Anda di halaman 1dari 58

Produk migas

dan karakteristiknya

07/27/16

Produk migas

BBM
Non

07/27/16

BBM

Bahan Bakar Minyak


BBM

Umum

BBM

Penerbangan

07/27/16

BBM Umum
Bahan bakar minyak yang digunakan untuk
kendaraan bermotor ( mogas, solar ), dan BBM
yang tidak digunakan untuk kendaraan
bermotor ( m.tanah, miyak diesel dan minyak
bakar )

07/27/16

MOTOR GASOLINE

Campuran senyawa komplex hidrocarbon


PONA + Non hidrocarbon + additive, dengan
titik didih 30 C 200 C

07/27/16

Proses Pembuatan Mogas


Proses Distilasi ( straight run naphtha )
Proses Cracking ( cracked gasoline )
Proses Reforming ( reformat )
Proses Alkilasi ( alkylat )
Proses Polimerisasi ( polygasoline )
Proses Isomerisasi ( isomer )
Gasoline yang dihasilkan disebut : Komponen Mogas

Kemudian dilanjutkan dengan :


Proses treating, blending dan penambahan bahan
kimia
07/27/16

Karakteristik Mogas
Mogas sebagai bahan bakar pada mesin yang
menggunakan penyalaan api busi, dalam
penggunaannya dicampur dengan udara.
Untuk memberi jaminan mutu dalam hal keselamatan
& kenyamanan, secara cepat dapat dilihat dari
karakteristik/sifat yang meliputi :
Sifat mutu pembakaran, sifat penguapan, sifat
pengkaratan dan sifat kestabilan
07/27/16

Sifat mutu pembakaran ( ignition quality )


Diharapkan
menghasilkan
pembakaran
sempurna dalam
bakar.

dapat
yang
ruang

Mutu pembakaran diuji


melalui angka oktan
( ASTM D-2699)
07/27/16

Octane number

Bilangan yang menunjukkan mudah tidaknya


mogas memberikan knocking pada
pembakaran yang terjadi di ruang bakar

07/27/16

Sifat penguapan ( volatility )

Diharapkan bahan bakar akan teruapkan


sempurna dan terdistribusi merata didalam
ruang bakar
Volatility, diuji melalui :
Distilasi ( ASTM D-86 )
Tekanan uap ( ASTM D-323 )
07/27/16

PERLU

27/07/16

DIKETAHUI :

Uji ini adalah bersifat fisik dan qualitatif


Tercampurnya bensin dengan fraksi yang lebih
berat (misal : kerosine) sebanyak 5 % bila diuji
dengan alat uji Distilasi ASTM D 86 masih masuk
di batasan Spesifikasi Dirjend Migas meskipun
hasilnya sangat mepet.

Alat

uji
Distilasi
ASTM D
86

Alat uji ini terdiri dari :


- Labu distilasi kapasitas 125 ml dan
10 ml
- Gelas ukur 100 ml
- Thermometer
- Heater yang bisa diatur
27/07/16
pemanasannya

27/07/16

Prinsip kerjanya adalah mendidihkan


contoh uji hingga menguap
Kemudian uapnya didinginkan di
kondensor sehingga mengembun
Uap yang mengembun (condensat)
ditampung di gelas ukur
Condensat yang tertampung digelas
ukur dicatat temperaturnya setiap 10
ml
Pencatatan temperatur dilakukan
hingga mencapai end point
Tetesan pertama condensat yang
tertampung di gelas ukur kita catat
temperaturnya, dan kita sebut IBP
(Initial Boiling Point)
Sedangkan temperatur maksimal
yang dicapai oleh contoh uji disebut
dengan End Point
Diakhir pengujian catat pula tekanan
barometernya

Sifat pengkaratan ( corrosivity )


