ERGONOMI
Disusun Oleh :
Nana Rahdiana, ST., MT.
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum
Mata Kuliah Ergonomi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terima kasih atas bantuan dari pihak-pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Modul Praktikum ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa Program Studi Teknik Industri dalam
pelaksanaan Praktikum Ergonomi, pada Semester Genap Tahun Akademik Tahun 2021/2022.
Harapan kami semoga Panduan Praktikum ini dapat membantu Asisten Laboratorium dan
Mahasiswa lebih efektif dalam melaksanakan praktikum.
Kami menyadari karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami bahwa modul ini
masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari semua pihak untuk perbaikan penyusunan modul praktikum pada masa-masa
mendatang.
Semoga Modul Praktikum Ergonomi ini berguna bagi segenap pihak yang membutuhkan. Aamiin.
a. Prayarat Praktikum
Persyaratan yang harus dipenuhi oleh mahasiswa yang akan mengikuti praktikum Ergonomi
adalah sebagai berikut:
1. Sudah mengikuti mata kuliah Pengantar Teknik Industri (PTI), Statistika Industri I, dan
Analisis Perancangan Kerja (Time and Motion Study).
2. Sedang mengambil mata kuliah Ergonomi, yang dibuktikan dengan Kartu Studi Tetap (KST)
mahasiswa yang bersangkutan.
3. Mendaftar ulang dan membentuk kelompok praktikum sesuai dengan ketentuan.
4. Setiap praktikan wajib mengikuti seluruh rangkaian praktikum sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan.
d. Seminar
Pada akhir praktikum akan dilaksanakan ujian akhir berupa presentasi materi ujian lisan, yang
disebut Seminar Praktikum. Seminar hanya boleh diikuti oleh kelompok-kelompok yang
memenuhi persyaratan dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk
kelompok yang tidak memenuhi syarat artinya nilai seminar adalah nol.
e. Sistem Penilaian
Komposisi penilaian terdiri atas :
- Tugas Pendahuluan : 10 %
- Kehadiran dan Assistensi : 20 %
- Laporan Praktikum : 40 %
- Seminar Praktikum : 30 %
Ergonomi atau ergonomics berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergo yang berarti kerja dan
Nomos yang berarti hukum. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa,
sementara di Amerika disiplin ilmu ini lebih dikenal dengan istilah Human Factors Engineering atau
Human Engineering.
Ergonomi (Sritomo Wignjosoebroto, 2000) adalah disiplin ilmu yang mempelajari manusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya, atau ergonomi juga dapat diartikan sebagai suatu ilmu
tentang manusia dalam usahanya untuk meningkatkan kenyamanan di lingkungan kerjanya, yaitu
dengan memperhatikan sifat, kemampuan serta keterbatasan manusia untuk merancang sistem
kerja.
Ergonomi (Yassierli, 2017) adalah suatu cabang ilmu yang memanfaatkan informasi-
informasi mengenai sifat, kemampuan dan keterbatasan manusia dalam rangka membuat sistem
kerja yang EASNE (Efektif, Aman, Sehat, Nyaman dan Efisien). Ergonomi dan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya mengarah kepada
tujuan yang sama yakni peningkatan kualitas kehidupan kerja (quality of working life).
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penerapan ilmu ergonomi. Tujuan-tujuan
dari penerapan ergonomi adalah sebagai berikut (Yassierli, 2017):
1. Keselamatan kerja
- Mencegah kelelahan yang berlebihan
- Mencegah human error dan kecelakaan kerja
2. Kesehatan kerja
- Mencegah sakit akibat kerja (gangguan otot-rangka)
3. Produktivitas
- Membuat kerja lebih mudah & efisien
- Meningkatkan motivasi dan moral kerja
Pada prakteknya, dalam mengevaluasi suatu sistem kerja secara ergonomi, delapan bidang
kajian tersebut digunakan secara sinergis sehingga didapatkan suatu solusi yang optimal, sehingga
seluruh bidang kajian ergonomi adalah suatu sistem terintegrasi yang semata-mata ditujukan untuk
perbaikan kondisi manusia pekerjanya.
