Anda di halaman 1dari 16

1.

Global Harmonized System (GHS)



Sistem Harmonisasi Global yang diberi nama GHS bermula dari pertemuan METI
(Ministry of Economic Trade and Industry) di Jepang yang kemudian berlanjut ke
pertemuan tingkat Internasional di berbagai tempat seperti Rio de Janeiro dan
Jenewa. Hasil pertemuan Internasional tersebut akhirnya menyepakati untuk
membentuk satu sistem global dalam hal komunikasi bahaya yaitu: Klasifikasi
Bahaya, MSDS, dan Label / Penandaannya. Dalam hal ini, PBB menunjuk UNITAR
(United Nations Institute for Training and Research) dibawah payung ILO sebagai
koordinator proyek GHS di seluruh negara di dunia dimana di tergetkan tahun 2006
untuk perubahan amandemen peraturan lokal yang terkait dengan GHS dan tahun
2008 untuk pelaksanaan sistem implementasi secara menyeluruh di seluruh negara
di dunia. APEC sebagai organisasi regional Asia Pasifik telah menyepakati untuk
menerapkan sistem GHS di seluruh negara anggotanya termasuk salah satunya
adalah Indonesia. Indonesia bahkan dipromosikan menjadi salah satu pilot country
project untuk pelaksanaan GHS di Asia Pasifik khususnya di tingkat ASEAN.
Keberadaan GHS di Indonesia tentunya akan membawa berbagai keuntungan
antara lain karena dengan adopsi sistem GHS, maka Indonesia akan memiliki
standar penentuan klasifikasi bahaya bahan kimia yang selama ini ada di Indonesia
namun terdapat beberapa klasifikasi yang berbeda antar Kementerian /
Departemen. Selain itu juga Indonesia akan memiliki standar sistem penandaan /
labelling bahan kimia yang seragam, dimana diharapkan tidak akan ada perbedaan
lagi dalam hal penandaan bahan kimia antar sektoral maupun instansi. Terakhir
adalah format MSDS akan diseragamkan di Indonesia yaitu menggunakan format
GHS yang terdiri dari 16 sections / bagian. Diharapkan dengan adanya sistem ini,
seluruh instansi dan sektoral terkait

akan menggunakan satu sistem yang sama dan tidak akan ada lagi perbedaan
sistem yang digunakan.

Selain keuntungan diatas, beberapa keuntungan lain dari adopsi GHS di Indonesia
adalah mempermudah arus perdagangan bahan kimia secara global baik impor
maupun ekspor, dan juga akan membantu dan mempermudah dalam menghambat
perdagangan bahan kimia terlarang yang tidak boleh diperjual belikan. Selain itu,
tujuan utama GHS adalah juga untuk melindungi pekerja, lingkungan hidup, dan
umat manusia secara umum.

Kesulitan dan tantangan serta hambatan yang ada di Indonesia antara lain
disebabkan oleh beberapa hal antara lain:

Terbatasnya tenaga ahli khususnya dalam ruang lingkup klasifikasi bahan
kimia dan komunikasi bahaya

Kurangnya pengetahuan yang menyebabkan kurangnya kewaspadaan
terhadap resiko dan bahaya bahan kimia

Kurangnya pemenuhan informasi saintifik untuk mengevaluasi bahaya yang
diakibatkan oleh penggunaan berbagai bahan kimia.

Kurangnya sarana dan pra sarana dalam hal penentuan toksisitas bahan
kimia khususnya untuk campuran

Kesulitan dalam menterjemahkan beberapa istilah teknis di Buku Ungu / GHS
Purple Book kedalam bahasa lokal

Oleh karena itu dibutuhkan beberapa tindakan yang perlu dilakukan untuk
membantu menyelesaikan kesulitan diatas antara lain melalui:

Revisi atau amendemen peraturan pemerintah yang terkait dengan bahan
kimia

Memperkuat assosiasi industri, transportasi, perdagangan dan lain-lain yang
terkait dengan implementasi GHS

Memperbanyak aktifitas training dan sosialisasi GHS baik dari segi frekuensi,
kuantitas maupun kualitas