Diharapkan senyawa sulfur ( H2S, RSH dan
tiofena ) tidak teroksidasi menjadi oksida sulfur
yang selanjutnya menjadi asam sulfat
S + O2 (udara ) SO2
SO2 + O2 (udara ) + H2O H2SO4
Corrosivity, diuji melalui :
Kandungan sulfur(ASTM D-1266), Doctor test(IP-30) dan
Copper strip corrosion(ASTM D-130)
07/27/16

Alat Uji Copperstrip


corrosion
ASTM D 130

Alat uji ini terdiri dari :


- Penangas
- Tube glass
- Lempeng tembaga kemurnian
99 %
- Kertas gosok paling halus,
carburandum dan isooktan
27/07/16

27/07/16

Prinsip kerja uji ini adalah sbb :


Lempeng tembaga digosok
searah ke 6 sisinya dengan
kertas gosok yang paling
halus (standard ASTM D 130)
Kemudian dengan bantuan
kapas, lempeng tembaga
digosok lagi dengan
carburandum ukuran mesh
sesuai standard ASTM D 130
Simpan/celupkan ke dalam iso
oktan agar lempeng tembaga
tidak mengalami oksidasi
Tuang 30 ml contoh uji
kedalam tube glass, kemudian
masukkan lempeng tembaga
tersebut.
Masukkan tube glass ke
dalam penangas yang
suhunya telah disetting 50 oC,
dan rendam selama 3 jam
Stlh 3 jam , lempengan
dikeluarkan dan dibandingkan
dengan Warna ASTM D 130

Yang

perlu diperhatikan adalah lamanya


pemanasan dan temperatur pemanasan
untuk masing-masing contoh uji

27/07/16

untuk gasoline dan solar : 50 + 1 oC selama


3 jam + 5 menit
untuk Nafta/solvent dan Kerosine : 100 + 1
oC selama 3 jam + 5 menit
Untuk pelumas suhu awal dimulai suhu 150
oC selama 3 jam, kemudian temperatur uji
ditingkatkan setiap kenaikan 5 oC setiap 1
jam.

Sifat kestabilan ( stability )

Diharapkan tidak mengandung senyawa tidak


stabil ( olefin, nitrogen serta logam Cu & Fe )
selama penimbunan dan pemakaian.

Stability, diuji melalui :

Getah purwa ( ASTM D-381 )


Periode Induksi ( ASTM D-525 )

07/27/16

Alat

uji adanya GUM


sesuai dengan metode
uji ASTM D 381

Alat uji ini terdiri dari :


- Bath evaporasi + Kompresor
- Gelas ukur 50 ml &
Thermometer
- Steam Boiler
- Timbangan elektrik
- Reagen N Heptan

27/07/16

Evaporation Bath equipped with


compressor and steam
generator

27/07/16

Prinsip kerja uji ini :


Timbang berat kosong gelas
beaker
Tuang 50 ml contoh uji
Masukkan ke dalam penangas
yang telah disetting pada
temperatur ujinya
Pasang conical jet dan
nyalakan kompressor atur
kecepatan aliran udara 600
ml/menit
Setelah 30 menit ambil dan
dinginkan di desikator
Timbanglah. Bila residu gum
terhitung <5mg/100ml, maka
residu gum ga perlu dicuci,
tetapi bila >5mg/100ml, maka
residu gum di cuci dg N Heptan.
Setelah dicuci panaskan
dipengas lagi sampai kering
kemudian timbang lagi sampai
berat konstan
Laporkan Existent gum dalam
mg/100ml

Tabel pengkondisian suhu


penangas

JENIS MOGAS

Mogas BB2L ( ON 80 85 ), sudah gak beredar

Mogas Premium ( ON min 88 )

Mogas Premix ( ON min 92 )


sekarang Pertamax, Super 92 (shell), Performance 92(total), RON
92

Mogas Super TT ( ON min 95 )


sekarang Pertamax Plus, Super Extra 95, Performance 95, RON 95

07/27/16

BAHAN BAKAR MINYAK MESIN DIESEL


ADA 3 JENIS :

