Anda di halaman 1dari 49

BBTKLPPMJakarta

BahanAjarPelatihan
(ProgramIntensifTingkatDasar)
KajianAspekKesehatanMasyarakatdalamStudiAmdal
danKasusKasusPencemaranLingkungan

DisusunOleh
AbdurRahman

PusatKajianKesehatanLingkungan&Industri
FakultasKesehatanMasyarakatUniversitasIndonesia
Depok



Bahan Ajar Pelatihan
ANALISISRISIKOKESEHATANLINGKUNGAN
(Program Intensif Tingkat Dasar), Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam Studi Amdal
dan Kasus-Kasus Pencemaran Lingkungan
Oleh Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia untuk Balai Besar Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit
Menular Jakarta
Copy right to individual chapter remains with the author
Copy right to the work as a whole remains with Abdur Rahman
Hak Cipta dilindungi undang-undang
2007 Abdur Rahman
Perwajahan dan tata letak oleh Abdur Rahman dan Defriman Djafri

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini tanpa izin tertulis dari Penyusun

Hanya dipergunakan untuk Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan

i
Kata Pengantar

Di Indonesia analisis risiko kesehatan lingkungan (ARKL) masih belum banyak dikenal
dan digunakan sebagai metoda kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan. Padahal, di
beberapa negara Uni Eropa, Amerika dan Australia ARKL telah menjadi proses central
idea legislasi dan regulasi pengendalian dampak lingkungan. Dalam konteks Amdal, efek
lingkungan terhadap kesehatan umumnya masih dikaji secara epidemiologis.

Sesungguhnya ARKL telah diakui sebagai model kajian untuk mengenal, memahami dan
meramalkan kondisi dan karateristik lingkungan yang berpotensi menimbulkan risiko ke-
sehatan, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan AMDAL. Un-
tuk melaksanakan panduan tersebut, Menteri Kesehatan kemudian menerbitkan Keputus-
an No. 876/Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan
Lingkungan. Pedoman Teknis ADKL ini berisi panduan kajian aspek kesehatan masyara-
kat yang harus dilaksanakan dalam kegiatan atau usaha yang wajib Amdal mulai dari pe-
rencanaan, pelaksanaan dan penilaian sebagai dasar untuk menyusun atau mengembang-
kan pengelolaan dan pemantauan risiko tersebut. Namun, pedoman tersebut masih terlalu
umum tanpa contoh-contoh kongkrit sehingga masih sukar dilaksanakan. Untuk menga-
tasi kesenjangan tersebut, bekerjasama dengan Pusat Kajian Kesehatan Lingkungan dan
Industri Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (PKKLI) Balai Besar Te-
knik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Jakar-
ta menelenggarakan program pelatihan ARKL untuk program intensif tingkat dasar.
Pelatihan ini diperuntukkan bagi tenaga-tenaga kesehatan yang bertugas di bidang
surveilans dan ADKL, khususnya di lingkungan BBTKL-PPM wilayah regional Jakarta.
Dokumen ini merupakan bahan ajar pelatihan yang disusun berdasarkan kurikulum dan
modul, dengan berorientasi kepada pencapaiaan kompetensi. PKKLI menyiapkan bahan
ajar ini berdasarkan pengalaman lebih dari lima tahun sebagai pelatih dan penyelenggara
pelatihan. Studi-studi kasus yang diberikan dalam pelatihan ini bukan data fiktif
melainkan data yang benar-benar ada dari lapangan. Sebagian studi kasus merupakan
hasil studi ARKL PKKLI. Bahan ajar ini dirancang khusus untuk program pelatihan
intensif tingkat dasar guna menghasilkan peserta latih yang mampu melakukan Desktop
Study ARKL.

Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu se-
hingga Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Program Intensif
Tingkat Dasar tersedia. Semoga naskah ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan
belajar sehigga maksud dan tujuan pelatihan serta kompetensi peserta latih tercapai.
Kepada Allah jualah kita bersyukur, mudah-mudahan bahan dokumen ini bermanfaat
bagi para penggunanya dan menjadi amal salih bagi para penyusunnya, amin.

Depok, 26 Mei 2007
Ketua Tim Penyusun

AbdurRahman
Sekretaris Eksekutif PKKLI

ii
Tim Penyusun
Penasihat : Prof. dr. Haryoto Kusnoputranto DrPH, Kepala PKKLI-FKM-UI
Ketua : Drs Abdur Rahman, Sekretaris Eksekutif PKKLI FKM-UI
Kontributor :
Defriman Djafri SKM, Budi Hartono, SSi MKes, Haryo Kuntoro
Adi SSi
Komunikasi : abd.rahman@ui.edu



iii
Daftar Isi

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i
Tim Penyusun ..................................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................................ iii
PRINSIPPRINSIPDASARDANMETODAANALISISRISIKOKESEHATAN
LINGKUNGAN................................................................................................................ 1
1. PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Ruang Lingkup dan Susunan Materi............................................................... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Pemelajaran.................................................................... 3
1.4 Uraian Singkat Materi dan Proses Belajar Mengajar................................... 4
2. PRINSIP-PRINSIP DASAR................................................................................... 5
2.1 Sejarah Perkembangan.................................................................................... 5
2.2 Paradigma Risk Analysis ................................................................................. 8
2.3 Ciri-Ciri Studi Epidemiologi dan ARKL...................................................... 10
2.4 EKL dan ARKL dalam Public Health Assessment (PHA) ........................... 11
2.5 Konsep dan Definisi...................................................................................... 13
3. METODA, TEKNIK DAN PROSEDUR ARKL................................................. 15
3.1 Model Studi................................................................................................... 15
3.2 Metoda .......................................................................................................... 16
3.2.1 Karakterisasi Risiko.............................................................................. 16
3.2.2 Perhitungan Asupan.............................................................................. 17
3.2.3 Analisis Dosis-Respon.......................................................................... 18
3.3 Teknik dan Prosedur ARKL ......................................................................... 23
3.3.1 Kajian ARKL Meja............................................................................... 24
3.3.2 KajianARKLLengkap....................................................................... 26
3.3.2.1 Identifikasi Bahaya ........................................................................... 26
3.3.2.2 Analisis Pemajanan........................................................................... 27
4. Manajemen dan Komunikasi Risiko..................................................................... 28
5. Contoh Kasus Arsen di Desa Buyat...................................................................... 30
5.1 Estimasi Risiko ............................................................................................. 30
5.2 Interpretasi Estimasi Risiko.......................................................................... 31
5.3 Strategi Survey EKL..................................................................................... 32
5.4 Manajemen Risiko ........................................................................................ 32
5.5 (Baku) Anjuran Kesehatan (Health Advisory) .............................................. 33
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................... 35
STUDI KASUS PENCEMARAN UDARA, AIR DAN PANGAN................................. 39
Penjelasan Umum......................................................................................................... 39
KASUS # 1, Gas dan Debu di Sidoarjo........................................................................ 39
KASUS # 2, Kontaminan Kimia dalam Air Sumur dan Air Sungai............................. 40
KASUS # 3, Logam Krom, Cr(VI), dalam Ikan........................................................... 41
FORMAT UMUM LAPORAN KAJIAN ARKL............................................................ 43

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
1
PRINSIPPRINSIPDASARDANMETODAANALISIS
RISIKOKESEHATANLINGKUNGAN

Abdur Rahman
abd.rahman@ui.edu



Pernyataan Lisensi Naskah
Copyright 2007 Abdur Rahman
Seluruh naskah ini dapat digunakan dan disebarluaskan dengan bebas untuk tujuan
pendidikan dan pelatihan yang bersifat nirlaba, dengan syarat tidak menghapus atau
mengubah atribut penulis/pemegang copyright dan pernyataan linsensi naskah. Tidak
diperbolehkan menuliskan ulang, mengesktrak atau memodifikasi naskah ini tanpa izin
tertulis dari pemegang copyright.



1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencemaran lingkungan dan efeknya terhadap kesehatan seringkali muncul sebagai ma-
salah nasional secara tiba-tiba. Instansi pemerintah seperti Kementerian Negara Ling-
kungan Hidup dan Departemen Kesehatan kerapkali kurang siap menghadapi keresahan
dan kepanikan masyarakat, apalagi bila kasus-kasus itu didramatisasi sehigga masalahnya
bergeser menjadi persoalan sosial, politik, ekonomi dan keamanan.

Ada tiga bahaya lingkungan yang mengancam kelestarian hidup manusia: zat kimia tok-
sik, energi radiasi dan gelombang elektromagnetik dan organisme patogen. Pertanyaan-
pertanyaan yang selalu muncul antara lain: Berapa besar risiko kesehatan akibat pajanan
bahaya-bahaya lingkungan tersebut? Apakah risiko dapat dikendalikan tanpa menghenti-
kan kegiatan sumber-sumber risikonya? Apakah perangkat hukum dan teknologi yang
tersedia dapat melindungi kesehatan orang-orang yang terpajan dari efek-efek yang meru-
gikan kesehatan? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu akan ditemukan dalam pelatih-
an Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan (ARKL).

Risiko kesehatan akibat aktivitas manusia terjadi karena pada dasarnya setiap kegiatan se-
lalu mempunyai dampak lingkungan dan kesehatan. Risiko kesehatan adalah dampak ne-
gatif yang hanya bisa dikelola tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali. Potensi dampak
ini dan upaya-upaya untuk mengendalikannya sesungguhnya telah diantisipasi dalam
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
2
Undang-Undang No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pasal 18
undang-undang ini menyatakan bahwa izin untuk melakukan usaha atau kegiatan yang
menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup hanya diberikan bila
usaha atau kegiatan itu memiliki Amdal. Untuk melaksanakan Pasal 18 UU No. 23/1997
ini diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Amdal, menggantikan
Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1993. Pedoman penyusunan Amdal dirinci dalam Per-
aturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 tahun 2006 tentang Pedoman Penyu-
sunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, menggantikan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. KEP-14/MENLH/3/1994 dan sekaligus mencabut Kepu-
tusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 09 tahun 2000 tentang Pedo-
man Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Dalam Bab II Lampir-
an IV peraturan ini disebutkan, kesehatan masyarakat merupakan salah satu aspek ling-
kungan hidup yang harus dipantau dan dicantumkan dalam Rencana Pemantauan Ling-
kungan (RPL).

Kajian aspek kesehatan masyarakat dalam Amdal secara khusus diatur dalam Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan
Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat Dalam Penyusunan Amdal. Berpedoman kepada ke-
putusan Kepala Bapedal ini, Menteri Kesehatan mengeluarkan Keputusan No. 876/Men-
kes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan Lingkungan
(ADKL), berisi panduan kajian yang harus dilaksanakan bagi suatu kegiatan atau usaha
mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Disebutkan bahwa ADKL merupakan
model kajian dengan pendekatan ARKL untuk mengenal, memahami dan meramalkan
kondisi dan karateristik lingkungan yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan seba-
gai dasar untuk menyusun atau mengembangkan pengelolaan dan pemantauan risiko ter-
sebut. Atas dasar ini, penerapan ARKL untuk kajian aspek-aspek kesehatan masyarakat
dalam studi Amdal memiliki landasan hukum yang jelas dan kuat. Namun, sebagaimana
akan dijelaskan, ARKL juga sangat berguna untuk kajian dampak kesehatan kasus-kasus
pencemaran secara umum.

Meskipun Pedoman Teknis ADKL telah berlaku sejak tahun 2001, aspek kesehatan ma-
syarakat dalam hampir semua dokumen Amdal yang ada dan telah disetujui Komisi Am-
dal masih banyak yang belum sesuai dengan pedoman tersebut. Dalam hampir semua do-
kumen Amdal, kesehatan masyarakat hanya ditampilkan sebagai disease profile penyakit-
penyakit yang berbasis lingkungan. Besaran risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh usa-
ha atau kegiatan, yang harus diuraikan sebagaimana disebutkan dalam Lampiran II Pedo-
man Teknis ADKL tersebut, belum dirumuskan secara kuantitatif. Padahal, pengelolaan
risiko hanya bisa dilakukan secara spesifik bila besar risiko dirumuskan secara spesifik
pula. Keterbatasan SDM yang ahli dan profesional, Pedoman Teknis ADKL yang belum
sepenuhnya operasional, jejaring infrastruktur sektor-sektor terkait yang belum mantap
dan penegakkan hukum yang masih lemah adalah sebab-sebab utama kekurangan ini.
Atas dasar ini maka pelatihan ARKL sangat diperlukan. Naskah ini disusun sebagai ba-
han ajar pelatihan ARKL agar ADKL dapat dilaksanakan sesuai dengan tuntutan legal
dan memenuhi kaidah-kaidah ilmiah.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
3
1.2 Ruang Lingkup dan Susunan Materi

Bahan ajar ini dirancang untuk kajian aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam studi
Amdal, mengacu pada kurikulum dan modul yang telah diakreditasi oleh PPSDM Depar-
temen Kesehatan. Meskipun bahan ajar ini dibuat dalam kerangka kajian Amdal namun
metoda, teknik dan prosedur ARKL dapat diterapkan untuk kasus-kasus di luar studi Am-
dal. Dalam bahan ajar ini prinsip-prinsip dasar ARKL dijelaskan terlebih dahulu sedang-
kan metoda-metoda dasar dibahas kemudian disertai dengan teknik dan prosedur yang
menampilkan beberapa contoh kasus. Manajemen dan komunikasi risiko kesehatan me-
lengkapi bahan ajar ini.

Kajian ARKL bersifat komplementer dengan studi-studi epidemiologi, khususnya epi-
demiologi kesehatan lingkungan, terutama dalam hubungannya dengan manajemen dan
komunikasi risiko. Berbeda dengan studi epidemiologi, kajian ARKL dapat menyediakan
manajemen risiko secara kuantitatif yang dapat ditindaklanjuti dengan pengendalian risi-
ko secara teknik atau secara administrasi melalui proses legislasi dan regulasi seperti di-
tunjukkan dalam beberapa contoh kasus.

Dalam bahan ini terdapat sejumlah istilah teknis ARKL; beberapa di antaranya sama de-
ngan kosa kata bidang kajian lain (seperti studi epidemiologi) tetapi mempunyai makna
yang berbeda. Untuk memelihara keutuhan alur bahasan, beberapa istilah itu dijelaskan di
dalam catatan kaki.

