Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


ALAT PEMADAM API RINGAN

DISUSUN OLEH :
ADI WARDOYO ( 191420304 )
ALDI ARYA WISENO AJI ( 191420312 )
DICKY ASRUL CHOIRUDIN ( 191420328 )
ESA YUNITA P ( 191420333 )
M. ARFIANSYAH ( 191420376 )
RIZKY AGENG S.P ( 191420396 )
YUDHA SETYA ABDILLAH ( 191420406 )

KELOMPOK I
APPRENTICE PROGRAM PEPC
POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL
AKAMIGAS CEPU
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi
rahmat-Nya sehingga Modul Praktikum Laboratorium Fire and Safety PEM
Akamigas ini dapat terselesaikan. Laporan ini dimaksudkan untuk laporan
mahasiswa dalam melaksanakan praktikum dan membantu memahami
berdasarkan teori mata kuliah keselamatan kerja yang telah diberikan di kelas.
Pembahasan laporan praktikum ini terdiri dari teknik pemadaman api
kecil menggunakan fire blanket dan alat pemadam api ringan (APAR). Masing –
masing pokok bahasan diuraikan dalam bentuk tutorial dan langkah kerja. Dengan
demikian, setelah melaksanakan praktikum, harapannya mahasiswa tidak saja
dapat melaksanakan teknik fire and safety tersebut, akan tetapi juga dapat
menjelaskan karakterisasi masing–masing praktik.
Penyusun menyadari bahwa laporan praktikum ini jauh dari sempurna
dan masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, penyusun sangat
berterimakasih apabila pembaca berkenan memberikan kritik maupun saran yang
konstruktif agar Laporan Praktikum ini semakin sempurna dan berkualitas.
Akhir kata, penulis berharap agar Laporan Praktikum ini dapat
bermanfaat dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan membantu
mahasiswa dalam penyampaian laporan praktikum.

Cepu, 22 Oktober 2019

(Penyusun)

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 3
1.1 PROFIL LABORATORIUM ................................................................... 3
1.1.1 VISI LABORATORIUM ....................................................................... 3
1.1.2 MISI LABORATORIUM ....................................................................... 3
1.2 SASARAN ............................................................................................... 3
1.3 PERAATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM .......................... 4
1.3.1 PERATURAN DAN TATA TERTIB .................................................... 4
1.3.2 KEWAJIBAN MAHASISWA ............................................................... 5
1.3.3 HAK MAHASISWA .............................................................................. 6
1.4 TUJUAN .................................................................................................. 6
1.5 MANFAAT .............................................................................................. 6
BAB 2 DASAR TEORI ........................................................................................ 7
2.1 DEFINISI APAR ...................................................................................... 7
2.2 PEMASANGAN APAR........................................................................... 8
2.3 KLASIFIKASI KEBAKARAN ............................................................... 9
2.4 MEDIA PEMADAM KEBAKARAN ................................................... 10
2.5 PENGOPERASIAN APAR ................................................................... 16
BAB 3 METODOLOGI ..................................................................................... 18
3.1 ALAT DAN BAHAN ............................................................................ 18
3.1.1 ALAT .................................................................................................... 18
3.1.2 BAHAN ................................................................................................ 18
3.2 LANGKAH KERJA ............................................................................... 18
BAB 4 KESIMPULAN ...................................................................................... 20
DOKUMENTASI PRAKTIKUM ......................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 22

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 PROFIL LABORATORIUM

Laboratorium Fire and Safety digunakan sebagai pusat pembelajaran


secara praktek dan eksperimental. Mahasiswa diharapkan akan dapat menerapkan
materi kuliah secara langsung pada alat yang telah disediakan, mempelajari alat
secara langsung, melakukan pengambilan data, penelitian, dan konsultasi.

1.1.1 VISI LABORATORIUM


Menjadi pusat pembelajaran berbasis laboratorium Fire and Safety yang
mampu mendukung pembentukan professional mandiri bermutu.

1.1.2 MISI LABORATORIUM

- Melaksanakan kegiatan praktikum sebagai penerapan teori yang di


dapat selama perkuliahan;
- Memfasilitasi riset mahasiswa, dosen, riset bersama antara dosen
dan mahasiswa serta pihak luar dalam bidang Fire and Safety;
- Menjadi motor penggerak dalam program pengembangan penerapan
ilmu pengetahuan dasar bagi prodi – prodi PEM Akamigas.