MINYAK

DIESEL AUTOMOTIF(ADO/HSD )
RPM > 1000 (merk SOLAR, PERTADEX,
DIESEL)
MINYAK DIESEL ( IDO/IDF/MDF )
RPM 300 1000
MINYAK BAKAR/RESIDU ( FO/IFO )
RPM < 300
07/27/16

KOMPONEN BBM MESIN DIESEL

FRAKSI GASOIL
PROSES DISTILASI ATMOSPHERIK
( STRAIGH RUN GASOIL )
PROSES DISTILASI VACUM
( VACUM GAS OIL )
PROSES CRACKING
( LIGHT CYCLE OIL, HEAVY CYCLE OIL )

FRAKSI BOTTOM (RESIDU)


PROSES DISTILASI ATMOSPHERIK
( LONG RESIDU )
PROSES DISTILASI VACUM
( SHORT RESIDU )
RESIDU PROSES SECONDARY & TERTIARY

07/27/16

Di Indonesia
Minyak solar,diperoleh dari :
Blending beberapa komponen fraksi gasoil
Minyak diesel, diperoleh dari :
Blending 85 % fraksi gasoil dan 15 % fraksi
Residu
Minyak bakar, diperoleh dari :
Blending beberapa komponen fraksi residu
07/27/16

Solar merupakan fraksi gasoil, mempunyai


titik didih 230 350 C
Mutu bahan bakar solar ditentukan oleh
beberapa macam sifat, yaitu :
Sifat

penguapan
Sifat pembakaran
Sifat mudah alir
Sifat pengkaratan
Sifat kebersihan
07/27/16

Sifat penguapan
Diharapkan terjadi campuran bahan bakar dan
udara yang tepat
Uji sifat penguapan, melalui :
Distilasi ( ASTM D-86 )

07/27/16

Sifat pembakaran
Diharapkan solar dapat terbakar secara halus
dan teratur dengan waktu penyalaan singkat
tanpa menimbulkan kelambatan menyala (
ignition delay )
Uji sifat pembakaran, melalui :
Cetane number ( ASTM D-613 )
07/27/16

CETANE NUMBER
Kemampuan solar menyala dengan sendirinya
( auto ignition ) dalam ruang bakar tanpa
ketukan

07/27/16

Sifat

pembakaran minyak solar diuji dengan


mesin CFR F5 yang disebut dengan Cetane
Number ASTM D 613
Mesin CFR F5 sangat mahal dan biaya
ujinya sangat mahal pula
Ada uji alternatif yang digunakan yaitu
dengan menggunakan metode ASTM D 4737
Calculated Cetane Index by Four Variable
(spec dirjend dulu pakai ASTM D 976)
27/07/16

ASTM D 4737 merupakan metode yang sangat


sederhana, hanya memerlukan data dari
Distilasi D86 dan Density 15 oC ASTM D 4052
atau D 1298 minyak solar
Data hasil uji dari Distilasi D86 dan Density 15
oC kita masukkan rumus korelasi yang terdapat
di ASTM D 4737 sehingga hasil ujinya di tulis
CCI (Calculated Cetane Index), bukan Cetane
Number

27/07/16

Formulasi

27/07/16

ASTM D 4737 sbb :

Dimana

27/07/16

Sifat mudah alir


Diharapkan solar dapat mengalir dengan
sempurna.
Uji sifat mudah alir, melalui :
Kekentalan/viscosity ( ASTM D-445 )
Pour point (ASTM D-97 )

07/27/16

Properti Titik Tuang


definisi : temperatur terendah dimana minyak
masih mampu mengalir, yaitu sebelum bahan
bakar dibakar di ruang bakar, bahan bakar harus
dipompakan dari tangki bahan bakar menuju ke
ruang bakar
Properti Pour Point ini lebih banyak digunakan
untuk waxy fuel
Metode uji yang digunakan untuk menguji titik
tuang minyak adalah ASTM D 97
27/07/16

