Anda di halaman 1dari 64

MODUL PRAKTIKUM

ERGONOMI

Disusun sebagai Panduan Praktikum Ergonomi


Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer,
Universitas Buana Perjuangan Karawang
Semester Genap, Tahun Akademik 2021/2022

Disusun Oleh :
Nana Rahdiana, ST., MT.

LABORATORIUM ANALISIS PERANCANGAN KERJA & ERGONOMI


PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum
Mata Kuliah Ergonomi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Modul Praktikum ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa Program Studi Teknik Industri dalam
pelaksanaan Praktikum Ergonomi, pada Semester Genap Tahun Akademik Tahun 2021/2022.
Harapan kami semoga Panduan Praktikum ini dapat membantu Asisten Laboratorium dan
Mahasiswa lebih efektif dalam melaksanakan praktikum.

Kami menyadari karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami bahwa modul ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan modul praktikum pada masa-masa
mendatang.

Semoga Modul Praktikum Ergonomi ini berguna bagi segenap pihak yang membutuhkan. Aamiin.

Karawang, Februari 2022


Penyusun

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 1


PEDOMAN PRAKTIKUM
ERGONOMI

a. Prayarat Praktikum
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa yang akan mengikuti praktikum Ergonomi
adalah sebagai berikut:
1. Sudah mengikuti mata kuliah Pengantar Teknik Industri (PTI), Statistika Industri I, dan
Analisis Perancangan Kerja (Time and Motion Study).
2. Sedang mengambil mata kuliah Ergonomi, yang dibuktikan dengan Kartu Studi Tetap (KST)
mahasiswa yang bersangkutan.
3. Mendaftar ulang dan membentuk kelompok praktikum sesuai dengan ketentuan.
4. Setiap praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.

b. Peraturan, Tata Tertib, dan Sanksi Praktikum


1. Umum
a. Praktikan diharuskan menggunakan pakaian rapi dan sopan (berkerah)
menggunakan sepatu tertutup (bukan sepatu sandal)
b. Kartu Praktikum dipegang oleh masing-masing praktikan dan harus selalu dibawa
setiap kali praktikum, assistensi dan seminar. Apabila tidak membawa kartu
praktikum, maka praktikan tidak diijinkan mengikuti pelaksanaan praktikum.
c. Jika terjadi kehilangan, kerusakan dan sebagainya pada alat yang digunakan, maka
praktikan harus mengganti alat tersebut dengan kualitas dan kuantitas yang sama
dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
d. Selama berada di ruangan Laboratorium, praktikan tidak diperkenankan
menerima/menyalakan alat komunikasi, makan dan minum, merokok, membuang
sampah tidak pada tempatnya, membuat gaduh sehingga mengganggu jalannya
praktikum, merubah atau mengambil alat-alat yang ada di Laboratorium Analisis
Perancangan Kerja & Ergonomi (APKE).
e. Tas, Jaket dan barang-barang yang tidak digunakan saat praktikum disimpan di
tempat yang ditentukan. Kehilangan atas barang-barang berharga milik praktikan
menjadi tanggung jawab masing-masing praktikan.
f. Bila ada pengoperasian alat yang tidak dimengerti, tanyakan kepada asisten.
g. Asisten berhak mengeluarkan praktikan atau memberi tugas tambahan bila praktikan
dianggap tidak siap untuk mengikuti praktikan dan atau melanggar peraturan yang
lain.
h. Selama praktikum berlangsung, praktikan tidak diperkenankan meninggalkan
ruangan tanpa seizin asisten.
i. Pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan sanksi.
j. Praktikan dilarang masuk ruang asisten bila tidak ada izin

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 2


2. Kehadiran
a. Praktikan harus hadir tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, serta
mengisi daftar hadir.
b. Praktikan yang berhalangan hadir dengan alasan yang diterima maka wajib
memberitahukan kepada asisten minimal 1 hari sebelumnya. Surat izin praktikan
yang datang setelah pelaksanaan praktikum dianggap tidak berlaku.
c. Sanksi Praktikum :
- Praktikum tidak membawa Tugas Pendahuluan (TP), maka nilai TP dianggap nol.
- Praktikan yang terlambat :
1-30 menit : akan diberikan tugas tambahan
>30 menit : tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
d. Jika praktikan tidak mengikuti praktikum dengan kriteria :
- Dua kali tanpa berita dinyatakan tidak lulus.
- Tiga kali izin atau sakit dinyatakan tidak lulus.
e. Tidak ada praktikum pengganti bagi praktikan yang berhalangan hadir.

c. Tugas Pendahuluan (TP)


1. Tugas Pendahuluan dikerjakan oleh masing-masing praktikan dan dikumpulkan sebelum
praktikum dimulai.
2. Tugas Pendahuluan ditulis tangan, tulisan harus dapat dibaca.

d. Seminar
Pada akhir praktikum akan dilaksanakan ujian akhir berupa presentasi materi ujian lisan, yang
disebut Seminar Praktikum. Seminar hanya boleh diikuti oleh kelompok-kelompok yang
memenuhi persyaratan dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk
kelompok yang tidak memenuhi syarat artinya nilai seminar adalah nol.

e. Sistem Penilaian
Komposisi penilaian terdiri atas :
- Tugas Pendahuluan : 10 %
- Kehadiran dan Assistensi : 20 %
- Laporan Praktikum : 40 %
- Seminar Praktikum : 30 %

f. Tata Tulis Laporan Praktikum


1. Laporan Praktikum diketik rapih di kertas HVS ukuran A4 (80 gsm) dengan spasi 1,5 dan
huruf yang digunakan Times New Roman font size 12.
2. Laporan disusun berdasarkan sistematika yang telah ditentukan (lihat lampiran)
3. Jika ada dua laporan atau lebih yang sama, maka akan dikenakan sanksi. Sanksi berupa
nilai laporan nol dan ini berlaku untuk kelompok yang mencotek dan yang dicontek.
4. Laporan dijilid hardcover warna BIRU DONGKER.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 3


5. Laporan dikumpulkan sesuai waktu yang telah ditentukan oleh asisten dan dilengkapi
dengan softcopy berupa CD dengan label kelompoknya.
6. Format laporan secara detail dapat dilihat pada masing-masing modul praktikum.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 4


DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………….………………………. 0


Kata Pengantar ……………………………………………………………………….……………………… 1
Pedoman Praktikum Ergonomi ……………………………………………………………………………. 2
Daftar Isi ……………………………………………………………………………………………………… 5
Pendahuluan ………………………………………………………………………………………………… 6
Modul 01. Antropometri ……………………………………………………………………………………. 8
Modul 02. Biomekanika Kerja ……………………………………..……………………………………… 26
Modul 03. Fisiologi Kerja ………………………………………………………………………………….. 39
Modul 04. Lingkungan Fisik Kerja …... ………………………………………………………………….. 48
Penutup ……………………………………………………………………………………………………… 62

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 5


PENDAHULUAN

Ergonomi atau ergonomics berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergo yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti hukum. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa,
sementara di Amerika disiplin ilmu ini lebih dikenal dengan istilah Human Factors Engineering atau
Human Engineering.
Ergonomi (Sritomo Wignjosoebroto, 2000) adalah disiplin ilmu yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya, atau ergonomi juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu
tentang manusia dalam usahanya untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerjanya, yaitu
dengan memperhatikan sifat, kemampuan serta keterbatasan manusia untuk merancang sistem
kerja.
Ergonomi (Yassierli, 2017) adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem
kerja yang EASNE (Efektif, Aman, Sehat, Nyaman dan Efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada
tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life).

Gambar 1. Ilustrasi Sistem Kerja sesuai Konsep Ergonomi (Yassierli, 2017)

Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan
dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Yassierli, 2017):
1. Keselamatan kerja
- Mencegah kelelahan yang berlebihan
- Mencegah human error dan kecelakaan kerja
2. Kesehatan kerja
- Mencegah sakit akibat kerja (gangguan otot-rangka)
3. Produktivitas
- Membuat kerja lebih mudah & efisien
- Meningkatkan motivasi dan moral kerja

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 6


Secara garis besar ergonomi dibagi menjadi 4 (empat) dari sudut pandang kajian yang
dipelajari (Tarwaka, 2014) yaitu: Ergonomi Fisik (physical ergonomics), Ergonomi Kognitif (cognitive
ergonomics), Ergonomi Lingkungan (environmental ergonomics), dan Ergonomi Organisasi
(organizational ergonomics).
1. Ergonomi fisik suatu kegitan yang berhubungan dengan aktifikat fisik kerja manusia.
Beberapa topik yang berhubungan dalam ergonomi fisik meliputi: anatomi tubuh manusia,
karakteristik fisiologi, biomekanika, antropometri, kekuatan fisik, postur kerja, beban fisik
kerja, studi gerakan dan waktu kerja, Muscoleteral Disorder (MSD), pemindahan material,
tata letak tempat kerja, keselamatan kerja, kesehatan kerja, ukuran/dimensi tempat atau
alat kerja, fungsi indra dalam kerja, control & display dan sebaginya. Sampai saat ini dan
mungkin untuk masa yang akan datang, ergonomi fisik merupakan aspek terbesar dalam
keilmuan atau profesi ergonomi.
2. Ergonomi kognitif merupakan ilmu yang berkaitan dengan proses mental manusia kerja.
Beberapa topik yang relavan dalam ergonomi kognitif meliputi: ingatan dalam kerja, reaksi
dalam kerja, persepsi dalam kerja, beban kerja mental, pengambilan keputusan, Human
Computer Interaction (HCI), kehandalan manusia, motivasi kerja, performa kerja dan stres
kerja.
3. Ergonomi organisasi merupakan ilmu yang berkaitan dengan sosioteknik dalam sistem
kerja. Beberapa topik yang relevan dalam ergonomi organisasi meliputi: struktur organisasi
kerja, kebijakan dan proses, manajemen SDM, komunikasi kerja, alokasi fungsi, task
analysis, teamwork, participatory approach, komunikasi kerja, kultur organisasi, organisiasi
virtual, perancangan waktu kerja, manajemen shift kerja, produktivitas kerja tim/individu dan
sebagainya.
4. Ergonomi lingkungan merupakn ilmu yang berkaitan dengan beberapa hal yang ada
disekitar orang yang melakukan perkerjaan, biasanya berupa lingkungan fisik. Topik yang
termasuk dalam ergonomi lingkungan meliputi: pencahayaan tempat kerja, kebisingan
tempat kerja, temperatur tempat kerja, getaran tempat kerja, desain interior tempat kerja
termasuk bentuk dan warna, dan sebagainya.

