DISUSUN OLEH :
ADI WARDOYO ( 191420304 )
ALDI ARYA WISENO AJI ( 191420312 )
DICKY ASRUL CHOIRUDIN ( 191420328 )
ESA YUNITA P ( 191420333 )
M. ARFIANSYAH ( 191420376 )
RIZKY AGENG S.P ( 191420396 )
YUDHA SETYA ABDILLAH ( 191420406 )
KELOMPOK I
APPRENTICE PROGRAM PEPC
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
AKAMIGAS CEPU
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Fire and Safety PEM
Akamigas ini dapat terselesaikan. Laporan ini dimaksudkan untuk laporan
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum dan membantu memahami
berdasarkan teori mata kuliah keselamatan kerja yang telah diberikan di kelas.
Pembahasan laporan praktikum ini terdiri dari teknik pemadaman api
kecil menggunakan fire blanket dan alat pemadam api ringan (APAR). Masing –
masing pokok bahasan diuraikan dalam bentuk tutorial dan langkah kerja. Dengan
demikian, setelah melaksanakan praktikum, harapannya mahasiswa tidak saja
dapat melaksanakan teknik fire and safety tersebut, akan tetapi juga dapat
menjelaskan karakterisasi masing–masing praktik.
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat
berterimakasih apabila pembaca berkenan memberikan kritik maupun saran yang
konstruktif agar Laporan Praktikum ini semakin sempurna dan berkualitas.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Praktikum ini dapat
bermanfaat dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membantu
mahasiswa dalam penyampaian laporan praktikum.
(Penyusun)
i
DAFTAR ISI
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 SASARAN
- Memiliki dasar ilmu yang kuat dalam bidang Fire and Safety;
- Mampu mengembangkan ilmu-ilmu Fire and Safety di bidang
masing – masing program studi melalui peningkatan kompetensi di
laboratorium;
- Memiliki semangat dan motivasi untuk senantiasa menyesuaikan
diri sesuai dengan perkembangan teknologi, khususnya di Fire and
Safety.
3
1.3 PERAATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM
4
- Bila praktikan setelah melaksanakan ujian belum mendapatkan nilai
yang cukup, maka instruktur/asisten laboratorium berhak
memberikan tugas tambahan berupa laporan pribadi atau tugas
tambahan lainnya yang setara;
- Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum harus meminta ijin
secara tertulis dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan .
(Selain karena sakit, praktikan hanya diperbolehkan ijin maksimal 2
kali);
- Kegiatan praktikum yang tidak dapat terlaksana sesuai jadwal, dapat
dilaksanakan pada waktu yang lain dengan persetujuan
pembimbing;
- Praktikan yang melanggar Tata Tertib Praktikum ini akan dilakukan
tindakan berupa : teguran ringan, teguran keras dan tidak
diperbolehkan mengikuti praktikumHal-hal yang belum diatur
dalam Tata Tertib Praktikum ini akan di atur kemudian.
5
1.3.3 HAK MAHASISWA
- Mendapatkan modul praktikum;
- Melakukan praktikum sesuai jadwal dan modul;
- Mendapatkan pengarahan mengenai materi yang akan dipraktikkan;
1.4 TUJUAN
1.5 MANFAAT
6
BAB 2
DASAR TEORI
7
1. APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
2. APAR diletakkan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working
......order).
3. Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan
…alat pemadam api ringan (APAR).
4. Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu menggunakan
…APAR tersebut (NFC 10 – 1981, hal. 10 – 29).
8
dengan syarat jarak antara dasar alar pemadam api ringan tidak kurang 15
cm dari permukaan lantai.
Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat
dimana suhu melebihi 49 derajat C atau turun samai minus 44 derajat C
kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus unutuk
suhu diluar batas tersebut di atas.
Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman.
1) Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat selain logam
yangkebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, misalnya kertas, kayu,
plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Kebakaran kelas A ini adalah akibat panas
yan g datang dari luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas
dan gas inilah yang terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan
selanjutnya mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang
terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak
mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.
2) Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa
cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Di
atas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar. Pada
bahan cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan
9
menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan
api ke tempat lain.
3) Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya
kelas C ini tidak lain dari kebakarn kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
aliran listrik.
Apabila aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam
yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan
kebakaran dari aliran listrik.
4) Kelas D
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang berupa benda logam,
seperti magnesium, Natrium ( sodium ), calsium, kalium (potasium) dan lain-lain.