Alat

uji Titik Tuang


ASTM D 97 sbb :

Alat uji ini terdiri dari :


- Glass jar
- Termometer
- Refrigerator
27/07/16

Prinsip Kerja uji ini sbb :

27/07/16

Panaskan contoh uji pada


suhu 45 oC
Kmdan pindahkan ke
penangas yang
temperaturnya dijaga 24
oC
Amati penurunan suhunya
setiap 3 oC
Jika pada suhu 27 oC
contoh belum membeku,
teruskan pendinginan di
lubang refrigerator lainnya
sampai contoh membeku
Stlh membeku catat
temperatur solid pointnya,
kemudian tambahkan 3
derajad dan laporkan
sebagai pour point

Pendinginan Contoh
uji di refrigerator
Waktu yang digunakan
untuk mengamati
Cuma 3 detik

Properti Viskositas
Diperlukan berkaitan dengan sistem injeksi
bahan bakar. Dimana saat injeksi bahan bakar
diperlukan viskositas yang sesuai agar terjadi
atomisasi yang baik, sehingga pencampuran
udara-bahan bakar lebih sempurna
Apa yang terjadi bila viskositasnya lebih kecil?
Apa yang terjadi pula bila viskositasnya lebih
besar?
Bagaimana pula viskositas solar yang di
kontaminasi dengan kerosine?
27/07/16

Alat

uji viskositas
kinematik ASTM D
445

27/07/16

Alat uji ini terdiri dari :


- Viskometer
- Oil bath disetting suhu 40
oC
- Stopwatch &
Thermometer
-

Prinsip kerja uji ini sbb :

Atur suhu penangas sesuai suhu


pengujian

Pilih tabung viskometer yang sesuai


dengan contoh yang diuji, tabung
viskometer harus bersih dan kering.

Istilah viskometer dengan contoh


sampai tanda batas yang ditetapkan

Masukkan viskometer yang telah


diisi contoh dalam penangas sampai
suhunya sama dengan suhu
penangas, minimal direndam 30
menit.

Mulai lakukan pengetesan dan


lakukan tiga kali, ulangi
pemeriksaan apabila waktu
pengaliran kurang dari 200 detik,
dengan cara pemilihan kapiler yang
lebih kecil.

Hitung viskositas Kinematik,

Posisi viskometer di oil


bath

1 cSt = 1 mm2/det
C = mm2/det2
cSt x density = cP
V = Cxt

27/07/16

Sifat pengaratan
Diharapkan adanya sulfur tidak menyebabkan
pengkaratan pada peralatan maupun tidak
mencemari lingkungan
Uji sifat pengkaratan, melalui :
Strong Acid Number, ASTM D-974
Total Acid Number, ASTM D-974
Sulfur content, ASTM D-1552
Copper Strip Corrosion, ASTM D-130
07/27/16

Sifat kebersihan
Diharapkan tidak menyumbat pada nozle /
injector serta tidak mengurangi nilai kalori
Uji sifat kebersihan, melalui :
Warna, ASTM D-1500
Kadar air, ASTM D-95
Sediment, ASTM D-473
Ash content, ASTM D-482
Conradson Carbon Residue, ASTM D- 189
07/27/16

27/07/16

Uji Properti Ash Content,


adalah uji untuk mengetahui
adanya logam-logaman yang
ada di dalam bahan bakar
Uji ini tidak menentukan jenis
logam dan kuantiti dari logam
tertentu tsb, tetapi menentukan
adanya logam secara BULK
dalam bentuk abu . Artinya
logam-logaman tersebut yang
tidak habis terbakar
membentuk abu.
Uji ini sekarang menjadi
penting mengingat kendaraan
sekarang menggunakan
sistem injeksi bahan bakar
yang sangat presisi, sehingga
dikhawatirkan logam-logaman
ini akan menjadi deposit di
ujung injektor, yang berakibat
clogging

Injector
Clogging

Uji Ash Content ASTM D 482 :