1.2 SASARAN
- Memiliki dasar ilmu yang kuat dalam bidang Fire and Safety;
- Mampu mengembangkan ilmu-ilmu Fire and Safety di bidang
masing – masing program studi melalui peningkatan kompetensi di
laboratorium;
- Memiliki semangat dan motivasi untuk senantiasa menyesuaikan
diri sesuai dengan perkembangan teknologi, khususnya di Fire and
Safety.

3
1.3 PERAATURAN DAN TATA TERTIB PRAKTIKUM

1.3.1 PERATURAN DAN TATA TERTIB

- Praktikan datang 10 menit sebelum praktikum dimulai;


- Segala kegiatan yang dilakukan di Laboratorium Fire and Safety
harus sepengetahuan Kepala Laboratorium;
- Praktikan harus meletakkan tas/buku miliknya pada tempat yang
telah disediakan (rak), perhiasan, uang, HP atau barang berharga
lainnya harap dibawa/dirawat
sendiri dan kehilangan barang di laboratorium bukan tanggung
jawab petugas laboratorium;

- Rangkaian kegiatan praktikum di Laboratorium Fire and Safety


adalah Pengarahan Materi oleh Dosen, Praktikum, Asistensi,
Penyerahan Laporan dan Ujian Praktik.
- Praktikan harus berpakaian seragam praktik (coverall) dan sopan,
menggunakan safety shoes, tidak diijinkan makan dan merokok di
lingkungan Laboratorium Fire and Safety;
- Praktikan harus melakukan pengecekan kelengkapan alat-alat yang
akan dipergunakan, bila ternyata kurang lengkap segera melaporkan
pada petugas laboratorium untuk ditindak lanjuti;
- Praktikan dilarang menggunakan alat-alat praktikum di luar
kepentingan praktikum (misal : untuk main-main);
- Dilarang membawa alat percobaan keluar Laboratorium Fire and
Safety tanpa seizin dari Kepala Laboratorium;
- Praktikan harus menata kembali alat-alat yang telah selesai
digunakan dalam keadaaan bersih dan utuh (tidak rusak);
- Praktikan menata kembali tempat duduk dan meja yang telah
digunakannya sebelum meninggalkan ruangan laboratorium;
- Praktikan yang merusakkan alat harus melapor kepada petugas dan
harus memperbaiki/mengganti alat tersebut
- Praktikan harus membuat dan mengumpulkan Laporan Praktikum
setelah praktikum berakhir dengan jangka waktu tertentu;

4
- Bila praktikan setelah melaksanakan ujian belum mendapatkan nilai
yang cukup, maka instruktur/asisten laboratorium berhak
memberikan tugas tambahan berupa laporan pribadi atau tugas
tambahan lainnya yang setara;
- Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum harus meminta ijin
secara tertulis dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan .
(Selain karena sakit, praktikan hanya diperbolehkan ijin maksimal 2
kali);
- Kegiatan praktikum yang tidak dapat terlaksana sesuai jadwal, dapat
dilaksanakan pada waktu yang lain dengan persetujuan
pembimbing;
- Praktikan yang melanggar Tata Tertib Praktikum ini akan dilakukan
tindakan berupa : teguran ringan, teguran keras dan tidak
diperbolehkan mengikuti praktikumHal-hal yang belum diatur
dalam Tata Tertib Praktikum ini akan di atur kemudian.

1.3.2 KEWAJIBAN MAHASISWA

- Telah mengikuti setidaknya 85 % kuliah K3;


- Toleransi mengikuti praktikum dengan keterlambatan 15 menit dari
- jam praktikum dimulai;
- Menyelesaikan praktikum sesuai jam praktik;
- Melakukan asistensi kepada Instruktur/asisten laboratorium yang
telah ditunjuk;
- Melaporkan setiap hasil praktikum seperti format yang berlaku;
- Mengumpulkan laporan praktikum sebelum melaksanakan ujian
masing – masing mahasiswa yang berisi semua jenis praktikum
yang dilaksanakan;
- Mengikuti ujian praktikum.
- Mahasiswa diijinkan minum selama praktikum

5
1.3.3 HAK MAHASISWA
- Mendapatkan modul praktikum;
- Melakukan praktikum sesuai jadwal dan modul;
- Mendapatkan pengarahan mengenai materi yang akan dipraktikkan;

1.4 TUJUAN

Tujuan dalam praktik teknik pemadaman api kecil di laboratorium fire


ground adalah sebagai berikut :
 Meningkatkan pengetahuan yang telah diterima selama perkuliahan dan
mempraktikannya di lapangan;
 Dapat mengklasifikasikan berbagai jenis kebakaran dan media
pemadamannya;
 Mengetahui langkah – langkah melakukan penanggulangan kebakaran
dan penyelamatan korban usai kebakaran secara baik dan benar;
 Dapat melakukan strategi pemadaman api dengan benar;
 Mengetahui prosedur pemakaian peralatan dan perlengkapan fire and
safety secara baik dan benar sehingga dapat memadamkan kebakaran
dengan peralatan dan perlengkapan tersebut;
 Dapat melakukan kerjasama yang baik (team work) dalam melakukan
pemadaman kebakaran.