A. Keyword : Antropometri
“Antropometri adalah ilmu yang mempelajari pengukuran dimensi tubuh manusia (ukuran,
berat, volume, dan lain-lain) dan karakteristik khusus dari tubuh seperti ruang gerak. Data
antropometri digunakan untuk berbagai keperluan, seperti perancangan stasiun kerja, fasilitas
kerja, dan desain produk agar diperoleh ukuran-ukuran yang sesuai dan layak dengan dimensi
anggota tubuh manusia yang akan menggunakannya.”
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengetahui dan memahami tata cara pengukuran data antropometri
2. Praktikan mampu memahami konsep perancangan dengan menggunakan data
antropometri.
3. Praktikan dapat melakukan pengolahan data antropometri dengan menggunakan Software
Microsoft Excel dan SPSS
4. Praktikan mampu melakukan perancangan, menilai serta memperbaiki suatu sistem
kerja/produk sesuai prinsip ergonomi.
Dalam penerapannya, kedua antropometri ini tidak dibedakan. Hasil pengukuran baik pada
keadaan statis atau dinamis secara umum disebut data antropometri.
Untuk perhitungan data antropometri dapat menerapkan distribusi normal. Dalam statistik,
besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal, sebagai
berikut:
F. Prosedur Praktikum
Lakukan pengukuran berbagai variabel dimensi tubuh praktikan secara bergiliran, sesuai
dengan petunjuk asisten dan pedoman pengukuran data antropometri yang disesuaikan
dengan panduan survey data antropometri Indonesia (http://antropometriindonesia.org/) format
terlampir (lembar pengamatan 1).
Setelah data pengukuran lengkap, maka setiap kelompok wajib memasukan data antropometri
ke dalam file komputer.
Nama : ...........................................................................................................
NIM : ...........................................................................................................
Usia : ...........................................................................................................
Berat Badan : ...........................................................................................................
Jenis Kelamin : ...........................................................................................................
Suku Bangsa : ...........................................................................................................
Pekerjaan : ...........................................................................................................
Hasil
Kode Dimensi Tubuh Definisi Pengukuran
(mm)
D1 Tinggi tubuh Jarak vertikal dari lantai ke bagian paling atas
kepala
D2 Tinggi mata Jarak vertikal dari lantai ke bagian luar sudut mata
kanan
D3 Tinggi bahu Jarak vertikal dari lantai ke bagian atas bahu kanan,
(acromion) atau ujung tulang bahu kanan.
D4 Tinggi siku Jarak vertikal dari lantai ke titik terbawah di sudut
siku bagian kanan.
D5 Tinggi pinggul Jarak vertikal dari lantai ke bagian pinggul kanan.
D6 Tinggi tulang ruas arak vertikal dari lantai ke bagian tulang ruas/buku
jari tangan kanan (metacarpals).
D7 Tinggi ujung jari Jarak vertikal dari lantai ke ujung jari tengah tangan
kanan (dactylion).
D8 Tinggi dalam posisi Jarak vertical dari alas duduk ke bagian paling atas
duduk kepala.
D9 Tinggi mata dalam Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian luar sudut
posisi duduk mata kanan
D10 Tinggi bahu dalam Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian atas bahu
posisi duduk kanan.
D11 Tinggi siku dalam Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian bawah
posisi duduk lengan bawah tangan kanan
D12 Tebal paha Jarak vertikal dari alas duduk ke bagian paling atas
dari paha kanan
D13 Panjang lutut Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian depan lulut kaki kanan.
D14 Panjang popliteal Jarak horizontal dari bagian belakang pantat
(pinggul) ke bagian belakang lutut kanan.
D15 Tinggi lutut Jarak vertikal dari lantai ke tempurung lutut kanan.
D16 Tinggi popliteal Jarak vertikal dari lantai ke sudut popliteal yang
terletak di bawah paha, tepat di bagian belakang
lutut kaki kanan.
D17 Lebar sisi bahu Jarak horizontal antara sisi paling luar bahu kiri dan
sisi paling luar bahu kanan.
D18 Lebar bahu bagian atas Jarak horizontal antara bahu atas kanan dan bahu
atas kiri.
D32 Panjang rentangan Jarak maksimum ujung jari tengah tangan kanan ke
tangan ke samping ujung jari tengah tangan kiri.