10
Sodium bikarbonat (NaHCO3) terkadang orang sering menyebutnya soda
abu atau baking soda
Potasium bikarbonat (KHCO3) dalam nama perdagangannya dikenal
dengan sebutan Purple K
Untuk mencegah sifat higrokopis (menyerap air) dan mencegah
penggumpalan serta untuk memberikan daya alir yang baik, maka pada
bahan baku tersebut ditambahkan tidak diterangkan karena ini merupakan
hak patent dari perusahaan yang membuatnya.
Potasium karbonat (K2CO3) dalam nama perdagangannya dikenal dengan
nama Monex
Potasium chloride (KCl) dalam nama perdagangannya dikenal dengan
nama Super K
Potasium sulfide (K2SO4) dalam nama perdagangannya dikenal dengan
nama Karote Massiv
Media pemadam tepung kimia (dry chemical) sangat efektif pada
kebakaran bahan cairan dan pada sodium bikarbonat karena hampir tidak
mengeluarkan kerak. Jenis ini umumnya tersedia di Eropa, sedang di USA hampir
tidak ditemukan.
Pada umumnya jenis tepung kimia regular ada tambahan metallic
stearate yang dapat merusak protein foam, maka dari itu tidak bisa dirangkap
penggunaannya bersamaan dengan protein foam, kecuali sodium bikarbonat
karena mengandung silicon polymer menjadikan jenis ini dapat digunakan
bersama dengan protein foam.
3. Tepung Khusus/Kering (dry powder)
11
(CaCl2). Dalam perdagangannya tepung khusus jenis ini dikenal dengan
sebutan Foundry Flux (Dow Chemical Co, USA), Tel (John Kerr & Co,
Inggris);
Bubuk Grafita, dengan berbagai campuran lain seperti organic
phosphate.Dalam perdagangan jenis ini dikenal dengan istilah “Lith L-X
powder (Ansul Co, AS), Metal Guard Powder (Water Kiddle Co, AS),
Pyrene G-I powder
(Chemical concentrates Co, AS)”;
Campuran dari sodium chlorida (NaCl), tri kalsium fosfat [CO3(PO4)2],
nama perdagangannya adalah Met L-X Powder (Ansul co, USA);
Campuran sodium chlorida (NaCl), ammonium fosfat [(NH4)3PO4] dan
tri kalsium fosfat [CO3(PO4)2], dalam perdagangannya dikenal dengan
sebutan pyromat powder (Pyrene, Inggris)
4. Tepung Kimia Multipurpose (dry chemical powder – DCP)
12
Media Pemadam Jenis Cair
1. Air
Air dalam pemadaman kebakaran adalah paling banyak dipergunakan,
hal ini dikarenakan air mempunyai keuntungan – keuntungan sebagai berikut :
Relatif murah, mudah didapat dalam jumlah yang besar;
Mudah didapat, diangkut, disimpan dan dialirkan;
Mudah dipompakan dalam berbagai bentuk pancaran jet, tirai (spray),
setengah tirai dan kabut (fog);
Mempunyai daya serap panas yang besar/pendinginan (cooling);
Mempunyai daya mengembang untuk menjadi uap yang besar;
Air juga memiliki keterbatasan, selain mempunyai kelebihan, air juga
mempunyai kelemahan sebagai media pemadam api, antara lain :
Penghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kebakaran instalasi listrik
yang bertegangan;
Berbahaya bagi bahan – bahan kimia yang larut dalam air atau yang
eksoterm (menghasilkan panas);
Kemungkinan dapat terjadi slopover maupun boilover bila salah dalam
pemadaman kebakaran minyak;
Tidak efektif untuk menghentikan penguapan gas dan cairan yang mudah
menyala dengan titik nyala (flash point) di bawah suhu air sehingga tidak
disarankan untuk memadamkan bahan cair yang titik nyala (flash point)
dibawah 100°F.
Media pemadam air dalam memadamkan kebakaran akan bekerja secara
fisis yaitu pendinginan (cooling), penyelimutan (smothering) dan pengenceran
(dilution).