Sementara menurut Yassierli (2015), pengelompokan bidang-bidang kajian ergonomi


adalah sebagai berikut:
1. Antropometri, yaitu bidang kajian ergonomi yang mengkaji dimensi fisik tubuh manusia,
termasuk usia, tinggi berdiri, berat badan, panjang jangkauan tangan, tinggi duduk, dan lain
sebagainya. Data antropometri banyak digunakan dalam perancangan produk, peralatan
dan tempat /fasilitas kerja sehingga sesuai dengan kebutuhan pemakainya.
2. Biomekanika Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang memfokuskan pada proses
mekanika (gaya, momem, kecepatan, serta tekanan) yang terjadi pada tubuh manusia,
terkait dengan aktivitas fisik yang dilakukan pekerja. Contoh penerapan biomekanika adalah
dalam penentuan bobot beban maksimal yang boleh diangkat oleh seseorang, dengan
meminimalkan resiko cedera pada tulang belakang atau dalam memahami bagaimana
proses terpeleset/terjatuh dapat terjadi.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 7


3. Fisiologi Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang meneliti energi manusia yang
dikeluarkan dalam suatu pekerjaan. Tujuan dan bidang kajian ini adalah untuk perancangan
sistem kerja yang dapat meminimasi konsumsi energi yang dikeluarkan saat bekerja.
4. Ergonomi Kognitif dan Human Information Processing, yaitu bidang kajian ergonomic
yang mempelajari bagaimana manusia memproses informasi dari lingkungannya, dimulai
dari tahap menginderaan, adanya stimulus dan persepsi, sampai dengan pengambilan
keputusan dan melakukan tindakan yang diperlukan. Bidang ini mempelajari proses
persepsi, mengingat, pemberian perhatian, serta pengambilan keputusan.
5. Human-Computer Interaction (HCI), yaitu bidang kajian ergonomic yang mengkaji dan
merancang interaksi antara pengguna dan sisem computer, dengan salah satu tujuannya
antara lain meminimalkan kesalahan, meningkatkan kinerja sistem operasi, serta
meningkatkan kepuasan pengguna. Dalam penerapannya, bidang mengkaji rancangan
perangkat keras dan perangkat lunak seperti apa yang sesuai dengan karakteristik
(psikologis dan mental) dari penggunanya.
6. Display dan Control, yaitu bidang kajian ergonomic yang memiliki focus berupa kajian atas
rancangan display maupun control yang cocok dengan karakteristik penggunanya. Contoh
aplikasinya antara lain: penentuan jenis display (misalnya analog versus digital), display
untuk mesin-mesin industry, display pada kabin pesawat, display di jalan raya atau tempat
umum lainnya.
7. Lingkungan Kerja, yaitu bidang kajian ergonomi yang mencoba memahami respons
manusia terhadap lingkingan fisik kerja, termasuk kebisingan, temperature, pencahayaan,
getaran, dan lain sebagainya. Informasi yang diperoleh dari bidang kajian ini dimafaatkan
dalam menentukan: penempatan lampu penerangan, lamanya waktu istirahat, dampak ritasi
kerja, sereta efek penggunaan alat pelindung diri.
8. Ergonomi Makro, berangkat dari konsep-konsep sosio-teknologi, bidang ini merupakan
suatu pendekatan sistem dalam mengkaji kesesuaian antara indiividu, organisasi, teknologi,
serta proses interaksi yang terjadi. Tujuannya adalah tercapainya tujuan organisasi secara
efektif dan berkelanjutan melalui organisasi kerja.

Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, delapan bidang
kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga
seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk
perbaikan kondisi manusia pekerjanya.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 8


MODUL 01
ANTROPOMETRI

A. Keyword : Antropometri
“Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran,
berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. Data
antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas
kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi
anggota tubuh manusia yang akan menggunakannya.”

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengetahui dan memahami tata cara pengukuran data antropometri
2. Praktikan mampu memahami konsep perancangan dengan menggunakan data
antropometri.
3. Praktikan dapat melakukan pengolahan data antropometri dengan menggunakan Software
Microsoft Excel dan SPSS
4. Praktikan mampu melakukan perancangan, menilai serta memperbaiki suatu sistem
kerja/produk sesuai prinsip ergonomi.

C. Alat dan Bahan


Adapun Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah:
1. Template Model Peraga
2. Alat ukur tinggi badan
3. Timbangan berat badan
4. Kursi antropometri
5. Antropometri dinamis
6. Geniometer siku/lutut
7. Geniometer jari
8. Chest depth calliper
9. Jangka sorong (vernier calliper)
10. Kursi kontur ergonomic
11. Flexible curve
12. Pita ukur
13. Kursi praktek ergonomis
14. Meja praktek ergonomis
15. Meteran plastik
16. Meteran logam
17. Meteran roll
18. Pensil
19. Lembar pengamatan
20. Komputer
21. Software Ergomaster/ Ergosoft/Ergoeaser/ Ergofellow
22. Software SPSS

Modul Praktikum APK 1 (Ergonomi) – Teknik Industri UBP Karawang Page 8


D. Landasan Teori
Antropometri berasal dari kata “anthropos (man)” yang berarti manusia dan “metron (measure)”
yang berarti ukuran (Bridger, 1995). Antropometri adalah suatu studi yang berhubungan
dengan pengukuran dimensi tubuh manusia. Antropometri secara luas akan digunakan sebagai
pertimbangan ergonomis dalam proses perencanaan (design) produk maupun sistem kerja
yang memerlukan interaksi manusia. Data antropometri yang berhasil diperoleh akan
diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal:
 Perancangan area kerja
 Perancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
 Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi, meja, komputer dan lain-
lain.
 Perancangan lingkungan kerja fisik.

Antropometri dibagi dalam dua bagian yaitu :


1. Antropometri statis, adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia dalam posisi
diam pada dimensi-dimensi dasar fisik, meliputi panjang segmen atau bagian tubuh,
lingkar bagian tubuh, massa bagian tubuh, dan sebagainya.
2. Antropometri dinamis, adalah pengukuran keadaan dan ciri-ciri fisik manusia ketika
melakukan gerakan-gerakan fungsional, misalnya tinggi duduk, panjang jangkauan,
dan lain-lain.

Dalam penerapannya, kedua antropometri ini tidak dibedakan. Hasil pengukuran baik pada
keadaan statis atau dinamis secara umum disebut data antropometri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia diantaranya:


1. Umur
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak lahir hingga kira-kira berumur
20 tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh
manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah kurang lebih berumur 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Jenis kelamin manusia yang bebeda akan mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya
berbeda. Perbedaan dimensi tubuh ini dikarenakan fungsi yang berbeda.
3. Suku bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai dimensi tubuhnya. Ekstrimnya
orang Eropa merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang Indonesia yang
merupakan Etnis Mongoloid. Kecenderungan dimensi tubuh manusia yang termasuk
Etnis Kaukasoid lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh manusia yang
termasuk etnis Mongoloid.
4. Jenis pekerjaan atau latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut sering dipekerjakan akan
mengakibatkan otot tersebut bertambah lebih besar. Misalnya: dimensi seorang buruh
pabrik, dimensi seorang binaragawan dan sebagainya.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 9


Konsep Persentil
Sebagian besar data antropometri dinyatakan dalam bentuk persentil. Persentil adalah nilai
yang didapat dari pembagian sejumlah pengamatan menjadi seratus (100) bagian yang sama.
Nilai persentil dilambangkan sebagai P1, P2, P3, P4, P5,….P50,….P99 yang berarti bahwa 1% dari
seluruh data terletak dibawah P1, 50% dibawah P50, … dan seterusnya. Persentil menunjukkan
suatu nilai prosentase tertentu dari orang yang memiliki ukuran pada atau di bawah nilai
tersebut (Wignjosoebroto, 2008). Perhitungan persentil dapat dilakukan dengan cara
sederhana dan dapat dilakukan dengan cara statistik.

Untuk perhitungan data antropometri dapat menerapkan distribusi normal. Dalam statistik,
besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal, sebagai
berikut:

Gambar 1. Distribusi Normal dan Perhitungan Persentil

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 10


Prinsip Perancangan dengan Data Antropometri
Terdapat tiga pendekatan/prinsip yang dapat dilakukan dalam perancangan produk atau
stasiun kerja, yaitu sebagai berikut:
1. Prinsip perancangan bagi individu dengan ukuran ekstrim.
Berdasarkan prinsip ini, rancangan yang dibuat bisa digunakan oleh individu ekstrim
yaitu terlalu besar atau kecil dibandingkan dengan rata- ratanya agar memenuhi
sasaran, maka digunakan persentil besar (P 90, P95, P99) atau persentil kecil (P1, P5,
atau P10).

2. Prinsip perancangan yang bisa disesuaikan.


Rancangan bisa diubah-ubah ukurannya (disesuaikan), sehingga cukup fleksibel untuk
diaplikasikan pada berbagai ukuran tubuh (berbagai populasi). Dengan menggunakan
prinsip ini maka kita dapat merancang produk yang dapat disesuaikan (adjustable)
dengan kebutuhan/keinginan penggunanya. Misalnya perancangan kursi perkantoran
yang tinggi alas duduknya dapat disesuaikan, dirancang dengan range nilai persentil
(misal: P50 - P90).

3. Prinsip perancangan dengan ukuran rata-rata.


Rancangan didasarkan atas nilai rata-rata ukuran manusia. Prinsip ini dipakai jika
peralatan yang didesain harus dapat dipakai untuk berbagai ukuran tubuh manusia.
Biasanya dipakai untuk perancangan-perancangan fasilitas umum.

E. Soal-soal Test Pendahuluan


Berikut contoh soal-soal yang diberikan pada saat test pendahuluan.
1. Jelaskan pengertian antropometri !
2. Sebutkan dan jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi data antropometri !
3. Sebutkan dan jelaskan alat-alat ukur antropometri yang Anda ketahui !
4. Sebutkan dan jelaskan jenis antropometri !
5. Apa yang maksud dengan Indeks Masa Tubuh (IMB) atau Body Mass Index (BMI)?
Berikan contoh perhitungannya!
6. Apa yang dimaksud dengan Persentil? Jelaskan !
7. Sebutkan dan jelaskan 3 prinsip perancangan (desain) dengan data antropometri !

F. Prosedur Praktikum
Lakukan pengukuran berbagai variabel dimensi tubuh praktikan secara bergiliran, sesuai
dengan petunjuk asisten dan pedoman pengukuran data antropometri yang disesuaikan
dengan panduan survey data antropometri Indonesia (http://antropometriindonesia.org/) format
terlampir (lembar pengamatan 1).