D33 Panjang rentangan siku Jarak yang diukur dari ujung siku tangan kanan ke
ujung siku tangan kiri.
D34 Tinggi genggaman Jarak vertikal dari lantai ke pusat batang silinder
tangan ke atas dalam (centre of a cylindrical rod) yang digenggam oleh
posisi berdiri telapak tangan kanan.
D35 Tinggi genggaman ke Jarak vertikal dari alas duduk ke pusat batang
atas dalam posisi silinder.
duduk
D36 Panjang genggaman Jarak yang diukur dari bagian belakang bahu kanan
tangan ke depan (tulang belikat) ke pusat batang silinder yang
digenggam oleh telapak tangan kanan.
Data Antropometri
No
D13 D14 D15 D16 D17 D18 D19 D20 D21 D22 D23 D24 D25 D26 D27 D28 D29 D30 D31 D32 D34 D35 D36
1
C
B
E
D
Catatan:
Dimensi Antroopometri yang dipakai bisa menyesuaiakan tergantu ide masing-masing kelompok
Kesimpulan:
N’ < N : Data cukup
N’ > N : Data tidak cukup
Jumlah
Xi = Nilai Tengah
Hipotesa :
Ho : Hasil pengukuran mengikuti distribusi normal
H1 : Hipotesa menolak Ho
Jumlah
Mencari luas daerah dibawah kurva normal dengan melihat tabel distribusi normal
dk = K-1 = 5-1 = 4
k\n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 ̅
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Daftar Pustaka
A. Keyword : Biomekanika
“Biomekanika adalah disiplin sumber ilmu yang mengintegrasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi gerakan manusia, yang diambil dari pengetahuan dasar fisika, matematika,
kimia, fisiologi, anatomi dan konsep rekayasa untuk menganalisa gaya yang terjadi pada
tubuh.”
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mampu memahami konsep biomekanika dalam proses perancangan dan
perbaikan sistem kerja
2. Praktikan dapat memahami keterbatasan manusia pada beban kerja yang dibebankan
pada manusia.
3. Praktikan mampu untuk menggunakan konsep RULA dan REBA dalam mendeteksi postur
kerja atau faktor resiko dalam suatu pekerjaan
4. Mampu menggunakan konsep dan teknik RWL (Recommended Weight Limit) dalam
merancang gerakan-gerakan perpindahan alat dan benda kerja.
5. Mampu memberikan rekomendasi beban benda yang seharusnya dapat diangkat oleh
operator
D. Teori Dasar
I. Biomekanika
Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan–
gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika,
antropometri, dan dasar ilmu kedokteran (biologi dan fisiologi). Menurut Frankel dan
Nordin (1980), biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan
gerakan pada berbagai macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh
pada aktivitas sehari-hari. Menurut Caffin dan Anderson (1984), occupacional
biomechanics adalah ilmu yang mempelajari hubungan antar pekerja dan peralatannya,
Metode OWAS memberikan kode sikap kerja pada punggung, tangan, kaki, dan berat
beban. Metode ini cepat dalam mengidentifikasi postur kerja yang berpontensi
menimbulkan kecelakaan.
Penilaian postur kerja dengan metode OWAS dilakukan dengan melakukan pengamatan
secara langsung terhadap pekerja yang sedang bekerja. Pengamatan dilakukan untuk
mengambil data postur kerja, beban/tenaga, dan fase kerja. Pengamatan dilakukan
dengan cara merekam aktivitas pekerja dengan menggunakan kamera/video. Langkah
Karhu, dkk. (1981), mengelompokkan postur kerja dan kombinasi beban ke dalam empat
kategori tindakan, sebagai berikut:
RULA merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input metode ini
adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung, dan leher), beban
yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan. Metode ini
menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti risiko pada pekerjaan
yang berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan
otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja
statis yang berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:
o Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
o Grup B : leher, tulang belakang dan kaki.
Metode RULA menggunakan diagram/gambar postur tubuh serta tiga tabel untuk
memberikan evaluasi paparan terhadap fakto risiko. Mcphee (1987) menyatakan bahwa
faktor risiko yang ditanyakan sebagai faktor beban eksternal (external loads factors)
adalah:
1. Jumlah gerakan
2. Kerja otot statis
3. Kekuatan atau tenaga
4. Postur-postur kerja yang digunakan
5. Waktu kerja tanpa istirahat.
REBA adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat
digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan
pergelangan tangan dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi
faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktifitas pekerja.