1.5 MANFAAT

Manfaat bagi mahasiswa dalam praktikum ini adalah dapat


memperdalam pengetahuan dan wawasan mengenai teknik pemadaman api kecil
menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran, serta dapat membandingkan antara teori yang
didapatkan di dalam kelas dengan praktik langsung di lapangan.

6
BAB 2
DASAR TEORI

2.1 DEFINISI APAR


Pemadam api ringan atau dikenal juga Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) memiliki fungsi sebagai alat untuk memadamkan api. Alat pemadam api
ringan digunakan untuk memadamkan api yang relatif kecil karena ukuran serta
kapasitas media pemadam yang terbatas.
Sebenarnya Banyak definisi tentang alat pemadam api ringan (APAR),
menurut Peraturan Menakertrans No. 04 Tahun 1980 (Per.04/Men/1980) tentang
syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan APAR dikemukakan bahwa APAR
adalah : alat ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk memadamkan api
pada mula terjadinya kebakaran. Sedangkan SNI 03 – 3987 – 1995 menyatakan
bahwa APAR adalah pemadam api yang ringan, mudah dibawa/dipindahkan dan
dilayani oleh satu orang dan alat tersebut hanya digunakan untuk memadamkan
api pada mula terjadi kebakaran pada saat api belum terlalui besar.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) atau Portable Fire Extinguisher
dibagi dalam 2 kelompok yaitu :
APAR biasa (Hand Portable Fire Extinguisher)
Mempunyai berat total tidak lebih dari 55 pound sehingga dapat diangkat
dengan mudah dan dipindahkan.
APAR beroda (Wheeled Fire Extinguisher)
Mempunyai berat lebih besar dari 55 pound sehingga perlu dilengkapi
roda untuk memindahkannya (Ansul First Aid Fire Training, 1974).
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) memiliki beberapa keterbatasan
untuk memadamkan kebakaran, baik dalam jumlah media pemadam, jarak
jangkau serta lamanya semprotan. Oleh karena itu alat pemadam api ringan
(APAR) harus digunakan secara cepat dan tepat agar tidak banyak media
pemadam yang terbuang percuma. Daya guna (effisiensi) dan hasil guna
(effektivitas) penggunaan alat pemadam api ringan (APAR) tergantung pada
beberapa faktor yaitu :

7
1. APAR cocok terhadap api yang mungkin timbul.
2. APAR diletakkan secara tepat dan dalam keadaan siap pakai (in working
......order).
3. Kebakaran ditemukan pada saat masih cukup kecil untuk dipadamkan dengan
…alat pemadam api ringan (APAR).
4. Kebakaran ditemukan oleh orang yang siap, mau dan mampu menggunakan
…APAR tersebut (NFC 10 – 1981, hal. 10 – 29).

2.2 PEMASANGAN APAR


 Setiap satu atau kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan
pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil
serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
 Pemberian tanda pemasangan tersebut harus sesuai dengan tanda untuk
menyatakan tempat alat pemadam api ringan yang dipasang pada dinding.
 Tinggi pemberian tanda pemasangan tersebut adala 125 cm dari dasar
lantai tepat diatas satu atau kelompok alat pemadam api ringan
bersangkutan.
 Penempatan alat pemadam api ringan yang satu dengan lainnya atau
kelompok satu dengan lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali
ditetapkan oleh pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
 Setiap alat pemadam api ringan harus dipasang ( ditempatkan )
menggantung pada dinding dengan penguat sengkang atau dengan
konstruksi penguat lainnyaatau ditempatkan dalam lemari atau peti ( box )
yang tidak dikunci.
 Lemari atau peti ( box ) dapat dikunci dengan syarat bagian depannya
harus diberi kaca aman dengan tebal maximum 2 mm.
 konstruksi penguat tidak boleh dikunci atau digembok atau diikat mati.
 Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca aman, harus sesuai dengan
besarnya alat pemadam api ringan yang ada dalam lemari atau peti ( box )
sehingga mudah dikeluarkan.
 Pemasangan alat pemadam api rinagn harus dipasang sedimikian rupa
sehingga bagian paling atas berada pada ketinggian 1,2 m dari permukaan
lantai, kecuali CO2 dan serbuk kering dapat ditempatkan lebih rendah