Setelah data pengukuran lengkap, maka setiap kelompok wajib memasukan data antropometri
ke dalam file komputer.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 11


G. Pedoman Pengukuran data Antropometri
Berikut adalah beberapa pengukuran dimensi tubuh statis berdasarkan panduan
http://antropometriindonesia.org

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 12


Keterangan Gambar:

Kode Dimensi Tubuh Definisi


D1 Tinggi tubuh Jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas kepala
D2 Tinggi mata Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata kanan
D3 Tinggi bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan,
(acromion) atau ujung tulang bahu kanan.
D4 Tinggi siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut siku
bagian kanan.
D5 Tinggi pinggul Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.
D6 Tinggi tulang ruas Jarak vertikal dari lantai ke bagian tulang ruas/buku jari
tangan kanan (metacarpals).
D7 Tinggi ujung jari Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan
kanan (dactylion).
D8 Tinggi dalam posisi duduk Jarak vertical dari alas duduk ke bagian paling atas
kepala.
D9 Tinggi mata dalam posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut mata
kanan
D10 Tinggi bahu dalam posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu kanan.
D11 Tinggi siku dalam posisi duduk Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah lengan
bawah tangan kanan
D12 Tebal paha Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas dari
paha kanan
D13 Panjang lutut Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke
bagian depan lulut kaki kanan.
D14 Panjang popliteal Jarak horizontal dari bagian belakang pantat (pinggul) ke
bagian belakang lutut kanan.
D15 Tinggi lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 13


Kode Dimensi Tubuh Definisi
D16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang terletak di
bawah paha, tepat di bagian belakang lutut kaki kanan.
D17 Lebar sisi bahu Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan sisi
paling luar bahu kanan.
D18 Lebar bahu bagian atas Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu atas
kiri.
D19 Lebar pinggul Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan sisi luar
pinggul kanan.
D20 Tebal dada Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian
dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian buah dada
untuk subyek wanita.
D21 Tebal perut Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke bagian
yang paling menonjol di bagian perut.
D22 Panjang lengan atas Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah kanan ke
bagian atas bahu kanan.
D23 Panjang lengan bawah Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari bagian
belakang siku kanan ke bagian ujung dari jari tengah.
D24 Panjang rentang tangan ke Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke ujung
depan jari tengah tangan kanan dengan siku dan pergelangan
tangan kanan lurus.
D25 Panjang bahu- genggaman Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke pusat
tangan ke depan batang silinder yang digenggam oleh tangan kanan,
dengan siku dan pergelangan tangan lurus.
D26 Panjang kepala Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi (bagian
tengah antara dua alis) ke bagian tengah kepala.
D27 Lebar kepala Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi kepala
bagian kanan, tepat di atas telinga.
D28 Panjang tangan Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari
tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan seluruh
jari lurus dan terbuka
D29 Lebar tangan Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan kanan
yang diposisikan lurus dan rapat.
D30 Panjang kaki Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke
bagian paling ujung dari jari kaki kanan.
D31 Lebar kaki Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.
D32 Panjang rentangan tangan ke Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke ujung
samping jari tengah tangan kiri.
D33 Panjang rentangan siku Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke ujung
siku tangan kiri.
D34 Tinggi genggaman tangan ke Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder (centre
atas dalam posisi berdiri of a cylindrical rod) yang digenggam oleh telapak tangan
kanan.
D35 Tinggi genggaman ke atas Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang silinder.
dalam posisi duduk
D36 Panjang genggaman tangan ke Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan
depan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang digenggam
oleh telapak tangan kanan.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 14


H. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Sanders, M.S. & McMormick, E.J. (1992), Human Factors in Engineering and Design,
McGraw-Hill Inc, New York.
3. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
4. Sutalaksana, iftikar (2006), Teknik Perancangan Sistem Kerja, edisi II, Penerbit ITB,
Bandung.
5. Wignjosoebroto, Sritomo. (2003), Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Penerbit Guna
Widya, Surabaya.
6. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.
7. Iridiastadi & Yassierli (2015), Ergonomi Suatu Pengantar, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
8. Sugiono, dkk. (2018), Ergonomi untuk Pemula, Prinsip Dasar dan Aplikasinya, Penerbit
UB Press, Malang
9. Tarwaka (2015), Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Penerbit Harapan Press, Surakarta.
10. http://antropometriindonesia.orgwww.ergo-plus.com.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 15


LEMBAR PENGAMATAN 1
Pengukuran Data Antropometri

Nama : ...........................................................................................................
NIM : ...........................................................................................................
Usia : ...........................................................................................................
Berat Badan : ...........................................................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................................................
Suku Bangsa : ...........................................................................................................
Pekerjaan : ...........................................................................................................

Hasil
Kode Dimensi Tubuh Definisi Pengukuran
(mm)
D1 Tinggi tubuh Jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas
kepala
D2 Tinggi mata Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata
kanan
D3 Tinggi bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan,
(acromion) atau ujung tulang bahu kanan.
D4 Tinggi siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut
siku bagian kanan.
D5 Tinggi pinggul Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.

D6 Tinggi tulang ruas arak vertikal dari lantai ke bagian tulang ruas/buku
jari tangan kanan (metacarpals).
D7 Tinggi ujung jari Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan
kanan (dactylion).
D8 Tinggi dalam posisi Jarak vertical dari alas duduk ke bagian paling atas
duduk kepala.
D9 Tinggi mata dalam Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut
posisi duduk mata kanan
D10 Tinggi bahu dalam Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu
posisi duduk kanan.
D11 Tinggi siku dalam Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah
posisi duduk lengan bawah tangan kanan
D12 Tebal paha Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas
dari paha kanan
D13 Panjang lutut Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.
D14 Panjang popliteal Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.
D15 Tinggi lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan.

D16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang
terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang
lutut kaki kanan.
D17 Lebar sisi bahu Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan
sisi paling luar bahu kanan.
D18 Lebar bahu bagian atas Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu
atas kiri.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 16


Hasil
Kode Dimensi Tubuh Definisi Pengukuran
(mm)
D19 Lebar pinggul Jarak horizontal antara sisi luar pinggul kiri dan sisi
luar pinggul kanan.
D20 Tebal dada Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian dada untuk subyek laki-laki atau ke bagian
buah dada untuk subyek wanita.
D21 Tebal perut Jarak horizontal dari bagian belakang tubuh ke
bagian yang paling menonjol di bagian perut.
D22 Panjang lengan atas Jarak vertikal dari bagian bawah lengan bawah
kanan ke bagian atas bahu kanan.
D23 Panjang lengan bawah Jarak horizontal dari lengan bawah diukur dari
bagian belakang siku kanan ke bagian ujung dari
jari tengah.
D24 Panjang rentang Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke
tangan ke depan ujung jari tengah tangan kanan dengan siku dan
pergelangan tangan kanan lurus.
D25 Panjang bahu- Jarak dari bagian atas bahu kanan (acromion) ke
genggaman tangan ke pusat batang silinder yang digenggam oleh tangan
depan kanan, dengan siku dan pergelangan tangan lurus.
D26 Panjang kepala Jarak horizontal dari bagian paling depan dahi
(bagian tengah antara dua alis) ke bagian tengah
kepala.
D27 Lebar kepala Jarak horizontal dari sisi kepala bagian kiri ke sisi
kepala bagian kanan, tepat di atas telinga.
D28 Panjang tangan Jarak dari lipatan pergelangan tangan ke ujung jari
tengah tangan kanan dengan posisi tangan dan
seluruh jari lurus dan terbuka
D29 Lebar tangan Jarak antara kedua sisi luar empat buku jari tangan
kanan yang diposisikan lurus dan rapat.
D30 Panjang kaki Jarak horizontal dari bagian belakang kaki (tumit) ke
bagian paling ujung dari jari kaki kanan.
D31 Lebar kaki Jarak antara kedua sisi paling luar kaki.

D32 Panjang rentangan Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke
tangan ke samping ujung jari tengah tangan kiri.
D33 Panjang rentangan siku Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke
ujung siku tangan kiri.
D34 Tinggi genggaman Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder
tangan ke atas dalam (centre of a cylindrical rod) yang digenggam oleh
posisi berdiri telapak tangan kanan.
D35 Tinggi genggaman ke Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang
atas dalam posisi silinder.
duduk
D36 Panjang genggaman Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan
tangan ke depan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang
digenggam oleh telapak tangan kanan.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 17


LEMBAR PENGAMATAN 2
Rekap Data Antropometri per Kelompok

Nama Suku Berat Data Antropometri


No NIM L/P Pekerjaan Usia
Mahasiswa Bangsa Badan
D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 D8 D9 D10 D11 D12
1

Modul Praktikum APK 1 (Ergonomi) – Teknik Industri UBP Karawang Page 18


LEMBAR PENGAMATAN 2
Rekap Data Antropometri per Kelompok

Data Antropometri
No
D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 D27 D28 D29 D30 D31 D32 D34 D35 D36
1

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 19


STUDI KASUS
Perusahaan Ergonomi adalah sebuah perusahaan furniture yang kini sedang memproduksi
kursi kerja. Karena Perusahaan Ergonomi selalu mempertimbangkan aspek ergonomi dalam membuat
produk karena tingginya tingkat persaingan, Perusahaan Ergonomi ingin membuat sebuah kursi kerja
yang inovatif dan ergonomis dengan target pangsa pasarnya adalah pekerja untuk stasiun perakitan.
Perusahaan Ergonomi meminta seorang engineer ahli untuk mendesain dan mendapatkan data-data
yang dibutuhkan untuk memproduksi kursi kerja yang didesain untuk sikap kerja duduk, berdiri, dan
duduk berdiri bergantian. Anda sebagai engineer diminta untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Bantulah Perusahaan Ergonomi dalam memilih data antropometri yang akan digunakan dan lakukan
pengolahan data berupa uji kenormalan data, kecukupan data dan keseragaman data. Sekaligus
melakukan perancangan dengan menggunakan konsep persentil yang tepat.