Penilaian dengan menggunakan REBA tidak membutuhkan waktu yang lama untuk
melengkapi dan melakukan scoring general pada daftar aktivitas yang
mengindikasikan perlu adanya pengurangan resiko yang diakibatkan postur kerja
operator (McAtamney, 2000).
Skor dari hasil kombinasi postur kerja tersebut diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori
level resiko.
Salah satu pendekatan yang paling komprehensif untuk mendesain tugas lifting adalah
dengan metode yang dikeluarkan oleh National Institute for Occupational Safety and
Health (NIOSH), yaitu sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan dan
keselamatan kerja di Amerika. Pada tahun 1991, NIOSH mengeluarkan sebuah
persamaan matematis yang dapat diterapkan untuk menghitung beban maksimum yang
boleh diangkat pekerja untuk berbagai kondisi pengangkatan (Waters, 1993). Penetapan
batas beban tersebut didasarkan pada hasil penelitian yang menggabungkan pendekatan
biomekanika, fisiologi, dan psikofisik. Batas pengangkatan tersebut dikenal dengan istilah
RWL (Recommended Weight Limit).
Terdapat enam faktor yang menentukan besaran RWL, yaitu: empat faktor yang
dipengaruhi sikap saat pengangkatan, satu faktor berkaitan dengan frekuensi
pengangkatan, dan satu faktor lagi berkaitan dengan kondisi pegangan benda yang akan
diangkat. Enam faktor tersebut sebagai faktor pengali yang menentukan RWL dengan
persamaan sebagai berikut:
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
dimana:
RWL : Batas beban yang direkomendasikan
LC : Konstanta pembebanan (load constant) = 23 kg
Nordin Body Map merupakan salah satu metode pengukuran subyektif untuk mengukur
rasa sakit otot para pekerja (Wilson & Corlett, 1995). Kuesioner Nordic Body Map
merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi yang paling sering digunakan
untuk mengetahui ketidaknyaman para pekerja karena sudah terstandarisasi dan tersusun
rapih. Pengisian kuesioner Nordic Body Map ini bertujuan untuk mengetahui bagian tubuh
dari pekerja yang terasa sakit sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan pada stasiun
kerja.
Penilaian dengan menggunakan kuesioner Nordic Body Map dapat dilakukan dengan
berbagai cara misalnya dengan menggunakan 2 jawaban yaitu “Ya” (jika adanya keluhan
atau rasa sakit pada otot skeletal) dan “Tidak” (jika tidak adanya keluhan atau rasa sakit
1. Leher
2. Bahu
3. Punggung bagian atas
4. Siku
5. Punggung bagian bawah
6. Pergelangan tangan/tangan
7. Pinggang/pantat
8. Lutut
9. Tumit/kaki
Berikut adalah pedoman sederhana yang dapat digunakan untuk menentukan klasifikasi
tingkat risiko otot skeletal (Tarwaka, 2010).
Tabel 2.4. Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu
F. Prosedur Praktikum
Lakukan 4 pengukuran biomekanik berikut:
1. Kekuatan tarik untuk 2 postur yaitu posisi membungkuk dan jongkok, dan pengukuran
kekuatan tangan kiri dan tangan kanan pada berbagai posisi sudut.
2. Studi kasus analisis postur kerja dengan metode OWAS/ RULA/ REBA
3. Studi kasus analisis beban pengangkatan (lifting) dengan metode NIOSH
4. Studi kasus analisis beban kerja (keluhan sistem otot rangka) dengan NORDIC Body Map
G. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
3. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.
4. Iridiastadi & Yassierli (2015), Ergonomi Suatu Pengantar, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
5. Sugiono, dkk. (2018), Ergonomi untuk Pemula, Prinsip Dasar dan Aplikasinya, Penerbit
UB Press, Malang
6. Tarwaka (2015), Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Penerbit Harapan Press, Surakarta.
Pengukuran Kekuatan Tarik Vs Postur Kerja, dengan menggunakan Digital Back Strength Dynamometer & Digital Grip Strength Dynamometer
Foto kegiatan
Foto kegiatan
Daftar Pustaka
A. Keyword : Fisiologi
“Fisiologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme dan cara kerja
organ, jaringan dan sel-sel organisme. Sedangkan Fisiologi kerja merupakan suatu studi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.”