8
dengan syarat jarak antara dasar alar pemadam api ringan tidak kurang 15
cm dari permukaan lantai.
 Alat pemadam api ringan tidak boleh dipasang dalam ruangan atau tempat
dimana suhu melebihi 49 derajat C atau turun samai minus 44 derajat C
kecuali apabila alat pemadam api ringan tersebut dibuat khusus unutuk
suhu diluar batas tersebut di atas.
 Alat pemadam api ringan yang ditempatkan di alam terbuka harus
dilindungi dengan tutup pengaman.

2.3 KLASIFIKASI KEBAKARAN

Yang dimaksud dengan klasifikasi kebakaran adalah penggolongan


kebakaran berdasarkan jenis bahan bakar yang terbakar, tujuan mengenal
klasifikasi kebakaran adalah agar kita dapat dengan cepat dan tepat memilih
media pemadam yang sesuai untuk memadamkan kebakaran.
Di Indonesia menganut klasifikasi yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 04/ MEN/ 1980, yang pembagiannya
sebagai berikut:

1) Kelas A
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat selain logam
yangkebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya, misalnya kertas, kayu,
plastik, karet, busa dan lain-lainnya. Kebakaran kelas A ini adalah akibat panas
yan g datang dari luar, molekul-molekul benda padat terurai dan membentuk gas
dan gas inilah yang terbakar. Hasil kebakaran ini menimbulkan panas dan
selanjutnya mengurai lebih banyak molekul-molekul dan menimbulkan gas yang
terbakar. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan bakarnya tidak
mengalir dan sanggup menyimpan panas yang banyak sekali dalam bentuk bara.

2) Kelas B
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda mudah terbakar berupa
cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spirtus, alkohol dan lain-lainnya. Di
atas cairan pada umumnya terdapat gas dan gas ini yang dapat terbakar. Pada
bahan cair ini suatu bunga api kecil sanggup mencetuskan api yang akan

9
menimbulkan kebakaran. Sifat cairan ini adalah mudah mengalir dan menyalakan
api ke tempat lain.

3) Kelas C
Kebakaran pada aparat listrik yang bertegangan, yang mana sebenarnya
kelas C ini tidak lain dari kebakarn kelas A dan B atau kombinasi dimana ada
aliran listrik.
Apabila aliran listrik diputuskan maka akan berubah apakah kebakaran
kelas A atau B. Kelas C perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam
yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan
kebakaran dari aliran listrik.

4) Kelas D
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang berupa benda logam,
seperti magnesium, Natrium ( sodium ), calsium, kalium (potasium) dan lain-lain.

2.4 MEDIA PEMADAM KEBAKARAN


Media pemadam api adalah suatu media atau bahan – bahan, baik itu
padat, cair maupun gas yang sifatnya non flammable dan dapat difungsikan untuk
keperluan pemadaman kebakaran. Tujuan kita mengenal berbagai jenis media
pemadam kebakaran adalah agar kita dapat memilih jenis media pemadam
kebakaran tertentu yang sesuai dengan klas kebakaran yang akan kita padamkan.
Media Pemadam Jenis Padat

1. Pasir dan Tanah (sand and soil)


Media pemadam pasir dan tanah berfungsi untuk membatasi meluasnya
kebakaran (smothering). Namun untuk kebakaran – kebakaran kecil dapat
dipergunakan untuk menutupi permukaan bahan yang terbakar sehingga
memisahkan udara dari proses terjadinya kebakaran sehingga nyala api akan
padam.