1.3 Maksud dan Tujuan Pemelajaran

Bahan ajar ini disiapkan agar peserta pelatihan, baik sendiri maupun berkelompok, mam-
pu menyusun laporan kajian ARKL satu atau lebih risk agent yang menimpa (memajani)
suatu populasi sebagai bagian aspek kesehatan masyarakat di dalam dokumen AMDAL.
Untuk mencapai kualifikasi tersebut, secara khusus perserta harus mampu:

1. Memahami prinsip dasar, metode, teknik, prosedur dan aplikasi ARKL;
2. Menghitung Tingkat Risiko (Risk Quotient, RQ) untuk efek nonkarsinogenik
dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek karsinogenik bahaya bahan kimia
yang terdapat dalam berbagai media lingkungan;
3. Mengetahui cara menurunkan nilai dosis acuan (Reference Dose, RfD) untuk
efek nonkarsinogenik dan Slope Factor (SF) untuk efek karsinogenik bebe-
rapa bahan kimia pilihan berdasarkan hasil-hasil studi uji hayati (bioassay)
dan atau studi epidemiologi;
4. Menghitung asupan (intake) bahan kimia nonkarsinogen dan karsinogen me-
lalui berbagai jalur pemajanan (inhalasi, ingesi dan absorpsi) sesuai dengan
karakteristik antropometri dan pola aktivitas reseptornya, baik menurut waktu
sebenarnya (real time) maupun proyeksi sepanjang hayat (lifetime) dan
waktu-waktu penggalannya;
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
4
5. Merumuskan pengelolaan risiko untuk kasus-kasus RQ>1 dan ECR>E-4 de-
ngan mengubah waktu kontak dan atau konsentrasi risk agent yang dapat di-
rangkum menjadi health advisory (baku anjuran) dan /atau baku mutu seperti
MCL (maximum contaminant level); dan
6. Merumuskan komunikasi risiko kepada pihak-pihak yang berkepentingan
berdasarkan formulasi pengelolaan risiko, sesuai dengan karakteristik antro-
pometri dan sosio-demografi populasi yang menjadi sasaran perlindungan.

1.4 Uraian Singkat Materi dan Proses Belajar Mengajar

Materi ARKL terdiri dari (1) Prinsip-prinsip Dasar, Metoda, Teknik, Prosedur dan Kegu-
naan ARKL, (2) Perhitungan Intake, (3) Perhitungan Risk Quotient dan Excess Cancer
Risk, (3) Perumusan Manajemen dan Komunikasi Risiko, dan (4) Penentuan Reference
Dose dan Slope Factor. Uraian singkat materi tersebut, pengorganisasian kelas dan teknik
belajar-mengajarnya adalah sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip Dasar, Metode, Teknik, Prosedur dan Kegunaan ARKL, di-
sampaikan dalam kelas (gabungan 3 kelompok). Materi ini membahas para-
digma risk analysis, model-model ARKL dan harmoniasi IPCS, metode, tek-
nik dan prosedur ARKL, data dan informasi yang dibutuhkan untuk ARKL
dari studi-studi lain, kegunaan ARKL untuk pengeloaan risiko secara adminis-
tratif dan teknik;
2. Perhitungan RQ dan ECR, disampaikan dalam 3 kelompok paralel dengan stu-
di kasus. Secara berkelompok melalui studi kasus peserta dilatih untuk meng-
hitung besaran RQ dan ECR suatu risk agent menggunakan RfD dan SF yang
tersedia dan intake yang harus dihitung berdasarkan data karakteristik antro-
pometri dan pola aktivitas individu dalam populasi yang berisiko. Dengan tek-
nik role-playing peserta mengerjakan 3 studi kasus dalam 3 kelompok secara
paralel. Setiap peserta akan terlibat dalam menyelesaikan studi kasus:

Pencemaran udara dari gas buang kendaraan bermotor dan emisi industri
dan sanitasi lingkungan yang buruk dipilih sebagai kasus inhalasi. Bebe-
rapa risk agent yang telah memiliki RfD dan SF dipilih sebagai contoh;
Pencemaran air oleh logam atau metaloid yang mempunyai efek ganda
(bersifat esensial dan sekaligus toksik) atau senyawaan organik dalam air
minum dan atau air bersih dipilih sebagai kasus ingesi. Beberapa risk agent
yang telah memiliki RfD dan atau SF dipilih sebagai contoh;
Kontaminasi makanan dan minuman oleh toksikan (alamiah atau buatan)
dipilih sebagai studi kasus ingesi. Beberapa risk agent yang telah memiliki
RfD dan atau SF dipilih sebagai contoh.

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
5
Dalam studi-studi kasus tersebut peserta di dalam kelompoknya diperankan
sebagai regulator atau pimpinan badan otoritas (seperti Bapedal atau Litbang
Depkes, Bapedalda atau Libangkesda) yang akan menunjuk tim yang terdiri
dari risk assessor sebagai team leader, wakil masyarakat, LSM, tenaga profesi
kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, akademisi, industri, politisi
dan sektor-sektor pemerintah dan swasta yang berhubungan dengan kasus
yang dihadapi;
3. Perumusan Pengeloaan Risiko dan Komunikasi Risiko, disampaikan dalam 3
kelompok paralel. Berdasarkan hasil perhitungan RQ atau ECR, peserta me-
rumuskan pengelolaan risiko untuk kasus-kasus dengan RQ>1 dan ECR>E-4
dengan membuat simulasi mengubah waktu kontak dan atau konsentrasi risk
agent sedemikan rupa sehingga intake suatu risk agent sama dengan atau le-
bih kecil daripada RfD-nya (nonkarsinogen), atau ECS E-4 (karsinogen). Ha-
sil simulasi digunakan untuk merumuskan komunikasi risiko dengan meman-
faatkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) populasi yang terpajan;
4. Penyusunan laporan tertulis hasil karakterisasi risiko, rumusan manajemen
dan komunikasi risiko. Laporan mengikuti format Guidance for ATSDR
Health Studies (ATSDR 1996) dan ATSDR Public Health Assessment Guid-
ance Manual (ATSDR 2005);
5. Presentasi Studi Kasus, deselenggarakan dalam kelas (gabungan 3 kelompok).
Setiap kelompok memaparkan hasil perhitungan RQ dan ECR, rumusan mana-
jemen dan komunikasi risiko masing-masing untuk satu studi kasus. Presenta-
si terbaik dipilih untuk ditampilkan pada acara penutupan dan pemberian Ser-
tifikat Kompetensi; dan
6. Penentuan Nilai RfD dan SF, dilatihkan dalam kelas (gabungan 3 kelompok).
Didemonstrasikan cara menurunkan RfD dan SF menggunakan data toksisitas
kuantitatif hasil-hasil studi uji hayati (bioassay) dan atau epidemiologi. RfD
dihitung secara manual dari nilai NOAEL atau LOAEL dengan menyertakan
uncertainty factor dan modifying factor sesuai dengan kualitas data yang ada.
SF dihitung dengan menggunakan program Minitab atau software lain yang
mempunyai program aplikasi analisis regresi (linearized no constant model)
untuk pemajanan one-hit model.


2. PRINSIP-PRINSIP DASAR

2.1 Sejarah Perkembangan

Analisis risiko adalah padanan istilah untuk risk assessment, yaitu karakterisasi efek-efek
yang potensial merugikan kesehatan manusia oleh pajanan bahaya lingkungan (NRC
1983). Analisis risiko merupakan suatu alat pengelolaan risiko, proses penilaian bersama
para ilmuwan dan birokrat untuk memprakirakan peningkatan risiko kesehatan pada
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
6
manusia yang terpajan oleh zat-zat toksik. Tujuannya adalah untuk menyediakan
kerangka ilmiah guna membantu para pengambil keputusan dan orang-orang yang
berkepentingan (para legislator dan regulator, industri dan warga negara yang peduli lain-
nya) dalam memecahkan masalah-masalah lingkungan dan kesehatan (Louvar and
Louvar 1998).

Pada awalnya analisis risiko digunakan dalam bidang pengendalian radiasi, bukan dalam
industri kimia. Analisis risiko yang intensif telah dilakukan tahun 1975 untuk menyelidiki
kematian karena kanker yang disebabkan oleh kebocoran reaktor nuklir. Teknik-teknik
analisisnya kemudian diadopsi oleh Food and Drug Administration Amerika Serikat. US-
EPA selanjutnya menerbitkan pedoman tentang analisis risiko karsinogen tahun 1986. Ki-
ni analisis risiko digunakan untuk berbagai bahaya lingkungan, termasuk bahaya fisik dan
biologis. Bahaya-bahaya fisik, kimiawi dan biologis lingkungan bisa menimbulkan efek
yang merugikan kesehatan manusia dan kerusakan lingkungan. Kajian efek kesehatan di-
kenal dengan health risk assessment (HRA, analisis risiko kesehatan), sedangkan kajian
efek lingkungan disebut ecological risk assessment (ERA).

HRA dibedakan dengan health impact assessment (HIA, analisis dampak kesehatan). Se-
bagaimana akan dijelaskan kemudian, dampak lebih bersifat umum yang berarti bisa po-
sitif atau negatif, sedangkan risiko adalah dampak yang negatif. HRA biasanya digunakan
untuk menilai atau menaksir risiko yang disebabkan oleh bahaya-bahaya lingkungan du-
lu, kini dan akan datang, sedangkan HIA umumnya merupakan bagian perencanaan suatu
kegiatan atau pembangunan baru. Meskipun penggunaannya berbeda, prosedur HRA dan
HIA pada prinsipnya adalah sama. Perbedaan utama HRA dengan HIA terletak pada pe-
majanannya. Dalam HIA pemajanan yang sesungguhnya belum ada (belum bisa diukur
karena kegiatannya belum ada), sedangkan dalam HRA pemajanan sudah ada (telah dan
sedang berlangsung).

Selanjutnya HIA tumbuh dan berkembang secara lebih spesifik menjadi environmental
health risk assessment (EHRA) yang dialihbahasakan menjadi analisis risiko kesehatan
lingkungan (ARKL). Di Indonesia, dalam peraturan perundangan
1
ARKL menjadi bagian
analisis dampak kesehatan lingkungan (ADKL). ADKL sendiri dibedakan menjadi
ADKL bagian Amdal dan ADKL untuk pencemaran pada umumnya (bukan bagian dari
studi Amdal). Untuk ADKL dalam Amdal, yang dimaksudkan sebagai kajian aspek kese-
hatan masyarakat dalam konteks rencana usaha atau kegiatan baru, telah terbit Keputusan
Menteri Kesehatan RI No. 876/ Menkes/SK/VIII/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis
Dampak Kesehatan Lingkungan.

Namun, pedoman teknis ini belum memberikan pedoman yang semestinya sebagai pro-
sedur formal analisis risiko kesehatan lingkungan. Langkang-langkah analisis risiko, yang
tercantum dalam Lampiran II, masih sangat umum dan teoretis. Dalam langkah-langkah
analisis risiko (bagian II. A), tidak disebutkan persamaan matemtis untuk menetapkan

1
Lihat Keputusan Kepala Bapedal No. Kep-124/12/1997 tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan
Masyarakat Dalam Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
7
dosis-respon secara kuantitatif, asupan (intake) dan karakteristik risiko. Pedoman ini ti-
dak menjelaskan karakterisasi risiko karsinogenik dan nonkarsinogenik, padahal prosedur
untuk menetapkan tingkat risiko kedua efek itu berbeda. Pedoman ini juga tidak memberi
ruang untuk memerankan ADKL sebagai bagian dari proses legislasi dan regulasi untuk
menetapkan standar kualitas kesehatan lingkungan seperti baku mutu atau nilai ambang
batas.

Di tingkat internasional, saat ini ada beberapa model analisis risiko yang dikembangkan
oleh Amerika Serikat, negara-negara Uni Eropa dan Australia. Meskipun secara menda-
sar proses-proses analisis risiko adalah sama, beberapa istilah yang sedikit berbeda ba-
nyak digunakan untuk setiap langkah atau proses. International Life Science Institute
mencatat ada 6 model analisis risiko yang masing-masing menggunakan terminologi agak
berbeda, yaitu enHealth EHRA (Australia), International Life Science Institute-Risk
Science Institute, US EPA Ecological Risk Assessment, NAS-NRC Risk Assessment (AS),
Codex Risk Assessment (WTO) dan OIE Import Risk Assessment (enHealth 2002). Na-
mun, model-model itu masih tetap sesuai dengan paradigma risk analysis yang dikem-
bangkan oleh National Academic of Science Amerika Serikat (NRC 1983).

Menyikapi nuansa peristilahan analisis risiko tersebut, International Programme on Che-
mical Safety (IPCS) dan WHO membentuk Harmonization of Approaches to the Assess-
ment of Risk from Exposure to Chemicals yang lebih dikenal sebagai IPCS Harmoniza-
tion Project. Proyek ini adalah program untuk melaksanakan rekomendasi Konferensi
PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (United Nation Coference on Economic and
Development, UNCED) tahun 1992 di Brazil untuk menindaklanjuti 6 area program
Chapter 19 Agenda 21. Harmonisasi bukanlah standarisasi melainkan upaya konsistensi
dan saling pengertian di antara berbagai pendekatan yang digunakan untuk memahami
risiko bahan kimia secara global.

Harmonisasi analisis risiko ini diharapkan dapat dicapai dengan menyiapkan kerangka
untuk membandingkan informasi mengenai analisis risiko, memahami pengertian dasar
standar-standar pemajanan bahan kimia tertentu di berbagai negara, menghemat biaya
dan waktu dengan tukar-menukar informasi untuk menghindari duplikasi kerja, menum-
buhkan dan mengembangkan ilmu yang terpercaya melalui komunikasi lebih baik antar
organisasi dan pakar-pakar peer review. Misi proyek ini adalah memastikan agar analisis
risiko bahan kimia dan pengeloaannya berjalan secara lebih baik untuk meningkatkan
perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan di dalam kerangka pembangunan berke-
lanjutan. Salah satu hasil kerja IPCS Harmonization Project adalah IPCS Risk Assess-
ment Terminology (IPCS 2004a). Hasil proyek lainnya, Environmental Health Crite-
ria XXX Principles for Modelling Dose-Respone for the Risk Assessment of Chemi-
cals, masih berupa draft dan baru dilepas melalui internet 24 Februari 2004 untuk
mendapat tanggapan publik sampai 30 April 2005. Beberapa istilah, konsep dan definisi
ARKL dalam bahan ajar ini diambil dari naskah EHC XXX ini.


Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
8
Laboratory
Field
Clinical
Occupational
Epidemiological
Toxicity
mechanism
Methods
development &
validation
Species & dose
extrapolations
Field
measurement &
observation
Environmental
fate & transport
modeling
Research
Hazard
Identification
What agent
(chemical, phy-
sical, biological)
are potentially
harmful?
Economics,
socials, political
& technical
considerations
Regulatory
options
development
Dose-Response
Assessment
How does is
related to
adverse effects?
Risk
Characterization
What effects are
likely on exposed
populations?
Exposure
Assessment
Who is, or will
be, exposed to
what, when,
where, & for
how long?
Goalss,
Decisions, and
Actions
Risk Assessment Risk Management
2.2 Paradigma Risk Analysis

Paradigma risk analysis
2
untuk kesehatan masyarakat pertama kali dikemukakan tahun
1983 oleh US National Academic of Science untuk menilai risiko kanker oleh bahan
kimia di dalam makanan (NRC 1983). Menurut paradigma ini, risk analysis terbagi
dalam tiga langkah utama yaitu penelitian (research), analisis risiko (risk assessment) dan
manajemen risiko (risk management), seperti dilukiskan dalam Gambar 1.
Gambar 1. Paradigma risk analysis dari NRC (1983).