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan mengerti tentang konsep fisiologi dan hubungannya dengan beban kerja.
2. Praktikan mampu mengelompokkan beban kerja fisik.
3. Praktikan mampu menghitung dan menilai beban kerja fisik baik dengan metode penilaian
langsung maupun metode penilaian tidak langsung.
4. Praktikan mampu menghitung waktu istirahat yang diperlukan.
D. Teori Dasar
1. Fisiologi
Fisiologi (ilmu faal) dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fungsi, mekanisme
dan cara kerja organ, jaringan dan sel-sel organisme. Lehmann (1995) mendefinisikan
kerja sebagai semua aktivitas yang secara sengaja dan berguna dilakukan manusia untuk
menjamin kelangsungan hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai umat manusia
secara keseluruhan. Secara umum, fisiologi kerja dibagi menjadi yaitu kerja fisik (otot) dan
kerja mental (otak).
a. Kerja fisik (otot)
Kerja fisik, yakni kerja yang membutuhkan energi fisik otot manusia sebagai sumber
tenaga.
b. Kerja mental (otak)
Kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari otak.
Pada kerja fisik, pengeluaran energi relatif lebih besar dibandingkan beban kerja mental.
Jika tingkat intensitas dari masing-masing kerja terlalu tinggi, maka akan menimbulkan
pemakaian energi yang berlebihan, sebaliknya intensitas yang terlalu rendah
Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
dideteksi melalui :
a. Konsumsi oksigen,
b. Denyut jantung,
c. Peredaran udara dalam paru-paru,
d. Temperatur tubuh,
e. Konsentrasi asam laktat dalam darah,
f. Komposisi kimia dalam darah dan air seni, atau
g. Tingkat penguapan.
Menurut Rodahl (1989), dalam melakukan pengukuran beban kerja fisik terdapat dua
macam metode, yaitu:
a. Metode pengukuran langsung yaitu dengan mengukur penggunaan energi yang
dikeluarkan (energy expenditure). Penggunaan energi pekerja dalam bekerja menjadi
faktor utama yang dapat membatasi prestasi harian atau performa kerjanya.
b. Metode pengukuran tidak langsung merupakan metode pengukuran dengan
menghitung denyut nadi selama bekerja. Peningkatan denyut nadi memiliki peran
yang sangat penting dalam peningkatan curah jantung (cardiac output) dari istirahat
sampai kerja maksimum. Peningkatan yang potential dalam denyut nadi dari istirahat
sampai kerja maksimum disebut oleh Terry J. Housh, dkk (2016) didefinisikan
sebagai Heart Rate Reserve (HR Reserve).
Berdasarkan metode pengukuran beban kerja fisik tidak langsung, maka volume oksigen
yang dibutuhkan saat melakukan kerja dapat dipakai sebagai dasar menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan selama kerja, 1 liter oksigen sama dengan 4,7-5 Kkal (McCormick,
1993). Pendapat lain mengatakan, 1 liter oksigen dikonsumsi oleh tubuh, maka tubuh akan
Resting Level
Gambar 3.1 Oxygen Debt dan Oxygen Recovery pada Proses Aktivitas Manusia
(sumber: Groover, 2010)
Di mana denyut nadi maskimum adalah (220-Usia) untuk laki-laki dan (200-Usia) untuk
wanita. Dari perhitungan %CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang
telah ditetapkan sebagai berikut:
o ≤ 30% : tidak terjadi kelelahan
o 30% - ≤ 60% : diperlukan perbaikan
o 60% - ≤ 80% : kerja dalam waktu singkat
o 80% - ≤ 100% : diperlukan tindakan segera
o > 100% : tidak diperbolehkan beraktivitas
[ ]x100%
Berdasarkan nilai persentase, beban kerja dengan nilai ukur CVS dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
o 0 - 50% : dapat diterima, tidak perlu tindakan
o 51% - 80% : moderat, diperlukan tindakan
o 81% - 120% : tinggi, tindakan diperlukan
o 121% - 150% : sangat tinggi, tindakan diperlukan dlm beberapa hari
o 151% - 180% : tidak dapat ditolerir, diperlukan tindakan segera
Astuti (1985) merumuskan hubungan antara energy expenditure dengan kecepatan denyut
jantung dilakukan perbedaan kuantitatif hubungan antara energy expenditure dengan
kecepatan denyut jantung dengan menggunakan analisis regresi. Bentuk regresi
hubungan energy expenditure dengan kecepatan denyut jantung secara umum adalah
regresi kuantitas dengan persamaan:
dimana:
KE = konsumsi energi suatu kegiatan tertentu (Kkal/menit)
Et = pengeluaran energi pada saat waktu kerja tertentu (Kkal/menit)
Ei = pengeluaran energi pada saat istirahat (Kkal/menit).