Konsep Desain Produk Kursi Duduk Berdiri

Gambar 2. Konsep Kerja Duduk Berdiri Bergantian

C
B

E
D

Gambar 3. Desain Kursi untuk Sikap Kerja Duduk Berdiri Bergantian

Modul Praktikum APK 1 (Ergonomi) – Teknik Industri UBP Karawang Page 20


Allowance Ukuran
Simbol Bagian Kursi Kode
(mm) (mm)
A Tinggi sandaran kaki pada kursi tegak
lurus dari lantai
B Tinggi alat duduk paling rendah tegak D16
lurus dari lantai
C Tinggi alat duduk paling tinggi tegak lurus
dari lantai
D Jarak antara kaki depan dan kaki
belakang
E Jarak antara 2 (dua) kaki belakang

Catatan:
Dimensi Antroopometri yang dipakai bisa menyesuaiakan tergantu ide masing-masing kelompok

Contoh Perhitungan Data Antropometri


D16 – Tinggi Poplitel

100 Data Tinggi Poplitel (mm)

Uji Keserangam Data

Kesimpulan:
N’ < N : Data cukup
N’ > N : Data tidak cukup

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 21


Uji Kenormalan Data
Menghitung Range (R)
o Data Minimum =
o Data Maximum =
o Rage (R) = Data Maximum – Data Minimum =

Menghitung Banyaknya Kelas Interval (K)


o K = 1 + 3,3 log n

Menghitung Panjang Kelas Interval (P)


o P = R/K

Tabel Distribusi Normal


Kelas Interval Fi Fk Xi Fi.Xi ̅ ̅ ̅

Jumlah
Xi = Nilai Tengah

Nilai Rata-Rata ( ̅ ) untuk data dari table frekuensi



̅

Nilai Simpangan Baku (S)

Hipotesa :
Ho : Hasil pengukuran mengikuti distribusi normal
H1 : Hipotesa menolak Ho

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 22


Tabel Distribusi Z

Interval Zlcl Zucl P(Zlcl) P(Zucl) P Oi ei Oi ei (Oi-ei)


baru baru

Jumlah

Mencari luas daerah dibawah kurva normal dengan melihat tabel distribusi normal

Mencari nilai distribusi khi-kuadrat (X2)


o Derajat kebebasan (dk) dengan rumus

dk = K-1 = 5-1 = 4

o Taraf signifikan α = 0,05, maka:

o Lihat pada tabel Chi Kuadrat

Kesimpulan Chi Hitung < Chi Tabel = DATA BERDISTRIBUSI NORMAL

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 23


Uji Keseragaman Data
Tabel Sub Group

k\n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ̅
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Menghitung Standar Deviasi

Menghitung Standar Deviasi Sub Group

Mententukan Batas Kontrol Atas dan Batas Kontrol Bawah

Membuat Peta Kontrol

Perhitungan Persentil, dengan menggunakan Tabel Distribusi Frekuensi

Kelas Inteval Lo Li Fi Fk Xi Xi2

Jumlah

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 24


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 1
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Manfaat Praktikum

BAB 2 Landasan Teori


2.1 Definisi Antropometri
2.2 Jenis –jenis Antropometri
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Data Antropometri’
2.4 Pengukuran Antropometri
2.5 Persentil
2.6 Prinsip Perancangan dengan Antropometri

BAB 3 Metodologi Praktikum


3.1 Teknik Pengukuran Data Antropometri
3.2 Teknik Perhitungan Data Antropometri

BAB 4 Pengukuran dan Perancangan Produk


4.1 Data Hasil Praktikum
4.2 Desain Perancangan Produk
4.3 Pemilihan Data Antropometri
4.4 Perhitungan Data Antropometri
4.5 Hasil Perancangan
4.6 Analisis

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 25


MODUL 02
BIOMEKANIKA

A. Keyword : Biomekanika
“Biomekanika adalah disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika, matematika,
kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada
tubuh.”

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memahami konsep biomekanika dalam proses perancangan dan
perbaikan sistem kerja
2. Praktikan dapat memahami keterbatasan manusia pada beban kerja yang dibebankan
pada manusia.
3. Praktikan mampu untuk menggunakan konsep RULA dan REBA dalam mendeteksi postur
kerja atau faktor resiko dalam suatu pekerjaan
4. Mampu menggunakan konsep dan teknik RWL (Recommended Weight Limit) dalam
merancang gerakan-gerakan perpindahan alat dan benda kerja.
5. Mampu memberikan rekomendasi beban benda yang seharusnya dapat diangkat oleh
operator

C. Alat dan Bahan


1. Digital Back Strength Dynamometer
2. Digital Grip Strength Dynamometer
3. Push and Pull Dynamometer
4. Beban pengangkatan untuk simulasi RWL
5. Timbangan
6. Meteran/penggaris
7. Pengukur sudut
8. Personal Computer
9. Software RULA dan REBA
10. Software Angulus by Android

D. Teori Dasar
I. Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan–
gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika,
antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Menurut Frankel dan
Nordin (1980), biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan
gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh
pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional
biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya,

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 26


lingkungan kerja dan lain-lain untuk meningkatkan performansi dan meminimisasi
kemungkinan cidera.

Biomekanika pada dasarnya mempelajari kekuatan, ketahanan, kecepatan, dan ketelitian


manusia dalam melakukan kerjanya. Faktor ini sangat berhubungan dengan pekerjaan
yang bersifat material handling, seperti pengangkatan dan pemindahan secara manual,
atau pekerjaan lain yang dominan menggunakan otot tubuh. Meskipun kemajuan teknologi
telah banyak membantu aktivitas manusia, namun tetap saja ada beberapa pekerjaan
manual yang tidak dapat dihilangkan dengan pertimbangan biaya maupun kemudahan.
Pekerjaan ini membutuhkan usaha fisik ringan, sedang hingga besar dalam durasi waktu
kerja tertentu, usaha fisik ini banyak mengakibatkan kecelakaan.

II. Analisis Postur Kerja


Postur kerja manual material handling bias dianalisis dengan menggunakan beberapa
metode yaitu: Ovako Work Posture Analysis System (OWAS), Rapid Upper Limb
Assessment (RULA), Rapid Entire Body Assessment (REBA), dan Quick Exsposure
Check (QEC).
o Metode OWAS digunakan untuk menganalisis sikap kerja yang tidak nyaman dan
mengakibatkan cidera muskuloskeletal khususnya pada tubuh bagian bawah (Karhu
dkk, 1981).
o Metode RULA merupakan metode yang dikembangkan untuk mengevaluasi postur
kerja yang tidak ergonomis dengan menggunakan tubuh bagian atas dari manusia
sebagai ppusat pengamatan (Corlett dan McAtamney, 1993).
o Metode REBA merupakan suatu alat analisis postural yang sangat sensitive terhadap
pekerjaan yang melibatkan perubahan mendadak dalam posisi, biasanya sebagai
akibat dari penanganan kontainer yang tidak stabil atau tidak terduga (Hignett dan
McAtamney, 2000)
o Metode QEC merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengetahui
risiko cidera gangguan otot rangka (musculoskeletal disorder) yang menitik beratkan
pada tubuh bagian atas yaitu punggung, leher, lengan/bahu, dan pergelangan tangan
(Li dan Bucke, 1998). Kelebihan dari metode ini adalah mempertimbangkan kondisi
yang dialami oleh pekerja dari dua sudut pandang yaitu dari sudut pandang
pengamat dan juga operator itu sendiri.

Metode OWAS memberikan kode sikap kerja pada punggung, tangan, kaki, dan berat
beban. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi postur kerja yang berpontensi
menimbulkan kecelakaan.

Penilaian postur kerja dengan metode OWAS dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap pekerja yang sedang bekerja. Pengamatan dilakukan untuk
mengambil data postur kerja, beban/tenaga, dan fase kerja. Pengamatan dilakukan
dengan cara merekam aktivitas pekerja dengan menggunakan kamera/video. Langkah

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 27


selanjutnya adalah melakukan pengkodeaan berdasarkan data tersebut. Evaluasi
penilaian berdasarkan pada skor dari tingkat bahaya postur kerja yang ada. Kemudian
dihubungkan dengan kategori tindakan yang harus diambil. Klasifikasi postur kerja dari
metode OWAS adalah pada pergerakan tubuh bagian belakang (back), lengan (arms), dan
kaki (legs).

Karhu, dkk. (1981), mengelompokkan postur kerja dan kombinasi beban ke dalam empat
kategori tindakan, sebagai berikut:

Tabel 2.1 Level Tindakan OWAS


Katagori OWAS Tindakan
1 Aman
2 Tindakan diperlukan beberapa waktu kedepan
3 Tindakan dalam waktu dekat
4 Tindakan sekarang juga
(Sumber: Karhu, dkk., 1981)

RULA merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input metode ini
adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung, dan leher), beban
yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan. Metode ini
menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti risiko pada pekerjaan
yang berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan
otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja
statis yang berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:
o Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
o Grup B : leher, tulang belakang dan kaki.

Metode RULA menggunakan diagram/gambar postur tubuh serta tiga tabel untuk
memberikan evaluasi paparan terhadap fakto risiko. Mcphee (1987) menyatakan bahwa
faktor risiko yang ditanyakan sebagai faktor beban eksternal (external loads factors)
adalah:
1. Jumlah gerakan
2. Kerja otot statis
3. Kekuatan atau tenaga
4. Postur-postur kerja yang digunakan
5. Waktu kerja tanpa istirahat.

Tahapan penilaian postur kerja dengan metode RULA


Penilaian postur kerja menggunakan metode RULA memiliki tiga tahapan pengembangan,
yaitu:
1. Pengidenfikasian dan pencatatan postur kerja.
2. Pemberian skor
3. Penentuan level tindakan.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 28


Skor dari hasil kombinasi postur kerja tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
level resiko.

Tabel 2.2 Kategori Tindakan – RULA


Katagori Level
Level resiko Tindakan
tindakan kategori
1-2 Minimum 1 Aman
3-4 Kecil 2 Diperlukan beberapa waktu ke depan
5-6 Sedang 3 Tindakan dalam waktu dekat
7 Tinggi 4 Tindakan sekarang juga
(Sumber: McAtamney, 1993)

REBA adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan
pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi
faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja.
Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja
operator (McAtamney, 2000).

REBA dikembangkan tanpa membutuhkan piranti khusus. Ini memudahkan peneliti


untuk dapat dilatih dalam melakukan pemeriksaan dan pengukuran tanpa biaya
peralatan tambahan. Pemeriksaan REBA dapat dilakukan ditempat yang terbatas tanpa
menggangu pekerja. Pengembangan REBA terjadi dalam empat tahap.
o Tahap pertama adalah pengambilan data postur pekerja dengan
menggunakan bantuan video atau foto,
o Tahap kedua adalah penentuan sudut–sudut dari bagian tubuh pekerja; Postur tubuh
pekerja dibagi menjadi dua, yaitu: Group A yang terdiri dari (batang tubuh, leher, dan
kaki); Group B yang terdiri dari (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan).
o T ahap ketiga adalah penentuan berat benda yang diangkat, penentuan
coupling dan penentuan aktivitas pekerja, dan
o Tahap keempat adalah perhitungan nilai REBA untuk postur yang bersangkutan.
Dengan didapatnya nilai REBA tersebut dapat diketahui level resiko dan kebutuhan
akan tindakan yang perlu dilakukan untuk perbaikan kerja.