Analisis risiko terbagi menjadi empat langkah yaitu (1) identifikasi bahaya (hazard iden-
tification), (2) analisis dosis-respon (dose-respone assessment), (3) analisis pemajanan
(exposure assessment) dan (4) karakterisasi risiko (risk characterization) seperti dilukis-

2
Risk analysis bukan padanan istilah analisis risiko melainkan alihbahasa untuk risk assessment. Karena
analisis risko sudah dipakai secara luas sedangkan risk analysis relatif jarang digunakan maka dalam selu-
ruh tulisan ini istilah risk analysis belum dapat dibuat padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga tetap
ditulis seperti aslinya dalam bahasa Inggris.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
9
kan dalam Gambar 2 (Louvar and Louvar 1998)
3
. Risk analysis menggunakan sains, tek-
nik, probabilitas dan statistik untuk memprakirakan dan menilai besaran dan kemungkin-
an risko kesehatan dan lingkungan yang akan terjadi sehingga semua pihak yang peduli
mengetahui cara mengendalikan dan mengurangi risko tersebut.

Identifikasi Bahaya
Identifikasi Sumber
Analisis
Pemajanan
Analisis
Dosis Respons
Karakterisasi Risiko
Komunikasi Risiko
Manajemen Risiko
ANALISIS RISIKO

Gambar 2. Ruang lingkup langkah-langkah risk analysis. Risk assessment hanya pada bagian
kotak garis titik-titik sedangkan risk management dan risk communication berada di luar lingkup
risk assessment (kata-kata diterjemahkan dari Figure 1.1 Louvar and Louvar [1998] halaman 5).


Manajemen atau pengelolaan risiko merupakan proses pengambilan keputusan yang meli-
batkan pertimbangan faktor-faktor politik, sosial, ekonomi dan teknik yang relevan de-
ngan pembangunan, analisis, pemilihan dan pelaksanaa mitigasi risko yang disebabkan
oleh bahaya lingkungan. Pengelolaan risiko terdiri dari tiga unsur yaitu evaluasi risiko,
pengendalian emisi dan pemajanan dan pemantauan risiko. Ini berarti, analisis risiko me-
rupakan bagian risk analysis sedangkan manajemen risiko bukan bagian analisis risiko
tetapi kelanjutan dari analisis risiko. Supaya tujuan pengelolaan risiko tercapai dengan
baik maka pilihan-pilihan manajemen risiko itu harus dikomunikasikan kepada pihak-
pihak yang berkepentingan. Langkah ini dikenal sebagai komunikasi risiko. Seperti akan
dijelaskan kemudian dalam contoh-contoh studi kasus, manajemen dan komunikasi risiko
bersifat spesifik yang bergantung pada karakteristik risk agent, pola pemajanan, individu

3
Louvar and Louvar (1998) mengadaptasi gambar ini dari Guidelines for Hazards Evaluation Procedures,
New York, Center for Chemical Process Safety of the American Institute of Chemical Engineers, 1985, hal
1-9.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
10
atau populasi yang terpajan, sosio-demografi dan kelembagaan masyarakat dan pemerin-
tah setempat.

Penelaahan IPCS (2004) lebih mendalam mengenai metoda risk analysis dan analisis
risiko menyimpulkan bahwa langkah-langkah analisis risiko dan manajemen risiko
tidaklah lurus dan satu arah melainkan merupakan proses siklus interaktif dan bahkan
iterative (berulang-ulang). Manajemen risiko berinteraksi dan beriteratif dengan analisis
risiko, terutama di dalam perumusan masalah. Secara umum dapat dirumuskan bahwa
analisis risiko formal didahului oleh analisis risiko pendahuluan yang biasanya bersifat
subyektif dan informal. Pada tahap awal ini masyarakat dan lembaga-lembaga swadaya
masyarakat lingkungan dan kesehatan biasanya lebih peka daripada badan-badan otoritas
negara. Namun, seringkali kebanyakan masalah didasarkan pada persepsi dan opini yang
tidak dapat dirumuskan secara ilmiah. Misalnya, bau yang berasal dari emisi suatu
industri bisa dirasakan oleh semua orang yang secara obyektif telah mengganggu
kenyamanan. Namun, risk agent apa yang menyebabkan bau itu, hanya bisa dikenali oleh
mereka yang terlatih, berpengalaman dalam teknik-teknik analisis pencemaran udara dan
mengetahui proses-proses industrinya. Tetapi, mengenali bau secara subyektif berasal
dari udara, bukan dari air, sudah cukup bagi risk assessor untuk melangkah lebih lanjut
menuju analisis risiko formal. Meskipun masih meraba-raba, ia sudah lebih terarah
menuju sasaran yang sebenarnya, karena bau itu bukan dari air, misalnya.

Dalam perkembangan selanjutnya disadari bahwa interaksi tidak hanya perlu dilakukan
antara risk assessor dan risk manager tetapi harus melibatkan semua pihak yang tertarik
atau yang berkepentingan (IPCS 2004). Masalah risiko, faktor-faktor yang berhubungan
dengan risiko dan persepsi tentang risiko perlu dikomunikasikan secara transparan. Pro-
ses ini dikenal sebagai komunikasi risiko. Komunikasi risiko berperan untuk menjelaskan
secara transparan dan bertanggungjawab tentang proses dan hasil karakterisasi risiko ser-
ta pilihan-pilihan manajemen risikonya kepada pihak-pihak yang relevan.

Berdasarkan paradigma risk analysis tersebut, IPCS (2004) kemudian merumuskan atur-
an umum bahwa analisis risiko perlu diawali dengan analisis risiko pendahuluan yang
bersifat subyektif dan informal. Langkah ini dilakukan untuk memastikan apakah suatu
kasus memerlukan analisis risiko secara formal atau tidak. Analisis risiko pendahuluan
merupakan transisi menuju analisis risiko formal, suatu proses iteratif yang memudahkan
persinggungan kritis analisis risiko dengan manajemen risiko. Proses ini disebut sebagai
perumusan masalah (problem formulation).

2.3 Ciri-Ciri Studi Epidemiologi dan ARKL

ARKL masih jarang digunakan dalam kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan ma-
syarakat. Kebanyakan analisis dilakukan secara konservatif dengan studi epidemiologi.
Memang, selama berabad-abad studi epidemiologi telah menjadi metoda investigasi pe-
nyakit infeksi di masyarakat (WHO 1983). Boleh jadi sebagian akademisi dan praktisi
kesehatan masyarakat berpendapat bahwa epidemiologi merupakan satu-satunya metoda
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
11
kajian dampak lingkungan terhadap kesehatan. Oleh karena itu bisa difahami jika masih
banyak salah persepsi dan pemertukaran studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL)
dengan ARKL. Sekurang-kurangnya ada enam ciri yang membedakan EKL dan ARKL,
yaitu:

1. Dalam ARKL, pajanan risk agent yang diterima setiap individu dinyatakan se-
bagai intake atau asupan. Studi epidemiologi umumnya tidak (perlu) memper-
hitungkan asupan individual ini;
2. Dalam ARKL, perhitungan asupan membutuhkan konsentrasi risk agent di da-
lam media lingkungan tertentu, karakteristik antropometri (seperti berat badan
dan laju inhalasi atau pola konsumsi) dan pola aktivitas waktu kontak dengan
risk agent. Dalam EKL konsentrasi dibutuhkan tetapi karakteristik antropomet-
ri dan pola aktivitas individu bukan determinan utama dalam menetapkan be-
saran risiko;
3. Dalam ARKL, risiko kesehatan oleh pajanan setiap risk agent dibedakan atas
efek karsinogenik dan nonkarsinogenik dengan perhitungan yang berbeda. Da-
lam EKL, teknik analisis efek kanker dan nonkanker pada dasarnya sama;
4. Dalam EKL, efek kesehatan (kanker dan nonkanker) yang ditentukan dengan
berbagai pernyataan risiko (seperti odd ratio, relative risk atau standardized
mortality ratio) didapat dari populasi yang dipelajari. ARKL tidak dimaksud-
kan untuk mencari indikasi atau menguji hubungan atau pengaruh dampak
lingkungan terhadap kesehatan (kejadian penyakit yang berbasis lingkungan)
melainkan untuk menghitung atau menaksir risiko yang telah, sedang dan akan
terjadi. Efek tersebut, yang dinyatakan sebagai nilai kuantitatif dosis-respon,
harus sudah ditegakkan lebih dahulu, yang didapat dari luar sumber-sumber
populasi yang dipelajari, bahkan dari studi-studi toksisitas uji hayati (bioassay)
atau studi keaktifan biologis risk agent.
5. Dalam ARKL, besaran risiko (dinyatakan sebagai RQ untuk nonkarsinogenik
dan ECR untuk karsinogenik) tidak dibaca sebagai perbandingan lurus (direct-
ly proportional) melainkan sebagai probalitias. Dalam EKL pernyataan risiko
seperti OR, RR atau SMR dibaca sebagai perbandingan lurus. Jadi misalnya,
RQ = 2 tidak dibaca sama dengan OR = 2.
6. Kuantitas risiko nonkarsinogenik dan karsinogenik digunakan untuk merumus-
kan pengelolaan dan komunikasi risiko secara lebih spesifik. ARKL menawar-
kan pengelolaan risiko secara kuantitatif seperti penetapan baku mutu dan
reduksi konsentrasi. Pengelolaan dan komunikasi risiko bukan bagian integral
studi EKL dan, jika ada, hanya relevan untuk populasi yang dipelajari.

2.4 EKL dan ARKL dalam Public Health Assessment (PHA)

EKL dan ARKL menjadi studi komplementer dalam Public Health Assessment (PHA)
yang disarankan oleh US Department of Health and Human Services. PHA diperkenalkan
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
12
tahun 2005 oleh Agency for Toxic Substances and Drug Registry (ATSDR) dalam publi-
kasi yang berjudul ATSDR Public Health Assessment Guidance Manual (ATSDR 2005).
PHA didefiniskan sebagai:

The evaluation of data and information on the release of hazardous substances
into the environment in order to assess any [past], current, or future impact on
public health, develop health advisories and other recommendations, and identify
studies or actions needed to evaluate and mittigate or prevent human health
effects (Evaluasi data dan informasi mengenai pelepasan bahan-bahan berbahaya
ke lingkungan untuk menilai setiap dampak [yang lalu], kini, atau yang akan da-
tang terhadap kesehatan masyarakat, mengembangkan anjuran-anjuran kesehatan
4

dan rekomendasi-rekomendasi lain, dan mengidentifikasi kajian-kajian atau
tindakan-tindakan yang dibutuhkan untuk mengevaluasi dan meniadakan atau
mencegah efek-efek kesehatan manusia).

Komplementasi EKL dengan ARKL dapat dilihat dalam decision logic (Gambar 3) yang
menentukan komponen studi mana yang dapat dilakukan berdasarkan data dan informasi
awal yang tersedia. Pedoman logika pengambilan keputusan untuk menetapkan kompo-
nen studi dijelaskan dalam Guidance for ATSDR Health Studies (ATSDR 1996).

Tipe, media, kon-
sentrasi risk
agents (polutan)
J alur pajanan
Populasi berisiko
Kategori 1:
Pajananmanusia
padatingkat yang
harusdipedulikan
terdokumentasi
Kategori 2:
Pajananmanusia
padatingkat yang
harusdipedulikan
belumcukup
terdokumentasi
Kategori 1a:
Dosis-responrisk
agents telah
tersedia
Category 1b:
Dosis-responsrisk
agents belum
tersedia
ARKL
EKL
Penyelidikan efek biologis
kesehatan yang masuk akal
Penyelidikan pajanan (sum-
ber yang lalu & sekarang,
produksi & pelepasan)

Gambar 3. Ilustrasi logika pengambilan keputusan untuk menentukan tipe studi mana yang dapat
dilakukan dalam mempelajari efek lingkungan terhadap kesehatan manusia (diadaptasi/diringkas
dari Table 1, ATSDR [1996]).


4
Health Adivisory (HA) merupakan salah satu bentuk pengendalian risiko kesehatan yang bersifat anjuran,
tidak wajib (non enforceable) namun bisa ditingkatkan menjadi baku mutu melalui proses legislasi.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
13
2.5 Konsep dan Definisi

IPCS (2004a) mendefiniskan analisis risiko sebagai proses yang dimaksudkan untuk
menghitung atau memprakirakan risko pada suatu organisme sasaran, sistem atau
(sub)populasi, termasuk identifikasi ketidakpastian-ketidakpastian yang menyertainya,
setelah terpajan oleh agent tertentu, dengan memerhatikan karakteristik yang melekat
pada agent yang menjadi perhatian dan karakteristik sistem sasaran yang spesifik.
5
Ri-
siko itu sendiri didefiniskan sebagai kebolehjadian (probabilitas) suatu efek merugikan
pada suatu organisme, sistem atau (sub)populasi yang disebabkan oleh pemajanan suatu
agent dalam keadaan tertentu.
6
Definisi lain menyebutkan risiko kesehatan manusia se-
bagai kebolehjadian kerusakan kesehatan seseorang yang disebabkan oleh pemajanan
atau serangkaian pemajanan bahaya lingkungan (EPA 1990).

Saat ini analisis risiko digunakan untuk menilai atau menaksir risko kesehatan manusia
yang disebabkan oleh pajanan bahaya lingkungan. Bahaya adalah sifat yang melekat pada
suatu risk agent atau situasi yang memiliki potensi menimbulkan efek merugikan jika su-
atu organisme, sistem atau (sub)populasi terpajan oleh risk agent tersebut
7
(IPCS 2004a).
Bahaya lingkungan terdiri atas tiga risk agent
8
yaitu chemical agents (bahan-bahan ki-
mia), physical agents (energi radiasi dan gelombang elektromagnetik berbahaya) dan bi-
ological agents (makhluk hidup atau organisme). Analisis risiko bisa dilakukan untuk pe-
majanan yang telah lampau (past exposure), dengan efek yang merugikan sudah atau be-
lum terjadi, bisa juga untuk studi prediksi risiko pemajanan yang akan datang (future ex-
posure). Studi-studi Amdal masuk dalam kategori yang kedua.

Jelas bahwa bahaya tidak sama dengan risiko. Bahaya adalah suatu potensi risiko dan
risiko tidak akan terjadi kecuali syarat-syarat tertentu terpenuhi. Syarat-syarat dimaksud
adalah toksisitas risk agent yang bersangkutan dan pola-pola pajanannya. Suatu risk
agent, sekalipun toksik, tidak akan berisiko bagi kesehatan jika tidak memajani dengan
dosis dan waktu tertentu. Toksisitas bukanlah besaran fisis yang tetap (seperti titik didih,
massa jenis, atau volum molar) melainkan fungsi dari berbagai variabel seperti dosis,
waktu dan karakteristik reseptor biologisnya (organisme, sistem atau [sub]populasi).

