c. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran estetika dilakukan


melaluipengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.

d. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan


kesehatan dilakukan melalui:
• Pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap untuk menilai
perkembangan psikomotorik dan afeksi peserta didik; dan
• Ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta
didik sesuai dengan karakteristik materi yang dinilai.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dalam melakukan evaluasi pembelajaran, pendidik harus memperhatikan


beberapa hal atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan agar evaluasi dapat
terlaksana dengan baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran serta benar-benar
sesuai dengan kemampuan peserta didik tanpa adanya rekayasa dari pihak
pendidik, yaitu dilakukan dengan kontinuitas, komprehensif atau menyeluruh,
objektif, kooperatif dan praktis.
Adapun prinsip asesmen yang harus diperhatikan meliputi holistik dan
berkesinambungan, kontinyu, objektif, sistematis, shahih, akuntabel, terpadu,
terbuka, dan edukatif.

3.2. Saran

Guru dalam melakukan evaluasi pembelajaran dan asesmen, harus mengetahui


dan memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran dan asesmen agar
evaluasi pembelajaran dan asesmen pembelajaran dapat berlangsung sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2012. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi


Aksara

Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Liputan Press

Permendikbud. 2016. Nomor 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian


Pendididkan.

Prayitno., Erman, A. 1995. Dasar-dasar Bimbingan Konseling. Reneka Cipta :


Jakarta

Rosidin,U. 2017. Evaluasi dan Asesmen Pembelajaran. Yogjakarta : Medua


Akademi.
LAMPIRAN

Aktivitas di Kelas (Tanya Jawab)

1. Pertanyaan oleh I Made Aditya


Dari penjelasan vemia, yang menyatakan bahwa evaluasi itu harus fleksibel,
fleksibel yg dimaksud itu bagaimana? Dan berikan contohnya!

Jawaban : Maksud dari fleksibel itu sendiri yaitu, dapat digunkan dalam keadaan
yang mendesak, dan evaluasi yang dilakukan itu harus bisa dilakukan oleh semua
orang, serta bias dilakukan dalam keadaan yang tentative. Contoh dari evaluasi
yang fleksibel yaitu, pada saat guru melakukan evaluasi tes soal pasti tujuan
utamanya adalah mengetahui atau mengevaluasi sejauh mana pengetahuan yang
telah siswa dapatkan, tetapi dalam memberikan tes tersebut guru juga dapat
mengevaluasi bagaimna tinngkat kejujuran siswa dalam mengerjakan soal
tersebut, apakah jujur dengan kemampuas sendiri atau mencontek.

2. Pertanyaan oleh Mery Anjasari


Prinsip asesmen yg ke 4 yaitu sistematis. Bagaimana dengan penilaian secara
spontan terhadap siswa, apakah itu bisa dimasukkan dalam asesmen atau tidak?
Contoh dari asesmen yg sistematis itu seperti apa?

Jawaban : Iyaa bisa, tergantung teknik asesmen yang dipilih oleh guru. Misalkan
guru tsb mengambil teknik penilaian secara spontan maka bisa dikatakan
penilaian tsb masuk dalam asesmen. Contoh dari asesmen yang sistematis itu
seperti RPP dan Silabus
20

3. Pertanyaan oleh Eliezer Parulian Panjaitan


Dalam prinsip asesmen kategory akuntabel terdapat penilaian yang bersifat
keilmuan, jelaskan lebih rinci mengenai penilaian keilmuan dalam prinsip
asesmen. Poin penting apa yang terdapat dalam penilaian keilmuan

Jawaban : Prinsip keilmuan yang dimaksd disini sesuai degan keilmuan yang akan
dinilai. Misal jika kita ingin menilai pada bidang fisika tentu kita akan
menggunakan keilmuan fisika dan sebagai nya. Prinsip keilmuan ini juga
digunakan agar penilaian yg didapatkannya bisa bersifat objektif karena semakin
banyak dan relevan nya infromasi maka semakin baik hasil yang didapatkan.

4. Pertanyaan oleh Annisya Derstryati


Perangkat yang digunakan dalam evaluasi harus mudah. Menurut kalian perangkat
yang mudah itu yang seperti apa?

Jawaban : Perangkat atau instrumen evaluasi hasil belajar merupakan cara untuk
memperoleh informasi deskriptif dan /atau informasi judgemental dapat berupa
tes maupun non tes. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraiian, sedangkan non-test
dapat beebentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Perangkat yang digunakan
dalam evaluasi harus mudah maksudnya adalah alat evaluasi harus mudah untuk
dipahami oleh peserta didik maupun guru, seperti contohnya yaitu dengan
mencantumkan petunjuk dalam mengerjakan soal serta soal-soal yang mudah
dipahami peserta didik didalam soal ujian tengah semester ataupun ujian akhir
semester.

5. Pertanyaan oleh Melania Sandri Ayuni


Contoh dari prinsip evaluasi yg berkesinambungan (contunuity) itu apa?

Jawaban : arti dari berkesinambungan itu sendiri yaitu berkelanjutan dan


dilakukan secara terus menerus. Contohnya yaitu evaluasi pada setiap pertengahan
dan akhir smester pasti sekolah mengadakan uts dan uas.

Anda mungkin juga menyukai