2. Busa (Foam)
Pengertian dari media pemadam busa (foam) adalah kesatuan suatu
cairan yang stabil dan mempunyai berat jenis sangat rendah disbanding dengan air
maupun minyak yang dapat mengapung di atas permukaan zat cair dan mengalir
di atas permukaan zat padat yang berbentuk gelembung – gelembung berisi CO2
atau udara yang mengembang diatas permukaan cairan dan mudah mengalir. Busa
13
kimia maupun busa mekanik hanya efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A
dan B, yaitu kebakaran bahan bakar padat seperti kayu, kertas dan sebagainya
maupun untuk kebakaran bahan bakar cair, seperti : Minyak mentah, Gasoline,
Kerosine dan sebagainya. Prinsip pemadaman dengan media pemadam busa
(foam) berfungsi sebagai selimut yang pada dasarnya memisahkan hubungan
antara bahan bakar dengan udara, dan busa adalah salah satu media pemadam
yang berbentuk cairan dengan karakteristik :
Memegang air untuk periode yang panjang, untuk membentuk formasi
selimut
dipermukaan cairan minyak;
Mudah dan cepat mengalir di permukaan cairan minyak;
Cairan foam liquid dirubah menjadi gelembung-gelembung busa melalui
pencampuran dengan air, udara dan sedikit prosentase foam liquid,
gelembung gelembung busa ini kohesi dan akan terapung di permukaan
cairan minyak sebagai selimut dan pendingin serta mencegah flash back
ignition.
Busa berdasarkan terbentuknya digolongkan menjadi 2 golongan, yakni
busa kimia dan busa mekanik.
a) Busa kimia (chemical foam)
Proses terbentuknya busa kimia karena adanya peristiwa reaksi kimia
antara larutan Natrium Bicarbonate (NaHCO3) dengan larutan Alumunium Sulfat
[AI2(SO4)3]. Bahan baku busa kimia adalah :
Tepung tunggal (single powder),
Campuran antara tepung Natrium Bicarbonate (NaHCO3) dan
Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3] akan membentuk busa bila dicampur dengan air,
tetapi saat ini tepung tunggal (single powder) sudah tidak ditemui lagi.
Tepung dual (dual powder),
Bila tepung Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3] dan Natrium Bicarbonate
(NaHCO3) masing-masing dilarutkan dengan air secara terpisah dengan
perbandingan tertentu. Apabila kedua larutan tersebut dicampurkan akan
berbentuk busa. Isi dari gelembung-gelembung busa tersebut adalah CO2 dan
proses reaksi kimianya adalah sebagai berikut :
14
Al2(SO4)3 + 6NaHCO3 + 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 6CO2
Busa mekanik ini terjadi busa karena proses mekanik, yaitu berupa
adukan dari bahan-bahan pembuat busa yang terdiri dari cairan busa (foam
liquid/foam compound/foam concentrate), air bertekanan dan udara. Proses
pembentukan busa mekanik secara singkat busa (foam liquid) akan menjadi
larutan busa (foam solution).
Larutan busa (foam solution) kemudian ditiupkan atau dicampurkan
udara (air) pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan
hingga busa terbentuk dan menjadi busa (foam) yang siap digunakan untuk
memadamkan kebakaran. Proses untuk melaksanakan pembentukan busa
diperlukan alat-alat pembentuk busa (foam maker)
3. Media Pemadam Jenis Gas
Media pemadam jenis gas ini akan memadamkan api secara fisis, yaitu
mengencerkan oksigen pada proses pembakaran (dillution) dan pendinginan
(cooling).
Berbagai gas yang dapat dipergunakan dalam pemadaman api, namun
hanya gas asam arang (CO2) dan gas zat lemas (N2) yang banyak dipakai. Gas zat
lemas (N2) lebih banyak dipergunakan untuk mendorong tepung kimia pada
instalasi pemadam tetap atau dilarutkan dalam BCF. Gas asam arang (CO2)
langsung dipergunakan untuk pemadaman kebakaran. Gas asam arang (CO2)
dalam pemakaiannya disimpan dalam botol dalam bentuk cair dan diberi sedikit
gas dengan tekanan sekitar 1.000 – 1.200 psi ( + 80 atm) juga hanya efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas B dan C.
Kebaikan dari pada gas asam arang (CO2) adalah :
15
- expelling);
- Tidak korosi, tidak konduktif dan tanpa kadaluarsa;
- Dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama;
- Pemadaman dengan gas ini dapat mengurangi oksigen sampai dibawah
12%.