5
A process intended to calculate or estimate the risk to a given target organism, system, or (sub)popula-
tion, including the identification of attendant uncertainties, following exposure to a particular agent, taking
into account the inherent characteristics of the agent of concern as well as the charatceristics of the spe-
cific target system.
6
The probability of an adverse effect in an organism, system, or (sub)population caused under specified cir-
cumstances by exposure to an agent (IPCS 2004a).
7
Inherent property of an agent or situation having the potential to cause adverse effects when an organism,
system, or (sub)population is exposed to that agent.
8
Agent, seperti dalam environmental agent, sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Agent kadang-
kadang diterjemahkan menjadi faktor, misalnya faktor kimia untuk chemical agent (seperti dilakukan oleh
Pusat Hiperkes Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI), sering pula dialihbahasakan menjadi agen.
Agent didefinisikan sebagai a chemical, biological, or physical entity that contact a target (IPCS 2004a,
Part 2). Risk agent merujuk bahaya-bahaya lingkungan yang berpotensi menimbulkan risiko kesehatan jika
kondisi spesifik terpenuhi.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
14
Dalam ARKL, risiko kesehatan sebagai endpoint atau penjelmaan pajanan bahaya-bahaya
lingkungan dibedakan atas efek-efek karsinogenik dan efek-efek nonkarsinogenik. Efek
nonkarsinogenik dikenal sebagai efek sistemik, yaitu efek-efek selain kanker dan mutasi
gen, sedangkan efek karsinogenik dinyatakan sebagai lifetime cancer risk (risiko kanker
yang dapat terjadi pada suatu waktu sepanjang hayat) dan excess cancer case (jumlah
tambahan kasus kanker per jumlah populasi). Efek di sini berarti perubahan keadaan
atau dinamika organisme, sistem atau (sub)populasi yang disebabkan oleh pemajanan
suatu risk agent
9
(IPCS 2004a). Efek-efek yang teramati merupakan bukti perubahan-
perubahan biologis pada suatu organisme, sistem atau (sub)populasi, yang bisa dilihat
sebagai tingkat-tingkat keparahan
10
efek atau rangkaian efek yang berbeda-beda, yang
berjenjang dari yang kurang parah sampai yang paling parah menurut kenaikan dosis.

Dalam beberapa literatur istilah efek seringkali dipertukarkan dengan respon. Namun
biasanya respon digunakan lebih spesifik untuk menyatakan efek pada kelompok in-
dividu, bukan secara individu. Efek itu sendiri harus dapat diukur secara gradual (ber-
tingkat) menurut kenaikan dosis, yang berarti besaran efek sebanding dengan besaran
dosis. Jika kedua besaran ini tidak dapat dihitung, hubungan dosis dengan efek juga tidak
bisa ditegakkan secara kuntitatif. Di dalam ARKL hubungan kuantitatif dosis-respon
adalah kunci untuk menetapkan kunatitas tingkat risiko.

Untuk kajian ARKL, efek yang mendapat perhatian biasanya adalah efek-efek yang me-
rugikan kesehatan (adverse health effects). Efek-efek yang merugikan kesehatan itu ber-
jenjang mulai dari yang paling rendah berupa hanya perubahan fisiologi kecil sampai
yang paling tinggi berupa kesakitan akut dan kematian (Koning 1987). Akan tetapi dewa-
sa ini ada dua pandangan dominan dalam menetapkan efek kesehatan ini. Pandangan per-
tama mengatakan bahwa setiap efek terukur, betapa pun kecilnya perubahan yang terjadi,
harus dianggap sebagai ancaman bagi kesehatan. Misalnya, setiap konsentrasi xenobiotik
(zat asing) di dalam jaringan, betapa pun rendahnya, merupakan bukti bahwa telah terjadi
pemajanan yang menyebabkan tubuh mengalami tekanan walaupun dapat diatasi tanpa
menimbulkan ancaman kesehatan. Pandangan kedua menyatakan bahwa tidak ada anca-
man bagi kesehatan sepanjang pemajanan tidak mengganggu jenis dan tingkat mekanis-
me perlindungan yang normal. Artinya, meskipun telah terjadi perubahan menjadi tidak
normal, tidaklah dianggap mengancam kesehatan bila perubahan itu bisa dikembalikan
lagi oleh tubuh ke keadaan normalnya. Pandangan pertama dianut oleh negara-negara be-
kas Uni Soviet dan sekutu-sekutunya, sedangkan pandangan kedua dianut oleh Amerika
dan sekutu-sekutunya. Negara-negara lain umumnya menganut salah satu pandangan ter-
sebut. Menurut pandangan pertama, potensi gangguan kesehatan dikatakan ada segera se-
telah organisme mengalami perubahan dari keadaan normal yang dapat terdeteksi apa pun
bentuknya. Karena itu konsentrasi maksimum pencemar yang diizinkan (maximum per-

9
Change in the state or dynamics of an organism, system, or (sub)population caused by the exposure to an
agent (IPCS, 2004a, Part 1).
10
Misalnya, tingkat keparahan iritasi mata karena peningkatan konsentrasi oksidan di udara. Lihat se-
lanjutnya de Koning HW (ed.) (1987) Setting Environmental Standards, Guidelines for Decision Making,
Geneva, WHO, halaman 17.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
15
missible concentration) diset di bawah tingkat ini, yaitu jumlah zat yang dapat menyebab-
kan perubahan-perubahan adaptif dan dapat dikompensasi oleh organisme di dalam ke-
lompok yang paling rawan (sensitif, vulnerable).

Berhubung dengan efek-efek yang merugikan kesehatan tersebut, adalah sangat penting
untuk menyatakan dosis, yang mempunyai hubungan kuantitatif dengan efek atau respon,
sebagai dosis total (total dose) atau dosis sebenarnya (actual dose). Dosis total merupa-
kan integrasi dosis seluruh waktu pemajanan sedangkan dosis sebenarnya menyatakan
dosis harian. Di dalam perhitungan tingkat risiko, dosis aktual adalah asupan atau intake
yang diterima individu dari berbagai jalur pemajanan. Dosis aktual bisa berbeda dari satu
individu ke individu lain, meskipun konsentrasi risk agent di dalam media lingkungan
yang memajannya sama. Karena itu dosis aktual dinyatakan misalnya sebagai mg zat/kg
berat badan individu/hari, sebagaimana dijelaskan lebih rinci di dalam seksi Analisis Pe-
majanan.


3. METODA, TEKNIK DAN PROSEDUR ARKL

3.1 Model Studi

Saat ini ada berbagai varian metoda ARKL yang digunakan di berbagai negara. Metoda-
metoda itu telah diharmonisasikan oleh International Programme on Chemical Safety
(IPCS 2004) sebagai rangkuman dari berbagai model yang digunakan selama ini.
Menurut model harmonisasi IPCS ini, ARKL diawali dengan perumusan masalah di-
lanjutkan dengan identifikasi bahaya, analisis pemajanan atau penilaian kontak, analisis
dosis-respon dan karakterisasi risiko. Langkah terakhir ini menjadi dasar untuk merumus-
kan pilihan-pilihan manajemen risiko dan komunikasinya.

Hampir bersamaan dengan harmonisasi IPCS, Agency for Toxic Substances and Drug Re-
gistry (ATSDR) dari US Department of Health and Human Services menerbitkan ATSDR
Public Health Assessment Guidance Manual (ATSDR 2005). Menurut manual ini, Public
Health Assessment tidak saja menyediakan estimasi numerik risiko kesehatan melainkan
juga perspektif kesehatan masyarakat dengan memadukan analisis mengenai kondisi-
kondisi spesifik pemajanan setempat, data efek-efek kesehatan dan kepedulian
masyarakat. PHA terdiri dari dua studi komplementer yaitu analisis risiko kesehatan
lingkungan dan studi epidemiologi. Karena perpaduan itu, model ATSDR 2005 ini sangat
cocok untuk kajian aspek-aspek kesehatan masyarakat dalam studi Amdal maupun untuk
kasus-kasus pencemaran lingkungan secara umum. Model ATSDR 2005 dapat dipungut
(diadopsi) sebagai metoda, teknik dan prosedur kajian ARKL yang lengkap (bukan
desktop study).
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
16
3.2 Metoda

Sebagaimana telah disinggung, dalam garis besarnya ARKL terdiri dari empat tahap kaji-
an, yaitu identifikasi bahaya, analisis dosis-respon, analisis pemajanan dan karakterisasi
risiko. Ke empat langkah ini tidak harus dilakukan secara berurutan, kecuali karakterisasi
risiko sebagai tahap terakhir. Karakterisasi risiko kesehatan pada populasi berisiko dila-
kukan secara kuantitatif dengan menggabungkan analisis dosis-respon dengan analisis pe-
majanan. Nilai numerik estimasi risiko kesehatan kemudian digunakan untuk merumus-
kan pilihan-pilihan manajemen risiko untuk mengendalikan risiko tersebut. Selanjutnya
opsi-opsi manajemen risiko itu dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang berkepenting-
an agar risiko yang potensial dapat diketahui dan dicegah.

Selain itu, estimasi risiko kuantitatif juga digunakan sebagai dasar untuk mengamati keja-
dian aktual efek-efek yang merugikan kesehatan pada populasi berisiko dengan melaku-
kan studi epidemiologi kesehatan lingkungan (EKL) untuk menjelaskan proporsi gejala
atau kejadian penyakit dan proporsi tingkat pencemaran (Type-1 Health Study, ATSDR
1996), atau asosiasi (termasuk hubungan sebab-akibat) gejala atau penyakit dengan ting-
kat pencemaran (Type-2 Health Study, ATSDR 1996). Dengan demikian ARKL dan studi
epidemiologi kesehatan lingkungan dapat dianalogikan seperti hisab dan rukyat dalam
penentuan awal bulan. ARKL mampu meramalkan besaran tingkat risiko secara kuantita-
tif, sedangkan studi epidemiologi dapat membuktikan apakah prediksi itu sudah terbukti
atau belum. Berikut ini dijelaskan apa saja yang dilakukan dalam setiap tahap ARKL, di-
paparkan dengan urutan terbalik dari tahap paling akhir (karakterisasi risiko).

3.2.1 Karakterisasi Risiko

Karakteristik risiko kesehatan dinyatakan sebagai Risk Quotient


11
(RQ, Tingkat Risiko)
untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Excess Cancer Risk (ECR) untuk efek-efek karsino-
genik. RQ dihitung dengan membagi asupan nonkarsinogenik (I
nk
) setiap risk agent de-
ngan dosis referensinya (RfD) menurut Persamaan (1). RfD adalah toksisitas kuantitatif
nonkarsinogenik, menyatakan estimasi dosis pajanan harian yang diprakirakan tidak me-
nimbulkan efek merugikan kesehatan meskipun pajanan berlanjut sepanjang hayat. Dosis
referensi dibedakan untuk pajanan oral (ingesi, makanan dan minuman) yang disebut RfD
dan untuk pajanan inhalasi (udara) yang disebut RfC. RfD dan RfC dinyatakan dalam mg
risk agent per kg berat badan per hari (mg/kg/hari).


RfC RfD
I
RQ
nk
atau
= (1)

Baik I
nk
maupun RfD harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk agent dan media ling-
kungan tertentu. Misalnya, RfD TEL (tetraethyl lead) hanya digunakan untuk menghitung

11
US-EPA menyebutnya Hazard Qoutient, HQ. Istilah RQ lebih tepat daripada HQ karena bahaya bukan
risiko melainkan sumber risiko.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
17
RQ TEL, sedangkan RQ Pb total tidak bisa dihitung memakai RfD TEL karena nilai ke
dua RfD itu berbeda. Risiko kesehatan dinyatakan ada dan perlu dikendalikan jika RQ>1.
Jika RQ1, risiko tidak perlu dikendalikan tetapi segala kondisi perlu dipertahankan agar
nilai numerik RQ tidak melebihi 1.

ECR dihitung dengan mengalikan Slope Factor (SF)
12
dengan asupan karsinogenik (I
k
)
setiap risk agent menurut Persamaan (2). Harap diperhatikan, asupan risk agent karsino-
genik dan nonkarsinogenik tidak sama karena perbedaan bobot waktu rata-ratanya (t
avg
)
seperti dijelaskan dalam keterangan rumus asupan Persamaan (3).

ECR = SF I
k
(2)

Baik SF maupun I
k
harus spesifik untuk bentuk spesi kimia risk agent dan media ling-
kungan tertentu. Tidak semua risk agent memiliki RfD dan SF; sebagian hanya RfD atau
SF saja. Jika suatu saat ke dua dosis referensi suatu risk agent sudah tersedia, Persamaan
(2) dengan sendirinya bisa digunakan.

3.2.2 Perhitungan Asupan

Asupan setiap risk agent (I


nk
dan I
k
) harus dihitung untuk semua jalur pemajanan menurut
karakteristik antropometri dan pola aktivitas populasi berisiko menggunakan Persamaan
(3) (ATSDR 2005; Louvar and Louvar 1998):


avg b
t E E
t W
D f t R C
I


= (3)

I = asupan (intake), mg/kg/hari
C = konsentrasi risk agent, mg/M
3
untuk medium udara, mg/L untuk air minum,
mg/kg untuk makanan atau pangan
R = laju asupan atau konsumsi, M
3
/jam untuk inhalasi, L/hari untuk air minum,
g/hari untuk makanan
t
E
= Waktu pajanan, jam/hari
f
E
= Frekuensi pajanan, hari/tahun
D
t
= Durasi pajanan, tahun (real time
13
atau proyeksi, 30 tahun untuk nilai default
residensial)
W
b
= Berat badan, kg
t
avg
= perioda waktu rata-rata (D
t
365 hari/tahun untuk zat nonkarsinogen, 70
tahun365 hari/tahun untuk zat karsinogen)

12
Disebut juga Cancer Slope Factor, CSF
13
Maksudnya lama bermukim di tempat sampai saat survey atau perhitungan dilakukan.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
18
3.2.3 Analisis Dosis-Respon

Analisis dosis-respon (dose-response assessment) dilakukan untuk menetapkan nilai-nilai
kuantitatif toksisitas suatu brisk agent untuk setiap bentuk spesi kimianya yang dinyata-
kan sebagai RfD (untuk air minum dan makanan/ingesi) atau RfC (untuk udara/inhalasi)
untuk efek-efek nonkarsinogenik dan Slope Factor (SF) atau Unit Risk (UR) untuk efek-
efek karsinogenik. RfD, RfC, SF dan UCR zat-zat kimia dalam berbagai spesi, termasuk
fomulanya, telah tersedia dalam pangkalan data Integrated Risk Information System dari
US-EPA (IRIS 2007). Ada ratusan spesi kimia zat yang telah dimasukkan ke dalam daftar
IRIS yang bisa diakses ke alamat website http://www.epa.gov/iris. Iris menyediakan file
Quick View dan Full Summary toksisitas risk agent. Boks berikut adalah contoh Oral
RfD Summary untuk arsen.























Analog dengan RfD atau RfC yang diterbitkan IRIS, kuantitas toksisitas zat kimia bisa
juga mengadopsi nilai Minimum Risk Level (MRL) yang dikeluarkan ATSDR. Konsep
dan penggunaan MRL kurang lebih sama dengan RfD atau RfC, kecuali definisi waktu
pemajanannya. RfD atau RfC diturunkan hanya untuk pemajanan kronik sedangkan MRL
mempunyai 3 kategori waktu yaitu akut (14 hari atau kurang), intermediet (15 365 hari)
dan kronik (lebih dari 365 hari). Sayangnya, sampai saat ini (publikasi ATSDR Desember
2004) MRL Pb belum tercantum dalam daftar yang diterbitkan ATSDR.