Semakin berat kerja maka semakin banyak energi yang dikeluarkan. Beberapa penelitian
fisiologi kerja menunjukan bahwa energi yang dikeluarkan untuk bekerja berbanding lurus
dengan jumlah konsumsi oksigen dan detak jantung. Lucien Brouha (1992) mendefinisikan
tabel klasifikasi beban kerja dalam reaksi fisiologis, untuk menentukan nilai beban
pekerjaan, seperti yang ditunjukkan pada tabel 3.1 dibawah ini.
Christensen (2001) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat
ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi energi, kapasitas
ventilasi paru dan suhu tubuh. Pada batas tertentu ventilasi paru, denyut jatung, dan suhu
tubuh mempunyai hubungan yang linear dengan konsumsi oksigen atau pekerjaan yang
dilakukan. Kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada metabolisme, respirasi,
suhu tubuh dan denyut jantung menurut Christensen, dapat dilihat pada tabel berikut:
Sedangkan, rata-rata waktu istirahat yang diperlukan akibat bekerja adalah dapat
ditentukan dengan memperhatikan beberapa faktor yang terlibat diantaranya: total waktu
kerja, rata-rata energi yang dikeluarkan saat kerja, dan standar beban kerja yang
dilakukan. Standar beban kerja untuk orang sehat bagi laki-laki adalah sebesar 5
Kkal/menit, dan 4 Kkal/menit untuk wanita (Groover, 2012). Rumusan waktu istirahat yang
dibutuhkan akibat kerja fisik dapat dituliskan dalam formulasi berikut:
dimana:
R = Waktu istirahat yang diperlukan (menit)
T = Total waktu yang dipergunakan untuk kerja (menit)
K = Rata-rata energy expenditure selama bekerja (Kkal/menit)
S = Standar beban kerja yang diaplikasikan (Kkal/menit)
Beban kerja fisik dan mental berlebih yang ditandai dengan nilai cardiovascular load
(%CVL) yang tinggi dan waktu istirahat (R) yang tidak cukup waktu dapat menyebabkan
kelelahan pada pekerja.
E. Prosedur Praktikum
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah mengukur kerja fisiologis pada aktivitas olahraga
dengan menggunakan ergo cycle dan running cycle. Untuk percobaan menggunakan ergo
cycle dengan 2 (dua) jenis pembebaban yaitu: ringan dan berat, dengan kecepatan constant 20
Km/jam.
E. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
3. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.
4. Iridiastadi & Yassierli (2015), Ergonomi Suatu Pengantar, Penerbit PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung.
5. Sugiono, dkk. (2018), Ergonomi untuk Pemula, Prinsip Dasar dan Aplikasinya, Penerbit
UB Press, Malang
6. Tarwaka (2015), Ergonomi Industri, Dasar-dasar Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di
Tempat Kerja, Penerbit Harapan Press, Surakarta.
Data Operator
Nama : …………………………………………………
Jenis Kelamin : …………………………………………………
Usia : …………………………………………………
Berat Badan : …………………………………………………
VO2 Max : …………………………………………………
Rekap Data
Catatan:
Menit ke 0 : Istirahat
Menit ke 1 – 10 : Bekerja (Mengayuh)
Menit ke 11-15 : Istirahat
Pengolahan Data:
1. Perhitungan Energy Expenditure (beban ringan dan beban berat)
2. Grafik Denyut Jantung terhadap Waktu (beban ringan dan beban berat)
3. Perhitungan cardiovascular load = %CVL (beban ringan dan beban berat)
4. Perhitungan Konsumsi Energi (beban ringan dan beban berat)
5. Perhitungan Waktu Istirahat (beban ringan dan beban berat)
6. Kesimpulan
Daftar Pustaka
B. Tujuan Praktikum
1. Praktikan memahami pengaruh lingkungan kerja fisik terhadap performansi
kerja.