2. Tepung Kimia (dry chemical)

Media pemadam tepung kimia (dry chemical) hanya efektif untuk


memadamkan kebakaran kelas B dan C yaitu cairan, gas dan listrik. Bahan –
bahan yang digunakan untuk tepung kimia (dry chemical) dapat berupa :

10
 Sodium bikarbonat (NaHCO3) terkadang orang sering menyebutnya soda
abu atau baking soda
 Potasium bikarbonat (KHCO3) dalam nama perdagangannya dikenal
dengan sebutan Purple K
Untuk mencegah sifat higrokopis (menyerap air) dan mencegah
penggumpalan serta untuk memberikan daya alir yang baik, maka pada
bahan baku tersebut ditambahkan tidak diterangkan karena ini merupakan
hak patent dari perusahaan yang membuatnya.
 Potasium karbonat (K2CO3) dalam nama perdagangannya dikenal dengan
nama Monex
 Potasium chloride (KCl) dalam nama perdagangannya dikenal dengan
nama Super K
 Potasium sulfide (K2SO4) dalam nama perdagangannya dikenal dengan
nama Karote Massiv
Media pemadam tepung kimia (dry chemical) sangat efektif pada
kebakaran bahan cairan dan pada sodium bikarbonat karena hampir tidak
mengeluarkan kerak. Jenis ini umumnya tersedia di Eropa, sedang di USA hampir
tidak ditemukan.
Pada umumnya jenis tepung kimia regular ada tambahan metallic
stearate yang dapat merusak protein foam, maka dari itu tidak bisa dirangkap
penggunaannya bersamaan dengan protein foam, kecuali sodium bikarbonat
karena mengandung silicon polymer menjadikan jenis ini dapat digunakan
bersama dengan protein foam.
3. Tepung Khusus/Kering (dry powder)

Jenis media pemadam ini adalah untuk memadamkan kebakaran kelas D

(logam). Bahan baku untuk tepung khusus ini dapat berupa :

 Campuran dari senyawa kalium chlorida (KCL), barium chlorida (BaCl2),


 magnesium chlorida (MgCl2), natrium chlorida (NaCl), dan kalsium
chlorida

11
 (CaCl2). Dalam perdagangannya tepung khusus jenis ini dikenal dengan
sebutan Foundry Flux (Dow Chemical Co, USA), Tel (John Kerr & Co,
Inggris);
 Bubuk Grafita, dengan berbagai campuran lain seperti organic
phosphate.Dalam perdagangan jenis ini dikenal dengan istilah “Lith L-X
powder (Ansul Co, AS), Metal Guard Powder (Water Kiddle Co, AS),
Pyrene G-I powder
 (Chemical concentrates Co, AS)”;
 Campuran dari sodium chlorida (NaCl), tri kalsium fosfat [CO3(PO4)2],
nama perdagangannya adalah Met L-X Powder (Ansul co, USA);
 Campuran sodium chlorida (NaCl), ammonium fosfat [(NH4)3PO4] dan
tri kalsium fosfat [CO3(PO4)2], dalam perdagangannya dikenal dengan
sebutan pyromat powder (Pyrene, Inggris)
4. Tepung Kimia Multipurpose (dry chemical powder – DCP)

Jenis media pemadam ini efektif untuk memadamkan kebakaran kelas


A(padat), kelas B (minyak atau gas) dan kelas C (listrik). Bahan baku untuk
tepung kimia multipurpose ini campuran dari monoamonium dan phosphate dapat
digunakan untuk kebakaran kelas A (padat) dan sangat efektif untuk kebakaran
kelas B (cair). Pembersihan setelah penggunaan memang menjadi kelemahan jenis
ini dan dapat merusak peralatan instrument, kabel-kabel listrik dan korosif
terhadap metal.

Adapun jenis-jenis tepung kimia ini adalah sebagai berikut:

 Mono Amonium Phospate (MAP), atau (NH4) H2PO4


 Kalsium Sulfat (K2SO4)
 ABC – (Amonium Hydro Phospate)
 BC- (Sodium Bicarbonate, Purple K)
 D- (Super D atau Sodium Chloride), copper atau G-Plus (Graphite)