_1.A.1. Oral RfD Summary
Critical Effect Experimental Doses* UF MF RfD
Hyperpigmentation, keratosis and
possible vascular complications
Human Chronic oral exposure
(Tseng 1977; Tseng et al. 1968)
NOAEL: 0.009 mg/L
converted to 0.0008
mg/kg/day

LOAEL: 0.17 mg/L
converted to 0.014
mg/kg/day
3 1
3E-4
mg/kg-day
*Conversion factor NOAEL was based on anarithmetic mean of 0.009 mg/L in a range of arsenic
concentration of 0.001 to 0.017 mg/L. This NOAEL als included estimation of arsenic from food. Since
experimental data were missing, arsenic concentration in sweet potatoes and rice were estimated as
0.002 mg/day. Other assumptions included consumption of 4.5 L water/day and 55 kg bw (Abernaty et
al 1989). NOAEL = [(0.009 mg/L x 4.5 L/day) + 0.002 mg/day]/55 kg = 0.0008 mg/kg-day. The
LOAEL dose was estimated using the same assumptions as the NOAEL starting with an arithmetic
mean water concentration from Tseng (1977) of 0.17 mg/L. LOAEL = [(0.17 mg/L x 4.5 L/day) +
0.002 mg/day]/55 kg = 0.014 mg/kg-day.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
19
Secara tradisional, efek sistemik biasanya dievalusi dengan menggunakan ADI (accept-
able daily intake), SF (safety factor) dan MOS (margin of safety) sebagai ukuran. Evalu-
asi menggunakan ukuran-ukuran ini menimbulkan kontroversi karena konsep dasarnya
sukar diterima. Nilai ADI ditetapkan berdasarkan nilai NOAEL (No Observed Adverse
Effect Level) yang diperoleh secara eksperimen menggunakan hewan uji (bioassay) atau
studi epidemiologi. NOAEL adalah dosis tertinggi suatu zat pada studi toksisitas kronik
atau subkronik yang secara statistik atau biologis tidak memperlihatkan efek merugikan
pada hewan uji atau pada manusia.
14
Jadi, ADI adalah human dose sedangkan NOAEL
merupakan experimental dose. ADI diperoleh dengan membagi NOAEL dengan SF
(awas, jangan tertukar dengan SF yang berarti slope factor!):

SF
ADI
NOAEL
= (4)
Umumnya SF adalah angka kelipatan 10 tidak mempunyai satuan, yang memerlihatkan
faktor-faktor ketidakpastian yang spesifik. Misalnya faktor 10 dipakai untuk menampung
perbedaan respon terhadap zat toksik yang diuji antara hewan dan manusia dalam ekspe-
rimen jangka panjang. Jika kerentanan manusia dalam suatu populasi juga berbeda-beda,
faktor 10 kedua harus dipakai sehingga secara keseluruhan menjadi 10 10 = 100. Lebih
lanjut, jika data uji toksisitas dengan hewan uji juga tidak lengkap (misal hanya uji sub-
kronik, bukan kronik, atau hanya menggunakan satu spesis saja), faktor 10 berikutnya
harus dimasukkan, menghasilkan SF 1000. Atas dasar ini, berlaku ketentuan umum
bahwa SF untuk NOAEL uji hayati adalah 100.

Kontroversi muncul karena seolah-olah semua pajanan di bawah ADI adalah aman (bisa
diterima) dan yang di atasnya tidak aman (tidak bisa diterima). Kenyataannya, ada pajan-
an di atas ADI yang juga aman, tetapi sebaliknya yang di bawahnya pun dijumpai juga
ada yang tidak aman. Oleh karena itu US-EPA mengajukan konsep RfD yang,
sebagaimana definsinya, mengandung makna probabilitas. Secara teknis RfD ditetapkan
dengan cara yang sama dengan ADI, yaitu membagi NOAEL atau LOAEL dengan UF
(uncertainty factor) sesuai dengan konsep probabilitas. Lowest Observed Adverse Effect
Level adalah dosis terendah yang secara statistik atau biologis (masih) memperlihatkan
efek merugikan pada hewan uji atau pada manusia.
15
Angka dan kriteria UF sebenarnya
sama dengan SF, yaitu:

UF
1
= 10 untuk variasi sensitivitas dalam populasi manusia (10H, human)
UF
2
= 10 untuk ekstrapolasi dari hewan ke manusia (10A, animal)

14
WHO (1990) yang dikutip enHealth (2002) mendefinisikan NOAEL sebagai the highest dose of a
substance at which no toxic (i.e. adverse) effects are observed. Lihat selanjutnya WHO. 1990.
Environmental Health Criteria 104: Principles for the Toxicological Assessment of Pesticides in Food.
Geneva:International Programme on Chemical Safety/World Health Organization.
15
enHealth (2002) mendefinisikan LOAEL sebagai the lowest concentration or amount of a substance,
found by experiment or observation, that cause adverse alteration of morphology, functional capacity,
growth, development of life span of target organism.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
20
UF
3
= 10 NOAEL diturunkan dari uji subkronik, bukan kronik
UF
3
= 10 bila menggunakan LOAEL bukan NOAEL

Faktor ketidakpastian ini diperkuat dengan modifying factor (MF), yang disebut sebagai
professional judgement, yakni penilaian profesional terhadap kualitas studi toksisitas dan
kelengkapan datanya yang tidak tertampung dalam UF. Nilai MF antara >0 sampai 10
dengan nilai default 1. RfD ditentukan dengan membagi NOAEL atau LOAEL dengan UF
MF menurut Persamaan (5):
MF UF UF UF UF
LOAEL NOAEL
RfD

=
4 3 2 1
atau
(5)
Jadi, RfD bukanlah dosis yang acceptable melainkan hanya referensi. Jika dosis yang di-
terima manusia melebihi RfD maka probabilitas untuk mendapatkan risiko juga lebih
besar. Namun, dosis di atas RfD tidak otomatis mengganggu kesehatan dan sebaliknya
dosis di bawah RfD tidak otomatis aman, karena RfD diturunkan dengan menyertakan
unsur-unsur ketidakpastian. Suatu zat toksik yang RfD-nya kecil berarti risiko kesehatan
yang dapat ditimbulkannya besar.

Menentukan nilai numerik UF sangat bergantung pada kualitas data hasil studi yang men-
jadi sumber NOAEL atau LOAEL. Subyektivitas assessor tidak bisa dihindari, apalagi un-
tuk nilai MF. Untuk menghidari subyektivitas itu dan untuk meningkatkan transparansi
proses ARKL, IPCS (2004a) mengajukan model dosis-respon. Misalnya, UF yang dipa-
kai untuk ekstrapolasi dari bioassay ke manusia yang bernilai 100 (= UF
1
UF
2
) dipecah
menjadi AD
UF
(= 10
0,4
atau 2,5), AK
UF
(= 10
0,6
atau 4,0), HD
UF
( = 10
0,5
atau 3,2) dan
HK
UF
(=10
0,5
atau 3,2).
16
Namun, karena model ini masih draft dan sedang di-review oleh
para pakar maka untuk menurunkan RfD Persamaan (5) masih bisa digunakan.

Selain menggunakan MRL, RfD atau RfC juga bisa diturunkan dari baku mutu yang nilai
default faktor-faktor antropometrinya telah diketahui. Misalnya, baku mutu Pb dalam Na-
tional Ambient Air Quality Standard (NAAQS) dari US-EPA (EPA 1990) bisa dipakai
untuk menurunkan RfC Pb total karena nilai default untuk Persamaan (3) telah dibuat
US-EPA, yaitu laju inhalasi (R) 20 M
3
/hari, berat badan (W
b
) 70 kg, waktu pajanan (t
E
)
24 jam/hari, frekuensi pajanan (f
E
) 350 hari/tahun dan durasi pajanan lifetime (D
t
) 30
tahun (Kolluru 1996). Setelah R dikonversi dari 20 M
3
/hari menjadi 0.83 M
3
/jam, dengan
Persamaan (3) standar primer Pb NAAQS 1,5 g/M
3
bisa dikonversi menjadi RfC Pb to-
tal 0,0004 mg/kg/hari. Perhitungan untuk mendapatkan angka ini dapat dibaca dalam
Nukman et al (2005). Nilai RfC ini bisa langsung digunakan untuk Persamaan (1) jika
konsentrasi Pb total di udara diketahui. RfD Pb total untuk air minum (ingesi) juga bisa
diturunkan dari Maximum Contaminant Level untuk standar primer Pb sebesar 0,05 mg/L
(EPA 1990a) menjadi RfD Pb total 0,0014 mg/kg/hari. Cara menurunkan MCL ditunjuk-

16
A = animal to human; H = human variability; D = toxicodynamics; K = toxicokinetics.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
21
kan dalam boks berikut untuk arsen. Tabel 1 merangkum RfD, RfC dan CSF untuk risk
agent air dan Tabel 2 untuk risk agent udara yang telah tersedia dan dapat digunakan
langsung untuk karakterisasi risiko.



PENURUNAN RfD ARSEN
Informasi utama mengenai toksisitas As berasal dari dua studi kasus-kontrol yang
dilakukan oleh Tseng (1977) dan Tseng et al (1968) di daerah endemis arsen di Tai-
wan. Tseng (1977) melaporkan bahwa efek merugikan yang signifikan adalah penya-
kit kaki hitam (blackfoot disease, BFD) yang insidensnya meningkat menurut dosis
dan umur reseptor (mereka yang mendapat asupan As dari air minum), meskipun stu-
di lain (Lu et al. 2001) menunjukkan bahwa BFD itu tidak hanya disebabkan oleh As.
Tseng et al (1968) juga menunjukkan ada kenaikan insidens hiperpigmentasi dan ke-
ratosis menurut umur reseptor. Secara keseluruhan, prevalensi hiperpigmentasi dan
keratosis dalam kelompok terpajan (kasus) masing-masing 184 dan 71 per 1000 yang
meningkat dengan kenaikan konsentrasi. Lesi kulit merupakan manifestasi efek yang
lebih sensitif, dengan konsentrasi As terendah 0,17 mg/L air minum dianggap sebagai
LOAEL.

Dalam studi Tseng et al (1968), kelompok kontrol tidak menunjukkan lesi kulit dan
mungkin BFD, dengan konsentrasi As tertinggi 0,009 mg/L air minum yang dianggap
sebagai NOAEL. Selanjutnya, nilai NOAEL dikonversi menjadi dosis aktual (mg As/
kg berat badan/hari) dan dengan menyertakan estimasi As yang berasal dari makan-
an. Karena data tidak ada, IRIS mengasumsikan konsentrasi As dari ubi dan nasi
0,002 mg/hari, konsumsi air air 4,5 L/hari dan berat badan 55 kg berdasarkan studi
Abernathy dan kawan-kawan (Abernathy et al. 1978). Dengan demikian maka:
=
+
=
kg 55
L
mg
002 , 0
hari
L
5 , 4
L
mg
009 , 0
NOAEL 0,0008 mg/kg/hari
Selanjutnya, UF
1
harus digunakan untuk variabilitas sensitivitas dalam populasi ma-
nusia. Namun, nilai yang digunakan cukup 3 (bukan 10) karena sampel untuk kelom-
pok yang berusia<20 tahun saja berjumlah 957 orang. Data telah cukup lengkap se-
hingga hanya diperlukan nilai default MF 1. Dengan demikian maka:
mg/kg/hari 10 2,6 mg/kg/hari
1 3
0008 , 0
4 -
=

= RfD
Angka seperti 2,6 10
4
seringkali dibulatkan menjadi 3 10
4
, sehingga IRIS
menetapkan RfD As untuk air minum sebesar 3E-4 mg/kg/hari.



Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
22
Table 1. RfD, RfC dan CSF beberapa risk agent air yang telah tersedia untuk karakterisasi risiko
nonkarsinogenik dan karsinogenik.
No Agent
Dosis-Respon
(RfD, RfC, CSF)
Efek Kristis dan Referensi
1 As 3E-4 mg/kg/day
1.5E+0 (mg/kg/day)
1

Hiperpigmentasi, keratosis dan kemungkinan kompli-
kasi vaskular pajanan oral (Tseng, 1977; Tseng et al.,
1968)
2 Ba 2E-1 mg/kg/day Nefropati dalam 2 tahun pemberian air minum kepada
mencit (NTP 1994)
3 B 2E-1 mg/kg/day Penurunan berat janin pada pajanan asam borat gestasi
diet mencit (Price et al, 1996; Heindel et al, 1992)
4 Cd 5E-4 mg/kg/day Proteinuria pajanan kronik manusia (USEPA, 1985)
5 Cl
2
bebas 1E-1 mg/kg/day Pajanan kronik air minum tikus (NTP, 1992)
6 Cr
6+
3E-3 mg/kg/day Uji hayati air minum 1 tahun dengan tikus (McKenzie
et al, 1958) dan pajanan air minum penduduk Jinzhou
(Zhang and Li, 1987)
7 CN

2E-2 mg/kg/day
Kehilangan berat, efek tiroid dan degradasi myelin da-
lam uji hayati subkronik sampai kronik oral pada tikus
(Philbrick et al, 1979)
8 F

6E-2 mg/kg/day Flourisis gigi dan efek kosmetik dalam studi epidemio-
logi (Hodge, 1950 cited in Underwood, 1977)
9 Mn 1.4E-1 mg/kg/day
Hipokolesterolemia, epilepsi, kekurangan pankreas ek-
sokrin, sklerosis berganda, katarak, osteoporosis, fenil-
ketonuria & penyakit kencing maple syrup (inborn) pa-
da ingesi kronik manusia (NRC 1989; Freeland-Graves
et al 1987; WHO 1973)
10 Hg,
MeHg
1E-4 mg/kg/day Kelainan neuropsikologis perkembangan dalam studi
epidemilogi (Grandjean et al 1997; Budz-Jergensen et
al 1999)
11 NO
2

,
nitrogen
1E-1 mg/kg/day Methemoglobinemia pada bayi yang terpajan kronik air
minum (Walton 1951)
12 Se 5E-3 mg/kg/day Selenosis dari studi epidemiologi (Yang et al 1989)
13 Zn 3E-1 mg/kg/day Penurunan Cu eriytrosit dan aktivitas Zn-superoksida
dismutase pada relawan pria dan wanita (Yadrick et
1989)
14 CHBr
3
2E-2 mg/kg/day
7.9E-3 (mg/kg/day)
1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus
(NTP 1989)
15 CHCl
3
1E-2 mg/kg/day Pembentukan greasety cyst sedang/nyata pada hati dan
peningkatan SGPT dalam uji hayati kronik pada anjing
(Heywood et al 1979)
16 CHBr
2
Cl 2E-2 mg/kg/day
8.4E-2 (mg/kg/day)
1

Lesi hepatik uji hayati subkronik gavage oral pada tikus
(NTP 1989)
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
23
Tabel 2. Dosis-respon (RfC, mg/kg/hari) 6 risk agent udara yang telah tersedia untuk
karakterisasi risiko nonkarsinogenik.
No Risk Agent RfC Efek Kritis dan Referensi
1 NH
3
2,86E-2 Kenaikan keparahan rinitis dan pneumonia dengan lesi pernafasan
pada uji hayati tikus subkronik (Broderson et al 1976)
2 H
2
S 5,71E-4 Lesi nasal lendir olfaktori pada uji hayati tikus subkronik
(Brenneman et al 2000)
3 Pb 4,93E-4 Perubahan tingkat enzim dan perkembangan neurobehavioral
anak-anak (IRIS 2006)
4 NO
2
2E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPA/NAAQS 1990)
5 SO
2
2,6E-2 Gangguan saluran pernafasan (EPA/NAAQS 1990)
6 TSP 2,42 Gangguan saluran pernafasan (EPA/NAAQS 1990)


Dapatkah RfD diturunkan dari baku mutu Pb untuk air minum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002 (Syarat-yarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum) atau RfC dari baku mutu Pb untuk udara ambien menurut Peraturan Pemerintah
No. 41/1999 (Pengendalian Pencemaran Udara)? Pada prinsipnya bisa. Namun, karena
tidak jelas menggunakan nilai default faktor-faktor antropometri pemajanan berapa maka
untuk sementara RfD dan RfC Pb total belum bisa diturunkan dari peraturan tersebut.