Skor dari hasil kombinasi postur kerja tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
level resiko.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 29


Tabel 3.3 Kategori Tindakan – REBA

III. Metode NIOSH pada Lifting


Lifting telah menjadi subjek studi selama bertahun-tahun. Ini dipelajari secara ekstensif
karena adanya hubungan antara aktifitas Manual Material Handling (MMH) dan resiko
gangguan Musculoskeletal disorder (MSDs). Dari BLS (Bureau Labor Statistics)
melaporkan bahwa angka kecelakaan/ganguan muskuloskeletal saat pengangkatan beban
mencapai 52% ; kegiatan mendorong atau menarik mencapai 13% ; kegiatan membawa
mencapai 10% ; gerakan berulang mencapai 13% ; dan lain-lainnya mencapai 12%.
Penyakit tulang belakang (low back pain) adalah salah satu keluhan muskuloskeletal yang
paling umum dihadapi oleh pekerja, dan mendominasi area lifting biomechanic. Faktor lain
yang dapat menyebabkan penyakit ini adalah beban kerja yang berat, postur kerja yang
salah dan pengulangan pekerjaan yang tinggi, serta adanya getaran terhadap keseluruhan
tubuh.

Salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mendesain tugas lifting adalah
dengan metode yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational Safety and
Health (NIOSH), yaitu sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan dan
keselamatan kerja di Amerika. Pada tahun 1991, NIOSH mengeluarkan sebuah
persamaan matematis yang dapat diterapkan untuk menghitung beban maksimum yang
boleh diangkat pekerja untuk berbagai kondisi pengangkatan (Waters, 1993). Penetapan
batas beban tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang menggabungkan pendekatan
biomekanika, fisiologi, dan psikofisik. Batas pengangkatan tersebut dikenal dengan istilah
RWL (Recommended Weight Limit).

Terdapat enam faktor yang menentukan besaran RWL, yaitu: empat faktor yang
dipengaruhi sikap saat pengangkatan, satu faktor berkaitan dengan frekuensi
pengangkatan, dan satu faktor lagi berkaitan dengan kondisi pegangan benda yang akan
diangkat. Enam faktor tersebut sebagai faktor pengali yang menentukan RWL dengan
persamaan sebagai berikut:

RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM

dimana:
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC : Konstanta pembebanan (load constant) = 23 kg

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 30


HM : Faktor pengali horizontal (horizontal multiplier) = 25/H
VM : Faktor pengali vertikal (vertical multiplier) = (1-(0.003|V-75|)
DM : Faktor pengali perpindahan (distance multiplier) = 0.82 + 4.5/D
AM : Faktor pengali asimetrik (asymmetric multiplier) = 1 – (0.0032A)
FM : Faktor pengali frekuensi (frequency multiplier) = (lihat tabel)
CM : Faktor pengali pegangan (coupling multiplier) = (lihat tabel)
(sumber: Yassierli, 2014)

NIOSH mengusulkan penilaian aman atau tidaknya suatu aktivitas pengangkatan


didasarkan atas nilai Lifting Index (LI). LI dirumuskan sebagai perbandingan antara berat
beban actual dengan RWL, dengan rumusan sebagai berikut:

Rekomendasi yang diberikan adalah sebagai berikut:


o Jika LI ≤ 1, maka pekerjaan tersebut aman
o Jika 1 < LI ≤ 3, maka pekerjaan tersebut berisiko
o JIka LI > 3, maka pekerjaan tersebut sangat berisiko

IV. NORDIC - Survey Keluhan Otot Rangka


Didalam kajian ergonomi terdapat risiko ergonomi, dimana risiko tersebut meliputi
ketidaknyamanan, cedera, gangguan otot, sakit, bahkan cacat yang disebabkan cara kerja
dan tempat kerja yang tidak ergonomis. Risiko ergonomi ini disebabkan oleh kesalahan
postur manusia saat bekerja. Penanganan yang tanggap dan tepat terhadap risiko
ergonomi yang muncul harus dilakukan untuk menghindari dampak negatif yang dialami
pekerja. Terdapat beberapa tools dalam kajian ergonomi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi risiko dalam suatu pekerjaan, diantaranya Nordic Body Map (NBM), yaitu:
tool yang cukup mudah serta akurat yang dapat digunakan untuk melakukan identifikasi
risiko ergonomi.

Nordin Body Map merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk mengukur
rasa sakit otot para pekerja (Wilson & Corlett, 1995). Kuesioner Nordic Body Map
merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi yang paling sering digunakan
untuk mengetahui ketidaknyaman para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersusun
rapih. Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh
dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun
kerja.

Penilaian dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya dengan menggunakan 2 jawaban yaitu “Ya” (jika adanya keluhan
atau rasa sakit pada otot skeletal) dan “Tidak” (jika tidak adanya keluhan atau rasa sakit

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 31


pada otot skeletal). Tetapi lebih utama untuk menggunakan desain penelitian dengan skor
misalnya 4 skala likert. Apabila menggunakan skala likert maka tiap skor atau nilai harus
mempunyai definisi operasional yang jelas dan mudah dipahami oleh responden
(Tarwaka, 2010). Kuesioner ini diberikan kepada para pekerja sebelum dan setelah
melakukan pekerjaan. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah
dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu:

1. Leher
2. Bahu
3. Punggung bagian atas
4. Siku
5. Punggung bagian bawah
6. Pergelangan tangan/tangan
7. Pinggang/pantat
8. Lutut
9. Tumit/kaki

Gambar 2.1. Bagian Tubuh Nordic Body Map


(Sumber: Tarwaka, 2010)

Berikut adalah pedoman sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi
tingkat risiko otot skeletal (Tarwaka, 2010).

Tabel 2.4. Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu

Skala Total Skor Tingkat Tindakan Perbaikan


Likert Individu Risiko
1 28-49 Rendah Belum diperlukan adanya tindakan perbaikan
2 50-70 Sedang Mungkin diperlukan tindakan dikemudian hari
3 71-91 Tinggi Diperlukan tindakan segera
4 92-112 Sangat Tinggi Diperlukan tindakan menyeluruh sesegera mungkin
(Sumber: Tarwaka, 2010)

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 32


E. Soal-soal Test Pendahuluan
1. Jelaskan pengertian biomekanika kerja !
2. Bagaimana hubungan biomekanika dengan manual material handling? Jelaskan !
3. Apa yang dimaksud dengan Muskuloskeletal Disorder (MSDs)? Jelaskan !
4. Apa yang dimaksud dengan batasan beban angkat? Jelaskan !
5. Sebutkan metode-metode yang Anda ketahui untuk melakukan analisis postur kerja !
6. Apa yang dimaksud dengan metode NIOSH? Jelaskan !
7. Apa yang dimaksud dengan RWL dan LI dalam persamaan NIOSH?
8. Bagaimana aplikasi NORDIC Body Map dalam pengukuran keluhan sistem otot rangka?
Jelaskan !

F. Prosedur Praktikum
Lakukan 4 pengukuran biomekanik berikut:
1. Kekuatan tarik untuk 2 postur yaitu posisi membungkuk dan jongkok, dan pengukuran
kekuatan tangan kiri dan tangan kanan pada berbagai posisi sudut.
2. Studi kasus analisis postur kerja dengan metode OWAS/ RULA/ REBA
3. Studi kasus analisis beban pengangkatan (lifting) dengan metode NIOSH
4. Studi kasus analisis beban kerja (keluhan sistem otot rangka) dengan NORDIC Body Map

G. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
3. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.
4. Iridiastadi & Yassierli (2015), Ergonomi Suatu Pengantar, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
5. Sugiono, dkk. (2018), Ergonomi untuk Pemula, Prinsip Dasar dan Aplikasinya, Penerbit
UB Press, Malang
6. Tarwaka (2015), Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Penerbit Harapan Press, Surakarta.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 33


LEMBAR PENGAMATAN DAN PENGUKURAN

Pengukuran Kekuatan Tarik Vs Postur Kerja, dengan menggunakan Digital Back Strength Dynamometer & Digital Grip Strength Dynamometer

Posisi Posisi Tangan Kiri Tangan Kanan


No Nama L/P Usia
Membungkuk Jongkok 0o 45o 90o 135o 180o 0o 45o 90o 135o 180o

Buat Analisa dan Kesimpulan:

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 34


Analisis Postur Kerja
Coba Anda cari sebuah pekerjaan, kemudian lakukan analisis postur kerja dengan metode yang
sesuai (OWAS/ RULA/ REBA), buat kesimpulan dan rekomendasi jika dibutuhkan.

Foto kegiatan

Lakukan analisis postur kerja dengan metode OWAS/ RULA/ REBA:

Kesimpulan & Rekomendasi :

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 35


Analisis Beban Pengangkatan (Lifting) dengan Metode NIOSH
Coba Anda cari sebuah pekerjaan, kemudian lakukan analisis beban pengangkatan (lifting) dengan
metode NIOSH, buat kesimpulan dan solusi jika dibutuhkan.

Foto kegiatan

Lakukan analisis beban pengangkatan (lifting) dengan metode NIOSH:

Kesimpulan & Rekomendasi :

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 36


Analisis Beban Kerja (Keluhan Sistem Otot Rangka) dengan NORDIC Body Map

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 37


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 2
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Manfaat Praktikum

BAB 2 Landasan Teori


2.1 Definisi Biomekanika Kerja
2.2 Musculoskeletal disorders (MSDs)
2.3 Batasan Beban yang Boleh Diangkat
2.4 Postur Kerja
2.5 Persamaan NIOSH
2.6 NORDIC Body Map

BAB 3 Metodologi Praktikum


3.1 Metode Praktikum
3.2 Alat dan Bahan

BAB 4 Pengolahan dan Analisis Data


4.1 Kukuatan Tarik
4.2 Analisis Postur Kerja
4.3 Analisis Beban Pengangkatan (Lifting) dengan Metode NIOSH
4.4 Analisis Beban Kerja (Keluhan Sistem Otot Rangka) dengan NORDIC Body Map

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 38


MODUL 03
FISIOLOGI KERJA

A. Keyword : Fisiologi
“Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja
organ, jaringan dan sel-sel organisme. Sedangkan Fisiologi kerja merupakan suatu studi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.”

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengerti tentang konsep fisiologi dan hubungannya dengan beban kerja.
2. Praktikan mampu mengelompokkan beban kerja fisik.
3. Praktikan mampu menghitung dan menilai beban kerja fisik baik dengan metode penilaian
langsung maupun metode penilaian tidak langsung.
4. Praktikan mampu menghitung waktu istirahat yang diperlukan.