12
Media Pemadam Jenis Cair

1. Air
Air dalam pemadaman kebakaran adalah paling banyak dipergunakan,
hal ini dikarenakan air mempunyai keuntungan – keuntungan sebagai berikut :
 Relatif murah, mudah didapat dalam jumlah yang besar;
 Mudah didapat, diangkut, disimpan dan dialirkan;
 Mudah dipompakan dalam berbagai bentuk pancaran jet, tirai (spray),
setengah tirai dan kabut (fog);
 Mempunyai daya serap panas yang besar/pendinginan (cooling);
 Mempunyai daya mengembang untuk menjadi uap yang besar;
Air juga memiliki keterbatasan, selain mempunyai kelebihan, air juga
mempunyai kelemahan sebagai media pemadam api, antara lain :
 Penghantar listrik sehingga tidak cocok untuk kebakaran instalasi listrik
yang bertegangan;
 Berbahaya bagi bahan – bahan kimia yang larut dalam air atau yang
eksoterm (menghasilkan panas);
 Kemungkinan dapat terjadi slopover maupun boilover bila salah dalam
 pemadaman kebakaran minyak;
 Tidak efektif untuk menghentikan penguapan gas dan cairan yang mudah
 menyala dengan titik nyala (flash point) di bawah suhu air sehingga tidak
 disarankan untuk memadamkan bahan cair yang titik nyala (flash point)
dibawah 100°F.
Media pemadam air dalam memadamkan kebakaran akan bekerja secara
fisis yaitu pendinginan (cooling), penyelimutan (smothering) dan pengenceran
(dilution).
2. Busa (Foam)
Pengertian dari media pemadam busa (foam) adalah kesatuan suatu
cairan yang stabil dan mempunyai berat jenis sangat rendah disbanding dengan air
maupun minyak yang dapat mengapung di atas permukaan zat cair dan mengalir
di atas permukaan zat padat yang berbentuk gelembung – gelembung berisi CO2
atau udara yang mengembang diatas permukaan cairan dan mudah mengalir. Busa

13
kimia maupun busa mekanik hanya efektif untuk memadamkan kebakaran kelas A
dan B, yaitu kebakaran bahan bakar padat seperti kayu, kertas dan sebagainya
maupun untuk kebakaran bahan bakar cair, seperti : Minyak mentah, Gasoline,
Kerosine dan sebagainya. Prinsip pemadaman dengan media pemadam busa
(foam) berfungsi sebagai selimut yang pada dasarnya memisahkan hubungan
antara bahan bakar dengan udara, dan busa adalah salah satu media pemadam
yang berbentuk cairan dengan karakteristik :
 Memegang air untuk periode yang panjang, untuk membentuk formasi
selimut
 dipermukaan cairan minyak;
 Mudah dan cepat mengalir di permukaan cairan minyak;
 Cairan foam liquid dirubah menjadi gelembung-gelembung busa melalui
pencampuran dengan air, udara dan sedikit prosentase foam liquid,
gelembung gelembung busa ini kohesi dan akan terapung di permukaan
cairan minyak sebagai selimut dan pendingin serta mencegah flash back
ignition.
Busa berdasarkan terbentuknya digolongkan menjadi 2 golongan, yakni
busa kimia dan busa mekanik.
a) Busa kimia (chemical foam)
Proses terbentuknya busa kimia karena adanya peristiwa reaksi kimia
antara larutan Natrium Bicarbonate (NaHCO3) dengan larutan Alumunium Sulfat
[AI2(SO4)3]. Bahan baku busa kimia adalah :
 Tepung tunggal (single powder),
Campuran antara tepung Natrium Bicarbonate (NaHCO3) dan
Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3] akan membentuk busa bila dicampur dengan air,
tetapi saat ini tepung tunggal (single powder) sudah tidak ditemui lagi.
 Tepung dual (dual powder),
Bila tepung Alumunium Sulfat [AI2(SO4)3] dan Natrium Bicarbonate
(NaHCO3) masing-masing dilarutkan dengan air secara terpisah dengan
perbandingan tertentu. Apabila kedua larutan tersebut dicampurkan akan
berbentuk busa. Isi dari gelembung-gelembung busa tersebut adalah CO2 dan
proses reaksi kimianya adalah sebagai berikut :

14
Al2(SO4)3 + 6NaHCO3 + 2Al(OH)3 + 3Na2SO4 + 6CO2

b) Busa mekanik (mechanical foam)

Busa mekanik ini terjadi busa karena proses mekanik, yaitu berupa
adukan dari bahan-bahan pembuat busa yang terdiri dari cairan busa (foam
liquid/foam compound/foam concentrate), air bertekanan dan udara. Proses
pembentukan busa mekanik secara singkat busa (foam liquid) akan menjadi
larutan busa (foam solution).
Larutan busa (foam solution) kemudian ditiupkan atau dicampurkan
udara (air) pada larutan busa dengan proses mekanis yaitu adanya pengadukan
hingga busa terbentuk dan menjadi busa (foam) yang siap digunakan untuk
memadamkan kebakaran. Proses untuk melaksanakan pembentukan busa
diperlukan alat-alat pembentuk busa (foam maker)
3. Media Pemadam Jenis Gas
Media pemadam jenis gas ini akan memadamkan api secara fisis, yaitu
mengencerkan oksigen pada proses pembakaran (dillution) dan pendinginan
(cooling).
Berbagai gas yang dapat dipergunakan dalam pemadaman api, namun
hanya gas asam arang (CO2) dan gas zat lemas (N2) yang banyak dipakai. Gas zat
lemas (N2) lebih banyak dipergunakan untuk mendorong tepung kimia pada
instalasi pemadam tetap atau dilarutkan dalam BCF. Gas asam arang (CO2)
langsung dipergunakan untuk pemadaman kebakaran. Gas asam arang (CO2)
dalam pemakaiannya disimpan dalam botol dalam bentuk cair dan diberi sedikit
gas dengan tekanan sekitar 1.000 – 1.200 psi ( + 80 atm) juga hanya efektif untuk
memadamkan kebakaran kelas B dan C.
Kebaikan dari pada gas asam arang (CO2) adalah :