3.3 Teknik dan Prosedur ARKL

Kajian ARKL dimulai dengan memeriksa secara cermat 7 data dan informasi berikut:

1. Jenis atau spesi kimia Pb;
2. Dosis referensi untuk setiap jenis atau spesi kimia Pb (RfD, RfC, SF, UR)
3. Media lingkungan tempat Pb berada (udara, air, tanah, pangan);
4. Konsentrasi Pb dalam media lingkungan yang bersangkutan;
5. Jalur-jalur pemajanan Pb (sesuai dengan media lingkungannya);
6. Populasi dan sub-sub populasi yang berisiko;
7. Gangguan kesehatan (gejala-gejala penyakit atau penyakit-penyakit) yang ber-
indikasikan efek pajanan risk agent pada semua segmen populasi berisiko.

Jika sekurang-kurangnya data dan informasi 1 s/d 4 sudah tersedia, ARKL sudah bisa di-
kerjakan. Ada dua kemungkinan kajian ARKL yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Evaluasi di atas meja (Desktop Study), selanjutnya disebut ARKL Meja
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
24
2. Kajian lapangan (Field Study), selanjutnya disebut ARKL Lengkap

ARKL Meja dilakukan untuk mengestimasi risiko dengan segera tanpa harus mengum-
pulkan data dan informasi baru dari lapangan. Kajian ini biasanya dilakukan untuk men-
jawab pertanyaan-pertanyaan khalayak ramai yang sedang kepanikan, mencegah provo-
kasi yang dapat memicu ketegangan sosial, atau dalam situasi kecelakaan dan bencana.
ARKL Lengkap biasanya berlangsung dalam suasana normal, tidak ada tuntutan mende-
sak namun dilakukan sebagai tindakan proaktif untuk melindungi dan meningkatan kese-
hatan masyarakat. Baku mutu risk agent untuk berbagai media lingkungan, sebagai salah
satu bentuk manajemen risiko kesehatan, disusun berdasarkan kajian ARKL lengkap.

3.3.1 Kajian ARKL Meja

Evaluasi di atas meja hanya membutuhkan konsentrasi risk agent dalam media lingkung-
an bermasalah, dosis referensi risk agent dan nilai default faktor-faktor antropometri pe-
majanan untuk menghitung asupan menurut Persamaan (3). Sebelum nilai default nasi-
onal tersedia (berdasarkan hasil survey lokal, regional atau nasional) maka waktu dan
frekuensi pajanan dan berat badan hasil studi pencemaran udara di 9 kota (Nukman et al.
2005) dapat dipakai sebagai nilai numerik faktor antropometri pemajanan. Nilai numerik
lainnya terpaksa harus diambil dari Exposure Factors Handbook (EPA 1990). Nilai
numerik beberapa variabel Persamaan (3) dicantumkan dalam Tabel 3. Tabel ini
mungkin belum mencukupi karena ada beberapa kasus dengan tata guna lahan (land use)
berbeda belum tercantum. US-EPA mengingatkan bahwa data setempat yang spesifik
bisa menghasilkan nilai default berbeda dengan Tabel 3, tergantung dari karakteristik
antropometri dan pola aktivitas populasi yang bersangkutan.

Tabel 3. Beberapa nilai default faktor-faktor pemajanan
a
untuk asupan berbagai jalur pajanan.
Tataguna
Lahan
Jalur Pajanan Asupan Harian
Frekuensi
Pajanan
(hari/tahun)
Durasi
Pajanan
(tahun)
Berat
Badan
(kg)
Residensial Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70; 55
b
1 L (anak-anak) 350 6 15
Tanah/debu (tertelan) 200 mg (anak-anak)
100 mg (dewasa)
350
350
6
24
15
70; 55
b

Inhalasi (terhirup) 20 M
3
(dewasa) 350 30 70; 55
b

12 M
3
(anak-anak) 350 6 15
Industri &
komersial
Air minum 1 L 250 25 70; 55
b
Tanah/debu (tertelan) 50 mg 250 25 70; 55
b
Pertanian Tanaman pekarangan 42 g (bebuahan)
80 g (sayur-mayur)
350
350
30
30
70
55
b
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
25
Tataguna
Lahan
Jalur Pajanan Asupan Harian
Frekuensi
Pajanan
(hari/tahun)
Durasi
Pajanan
(tahun)
Berat
Badan
(kg)
Air minum 2 L (dewasa) 350 30 70; 55
b
1 L (anak-anak) 350 6 15

Pertanian Tanah/debu (tertelan) 200 mg (anak-anak)
100 mg (dewasa)
350
350
6
24
15
70, 55
b
Inhalasi (terhirup) 20 M
3
(dewasa)
c
350 30 70; 55
b

Rekreasi Ikan tangkapan 54 g 350 30 70; 55
b

a
Kecuali disebutkan, semua angka berasal dari Exposure Factor Handbook (EPA 1990).
b
Nukman et al
(2005).



Berikut adalah contoh kasus hasil studi pencemaran udara di 9 kota padat transportasi
(Nukman et al. 2005). Konsentrasi Pb di sebuah terminal angkutan darat di Banjarmasin
pada bulan Oktober 2003 tercatat 8,57 g/M
3
sebagai arithmetic mean hasil pengukuran
satu kali selama 24 jam. Berapa tingkat risiko bagi mereka yang bekerja atau berada di
terminal selama 12 jam setiap hari? Apakah mereka aman dari pajajan Pb di udara terse-
but? Jika tidak aman, bagaimana pengendaliannya?

Langkah pertama untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah menghitung
asupan menggunakan Persamaan (3). Agar asupan mempunyai satuan mg/kg/hari, laju
inhalasi R dewasa 20 M
3
/hari dikonversi dulu menjadi M
3
/jam:


jam
M
83 , 0
jam 24
hari 1
hari
M
20
hari
M
20
3 3 3
= =

selanjutnya dihitung asupan I
nk-Pb
:


tahun 30
tahun
hari
365 kg 55
tahun 30
tahun
hari
350
hari
jam
12
jam
M
83 , 0
M
mg
00857 , 0
3
3
Pb nk


=

I
= 1,4910
-4
mg/kg/hari

Dengan asupan sebesar 1,4910
-4
mg/kg/hari RQ bisa langsung dihitung menggunakan
RfC 0,0004 mg/kg/hari:

= =
mg/kg/hari 0,0004
mg/kg/hari 000149 , 0
RQ 0,37
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
26
Karena RQ<1 maka mereka yang berat badannya 55 kg aman berada di terminal tersebut
selama 12 jam/hari dalam 350 hari/tahun untuk jangka waktu 30 tahun ke depan jika
pajajan harian Pb paling tinggi 8,57 g/M
3
. Karena risiko kesehatan pemajanan tersebut
aman, tidak ada pengendalian yang perlu dilakukan kecuali mempertahankan konsentrasi
Pb dan pola aktivitas seperti saat itu.

Dengan menggunakan nilai-nilai default itu, tingkat risiko RQ dapat dihitung dengan ce-
pat tanpa harus mengumpulkan data di lapangan. Selain menggunakan nilai default, dapat
juga menggunakan berbagai asumsi, misalnya berat badan dikelompokkan menjadi 45 kg,
50 kg, 55 kg, 60 kg, dan seterusnya. Asumsi serupa bisa diterapkan untuk waktu pema-
janan, misalnya 8 jam/hari, 10 jam/hari, 12 jam/hari, atau 24 jam/hari. Demikian juga
untuk frekuensi dan durasi pemajanan bisa dibuat dengan berbagai skenario.

3.3.2 KajianARKLLengkap

ARKL Lengkap pada dasarnya sama dengan evaluasi di atas meja namun didasarkan pa-
da data lingkungan dan faktor-faktor pemajanan antropometri yang sebenarnya didapat
dari lapangan, bukan dengan bukan asumsi atau simulasi. Kajian ini melanjutkan data dan
informasi yang masih belum lengkap dengan jalur pemajanan (5) dan populasi berisiko
(6). Di luar manajemen dan komunikasi risiko, ARKL Lengkap terdiri dari identifikasi
bahaya, analisis dosis-respon, analisis pemajanan dan karakterisasi risiko. Karena analisis
dosis-respon telah diuraikan, hanya identifikasi bahaya dan analisis pemajanan yang perlu
dijelaskan.

3.3.2.1 Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya (hazard identification) adalah tahap untuk mengenali sumber risiko.
Informasinya bisa ditelusuri dari sumber dan penggunaan risk agent. Penelusuran dilaku-
kan dengan pendekatan agent oriented (WHO 1983), juga bisa dengan mengamati gejala
dan penyakit yang berhubungan dengan tosksitas risk agent di masyarakat. Tipe penelu-
suran ini dikenal sebagai pendekatan disease oriented (WHO 1983). Dari 2 tipe identifi-
kasi bahaya tersebut, pendekatan agent oriented harus didahulukan. Dengan pendekatan
ini identifikasi keberadaan risk agent yang potensial dan aktual dalam media lingkungan
tertentu sangat berguna untuk analisis dosis-respon. Tabel 4 berikut mencontohkan iden-
tifikasi bahaya Pb yang merangkum berbagai sumber pencemaran.

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
27
Tabel 4 Contoh rangkuman identifikasi bahaya Pb berdasarkan sumber dan penggunaannya,
media lingkungannya, spesi kimianya dan konsentrasinya.
Konsentrasi

Sumber dan Penggunaan Media Lingkungan Potensial
Mean Min Maks SD
Air permukaan (sungai, danau)
Lumpur (tailing)
Tanaman (buah, sayur, umbi)
Air tanah (sumur)
Udara
Pertambangan mineral
(emas, tembaga, perak dll)
Biota air (ikan, kerang dsb)
Udara
Air tanah
Pertambangan fosil (batu
bara, minyak bumi)
Air permukaan
Udara Pengolahan aki bekas
Air permukaan
Air tanah
Industri elektronika Udara
Air permukaan (dari limbah cair)
Air tanah (dari limbah cair)
Udara Bengkel patri/las/ galvani-
sasi logam
Air tanah/permukaan
Transportasi Udara

3.3.2.2 Analisis Pemajanan



Analisis pemajanan, atau exposure assessment, dimaksudkan untuk mengenali jalur-jalur
pajanan (pathways) risk agent agar jumlah asupan yang diterima individu dalam populasi
berisiko bisa dihitung. Jalur-jalur pajanan tergantung dari media lingkungan tempat risk
agent berada seperti tanah, udara, air, atau pangan seperti ikan, daging, telur, susu, sayur-
mayur dan buah-buahan. Data dan informasi yang dibutuhkan untuk menghitung asupan
adalah semua variabel yang terkandung dalam Persamaan (3) yaitu:

1) Laju asupan atau konsumsi (R), M
3
/jam untuk inhalasi, L/hari untuk air mi-
num, susu atau minuman, mg/hari untuk pangan;
2) Konsentrasi risk agent (C), mg/M
3
untuk udara, mg/L untuk air minum, susu
dan minuman, mg/kg untuk pangan;
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
28
3) Waktu pajanan (t
E
), jam/hari; hanya berlaku untuk asupan inhalasai;
4) Frekuensi pajanan (f
E
), hari/tahun;
5) Durasi pajanan (D
t
), tahun (real time, atau proyeksi lifetime/life expetancy).

Berbeda dengan kajian ARKL Meja, data dan informasi 2) s/d 5) harus dikumpulkan dari
populasi berisiko setempat dengan survey dan pengukuran. Perlu teknik khusus untuk
mendapatkan data yang benar. Waktu pajanan (t
E
) harus digali dengan cara menanyakan
berapa lama kebiasaan responden sehari-hari berada di luar rumah seperti ke pasar, meng-
antar dan menjemput anak sekolah dalam hitungan jam. Demikian juga untuk frekuensi
pajanan, kebiasaan apa yang dilakukan setiap tahun meninggalkan tempat mukim seperti
pulang kampung, mengajak anak berlibur ke rumah orang tua, rekreasi dan sebagainya
dalam hitungan hari. Untuk durasi pajanan, harus diketahui berapa lama sesungguhnya
(real time) responden berada di tempat mukim yang bermasalah dengan risk agent. Selain
durasi pajanan lifetime, durasi pajanan real time penting untuk dikonfirmasi dengan studi
EKL apakah estimasi risiko kesehatan sudah terindikasi manifestasinya.

Konsentrasi risk agent dalam media lingkungan diperlakukan menurut karakteristik sta-
tistiknya. Jika distribusi beberapa konsentrasi risk agent normal, bisa digunakan nilai
arithmetic mean-nya. Jika distribusinya tidak normal, harus digunakan log normal atau
mediannya. Normal tidaknya distribusi konsentrasi risk agent bisa ditentukan dengan
menghitung coefficience of variance (CoV), yaitu mean SD dibagi mean. Jika CoV 20%
distribusi dianggap normal dan karena itu dapat digunakan nilai mean.


4. Manajemen dan Komunikasi Risiko

Dalam contoh analisis risiko pencemaran Pb di terminal angkutan darat di Banjarmasin
disimpulkan bahwa mereka yang berat badannya 55 kg aman berada di terminal tersebut
selama 12 jam/hari dalam 350 hari/tahun untuk jangka waktu 30 tahun ke depan jika kon-
sentrasi harian Pb paling tinggi 8,57 g/M
3
. Bagaimana jika mereka berada di terminal
selama 24 jam? Sudah pasti asupan bertambah sehingga RQ semakin besar pula, seperti
ditunjukkan dalam perhitungan berikut:


tahun 30
tahun
hari
365 kg 55
tahun 30
tahun
hari
350
hari
jam
24
jam
M
83 , 0
M
mg
00857 , 0
3
3


= I
= 2,9810
-4
mg/kg/hari

= =
mg/kg/hari 0,0004
mg/kg/hari 000298 , 0
RQ 0,74

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
29
Dengan waktu pajajan selama 24 jam/hari dalam 350 hari/tahun untuk jangka waktu 30
tahun ke depan, seseorang dengan berat badan 55 kg masih aman dari pajanan Pb bila
konsentrasinya tidak lebih dari 8,57 g/M
3
.