-Porselin crucible
-Bunsen
-Timbangan elektrik
-Furnace kapasitas 1000 oC

27/07/16

Prinsip kerja uji Ash Content sbb :

27/07/16

Panaskan Crusible pada suhu 700 - 800oC,


selama 10 menit, selanjutnya diangkat dan
didinginkan pada suhu kamar, kemudian ditimbang
dengan keteliltian 0,1 mg.
Timbang contoh maksimum 100 g, kemudian
dibakar hingga menyala sendiri sampai tinggal
residu (Bila contoh sulit terbakar, tambahkan 1 - 2
ml iso propyl alkohol 99%, sebelum dibakar).
Panaskan residu dalam furnace pada suhu 775 +
25oC, sampai menjadi abu.
Dinginkan crusible dalam desikator pada
temperatur kamar selama 1 - 2 jam dan ditimbang
dengan ketelitian 0,1 mg.
Ulangi pemanasan dan pendinginan, sampai
selisih beratnya tidak lebih dari 0,5 mg.

Properti Sediment dan Particulate

27/07/16

Properti ini berkaitan dengan faktor kebersihan dari


bahan bakar solar
Terbentuknya sludge di tangki juga diakibatkan dari
adanya sediment yang ada di bahan bakar
Bahkan saat ini uji adanya kebersihan bahan bakar
bukan hanya diuji dengan Sediment content ASTM
D 473 tetapi juga diuji dengan metode ASTM D
2276 (Uji adanya Particulate contaminant), hal ini
berkaitan dengan design mesin kendaraan bermotor
yang menggunakan sistem pembakaran injeksi ECU
(electrical control unit)
Perlu di ingat : semakin berat fraksi bahan bakar
maka kecenderungan membentuk endapan
(sediment) semakin besar. Bahkan saat ini bensin
pun ada uji sediment (particulate)

Alat uji kandungan


sediment ASTM D 473 :

Alat uji ini terdiri dari :


-Timble berpori
-Erlenmeyer kapasitas 1 liter
-Timble holder
-Condensor
-Heater
27/07/16

Secara

umum uji ini menggunakan proses


ekstraksi dengan menggunakan Toluen
sebagai solvent ekstraktornya
Ekstraksi ini dilakukan berkali-kali hingga
filtrat dari proses ekstraksi ini menjadi jernih,
sehingga yang tertinggal di timbel berpori
tersebut adalah endapan yang nantinya kita
timbang beratnya.
27/07/16

Timble
27/07/16

Prinsip kerja uji sediment content ASTM D 473 ini sbb :

Timbang contoh 10 + 0,01 dalam thimble

Pasang thimble berisi contoh dalam alat ekstraksi

Ekstraksi dengan toluene selama 30 menit sejak


solvent yang menetes jernih

Atur kecepatan ekstraksi dimana permukaan cairan


dalam thimble tidak naik lebih tinggi dari inchi dari
bibir atas.

Apabila contoh mengandung air, pasang water cup

Apabila cup tersebut penuh dengan air, dinginkan


peralatan dan kosongkan isi cup

Setelah solvent yang menetes dari thimble tidak


berwarna, maka ekstraksi telah selesai dan keringkan
thimble selama 1 jam dengan oven pada suhu 115
120oC.

Kemudian dinginkan dalam desikator selama 1 jam


dam ditimbang dengan ketelitian 0,2 mg.

ulangi ekstraksi paling sedikit 1 1 jam, keringkan


lalu dinginkan dan timbang dengan ketelitian 0,2 mg.

KEROSINE
Digunakan sebagai :
Bahan bakar rumah tangga
Bahan bakar Industri
Bahan pelarut
Bahan bakar pesawat terbang

07/27/16

Syarat-syarat Kerosine

Syarat pembakaran
Diharapkan memberi nyala api yang cukup tinggi
( smoke point, ASTM D-1322 & char value, IP-10 ).