Kerugian bila media pemadam gas asam arang (CO2) adalah :
- Karena gas asam arang (CO2) disimpan dalam tabung berbentuk cairan,
sehingga
- kurang baik bila temperatur disekitarnya di bawah 00F (-180C);
- Baik digunakan untuk peralatan pada permukaan yang luas, ruang
penghuni yang
- luas, namun penghuni harus keluar ruangan bila gas asam arang (CO2)
discharge;
- Tabung APAR relatif berat dan mahal harganya karena disimpan dalam
tabung
- pemadam dengan tekanan yang tinggi 1.000 – 1.200 psi (+ 80 atm) maka
diperlukan
- tabung pemadam yang tebal, sehingga mengakibatkan dalam
pemakaiannya berat
- dan kaku;
- Pada fixed instalasi, instalasi pipanya harus tahan tekanan tinggi.
16
- Pull artinya tarik pen pengaman yang terdapat pada setiap tabung pemadam
api. Biasanya pen pengaman ini dilengkapi dengan kawat segel, untuk itu
apabila terdapat kawat segel, putuslah dahulu kawat segel tersebut sebelum
pen pengaman ditarik.
- AIM artinya arahkan nozzle dari tabung pemadam api kearah pangkal api.
Untuk jenis APAR busa mekanik arahkan pada dinding dari bak yang
keluar.
- Squeeze artinya tekan handel yang terdapat pada tabung pemadam dengan
mantap. Untuk APAR jenis baik (misalnya busa kimia) perlu perlakuan
yang khusus.
-Sweep artinya sapu atau kibaskan semprotan media pemadam yang keluar dari
tabung alat pemadam api dengan sempurna, dengan gerakan dari samping-
kesamping (side to side) sambil melangkah maju dan diwajibkan untuk
mengikuti arah angin. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa perlu
perlakuan khusus
17
BAB 3
METODOLOGI
3.1.1 ALAT
3.1.2 BAHAN
Dexlite;
Pertamax;
Korek Api;
Air.
18
bertujuanuntuk menghindari orang dari potensi benturan oleh
terlepasnya kepala tabung karena tekanan cartridge yang tinggi.
- Cabut atau tarik hose APAR dan arahkan pada posisi yang paling
aman, jangan sampai mengenai rekan kerja . khusus APAR CO2
memegangnya bukan pada hose horn-nya tetapi pada handle horn
yang terbuat dari kayu atau plastic.
- Tekan nozzle APAR dengan kuat untuk menguji apakah APAR
berfungsi atau tidak seperti, bila tidak berfungsi segera ganti APAR
yang lain (catatan : cukup hanya sekali APAR diuji saat akan
digunakan untuk pemadaman).
- Bawa APAR menuju sumber api untuk pemadaman.Lakukan
pemadaman api dengan posisi pemadaman api harus membelakangi
arah angin (diatas angin) bukan berhadapan dengan arah angin (di
bawah angin/melawan arah angin) seperti supaya tidak terjadi
pembalikan arah panas maupun semburan dari sumber api
- Berhentilah pada posisi kira-kira ± 3 m dari api bila posisi isi APAR
masih full tetapi apabila posisi isi APAR sudah mendekati habis harus
lebih dekat kira-kira ± 50 cm dari api, kemudian arahkan hose APAR
ke sumber api (Aim).
- Tekan nozzle APAR dengan kuat untuk melakukan pemadaman api
dan menyemprotkannya ke pangkal lidah api bukan ujung lidah api
(Squeeze).
- Kibaskan semprotannya ke arah kiri dan kanan secara berulang hingga
api padam (Sweep).
- Segera menghindar bila media habis namun api belum padam.
- Yakinkan bila api sudah padam dengan mengecek ke sumber api, bila
yakin api sudah padam, maka APAR disimpan kembali dengan posisi
berdiri, bila APAR sudah habis maka rebahkan APAR di tanah.
- Khusus APAR DCP catridge system bila sudah habis, balikkan posisi
tabung dan semprotlah ke atas untuk membuang sisa gas pendorong
tanpa mengikutkan bubuknya.
19
BAB 4
KESIMPULAN
20
DOKUMENTASI PRAKTIKUM
21
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Putut S.T , M.T Dkk. Modul praktikum fire and safety. 2018. PEM
…………AKAMIGAS Cepu.
Handoko, Susilo , S.T , MT. Presentasi “Apar”. 2019. PEM AKAMIGAS Cepu.
22