Menciptakan mekanisme jaringan dengan stakeholders yang terlibat dengan
implementasi GHS

Pengembangan modul training implementasi GHS untuk berbagai kelompok
target yang berbeda

Menghubungkan aktifitas dan kebijakan nasional dengan program kerja
pemerintahan propinsi atau daerah

Bekerja sama dengan institusi non pemerintah dalam hal penyediaan jasa
layanan pembuatan MSDS dan Penandaan sesuai GHS khususnya untuk
membantu SME agar dapat bertahan dengan implementasi GHS

1. MSDS dan Implementasi berdasarkan GHS

Implementasi GHS di Indonesia juga akan berdampak bagi perubahan klasifikasi
bahaya, format MSDS beserta simbol bahaya / piktogram yang digunakan
dimana Indonesia akan menggunakan format MSDS GHS dalam Bahasa
Indonesia dan menggunakan Simbol Bahaya berdasarkan adopsi GHS. Sistem
klasifikasi bahan kimia dalam MSDS juga akan menggunakan standar adopsi
GHS.

Namun sebelum simbol bahaya, MSDS dan label dikeluarkan, tentunya
penentuan klasifikasi bahaya adalah hal pertama yang harus dilakukan yang
akhirnya akan menentukan kriteria bahaya yang sesuai dan simbol yang cocok
untuk digunakan.

Sistem klasifikasi bahaya GHS sangatlah berbeda dengan beberapa sistem
klasifikasi yang sudah diterapkan di beberapa negara di dunia

seperti EU / UN / Japan / dll. Penyeragaman sistem klasifikasi bahaya GHS akan
menghilangkan berbagai perbedaan mendasar yang selama ini terjadi di
berbagai belahan dunia yang mengakibatkan perbedaan pandangan dalam hal
klasifikai bahaya bahan kimia. Berikut adalah contoh perbedaan klasifikasi
tersebut :

Sebelum harmonisasi ini dicanangkan, berdasarkan EU nilai cut-off toksisitas
akut untuk Kategori 1 memiliki nilai LD 50 25 mg/kg (oral),
sementara di USA menggunakan 50 mg/kg. Hasilnya semua bahan kimia antara
25 dan 50 mg/kg diklasifikasikan secara berbeda. Berikut grafik perbandingan
antar klasifikasi:



Grafik 1. Perbandingan Klasifikasi Toksistas Akut (Oral)

Sementara untuk standar GHS, Toksisitas Akut Kategori 1 memiliki nilai
LD50 5 seperti terlihat pada grafik berikut dibawah ini.



Grafik 2. Perbandingan Toksisitas Akut Yang Ada vs GHS

Grafik diatas menunjukkan perbedaan Klasifikasi Toksisitas Akut (LD50 Oral Rat
antar sistem klasifikasi yang ada saat ini dibandingkan dengan sistem GHS.

Sementara untuk penentuan kategori flamabilitas, GHS memiliki kriteria sendiri
yang berbeda dibandingkan dengan beberapa sistem klasifikasi yang ada.
Berikut adalah grafik perbandingan klasifikasi kategori untuk flamabilitas
berdasarkan GHS dan beberapa sistem klasifikasi lain.


Grafik 3. Perbandingan Kategori Flamabilitas Antar Sistem

Perubahan terhadap format MSDS sebenarnya tidak terlalu signifikan
dikarenakan Indonesia sudah menerapkan sistem format MSDS menggunakan
16 sections / bagian yang dimandatkan melalui Kepmenaker No 187 tahun 1999.
Perubahan signifikan akan terjadi pada sistem klasifikasi bahaya beserta simbol /
piktogram yang akan digunakan dimana standar GHS akan diadopsi secara
menyeluruh oleh berbagai instansi terkait.