C. Alat dan Bahan


1. Ergocycle
2. Smart Watch “fitbit versa 3”
3. Running Cycle
4. Pulse monitor sebagai pengukur denyut jantung
5. Stopwatch
6. Spirometer (VO2 Max)
7. Timbangan
8. Lembar pengamatan

D. Teori Dasar
1. Fisiologi
Fisiologi (ilmu faal) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme
dan cara kerja organ, jaringan dan sel-sel organisme. Lehmann (1995) mendefinisikan
kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia
secara keseluruhan. Secara umum, fisiologi kerja dibagi menjadi yaitu kerja fisik (otot) dan
kerja mental (otak).
a. Kerja fisik (otot)
Kerja fisik, yakni kerja yang membutuhkan energi fisik otot manusia sebagai sumber
tenaga.
b. Kerja mental (otak)
Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak.

Pada kerja fisik, pengeluaran energi relatif lebih besar dibandingkan beban kerja mental.
Jika tingkat intensitas dari masing-masing kerja terlalu tinggi, maka akan menimbulkan
pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya intensitas yang terlalu rendah

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 39


memungkinkan rasa bosan dan jenuh. Oleh karena itu perlu diupayakan tingkat intensitas
yang optimum untuk tiap individu.
2. Beban Kerja Fisik
Kerja fisik atau physical work adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia
sebagai sumber tenaganya. Kerja fisik biasa disebut sebagai ”Manual Operation” dimana
performa kerja sepenuhnya akan bergantung pada manusia, baik yang berfungsi sebagai
sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja (control). Dalam kerja fisik, konsumsi
energi (energy consumption) merupakan faktor utama dan parameter untuk menentukan
berat atau ringannya suatu pekerjaan.

Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi melalui :
a. Konsumsi oksigen,
b. Denyut jantung,
c. Peredaran udara dalam paru-paru,
d. Temperatur tubuh,
e. Konsentrasi asam laktat dalam darah,
f. Komposisi kimia dalam darah dan air seni, atau
g. Tingkat penguapan.

Kerja fisik dikelompokkan oleh Davis dan Miller:


a. Kerja total seluruh tubuh yang menggunakan sebagian besar otot. Biasanya
melibatkan dua per tiga atau tiga seperempat otot tubuh
b. Kerja otot yang membutuhkan energy expenditure
c. Kerja otot statis, otot digunakan untuk menghasilkan gaya tetapi tanpa kerja mekanik
yang membutuhkan kontraksi sebagian otot

Menurut Rodahl (1989), dalam melakukan pengukuran beban kerja fisik terdapat dua
macam metode, yaitu:
a. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur penggunaan energi yang
dikeluarkan (energy expenditure). Penggunaan energi pekerja dalam bekerja menjadi
faktor utama yang dapat membatasi prestasi harian atau performa kerjanya.
b. Metode pengukuran tidak langsung merupakan metode pengukuran dengan
menghitung denyut nadi selama bekerja. Peningkatan denyut nadi memiliki peran
yang sangat penting dalam peningkatan curah jantung (cardiac output) dari istirahat
sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potential dalam denyut nadi dari istirahat
sampai kerja maksimum disebut oleh Terry J. Housh, dkk (2016) didefinisikan
sebagai Heart Rate Reserve (HR Reserve).

Berdasarkan metode pengukuran beban kerja fisik tidak langsung, maka volume oksigen
yang dibutuhkan saat melakukan kerja dapat dipakai sebagai dasar menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan selama kerja, 1 liter oksigen sama dengan 4,7-5 Kkal (McCormick,
1993). Pendapat lain mengatakan, 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 40


mendapatkan 4,8 Kkal energi yang menjadi nilai kalori suatu oksigen (Groover, 2012).
Volume oksigen yang dikonsumsi tersebut dihitung dengan cara mengukur volume udara
ekspirasi dan mengukur kadar oksigennya yang ditentukan dengan metode sampling.
Dengan mengetahui temperatur dan tekanan udaranya, maka volume oksigen yang
digunakan dapat dihitung.

Tubuh manusia dalam pernafasan membutuhkan durasi waktu dalam pemenuhan


kebutuhan oksigen. Perbedaan antara kebutuhan oksigen dan ketersediaan oksigen
dinamakan sebagai oxygen debt. Sedangkan oksigen yang dibutuhkan untuk proses
pemulihan setelah melakukan aktivitas pekerjaan sampai didapatkan nilai detak jantung
yang sama seperti semula (saat istirahat) dinamakan oxygen recovery. Gambaran tentang
keduanya dapat dilihat pada Gambar 3.1 dan Gambar 3.2 dibawah ini.

Resting Level

Gambar 3.1 Oxygen Debt dan Oxygen Recovery pada Proses Aktivitas Manusia
(sumber: Groover, 2010)

Gambar 3.2 Perbedaan Oxygen Debt dan Oxygen Recovery pada


Aktivitas Kerja Ringan dan Berat
(sumber: Groover, 2010)

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 41


Manuaba (1996) menentukan klasifikasi beban kerja fisik berdasarkan perbandingan
peningkatan denyut nadi saat kerja dengan denyut nadi maksimum karena beban
kardiovaskular (cardiovascular load = %CVL) yang dihitung dengan rumus sebagai
berikut:

Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-Usia) untuk laki-laki dan (200-Usia) untuk
wanita. Dari perhitungan %CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang
telah ditetapkan sebagai berikut:
o ≤ 30% : tidak terjadi kelelahan
o 30% - ≤ 60% : diperlukan perbaikan
o 60% - ≤ 80% : kerja dalam waktu singkat
o 80% - ≤ 100% : diperlukan tindakan segera
o > 100% : tidak diperbolehkan beraktivitas

Selanjutnya, strain kardiovaskular (cardiovascular strain = CVS) ditentukan sebagai rasio


perubahan denyut jantung antara denyut jantung saat kerja dengan denyut jantung saat
istirahat sebagaimana dinyatakan pada rumus dibawah ini:

[ ]x100%

dimana: HRw = Heart rate saat bekerja (detak/menit)


HRr = Heart rate saat istirahat (detak/menit)
(Sumber: Ismaila, dkk., 2013)

Berdasarkan nilai persentase, beban kerja dengan nilai ukur CVS dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
o 0 - 50% : dapat diterima, tidak perlu tindakan
o 51% - 80% : moderat, diperlukan tindakan
o 81% - 120% : tinggi, tindakan diperlukan
o 121% - 150% : sangat tinggi, tindakan diperlukan dlm beberapa hari
o 151% - 180% : tidak dapat ditolerir, diperlukan tindakan segera

Astuti (1985) merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut
jantung dilakukan perbedaan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan
kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi
hubungan energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah
regresi kuantitas dengan persamaan:

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 42


dimana: Y = energy expenditure (Kkal/menit)
X = denyut jantung (denyut/menit)

Setelah mendapatkan besarnya energy expenditure, maka konsumsi energi untuk


kegiatan kerja tertentu dapat dirumuskan menurut Martyaningsih (2003) secara matematis
sebagai berikut:

dimana:
KE = konsumsi energi suatu kegiatan tertentu (Kkal/menit)
Et = pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (Kkal/menit)
Ei = pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal/menit).

Semakin berat kerja maka semakin banyak energi yang dikeluarkan. Beberapa penelitian
fisiologi kerja menunjukan bahwa energi yang dikeluarkan untuk bekerja berbanding lurus
dengan jumlah konsumsi oksigen dan detak jantung. Lucien Brouha (1992) mendefinisikan
tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologis, untuk menentukan nilai beban
pekerjaan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini.

Tabel 3.1 Klasifikasi Beban Kerja Manusia


Jenis Beban Konsumsi Oksigen Energy Expenditure Heart Rate selama
Kerja (Liter/menit) (KKalori/menit) Kerja (detak/menit)
Ringan 0,5 – 1,0 2,5 – 5,0 60 – 100
Sedang 1,0 – 1,5 5,0 – 7,5 100 – 125
Berat 1,5 – 2,0 7,5 – 10 125 – 150
Sangat Berat 2,0 – 2,5 10 – 12,5 150 - 175
(Sumber: Lucien Brouha, 1992)

Christensen (2001) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat
ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi energi, kapasitas
ventilasi paru dan suhu tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jatung, dan suhu
tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang
dilakukan. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi,
suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen, dapat dilihat pada tabel berikut:

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 43


Tabel 4.2. Kategori Berat Ringannya Beban Kerja didasarkan pada Metabolisme Respirasi,
Suhu Tubuh dan Denyut Jantung

(Sumber: Christensen, 2001)

Sedangkan, rata-rata waktu istirahat yang diperlukan akibat bekerja adalah dapat
ditentukan dengan memperhatikan beberapa faktor yang terlibat diantaranya: total waktu
kerja, rata-rata energi yang dikeluarkan saat kerja, dan standar beban kerja yang
dilakukan. Standar beban kerja untuk orang sehat bagi laki-laki adalah sebesar 5
Kkal/menit, dan 4 Kkal/menit untuk wanita (Groover, 2012). Rumusan waktu istirahat yang
dibutuhkan akibat kerja fisik dapat dituliskan dalam formulasi berikut:

dimana:
R = Waktu istirahat yang diperlukan (menit)
T = Total waktu yang dipergunakan untuk kerja (menit)
K = Rata-rata energy expenditure selama bekerja (Kkal/menit)
S = Standar beban kerja yang diaplikasikan (Kkal/menit)

Beban kerja fisik dan mental berlebih yang ditandai dengan nilai cardiovascular load
(%CVL) yang tinggi dan waktu istirahat (R) yang tidak cukup waktu dapat menyebabkan
kelelahan pada pekerja.

E. Prosedur Praktikum
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah mengukur kerja fisiologis pada aktivitas olahraga
dengan menggunakan ergo cycle dan running cycle. Untuk percobaan menggunakan ergo
cycle dengan 2 (dua) jenis pembebaban yaitu: ringan dan berat, dengan kecepatan constant 20
Km/jam.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 44


Langkah Praktikum
1) Sebelum praktikum dimulai, masing-masing kelompok, menunjuk:
- 1 orang sebagai operator yang bertugas untuk mengayuh ergo cycle
- 1 orang pengukur/ pengamat
- 1 orang sebagai pencatat
2) Operator mengayuh ergo cycle untuk 2 pembebanan
- Beban Ringan : 10 menit mengayuh dengan kecepatan constant 20 Km/jam
dilanjutkan 5 menit istirahat, selama istirahat operator tetap berada di atas ergo cycle
- Beban Berat : 10 menit mengaruh dengan kecepatan constant 20 Km/jam dilanjutkan
5 menit istirahat, selama istirahat operator tetap berada di atas ergo cycle
3) Pengukur/ pengamat, mengukur denyut jantung operator per 1 menit, baik operator saat
bekerja (mengayuh) dan istirahat, dengan cara melihat display pada ergo cycle, dan
menginformasikan angkanya kepada pencatat untuk di rekap pada lembar pengamatan.
4) Pencatat merekap denyut jantung operator saat bekerja (mengayuh) dan istirahat, baik
untuk beban ringan maupun beban berat sesuai kebutuhan pada lembar pengamatan.

E. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
3. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.
4. Iridiastadi & Yassierli (2015), Ergonomi Suatu Pengantar, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
5. Sugiono, dkk. (2018), Ergonomi untuk Pemula, Prinsip Dasar dan Aplikasinya, Penerbit
UB Press, Malang
6. Tarwaka (2015), Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Penerbit Harapan Press, Surakarta.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 45


Lembar Pengamatan

Data Operator
Nama : …………………………………………………
Jenis Kelamin : …………………………………………………
Usia : …………………………………………………
Berat Badan : …………………………………………………
VO2 Max : …………………………………………………

Rekap Data

BEBAN RINGAN BEBAN BERAT


Menit Denyut Jantung Menit Denyut Jantung
0 0
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15

Catatan:
Menit ke 0 : Istirahat
Menit ke 1 – 10 : Bekerja (Mengayuh)
Menit ke 11-15 : Istirahat

Pengolahan Data:
1. Perhitungan Energy Expenditure (beban ringan dan beban berat)
2. Grafik Denyut Jantung terhadap Waktu (beban ringan dan beban berat)
3. Perhitungan cardiovascular load = %CVL (beban ringan dan beban berat)
4. Perhitungan Konsumsi Energi (beban ringan dan beban berat)
5. Perhitungan Waktu Istirahat (beban ringan dan beban berat)
6. Kesimpulan

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 46


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 3
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Manfaat Praktikum

BAB 2 Landasan Teori


2.1 Definisi Fisiologi Kerja
2.2 Beban Kerja Fisik
2.3 Beban Kerja Mental

BAB 3 Metodologi Praktikum


3.1 Metode Praktikum
3.2 Alat dan Bahan

BAB 4 Pengolahan dan Analisis Data


4.1 Rekap Data Hasil Pengukuran
4.2 Perhitungan Energy Expenditure (beban ringan dan beban berat)
4.3 Grafik Denyut Jantung terhadap Waktu (beban ringan dan beban berat)
4.4 Perhitungan Cardiovascular Load = %CVL (beban ringan dan beban berat)
4.5 Perhitungan Konsumsi Energi (beban ringan dan beban berat)
4.6 Perhitungan Waktu Istirahat (beban ringan dan beban berat)

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 47


MODUL 04
LINGKUNGAN FISIK KERJA

A. Keyword : Beban Kerja Mental, Display, Lingkungan Kerja Fisik


“Lingkungan fisik kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang
berpengaruh dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya
penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik, dan lain-lain.”

B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan memahami pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap performansi
kerja.
2. Praktikan mengukur nilai ambas batas masing-masing faktor lingkungan fisik
kerja, dan
3. Mampu mencari kombinasi faktor lingkungan fisik kerja yang paling ideal untuk
suatu jenis pekerjaan.

C. Alat dan Bahan


1. Ruang Iklim
2. Sound level meter
3. Lux meter
4. Termometer ruangan
5. Higrometer
6. Stopwatch
7. Speaker
8. Meja dan Kursi
9. Spidol
10. Lembar Tes Bourdon Wiersma

D. Teori Dasar
1. Lingkungan Fisik Kerja
Lingkungan fisik kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang
berpengaruh dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya
penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik, dan lain-lain
(Nawawi, 2001). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi fisik
lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja
seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia (Wignjosoebroto,
1995).

Suasana lingkungan kerja yang menyenangkan akan dapat mempengaruhi


karyawan dalam pekerjaannya. Bekerja dalam lingkungan kerja yang

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 48


menyenangkan merupakan harapan sekaligus impian dari setiap pekerja. Menurut
Nitisemito (2000), lingkungan kerja dapat berpengaruh terhadap pekerjaan yang
dilakukan oleh para pegawai sehingga setiap organisasi atau perusahaan harus
mengusahakan agar lingkungan kerja dimana pegawai berada selalu dalam kondisi
yang baik.

Beberapa hal yang mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:


a. Temperatur
Dalam kondisi normal, setiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur
yang berbeda-beda. Pada dasarnya suhu anggota tubuh manusia konstan
dengan sedikit fluktuasi di sekitar 37°C. Suhu tersebut terdapat di bagian
dalam dari otak, jantung, dan organ dalam tubuh (suhu inti = core
temperature). Suhu inti yang konstan diperlukan agar alat-alat tersebut dapat
berfungsi dengan normal, sedangkan perubahan yang signifikan tidak baik
karena tidak kompatibel dengan kehidupan dari makhluk yang berdarah
panas.

Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan


pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut:
- ± 49°C: Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh diatas
tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30°C: aktivitas mental
dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat
kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
- ± 30°C: Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung
untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik.
- ± 24°C: Kondisi optimum
- ± 10°C: Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul

b. Kelembaban
Kelembaban adalah ukuran banyaknya kadar air yang terkandung dalam
udara. Kelembaban biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Keseimbangan tersebut akan memenuhi rumus:

M+R+C-E=0

Dimana:
M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme
R = perubahan panas karena radiasi
C = perubahan panas karena konveksi
E = hilangnya tenaga akibat penguapan

Semakin tinggi dan lembab lingkungan kerja, maka akan semakin banyak juga
oksigen yang diperlukan untuk metabolisme dan semakin cepat juga
peredaran darah dalam tubuh kita sehingga denyut jantung akan semakin
cepat. Hal ini mengakibatkan pengurangan energi yang sangat besar pada
tubuh manusia sehingga pekerja akan cepat lelah.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 49


c. Sirkulasi Udara
Udara sekitar kita mengandung 21% O2 ; 78% N; 0,03 % CO2; dan 0,97 % gas
lainnya. Oksigen merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup
terutama untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses
metabolisme.

Pada kenyataannya dalam industri besar seperti di pabrik-pabrik, udara yang


terhirup akan terkontaminasi dengan debu atau kontaminan-kontaminan lain.
Kontaminan tersebut diakibatkan proses produksi dan panas. Seperti dalam
tempat-tempat solder dan pengelasan pada industri elektronik, tempat-
tempat pengerjaan kayu atau penggergajian, tempat dimana bahan beracun
dikerjakan dan lain sebagainya.

Karena itu dalam bekerja diperlukan sirkulasi udara yang baik untuk suatu
kontaminan sampai batas yang tidak membahayakan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja. Sirkulasi udara dapat direkayasa dengan menggunakan
sistem pengeluaran udara (exhaust system) dan pemasukan udara (supply
system) dengan menggunakan fan.

d. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek sangat jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang
suram mengakibatkan mata pekerja cepat lelah karena mata berusaha untuk
melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental. Terlebih
lagi, keadaan tersebut dapat menimbulkan kerusakan mata karena dapat
menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan sangat
jelas ditentukan oleh: ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan
sekelilingnya, luminansi, dan lamanya melihat.

Langkah penentuan tingkat pencahayaan yang sesuai adalah:


- Menentukan tingkat iluminasi ideal. Nilai-nilai ini telah dibakukan dalam
berbagai literature
- Menghitung tingkat penerangan yang diamati dengan menggunakan lux
meter
- Melakukan analisis untuk membandingkan kondisi aktual penerangan
terhadap harga iluminasi ideal yang telah baku agar dapat menentukan
teknik yang cocok untuk memperbaiki kondisi yang ada.

CIE (Commission International de l’Eclairage) dan IES (Illuminating Engineers


Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan
untuk berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang direkomendasikan tersebut telah
dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan
pencahayaan.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 50


Tabel 4.1. Tingkat Pencahayaan

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 51


e. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki yang dihasilkan oleh suatu
objek (dari luar maupun dari dalam sistem kerja). Ada tiga aspek yang
menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan
terhadap manusia:
- Lama bunyi
- Intensitas bunyi
- Frekuensi bunyi
Pengaruh utama kebisingan terhadap kesehatan adalah kerusakan indera-
indera pendengaran yang menyebabkan ketulian progresif terutama untuk
kebisingan yang bernada tinggi, terputus-putus atau yang datang secara tiba-
tiba.
Suara atau bunyi ini diukur dengan satuan yang disebut desibel. Satuan desibel
diukur dari 0 hingga 140, atau bunyi terlemah yang manusia masih bisa
mendengar hingga tingkat bunyi yang dapat menyebabkan kerusakan
permanen pada telinga manusia. Kata desibel biasa disingkat “dB” dan
mempunyai 3 skala : A, B, dan C. Skala yang terdekat dengan pendengaran
manusia adalah skala A atau “dBA”. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan
alat sound level meter.
Menurut Utami dan Soemarno (2009), skala tingkat kebisingan yang dibedakan
dari kriteria pendengaran manusia dapat dilihat pada tabel.

Tabel 4.2 Skala Intensitas Bunyi

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 52


f. Getaran Mekanis
Getaran adalah gerakan yang teratur dari benda atau media dengan arah
bolak-balik dari kedudukan keseimbangan. Getaran terjadi saat mesin atau alat
dijalankan dengan motor sehingga pengaruhnya bersifat mekanis. Alat untuk
mengukur getaran dinamakan vibrasi meter.
Gangguan yang disebabkan getaran mekanis:
- Mempengaruhi konsentrasi bekerja
- Mempercepat datangnya kelelahan
- Dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti gangguan mata, saraf,
peredaran darah, dan lain-lain

g. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,
apalagi kalau bau tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu
konsentrasi bekerja. Bau-bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi
kepekaan penciuman. Contoh bau di industri, misalnya bau asap pembakaran
batubara, bau limbah industri yang menyengat, dan sebagainya.

Suhu dan kelembaban merupakan dua faktor yang mempengaruhi kepekaan


penciuman, oleh karena itu pemakaian AC atau sirkulasi udara yang tepat
merupakan salah satu cara yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-
bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

h. Warna
Warna dari ruangan bekerja sangat berpengaruh terhadap kemampuan mata
untuk melihat objek selain itu juga warna ruangan memberikan dampak
psikologis bagi para pekerja.

2. Beban Kerja Mental


Selain beban kerja fisik, beban kerja yang bersifat mental harus pula dinilai. Namun
demikian penilaian beban kerja mental tidaklah semudah menilai beban kerja fisik.
Pekerjaan yang bersifat mental sulit diukur melalui perubahan fungsi faal tubuh.
Secara fisiologis, aktivitas mental terlihat sebagai suatu jenis pekerjaan yang ringan
sehingga kebutuhan kalori untuk aktivitas mental jelas lebih berat. Padahal secara
moral dan tanggung jawab, aktivitas mental jelas lebih berat dibandingkan dengan
aktivitas fisik karena lebih melibatkan kerja otak (white-collar) dari pada kerja otot
(blue-collar).