Berapakah konsentrasi Pb paling tinggi agar mereka memiliki karakteristik antropometri
dan pola pajanan seperti contoh terakhir (24 jam/hari, 350 hari/tahun, 30 tahun, berat ba-
dan 55 kg) aman dari risiko kesehatan? Pertanyaan ini dijawab dengan membuat skenario
RQ = 1 sehingga I = RQ. Dengan ketentuan ini dapat dihitung konsentrasi Pb maksimum
(C
max
) yang diturunkan dari Persamaan (3) menjadi Persamaan (6):


t E E
avg b
max
D f t R
t W RfC
C


= (6)

sehingga,


tahun 30
tahun
hari
350
hari
jam
24
jam
M
0.83
tahun 30
tahun
hari
365 kg 55
hari kg
mg
0004 , 0
3
max

= C = 1,15 g/M
3


Skenario pola pajanan bisa dibuat untuk menentukan konsentrasi aman selama 10 tahun,
15 tahun, 20 tahun dan 25 tahun dengan sama seperti untuk skenario 30 tahun bagi setiap
semen populasi yang karakteristik antropometri dan pola aktivitas berbeda. Hasil simu-
lasi ini bisa dilihat dalam Tabel 5.

Tabel 5. Konsentrasi aman Pb di udara (g/M
3
) menurut durasi pajanan dan berat badan pen-
duduk residensial yang terpajan 24 jam/hari dalam 350 hari/tahun.
Durasi Pajanan (tahun)
Berat badan
(kg)
10 15 20 25 30
45 2,83 1,89 1,41 1,13 9,410
4
50 3,14 2,09 1,57 1,26 1,05
55 3,46 2,30 1,73 1,38 1,15
60 3,77 2,51 1,88 1,51 1,26
65 4,08 2,72 2,04 1,63 1,36
70 4,40 2,93 2,20 1,76 1,47


Tabel 5 tampak jelas bahwa, untuk waktu dan frekuensi pajanan yang sama, konsentrasi
aman Pb di udara berbanding terbalik dengan berat badan dan durasi pajanan. Hasil simu-
lasi ini perlu diinformasikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, bahwa mereka
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
30
yang lebih rendah berat badannya akan lebih rentan terkena risiko kesehatan Pb diban-
dingkan mereka yang lebih gemuk. Namun, karena risiko adalah probabilitas, tidaklah
berarti bahwa yang lebih kurus otomatis akan sakit karena pajanan Pb sedangkan yang
lebih gemuk tidak.

Contoh pilihan manajemen risiko dengan skenario seperti dirangkum Tabel 5 berguna
untuk mengamankan pemukiman dari pencemaran udara. Kasus pencemaran udara akibat
semburan lumpur panas di Sidoarjo misalnya, dapat dihitung berapa lama penduduk
aman dari risiko kesehatan akibat pajanan gas-gas beracun. Dengan begitu masyarakat
dan Pemerintah bisa lebih siap menghadapi kenyataan.

5. Contoh Kasus Arsen di Desa Buyat

BTKL Manado (2005) melaporkan bahwa konsentrasi arsen dalam puluhan sumur gali
penduduk Desa Buyat berkisar 0,04 0,1 mg/L. Berapa besar tingkat risiko karsinogenik
dan nonkarsinogenik bagi yang meminum air sumur tersebut? Pertanyaan ini bisa dijawab
menggunakan kajian ARKL Meja berdasarkan ukuran antropometri dan pola aktivitas
penyandang risiko seperti tercantum dalam Tabel 3.

5.1 Estimasi Risiko

Untuk menghitung asupan As dari air minum, variabel t
E
Persamaan (3) tidak berlaku
karena jumlah yang diminum tidak tergantung berapa jam lamanya per hari. Karena pe-
milik sumur dapat digolongkan sebagai penduduk residensial, nilai default yang dipakai
untuk menghitung asupan As adalah frekuensi pajanan 350 hari/tahun, durasi pajanan 30
tahun dan berat badan 55 kg, sehingga asupan nonkarsinogenik (I
nk
) dan asupan karsino-
genik (I
k
) untuk konsentrasi As maksimum dapat dihitung sebagai berikut:

=


=
tahun 30 hari/tahun 365 kg 55
tahun 30 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
nk
I 3,4910
3
mg/kg/hari


=


=
tahun 70 hari/tahun 365 kg 55
tahun 30 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
k
I 1,4910
3
mg/kg/hari

Selanjutnya, dengan dosis-respon yang tertera dalam Tabel 1 dihitung RQ dan ECR seba-
gai berikut:

= =
mg/kg/hari 0003 , 0
mg/kg/hari 0,00349
RQ 11,63

ECR = 1,4910
3
mg/kg/hari 1,5 (mg/kg/hari) = 2,2310
3
atau 2,23E-3

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
31
5.2 Interpretasi Estimasi Risiko

Berdasarkan estimasi risiko di atas, As yang terdapat dalam air sumur gali sangat berisi-
ko
17
bagi individu dengan berat badan 55 kg bila air tersebut diminum sebanyak 2 L/hari
selama 350 hari/tahun dalam jangka waktu 30 tahun karena RQ jauh diatas 1 dan ECR
lebih besar daripada 10
4
atau E-4. Estimasi tersebut dihitung untuk durasi default sepan-
jang hayat (lifetime) 30 tahun sehingga efek-efek toksisitas As mungkin baru dirasakan
dalam masa 30 tahun ke depan juga.

Untuk pembuktian secara epidemiologis, 30 tahun bukanlah jangka waktu survey yang
normal. Karena itu perlu dihitung estimasi risiko untuk durasi pajanan real time yang di-
alami penduduk. Misalnya, berdasarkan hasil survey durasi pajanan real time dapat dike-
lompokkan menjadi 5 tahun, 10 tahun, dan seterusnya, atau dalam penggalan waktu yang
lebih singkat. Berikut adalah estimasi risiko untuk durasi pajanan 5 dan 10 tahun.

=


=
tahun 30 hari/tahun 365 kg 55
tahun 5 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
tahun) (5 nk
I 5,8110
5
mg/kg/hari

=


=
tahun 30 hari/tahun 365 kg 55
tahun 10 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
tahun) (10 nk
I 1,1610
3
mg/kg/hari

=


=
tahun 70 hari/tahun 365 kg 55
tahun 5 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
tahun) (5 k
I 2,4910
4
mg/kg/hari

=


=
tahun 70 hari/tahun 365 kg 55
tahun 10 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
tahun) (10 k
I 4,9810
4
mg/kg/hari

= =

mg/kg/hari 0003 , 0
mg/kg/hari 0,0000581
tahun 5
RQ 0,19

= =

mg/kg/hari 0003 , 0
mg/kg/hari 0,00116
tahun 10
RQ 3,87

ECR
5-tahun
= 2,4910
4
mg/kg/hari1,5 (mg/kg/hari)
1
= 3,7310
4
atau 3,73E-4

ECR
10-tahun
= 4,9810
4
mg/kg/hari1,5 (mg/kg/hari)
1
= 7,4710
4
atau 7,47E-4

Dua durasi pajanan tersebut mengakibatkan besaran tingkat risiko yang berbeda antara
efek nonkarsinogenik dan karsinogenik. Untuk efek nonkarsinogenik, jangka waktu pa-

17
Yang dimaksud dengan berisiko di sini adalah risiko yang mengharuskan pengendalian.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
32
janan 5 tahun belum berisiko karena RQ<1, namun untuk risiko karsinogenik sudah me-
lampaui E-4 yang berarti unacceptable.

5.3 Strategi Survey EKL

Agar survey epidemiologi bisa menemukan gejala atau penyakit berbasis toksisitas As
dan surveilansnya lebih tepat sasaran, perlu dihitung durasi pajanan berapa lama risiko
mulai harus dikendalikan dengan menyusun ulang Persamaan (3) dan I
nk
disubstitusi
dengan RfD menjadi Persamaan (7):


E
avg b
t
f R C
t W RfD
D


= (tahun) (7)

sehingga:


hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 1 , 0
tahun 30 hari/tahun 365 kg 55 mg/kg/hari 0003 , 0
t


= D = 2,58 tahun

Ini berarti, efek toksik As diprakirakan akan ditemukan pada orang dewasa dengan 55 kg
berat badan yang telah mengonsumsi air minum mengandung As 0,1 mg/L selama 2,58
tahun dengan laju konsumsi 2 L/hari selama 350 hari/tahun. Untuk konsentrasi As mini-
mum (0,04 mg/L), batas durasi pajanan berisiko adalah:


hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 04 , 0
tahun 30 hari/tahun 365 kg 55 mg/kg/hari 0003 , 0
t


= D = 6,45 tahun

Jadi, survey epidemiologi seharusnya ditargetkan kepada mereka yang telah bermukim di
Desa Buyat 2,5 tahun atau lebih untuk konsentrasi As maksimum (0,1 mg/L) dan 6,5
tahun untuk konsentrasi As minimum (0,04 mg/L).

5.4 Manajemen Risiko

Beberapa pilihan manajemen risiko berikut dirumuskan tanpa mengurangi (menurunkan)
konsentrasi As dalam air sumur yang menjadi air baku air minum. Manajemen hanya di-
lakukan dengan mengubah-ubah laju konsumsi (R) pada konsentrasi As minimum dan
maksimum untuk kelompok berisiko menurut kenaikan berat badan dengan menyusun
ulang Persamaan (3) menjadi Persamaan (6). Variabel-variabel lainnya dibiarkan tetap
350 hari/tahun untuk frekuensi pajanan dan 30 tahun durasi pajanan sepanjang hayat. Ha-
sil simulasi ini ditampilkan dalam Tabel 6.


t E
avg b
D f C
t W RfD
R


= (L/hari) (8)
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
33
Tabel 6. Jumlah konsumsi air minum yang aman dari risiko nonkarsinogenik As dari air sumur
gali menurut kelompok berat badan penduduk dengan pola pajanan f
E
350 hari/tahun dan D
t
30 ta-
hun di Desa Buyat, Kecamatan Kotabunan, Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara.
Berat Badan (kg)
Konsentrasi As Minimum
(0,04 mg/L)
Konsentrasi As Maksimum
(0,1 mg/L)
45 430 mL 172 mL
50 478 mL 191 mL
55 525 mL 210 mL
60 574 mL 229 mL
65 621 mL 249 mL
70 669 mL 268 mL


5.5 (Baku) Anjuran Kesehatan (Health Advisory)

Tabel 6 adalah pilihan manajemen risiko untuk mengamankan efek-efek nonkarsinogenik
As. Hasilnya bisa berbeda bila yang diamankan adalah efek-efek karsinogeniknya. Laju
konsumsi aman air minum menurut Tabel 6 sangat sedikit sehingga perlu pasokan air mi-
num rendah As. Berapa konsentrasi As yang aman dari efek nonkarsinogenik bila laju
konsumsi 2 L/hari selama 350 hari/tahun yang berlangsung dalam 30 tahun untuk po-
pulasi residensial dengan berat badan 55 kg? Untuk menjawab pertanyaan ini harus digu-
nakan RfD yang menyatakan dosis harian yang aman. Karena RfD berarti dosis aman se-
luruh jalur pajanan, langkah pertama adalah mengubah RfD menjadi tingkat kesetaraan
air minum atau drinking water equivalen level (DWEL) menggunakan berat badan dan
laju konsumsi air minum. Jika digunakan berat badan 55 kg dan frekuensi pajanan 350
hari/tahun maka:

= DWEL =

L/hari 2
kg 55 mg/kg/hari 0003 , 0
L/hari 2
kg 55 mg/kg/hari RfD
0,00715 mg/L

Air minum bukanlah satu-satunya sumber asupan As. Sumber kontribusi relatif (relative
contributuion source, RCS) air minum untuk asupan mineral dari diet berkisar 20 80%
dari total asupan. Jika tidak ada data yang pasti, untuk keamanan biasanya dipakai RCS
80% untuk As dari air minum (EPA 1990a). Perkalian DWEL dengan RCS menghasilkan
apa yang disebut MCLG (maximum contaminant level goal):

MCLG = 0,80,00715 mg/L = 0,0057 mg/L 0,006 mg/L

MCLG adalah batas aman menurut kesehatan yang diaanjurkan (disarankan) menjadi ba-
ku mutu bagi populasi yang berat badannya 55 kg, konsumsi air minum 2 L/hari selama
350 hari/tahun untuk jangka waktu pajanan sedikitnya 30 tahun. Regulasi MCLG yang
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
34
bersifat non enforceable (tidak wajib) menjadi baku mutu yang wajib ditaati memerlukan
banyak pertimbangan seperti kemampuan teknologi purifikasi air baku, instrumentasi
analisis As dalam air hasil purifikasi, biaya purifikasi dan berapa banyak (%) populasi
yang akan terlindungi oleh baku mutu tersebut.

Berapa batas aman As dalam air minum bagi populasi yang posturnya lebih besar (mial,
berat badan 70 kg seperti default Amerika)? Dengan pola pajanan yang sama (konsumsi 2
L/hari, 350 hari/tahun, 30 tahun) MCLG-nya 0,007 mg/L, sekitar 17% lebih tinggi dari
batas aman orang Indonesia menurut nilai default Nukman et al (2005). Jika demikian,
apakah baku mutu As 0,01 mg/L menurut Kepmenkes 907/2002 cukup aman bagi orang
Indonesia? Perhatikan perhitungannya berikut ini:

=


=
tahun 30 hari/tahun 365 kg 55
tahun 30 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 01 , 0
nk
I 0,00035 mg/kg/hari

=


=
tahun 70 hari/tahun 365 kg 55
tahun 30 hari/tahun 350 L/hari 2 mg/L 01 , 0
k
I 0,00015 mg/kg/hari

= =
mg/kg/hari 0003 , 0
mg/kg/hari 0,00035
RQ 1,2

ECR = 0,00015 mg/kg/hari 1,5 (mg/kg/hari)
1
= 2,2510
4
atau 2,25E-4

Tampak jelas bahwa baku mutu As dalam air minum 0,01 mg/L kurang aman. Bila kon-
sumsi air minumnya 2,5 L/hari RQ mencapai 1,7 dan ECR menjadi 5,4E-4. Di daerah en-
demik As di Taiwan konsumsi air minum mencapai 3,5 L/hari (Tseng 1977; Tseng et al.
1968; Tseng 1977; Tseng et al. 1968). Ini berarti, baku mutu yang berlaku saat ini kurang
dapat melindungi populasi berisiko dari efek-efek nonkarsinogenik dan karsinogenik As.
Berapa baku mutu yang tepat tergantung dari pola konsumsi dan ukuran antropometri
orang Indonesia, bukan populasi orang Amerika atau negara lain.






Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
35
DAFTAR RUJUKAN

Abernathy O, Jansson C, Rehnlund S. 1978. Arsenic exposure and mortality: A case
referent study from a Swedish copper smelter. Br J Ind Med 35:8-15.
ATSDR. 1996. Guidance for Agency for Toxic Substances and Disease Registry
(ATSDR) Health Studies. US Department of Health and Human Services.
Available: http://www.atsdr.cdc.gov/HS/gdl.html.
---. 2005. ATSDR Public Health Assessment Guidance Manual. US Department of
Health and Human Services. Available:
http://www.atsdr.cdc.gov/HAC/PHAManual/.
enHealth. 2002. Environmental Health Risk Assessment: Guidelines for assessing human
health risks from environmental hazards. Canberra:Commenwealth of Australia.
EPA. 1990. Exposure Factors Handbook, EPA 600/8-89/043:US Environmental
Protection Agency.
---. 1990. National Ambient Air Quality Standards (NAAQS). EPA Office of Air Quality
Planning and Standards. Available: http://www.epa.gov/air/criteria.html [accessed
24 April 2006].
---. 1990a. Seminar Publication: Risk Assessment, Management and Communication of
Drinking Water Contamination EPA/625/4-89/024. Cincinnati, OH: US
Environmental Protection Agency.
IPCS. 2004. Environmental Health Criteria XXX: Principles for modelling dose-response
for the risk assessment of chemicals (Draft). Geneva: World Health Organization
and International Programme on Chemical Safety.
---. 2004a. IPCS Risk Assessment Terminology, Part 1: IPCS/OECD Key Generic Terms
used in Chemical Hazard/Risk Assessment; Part 2: IPCS Glossary of Key
Exposure Assessment Terminology. Geneva: World Health Organization and
International Programme on Chemical Safety.
IRIS. 2007. Integrated Risk Information System List of Substance. Available:
http://www.epa.gov/iris/subst/index.html.
Kolluru RV. 1996. Health Risk Assessment: Principles and Practices. In: Risk
Assessment and Management Handbook for Environmental, Health, and Safety
Professionals (Kolluru RV, Bartell S, Pitblado R, Stricoff S, eds). New
York:McGraw-Hill, 4.3-4.68.
Koning HWd. 1987. Setting Environmental Standards: Guidelines for Decision-Making.
Geneva:World Health Organization.
Louvar JF, Louvar BD. 1998. Health and Environmental Risk Analysis: Fundamentals
with Application. New Jersey:Prentice Hall.
Lu T, Liu J, LeCluyse E, Zhou Y-S, Cheng M-L, Waalkes M. 2001. Application of
cDNA Microarray to the Study of Arsenic-Induced Liver Diseases in the
Population of Guizhou, China. Toxicol Sci 59(1):185-192.
NRC. 1983. Risk Assessment in the Federal Government: Managing Process.
Washington DC:National Research Council, National Academic of Science Press.
Nukman A, Rahman A, Warouw S, Ichsan M, Setiadi, Akib CR. 2005. Analisis dan
Manajemen Risiko Kesehatan Pencemaran Udara: Studi Kasus di Sembilan Kota
Besar Padat Transportasi. J Ekolog Kesehatan 4(2):270-289.
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
36
Tseng W. 1977. Effect and dose-response relationships of skin cancer and blackfoot
disease with arsenic. Environ Health Perspect 41:1211-1271.
Tseng W, Chu H, How S, Fong J, Lin C, Yeh S. 1968. Prevalence of skin cancer in an
endemic area of chronic arsenicim in Taiwan. J Natl Cancer Inst 40:453-463.
Tseng WP. 1977. Effect and dose-response relationships of skin cancer and Blackfoot
disease with arsenic. Environ Health Perspect 19:109-119.
Tseng WP, Chu HM, How SW, Fong JM, Lin CS, Yen S. 1968. Prevalence of skin
cancer in an endemic area of chronic arsenicism in Taiwan. J Natl Cancer Inst
40(3):453-463.
WHO. 1983. Environmental Health Criteria 27: Guidelines on Studies in Environmental
Epidemiology. Geneva:World Health Organization.
---. 1990. Environmental Health Criteria 104: Principles for the Toxicological
Assessment of Pesticides in Food. Geneva:International Programme on Chemical
Safety/World Health Organization.

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
37
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
38
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
39
STUDI KASUS PENCEMARAN UDARA, AIR DAN PANGAN


Penjelasan Umum
Kasus-kasus yang harus diselesaikan terdapat dalam tiga jenis media lingkungan yaitu
udara, air dan makanan atau pangan. Anda harus mengerjakan kasus-kasus itu pada wak-
tu yang berbeda secara paralel sehingga semua peserta mendapatkan pengalaman yang
sama. Tugas pertama Anda adalah menelaah data kasus yang diberikan apakah sudah
mencukupi untuk diselesaikan, atau masih membutuhkan data dan informasi lain. Anda
bebas menentukan apakah akan mencari data dan informasi yang belum ada, atau meng-
gunakan berbagai asumsi dan pendekatan untuk melengkapi kekurangan itu. Telaahan ini
harus dijelaskan pada bagian awal laporan Anda. Nilai numerik dosis-respon setiap risk
agent terdapat dapam Tabel 1 (halaman 22) dan Tabel 2 (halaman 23) bahan ajar. Anda
dapat juga mencari sendiri ke website IRIS dengan alamat: http://www.epa.gov/iris.

Untuk mengerjakan setiap kasus, kelas Anda dibagi menjadi 3 kelompok, dengan alokasi
waktu seperti Tabel 1. Anda diberi waktu maksimum 6 sesi (12 JPL) untuk menyelesai-
kan smua kasus. Laporan dibuat per kelompok (bukan individu).


Tabel 1. Pembagian tugas Studi Kasus menurut kelompok peserta pelatihan.
Pertemuan/Sesi
Kelompok
1-2 3-4 5-6
1 Udara Air Makanan
2 Makanan Udara Air
3 Air Makanan Udara


KASUS # 1, Gas dan Debu di Sidoarjo

Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Depkes menda-
pat laporan dari UPT-nya di Surabay tentang hasil Surveilans Faktor Risiko Lumpur Pa-
nas di Porong Sidoarjo. Salah satu hasilnya adalah seperti tertera dalam Tabel 2.

Laporan seperti tertera dalam dalam tersebut tidak mencantumkan satuan, baik untuk gas
maupun debu. Namun, ada penjelasan sebagai berikut:

Pemantauan gas dan udara yang kami lakukan di empat titik lokasi dan diulang
sebulan sekali tidak menunjukkan adanya parameter yang melebihi batas syarat
SK Gubernur Jatim no 129/1996 kecuali debu melebihi batas syarat. Namun di
lapangan tercium bau tidak sedap yang diperkirakan berasal dari unsur S tetapi
bukan H
2
S atau Amoniak. Pada air filtrat ditemukan kandungan amoniak cukup
tinggi yaitu antara 7,25 17,8 mg/l (dari 7 sampel rata-rata 9,44 mg/l). Pengukur-
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
40
an pada tanggal 5 Oktober terhadap udara di tanggul dekat pond Renokenongo
menujunkkan kadar gas methan (CH
4
) sebesar 300 ppm.

Tabel 2. Konsentrasi gas dan debu hasil Surveilans Faktor Risiko Lumpur Panas di Porong Sido-
arjo, Jawa Timur.
Konsentrasi Gas dan Debu (1000)

No Daerah/Lokasi
SO
2
NO
2
CO HK* H
2
S NH
3
Debu
1 Kecamatan Porong
Kelurahan Siring 11,9 4 960 150.000 1,5 17,2 239
Kelurahan Jatirejo 19,9 2,5 350 100.000 1,7 13,6 1.889
Desa Renokenongo 17 3,5 150 <LD** 0,1 8,6 357
2 Kecamatan Tanggulangin
Desa Kedungbendo 21,4 2,5 400 *** 0,1 12,3 223
3 Kecamatan Jabon
Desa Permisan 6,2 2,7 <LD** <LD** 0,2 6,6 149
Desa Pajarakan 5,4 1,9 <LD** <LD** 0,1 17,8 315
*) hidrokarbon; **) limit deteksi; ***) tidak diukur


Dengan data seperti apa adanya tersebut, tugas Anda adalah menjawab pertanyaan war-
ga (pemukim): Apakah lokasi-lokasi tersebut aman untuk dihuni? Jika tidak aman, apa-
kah ada cara-cara untuk mengendalikannya?

KASUS # 2, Kontaminan Kimia dalam Air Sumur dan Air Sungai

Di suatu lokasi pemukiman yang berdekatan dengan industri pulp dan kertas, suatu tim
studi telah mengukur beberapa sampel air sumur dan air sungai yang sering digunakan
penduduk untuk berbagai keperluan. Hasilnya tertera dalam Tabel 3.


Tabel 3. Konsentrasi risk agent dalam sampel air sungai dan air tanah/sumur (nomor sampel gan-
jil = air sumur, nomor sampel genap = air sungai).
Sampel Air
No
Risk Agents,
mg/L
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Arsen, As 0,005 0,006 0,007 0,011 0,009 0,005 0,004 0,012 0,013
2 Barium, Ba 0,15 0,20 0,15 0,11 0,23 0,31 0,09 0,07 0,34
3 Boron, B 0,6 0,7 0,5 0,8 0,5 0,8 0,4 0,7 0,6
4 Fenol 0,09 0,11 0,08 0,07 0,09 0,1106 0,09 0,21 0,10
5 Kadmium, Cd 0,003 0,006 0,002 0,008 0,003 0,009 0,001 0,009 0,002
6 Krom, Cr
6+
0,001 0,003 0,001 0,004 0,001 0,006 0,002 0,004 0,002
9 Klor bebas, Cl
2
0,01 0,51 0,06 0,43 0,05 0,35 0,08 0,56 0,05
10 Mangan, Mn 0,02 0,04 0,02 0,05 0,03 0,06 0,01 0,08 0,06
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
41
Sampel Air
No
Risk Agents,
mg/L
1 2 3 4 5 6 7 8 9
11 Nitrat, N-NO
3

0,5 0,7 0,4 0,9 0,3 0,9 0,6 0,8 0,5


12 Nitrit, N-NO
2

0,01 0,02 0,01 0,04 0,01 0,05 0,01 0,02 0,1


13 Seng, Zn 0,09 0,12 0,08 0,15 0,09 0,12 0,08 0,23 0,09


Tugas Anda adalah menjelaskan kepada masyarakat pengguna air tersebut tentang kea-
manan dan ketidakamanan air tersebut, disertai dengan upaya-upaya pengelolaan dan
atau pengendalian yang harus dilakukan.

KASUS # 3, Logam Krom, Cr(VI), dalam Ikan

Sebuah tim peneliti telah mengukur konsentrasi Cr(VI) yang terdapat dalam ikan tenggiri
dan ikan kaci-kaci yang berasal dari pelelangan ikan di Pulau Lancang, Kepulauan Seri-
bu, Jakarta. Ditemukan bahwa:

Cr(VI) tenggiri = 0,775 g/g daging basah
Cr(VI) kaci-kaci = 0,827 g/g daging basah

Tugas dan pertanyaan untuk Anda adalah: Dengan pola aktivitas dan pola konsumsi se-
perti tertera dalam Tabel 4, apakah cara hidup penghuni Pulau Lancang tersebut dalam
mengonsumsi ikan aman dari efek yang merugikan kesehatan oleh pajanan Cr(VI)? Apa
upaya yang harus dilakukan jika pola konsumsi tersebut tidak aman?


Tabel 4. Pola pola konsumsi ikan masyarakat Pulau Lancang, Kepulauan Seribua, Jakarta.
Kelompok Responden Konsumsi/Makan Makan/Hari Hari/Minggu Hari/Tahun
Laki-laki, dewasa 100 g 4 7 365
Perempuan, dewasa 100 g 3 7 365
Anak-anak 50 g 3 7 350
Depok, 30 Mei 2007
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
42
Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
43
FORMAT UMUM LAPORAN KAJIAN ARKL

1. Judul
Judul sedapat mungkin mencerminkan proses atau kegiatan studi, singkat dan je-
las, diusahakan tidak lebih dari 12 patah kata.
2. Penyusun dan Institusi
Cantumkan nama-nama (tanpa gelar) anggota tim serta institusi asalnya. Beri tan-
da ketua tim (misal dengan tanda bintang [*] atau garis bawah untuk menandai
dengan siapa pembaca bisa berkomunikasi.
3. Pendahuluan
Uraikan secara singkat alasan-alasan mengapa studi ARKL dilakukan berkaitan
dengan masalah yang sedang dihadapi. Alasan-alasan dimaksud bisa berupa ke-
wajiban menaati hukum (legal requirement) atau keinginan sukarela untuk me-
ningkatkan kepedulian lingkungan.
4. Latar Belakang
Uraikan peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang menyebabkan muncul-
nya masalah saat ini. Sebab-sebab dimaksud bisa berupa aktivitas manusia (dise-
ngaja) atau kejadian alam.
5. Uraian Wilayah Studi dan Demografi
Uraian situasi dan kondisi wilayah kasus dan demografi (jumlah, struktur pendu-
duk dan karakteristik penduduk) populasi yang berisiko.
6. Uraian Proses Produksi/Kegiatan
Uraikan proses/kejadian (jika ada) yang mendatangkan bahaya lingkungan
7. Risk Agent dan Jalur Pemajanan
Identifikasi risk agent yang menjadi prioritas untuk dihitung RQ dan ECR-nya
serta jalur-jalur pemajanan yang diterima individu.
8. Kepedulian Masyarakat
Sebutkan hal-hal yang menjadi kepedulian masyarakat. Jelaskan apakah kepedu-
lian itu dapat dibenarkan secara ilmiah atau tidak. Kepedulian masyarakat bisa
jadi berbeda dengan kepedulian para saintis, birokrt, atau kelompok masyarakat
lainnya.
9. Maksud dan Tujuan
Sebutkan maksud kajian ARKL yang bersifat umum dan jangka panjang (mung-
kin tidak tercapai segera setelah studi ARKL selesai). Tujuan dirinci berupa study
outcome.

Seri Bahan Ajar Pelatihan ARKL
Copyright 2007 Abdur Rahman

Prinsip-Prinsip Dasar dan Metoda Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
Oleh: Abdur Rahman
44
10. Metoda/Bahan dan Cara
Uraikan metoda, teknik dan prosedur ARKL secara singkat dan jelas. Cantumkan
rumus/persamaan dan /atau nilai default yang digunakan untuk karakterisasi risi-
ko, perumusan manajemen risiko dan komunikasi risiko. Sebutkan dengan jelas
apakah semua data dan informasi yang digunakan berasal dandikumpulkan dari
lapangan (wilayah studi), atau menggunakan (sebagian atau semuanya) berbagai
asumsi dan skenario.
11. Hasil dan Pembahasan
Hasil-hasil pengolahan data sebaiknya ditampilkan dalam tabel atau grafik untuk
memudahkan interpretasi dan pembahasan. Jangan mengulang-ulang hasil dengan
mengomentari isi tabel secara berlebihan. Dalam pembahasan, hasil-hasil ARKL
diterangkan menggunakan data dan informasi studi-studi lain atau ketentuan-
ketentuan legal sebagai pembanding.
12. Kesimpulan dan Saran
Kemukakan kesimpulan hanya untuk hal-hal yang dibahas sesuai dengan tujuan
studi. Jangan menyimpulkan hal-hal apa pun yang tidak dibahas. Sampaikan saran
untuk hal-hal yang masih menjadi masalah yang perlu tindak lanjut.
13. Ucapan Terima Kasih
Ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu studi .
14. Daftar Rujukan dan Lampiran (jika ada)

Depok 30 Mei 2007

Anda mungkin juga menyukai