Tabel 1. Perbandingan Format MSDS Menakertrans vs GHS

Sections Format Kepmenaker Format GHS
1 Identitas Perusahaan Identitas Perusahaan
2 Komposisi Bahan * Identifikasi Bahaya *
3 Identifikasi Bahaya * Komposisi Bahan *
4 Tindakan P3K Tindakan P3K
5
Tindakan Penanggulangan
Kebakaran
Tindakan Penanggulangan
Kebakaran
6
Tindakan Penanggulangan
Kebocoran dan Tumpahan
Tindakan Penanggulangan
Kebocoran dan Tumpahan
7
Penyimpanan dan Penanganan
Bahan
Penyimpanan dan Penanganan
Bahan
8
Pengendalian Pemaparan dan
APD
Pengendalian Pemaparan dan
APD
9 Sifat Fisika dan Kimia Sifat Fisika dan Kimia
10 Stabilitas dan Reaktifitas Bahan Stabilitas dan Reaktifitas Bahan
11 Informasi Toksikologi Informasi Toksikologi
12 Informasi Ekologi Informasi Ekologi
13 Pembuangan Limbah Pembuangan Limbah
14
Informasi Untuk Pengangkutan
Bahan
Informasi Untuk Pengangkutan
Bahan
15 Informasi Perundang-undangan Informasi Perundang-undangan
16 Informasi Lain Informasi Lain
Penjelasan implementasi MSDS berdasarkan GHS per sections akan dijabarkan
sebagai berikut:

Identitas Bahan dan Perusahaan

Berisikan informasi mengenai nama bahan kimia / nama lain dari bahan. Juga
berisi nama perusahaan / supplier pembuat / penyalur bahan kimia terkait,
alamat perusahaan lengkap, nomor telepon beserta nomor telepon darurat /
emergensi yang dapat dihubungi pada saat terjadi kecelakaan menyangkut
bahan kimia terkait.

Identifikasi Bahaya

GHS menempatkan Bagian 2 yaitu Informasi mengenai Bahaya dari bahan
kimia dan menempatkan informasi komposisi bahan setelahnya dikarenakan
pekerja dan perusahaan lebih membutuhkan informasi bahaya dibandingkan
dengan informasi kandungan / komposisi bahan,

oleh karenanya format MSDS GHS menempatkan informasi Identifikasi
Bahaya terlebih dahulu dibandingkan informasi Komposisi Bahan. Oleh
sebab itu untuk aplikasi di Indonesia, revisi Kepmenaker

No 187/1999 dan peraturan terkait lainnya hanya memerlukan sedikit
perubahan menyangkut perubahan Format MSDS dan Simbol bahaya yang
digunakan. Sections 2 juga berisikan klasifikasi bahaya dari zat atau
campuran bahan kimia. Selain itu juga sections ini menyertakan penampilan
label / simbol bahaya termasuk pernyataan kehati-hatian dari bahan tersebut.
Implementasi GHS juga akan memandatkan penggunaan simbol / piktogram
sesuai standar GHS, artinya Indonesia juga akan menggunakan dan memiliki
standar dalam hal simbol bahaya. Adapun simbol yang digunakan di
Indonesia umumnya mengadopsi dari beberapa standar seperti EU. Berikut
contoh simbol yang umum digunakan saat ini:







Sedangkan pada saatnya GHS diimplementasikan secara menyeluruh maka
Indonesia akan mengadopsi simbol / piktogram GHS. Simbol / piktogram
GHS sangat mudah difahami dan memiliki standar pewarnaan yang sangat
mudah dikenali. Hal ini akan membantu pekerja / konsumen dalam
mengidentifikasi bahaya yang ada beserta perlindungan apa saja yang harus
digunakan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait.

Penjelasan klasifikasi dari masing-masing simbol bahaya GHS adalah sbb:

Kelas Simbol Keterangan
1

Eksplosif
2

Gas Pengoksidasi
3

Gas Bertekanan
4




Cairan Mudah Menyala
5




Padatan Mudah Menyala
8




Bahan Yang Dapat Bereaksi Sendiri

10




Padatan Piroporik
11




Bahan Yang Dapat Menumbulkan Panas Sendiri
12




Bahan Yang Apabila Kontak Dengan Air Menyebabkan Gas Mudah
Menyala
13




Cairan Pengoksidasi
14




Padatan Pengoksidasi
15




Peroksida Organik
16




Korosif Terhadap Logam
17




Toksisitas Akut
18




Korosifitas / Iritabilitas Pada Kulit
19






Kerusakan Parah / Iritasi Pada Mata
20




Sensitasi Saluran Pernafasan / Kulit
21




Mutagenitas Sel Induk
22




Karsinogenitas
23




Toksisitas Terhadap Reproduksi
24







Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik Karena Paparan
Tunggal



25




Toksisitas Sistemik Pada Organ Target Spesifik Karena Paparan
Berulang
26




Bahaya Aspirasi
27




Bahaya Terhadap Lingkungan Akuatik / Perairan


Komposisi Bahan

Komposisi dari bahan kimia menyertakan nama, CAS number, sinonim, impurities dan
konsentrasi bahan dalam campuran, zat aditif penyetabil bahan kimia beserta identifikasi unik
lainnya harus dimasukkan dan ditempatkan pada sections 3 dari GHS MSDS.

Tindakan P3K

Penjelasan mengenai tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) harus
dimasukkan disections ini, hal ini termasuk efek / gejala apa yang biasanya terjadi pada saat
terjadi kecelakaan, apakah gejalanya akut atau tertunda. Masukkan informasi mengenai
tindakan medis apa yang harus segera dilakukan dan perawatan yang dibutuhkan untuk
menolong korban kecelakaan.

Tindakan Penanggulangan Kebakaran

Kebakaran menyangkut bahan kimia sangat selektif dan memerlukan tindakan khusus dalam
penanganannya. Dalam sections 5 dimasukkan informasi mengenai jenis media pemadam
yang cocok untuk memadamkan kebakaran, bahaya spesifik apa yang ditimbulkan

oleh terbakarnya bahan kimia tersebut, dan alat pelindung diri apa yang harus dikenakan
oleh petugas pemadam dan peringatan mengenai bahaya yang mungkin terjadi kemudian.

Tindakan Mengatasi Kebocoran dan Tumpahan

Informasi mengenai peringatan bagi individu beserta alat pelindung diri dan prosedur
tanggap darurat terkait dengan terjadinya tumpahan dan kebocoran bahan kimia ditempatkan
pada sections6. Peringatan bahaya terhadap lingkungan hidup sebagai akibat dari tumpahan
dan kebocoran tersebut juga disertakan pada sections ini. Metode dan bahan yang
digunakan untuk menampung serta membersihkan tumpahan dan kebocoran harus
dijelaskan pada sections ini. Jarak evakuasi jika terjadi kebocoran juga dimasukkan
kedalam sections ini.

Penyimpanan dan Penanganan Bahan

Berisikan mengenai informasi penanganan dan penyimpanan yang aman dan sesuai dengan
petunjuk peraturan. Informasi mengenai kondisi yang aman dalam hal penyimpanan beserta
petunjuk inkompatabilitas / ketidaksesuaian dari bahan kimia yang ditempatkan harus
dimasukkan dalam sections ini. Petunjuk inkompatabailitas bisa mengacu kepada
Tabel Chemical Reactivity Sheet.

Pengendalian Pemaparan dan Alat Pelindung Diri

Pemaparan bahan kimia terhadap manusia dan lingkungan memerlukan pengendalian
khusus dalam hal ini parameter apa saja yang harus dikendalikan harus dimasukkan
kedalam sections 8 dari MSDS. Pengendalian engineering yang cocok untuk meminimalisasi
pemaparan juga harus disertakan. Tindakan perlindungan terhadap individu juga harus
dimasukkan yang antara lain berisikan petunjuk Alat Pelindung Diri yang sesuai dan yang
paling cocok digunakan untuk mengontrol dan meminimalisasi resiko terhadap bahaya
pemaparan. Sementara untuk Nilai Ambang Batas (NAB), saat ini masih dibicarakan
mengenai NAB Global berdasarkan GHS, namun negara masih boleh memasukkan standar
NAB berdasarkan standar yang ada pada negara masing-masing.