Sekarang ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor,
supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab
yang lebih besar, pekerjaa di bidang teknik informasi, pekerja dengan menggunakan
teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat
monotoni, dan lain-lain. Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan
selalu melibatkan unsur persepsi, interprestasi dan proses mental dari suatu

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 53


informasi yang diterima oleh organ sensoris untuk keputusan atau proses
mengingat informasi yang lampau. Yang menjadi masalah pada manusia adalah
kemampuan untuk memanggil kembali atau mengingat informasi yang disimpan.
Proses mengingat kembali ini untuk sebagian besar orang adalah sebuah masalah
terlebih bagi orang tua. Seperti kita tahu bahwa orang tua kebanyakan mengalami
penurunan daya ingat.

Evaluasi beban kerja mental merupakan poin penting didalam penelitian dan
pengembangan hubungan antara manusia-mesin, mencari tingkat kenyamanan,
kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di tempat kerja. Dengan
maksud untuk menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, efisiensi, dan
produktivitas jangka panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan
tugas sehingga pekerja tidak mengalami overstress maupun understress pada
pekerjaannya.

Selanjutnya di bawah ini akan dibahas tentang berbagai metode pengukuran beban
kerja mental. Secara umum, Mesakhti, Hancock, & Rahimi (1992) mengelompokan
metode pengukuran beban kerja mental menjadi tiga (3) kategori yaitu:
1. Metode pengukuran secara subjektif (subjective method);
2. Metode pengukuran secara fisiologis atau biomekanis (phsyological and
biomechanical method);
3. Metode pengukuran berdasarkan performansi (performance-based).

Pengukuran beban kerja mental dengan metode pengukuran subjektif lebih


didasarkan pada persepsi subjektif responden atau pekerja yang diukur.

3. Test Bourdon Wiersma


Metode penilaian terhadap tingkat kecepatan, ketelitian, maupun konstansi kerja
dengan “Bourdon Wiersma Test”. Test Bourdon Wiersma ini merupakan yang
sederhana untuk mengetahui tingkat pembebanan secara mental pada pekerjaan
yang memerlukan kecepatan, ketelitian dan konstansi yang tinggi maupun untuk
pekerjaan yang bersifat monotoni.

o Cara pengukuran Test Bourdon Wiersma. Responden diminta untuk mencoret


kelompok 4 (empat titik) pada formulir (gambar 4.1) dan perlu dijelaskan kepada
setiap responden bahwa:
- Baris demi baris harus dikerjakan secara berurutan dari kiri ke kanan.
- Responden diajurkan untuk mengerjakan dengan teliti dan cepat serta
mencoret semua kelompok 4 titik pada semua baris.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 54


o Cara pencatatan Waktu. Pencatatan waktu dilakukan sendiri oleh pengukur
dengan metode pencatatan sebagai berikut:
- Gunakan formulir pencatat waktu seperti pada tabel 4.3
- Tempatkan stopwatch pada batas pandang mata pengukur
- Pencatatan waktu dilakukan per baris secara kumulatif
- Waktu dicatat dalam satuan detik atau menit.

o Cara Penilaian. Setelah dilakukan pengukuran pada semua responden,


selanjutnya harus dilakukan penilaian untuk parameter Kecepatan, Ketelitian
dan Konstansi sebagai berikut:
- Kecepatan: adalah waktu rata-rata 25 baris kelompok titik-titik yang dihitung
mulai baris ke-3 sampai baris ke-27, seperti formulir pada tabel 4.4
- Ketelitian: adalah jumlah kesalahan yang dihitung dari banyaknya kelompok 4
titik yang dilompati atau yang dicoret bukan kelompok 4 titik.
- Konstansi: adalah perbandingan atau rasio antara jumlah kuadrat dari deviasi
dan waktu rata-rata (cara penilaian seperti tabel 4.5). Dengan asumsi bahwa
semakin kecil perbedaan maka akan semakin konstansi pekerjaan semakin
tinggi atau sebaliknya.

o Interprestasi Hasil Kuantitatif. Dari hasil penilaian kecepatan, ketelitian dan


konstansi dari test Bourdon Wiersma maka hasilnya dapat diinterprestasikan
sesuai standar (tabel 4.6) untuk menentukan kategori risiko.

Tabel 4.6 Standar Penilaian dan Ketegori untuk Parameter Kecepatan, Ketelitian,
dan Konstansi dengan Test Bourdon Wiersma

Kecepatan Ketelitian Konstansi Nilai Weighted Kategori


Score (WS)
- 0 - - 15 – 20 -
0 - 9,6” 1 0 - 1,9 9 14 B
9,7 - 10,4” 2 2,0 - 2,6 8,5 13 CB
10,5 - 11,1” 3 2,7 – 3,2 8 12 CB
11,2 – 11,8” 4-5 3,3 – 3,8 7,5 11 C
11,9 – 12,6” 6-7 3,9 – 4,5 7 11,5 C
12,7 – 13,5” 8-9 4,6 – 5,4 6,5 10 C
13,6 – 14,6” 10-12 5,5 – 6,7 6 9 C
14-7 – 16,0” 13-16 6,8 – 8,6 5,5 8 R
16,1 – 17,8” 17-22 8,7 – 11,3 5 7,5 R
17,9 – 20,0” 23-31 11,4 – 15,0 4,5 7 R
20,1 – 22,6” 32-43 15,1 – 20,1 4 6,5 K
22,7 – 25,4” 44-58 20,2 – 25,9 3,5 6 K
> 25,5” > 59 > 26 3 5,5 K
- - - 0-2 0-5 K
(Sumber: Tarwaka, 2015)

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 55


Keterangan:
o Interprestasi didasarkan pada skala penilaian antara 0 s/d 9
o Norma standar penilaian adalah “Weighted Score” (WS)
o B = Baik
o CB = Cukup Baik
o C = Cukup
o R = Ragu-ragu
o K = Kurang

E. Prosedur Praktikum
a. Masing-masing kelompok menunjuk 2 orang anggotanya untuk berperan
sebagai berikut:
- 1 orang sebagai operator yang akan di ukur beban kerja mentalnya dengan
kondisi lingkungan fisik kerja tertentu
- 1 orang sebagai pemegang timer sekaligus pencatat waktu
b. Setting ruang iklim dengan 2 kondisi, dengan perlakukan sebagai berikut:
- Kondisi 1 Suhu ruangan : 25oC
Pencahayaan : 300 Lux
Kebisingan : 90 dB (suara mesin)
- Kondisi 2 Suhu ruangan : 25oC
Pencahayaan : 300 Lux
Kebisingan : 60 dB
c. Operator melakukan pekerjaan sejenis (Pengukuran Beban Mental dengan
“Bourdon Wiersma Test”. untuk masing-masing kondisi lingkungan fisik kerja
diatas.
d. Catat waktu nya pada lembar pengamatan (tabel 4.3)
e. Hitung kecepatan kerja rata-rata sesuai tabel 4.4
f. Hitung konstansi sesuai tabel 4.5
g. Interprestasikan hasil perhitungan diatas sesuai tabel 4.6 untuk menentukan
kategori risiko.

F. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
3. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 56


4. Iridiastadi & Yassierli (2015), Ergonomi Suatu Pengantar, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
5. Sugiono, dkk. (2018), Ergonomi untuk Pemula, Prinsip Dasar dan Aplikasinya, Penerbit
UB Press, Malang
6. Tarwaka (2015), Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Penerbit Harapan Press, Surakarta.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 57


Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 58
Tabel 4.3 Formulir Pencatat Waktu Test Boundon Wiersma

Baris ke- Waktu Kumulatif Waktu per Baris


1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 59


Tabel 4.4 Formulir untuk Menghitung Kecepatan
Baris Tiap Frekuensi fx
Baris (x) (f)

Jumlah (n)

KECEPATAN (Waktu Rata-rata) = ⨍ fx/n

Tabel 4.5 Formulir untuk Menghitung Konstansi


x f fx X fX fX2

Jumlah

Keterangan:
x = waktu tiap baris
f = frekuensi
fx = waktu tiap baris kali frekuensi
X = deviasi atau selisih antara waktu tiap baris (x) dengan waktu
rata-rata (fx/n)
fX = frekuensi kali deviasi
fX 2 = fX kali deviasi (X)

KONSTANSI = ⨍ fX2/(fx/n)

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 60


FORMAT LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 4
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Tujuan Praktikum
1.4 Manfaat Praktikum

BAB 2 Landasan Teori


2.1 Definisi Lingkungan Fisik Kerja
2.2 Faktor-Faktor Lingkungan Fisik Kerja
2.3 Beban Kerja Mental

BAB 3 Metodologi Praktikum


3.1 Metode Praktikum
3.2 Alat dan Bahan

BAB 4 Pengolahan dan Analisis Data


4.1 Rekap Data Hasil Tes Bourdon Wiersma kondisi 1, 2, 3, dan 4
4.2 Perhitungan Kecepatan Kerja kondisi 1, 2, 3 dan 4
4.3 Perhitungan Konstansi kondisi 1, 2, 3 dan 4
4.4 Interprestasi Hasil Kuantitatif kondisi 1, 2, 3 dan 4
4.5 Analisis Pengaruh Lingkungan Fisik Kerja terhadap Bekerja Mental

BAB 5 Kesimpulan dan Saran

Daftar Pustaka

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 61


PENUTUP

Praktikum Ergonomi ini merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh
mahasiswa Teknik Industri dan merupakan keahlian inti yang dimiliki oleh seorang
Sarjana Teknik Industri. Melalui Praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
menganalisis dan memperbaiki sistem kerja yang ada sehingga menjadi lebih efektif,
efisien, dan produktif.

Agar maksud dan tujuan Praktikum Ergonomi dapat tercapai dengan baik, diharapkan
kepada segenap praktikan agar memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh
asisten/instruktur selama pelaksanaan praktikum berlangsung. Selain itu juga diharapkan
agar praktikan tidak segan-segan menyampaikan pertanyaan kepada asisten/instruktur
apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti mengenai materi praktikum yang dilaksanakan.
Ingatlah selalu pepatah yang berbunyi “Malu bertanya sesat dijalan”.

Akhir kata, semoga panduan praktikum ini dapat menjadi arahan dan pegangan bagi
seluruh praktikan selama melaksanakan kegiatan Praktikum Ergonomi. Selamat
melaksanakan praktikum dengan sebaik-baiknya dan semoga mendapatkan hasil yang
terbaik. Amin.

Modul Praktikum Ergonomi – Teknik Industri UBP Karawang Page 62

Anda mungkin juga menyukai