Syarat penguapan
Dapat mengalir melalui sumbu dan mudah menyala pada suhu dingin.
( destilasi, ASTM D-86 )

Syarat keselamatan
Tidak mudah terbakar & meledak
( flash point, IP-170 )

Syarat kebersihan
Tidak merusak peralatan
( sulfur lamp, ASTM D-1266, Copper strip, ASTM D-130 )

07/27/16

Properti

lainnya untuk Kerosine adalah


Smoke Point ASTM D 1322
Properti smoke point diperlukan karena
digunakan untuk mengetahui tinggi api
maksimum tanpa mengeluarkan asap
Properti smoke point merupakan salah satu
properti performa pembakaran kerosine

27/07/16

Alat

uji
Smoke
Point sbb :

27/07/16

Prinsip kerja uji ini adalah sbb :

Pasang sumbu yang sudah bersih dengan panjang


tidak kurang dari 125 mm kedalam lubang sumbu.
Potong ujung sumbu kira-kira 6 mm dari lubang
sumbu
Rendam tabung sumbu dan sumbunya kedalam
contoh sampai seluruh sumbu basah oleh contoh.
Masukkan 20 ml contoh kedalam tempat contoh dan
pasang tabung sumbu pada alat
Nyalakan dan atur tinggi nyala api + 10 mm, lalu
biarkan menyala + 5 menit, naikkan nyala api sampai
keluar asap kemudian turunkan kembali sampai
asapnya hilang. Baca ketinggian nyala api.
Catat tinggi nyala api tepat pada waktu tidak
mengeluarkan asap sebagai titik nyala sampai
ketelitian 0,5 mm.
Untuk mencegah kesalahan mata dari pembacaan
pada skala, maka ulangi pekerjaan ini sampai tiga
kali bila perbedaannya lebih dari 1,0 mm.
27/07/16

Properti
lainnya untuk
kerosine yang
menyangkut
masalah
keamanan
adalah Flash
Point Abel
Alat uji ini
adalah sbb :

27/07/16

Bagian-bagian

dari alat uji


Flash Point
Abel adalah
sebagai berikut
:

27/07/16

Ada 2 metode
Prinsip kerja uji
Flash Point Abel
sbb :

27/07/16

Metode A yaitu
untuk minyak yang
memiliki Flash
point 0 65 oF
Metode B yaitu
untuk minyak yang
memiliki Flash
point 66 160 oF

Untuk Metode A :

27/07/16

Isi water bath dengan campuran 50 : 50 etylene glycol


dan air.
Dinginkan bath sampai -16oF atau paling sedikit 16oF
dibawah Flash Point-nya.
Dinginkan contoh sampai 40oF teruskan pendinginan
sampai -30oF atau paling tidak 30oF dibawah perkiraan
Flash Point-nya.
Sambil diaduk dengan kecepatan + 30 rpm, panasi alat
bagian luarnya sehingga kenaikan temperatur 1,5 - 3oF
per menit.
Apabila temperatur contoh mencapai -16oF atau 16oF
dibawah perkiraan Flash Point-nya, mulailah lakukan test.
Penyalaan api secara pelan-pelan dan teruskan test
setiap kenaikan 1oF.
Catat temperatur pada saat api menyambar uap minyak
sebagai Flash Point-nya. Catat pula tekanan
barometernya

Untuk Meotde B (Contoh Kerosine) :

27/07/16

Isi water bath dengan air dan panaskan dengan


kecepatan kenaikan temperatur 2 - 2,5oF/menit.
Atur temperatur water bath 130oF.
Atur temperatur contoh antara 32 - 60oF.
Bila temperatur contoh mencapai 66oF, mulai
dilakukan test dengan penyalaan api secara pelanpelan dan teruskan test setiap kenaikan 1oF.
Catat temperatur pada saat api menyambar uap
minyak sebagai Flash Point-nya. Catat pula tekanan
barometernya

Anda mungkin juga menyukai