Sifat Fisika dan Kimia

Informasi mengenai sifat fisika dan kimiawi dari bahan kimia sangat esensial sifatnya dan
dibutuhkan untuk mengontrol penanganan dan penyimpanan bahan kimia terkait. Sections 9
menempatkan informasi tersebut yang antara lain berisikan:

o Penampakan

o Bau

o Titik Leleh / Beku

o pH

o Titik Nyala

o Laju Penguapan

o Flamabilitas (padatan, gas)

o Batas bawah / atas dari flamabilitas atau ledakan

o Tekanan Uap

o Densitas Relatif

o Viskositas

o dll

Stabilitas dan Reaktifitas Bahan

Pada sections ini, MSDS harus berisikan informasi mengenai reaktifitas dan
stabilitas dari bahan. Hal ini termasuk kemungkinan terjadinya reaksi
berbahaya yang tidak diinginkan beserta kondisi yang harus dihindari untuk
mencegah terjadinya hal tersebut. Petunjuk mengenai bahan apa saja yang
tidak cocok / inkompatibel untuk ditempatkan secara bersamaan dengan
bahan tersebut harus dijelaskan dan dimasukkan dalam sections ini. Bahaya
dekomposisi dari produk / bahan juga harus dimasukkan sebagai sumber
informasi esensial tambahan.

Informasi Toksikologi

Menyediakan semua data menegenai bahaya kesehatan yang tercakup oleh
GHS termasuk dalam hal ini antara lain:
o Rute Kontak Masuk yang mungkin terjadi
o
o Gejala menyangkut bahaya fisika, kimiawi dan karakteristik racun.
o
Efek kronis, efek tertunda dan efek yang langsung terjadi dari
pemaparan jangka pendek atau panjang.

o Nilai toksisitas (LD, LC), Iritasi, dll
o
o Dan data-data informasi lain yang mendukung
o
Jika data untuk bahaya dimaksud tsb tidak terdapat, sebaiknya dituliskan di
SDS dengan pernyataan bahwa data yang dimaksud tidak terdapat.
Informasi Ekologi

Berisikan informasi dan data-data terkait dengan Ekologi / Lingkungan Hidup seperti
Toksisitas, degradabilitas dan persistance, potensi bioakumulasi, pergerakan di dalam tanah,
dan informasi efek samping lainnya.

Pembuangan Limbah

Limbah dari produk bahan kimia harus diolah secara baik dan benar. Sections 13 dari MSDS
GHS mewajibkan tersedianya informasi yang cukup mengenai metoda pengolahan limbah
beserta tata caranya.

Informasi Untuk Pengangkutan Bahan

Antara lain berisikan UN Number, Nama pengiriman bahan yang sesuai peraturan UN, Kelas
Bahaya Transportasi beserta Label dan Simbol yang diperlukan, Grup Kemasan, Bahaya
Lingkungan Hidup, Petunjuk peringatan khusus bagi pengguna.

Informasi Perundang-undangan

Sections ini antara lain berisikan peraturan perundangan yang terkait yang tidak disediakan
pada sections lain dari MSDS. Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja beserta
Lingkungan Hidup spesifik untuk bahan kimia yang masih dipertanyakan.

Informasi Lain Yang Diperlukan

Berisikan anatara lain:

o Tanggal pembuatan MSDS

o Indikasi perubahan yang dilakukan dari MSDS sebelumnya

o Legenda atau Akronim / Singkatan yang digunakan di dalam MSDS

o Referensi literatur dan sumber yang diambil untuk membuat MSDS

Selain simbol / piktogram diatas, GHS juga mengembangkan simbol untuk Alat Pelindung Diri (APD)
yang diwajibkan pada saat bekerja dengan bahan kimia terkait, simbol tersebut berbentuk lingkaran
berwarna dasar biru dengan gambar APD yang sesuai untuk mengurangi resiko terhadap bahaya
pemaparan bahan kimia. Berikut adalah beberapa contoh Simbol APD versi GHS yang digunakan pada
label / penandaan bahan kimia:


: Gunakan Alas Kaki atau Sepatu Bot


: Gunakan Pelindung Wajah / Face Shield


: Gunakan Masker / Respirator


: Gunakan Sarung Tangan


: Gunakan Kacamata / googles

Anda mungkin juga menyukai