2. Praktikan mengukur nilai ambas batas masing-masing faktor lingkungan fisik
kerja, dan
3. Mampu mencari kombinasi faktor lingkungan fisik kerja yang paling ideal untuk
suatu jenis pekerjaan.
D. Teori Dasar
1. Lingkungan Fisik Kerja
Lingkungan fisik kerja adalah segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang
berpengaruh dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya
penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik, dan lain-lain
(Nawawi, 2001). Salah satu faktor yang berasal dari luar adalah kondisi fisik
lingkungan kerja yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja
seperti temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan,
getaran mekanis, bau-bauan, warna, dan lain-lain. Hal-hal tersebut dapat
berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia (Wignjosoebroto,
1995).
b. Kelembaban
Kelembaban adalah ukuran banyaknya kadar air yang terkandung dalam
udara. Kelembaban biasanya dinyatakan dengan persentase (%).
Keseimbangan tersebut akan memenuhi rumus:
M+R+C-E=0
Dimana:
M = panas yang diperoleh dari proses metabolisme
R = perubahan panas karena radiasi
C = perubahan panas karena konveksi
E = hilangnya tenaga akibat penguapan
Semakin tinggi dan lembab lingkungan kerja, maka akan semakin banyak juga
oksigen yang diperlukan untuk metabolisme dan semakin cepat juga
peredaran darah dalam tubuh kita sehingga denyut jantung akan semakin
cepat. Hal ini mengakibatkan pengurangan energi yang sangat besar pada
tubuh manusia sehingga pekerja akan cepat lelah.
Karena itu dalam bekerja diperlukan sirkulasi udara yang baik untuk suatu
kontaminan sampai batas yang tidak membahayakan bagi keselamatan dan
kesehatan kerja. Sirkulasi udara dapat direkayasa dengan menggunakan
sistem pengeluaran udara (exhaust system) dan pemasukan udara (supply
system) dengan menggunakan fan.
d. Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat
objek sangat jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Pencahayaan yang
suram mengakibatkan mata pekerja cepat lelah karena mata berusaha untuk
melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental. Terlebih
lagi, keadaan tersebut dapat menimbulkan kerusakan mata karena dapat
menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan sangat
jelas ditentukan oleh: ukuran objek, derajat kontras diantara objek dan
sekelilingnya, luminansi, dan lamanya melihat.
g. Bau-Bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,
apalagi kalau bau tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu
konsentrasi bekerja. Bau-bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi
kepekaan penciuman. Contoh bau di industri, misalnya bau asap pembakaran
batubara, bau limbah industri yang menyengat, dan sebagainya.
h. Warna
Warna dari ruangan bekerja sangat berpengaruh terhadap kemampuan mata
untuk melihat objek selain itu juga warna ruangan memberikan dampak
psikologis bagi para pekerja.
Sekarang ini aktivitas mental lebih banyak didominasi oleh pekerja-pekerja kantor,
supervisor dan pimpinan sebagai pengambil keputusan dengan tanggung jawab
yang lebih besar, pekerjaa di bidang teknik informasi, pekerja dengan menggunakan
teknologi tinggi, pekerjaan dengan kesiapsiagaan tinggi, pekerjaan yang bersifat
monotoni, dan lain-lain. Menurut Grandjean (1993) setiap aktivitas mental akan
selalu melibatkan unsur persepsi, interprestasi dan proses mental dari suatu
Evaluasi beban kerja mental merupakan poin penting didalam penelitian dan
pengembangan hubungan antara manusia-mesin, mencari tingkat kenyamanan,
kepuasan, efisiensi dan keselamatan yang lebih baik di tempat kerja. Dengan
maksud untuk menjamin keselamatan, kesehatan, kenyamanan, efisiensi, dan
produktivitas jangka panjang bagi pekerja, maka perlu menyeimbangkan tuntutan
tugas sehingga pekerja tidak mengalami overstress maupun understress pada
pekerjaannya.