- Murah harganya dan mudah didapat dipasaran;


- Bersih dan tidak meninggalkan bekas kotoran bila digunakan untuk
memadamkan
- kebakaran (clean agent);
- Dapat digunakan untuk memadamkan instalasi listrik bertegangan;
- Dapat memancar/menyemprot dengan tekanan pengupannya sendiri (self

15
- expelling);
- Tidak korosi, tidak konduktif dan tanpa kadaluarsa;
- Dapat disimpan dalam waktu yang cukup lama;
- Pemadaman dengan gas ini dapat mengurangi oksigen sampai dibawah
12%.
Kerugian bila media pemadam gas asam arang (CO2) adalah :

- Karena gas asam arang (CO2) disimpan dalam tabung berbentuk cairan,
sehingga
- kurang baik bila temperatur disekitarnya di bawah 00F (-180C);
- Baik digunakan untuk peralatan pada permukaan yang luas, ruang
penghuni yang
- luas, namun penghuni harus keluar ruangan bila gas asam arang (CO2)
discharge;
- Tabung APAR relatif berat dan mahal harganya karena disimpan dalam
tabung
- pemadam dengan tekanan yang tinggi 1.000 – 1.200 psi (+ 80 atm) maka
diperlukan
- tabung pemadam yang tebal, sehingga mengakibatkan dalam
pemakaiannya berat
- dan kaku;
- Pada fixed instalasi, instalasi pipanya harus tahan tekanan tinggi.

2.5 PENGOPERASIAN APAR


Alat Pemadam Api Ringan tersedia berbagai ukuran dan type. Pada
dasarnya prosedur pengoperasian dari setiap APAR adalah hampir sama untuk
jenis alat pemadam api yang ada, operator harus familier terhadap apa yang pada
label pada APAR yang bersangkutan. Dalam keadaan darurat, dalam waktu yang
sangat singkat APAR harus dapat segera digunakan, oleh karena itu setiap orang
harus saling mengenal instruksi pengoperasian APAR secara umum, dengan huruf
P – A – S – S , yang artinya : Pull – Aim – Squeeze – Sweep, yang dapat
dijabarkan sebagai berikut :

16
- Pull artinya tarik pen pengaman yang terdapat pada setiap tabung pemadam
api. Biasanya pen pengaman ini dilengkapi dengan kawat segel, untuk itu
apabila terdapat kawat segel, putuslah dahulu kawat segel tersebut sebelum
pen pengaman ditarik.

- AIM artinya arahkan nozzle dari tabung pemadam api kearah pangkal api.
Untuk jenis APAR busa mekanik arahkan pada dinding dari bak yang
keluar.

- Squeeze artinya tekan handel yang terdapat pada tabung pemadam dengan
mantap. Untuk APAR jenis baik (misalnya busa kimia) perlu perlakuan
yang khusus.

-Sweep artinya sapu atau kibaskan semprotan media pemadam yang keluar dari
tabung alat pemadam api dengan sempurna, dengan gerakan dari samping-
kesamping (side to side) sambil melangkah maju dan diwajibkan untuk
mengikuti arah angin. Untuk alat pemadam api ringan jenis busa perlu
perlakuan khusus

17
BAB 3
METODOLOGI

3.1 ALAT DAN BAHAN

3.1.1 ALAT

 APAR dry chemical powder (DCP)


 APAR karbondioksida (CO2)
 APAR foam mechanic;
 Sarung tangan;
 Masker;
 Obyek Fire Ground.

3.1.2 BAHAN

 Dexlite;
 Pertamax;
 Korek Api;
 Air.