Selanjutnya di bawah ini akan dibahas tentang berbagai metode pengukuran beban
kerja mental. Secara umum, Mesakhti, Hancock, & Rahimi (1992) mengelompokan
metode pengukuran beban kerja mental menjadi tiga (3) kategori yaitu:
1. Metode pengukuran secara subjektif (subjective method);
2. Metode pengukuran secara fisiologis atau biomekanis (phsyological and
biomechanical method);
3. Metode pengukuran berdasarkan performansi (performance-based).
Tabel 4.6 Standar Penilaian dan Ketegori untuk Parameter Kecepatan, Ketelitian,
dan Konstansi dengan Test Bourdon Wiersma
E. Prosedur Praktikum
a. Masing-masing kelompok menunjuk 2 orang anggotanya untuk berperan
sebagai berikut:
- 1 orang sebagai operator yang akan di ukur beban kerja mentalnya dengan
kondisi lingkungan fisik kerja tertentu
- 1 orang sebagai pemegang timer sekaligus pencatat waktu
b. Setting ruang iklim dengan 2 kondisi, dengan perlakukan sebagai berikut:
- Kondisi 1 Suhu ruangan : 25oC
Pencahayaan : 300 Lux
Kebisingan : 90 dB (suara mesin)
- Kondisi 2 Suhu ruangan : 25oC
Pencahayaan : 300 Lux
Kebisingan : 60 dB
c. Operator melakukan pekerjaan sejenis (Pengukuran Beban Mental dengan
“Bourdon Wiersma Test”. untuk masing-masing kondisi lingkungan fisik kerja
diatas.
d. Catat waktu nya pada lembar pengamatan (tabel 4.3)
e. Hitung kecepatan kerja rata-rata sesuai tabel 4.4
f. Hitung konstansi sesuai tabel 4.5
g. Interprestasikan hasil perhitungan diatas sesuai tabel 4.6 untuk menentukan
kategori risiko.
F. Daftar Pustaka
1. Kroemer, K.H.E., et al. (1994), Ergonomics How to Design for Ease and Efficiency
Prentice Hall, New Jersey.
2. Nurmianto, Eko. (2015), Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Penerbit Guna Widya,
ITS, Surabaya
3. Rahdiana (2019), Ergonomi dan Analisis Perancangan Kerja, Bahan Ajar MK APK II
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi dan Ilmu Komputer, UBP Karawang.
Jumlah (n)
Jumlah
Keterangan:
x = waktu tiap baris
f = frekuensi
fx = waktu tiap baris kali frekuensi
X = deviasi atau selisih antara waktu tiap baris (x) dengan waktu
rata-rata (fx/n)
fX = frekuensi kali deviasi
fX 2 = fX kali deviasi (X)
KONSTANSI = ⨍ fX2/(fx/n)
Daftar Pustaka
Praktikum Ergonomi ini merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh
mahasiswa Teknik Industri dan merupakan keahlian inti yang dimiliki oleh seorang
Sarjana Teknik Industri. Melalui Praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu
menganalisis dan memperbaiki sistem kerja yang ada sehingga menjadi lebih efektif,
efisien, dan produktif.
Agar maksud dan tujuan Praktikum Ergonomi dapat tercapai dengan baik, diharapkan
kepada segenap praktikan agar memperhatikan hal-hal yang disampaikan oleh
asisten/instruktur selama pelaksanaan praktikum berlangsung. Selain itu juga diharapkan
agar praktikan tidak segan-segan menyampaikan pertanyaan kepada asisten/instruktur
apabila ada hal-hal yang tidak dimengerti mengenai materi praktikum yang dilaksanakan.
Ingatlah selalu pepatah yang berbunyi “Malu bertanya sesat dijalan”.
Akhir kata, semoga panduan praktikum ini dapat menjadi arahan dan pegangan bagi
seluruh praktikan selama melaksanakan kegiatan Praktikum Ergonomi. Selamat
melaksanakan praktikum dengan sebaik-baiknya dan semoga mendapatkan hasil yang
terbaik. Amin.