3.2 LANGKAH KERJA


- Persiapkan APAR yang akan digunakan untuk memadamkan api
sesuai klasifikasi/jenis kebakaran ditempat yang terdekat dan obyek
yang akan dibakar;
- Pastikan APAR berisi dan dapat digunakan (melihat indikator bila itu
stored pressure);
- Putar terlebih dahulu dan cabut segel, jadi fungsi segel ini adalah
menahan pin gagang agar tidak tercabut
- Tarik pin yang masih terpasang di APAR (Pull), pin yang tercabut
atau tertarik disimpan dalam kantung baju fireman dan jangan dibuang
.
- Miringkan posisi APAR saat hendak mencoba atau menguji apakah
APAR atau tidak, demi keselamatan pemadaman , dengan salah satu
tangan memegang gagang handle valve dan tangan yang lain
memegang hose,.tahan posisi tabung dengan salah satu kaki. Hal ini

18
bertujuanuntuk menghindari orang dari potensi benturan oleh
terlepasnya kepala tabung karena tekanan cartridge yang tinggi.
- Cabut atau tarik hose APAR dan arahkan pada posisi yang paling
aman, jangan sampai mengenai rekan kerja . khusus APAR CO2
memegangnya bukan pada hose horn-nya tetapi pada handle horn
yang terbuat dari kayu atau plastic.
- Tekan nozzle APAR dengan kuat untuk menguji apakah APAR
berfungsi atau tidak seperti, bila tidak berfungsi segera ganti APAR
yang lain (catatan : cukup hanya sekali APAR diuji saat akan
digunakan untuk pemadaman).
- Bawa APAR menuju sumber api untuk pemadaman.Lakukan
pemadaman api dengan posisi pemadaman api harus membelakangi
arah angin (diatas angin) bukan berhadapan dengan arah angin (di
bawah angin/melawan arah angin) seperti supaya tidak terjadi
pembalikan arah panas maupun semburan dari sumber api
- Berhentilah pada posisi kira-kira ± 3 m dari api bila posisi isi APAR
masih full tetapi apabila posisi isi APAR sudah mendekati habis harus
lebih dekat kira-kira ± 50 cm dari api, kemudian arahkan hose APAR
ke sumber api (Aim).
- Tekan nozzle APAR dengan kuat untuk melakukan pemadaman api
dan menyemprotkannya ke pangkal lidah api bukan ujung lidah api
(Squeeze).
- Kibaskan semprotannya ke arah kiri dan kanan secara berulang hingga
api padam (Sweep).
- Segera menghindar bila media habis namun api belum padam.
- Yakinkan bila api sudah padam dengan mengecek ke sumber api, bila
yakin api sudah padam, maka APAR disimpan kembali dengan posisi
berdiri, bila APAR sudah habis maka rebahkan APAR di tanah.
- Khusus APAR DCP catridge system bila sudah habis, balikkan posisi
tabung dan semprotlah ke atas untuk membuang sisa gas pendorong
tanpa mengikutkan bubuknya.

19
BAB 4
KESIMPULAN

1. Sumber Potensi Bahaya Kebakaran


Potensi bahaya kebakaran bersumber dari bahan padat, cair, dan gas.
Selain itu bisa dari rokok, sambaran petir, panas mesin, dan konsleting listrik.
2. Sistem Proteksi Kebakaran
a. Fire Safety Management
Fire safety management ini terdiri dari tahap persiapan yang meliputi
perumusan kebijakan Pusdiklat Migas Cepu, pembentukan organisasi, tahap
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, dan dokumentasi. Masing-masing elemen
tersebut sudah memenuhi peraturan perundangan yang berlaku dan teori yang
representatif.
b. Sistem Proteksi Pasif
Sistem proteksi pasif terdiri dari surat ijin kerja, poster larangan, dan
penangkal petir yang semuanya telah sesuai dengan peraturan perundangan yang
berlaku.
c. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif yang ada berupa alat pemadam api
ringan (APAR), hidrant, fire detector, mobil pemadam kebakaran, foam chamber
dan water drenching, emergency respons, dan trainning.

20
DOKUMENTASI PRAKTIKUM

21
DAFTAR PUSTAKA

Supriyadi, Putut S.T , M.T Dkk. Modul praktikum fire and safety. 2018. PEM
…………AKAMIGAS Cepu.

Handoko, Susilo , S.T , MT. Presentasi “Apar”. 2019. PEM AKAMIGAS Cepu.

22

Anda mungkin juga menyukai